pendahuluansendika.pmat-umpwr.info/daftar/pemakalah/full-papper… · web viewoleh karena itu,...

15
PENERAPAN PENDEKATAN PMR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENYELESAIAN MASALAH DALAM MENYELESAIKAN PLSV Yafet Kala Pandu FKIP, Universitas Sanata Dharma email: [email protected] Abstract Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengetahui kemampuan pemecahan masalah siswa SMP Bopkri I (2) mengetahui proses pembelajaran menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik ( PMR ) pada materi PSLV. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian desain. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII A SMP Bopkri .Instrumen penelitian yang digunakan adalah catatan lapangan dan lembar tes hasil belajar. Metode pengumpulan data diperoleh melalui rekaman dokumentasi dan pelaksanaan tes hasil belajar. Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2019. Hasil dari penelitian ini adalah (1) Desain pembelajaran melalui pendekatan pendidikan matematika realistik yang dirancang baik dan dapat membantu peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan dengan materi persamaan linear satu variabel pada siswa kelas VIII A SMP BOPKRI 1. (2) Kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII A SMP BOPKRI 1 berdasarkan indikator kemampuan pemecahan masalah menurut NCTM dalam menentukan persamaan linear satu variabel sudah bagus namun belum maksimal. Dalam hal ini siswa belum mampu menjelaskan hasil sesuai permasalahan asal. Subjek pertama secara sudah memenuhi semua indikator pemecahan masalah menurut NCTM, sedangkan untuk subjek kedua indikator pemecahan masalah yang tidak terpenuhi adalah indikator keempat yakni Siswa tidak dapat menjelaskan hasil sesuai permasalahan asal. Keywords: Pendidikan Matematika Realistik; Pemecahan Masalah;Persamaan Linear Satu Variabel. 1.PENDAHULUAN Dalam mempelajari matematika ada beberapa kemampuan yang harus dimiliki siswa, salah satunya yaitu kemampuan pemecahan masalah. Kemampuan pemecahan masalah matematika sangat penting bagi siswa. Pentingnya pemecahan masalah matematika ditegaskan dalam NCTM (2000: 52) yang menyatakan bahwa pemecahan masalah merupakan bagian integral dalam pembelajaran matematika, sehingga hal tersebut tidak boleh dilepaskan dari pembelajaran matematika. Selain itu, kemampuan pemecahan masalah merupakan tujuan dari pembelajaran matematika. Berdasarkan hasil laporan pada tahun 2013 (Nurfuadah, 2013), menyatakan bahwa literasi matematika siswa Indonesia sangat rendah. Salah satu alasan yang diungkapkan adalah karena kurikulum pendidikan matematika di Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2017

Upload: others

Post on 20-May-2020

7 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENDAHULUANsendika.pmat-umpwr.info/daftar/pemakalah/full-papper… · Web viewOleh karena itu, kemampuan pemecahan masalah menjadi fokus pembelajaran matematika di semua jenjang,

PENERAPAN PENDEKATAN PMR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENYELESAIAN MASALAH DALAM MENYELESAIKAN PLSV

Yafet Kala PanduFKIP, Universitas Sanata Dharma

email: [email protected]

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengetahui kemampuan pemecahan masalah siswa SMP Bopkri I (2) mengetahui proses pembelajaran menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik ( PMR ) pada materi PSLV. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian desain. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIIA SMP Bopkri .Instrumen penelitian yang digunakan adalah catatan lapangan dan lembar tes hasil belajar. Metode pengumpulan data diperoleh melalui rekaman dokumentasi dan pelaksanaan tes hasil belajar. Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2019. Hasil dari penelitian ini adalah (1) Desain pembelajaran melalui pendekatan pendidikan matematika realistik yang dirancang baik dan dapat membantu peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan dengan materi persamaan linear satu variabel pada siswa kelas VIIIA SMP BOPKRI 1. (2) Kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIIIA

SMP BOPKRI 1 berdasarkan indikator kemampuan pemecahan masalah menurut NCTM dalam menentukan persamaan linear satu variabel sudah bagus namun belum maksimal. Dalam hal ini siswa belum mampu menjelaskan hasil sesuai permasalahan asal. Subjek pertama secara sudah memenuhi semua indikator pemecahan masalah menurut NCTM, sedangkan untuk subjek kedua indikator pemecahan masalah yang tidak terpenuhi adalah indikator keempat yakni Siswa tidak dapat menjelaskan hasil sesuai permasalahan asal.

