papper 1 biomekanik
TRANSCRIPT
BIOMEKANIK SENDI BAHU
Oleh :
dr Satrio Bangun Negoro
BAB I
PENDAHULUAN
Sendi bahu merupakan hal yang sangat penting karena manfaatnya
yang besar dalam kehidupan, dalam beraktifitas sehari-hari kita
menggunakan bahu untuk berbagai macam hal, contoh saat kita keramas,
saat mengambil benda di tempat yang tinggi, maupun saat kita melempar
sesuatu.
Sendi bahu dalam dunia kedokteran memiliki berbagai macam
penyakit, baik trauma maupun non trauma, dan dalam penata
laksanaanya kita sangat mempertimbangkan pekerjaan maupun gerakan
apa yang sering digunakan oleh pasien.
Untuk melakukan tata laksana yang tepat dokter orthopedi harus
mengenal betul anatomi, biomekanik maupun fungsi dari sendi bahu.
Dalam papper ini penulis akan membahas mengenai anatomi, funsi serta
biomekanik dari sendi bahu dengan harapan dapat membantu tenaga
medis dalam memberikan keputusan yang tepat mengenai tatalaksana
pasien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Anatomi, Fisiologi dan Biomekanik Sendi Bahu
II.1.1 Struktur Tulang Pembentuk Sendi
a. Os Clavicula
b. Gambar 1.1 Os Clavicula
Tulang ini berbentuk mirip seperti huruf S. Ujung bagian
medial disebut ekstremitas sternalis, sedangkan ujung bagian
lateral disebut ekstremitas acromialis. Ekstremitas sternalis
dengan facies articularis bersendi dengan manybrium sterni
dan ekstremitas acromialis dengan facies articularis bersendi
dengan acromion. Antara facies superior dan inverior
terdapat margo anterior dan posterior. Pada facies inverior
terdapat sulkus subclavius yang merupakan tempat
perlengketan m.subclavius. Adapun tonjolan atau disebut
tuberkulum conoideum berada didekat ekstremitas acromialis
dan berdekatan dengan linea trapezoid.
c. Os Scapula
Gambar 1.2 os scapula
Os Scapula merupakan tulang pipih yang terletak di
bagian lateral dorsal thoracic, setinggi costa II sampai costa
VII. Berbentuk seperti segitiga dengan basis menghadap
columna vertebralis yang mempunyai 3 sisi yaitu (1) margo
superior, (2) margo medial dan (3) margo axilaris yang juga
membentuk tiga buah sudut yaitu (1) angulus superior (2)
angulus inverior dan (3) angulus lateral.
Scapula juga memiliki 2 permukaan yaitu (1) facies
dorsalis dan terbagi menjadi dua buah dataran yaitu fossa
infraspinata dan fossa supraspinata oleh peninggian spina
scapula dan (2) facies costalis yang berbentuk lebih konkaf
bernama fossa costalis.
d. Os Humerus
Gambar1.3 os humerus
Merupakan tulang panjang (os longum) yang terbagi
menjadi ujung atas (epiphysis proksimal), corpus (diaphysis)
dan ujung bawah (epiphysis distal).
Epiphysis Proksimal
Terdapat caput humeri yang berbentuk bulat dan bertemu
dengan kavitas glenoidalis scapula. Sebelah distal caput
terdapat kolum anatomikum. Pada bagian lateral humeri
terdapat benjolan yang disebut tuberkulum majus dan bagian
anterior terdapat tuberkulum minus.
Diaphysis
Merupakan corpus humeri yang berbentuk silindris. Di
bagian lateral terdapat tuberositas deltoid. Corpus dapat
terbagi dalam permukaan antero medial dengan pinggir
medial dan permukaan antero lateral dengan pinggir lateral
yang dibawahnya menjadi lebih tajam.
Epiphysis Distal
Pada bagian anterior terdapat dua dataran sendi yang
berbentuk bulatan kecil bagian lateral disebut capitulum
humeri dan bulatan yang lebar disebut throclea humeri.
