library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2doc/2012-1... · web viewpajak...
TRANSCRIPT
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Informasi Akuntansi
2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Gelinas dan Dull (2008, p14), SIA merupakan subsistem
khusus dari Sistem Informasi yang bertujuan mengumpulkan, mengolah, dan
melaporkan informasi terkait dengan aspek keuangan akan kegiatan bisnis.
Sebagai contoh, input SIA dalam diskon sepatu. User memproses diskon
dengan mencatat data penjualan dalam jurnal penjualan, mengelompokkan
data menggunakan Chart of Accounts, dan posting data ke buku besar. Secara
periodic, SIA akan mengeluarkan trial balance dan financial statements.
Menurut Romney dan Steinbart (2006, p6), SIA merupakan sistem
yang mengumpulkan, mencatat, menyimpan, dan mengolah data untuk
menghasilkan informasi bagi pengambil keputusan. SIA dapat merupakan
proses sederhana secara manual, proses yang rumit menggunakan komputer
dan TI, atau proses keduanya bila digabungkan. Apapun cara yang
digunakan, prosesnya sama. SIA dan orang-orang yang menggunakannya,
harus tetap mengumpulkan, memasukkan, memproses, menyimpan, dan
melaporkan data dan informasi.
Menurut Rama dan Jones (2006, p5), SIA merupakan subsistem dari
Management Information System (MIS) yang memberikan informasi
9
akuntansi dan keuangan seperti memperoleh informasi lain dari proses rutin
atas transaksi akuntansi.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa SIA adalah
sistem yang mengumpulkan, mengolah, mencatat, menyimpan, dan
melaporkan informasi bagi pengambil keputusan terkait dengan aspek
keuangan atas transaksi akuntansi secara rutin. SIA terdiri dari informasi
yang luas seperti pesanan penjualan, penjualan dalam unit dan tunai,
pencatatan kas, pesanan pembelian, penerimaan barang, pembayaran, dan jam
kerja. Sebagai contoh, jumlah jam kerja karyawan sangat penting di antara
penjadwalan produksi dan akuntansi penggajian. Informasi mengenai pesanan
penjualan dan pengiriman barang dibutuhkan oleh bagian pemasaran dan
akuntansi.
2.1.2 Manfaat Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Rama dan Jones (2006, p6), manfaat SIA terdiri dari 5 komponen,
yaitu:
a. Producting External Report
Dalam menjalankan proses bisnisnya, perusahaan menggunakan SIA
untuk menghasilkan laporan yang memenuhi kebutuhan informasi bagi
stakeholder.
b. Supporting Routine
Manajer membutuhkan SIA untuk mendukung aktivitas rutin di dalam
perusahaan, seperti penerimaan pesanan, pengiriman barang, menagih
10
pelanggan, dan menerima kas. Sistem komputer dan beberapa software
akuntansi juga menangani aktivitas rutin.
c. Decision Support
Informasi juga dibutuhkan untuk mendukung pengambilan keputusan
non-rutin pada semua tingkat organisasi, termasuk informasi mengenai
produk yang paling banyak terjual. Informasi ini sangat kritis dalam
perencanaan produk baru, memutuskan produk apa yang harus tetap ada,
dan pemasaran produk ke pelanggan.
d. Planning and Control
Sistem Informasi dibutuhkan untuk aktivitas perencanaan dan
pengendalian. Contoh, informasi mengenai anggaran dan biaya disimpan
oleh sistem perusahaan, kemudian laporan yang dihasilkan digunakan
untuk membandingkan anggaran dengan jumlah aktual. Menggunakan
scanner untuk mencatat item yang dibeli dan pendapatan hasil penjualan
memungkinkan user merencanakan dan mengendalikan secara detail.
Sebagai contoh, analisis pendapatan dan beban dapat diselesaikan pada
individual product level. Data historis dapat ditarik dari database dan
digunakan pada spreadsheet atau program untuk meramalkan kenaikan
dan arus kas.
e. Implementing Internal Control
Pengendalian internal meliputi kebijakan, prosedur, dan SI yang
digunakan untuk melindungi aset perusahaan dari kerugian atau
pencurian. Selain itu, pengendalian internal juga dapat memelihara data
11
keuangan. Sangat mungkin untuk membangun pengendalian ke dalam
SIA komputerisasi untuk membantu mencapai tujuan ini. Sebagai contoh,
SI dapat menggunakan password untuk mencegah orang-orang
mengakses entri data dan laporan yang tidak dibutuhkan dalam jobdesk
masing-masing karyawan.
2.1.3 Komponen Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Romney dan Steinbart (2006, p6), terdapat 6 komponen pada SIA,
yaitu:
a. Orang yang mengoperasikan sistem dan melakukan berbagai fungsi;
b. Prosedur dan instruksi, baik manual dan otomatis, termasuk
mengumpulkan, mengolah, dan menyimpan data mengenai aktivitas
organisasi;
c. Data mengenai organisasi dan proses bisnisnya;
d. Software yang digunakan untuk mengolah data organisasi;
e. Instruktur teknologi informasi, termasuk komputer dan peralatan
komunikasi jaringan yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan,
mengolah, dan mengirimkan data serta informasi;
f. Pengendalian internal dan pengukuran keamanan yang mengamankan
data pada SIA.