Keywords: Pendidikan Matematika Realistik; Pemecahan Masalah;Persamaan Linear Satu Variabel.

1. PENDAHULUANDalam mempelajari matematika ada

beberapa kemampuan yang harus dimiliki siswa, salah satunya yaitu kemampuan pemecahan masalah. Kemampuan pemecahan masalah matematika sangat penting bagi siswa. Pentingnya pemecahan masalah matematika ditegaskan dalam NCTM (2000: 52) yang menyatakan bahwa pemecahan masalah merupakan bagian integral dalam pembelajaran matematika, sehingga hal tersebut tidak boleh dilepaskan dari pembelajaran matematika. Selain itu, kemampuan pemecahan masalah merupakan tujuan dari pembelajaran matematika.

Berdasarkan hasil laporan pada tahun 2013 (Nurfuadah, 2013), menyatakan bahwa literasi matematika siswa Indonesia sangat rendah. Salah satu alasan yang diungkapkan adalah karena kurikulum pendidikan matematika di Indonesia belum menekankan pada pemecahan masalah, melainkan pada hal – hal prosedural. Siswa dilatih menghafal

rumus, tetapi kurang menguasai penerapannya dalam memecahkan suatu masalah.

Selain itu, dalam seminar nasional matematika, Kesumawati memberi pernyataan bahwa kemampuan pemecahan masalah pada siswa di Indonesia masih sangat kurang, padahal pemecahan masalah sangat penting karena dapat digunakan atau diaplikasikan dalam kehidupan sehari – hari (Kesumawati, 2009, hal. 485). Lebih jelasnya berdasarkan laporan hasil observasi pada tahun 2016 pada Sekolah UTY Medan pada kelas VII (Idris I,Silalahi, D.K), bahwa kenyataannya peneliti di kelas selalu memberikan soal – soal prosedural. Peneliti tidak pernah memberikan masalah pada pelajaran matematika dengan bentuk soal cerita sehingga hal tersebut membuat siswa tidak dapat memecahkan masalah dalam bentuk soal cerita.

Berdasarkan observasi awal terhadap siswa kelas VIII di SMP BOPKRI 1 diperoleh temuan bahwa siswa kurang mampu memecahkan masalah matematika yang terkait dengan dunia nyata dan belum terbiasa

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2017

Page 2: PENDAHULUANsendika.pmat-umpwr.info/daftar/pemakalah/full-papper… · Web viewOleh karena itu, kemampuan pemecahan masalah menjadi fokus pembelajaran matematika di semua jenjang,

menuangkan pemikiran dalam bentuk lisan maupun tulisan. Mereka kesulitan dalam menentukan masalah, tahapan yang harus dipilih untuk mencari solusi serta menentukan masalah, tahapan yang harus dipilih untuk menentukan solusi serta menentukan pola yang dapat digunakan. Siswa lebih senang jika diberikan soal yang berbentuk angka – angka sehingga langsung tahu apa yang akan dicari tanpa harus mengintepretasikan soal terlebih dahulu.

Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran matematika di kelas tersebut belum menggunakan model pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah. Melihat permasalahan yang terjadi, maka perlu diadakan perbaikan dalam pembelajaran matematika agar siswa dapat mengembangkan kemampuannya dalam memecahkan masalah matematika.

Tujuannya agar kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika dapat meningkat, lebih berkembang dan mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, apabila ingin meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa pada mata pelajaran matematika salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di sekolah seperti mengubah model pembelajarannya. Dengan demikian, diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika.

Salah satu model yang dapat digunakan oleh peneliti untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis pada siswa adalah dengan menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia ( PMR ). Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah yang ada dalam penelitian ini adalah Bagaimana kemampuan pemecahan masalah siswa SMP BOPKRI 1? Bagaimana proses pembelajaran menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia ( PMR)?

2. KAJIAN LITERATUR DAN PEGEMBANGAN HIPOTESIS (JIKA ADA)

NCTM (2000) menyebutkan bahwa memecahkan masalah bukan saja merupakan suatu sasaran belajar matematika, tetapi sekaligus merupakan alat utama untuk melakukan belajar itu. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan masalah menjadi fokus pembelajaran matematika di semua jenjang, dari sekolah dasar hingga perpenelitian tinggi. Dengan mempelajari pemecahan masalah di dalam matematika, para siswa akan mendapatkan cara-cara berfikir, kebiasaan tekun, dan keingintahuan, serta kepercayaan diri di dalam situasi-situasi tidak biasa, sebagaimana situasi yang akan mereka hadapi di luar ruang kelas matematika. Di kehidupan sehari-hari dan dunia kerja, menjadi seorang pemecah masalah yang baik bisa membawa manfaat-manfaat besar.

