x penyimpanan obat lasa rawat jalan umum, bpjs, igd - copy

28
TUGAS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER EVALUASI PENYIMPANAN OBAT LOOK ALIKE SOUND ALIKE (LASA) DI INSTALASI FARMASI RAWAT JALAN BPJS,UMUM DAN INSTALASI FARMASI IGD RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO Disusun oleh : KELOMPOK 7 Muhammad Fikri Saputro, S.Farm USB Rismalinda Lagonah, S.Farm UII Sartika Ari Kusumaningtyas, S.Farm STIFAR Rizka Dewi Septiyani, S.Farm UMP Reza Pertiwi, S.Farm UAD Winartivira, S.Farm USB PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO i

Upload: anggra-olgabella

Post on 11-Jul-2016

514 views

Category:

Documents


33 download

DESCRIPTION

nbhjbhj

TRANSCRIPT

TUGAS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

EVALUASI PENYIMPANAN OBAT LOOK ALIKE SOUND ALIKE (LASA)

DI INSTALASI FARMASI RAWAT JALAN BPJS,UMUM DAN INSTALASI FARMASI IGD

RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

PURWOKERTO

Disusun oleh :

KELOMPOK 7

Muhammad Fikri Saputro, S.Farm USBRismalinda Lagonah, S.Farm UIISartika Ari Kusumaningtyas, S.Farm STIFARRizka Dewi Septiyani, S.Farm UMPReza Pertiwi, S.Farm UADWinartivira, S.Farm USB

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

APRIL – MEI

2015

i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................iiDAFTAR GAMBAR................................................................................................................iiiDAFTAR TABEL.....................................................................................................................ivDAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................................vBAB I. PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................11.2 Tujuan...............................................................................................................................2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................32.1 Dasar Teori.......................................................................................................................3

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................................83.1 Standar Prosedur Operasional Pelayanan Obat LASA/NORUM di RSMS.....................83.2 Hasil................................................................................................................................12

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................154.1 Kesimpulan.....................................................................................................................154.2 Saran...............................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16LAMPIRAN.............................................................................................................................17

ii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Metode TALL man lettering....................................................................................6Gambar 2. Penyimpanan obat LASA belum sesuai dengan SOP.............................................11Gambar 3. Obat yang belum letakkan pada rak penyimpanan.................................................11Gambar 4. Obat LASA tanpa label..........................................................................................12Gambar 5. Penyimpanan obat LASA di IGD yang belum sesuai dengan SPO........................13

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daftar Obat Look Alike di Rawat Jalan BPJS dan Umum......................................................12Tabel 2. Daftar Obat Look Alike Sound Alike di Instalasi Gawat Darurat RSMS..............................14

iv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rak penyimpanan obat injeksi di IGD RSMS.....................................................17Lampiran 2. Contoh obat LASA di IGD RSMS......................................................................17Lampiran 3. Rak penyimpanan obat LASA di instalasi rawat jalan BPJS............................18Lampiran 4. Contoh obat Look Alike Sound Alike...................................................................18Lampiran 5. Rak penyimpanan obat LASA di instalasi rawat jalan Umum...........................19

v

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien,

penyediaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang bermutu dan

terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik (Anonim,

2014). Apoteker bertanggung jawab terhadap pengelolaan sediaan farmasi,alat kesehatan

dan bahan medis habis pakai di Rumah Sakit.

Berdasarkan PERMENKES RI no 58 tahun 2014 tentang standar pelayanan

kefarmasian di Rumah Sakit, Rumah Sakit perlu mengembangkan kebijakan pengelolaan

obat untuk meningkatkan keamanan, khususnya obat yang perlu diwaspadai (high alert

medication). High alert medication adalah obat yang harus diwaspadai karena sering

menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius(sentinel event) dan obat yang beresiko

tinggi menyebabkan reaksi obat yang tidak diinginkan (ROTD). Kelompok obat high alert

diantaranya obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan

Ucapan Mirip/NORUM, atau Look Alike Sound Alike/LASA).