12
2.2 Sistem Pengendalian Internal
2.2.1 Pengertian Sistem Pengendalian Internal
Menurut Romney dan Steinbart (2006, p192), pengendalian internal
adalah proses yang dilaksanakan oleh dewan direksi, manajemen, dan direksi
di bawahnya untuk memberikan keyakinan bahwa tujuan pengendalian
internal dapat dicapai dengan:
a. Mengamankan aset, termasuk mencegah atau mendeteksi akuisisi yang
tidak sah, menggunakan, atau disposisi aset material perusahaan;
b. Menjaga data perusahaan secara akurat dan teratur sehingga memberikan
cerminan aset perusahaan;
c. Menyediakan informasi yang akurat dan dapat dipercaya;
d. Menyediakan kepercayaan bahwa laporan keuangan disiapkan sesuai
dengan Generally Accepted Accounting Priciple (GAAP);
e. Mempromosikan dan meningkatkan efisiensi operasional, termasuk
laporan penerimaan dan pengeluaran sesuai dengan otorisasi manajemen
dan direktur;
f. Mendorong kepatuhan terhadap kebijakan manajerial yang ditentukan;
g. Mematuhi Undang-Undang dan peraturan yang berlaku.
Pada 1992, Committee of Sponsoring Organizations (COSO)
mengenalkan kerangka kerja Internal Control-Integrated Framework.
Kerangka kerja ini dapat ditemukan dalam Gelinas dan Dull (2008, p216),
mendefinisikan pengendalian internal adalah suatu proses yang dilakukan
13
oleh entitas organisasi seperti dewan direksi, manajemen, dan anggota
lainnya, dirancang untuk memberikan kepastian masuk akal mengenai tujuan
organisasi seperti:
a. Menghasilkan operasi yang efektif dan efisien;
b. Menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya;
c. Menaati hukum dan peraturan yang ditetapkan.
2.2.2 Komponen Sistem Pengendalian Internal
Commmittee of Sponsoring Organizations (COSO) memberikan definisi
pengendalian internal memiliki 5 komponen yang dapat ditemukan dalam
Gelinas dan Dull (2008, p216), yaitu:
a. Control Environment
Menentukan arah organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian
orangnya. Ini berfungsi sebagai dasar untuk semua komponen
pengendalian internal lain dengan memberikan disiplin dan struktur.
b. Control Activities
Kebijakan dan prosedur yang dapat membantu memastikan arahan
manajemen dilakukan.
c. Risk Assesment
Identifikasi entitas dan melakukan analisis risiko yang relevan untuk
tujuan achievements, membentuk dasar untuk menentukan cara mengelola
risiko.
d. Information and Communication
14
Identifikasi, capture, dan pertukaran informasi in a form and timeframe
yang memungkinkan orang-orang melakukan tanggung jawab masing-
masing.
e. Monitoring
Sebuah proses menilai kualitas kinerja pengendalian internal sepanjang
waktu.
2.3 Sistem Informasi Akuntansi Penggajian
2.3.1 Pengertian Gaji
Menurut Hariandja (2007, p245) gaji adalah balas jasa kepada
pegawai dalam bentuk uang sebagai konsekuensi dari kedudukannya sebagai
seorang pegawai yang memberikan sumbangan dalam mencapai tujuan
organisasi. Dapat juga dikatakan sebagai bayaran tetap yang diterima
seseorang dari keanggotaannya dalam sebuah organisasi.
Undang-Undang RI No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Bab
1 Pasal 1 mendefinisikan upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan
dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi
kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu
perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk
tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau
jasa yang telah atau akan dilakukan.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa gaji adalah
balas jasa kepada pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang
sebagai imbalan dari pemberi kerja yang ditetapkan dan dinayarkan sesuai
dengan perjanjian kerja. Dapat juga dikatakan sebagai bayaran tetap yang
diterima seseorang dari keanggotaannya dalam sebuah organisasi.
15
2.3.2 Komponen Gaji
Menurut Soemarso (2007, p265) komponen gaji gaji atau upah dapat
diberikan dalam bentuk tunjangan, misalnya tunjangan jabatan, tunjangan
kesehatan, tunjangan perumahan, tunjangan anak, dan lain sebagainya. Ada
pula yang diberi nama uang transportasi, uang makan, dan lain-lain. Kepada
pegawai atau buruh juga dapat diberikan manfaat lain, misalnya asuransi
kesehatan, asuransi kecelakaan, iuran pensiun, dan lain-lain.
Menurut Kaban (2006), besarnya gaji pokok yang diberikan kepada
pegawai, biasanya sangat bergantung dengan latar belakang pendidikan,
kemampuan, maupun pengalaman kerjanya. Selain gaji pokok, biasanya
pegawai mendapatkan beberapa jenis tunjangan yang ditentukan berdasarkan
pada golongan dan jabatannya.
