papper new
DESCRIPTION
newTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat orang yang
merokok di sekitar kita, baik di tempat-tempat umum seperti kantor, pasar,
sarana transportasi, rumah sakit atau bahkan di lingkungan rumah kita
sendiri. Rokok dan kebiasaan merokok merupakan salah satu masalah
kesehatan yang sangat penting saat ini. Merokok sudah menjadi kebiasaan
di seluruh kalangan masyarakat yang jumlahnya cenderung bertambah dari
waktu ke waktu.
Merokok adalah kebiasaan yang diikuti hampir disemua kalangan,
mulai dari orang dewasa, remaja, dan anak-anak, serta pria maupun
wanita. Bahkan pada sebahagian orang, rokok bahkan menjadi kebutuhan
primer dalam hidupnya sehari-hari.
Indonesia setiap tahunnya mengkonsumsi 215 milyar batang rokok,
menduduki peringkat kelima negara pengkonsumssi rokok setelah Cina,
Amerika Serikat, Jepang, dan Rusia.2 Konsumsi rokok di Indonesia
meningkat sejak tahun 1970. Prevalensi perokok berusia 15 tahun ke atas
meningkat dari 26,9% pada tahun 1995 menjadi 31,5% pada tahun 2001,
hal ini dikaitkan dengan peningkatan prevalensi perokok pada laki-laki
dari 53,4% menjadi 62,2% selama kurun waktu tersebut. Data WHO
menyebutkan 59% laki-laki dan 3,7% perempuan Indonesia adalah
perokok. Secara keseluruhan pada tahun 2001, penduduk Indonesia yang
meroko sekita 31,5%, ini artinya terdapat sekitar 60 juta perokok di
Indonesia.3
Merokok biasanya dimulai karena alasan psikososial, seperti
orangtua yang merokok, rasa ingin tahu, teman-teman yang merokok,
pemberontakan, dan pernyataan kemerdekaan. Setelah menjadi suatu
kebiasaan, sifat farmako dari nikotin menjadi pengaruh besar pada
1
kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan dan dapat mempengaruhi suasana hati
dan respon terhadap pandangan hidup. 1
Bahaya merokok bagi kesehatan telah dibicarakan dan diakui
secara luas. Diperkirakan bahwa tembakau memberikan kontribusi pada
sekitar 5 juta kematian per tahun di seluruh dunia akibat efeknya pada
kaanker paru, penyakit arteri koroner, dan PPOK.
Tembakau yang terkandung dalam rokok terdiri dari banyak gas
dan zat kimia partikular dengan efek potensial pada sistem respirasi.
Karbon monoksida dari pembakaran yang tidak sempurna menyebabkan
peningkatan karboksihemoglobin yang dapat diukur pada perokok.
Hidrokarbon aromatik polisiklik dalam asap rokok terbukti dapat
menyebabkan mutasi gen yang sering terjadi pada kanker paru primer.
Inhalasi asap rokok juga memiliki efek merusak pada fungsi silia epitel
dan transpor mukosilia. Perokok memiliki frekuensi mordibiditas akut dan
kronik, dan gejala respirasi yang lebih besar daripada bukan perokok.4
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap isinya, baik
menggunakan rokok maupun menggunakan pipa.
Perokok adalah seseorang yang pada saat survei dilakukan, sedang
merokok berbagai macam produk rokok baik yang dikonsumsi setiap hari
maupun yang dikonsumsi pada saat-saat tertentu.2
2.2. Kandungan Rokok
Rokok mengandung lebih dari 4000 bahan zat organik berupa gas
maupun partikel yang telah diidentifikasi dari daun tembakau maupun asap
rokok. Bahan tersebut umumnya berifat toksik, karsinogenik di samping
beberapa bahan yang bersifat radioaktif dam aktif. Komponen dalam rokok
dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu fase gas dan fase tar (fase partikulat).