Menurut NCTM (2000: 209) indikator – indikator untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematika siswa meliputi: 1) Siswa dapat mengidentifikasi unsur – unsur yang diketahui, yang ditanyakan, dan kecukupan unsur yang diperlukan, 2) Siswa dapat merumuskan masalah matematik atau menyusun model matematik, 3) Siswa dapat menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah (sejenis dan masalah baru) dalam atau diluar matematika, 4) Siswa dapat menjelaskan hasil sesuai permasalahan asal.

Model pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik (PMR) mengacu kepada pendapat Fundamental yang beranggapan bahwa matematika itu harus dikaitkan/diterapkan dalam kehidupan nyata aktivitas manusia. Menurut Treffers (dalam Aris 2004 h. 147) menyatakan : terdapat dua jenis matematisasi, yaitu matematisasi horizontal dan vertikal. Dalam matematika horizontal siswa menggunakan matematika untuk mengorganisasikan dan maslah yang ada pada situasi nyata. Contohnya adalah pengidentifikasian, perumusan, dan pemvisualan masalah dalam cara yang berbeda , perumusan masalah kehidupan sehari-hari ke dalam bentuk matematika. Sementara matematisasi vertikal adalah menghaluskan atau memperbaiki model,

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2017

Page 3: PENDAHULUANsendika.pmat-umpwr.info/daftar/pemakalah/full-papper… · Web viewOleh karena itu, kemampuan pemecahan masalah menjadi fokus pembelajaran matematika di semua jenjang,

menggunakan model yang berbeda, memadukan dan mengkombinasikan model, membuktikan keteraturan, merumuskan konsep matematika yang baru dan penggeneralisasian.

Dalam Pendidikan Matematika Realistik (PMR) kedua matematisasi horzontal dan vertikal digunakan dalam proses belajar mengajar mengklasifikasikan empat pendekatan pembelajaran matematika, yaitu mekanistik, empiristik, strukturalis dan realistik. Menurut Hobri (2009: 168-170) ketiga prinsip tersebut dioperasionalkan ke dalam karakteristik PMR sebagai berikut: Menggunakan masalah kontekstual (the use of contex), Menggunakan model (use models, bridging by verti instruments), Menggunakan kontribusi siswa (student contribution), Interaktivits (interactivity), Terintegrasi dengan topik lainnya (intertwining). Sedangkan Prinsip-prinsip pokok pembelajaran matematika secara PMR yang dikemukakan oleh Marpaung (2001: 5-6) yaitu : Prinsip Aktivitas, Prinsip Realitas, Prinsip Penjenjangan, Prinsip Jalinan, Prinsip Interaksi, Prinsip Bimbingan.

Mengacu pada karakteristik pembelajaran matematika realistik di atas, maka langkah-langkah dalam kegiatan inti proses pembelajaran matematika realistik pada penelitian ini adalah : Memahami masalah kontekstual, Menyelesaikan masalah kontekstual, Membandingkan dan mendiskusikan jawaban, Menyimpulkan. (Soimin, 2014, h.150 – 1

3. METODE PENELITIANDalam penelitian ini, peneliti

menggunakan penelitian desain (design research). Penelitian ini terdiri dari tiga fase meurut Gravemeijer dan Cobb (dalam Rully , 2017) ada tiga fase dalam penelitian desain yaitu persiapan uji coba desain, uji coba desain dan analisis retrospektif. 1) Fase pertama: persiapan uji coba desain

Persiapan untuk uji coba desain dimulai dengan mengklarifikasi tujuan – tujuan yang akan dicapai oleh siswa lalu peneliti menentukan titik-titik awal pembelajaran lalu peneliti membuat dugaan teori pembelajaran lokal dari desain yang akan diujicobakan. Teori pembelajaran lokal berisi dugaan bagaimana proses pembelajaran akan terjadi, dugaan

aktivitas pembelajaran yang produktif, budaya kelas yang diimpikan, dugaan bagaimana peneliti dapat berperan secara proaktif dalam pembelajaran, dan dugaan bagaimana siswa berpikir dalam proses pembelajaran tersebut yang terangkum dalam sebuah HLT (Hypothectical Learning Trajectory).