2.3.3 Aktivitas Sistem Informasi Akuntansi Penggajian
Menurut Romney dan Steinbart (2006, p495), aktivitas SIA penggajian
terdiri:
a. Melakukan update master file penggajian
Aktivitas pertama dalam SIA penggajian melibatkan update master file
penggajian untuk menggambarkan berbagai jenis perubahan gaji:
mempekerjakan, menghentikan, perubahan pada tarif pajak, atau
perubahan diskresi pemotongan. Semua perubahan gaji sangat penting
dimasukkan tepat waktu dan menggambarkan secara tepat dalam
pembayaran berikutnya.
b. Melakukan update tarif dan pengurangan pajak
Aktivitas kedua dalam SIA penggajian adalah melakukan update tarif dan
pengurangan pajak. Perubahan dilakukan oleh departemen penggajian,
16
tetapi jarang terjadi. Perubahan terjadi jika menerima keputusan dari
pemerintah mengenai perubahan tarif pajak.
c. Melakukan validasi waktu dan data kehadiran
Aktivitas ketiga dalam SIA penggajian adalah validasi setiap waktu dan
data hadir karyawan. Aktivitas ini dijelaskan sebagai berikut:
1) Skema pembayaran
Untuk karyawan yang dibayar berdasarkan basis per jam, banyak
perusahaan menggunakan time card untuk mencatat jam masuk
dan jam pulang karyawan setiap hari. Time cards ini memberikan
informasi total jam kerja selama periode pembayaran. Banyak
juga perusahaan mengganti time cards dengan time clocks
elektronik, seperti menggunakan ID Cards untuk mencatat
kehadiran karyawan.
2) Peluang menggunakan TI
Proses penggajian dapat dibuat lebih efisien dengan
mengumpulkan pencatatan waktu dan kehadiran karyawan secara
elektronik. Ini dapat mengurangi waktu dan potensi kesalahan
terkait dengan pencatatan manual, verifikasi, hingga memasukkan
data kehadiran dan waktu.
d. Menyiapkan gaji
Aktivitas keempat dalam SIA penggajian adalah menyiapkan gaji. Semua
dokumen yang berhubungan dengan komponen gaji, seperti total jam
kerja, absensi, dan sebagainya dikumpulkan untuk dilakukan perhitungan
gaji. Setelah dihitung, akan diotorisasi oleh atasan yang memiliki
17
wewenang. Kemudian slip gaji dicetak yang berisi total gaji kotor
dikurangi total potongan hingga mendapatkan total gaji bersih.
e. Membayar gaji
Aktivitas kelima dalam SIA penggajian adalah membayar gaji kepada
karyawan. Slip gaji yang telah dicetak akan diberikan kepada karyawan.
Karyawan bagian akuntansi mencatat pengeluaran kas atas gaji.
f. Menghitung pajak yang dibayarkan kepada karyawan
Aktivitas keenam dalam SIA penggajian adalah menghitung pajak. Pajak
dipotong darin gaji karyawan. Pajak yang telah dikumpulkan dari
potongan penghasilan, akan disetor ke kantor pajak.
g. Membayar pajak dari gaji dan pengurangan lain-lain
Aktivitas terakhir dalam SIA penggajian adalah membayar pajak yang
berasal dari potongan gaji karyawan.
2.3.4 Sistem Pengendalian Internal Penggajian
Beberapa kecurangan dalam kegiatan penggajian dan pengendalian
internalnya sebagai berikut:
1. Kecurangan dalam Kegiatan Penggajian
Menurut Gelinas dan Dull (2008, p520), penggajian merupakan area yang
dapat berpotensi timbulnya kecurangan. Perusahaan melakukan ribuan
kali pembayaran gaji kepada karyawan. Jenis kecurangan yang dapat
terjadi pada kegiatan penggajian sebagai berikut:
a. Ghost Employees: karyawan yang tidak benar-benar bekerja pada
perusahaan tetapi menerima slip gaji. Ini bisa saja merupakan
karyawan fiktif.
18
b. Falsified hours and salary: karyawan melebih-lebihkan waktu kerja
atau dapat merubah kenaikan gaji dalam data karyawan.
c. Commission schemes: perusahaan yang menerapkan sistem komisi
kepada karyawan, dapat menimbulkan kecurangan oleh karyawan
dengan melebih-lebihkan target penjualan agar mendapat komisi lebih
banyak atau dapat merubah kenaikan komisi dalam data karyawan.
d. False workers compensation claims: karyawan berpura-pura
mengalami sakit untuk mendapatkan klaim kompensasi.
2. Pengendalian Internal Penggajian
Menurut Gelinas dan Dull (2008, p520), pengendalian internal yang dapat
digunakan oleh perusahaan untuk mencegah kecurangan adalah:
a. Pemisahan wewenang antara pembuatan dan perubahan data
karyawan, persiapan penggajian, dan pengeluaran kas untuk
pembayaran gaji.
b. Melakukan setoran gaji secara langsung untuk mengurangi perubahan,
pemalsuan, dan pencurian slip gaji.
c. Melakukan pemeriksaan data karyawan agar tidak terdapat data
ganda.