LASA merupakan kesalahan obat yang terjadi karena kebingungan terhadap nama

obat, kemasan dan etiket/labeling. Obat-obat LASA ini dapat berbahaya , ini dikarenakan

bentuknya yang mirip atau namanya yang mirip jika dituliskan atau diucapkan. Dimana jika

mirip dituliskan (orthographic) maka interpretasi resep bisa keliru. Jika bunyinya mirip

(phonetic) lalu obat diorder via lisan maka bisa menimbulkan kekeliruan, dan apalagi jika

kemasannya mirip dan kembar, jika keadaan emergensi bisa gawat. Karena kemirip-

miripannya inilah bisa salah tafsir dan bisa salah obat, dimana dapat berakibat fatal.

Oleh karena bahaya yang ditimbulkan oleh obat high alert dan obat LASA sangat

besar, maka perlu adanya suatu sistem pengelolaan dan penyimpanan yang tepat, untuk

mencapai suatu tujuan tertentu yang dilakukan secara efektif dan efisien. Proses

pengelolaan dapat terjadi dengan baik bila dilaksanakan dengan dukungan kemampuan

menggunakan sumber daya yang tersedia dalam suatu sistem. Tujuan utama pengelolaan

obat adalah tersedianya obat dengan mutu yang baik, tersedia dalam jenis dan jumlah yang

sesuai kebutuhan pelayanan kefarmasian bagi masyarakat yang membutuhkan. Rumah sakit

secara kolaboratif perlu mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur untuk

1

membuat daftar obat-obat yang perlu diwaspadai berdasarkan data yang ada di rumah sakit.

Kebijakan dan/atau prosedur juga mengidentifikasi area mana saja yang membutuhkan

elektrolit konsentrat, seperti di Instalasi Gawat Darurat (IGD) atau kamar operasi, serta

pemberian label secara benar pada elektrolit dan bagaimana penyimpanannya di area

tersebut, sehingga membatasi akses, untuk mencegah pemberian yang tidak sengaja/kurang

hati-hati (Departemen Kesehatan, 2008).

Mengingat pentingnya pengetahuan mengenai pencegahan dalam kesalahan dalam

proses dispensing obat LASA, maka perlu dilakukan pengelolaan obat-obat yang tergolong

LASA sehingga dapat mencegah terjadinya medication error.

1.2 Tujuan

1. Mendata obat-obat LASA di satelit farmasi rawat jalan BPJS, rawat jalan umum dan IGD

Rumah Sakit Prof. Margono Soekarjo

2. Mengetahui penyimpanan dan pengelolaan obat LASA di satelit farmasi rawat jalan

BPJS, rawat jalan umum dan IGD Rumah Sakit Prof. Margono Soekarjo.

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori

Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan

dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan

penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau

hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan lainnya. Obat

dapat bersifat sebagai obat dan juga dapat bersifat sebagai racun. Obat bersifat sebagai obat

jika tepat dalam pengobatan suatu penyakit dengan dosis dan waktu yang tepat. Akan tetapi

apabila digunakan penyalahgunaan dalam pengobatan atau dengan dosis yang berlebihan

maka dapat menimbulkan keracunan, sebaliknya apabila dosis yang diberikan lebih kecil

maka tidak akan memperoleh efek penyembuhan.

Obat – obatan yang perlu di waspadai ( high-alert medication) adalah obat yang sering

menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel event), obat yang berisiko tinggi

menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) seperti obat-obatan yang

terlihat mirip atau obat-obatan yang kedengaranya mirip ( Nama Obat Rupa dan Ucapan

mirip/NORUM atau Look Alike Sound Alike/LASA). Obat yang sering mendapat perhatian

adalah sediaan cairan konsentrat tinggi dan obat LASA.

LASA merupakan kesalahan obat yang terjadi karena kebingungan terhadap

namaobat, kemasan dan etiket/labeling. Tahun 2005, terdapat lebih dari 33.000 obat nama

dagang dan 9.000 obat dengan nama generik (AHFS Drug Information). Lebih dari 3.000

pasang obat memiliki LASA (USP DI). LASA singkatan dari look-alike sound-alike drugs.

Ada juga yang mengistilahkan SALAD (sound-alike look-alike drugs).

Versi Indonesianya adalah NORUM (nama obat rupa dan ucapan mirip) istilah ini ada

di permenkes. Obat-obat lasa ini dapat berbahaya, ini dikarenakan bentuknya yang mirip atau

namanya yang mirip jika dituliskan atau diucapkan. Dimana jika mirip dituliskan

(orthographic) maka interpretasi resep bisa keliru.Jika bunyinya mirip (phonetic) lalu obat di

order via lisan maka dapat menimbulkan kekeliruan, apalagi jika kemasannya mirip dan

kembar, jika keadaan emergency maka dapat berakibat fatal. Karena kemiripannya inilah

dapat salah tafsir dan bisa menimbulkan kesalahan dalam pengambilan atau penyerahan obat.