2) Fase kedua: uji coba desainTujuan dari uji coba desain adalah menguji dan meningkatkan dugaan teori pembelajaran yang sudah dikembangkan pada fase pertama, serta mengembangkan pemahaman bagaimana desain tersebut bekerja.

3) Fase ketiga: analisis retrospektif. Tujuan dari analisis retrospektif adalah untuk mengembangkan teori pembelajaran local. Kegiatan yang dilakukan pada fase ketiga ini adalah menganalisis sekumpulan data yang masuk.Subyek dalam penelitian adalah siswa

kelas VIIIA SMP BOPKRI 1. Objek penelitian adalah HLT dan masalah terkait Persamaan Linear Satu Variabel. Tempat penelitian ini dilaksanakan di SMP BOPKRI 1 yang beralamat di Jl. Mas Suharto Jambu No.48, Tegal Panggung, Kec. Danurejan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55212 tahun pelajaran 2019/2020. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan, yaitu bulan Maret sampai bulan April tahun 2019. Penelitian dimulai dari observasi hingga diakhiri pembuatan analisis retrospektif. Instrument yang dipakai adalah HLT (Hypothectical Learning Trajectory). Teknik analisis data dilakukan secara kualitatif dimana data direduksi, disajikan dan ditarik kesimpulan.Teknik Pengumpulan Data 1) Observasi

Teknik ini digunakan untuk melihat dan mengalami secara langsung keadaan suatu lapangan agar peneliti memperoleh gambaran yang lebih luas tentang obyek yang diteliti. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi secara langsung dan menuliskan apa yang terjadi dalam lembar pengamatan, fungsinya adalah untuk melihat kembali yang sudah terjadi.

2) DokumenDokumen dalam penelitian ini berupa foto – foto dan rekaman ketika melakukan uji produk. Melalui cara ini dimaksudkan

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2017

Page 4: PENDAHULUANsendika.pmat-umpwr.info/daftar/pemakalah/full-papper… · Web viewOleh karena itu, kemampuan pemecahan masalah menjadi fokus pembelajaran matematika di semua jenjang,

peneliti memperoleh data belajar siswa dan data tentang keadaan sekolah misalnya jumlah siswa, dan fasilitas yang dimiliki sekolah guna menjuang peneltian.

3) TesTes adalah cara yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan tes dalam penelitian ini dilakukan di akhir materi.Dalam penelitian ini teknik analisis

datanya mengadopsi tori menurut sugiyono (2018:293), Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit – unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Adapun cara analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal – hal pokok, mengfokuskan pada hal – hal penting yang dipilih sesuai kebutuhan untuk menjawab rumusan masalah, dan membuang hal – hal yang tidak diperlukan. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah pengumpulan data selanjutnya.

2. Penyajian dataSetelah mereduksi data, maka langkah selanjutannya adalah menyajikan data. Pada tahap ini, data – data yang telah direduksi diklasikasikan dan dianalisis berdasarkan rumusan masalah.

3. Penarikan KesimpulanBerdasarkan data yang telah disajikan, peneliti menarik kesimpulan sesuai rumusan masalah. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya pernah ada. Temuan berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang – remang.

4. HASIL DAN PEMBAHASANPenelitian ini berlangsung selama dua

pertemuan. Pertemuan pertama membahas mengenai konsep Persamaan Linear Satu Variabel serta menerapkan HLT yang telah didesain. Proses pembelajaran diawali dengan membagi siswa yang berjumlah 20 orang dalam 5 kelompok. Setelah membagi siswa dalam kelompok, peneliti kemudian menyampaikan tujuan siswa dibagi dalam kelompok. Tujuannya adalah siswa bersama anggota kelompok lainnya melakukan kegiatan yang diinstruksikan oleh peneliti, yang selanjutnya akan dilakukan dengan kegiatan diskusi dalam kelompok.a) Persiapan Uji Coba Desain