Bagian proksimal permukaan sendi sebelah lateral disebut
fossa radialis dan sebelah medial disebut fossa coronoidea.
Dilihat dari posterior terlihat cekungan dan fossa olecrani
serta terdapat epicondylus medial dan epicondylus lateral.
II.1.2Jaringan Lunak
II.1.2.1Myologi
Myologi adalah ilmu yang mempelajari tentang otot.
Otot-otot bahu dengan fungsi utama sebagai penggerak sendi
adalah m. Deltoideus, m. Pectoralis major, m. Coracobrachialis,
m. Teres mayor, m. Latisimus dorsi, m. Supraspinatus, m.
Infraspinatus, m. Teres minor, m. Subscapularis, m. Bicep
brachii dan m. Tricep brachii.
a. M.Deltoid
Otot deltoid mempunyai tiga serabut, yaitu pars anterior, pars
medialis dan pars posterior. Origo pada 1/3 acromial clavicula (pars
anterior), acromion (pars medialis), dan tepi bawah spina scapula (pars
posterior). Insertio pada tuberositas deltoidea. Dipersyarafi oleh Nn.
Axilaris. Fungsi m. Deltoid anterior adalah untuk gerak fleksi dan
adduksi horizontal, m. Deltoid medialis untuk gerak abduksi 90 dan .m⁰
deltoid posterior untuk gerak ekstensi, eksternal rotasi dan abduksi
horizontal sendi bahu.
b. M.Pectoralis Major
Otot Pectoralis Major dibagi menjadi tiga bagian, yaitu pars
clavicularis, pars sternocostalis, dan pars abdominalis. Origo pada
clavicula (pars clavicularis), sarung rektus (pars abdominalis),
manubrium dan korpus sterni (pars sternocostalis). Insertio dari
pectoralis major terdapat di tubercoli majoris humeri. Dipersyarafi oleh
Nn. Pectoralis medialis dan lateralis. Fungsi dari pectoralis major
adalah untuk adduksi dan internal rotasi sendi bahu.
c. M.Coracobrachialis
Otot Coracobrachialis berorigo pada ujung procesus
coracoideus dan berinsertio pada facies anterior humeri. Otot ini
dipersyarafi oleh n.Musculocutaneus dan berfungsi untuk internal
rotasi, abduksi dan fleksi sendi bahu.
d. M.Teres Major
Origo otot Teres major adalah di margo lateralis dan angulus
inferior scapula. Insertio pada krista tuberculi minoris. Dipersyarafi
oleh n. Thoracodorsalis. Fungsinya untuk internal rotasi dan adduksi
sendi bahu.
e. M.Latisimus Dorsi
Berorigo pada labium eksternal krista illiaca dan prosesus
spinosus Th.7. Insertio pada krista tuberculi minor. Dipersyarafi oleh
n.Thoracodorsalis. Dan berfungsi untuk internal rotasi, adduksi dan
ekstensi sendi bahu.
f. M.Supraspinatus
Berorigo pada fossa supraspinata dan berinsertio pada proksimal
tuberkulum majus humeri. Dipersyarafi oleh n. Suprascapularis.
Fungsinya untuk abduksi sendi bahu.
g. M.Infraspinatus
Berorigo pada fossa infraspinata dan berinsertio pada bagian
tengah tuberkulum majus humeri. Dipersyarafi oleh n.Axilaris dan
berfungsi untuk eksternal rotasi serta ekstensi sendi bahu.
h. M.Teres Minor
Berorigo pada sepertiga tengah margo lateralis dan kaudal fossa
infraspinata. Insertio pada distal tuberkulum majus. Dipersyarafi oleh
n.Axilaris dan berfungsi untuk eksternal rotasi serta adduksi sendi bahu.
i. M.Subscapularis
Berorigo pada facies costalis dan fossa subscapularis. Insertio
pada tuberkulum minoris humeri. Dipersyarafi oleh Nn.Subscapularis
dan berfungsi untuk internal rotasi sendi bahu.
j. M.Tricep Brachii
Berorigo pada tuberkulum supraglenoidale, labrum glenoidale dan
ujung processus coracoideus. Insertio pada tuberositas radii dan di atas
apponeurosis musculi bicipitis brachii pada fascia antebrachii.