Faktor – faktor yang beresiko menyebabkan terjadinya medication error pada obat

LASA, antara lain tulisan tangan yang tidak jelas, kurangnya pengetahuan tentang nama-

3

nama obat, adanya produk-produk baru, kemasan dan penamaan produk yang mirip, kekuatan

sediaan, bentuk sediaan dan frekuensi pemberian yang mirip, penggunaaan secara klinik yang

mirip. Untuk menghindari terjadinya medication error, perlu adanya langkah-langkah

preventif, antara lain :

1. Pengadaan, yaitu meminimalisir ketersediaan obat dengan berbagai kekuatan, jika

memungkinkan hindari pembelian obat dengan kemasan dan tampilan yang mirip.

Jika ada produk baru yang ditawarkan, maka produk tersebut harus dibandingkan

dengan produk yang sudah ada.

2. Penyimpanan, yaitu gunakan penamaan tall man (tekhnik menulis bagian nama

obat yang sama dengan huruf kecil, dan bagian nama obat yang berbeda dengan

menggunakan huruf kapital, misalnya metFORMIN dan metOPROLOL), selain itu

berikan label LASA untuk obat-obatan dengan kemasan mirip. Untuk obat-obatan

yang memiliki pengucapan yang mirip (sound alike) dimana tall man latering tidak

dapat diaplikasikan, maka nama brand atau nama pemilik paten harus

dicantumkan. Penyimpanan obat-obatan LASA harus dipisahkan dari obat lain

yang merupakan pasangan LASAnya, jika memungkinkan obat tersebut jangan

diletakkan secara berdampingan.

3. Dispensing atau suplay, identifikasi obat-obatan berdasarkan nama dan kekuatan

sediannya, jangan berdasarkan lokasi penyimpanan dan tampilannya.

4. Periksa kesesuaian dosis pada obat-obatan yang akan didispensing, serta lakukan

double cecking sebelum obat diserahkan ke pasien.

5. Lakukan monitoring pada obat LASA dengan melakukan pengecekan secara

berkala, agar daftar obat LASA selalu mengikuti informasi terbaru. Selain itu,

setiap personil yang bertugas harus memiliki akses terhadap daftar obat-obat

LASA.

Menurut Permenkes RI No. 1691/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Keselamatan

Pasien Rumah Sakit, lasa masuk kedalam obat-obatan yang perlu diwaspadai (high alert

medications), yaitu obat yang sering menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius(sentinel

event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse

outcome). Beberapa faktor yang berkontribusi menyebabkan terjadinya kesalahan yaitu:

a. Tulisan tangan yang tidak jelas 

b. Namaobat tidak lengkap

c. Produk baru

4

d. Kemasan atau label yang mirip

e. Penggunaan klinis yang sama

f. Kekuatanobat, dosis, dan frekuensi pemberian sama

g. Order tidak jelas

h. Order lisan yang tidak tepat

i. Kurangnya pemeriksaan/verifikasi kembali

j. Banyaknya jumlah obat

k. Lingkungan kerja yang buruk

Melalui Tallman lettering/tallman letters, penulisan nama obat dalam kemasan, etiket obat,

kemasan/wadah obat di IFRS, rekaman data obat pasien, mesin pendispensing otomatis,

dengan besar huruf yang berbeda. Metode Tall man digunakan untuk membedakan huruf

yang tampaknya sama dengan obat yang mirip. Dengan memberi huruf kapital, maka petugas

akan lebih berhati-hati dengan obat yang lasa. Di US, beberapa studi menunjukkan

penggunaan huruf kapital ini terbukti mengurangi error akibat nama obat yang look-alike.

contohnya: metFORmin dan metRONIdaZOL, ePINEFrin dan efeDRIN. Seminimal mungkin

kesalahan sampai 0%. Tiap rumah sakit punya kebijakan untuk menetapkan standar

penggunaan metode Tall man lettering ini seperti gambar.1 yang memberlakukan standar

penulisan untuk obat LASA. Hurufnya ditebalkan, dan diberi warna yang berbeda.