Menurut Romney dan Steinbart (2006, p504), fungsi SIA penggajian
yaitu memberikan pengendalian internal yang memadai untuk
memastikan tujuan:
1) Semua transaksi penggajian diotorisasi secara tepat
2) Semua transaksi penggajian dicatat dengan valid.
3) Semua otorisasi transaksi penggajian dicatat dengan valid.
4) Aset (kas dan data) terlindungi dari kehilangan dan pencurian
19
5) Aktivitas penggajian menghasilkan kinerja yang efektif.
2.4 Pajak Penghasilan
2.4.1 Pengertian Pajak Penghasilan
Undang-Undang No. 7 Tahun 1984 tentang Pajak Penghasilan berlaku
sejak 1 Januari 1984. Undang-Undang ini telah beberapa kali mengalami
perubahan dan terakhir kali diubah dengan Undang-Undang No. 36 Tahun
2008.
Undang-Undang Pajak Penghasilan mengatur mengenai Pajak
Penghasilan terhadap subjek pajak berkenaan dengan penghasilan yang
diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Subjek pajak tersebut dikenai
pajak apabila menerima atau memperoleh penghasilan. Subjek pajak yang
menerima atau memperoleh penghasilan dalam Undang-Undang PPh disebut
Wajib Pajak. Wajib Pajak dikenai pajak atas penghasilan yang diterima atau
diperolehnya selama satu tahun pajak atau dapat pula dikenai pajak untuk
penghasilan dalam bagian tahun pajak apabila kewajiban pajak subjektifnya
dimulai atau berkahir dalam tahun pajak.
2.4.2 Pajak Penghasilan Pasal 21
Menurut Mardiasmo (2009, p162), Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah
pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi.
Berdasarkan UU RI No. 36 tentang Pajak Penghasilan, Ketentuan
Pasal 21 ayat (1) sampai ayat (5), dan ayat (8) diubah, serta di antara ayat (5)
dan ayat (6) disisipkan 1 (satu) ayat, yakni ayat 5a sehingga Pasal 21
berbunyi sebagai berikut:
20
(1) Pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa,
atau, kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri wajib dilakukan oleh:
a. Pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang
dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai;
b. Bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium,
tunjangan, dan pembayaran lain, sehubungan dengan pekerjaan, jasa,
atau kegiatan;
c. Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan
pembayaran lain dengan nama apapun dalam rangka pensiun.
d. Badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai
imbalan sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang
melakukan pekerjaan bebas; dan
e. Penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan
dengan pelaksanaan suatu kegiatan.
(2) Tidak termasuk sebagai pemberi kerja yang wajib melakukan
pemotongan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah
kantor perwakilan negara asing dan organisasi internasional.
(3) Penghasilan pegawai tetap atau pensiunan yang dipotong pajak untuk
setiap bulan adalah jumlah penghasilan bruto setelah dikurangi biaya
jabatan atau biaya pensiun yang besarnya ditetapkan dengan Peraturan
Menteri Keuangan, iuran pensiun, dan Penghasilan Tidak Kena Pajak.
(4) Penghasilan pegawai harian, mingguan, serta pegawai tidak tetap lainnya
yang dipotong pajak adalah jumlah penghasilan bruto setelah dikurangi
21
bagian penghasilan yang tidak dikenakan pemotongan yang besarnya
ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan.
(5) Tarif pemotongan atas penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah tarif pajak sebgaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf a,
kecuali ditetapkan lain dengan Peraturan Pemerintah.
(5a) Besarnya tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (5) yang diterapkan
terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
lebih tinggi 20% (dua puluh persen) daripada tarif yang diterapkan
terhadap Wajib Pajak yang dapat menunjukkan Nomor Pokok Wajib
Pajak.
(6) Dihapus
(7) Dihapus
(8) Ketentuan mengenai petunjuk pelaksanaan pemotongan pajak atas
penghasilan sehubungan dengan pekerjaan jasa, atau kegiatan diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
2.4.3 Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21
Menurut Mardiasmo (2009, p166), penerima penghasilan yang dipotong PPh
Pasal 21 sebagai berikut:
a. Pegawai;
b. Penerima uang pesangon, pensiun, atau uang manfaat pensiun, tunjangan
hari tua atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya;
c. Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan, antara lain meliputi:
22
1) Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas yang terdiri dari
pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaries, penilai,
dan aktuaris;
2) Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film,
bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model,
peragawan / peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis,
dan seniman lainnya;
3) Olahragawan;
4) Penasehat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan
moderator;
5) Pengarang, peneliti, penerjemah;
6) Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik komputer dan
sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi,
ekonomi, dan sosial serta pemberi jasa pada suatu kepanitiaan;
7) Agen iklan;
8) Pengawas atau pengelola proyek;
9) Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang
menjadi perantara;
10) Petugas penjaja barang dagangan;
11) Petugas dinas luar asuransi;
12) Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan
kegiatan sejenis lainnya.
d. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan
sehubungan dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan antara lain
meliputi:
23
1) Peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan
olahraga, seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan
perlombaan lainnya;
2) Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan
kerja;
3) Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai
penyelenggara kegiatan tertentu;
4) Peserta pendidikan, pelatihan, magang;
5) Peserta kegiatan lainnya.