Fase gas adalah berbagai macam gas berbahaya yang dihasilkan oleh asap
rokok; terdiri dari nitrosamin, nitrosopolidin, hidrasin, vinil klorida, uretan,
formaldehid, hidrogen sianida, akrolein, asetaldehida, nitrogen oksida,
amonia piridin, dan karbon monoksida. Fase tar adalah bahan yang dari
penyaringan asap rokok menggunakan filter cartridge dengan ukuran pori-
pori 0,1 µm. Fase ini terdiri dari bensopirin, abensakridin, dibensokarbasol,
piren, fluoranten, hidrokarbon aromatik, polinuklear, naftalen, nitrosamin
yang tidak mudah menguap, nikel, arsen, nikotin, alkaloid tembakau, fenol
dan kresol. 3
3
2.3. Klasifikasi rokok
Di Indonesia rokok dibedakan berdasarkan bahan pembungkus rokok,
bahan baku atau isi rokok, proses pembuatan rokok dan penggunaan filter
pada rokok. Berdasarkan bahan pembungkus maka rokok dibedakan menjadi:
Klobot : rokok yang bahan pembungkus berupa daun jagung.
Kawung : rokok yang bahan pembung- kus berupa daun aren.
Sigaret : rokok yang bahan pembungkus berupa kertas. Sigaret terbuat dari
udara yang steril dan tembakau yang di fermentasi, dengan pembungkus
tembakau dan dibuat menjadi banyak bentuk dan ukuran. Mulai dari
ukuran cerutu kecil, cerutu, dan korona ganda. Rokok dinyalakan pada
bagian ujung dan ujung yang lainnya dimasukkan kedalam mulut.2
Cerutu : rokok yang bahan pembungkus berupa daun tembakau.
Pipa : pipa rokok terbuat dari mawar liar, batu tulis, tanah liat, atau bahan-
bahan lain. Tembakau diletakkan didalamnya dan dihirup pada batang
pipanya. Kadang-kadang juga dipakai dengan menambahkan cairan
tertentu.2
Berdasarkan bahan baku atau isi, rokok dibedakan menjadi :
Rokok putih : rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau
yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
4
Rokok kretek : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau
dan cengkeh. Kretek mengandung berbagai rasa yang menarik dan
mempunyai efek anastesi (bius), sehingga memungkinkan untuk
menghirup asap rokok lebih dalam.2
Rokok klembak : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun
tembakau, cengkeh dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan
efek rasa dan aroma tertentu.3
Berdasarkan proses pembuatannya:
Sigaret kretek tangan (SKT) : rokok yang proses pembuatannya dengan
cara digiling atau dilinting dengan menggunakan tangan dan atau alat
bantu seder- hana.
Sigaret kretek mesin (SKM) : rokok yang proses pembuatannya
menggunakan mesin. Sederhananya, material rokok dimasukkan ke dalam
mesin pembuat rokok. Keluaran yang dihasilkan mesin pembuat rokok
berupa rokok batangan.
Berdasarkan penggunaan filter pada rokok maka rokok dibedakan menjadi:
rokok filter (RF) adalah rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat
gabus.
rokok non filter adalah rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat
gabus.
5
2.4. Bahaya Rokok
2.4.1. Sistem Respirasi
Kanker paru
Kanker paru adalah penyakit paling beresiko yang disebabkan
oleh merokok. Dibandingkan dengan bukan perokok, kematian
karena kanker paru 8-25 kali lebih sering pada perokok. Merokok
meningkatkan jumlah angka kematian wanita yang disebabkan oleh
kanker paru-paru, lebih banyak dari situasi tersebut di beberapa
daerah dimana kanker paru lebih besar menyebabkan kasus kematian
dari pada kanker payudara. Di Amerika Serikat antara tahun 1960-
1980, rata-rata kematian karena kanker paru meningkat 100.000
kasus pada perokok, dari 26-155 pada wanita dan dari 187-341 pada
pria, dengan ditandai peningkatan perubahan kebiasaan wanita pada
akhir perang dunia kedua. Rata-rata jumlah yang bukan perokok
lebih stabil. Rokok dan paparan asbes sama-sama dapat
menyebabkan kanker bronkus pada manusia. Seorang perokok yang
terkena paparan asbes berat 9 kali lebih beresiko dibandingkan
dengan seorang perkok yang tidak terkena paparan asbes dan 92 kali
lebih beresiko dari orang yang tidak merokok dan tidak terkena
paparan asbes.