Kemudian, komite keselamatan mediknya akan mereview setahun sekali dan memberikan

feedback.

Gambar 1. Metode TALL man lettering

Strategi Komunikasi untuk mencegah terjadinya kesalahan karena lasa:

1. Permintaan Tertulis

a. Tambahkan merk dagang dan nama generiknya pada resep, terutama untuk obat

yang 'langganan' bermasalah.

b. Tulis secara jelas, pake huruf tegak kapital.

c. Hindari singkatan-singkatan

d. Tambahkan bentuk sediaan juga di resep.

e. Sertakan kekuatan obat.

5

f. Sertakan petunjuk penggunaan.

g. Tambahkan juga tujuan/indikasi pengobatan

h. Gunakan resep preprinted atau electronic prescribing

2. Permintaan Lisan:

a. Batasi permintaan verbal, hanya untuk obat tertentu, misalnya hanya dalam

keadaan emergency.

b. Hindari permintaan via telepon, kecuali benar-benar penting, ada form

permintaan via telepon yang akan ditandatangani.

c. Diperlukan teknik mengulangi permintaan, dibacakan lagi permintaannya,

jadi ada kroscek.

Semua pihak penyedia layanan kesehatan harus bersama-sama mencegah dan

meminimalisasi berbagai kesalahan yang bisa terjadi akibat LASA. Begitu pula pihak

pasien perlu mengonfirmasi ulang mengenai obat-obatan apa saja yang ia terima pada saat

dokter meresepkan obat dan saat apoteker atau perawat memberikan obat ke tangan pasien.

Beberapa solusi yang bisa dilakukan, di antaranya :

Pihak dokter yang meresepkan obat, diharapkan menuliskan nama obat yang dapat

dibaca dengan jelas oleh pembaca resep, atau menggunakan fasilitas resep yang dicetak

elektronik tanpa tulis tangan jika memang sudah tersedia

Sebisa mungkin menghindari order obat secara lisan terutama melalui telepon,

kemungkinan kesalahan mendengar sangat tinggi

Apoteker mengidentifikasi obat yang diresepkan dengan teliti, disesuaikan nama

dagang, nama generik, indikasi, serta kekuatan sediaannya

Apoteker mengetahui persediaan obat-obatan yang termasuk kategori LASA

LASA disimpan dengan jarak yang berjauhan satu sama lain

Menggunakan tall-man lettering untuk membedakan huruf yang tampaknya sama

dengan obat yang mirip. Dengan memberi huruf kapital, penebalan, atau warna huruf

berbeda pada pelabelan nama obat, maka petugas akan lebih berhati-hati dengan obat

yang LASA misalnya: ChlorproMAZINE vs ChlorproPAMIDE

Mengedukasi pasien mengenai kemungkinan adanya kemiripan nama obat dan potensi

bahaya yang bisa ditimbulkan (WHO, 2007)

6

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Standar Prosedur Operasional Pelayanan Obat LASA/NORUM di RSMS

a Penandaan

1. Obat LASA tergolong yang rentan terhadap medication eror sehingga perlu

penanganan dan penandaan khusus.

2. Setiap obat LASA yang masuk dan diterima di gudang farmasi sentral Rumah

Sakit diberi tanda “Obat Lasa” pada kotak pembungkus (Box obat). Sedangkan

enandaan pada tiap sediaan obat (ampul, vial, atau obat oral) dilakukan dimasing-

masing satelit farmasi sebelum obat diberikan kepada pasien.

3. Tanda obat LASA adalah sebagai berikut:

b Penyimpanan

1. Obat LASA disimpan secara terpisah dengan obat LASA lainnya yang sama

jenisnya, dan disesuaikan dengan stabilitas penyimpanan.

2. Terdapat tanda LASA di tempat penyimpanan

3. Tanda LASA pada kotak kemasan luar harus berada di sisi sebelah luar sehingga

mudah terlihat.

4. Bila perlu disimpan dalam lemari pendingin, maka usahakan dimasukkan dalam

lemari pendingin yang terpisah.

5. Obat LASA yang berada di bangsal perawatan disimpan sesuai dengan satabilitas

obat dalam tempat terpisah dengan obat yang lain dan diberi tanda LASA.

6. Petugas Farmasi melakukan pengecekan dan pendokumentasian pengecekan obat

LASA yang terdapat di bangsal perawatan setiap 1 bulan sekali.