Dalam tahap ini peneliti mendesain pembelajaran yang akan digunakan untuk membelajarkan materi PLSV dengan menggunakan pendidikan matematika realistik. Pengembangan Hypothetical Learning Trajectory (HLT) pada setiap aktivitas pembelajaran merupakan bagian terpenting dalam mendesain aktivitas pembelajaran peserta didik. Desain pembelajaran tersebut merupakan peta konsep yang akan dilalui oleh peserta didik selama proses pembelajaran. Aktivitas pembelajaran serta hasil berpikir peserta didik dihipotesakan dalam HLT.

b) Percobaan DesainPertemuan pertama1. Memahami masalah kontekstual

Pada tahap ini, peneliti memberikan masalah nyata pada siswa, yang tujuannya adalah agar siswa dapat menemukan konsep Persamaan Linear Satu Variabel. Konteks yang digunakan muncul dari aktivitas pembelian yang dilakukan oleh siswa tersebut. Adapun barang – barang dan uang yang yang dibeli berdasarkan undian kelompok I menarik undian 3 buah beng – beng dengan harga Rp. 15.000,00, kelompok II menarik undian 2 buah tipe_x Rp. 10.000,00, kelompok III menarik undian 4 buah buku gambar Rp. 12.000,00, kelompok IV menarik

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2017

Page 5: PENDAHULUANsendika.pmat-umpwr.info/daftar/pemakalah/full-papper… · Web viewOleh karena itu, kemampuan pemecahan masalah menjadi fokus pembelajaran matematika di semua jenjang,

undian 8 buah Bolpoin Rp.20.000,00, kelompok V menarik undian 5 botol air mineral Rp. 25.000,00.

Gambar 1. Peneliti memberikan uang serta barang undian yang telah dilakukan

Berikut interaksi yang terjadi antara peneliti dan siswa selama peneliti memberikan penjelasan mengenai masalah yang akan dibahas ke dalam kelompok.

P : Berikut, sekarang tugas kalian mencari harga sebuah barang yang kalian beli tadi. adakah hal yang belum dipahami dari masalah tersebut?

S : apakah kami bisa mencari harga sebuah barang yang kami beli dengan sketsa gambar?

P: iya, boleh. Pokoknya kalian harus menggunakan variabel dalam mencari harga barang yang kalian beli.

S : baik pak. 2. Menyelesaikan masalah

kontekstualPada tahap ini, peneliti

melakukan pemantuan ke tiap kelompok yang sedang mengerjakan masalah yang diberikan kepada masing – masing kelompok.

Gambar 2 Jawaban kelompok II tentang buku gambar

Adapun interaksi yang terjadi dalam proses menyelesaikan masalah dari kelompok II :P :bagaimana kalian bisa berpikir

seperti itu?S : pertama kami menggambar 3

buah buku gambar pak, setelah itu kami berpikir bahwa jika uang yang dipakai untuk membeli buku tersebut sebesar sehingga kami lakukan penjumlahan dari gambar 1, 2 dan 3 mengjadi 15.000

P : apakah anggota kelompok yang lain sudah mengerti?

S : sudah pak. Dari jawaban siswa dapat

deskripsikan bahwa peserta didik menjawab masalah yang diberikan dengan sketsa gambar, dengan memisalkan 1 buah buku gambar tersebut bernilai 5000 sehingga siswa melakukan operasi penjumlahan terhadap banyaknya gambar. Namun sebelumnya untuk mendapatkan harga sebuah buku gambar tersebut siswa melakukan operasi pembagian. Hal yang sama dilakukan kelompok lain sehingga peneliti menyimpulkan bahwa semua kelompok dapat menyelesaikan masalah kontekstual.

3. Membandingkan dan mendiskusikan jawaban

Pada tahap ini, guru menunjuk beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasil pemecahan masalah sekaligus membantu siswa yang mengalami kesulitan. Kegiatan ini berguna untuk mengetahui hasil pemahaman siswa dan juga hasil pemecahan masalah. Ketika dalam proses presentasi ada beberapa kelompok yang belum mengerti guru memberikan kesempatan untuk bertanya serta memberi masukan.

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2017

Page 6: PENDAHULUANsendika.pmat-umpwr.info/daftar/pemakalah/full-papper… · Web viewOleh karena itu, kemampuan pemecahan masalah menjadi fokus pembelajaran matematika di semua jenjang,

Gambar 3 Siswa mempresentasikan hasil diskusi.