Perokok yang menggunakan pipa dan cerutu mempunyai
peningkatan resiko terkena kanker paru-paru dibandingkan bukan
perokok, setidaknya yag tidak menggunakan kedua jenis rokok
tersebut. Kanker pada saluran respirasi atas meningkat 50 kali lipat
pada pada perokok yang menggunakan cerutu, biasanya terkena
kanker laring. Seseoran yang mengubah rokok cerutunya ke pipa
dapat mengurangi resiko tetapi tidak sebanyak dengan berhenti
merokok sama sekali. Merubah rokok dengan rokok kadar nikotin
yang rendah, biasanya banyak mengurangi resiko karena perokok
terus menghirup dan menghirup lagi untuk mekanisme konpensasi.
Kompensasi seperti mempertahankan asupan nikotin dengan cara
6
mengurangi kadar tar atau mengurangi rasio nikotin tetapi tetap lebih
baik dengan tidak merokok sama sekali.1
Bronkitis Kronik dan Emfisema
Angka kematian dari bronkitis kronik dan emfisema
menunjukkan hubungan bahwa merokok sigaret hampir selalu dapat
menyebabkan kanker paru. Merokok sigaret 25 batang setiap hari
atau lebih angka kematiannya lebih dari 20 kali lebih tinggi daripada
yang bukan perokok. Bronkitis kronik terkait jauh lebih kuat dengan
merokok daripada polusi udara. Fletcher dan Peto menunjukkan
bahwa merokok dihubungkan dengan obstruksi jalan nafas yang
tidak dapat diubah kembali pada beberapa orang.
Sekali berhenti merokok, angka kapasitas vital ekspirasi
dalam satu detik (FEV1) menunjukkan angka mendekati normal.
Batuk, dahak, dan whezee (desah) dikaitkan langsung dengan jumlah
rokok yang dihisap sehari-hari dan membaik setelah berhenti
merokok. Berhenti merokok mengurangi angka kematian dari
bronkitis kronik dan emfisema. Nilai (kadar) tar dikaitkan dengan
volume sputum, sementara pengurangan toleransi latihan diperburuk
oleh level karboksihemoglobin yang tinggi. Kebugaran fisik dan
fungsi paru dalam kesehatan pria pada usia pertengahan secara
substansial menurun pada perokok-perokok Norwegian
dibandingkan dengan bukan perokok.
Berhenti merokok dapat mengurangi angka kematian
sementara itu sebaliknya, mulai merokok menaikkan angka
kematian. Hal ini ditemukan pada fungsi paru yang telah
dikonfirmasi pada studi peneliti Jepang-Amerika di Honolulu. Pada
ilmu kesehatan paru di USA, penghentian merokok menunjukkan
lagi pengurangan perburukan kapasitas vital ekspirasi (FEV1) pada
perokok-perokok usia pertengahan dengan obstruksi jalan nafas
ringan. Sementara itu penggunaan antikolinergik bronkodilator tidak
mempengaruhi penurunan jangka panjang dari (FEV1). 1
7
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK)
Merokok adalah faktor resiko utama PPOK walaupun partike
noxious inhalasi lain dan berbagai gas juga memberi kontribusi.
Merokok menyebabkan inflamasi paru. Karena sebab yang belum
diketahui sampai sekarang beberaka perokok menunjukkan
peningkatan respon inflamasi normal, protektif dari paparan inhalasi
yang akhirnya menyebabkan kerusakan jaringan, gangguan
mekanisme pertahanan yang membatasi destruksi jaringan paru dan
memutus mekanisme perbaikan, ini membawa perubahan beberapa
lesi patologi yang khas PPOK.5
Sistem Kardiovaskular
Ini hanya menjadi gambaran sempit untuk menjelaskan
pentingnya merokok menyebabkan angka kecacatan dan kematian
dalam penyakit jantung iskemik, penyakit perdarahan otak, dan
penyakit perdarahan perifer. Seorang perokok sigaret mempunyai 2-
3 kali resiko serangan jantung dibandingkan dengan bukan perokok
dan 30-60% lebih menyebabkan kematian karena serangan jantung,
walaupun perokok berat yang berumur 45 tahun aatau lebih mudah
lagi 10-15 kali beresiko fatal terkena serangan jantung. Tiga
perempat perokok yang mempunyai serangan jantung dibawah umur
50 tahun tidak diperbolehkan merokok, dan mereka tidak merokok.