LASA merupakan kesalahan obat yang terjadi karena kebingungan terhadap nama

obat, kemasan dan etiket/labeling. Obat-obat LASA ini dapat berbahaya , ini dikarenakan

bentuknya yang mirip atau namanya yang mirip jika dituliskan atau diucapkan.

Sistem penyimpanan obat-obatan yang diterapkan di instalasi rawat jalan BPJS di

RSMS berdasarkan alfabetis, bentuk sediaan , sediaan fast moving dan suhu penyimpanan.

Penyusunan obat berdasarkan alfabetis sangat berpotensi untuk terjadi LASA karena obat-

7

obatan yang mirip secara penglihatan maupun ejaan akan banyak ditemui. Sehingga dalam

dispensing obat dan perbekalan farmasi yang lain dituntut kejelian dari para petugas farmasi

untuk menghindari terjadinya kesalahan tersebut

Berdasarkan pengamatan di instalasi rawat jalan BPJS terdapat beberapa obat yang

dapat dikategorikan sebagai LASA yang terletak pada rak-rak penyimpanan obat baik yang

terletak satu deretan rak maupun dibawahnya. Pada sebagian kerajang yang berisi obat LASA

sudah ditempel labelling bertuliskan LASA , namun penempelan labelling tersebut belum

dilakukan pada semua obat yang tergolong LASA, selain itu untuk membedakan

penyimpanan obat dan perbekalan farmasi antara obat LASA yang satu dengan yang lainnya

belum dilakukannya penulisan obat LASA berdasarkan metode tall-man lettering yaitu

menggunakan penebalan, atau warna huruf berbeda pada pelabelan nama obat, misalnya :

Nama ObatNama Obat

tall-man lettering

Amitriptylin AMITRIPTYlin

Amoxicillin AMOXICILlin

Penempatan obat-obat LASA berperan penting dalam pencegahan terjadinya

kesalahan dalam proses pengambilan dan distribusi obat ke pasien. Pada dinstalasi rawat

jalan BPJS masih menempatkan obat LASA pada rak saling berdekatan satu sama lain

contohnya obat diovan 80 mg dan diovan 160 mg, selain itu keranjang yang berisi dengan

obat LASA yang hampir sama masih diletakkan secara bertumpuk, contohnya obat captopril

12,5 mg dan captopril 25 mg, seperti terlihat pada gambar.2.

Gambar 2. Penyimpanan obat LASA belum sesuai dengan SOP

Sehingga perlu dilakukan perubahan tata letak obat-obat LASA dengan memberikan

jarak terpisah, yaitu dengan menempatkan obat lain di antara sediaan LASA tersebut. Hal ini

penting untuk memberikan informasi kepada tenaga farmasi mengenai nama obat sehingga

tidak terjadi kekeliuran dalam pengambilan obat. Penyimpanan obat LASA di instalasi rawat

jalan BPJS belum maksimal terjadi dikarenakan keterbatasan waktu, SDM dan tempat

penyimpanan, contohnya dalam sehari tenaga kefarmasian bisa melayanai resep yang masuk

>300 pasien, sehingga waktu yang ada banyak digunakan untuk pelayanan,sehingga

8

mengakibatkan tidak ada nya waktu untuk melakukan penataan obat LASA sesuai dengan

SPO (standar prosedur operasional) yang sudah ada, disisi lain tempat yang tersedia untuk

penyimpanan obat seperti rak-rak penyimpanan juga masih terbatas, hal ini ditunjukkan

seperti masih ada nya obat-obat tertentu yang belum disimpan pada rak penyimpanan,

biasanya obat-obat tersebut tergolong obat-obat fast moving atau yang paling banyak

diresepkan oleh dokter,seperti pada gambar 3. Selain itu tenaga kefarmasian yang masih

terbatas juga menjadi salah satu pengaruh belum dilakukannya penyimpanan obat LASA

secara merata.