2.4.4 Penerima Penghasilan yang Tidak Dipotong PPh Pasal 21
Menurut Mardiasmo (2009, p167), penerima penghasilan yang tidak dipotong
PPh Pasal 21 adalah:
a. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara
asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja
pada dan bertempat tinggal bersama mereka, dengan syarat bukan Warga
Negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh
penghasilan diluar pekerjaanya tersebut, serta negara yang bersangkutan
memberikan perlakuan timbal balik.
b. Pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (1) huruf c Undang-Undang Pajak Penghasilan, yang telah
ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dengan syarat bukan Warga Negara
Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk
memperoleh penghasilan di Indonesia.
24
2.4.5 Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21
Menurut Mardiasmo (2009, p167), penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21
adalah:
a. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap, baik berupa
penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak teratur;
b. Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara teratur
berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya;
c. Penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja dan
penghasilan sehubungan dengan pensiun yang diterima secara sekaligus
berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau
jaminan hari tua, dan pembayaran lain sejenis;
d. Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas,berupa upah
harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan, atau upah yang
dibayarkan secara bulanan;
e. Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi,
fee, dan imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang
dilakukan;
f. Imbalan kepada peserta kegiatan antara lain berupa uang saku, uang
representasi, uang rapat, honorarium, hadiah, atau penghargaan dengan
nama dan dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenis dengan nama
apapun;
g. Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan lainnya dengan
nama dan dalam bentuk apapun yang diberikan oleh:
1) Bukan Wajib Pajak
25
2) Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final;
atau
3) Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma
perhitungan khusus.
2.4.6 Penghasilan yang Tidak Dipotong PPh Pasal 21
Menurut Mardiasmo (2009, p169), penghasilan yang tidak dipotong PPh
Pasal 21 adalah:
a. Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi
jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa;
b. Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk
apapun diberikan oleh Wajib Pajak atau pemerintah, yang diberikan
Wajib Pajak dikenakan Pajak Penghasilan bersifat final dan yang
dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma perhitungan khusus;
c. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan, iuran tunjangan hari tua atau
jaminan hari tua kepada badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja
yang dibayarkan oleh pemberi kerja;
d. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau
lembaga amal zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau
sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang
diakui di Indonesia yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari
lembaga keagamaan yan dibentuk atau disahkan oleh pemerintah;
e. Beasiswa.
26
2.4.7 Penghasilan Tidak Kena Pajak
Sesuai dengan Pasal 7 ayat (3) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008
tentang Pajak Penghasilan, besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak per tahun
diberikan paling sedikit sebesar:
a. Rp 15.840.000 (lima belas juta delapan ratus empat puluh ribu rupiah)
untuk diri Wajib Pajak orang pribadi;
b. Rp 1.320.000 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah) tambahan untuk
Wajib Pajak yang kawin;
c. Rp 15.840.000 (lima belas juta delapan ratus empat puluh ribu rupiah)
tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung dengan
penghasilan suami dengan syarat:
1) Penghasilan istri tidak hanya diterima atau diperoleh dari satu
pemberi kerja yang telah dipotong pajak berdasarkan ketentuan
dalam Undang-Undang PPh Pasal 21, dan
2) Pekerjaan istri tidak ada hubungannya dengan usaha atau
pekerjaan bebas suami atau anggota keluarga yang lain.
d. Rp 1.320.000 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah) tambahan untuk
setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis
keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya,
paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.
2.4.8 Tarif Pajak Penghasilan
Sesuai dengan Pasal 17 ayat (1) huruf a UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan, besarnya tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena
Pajak bagi Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri sebagai berikut:
27
Tabel 2.1 Tarif Pajak Penghasilan
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
sampai dengan Rp 50.000.000 5%
di atas Rp 50.000.000 sampai dengan Rp 250.000.000
15%
di atas Rp 250.000.000 sampai dengan Rp 500.000.000
25%
di atas Rp 500.000.000 30%
Besarnya biaya jabatan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto untuk
perhitungan pemotongan Pajak Penghasilan bagi pegawai tetap, ditetapkan
sebesar 5% dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya Rp 6.000.000 setahun
atau Rp 500.000 sebulan.
2.5 Konsep Analisis dan Perancangan Beorientasi Objek
2.5.1 Objects
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p61), objects adalah
wujud di dalam sistem komputer yang memiliki kemampuan merespon pesan.
Objects merupakan type of thing – seorang pelanggan atau karyawan seperti
tombol atau menu. Mengidentifikasi tipe objek berarti mengklasifikasi suatu
hal. Beberapa hal, seperti pelanggan ada di luar sistem ( the real customer )
dan di dalam sistem secara terpisah ( a computer representation of a
customer ).
2.5.2 Attributes, Methods, and User Interface
2.5.2.1 Pengertian Attributes
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p62), attributes adalah
karakteristik objek yang memiliki nilai-nilai, seperti ukuran, bentuk, warna,
28
tempat, dan keterangan suatu tombol, label, contohnya jendela pada layar
memiliki attributes seperti tinggi dan lebar, batas, dan warna latar belakang.