Dipersyarafi oleh n.Musculocutaneus. fungsinya untuk adduksi sendi
bahu.
Gambar 1.4 arah gaya yang disebabkan otot-otot daerah bahu
II.1.2.2 Ligament
Ligament adalah pita jaringan ikat yang menghubungkan tulang
atau tulang rawan yang berfungsi untuk menyokong dan memperkuat
sendi (Danil Santana, 2007). Pada sendi bahu terdapat tiga ligament
yang berperan dalam menjaga stabilitas, yaitu
II.1.2.2.1 Ligament Coracohumerale yang membentang dari processus
coracoideus kedalam kapsul, dan meluas sampai ke tuberculum majus
dan minus humeri,
II.1.2.2.2Ligament Coracoacromiale yang membentang dari processus
coracoideus ke acromion,
II.1.2.2.3 Ligament Glenohumerale yang membentang dari tepi cavitas
glenoidalis ke colum anatomicum dan ligament ini terdiri dari ligament
glenohumeral superius yang melewati persendian sebelah kranial,
ligament glenohumeral medius yang melewati persendian sebelah
ventral, dan ligament glenohumeral inverius yang melewati persendian
sebelah kaudal.
Gambar 1.4 ligament
II.1.2.3 Kapsul Sendi
Kapsul sendi ini tipis dan lemas, sehingga memungkinkan terjadinya
pergerakan yang luas. Bagian medial kapsul melekat pada pinggir
cavitas glenoidalis diluar labrum, dibagian lateral capsul melekat pada
colum anatomikum humeri dan meluas ke bawah menuju ke sisi medial
corpus humeri. Disebelah inverior capsul ini meluas sampai ke colum
cirurgicum kapsul sendi sendiri dari lembaran fibrosa yang berasal dari
tendon otot rotator cuff.
II.1.2.4 Membran synovial
Fungsi dari membran synovial adalah untuk membatasi kapsul.
Membran synovial ini melekat pada pinggir tulang rawan yang melapisi
permukaan sendi. Membran ini mengelilingi tendon biceps
intracapsularis dan meluas sedikit keatas ligament transversum humeral
sebagai selubung yang meliputi tendon caput longum m.Biceps brachii.
Membran ini menonjol ke depan melewati dinding interior capsul sendi
untuk membentuk suatu bursa yang berada dibawah m.Subscapularis.
II.1.2.5 Arthrologi
Struktur-struktur bahu daritulang yang terpenting adalah scapula,
clavicula dan humerus (A.N de Wolf, 1994). Hubungan antar tulang-
tulang tersebut pada daerah bahu membentuk persendian, antara lain:
II.1.2.5.1 Sendi Glenohumeral
Merupakan sendi synovial tipe “ball and socked”, stabilitas sendi
dipelihara oleh otot dan sebagian kapsuloligamenter. Stabilitas sendi
glenohumeral dipelihara oleh “rotator cuff”. Oleh karena itu sendi ini
mudah kaku dan mudah terjadi patologi otot serta dislokasi.
Tulang rawan hialin menyelimuti cavitas glenoidalis lenbih tebal
pada daerah pinggir cavitas glenoidalis dibanding pada daerah
tengahnya. Lekuk sendi diperlebar oleh labrum glenoidale yang
merupakan cincin fibrocartilago berfungsi untuk menyelubungi dan
memperdalam cavitas glenoidea scapula.
Sendi ini mempunyai tiga derajad kebebasan erak, diantaranya yaitu
fleksi-ekstensi, abduksi-adduksi, internal-eksternal rotasi, dan abduksi-
adduksi horizontal. Posisi dimana kedua permukaan sendi dalam
keadaan longgar maksimal sendi glenohumeral adalah abduksi 50 ⁰dengan adduksi horizontal 30 dan sedikit endorotasi. Kekakuan sendi ⁰capsular pattern terjadi apabila adanya kekakuan pada gerak eksorotasi
yang lebih terbatas dari adduksi dan abduksi lebih terbatas dari
endorotasi.