Berikut jawaban yang dikemukakan oleh peserta didik:

Gambar 4. Jawaban kelompok yang membahas Tipe_X

Masalah yang diberikan kepada kelompok yaitu kelompok diminta untuk dari hasil undian tersebut tentukan harga sebuah tipe_x. dengan ketentuan uang yang dipakai untuk membeli sebesar Rp. 10.0000,00 dengan kembalian Rp. 2000,00. Dari hasil jawaban tersebujt dapat dideskripsikan bahwa siswa sudah bisa memahami konsep PLSV dengan memisalkan harga sebuah Tipe_X dengan variabel T.

4. MenyimpulkanBedasarkan hasil diskusi kelompok dan diskusi kelas yang dilakukan, guru mengarahkan sisswa untuk menarik kesimpulan tentang konsep, definisi, teorema, prinsip dan prosedur matematika yang terkait dengan masalah konstektual yang baru diselesaikan. Karakteristik PMR yang muncul pada langkah ini adalah menggunakan interaksi antara guru dan siswa.

P : apa yang kalian dapat simpulkan dari pembelajaran hari ini?

S : dari pembelajaran kita hari ini saya menyimpulkan bahwa PLSV adalah persamaan yang variabel / peubahnya berpangkat (berderajat) paling tinggi 1 

P : ada lagi yang punya jawaban lain tentang apa yang kalian belajar?

S : ada pak, jawaban saya sama seperti teman saya tadi, cuman saya lengkapi bahwa PLSV hanya mempunyai satu variabel.

P : benar apa yang dikatakan teman kalian.

c) Analisis Retrospektif Pertemuan kedua

Berdasarkan hasil belajar yang diperoleh peserta didik, maka berikut ini merupakan analisis pemecahan masalah dari peserta didik yaitu sebagai berikut:

Analisis Soal : Audrey membayar 4 bungkus Beng – beng dan 2 kaleng minuman sprite seharga Rp. 20.000,00, jika harga 1 bungkus beng – beng Rp. 2.500,00. berapakah harga 1 kaleng minuman sprite?

Pada masalah ini, terdapat beberapa jawaban yang beragam dan menarik. Permasalahan yang muncul ialah menentukan nilai persamaan linear satu variabel. Jika dilihat dari hasil kerja siswa, siswa memiliki hasil yang berbeda dan ada siswa yang mengerjakan dengan cara penyelesaian kurang tepat. Subjek I ( BOC )

Gambar 5. Jawaban subjek BOC

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2017

Page 7: PENDAHULUANsendika.pmat-umpwr.info/daftar/pemakalah/full-papper… · Web viewOleh karena itu, kemampuan pemecahan masalah menjadi fokus pembelajaran matematika di semua jenjang,

Identifikasi jawaban hasil pekerjaan siswa subjek pertamaDeskripsi tiap Indikator

Indikator I : Siswa dapat mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, yang ditanyakan, dan kecukupan unsur yang diperlukan

Gambar 6. Jawaban subjek BOC yang dideskripsikan indikator 1

Berdasarkan hasil pekerjaan diatas, siswa dapat menulis unsur – unsur yang diketahui, serta ditanyakan dengan mengulang isi dari permasalahan yang diberikan. Dilihat dari pekerjaan siswa tersebut menulis yang diketahui “Audry membeli 4 bungkus beng – beng dan 2 kaleng minuman sprite seharga Rp. 20. 000,00”, siswa juga dapat menulis apa yang ditanyakan yakni “berapakah harga satu kaleng minuman sprite?”. Berdasarkan deskrpsi dari pekerjaan siswa tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa indikator pemecahan masalah pertama menurut NCTM terpenuhi.

Indikator II : Siswa dapat merumuskan masalah matematik atau menyusun model matematik.

Gambar 7. Jawaban subjek BOC yang dideskripsikan indikator 2

Dapat dilihat dari pekerjaan siswa yang mampu merumuskan masalah matematika dan mampu memodelkan matematik dari permasalahan yang diberikan kedalam konsep persamaan linear satu variabel. Adapun PLSV yang dibuat adalah siswa memisalkan harga satu kaleng minuman sprite dengan variable y.