2.5.2.2 Pengertian Methods
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p62), methods adalah
perilaku atau operasi yang menggambarkan kemampuan dari sebuah objek,
contohnya tombol dapat diklik, label dapat menampilkan teks, dan ukuran
jendela dapat berubah.
2.5.2.3 Pengertian User Interface Object
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p62), user interface
object adalah sebuah objek yang berinteraksi dengan user saat menggunakan
sistem, seperti tombol, menu item, text box atau label.
2.5.3 Classes dan Identity
2.5.3.1 Pengertian Classes
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p63) classes adalah
jenis atau penggolongan yang memiliki kesamaan objek. Classes
menggambarkan semua objek class apa yang diwakili.
2.5.3.2 Pengertian Identity
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p66), identity adalah
referensi unik sebuah objek yang memungkinkan objek lain untuk
menemukan dan mengirimkan sebuah pesan. Untuk mengetahui apa yang
akan dilakukan objek, pengguna harus mengetahui identitas objek tersebut.
Identitas objek biasanya tersimpan sebagai memory.
29
2.5.4 Polymorphism, Encapsulation, and Inheritance
2.5.4.1 Pengertian Polymorphism
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p67), polymorphism
adalah sifat objek yang memungkinkan untuk merespon secara berbeda
terhadap pesan yang sama.
2.5.4.2 Pengertian Encapsulation
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p66), pengertian
encapsulation adalah melakukan penggabungan attributes dan metode dalam
satu unit dan struktur internal objek disembunyikan.
2.5.4.3 Pengertian Inheritance
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p66), inheritance adalah
konsep di mana satu class dari objek membagikan beberapa sifat untuk class
lain.
2.6 Unified Modelling Language (UML)
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p48), unified modelling
language adalah bentuk standar dari konstruksi dan notasi yang dikembangkan
secara khusus untuk pengembangan beorientasi objek.
2.7 Fase Siklus Pengembangan Sistem
Menurut Whitten dan Bentley (2007, p30), siklus pengembangan sistem
merupakan satu set aktivitas, metode, pelatihan terbaik, deliverables, dan
peralatan terotomatisasi yang digunakan stakeholders untuk mengembangkan
dan memelihara sistem informasi. Kebanyakan, proses pengembangan sistem
30
yang digunakan di organisasi mengikuti pendekatan pemecahan masalah.
Pendekatan pemecahan masalah tersebut terdiri dari 4 fase, yaitu System
Initiation, System Analysis, System Design, dan System Implementation.
a. System Initiation
Menurut Whitten dan Bentley (2007, p32), system initiation
adalah perencanaan awal proyek untuk mendefinisikan lingkup bisnis,
tujuan, jadwal, dan anggaran. Ruang lingkup proyek mendefinisikan area
bisnis yang ditujukan dengan proyek dan tujuan harus dicapai. Ruang
lingkup dan tujuan mempengaruhi komitmen sumber daya, jadwal, dan
anggaran yang harus dibuat agar berhasil menyelesaikan proyek. Dengan
membuat jadwal proyek dan anggaran untuk langkah awal ruang lingkup
dan tujuan, maka stakeholders dapat menerima kenyataan bahwa segala
perubahan masa depan pada ruang lingkup dan tujuan akan memberikan
dampak pada jadwal dan anggaran.
b. System Analysis
Menurut Whitten dan Bentley (2007, p32), system analysis adalah
penelitian dari sebuah domain untuk merekomendasikan perbaikan dan
spesifikasi kebutuhan bisnis dan prioritas untuk solusi. System analysis
membutuhkan pekerjaan yang berhubungan dengan pengguna sistem agar
kebutuhan bisnis dan harapan pada sistem baru menjadi jelas. Saat sistem
telah selesai dianalisis, sering terjadi banyak update untuk kebutuhan dari
yang telah dihasilkan pada proses inisiasi sistem. Analisis tersebut
mungkin mengungkapkan kebutuhan untuk merevisi ruang lingkup bisnis
atau tujuan proyek yang mungkin saja ruang lingkup menjadi terlalu besar
atau terlalu kecil. Dengan demikian, jadwal dan anggaran proyek harus
31
direvisi sehingga kelayakan proyek tersebut dipertanyakan apakah proyek
dapat dibatalkan atau dilanjutkan ke fase selanjutnya.
c. System Design
Menurut Whitten dan Bentley (2007, p33), system design adalah
spesifikasi atau teknik konstruksi, solusi berbasis komputer untuk
identifikasi kebutuhan bisnis pada analisis sistem. System design
mengembangkan blueprints yang digunakan untuk melaksanakan solusi
final. Blueprints ini akan digunakan untuk melakukan implementasi
database, programs, user interfaces, dan network yang dibutuhkan dalam
sistem informasi.
d. System Implementation
Menurut Whitten dan Bentley (2007, p33), system implementation
adalah instalasi konstruksi, testing, dan pengiriman sistem menjadi
produksi. Arti lainnya adalah memproduksi teknis perangkat keras dan
solusi perangkat lunak untuk masalah bisnis sesuai spesifikasinya.