Gambar 3. Obat yang belum letakkan pada rak penyimpanan

Sistem penyimpanan obat-obatan yang diterapkan di instalasi rawat jalan umum di

RSMS hampir sama dengan instalasi rawat jalan BPJS yaitu berdasarkan alfabetis, bentuk

sediaan ,namun terdapat sedikit perbedaan yaitu untuk penyimpanan obat di instalasi rawat

jalan dilakukan penyimpanan berdasarkan golongan obat generik dan paten sehingga lebih

memudahkan petugas dalam pelayanan kefarmasian. Sistem penyimpanan obat di rawat jalan

umum sudah dalam prosedur yang baik yaitu pada setiap obat juga sudah tertera nama yang

jelas pada rak- rak tetapi kelemahan yang ada pada rawat jalan umum antara obat lasa satu

dengan yang lainnya belum diberi jarak penyimpanan satu kolom dan juga labelling yang

bertuliskan LASA belum ditemukan seperti terlihat pada gambar.4 sehingga itu menjadi salah

satu evaluasi bagi petugas kefarmasian di rawat jalan umum untuk mengetahui lagi standar

prosedur operasional penyimpanan obat LASA yang sudah ada, agar dilakukan penataan obat

LASA yang lebih baik lagi serta mudah untuk membedakan mana obat lasa atau bukan.

Gambar 4. Penandaan Obat LASA di Rawat Jalan Umum

Sama halnya dengan instalasi farmasi di BPJS, adapun kendala belum dilakukan nya

penyimpanan LASA sesuai dengan SPO yang ada dikarenakan keterbatasan SDM, waktu dan

tempat. Sehingga hal tersebut dapat dimaklumi.

Sistem penyimpanan obat di IGD hampir sama dengan di instalasi rawat jalan BPJS

dan umum yaitu berdasarkan alfabetis, bentuk sediaan dan suhu penyimpanan. Namun lebih

di khususkan lagi pada pemisahan antara sediaan oral dan injeksi, serta penyimpanan sediaan

alat kesehatan. Sistem penyimpanan obat di rawat IGD juga hampir sama dengan sama

dengan di instalasi rawat jalan yaitu belum dilakukannya penyimpanan obat LASA sesuai

dengan SPO , misalnya belum dilakukannya penyimpanan terpisah antara obat LASA satu

9

dengan lainnya, belum ditemukannya labeling LASA pada rak-rak yang berisi obat LASA

seperti pada Gambar.5, sehingga dapat beresiko bagi perawat atau tenaga kefarmasian untuk

melakukan kesalahan pengabilan obat-obatan yang butuh tindakan cepat saat di IGD, hal ini

menjadi tugas sesama petugas kesehatan untuk memisahkan obat LASA agar tidak terjadi

sesuatu yang tidak diinginkan dan membahayakan keselamatan pasien. Keterbatasan SDM

yang ada, waktu dan tempat juga menjadi alasan belum dilakukan penyimpanan obat LASA

sesuai dengan prosedur yang berlaku.

Gambar 5. Penyimpanan obat LASA di IGD

Penempatan obat-obat LASA berperan penting dalam pencegahan terjadinya kesalahan

dalam proses pengambilan dan distribusi obat ke pasien. Sehingga perlu dilakukan perubahan

tata letak obat-obat LASA dengan memberikan jarak terpisah yaitu dengan menempatkan obat

lain diantara sediaan LASA tersebut. Hal ini penting untuk memberikan informasi kepada

tenaga farmasi mengenai nama obat sehingga tidak terjadi kekeliuran dalam pengambilan

obat. Penandaan juga dapat dilakukan untuk lebih menegaskan bahwa dalam deretan rak obat

tersebut terdapat obat LASA, yaitu dengan menempelkan label bertuliskan “LASA” dengan

pemberian warna tertentu dapat juga dilengkapi dengan adanya penulisan obat LASA

berdasarkan metode. tall-man lettering yaitu menggunakan penebalan, atau warna huruf

berbeda pada pelabelan nama obat.