II.1.2.5.2 Sendi Acromioclavicular
Merupakan tipe sendi synovial dimana pergerakannya dapat
menambah lingkup sendi bahu. Permukaan sendinya rata dan diliputi
oleh tulang rawan seperti jaringan fibrosa. Kapsul sendi mengelilingi
dan melekat pada pinggir facies articularis dan diperkuat oleh ligament
acromioclavicula pada permukaan anteriornya. Sendi ini disusun oleh
acromion dari scapula dan ujung lateral dari clavicula. Gerakan yang
terjadi pada sendi ini adalah gerakan rotasi dari scapula yaitu upward
dan downward.
II.1.2.5.3 Sendi Suprahumeral
Merupakan sendi yang dibentuk antara tulang humerus dengan
ligament coracoacromial sehingga sendi ini disebut sebagai sendi
bayangan atau palsu walaupun secara fisiologis berfungsi sebagai sendi.
II.1.2.5.4 Sendi Scapulocostal
Adalah sendi yang dibentuk antara tulang scapula dan tulang costae.
Sendi ini disebut sendi bayangan atau palsu karena kedua tulang tersebut
tidak bertemu langsung melainkan dilapisi fascia otot yang berorigo
padakedua tulang.
II.1.2.5.5 Sendi Sterno Clavicular
Merupakan satu-satunya hubungan sendi antara gelang bahu dengan
batang badan yaitu clavicular dengan sternum. Didalam rongga sendinya
terdapat suatu cakram dan gerakannya seperti type ball and socket.
Disamping diperkuat oleh kapsul sendi serta ligament interclavicularis
juga diperkuat oleh ligament costoclavicularis yang amat kuat.
II.1.2.5.6 Sendi Costo Sternal
Adalah sendi yang dibentuk antara tulang costal dengan sternum.
Sendi ini membantu dalampernafasan (respirasi).
II.1.2.5.7 Sendi costo Vertebral
Adalah sendi yang dibentuk oleh tulang costae dan tulang vertebra
thoracalis.
II.1.2.6 Innervasi
Persyarafan yang terdapat pada daerah persendian bahu berasal dari
pleksus brachialis. Pleksus ini terbentuk dari lima radiks, yaitu radiks C₅
- T₁. Radiks pleksud brachialis terdiri dari tiga bagian besar yaitu trunkus
atas yang dibentuk oleh C₅ ₆ , trunkus tengah dibentuk oleh C₇ , ₋trunkus bawah dibentuk oleh C₈ - T₁ . Masing-masing trunkus dibagi
menjadi bagian anterior dan posterior. Pada bagian anterior atas dan
tengah membentuk fasikulus medialis. Seluruh bagian posterior
bergabung menjadi fasikulus posterior.
Ketika fasikulus tersebut membentuk cabang-cabang utama
pleksus brachialis. Cabang-cabang dari berbagai bagian pleksus
brachialis adalah sebagai berikut (1) Fasikulus medial membentuk
nervus pektoralis medialis, nervus ulnaris, nervus cutaneus brachii
medialis dan nervus cutaneus antebrachii medialis, (2) Fasikulus lateralis
membentuk nervus pektoralis lateralis, nervus musculocutaneus, (3)
Fasikulus posterior membentuk nervus thoracodorsal, nervus axilaris,
nervus subscapularis superior dan nervus subscapularis inverior.
II.1.2.7Vascularisasi
Vascularisasi yang terdapat pada daerah persendian bahu dipasok
oleh arteri axilaris dan vena axilaris beserta cabang-cabangnya. Arteri
axilaris dimulai dari pinggir lateral costa i sebagai lanjutan dari arteri
subclavia dan berakhir pada pinggir bawah m. Teres Major. M.
Pectoralis Minor menyilang didepan arteri axilaris dan membagi arteri
axilaris menjadi tiga bagian (Richard S.Snell, 2006).