Indikator III : Siswa dapat menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah dalam atau di luar matematika

Gambar 8. Jawaban subjek BOC yang dideskripsikan indikator 3

Berdasarkan hasil pekerjaan siswa dapat dilihat bahwa siswa yang menggunakan strategi dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan, yakni siswa memisalkan harga sebuah minuman kaleng sprite dengan y .siswa juga menerapkan strategi dalam mencari harga sebuah kaleng minuman sperite, yakni menggunakan metode substitusi. Siswa mensubstitusikan harga sebuah beng – beng; 4 x2.500,00=10.000 Siswa juga menggunakan operasi aljabar untuk menentukan harga sebuah kaleng minuman sprite yakni nilai variable y. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa indikator pemecahan masalah ketiga menurut NCTM terpenuhi.

Indikator IV : Siswa dapat menjelaskan hasil sesuai permasalahan asal

Gambar 9. Jawaban subjek BOC yang dideskripsikan indikator 4

Berdasarkan hasil pekerjaan siswa diatas dapat dikatakan siswa setelah menemukan harga sebuah kaleng minuman sprite, siswa tersebut membawa hasil jawabannya ke permasalahan awal yakni membuat kesimpulan dari pertanyaan yang diberikan, “ jadi harga satu kaleng minuman adalah Rp.5000.00 Berdasarkan deskripsi diatas dapat disimpulkan bahwa indikator pemecahan

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2017

Page 8: PENDAHULUANsendika.pmat-umpwr.info/daftar/pemakalah/full-papper… · Web viewOleh karena itu, kemampuan pemecahan masalah menjadi fokus pembelajaran matematika di semua jenjang,

masalah keempat menurut NCTM terpenuhi.

Berdasarkan uraian secara keseluruhan diatas maka dapat disimpulkan bahwa semua indikator pemecahan masalah menurut NCTM terpenuhi. Siswa juga memenuhi indikator pencapaian kompetensi yakni siswa mampu membuat mampu memodelkan masalah nyata yang diberikan ke dalam bentuk PLSV, serta siswa dapat menyelesaikan permasalahan realistik dengan menggunakan konsep Persamaan Linear Satu Variabel (PLSV).

Subjek II ( GH )

Gambar 10. jawaban subjek GH

Berdasarkan jawaban siswa di atas tampak bahwa dalam menyelesaikan masalah realistik yang diberikan oleh guru siswa telah menyelesaikan masalah tersebut secara terstruktur. Dimulai dari mengidentifikasi unsur – unsur yang diketahui, sampai pada langkah menerapkan strategi, namun siswa tidak menjelaskan hasil sesuai permasalahan awal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak semua indikator pemecahan masalah menurut NCTM terpenuhi.Deskripsi tiap Indikator

Indikator I : Siswa dapat mengidentifikasi unsur – unsur yang diketahui, yang ditanyakan, dan kecukupan unsur yang diperlukan

Gambar 11. . Jawaban subjek GH yang dideskripsikan indikator 1

Berdasarkan hasil pekerjaan diatas, siswa dapat menulis unsur – unsur yang diketahui, serta ditanyakan dengan mengulang isi dari permasalahan yang diberikan. Dilihat dari pekerjaan siswa tersebut menulis yang diketahui “Audry membeli 4 bungkus beng – beng dan 2 kaleng minuman sprite seharga Rp. 20. 000,00”, siswa juga dapat menulis apa yang ditanyakan yakni “berapa harga satu kaleng minuman sprite?”. Berdasarkan deskrpsi dari pekerjaan siswa tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa indikator pemecahan masalah pertama menurut NCTM terpenuhi.Indikator II : Siswa dapat merumuskan

masalah matematik atau menyusun model matematik.

Gambar 12. Jawaban subjek GH yang dideskripsikan indikator 2

Dapat dilihat dari pekerjaan siswa yang mampu merumuskan masalah matematika dan mampu memodelkan matematik dari permasalahan yang diberikan kedalam konsep persamaan linear satu variabel. Adapun PLSV yang dibuat secara tersirat adalah siswa memisalkan harga satu kaleng minuman sprite dengan variable x. Dari deskripsi diatas dapat disimpulkan bahwa indikator pemecahan masalah kedua menurut NCTM terpenuhi.

Indikator III : Siswa dapat menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah dalam atau di luar matematika

Gambar 13. . Jawaban subjek GH yang dideskripsikan indikator 3

Berdasarkan hasil pekerjaan siswa dapat dilihat bahwa siswa menggunakan strategi dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan, yakni siswa memisalkan harga

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2017

Page 9: PENDAHULUANsendika.pmat-umpwr.info/daftar/pemakalah/full-papper… · Web viewOleh karena itu, kemampuan pemecahan masalah menjadi fokus pembelajaran matematika di semua jenjang,

sebuah minuman kaleng sprite dengan x .siswa juga menerapkan strategi dalam mencari harga sebuah kaleng minuman sperite. Siswa mensubstitusikan harga sebuah beng – beng; 4 x2.500,00=10.000 Siswa juga menggunakan operasi aljabar untuk menentukan harga sebuah kaleng minuman sprite yakni nilai variable y. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa indikator pemecahan masalah ketiga menurut NCTM terpenuhi.