2.8 Analisis dan Perancangan Sistem Informasi
2.8.1 Object Oriented Analysis (OOA)
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005,p60), object oriented
analysis adalah penjelasan semua jenis objek yang melakukan pekerjaan di
dalam sistem dan menunjukkan interaksi user, disebut use case dibutuhkan
untuk menyelesaikan tugas.
2.8.2 Pengertian Object Oriented Design
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p60), object oriented
design adalah penjelasan semua jenis objek yang dibutuhkan untuk
berkomunikasi dengan orang-orang dan alat di dalam sistem, menunjukkan
32
bagaimana objek tersebut saling berhubungan untuk menyelesaikan
pekerjaan, dan mengolah definisi dari setiap jenis objek, maka objek tersebut
dapat diterapkan dengan lingkungan atau bahasa khusus.
2.8.3 Pengertian Object Oriented Programming
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p61), object oriented
programming adalah penulisan pernyataan dalam bahasa pemrograman untuk
menggambarkan setiap jenis apa yang dilakukan oleh objek, termasuk
pengiriman pesan objek kepada satu sama lain.
2.9 Pemodelan Analisis dan Perancangan Sistem Informasi
2.9.1 Activity Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p144), activity diagram
adalah diagram arus kerja sederhana yang menggambarkan berbagai aktivitas
user dan sequence yang berurutan. Simbol yang digunakan yaitu:
a. Starting Activity (pseudo)
Merupakan simbol untuk menandakan dimulainya aktivitas.
b. Transition Arrow
Merupakan garis penunujuk arah urutan aktivitas yang menggambarkan
transisi dari suatu aktivitas.
c. Activity
Merupakan simbol yang menggambarkan aktivitas.
33
Gambar 2.1 Simbol Activity Diagram
(Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd 2005, p145)
d. Ending Activity (pseudo)
Merupakan simbol untuk menandakan berakhirnya aktivitas.
e. Swimlane
Merupakan area persegi dalam activity diagram yang menunjukkan
aktivitas diselesaikan single agent.
f. Synchronization bar
Merupakan symbol yang digunakan untuk mengontrol pemisahan atau
penyatuan dari jalur berurutan.
34
g. Diamond
Merupakan simbol poin keputusan dalam alur proses mengikuti satu jalur
atau jalur lainnya.
2.9.2 Event Table
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p174), event table
termasuk baris dan kolom, menggambarkan events dan detailnya. Setiap baris
dalam event table mencatat informasi satu event dan use casenya. Setiap
kolom dalam event table menggambarkan kata kunci informasi event dan use
case.
Gambar 2.2 Contoh Event Table
(Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd 2005, p175)
35
a. Pengertian Event
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p175), event adalah
kejadian pada waktu dan tempat tertentu, dapat digambarkan, dan harus
diingat oleh sistem. Event memicu semua proses yang dilakukan sistem.
b. Pengertian Trigger
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p175), trigger
adalah tanda yang memberitahukan sistem bahwa telah terjadi peristiwa.
Untuk peristiwa eksternal, trigger merupakan datangnya data yang harus
diproses oleh sistem. Contohnya, ketika pelanggan melakukan pesanan,
maka rincian pesanan baru sebagai input. Untuk peristiwa sementara,
trigger merupakan titik waktu. Contohnya, pada akhir setiap hari kerja,
sistem telah mengetahui waktu untuk menghasilkan laporan ringkasan
transaksi.
c. Pengertian Source
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p175), source
adalah agen eksternal yang memberikan data ke sistem.
d. Pengertian Response
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p175), response
adalah output dari sistem. Ketika sistem menghasilkan laporan ringkasan
transaksi, laporan tersebut merupakan outputs. Satu use case dapat
menghasilkan beberapa responses. Contoh, ketika sistem membuat
pesanan baru, maka konfirmasi pesanan diberikan kepada pelanggan,
rincian pesanan diberikan kepada bagian pengiriman, dan catatan
transaksi diberikan kepada bank.
36
e. Pengertian Destination
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p175), destination
adalah tempat di mana beberapa response telah dikirim. Kadang-kadang
use case tidak menghasilkan response sama sekali. Contoh, jika
pelanggan ingin melakukan update informasi akun, informasi tersebut
tersimpan dalam database, tapi tidak dibutuhkan output untuk dihasilkan.
Mencatat informasi dalam database merupakan bagian dari use case.
2.9.3 Use Case Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p52), use case adalah
suatu kegiatan yang dilakukan oleh sistem, pada umumnya sebagai jawaban
atas suatu permintaan user. Gambar di bawah ini menjelaskan notasi use
case. Actor digambarkan dengan orang dan perannya di dalam use case. Use
case digambarkan dalam bentuk oval dengan nama use case di dalamnya.
Garis penghubung antara actor dan use case menjelaskan hubungan actor
dengan use case.