Bagian pertama atreri axilaris mempunyai satu cabang yaitu arteri
thoracica superior, bagian kedua mempunyai dua cabang yaitu arteri
thoacromialis dan arteri thoracic lateralis dan bagian ketiga mempunyai
tiga cabang yaitu arteri subscapularis, arteri circumfleksa humeri
anterior dan arteri circumfleksa humeri posterior.
Vena axilaris dibentuk pada pinggir bawah muskulus teres major
sebagai gabungan dari vena brachialis dan vena basilica. Vena axilaris
berjalan ke atas pada sisi medial arteri axilaris dan berakhir pada pinggir
lateral costa i kemudian melanjutkan diri sebagai vena subclavia. Vena
ini akan bergabung dengan vena cephalica.
II.1.3 Pengertian Biomekanika
Biomekanika merupakan ilmu yang membahas aspek-aspek biomekanika dari gerakan–gerakan tubuh manusia. Biomekanika merupakan kombinasi antar keilmuan mekanika, antropometri, dan dasar ilmu kedokteran ( biologi dan fisiologi ). Menurut Frankel dan Nordin, biomekanika menggunakan konsep fisika dan teknik untuk menjelaskan gerakan pada berbagai macam bagian tubuh dan gayayang bekerja pada bagian tubuh pada aktivitas sehari-hari. Menurut Caffin dan Anderson (1984), occupacional biomechanics adalah ilmu yang mempelajari hubungan antar pekerja dan peralatannya, lingkungan kerja dan lain-lain untuk meningkatkan performansi dan meminimisasi kemungkinan cidera.
Biomekanika dan cara kerja adalah pengaturan sikap tubuh dalam bekerja. Sikap kerja yang berbeda akan menghasilkan kekuatan yang berbeda pula dalam melakukan tugas. Dalam hal ini penelitian biomekanika mengukur kekuatan dan ketahanan fisik manusia dalam melakukan pekerjaan tertentu, dengan sikap kerja tertentu. Tujuannya untuk mendapatkan cara kerja yang lebih baik, dimana kekuatan/ketahanan fisik maksimum dan kemungkinan cidera minimum.
Ilmu Biomekanika membahas mengenai manusia dari segi kemampuan-kemampuannya seperti kekuatan, daya tahan, kecepatan dan ketelitian. Pada ilmu kedokteran, biomekanika dibagi menjadi 2 (dua) pandangan, yaitu:
1. Ilmu Kinetika, merupakan ilmu yang mempelajari tentang faktor-faktor gaya yang menyebabkan benda bergerak atau diam.
2. Ilmu Kinematika, adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat gerak tanpa memperhatikan bidang mana atau bagaimana sifat gerakannya atau sudutnya apakah penuh atau tidak.
Melalui sistem automatic dan biomechanic, faktor-faktor manusia teknik terfokus pada sistem musculoskeletal. Ini merupakan sendi yang memiliki dua segmen yaitu segmen distal dan segmenproximal.
Dalam melakukan tugas-tugas yang manipulatif, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
1. Menyeimbangkan antara gerakan yang statik dan gerak yang dinamis.
2. Menjaga kekuatan otot, dimana pemakaian otot maksimum di bawah 15%.
3. Mencegah Range of Motion (ROM) sendi yang berlebihan.
4. Menggunakan grup otot yang lebih kecil untuk kecepatan dan ketelitian.
Dalam biomekanika, pada dasarnya ada 2 jenis model gerakan, yaitu:
1. Single- segment Static Model
Menggambarkan beban diterima oleh siku (elbow), yaitu gayareaksi siku (RE) dan momen reaksi siku (ME).