Indikator IV : Siswa dapat menjelaskan hasil sesuai permasalahan asal

Gambar 14. Jawaban subjek GH yang dideskripsikan indikator 2

Berdasarkan hasil pekerjaan siswa diatas dapat dikatakan siswa setelah menemukan harga sebuah kaleng minuman sprite, siswa tersebut tidak membawa hasil jawabannya ke permasalahan awal yakni tidak membuat kesimpulan dari pertanyaan yang diberikan. Berdasarkan deskripsi diatas dapat disimpulkan bahwa indikator pemecahan masalah keempat menurut NCTM tidak terpenuhi.

Berdasarkan uraian secara keseluruhan diatas maka dapat disimpulkan bahwa dari semua indikator pemecahan masalah menurut NCTM hanya indikator keempat yang tidak terpenuhi. Siswa juga memenuhi indikator pencapaian kompetensi yakni siswa mampu membuat mampu memodelkan masalah nyata yang diberikan ke dalam bentuk PLSV, serta siswa dapat menyelesaikan permasalahan realistik dengan menggunakan konsep Persamaan Linear Satu Variabel (PLSV).

5. KESIMPULANBerdasarkan hasil penelitian, pengolahan

data dan analisis data yang telah dilakukan peneliti dengan menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistic Indonesia

( PMR ) pada siswa kelas VIIIA SMP BOPKRI 1 maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Desain pembelajaran melalui Pendidikan Matematika Realistik yang dirancang baik dan dapat membantu peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan dengan materi persamaan linear satu variabel pada siswa kelas VIIIA SMP BOPKRI 1.

2. Kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIIIA SMP BOPKRI 1 berdasarkan indikator kemampuan pemecahan masalah menurut NCTM dalam menentukan persamaan linear satu variabel sudah bagus namun belum maksimal, ada beberapa siswa yang sudah memenuhi indikator kemampuan pemecahan masalah menurut NCTM namun ada juga yang belum mampu memenuhi indikator tersebut. Dalam hal ini siswa belum mampu menjelaskan hasil sesuai permasalahan asal. Kendalanya, siswa tidak dapat menyimpulkan hasil pekerjaan mereka. Subjek pertama secara sudah memenuhi semua indikator pemecahan masalah menurut NCTM, sedangkan untuk subjek kedua indikator pemecahan masalah yang tidak terpenuhi adalah indikator keempat yakni Siswa tidak dapat menjelaskan hasil sesuai permasalahan asal.

6. REFERENSICharitas Indra Prahmana, Rully.(2017).

Design Research: (Teori dan Implementasinya: Suatu Pengantar). Depok: Rajawali Pers. 13

Hobri. 2009. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Jember: Center for Society Studies.

Invany Idris dkk. 2016. Penerapan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMR) untuk Meningkatkan Kemampuan Penyelesaian Soal Cerita pada Kelas VII A SMP UTY. Jurnal EduMatSains, 1 (1) Juli 2016, 73-82

Kesumawati, N. 2009. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2017

Page 10: PENDAHULUANsendika.pmat-umpwr.info/daftar/pemakalah/full-papper… · Web viewOleh karena itu, kemampuan pemecahan masalah menjadi fokus pembelajaran matematika di semua jenjang,

matematis siswa SMP. Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika (pp. 484-493). Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY

Marpaung. 1998. "Pendekatan Sosio Kultural dalam Pembelajaran Matematika dan Sains ", et al. Pendidikan yang Humanistis, Yogyakarta: Kanisius.

Marpaung, Y. 2001. Pendekatan Realistik dan Sani dalam Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Marpaung, Y. 2006. Pembelajaran Matematika dengan Model PMR. Yogyakarta: PPPG Matematika .

National Council of Teacher of Mathematics (NCTM). 2000. Principles and Standars for School Mathematics. Reston, VA: NCTM

Shoimin, Aris. (2014). Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-ruzz Media

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2017