Gambar 2.3 Contoh Notasi Use Case Diagram
(Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd 2005, p215)
37
2.9.4 Use Case Description
Gambar 2.4 Contoh Use Case Description
(Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd 2005, p223)
38
2.9.5 Class Diagram
Gambar 2.5 Notasi Class Diagram
(Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd 2005, p304)
Class Diagram memiliki 3 desain, yaitu:
a. First Cut Class Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p309), First Cut Class
Diagram dikembangkan dengan memperluas domain model class diagram.
Perluasan ini membutuhkan 2 langkah: (1) melakukan elaborasi atribut
dengan informasi type and initial value dan (2) menambahkan panah
navigasi. Melakukan elaborasi atribut cukup mudah. Semua atribut tetap tak
terilhat atau private, ditunjukkan oleh tanda minus dalam diagram. Gambar
2.6 merupakan contoh First Cut Class Diagram.
39
Gambar 2.6 Contoh First Cut Class Diagram
(Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd 2005, p307)
b. Domain Model Class Diagram
Gambar 2.7 Contoh Domain Class Diagram
(Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd 2005, p310)
40
c. Updated Design Class Diagram
Gambar 2.8 Contoh Updated Design Class Diagram
(Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd 2005, p340 )
2.9.6 Statechart Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p237), statechart dapat
dikembangkan untuk problem domain classes yang memiliki behavior
kompleks atau penelusuran kondisi status. Statechart diagram, adalah
kumpulan bentuk ovals yang menjelaskan status objek, dan anak panah
41
menjelaskan transisinya. Di bawah ini notasi yang digunakan dalam
statechart diagram.
Gambar 2.9 Notasi Statechart Diagram
(Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd 2005, p237 )
Titik awal statechart adalah black dot yang disebut Pseudostate. Oval
pertama setelah black dot adalah state pertama. State dari objek merupakan
kondisi yang terjadi selama hidupnya ketika memenuhi beberapa criteria. Setiap
unique state memiliki unique name. States digambarkan sebagai kondisi
semipermanen karena kejadian eksternal dapat menginterupsinya. Transition
adalah pergerakan objek dari 1 state ke state lainnya. Ini adalah mekanisme
yang menyebabkan objek berpindah state dan berubah ke state baru.
Destination state merupakan state di mana objek berpindah selama transisi.
Origin state merupakan original state dari objek di mana transisi terjadi.
Message event merupakan pemicu transisi yang menyebabkan objek berpindah
dari original state.
42
2.9.7 Sequence Diagram
a. System Sequence Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p315), system
sequence diagram digunakan sebagai input dokumen ke output dari
sistem pada use case atau scenario tunggal. System sequence diagram
melakukan capture interaksi antara sistem dan aktor. Sistem itu sendiri
diperlakukan sebagai objek tunggal yang dinamakan :System. Input ke
sistem merupakan pesan dari actor kepada sistem, dan output yang
dihasilkan biasanya mengembalikan pesandari data. Di bawah ini
merupakan notasi yang digunakan dalam sequence diagram.
Gambar 2.10 Notasi System Sequence Diagram
(Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd 2005, p315)
43
b. Completed Three Layer Design Sequence Diagram
Gambar 2.11 Contoh Completed Three Layer Design Sequence Diagram
(Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd 2005, p328)
44
2.9.8 Package Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p341), nama package
umumnya ditampilkan dalam tab meskipun dalam package for high levels
views, jika tidak ada detail di dalam package, nama dapat ditempatkan di
dalam package rectangle. Classes di tempatkan dalam package. Simbol yang
digunakan dalam package diagram adalah panah (dependency relationship).
Gambar 2.12 Contoh Package Diagram
(Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd 2005, p341)
45
2.9.9 User Interface
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p442), user interface
memungkinkan user berinteraksi dengan komputer untuk mencatat transaksi,
contoh ketika customer service mencatat pesanan pelanggan. Output yang
dihasilkan ditampilkan di layar komputer.
2.10 Kerangka Pikir
Kerangka pikir dalam penyusunan penelitian ini dimulai dari tahap
inisiasi yaitu pengumpulan data dan mempelajari proses bisnis berjalan. Dalam
mempelajari proses bisnis berjalan diperoleh struktur organisasi, visi dan misi,
tugas dan wewenang, kegiatan operasi perusahaan dan proses penggajian. Tahap
analisis dilakukan dengan menganalisis data yang diperoleh. Analisis
menggunakan activity diagram untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi.
Tahap perancangan dilakukan menggunakan metode Object Oriented Analysis
and Design pendekatan Satzinger. Perancangan ini mengggunakan activity
diagram yang diusulkan, use case diagram,use case description, event table,
first cut class diagram, domain class diagram, statechart diagram, system
sequence diagram, completed three layer design sequence diagram, update
design class diagram, user interface, dan package diagram. Setelah tahap
perancangan selesai dilakukan, maka dilanjutkan ke tahap pengembangan
sistem menggunakan Microsoft Visual Studio 2010 dan My SQL sebagai
database. Tahap yang terakhir dilakukan adalah tahap implementasi, yaitu
rencana pengaturan implementasi dan rencana implementasi dengan Gantt
Chart. Di bawah ini adalah gambar 2.12 yang menjelaskan kerangka pikir:
46
Gambar 2.13 Kerangka Pikir