Pasien dengan angiograph menunjukkan penyakit arteri
koroner yang melanjutkan merokok 50% lebih beresiko dalam 5
tahun daripada mereka yang sudah berhenti. Perokok dengan pipa
dan sigar juga beresiko dibandingkan dengan bukan perokok. Wanita
dan pria yang beresiko terkena stroke dan perdarahan subarachnoid
meningkat 2-3 kali lipat karena merokok. Perokok berat adalah yang
paling beresiko.
8
Berhenti merokok setelah serangan jantung adalah faktor
yang paling penting dalam mencegah mordibiditas dan mortalitas,
meningkatkan prognosis lebih baik dari penggunaan β-blockers.
Penurunan resiko lebih dari 15 tahun dengan seorang bukan perokok
secara terus-menerus bermanfaat mengurangi efek dari terapi anti
angina.
Pria yang berhenti merokok sebelum serangan jantung
terjadi, mengurangi resiko mereka terkena infark miokard pertama
setelah 5 tahun tidak merokok, walaupun bagi perokok berat (≥ 20
batang perhari) membutuhkan 15-20 tahun untuk mengurangi resiko.
Pada wanita penurunan resiko lebih cepat daripada pria, setara
dengan 3 perokok yang telah berhenti selama 3 tahun. Merubah
rokok dengan kadar tar yang lebih rendah tidak akan memberi hasil
yang efektif untuk mengurangi resiko infark miokard.
Berhenti merokok mengurangi resiko stroke dan pada pria
usia pertengahan dengan faktor 4, manfaat yang terjadi dengan cepat
pada 5 tahun pertama setelah perokok berat berhenti sepenuhnya (≥
20 batang perhari). Manfaat juga sangat jelas pada seseorang yang
juga menderita hipertensi. Mengganti rokok dengan pipa atau rokok
cerutu hanya mengurangi resiko dengan sangat kecil.
Hal yang sama juga telah ditemukan pada wanita yang
berhubungan dengan trombosis/perdarahan cerebral, walaupun
penghentian pengurangan resiko perdarahan subarachnoid pada
wanita lebih besar daripada pria. Pada penyakit pembuluh darah
perifer, hasilnya kurang dipengaruhi oleh obat-obat vasodilator
daripada penghentian merokok.
Sistem Genitourinaria
Pria yang merokok dua sampai tiga kali memiliki
kemungkinan lebih besar untuk dapat terjadinya
kangker kandung kemih, pada wanita juga beresiko
9
namun tidak terlalu sering. Merokok juga
meningkatkan resiko kanker ginjal.
Karsinoma cervic 4 kali lebih sering terjadi pada
perokok daripada bukan perokok, dan walaupun dari
beberapa faktor resiko yang jelas ini bisa terjadi, bisa
juga disebabkan karena faktor pembaur. Kesuburan
pada wanita dapat berkurang karena merokok,
sementara itu menopause bisa terjadi 2 sampai 3 tahun
lebih cepat pada perokok.
Laki-laki yang merokok memungkinkan untuk
meningkatnya ke abnormalitasan morfologi sperma
dan proses fertilisasi berkurang.
Sistem Lainnya pada Tubuh
Merokok sangat besar kontribusinya untuk terjadinya
katarak, kemungkinan disebabkan akibat dari
pengendapan di lensa kadmium dari tembakau.
Kepadatan tulang cukup berkurang karena merokok
meningkatkan resiko patah tulang paska menopause.
Kerutan wajah terjadi lebih cepat seperti pustulosis
palmoplantar.
10