1. Two-segment Static Model
Menggambarkan beban diterima oleh bahu (shoulder), yaitu gayareaksi bahu (RE) dan momen reaksi bahu (MS)
ecara terminologi, Biomekanik terdiri atas 2 kata yaitu kata “Bio” = makhluk hidup dan kata “Mekanikal” = gerakan. JadiBiomekanik adalah ilmu yang mempelajari gerakan pada makhluk hidup, dimana dalam Biomekanik hanya mempelajari gerakan pada manusia. Dengan demikian, pengertian Biomekanik secara umum/luas adalah ilmu yang mempelajari gerakan pada manusia, yang dipengaruhi oleh sistem anatomi, fisiologi, psikologis, mekanis dan sosiokultural. Sedangkan pengertian Biomekanik secara sempit adalah ilmu yang mempelajari gerakan pada manusia. Adapun pengertian Biomekanik secara ilmiah adalah ilmu yang mempelajari cara menentukan gaya, perubahan dan beban mekanik pada otot, tulang dan sendi dari tubuh manusia.
B. Pendekatan BiomekanikKita sudah mengetahui tentang anatomi terapan FT, yang terdiri atas : sistem otot, sistem tulang dan sendi serta sistem saraf yang menyebabkan manusia dapat bergerak dan dapat melakukan AKS (aktivitas kegiatan sehari-hari), tetapi tidak terlepas dari pengaruh lingkungan manusia tersebut. Ada 5 pendekatan didalam mempelajari gerakan pada manusia, yaitu :1. Pendekatan Anatomi ;Dimana menggambarkan (menjelaskan) tentang struktur tubuh dan bagian-bagiannya serta bagian-bagian tubuh yang potensial untuk menghasilkan gerakan.2. Pendekatan Fisiologis ;Dimana mempelajari tentang proses terjadinya gerakan, kontinuitas gerakan dan kontrol gerakan.3. Pendekatan psikologis ;Dimana mempelajari berbagai sensasi, persepsi dan motivasi yang menstimulasi terjadinya gerakan serta mekanisme neurologis yang mengontrolnya4. Pendekatan Mekanik ;Dimana menjelaskan adanya gaya, waktu dan jarak yang berhubungan dengan gerakan tubuh manusia.5. Pendekatan sosio-kultural ;Dimana menjelaskan tentang pengertian dari gerakan yang bervariasi didalam lingkungan yang berbeda-beda.
II.1.3 Biomekanik Shoulder
Biomekanik adalah ilmu tentang gerakan tubuh manusia.
Biomekanik pada sendi bahu terdiri dari osteokinematik,
arthrokinematik, dan scapulohumeral rhytem.
II.1.3.1 Osteokinematik
Osteokinematik adalah pergerakan yang terjadi pada tulang.
Osteokinematik pada sendi glenohumeral memiliki tiga derajat
kebebasan gerak, antara lain: fleksi-ekstensi, abduksi-adduksi, dan
eksternal-internal rotasi. Gerak fleksi dan ekstensi terjadi pada
bidang sagital dan aksis frontal dengan lingkup gerak sendi rata-
rata fleksi 170 dan ekstensi 50 . Abduksi dan adduksi terjadi pada ⁰ ⁰bidang frontal aksis sagital dengan lingkup gerak sendi rata-rata
abduksi 180 dan adduksi 75 . Gerak eksternal rotasi , internal ⁰ ⁰rotasi , abduksi horizontal dan adduksi horizontal terjadi pada
bidang transversal aksis vertikal dengan lingkup gerak sendi
eksternal rotasi 80 , internal rotasi 90 , abduksi horizontal 30 dan ⁰ ⁰ ⁰adduksi horizontal 135 .⁰
II.1.3.2 Arthrokinematik
Arthrokinematik adalah gerakan yang terjadi pada permukaan
sendi. Karena permukaan cavum glenoidale konkaf menghadap ke
lateral sedikit sorong ke antero cranial, maka gerak arthrokinematik
dari fleksi dan ekstensi berupa spin, abduksi berupa translasi ke
kaudal, eksternal rotasi dan abduksi horizontal berupa translasi ke
anterior, internal rotasi dan adduksi horizontal berupa translasi ke
posterior.