3.2 Hasil

Tabel 1. Daftar Obat Look Alike di Rawat Jalan BPJS dan Umum

No Nama obat Nama Look Alike

1 Amlodipin 5 mg Amlodipin 10 mg

2 Allopurinol 100 mg Allopurinol 300 mg

3 Betahistin 6 mg Betahistin 8 mg

4 Beta One 2,5 mg Beta One 5 mg

5 Candesartan 8 mg Candesartan 16 mg

6 CendoCarpine CendoTimolol

7 Codein 10 mg Codein 20 mg

8 Cefadroxyl 250 mg Cefadroxyl 500 mg

9 Cendo Catarlent Cendo Xitrol, Cendo Lyteers

10

10 Cefotaxime Ceftriaxone

11 Cefad 250 mg Cefad 500 mg

12 Clindamycin 150 mg Clindamycin 300 mg

13 Captopril 12,5 mg Captopril 25 mg

14 Diovan 80 mg Diovan 160 mg

15 Erythromycin 250 mg Erythromycin 500 mg

16 Furosemid Ranitidine

17 Gentamisin Tramadol

18 Haloperidol 0,5 mg Haloperidol 1,5 mg

19 Haloperidol 1,5 mg Haloperidol 2,5 mg

20 Ibuprofen 100 mg Ibuprofen 400 mg

21 Ibesartan 150 mg Ibesartan 300 mg

22 Ketolorac 1% Dexamethasone

23 Lisinopril 5 mg Lisinopril 10 mg

24 Lidokain Phenytoin

25 Lopamiro 30 Lopamiro 50

26 Lopamiro 50 Lopamiro 100

27 Meloxicam 7,5 mg Meloxicam 15 mg

28 Metylprednisolon 4 mg Metylprednisolon 8 mg dan 16 mg

29 Propranolol 10 mg Propranolol 40 mg

30 Piracetam 400 Piracetam 800 mg dan 1200 mg

31 Rifampisin 300 mg Rifampisin 450 mg dan 600 mg

32 Ramipril 2,5 mg Ramipril 5 mg

33 Furosemid Ranitidine

34 Gentamisin Tramadol

35 Simvastatin 10 mg Simvastatin 20 mg

36 Salbutamol 2 mg Salbutamol 4 mg

37 Spiriva combo Spiriva refill

38 Spironolakton 25 mg Spironolakton 100 mg

39 Thyrozol 5 mg Thyrozol 5 mg

40 Vometa suspensi Vometa drop

41 Metylprednisolon Natrium Diklofenak

11

Tabel 2. Daftar Obat Look Alike Sound Alike di Instalasi Gawat Darurat RSMS

No Nama obat Obat Look Alike Sound Alike

1 Allopurinol 100 mg Allopurinol 300 mg

2 Amlodipin 5 mg Amlodipin 10 mg

3 Asam traneksamat 25O mg Asam traneksamat 5OO mg

4 Meloxicam 7,5 mg Meloxicam 15 mg

5 Piracetam 4OO Piracetam 800

6 Clindamisin 150 mg Clindamisin 300 mg

7 Captopril 12,5 mg Captopril 25 mg

8 Candersartan 8 mg Candersatan 16 mg

9 Irbesartan 150 mg Irbesartan 300 mg

10 Ramipril 5 mg Ramipril 2,5 mg

11 Salbutamol 2 mg Salbutamol 4 mg

12 Simvastatin 10 mg Simvastatin 20 mg

13 Methylprednison 125 mg Methylprednison 500 mg

14 Ketorolac 30 mg

15 Cefazoline

16 Ceftriaxone

17 Ventoline

18 Citocolin 250 mg

19 Combivert

20 Flixotide

21 Meropenem

12

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

1. Pendataan obat-obat Look Alike Sound Alike (LASA) penting dalam mencegah terjadinya

medication error akibat kesalahan dalam pengamatan, pengambilan, dan penyerahan obat

2. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mencegah terjadinya kesalahan akibat

Look a like adalah dengan memisahkan kedua obat yang memiliki rupa mirip dan

pemberian label LASA agar dapat diketahui bahwa obat tersebut memiliki kesamaan

dengan obat lain.

3. Metode untuk mencegah terjadinya akibat Sound A like dengan tall-man lettering yaitu

menggunakan penebalan, atau warna huruf berbeda pada pelabelan nama obat.

4. Belum semua penyimpanan obat di Rawat jalan memenuhi prosedur penyimpanan obat

LASA.

4.2 Saran

Perlu dilakukan peninjauan kembali tentang tata letak obat di rak-rak instalasi rawat

inap terutama melakukan pemisahan obat-obat kategori LASA dan labeling untuk

menghindari terjadinya kesalahan dalam pengambilan obat.

13

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2014, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2014

Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit, Jakarta

Anonim,2011,Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1691/Menkes/Per/Viii/2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit, Jakarta

Anonim, 2014, Standar Prosedur Operasional Pengelolaan Obat LASA, RSUD Prof Dr

Margono Soekarjo, Purwokerto

WHO Collaborating Centre for Patient Safety Solutions, 2007, Look-Alike, Sound-Alike

Medication Names, World Health Organization, 1(1), 1-4)

14