Gamba 1.5
II.1.5 Scapulohumeral Rhytem
Sendi bahu yang melibatkan persendisn di atas merupakan satu-
satuan fungsi gerak. Pada saat abduksi elevasi bahu 180 terjadi ⁰gerakan antara humerus dan scapula dengan perbandingan @:1
(terjadi abduksi 2 pada articulatio humeri dan 1 oleh karena rotasi⁰ ⁰
scapula) dan eksorotasi humerus 90 dengan mekanisme : (1) Fase ⁰I abduksi 30 , clavicula elevasi 12 -15 sementara scapula dalam ⁰ ⁰ ⁰keadaan “setting”, yaitu dapat eksorotasi atau endorotasi atau diam
sama sekali. (2) Fase II abduksi hingga 90 , clavicula elevasi 30 -⁰ ⁰36 dan terjadi gerak humerus abduksi dan scapula eksorotasi ⁰dengan perbandingan gerak humerus dan clavicula 2:1, disini
belum terjadi rotasi clavicula. (3) Fase III abduksi 90 -180 , ⁰ ⁰perbandingan gerak humerus dan scapula 2;1 masih berlanjut dan
sudut antara spina scapula dan clavicula bertambah ± 10 . Pada ⁰fase ini clavicula elevasi 30 -60 bersama dengan rotasi clavicula ⁰ ⁰ke posterior 50 , juga terjadi eksorotasi humerus 90 yang dimulai ⁰ ⁰sejak abduksi 60 agar tidak terjadi benturan antara tuberculum ⁰majus humeri dengan sacromion .
Gambar 1.6 scapulohumeral rhytm
II.1.6 Stabilization Mechanisms
Ada dua hal yang sangat berpengaruh dalam menjaga kestabilan
dari sendi bahu, yaitu secara dinamik yang kita kenal dengan istilah
Dynamic Stabilization Mechanisms dan secara statik yang kita kebal
dengan istilah Static stabilization mechanism.
Dynamic Stabilization Mechanisms :
Tekanan pasive dari otot
Gaya kompresi dari otot yang sedang bekerja
Pergerakan sendi yang memberikan ketahanan oleh
struktur passive
Gaya yang ditimbulkan oleh glenohumeral
Gaya berpasangan yang memiliki arah sama namun
geakannya berbeda
Static stabilization mechanism :
Bony geometri dimana pada glenoid articular bagian
inferior lebih besar 20 % hal ini mencegah lengan jatuh ke
bawah.
Kapsul sendi dan ligamen
Tekanan intraarticuler dan kohesi pada sendi
DAFTAR PUSTAKA
1. Howell, S.M. and Galinat, B.J. The glenoid labral socket. A constrained articular surface. Clin Orthop. 1989; 243:122–125
2. Morrey, B.F. Shoulder biomechanics. in: C.A. Rockwood, F.A. Matsen III (Eds.) The shoulder. WB Saunders,Philadelphia; 1990: 208–245
3. Saha, A.K. Theory of shoulder mechanism: descriptive and applied. Charles C. Thomas Publisher, Springfield, IL;1961
4. Halder, A.M., Itoi, E., and An, K. Anatomy and biomechanics of the shoulder. Orthop Clin NA. 2000; 31
5. Warner, J.J.P., Bowen, M.K., Deng, X., Hannafin, J.A., Arnoczky, S.P., and Warren, R.F. Articular contact patterns of the normal glenohumeral joint. J Shoulder Elbow Surg. 1998; 7: 381–388
6. DE Wilde LF, Berghs BM, AUdenaert E, Sys G, Van Maele GO, Barbaix E. About the variability of the shape of the glenoid cavity. Surg Radiol Anat 2004; 26:54–59.
7. Bahk, M., Keyurapan, E., Tasaki, A., Sauers, E.L., and McFarland, E.G. Laxity testing of the shoulder: a review. Am J Sports Med. 2007; 35: 131–144
8. Itoi, E., Lee, S.B., Berglund, L.J., Berge, L.L., and An, K.N. The effect of a glenoid defect on anteroinferior instability of the shoulder after Bankart repair: a cadaver study. J Bone Joint Surg Am. 2000; 82A: 35–46
9. Burkhart, S.S., DeBeer, J.F., Tehrany, A.M., and Parten, P.M. Quantifying glenoid bone loss arthroscopically in shoulder instability. Arthroscopy. 2002; 18: 488–491