karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/pemidanaan terhadap... · web viewoleh...

85
SKRIPSI PEMIDANAAN TERHADAP PELANGGAR HAK DESAIN INDUSTRI (Penelitian Putusan Mahkamah Agung Nomor 18 K/Pdt.sus-HKI/2014) Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Fakultas Ilmu Hukum Universitas Narotama Surabaya Oleh : WAHYU FAJARUDDIN UTAMA NIM : 02112082 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA

Upload: lykien

Post on 25-Apr-2019

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/PEMIDANAAN TERHADAP... · Web viewOleh karena itu negara Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri

SKRIPSI

PEMIDANAAN TERHADAP PELANGGAR HAK DESAIN INDUSTRI

(Penelitian Putusan Mahkamah Agung Nomor 18 K/Pdt.sus-HKI/2014)

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Fakultas Ilmu Hukum

Universitas Narotama Surabaya

Oleh :

WAHYU FAJARUDDIN UTAMANIM : 02112082

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS NAROTAMA

SURABAYA

2016

Page 2: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/PEMIDANAAN TERHADAP... · Web viewOleh karena itu negara Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri

2

ABSTRAK

Penelitian berjudul Tindak Pidana Terhadap Pelanggar Hak Desain Industri, dengan

permasalahan apakah Dirjen HaKI bisa dijadikan pihak dalam kasus sengketa hak desain industri

dan apakah pimilik Pia Janger bisa dituntut secara pidana atas perbuatanya tersebut. Penelitian

pendekatan undang-undangan dan pendekatan kasus, diperoleh suatu kesimpulan bahwa Dirjen

HaKI bisa dijadikan sebagai pihak turut tergugat karena dirjen HaKI merupakan pintu masuk

didaftarkanya hak desain industri tergugat yang sudah jelas melanggar Pasal 2 UU Nomor 31

Tahun 2000, dan ketentuan umum pasal 1 ayat (1) UU Nomor 31 Tahun 2000 dan tergugat bisa

dipidana karena melanggar ketentuan pidana Pasal 54 ayat (1) UU Nomor 31 Tahun 2000

dengan ancaman pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak

Rp.300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

Kata Kunci : Tindak Pidana Terhadap Hak Desain Industri.

ix

Page 3: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/PEMIDANAAN TERHADAP... · Web viewOleh karena itu negara Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri

3

ABSTRACT

The study entitled Crime Against Violators of industrial design, with the issue whether the

Director General of Intellectual Property can be a party in the case of industrial design rights

disputes and whether pimilik Pia Janger be prosecuted criminally on the perbuatanya. The

research approach of laws and approaches the case, obtained a conclusion that the Director

General of Intellectual Property can be used as a third co-defendant as the Director General of

Intellectual Property Rights is the entrance didaftarkanya rights industrial design defendant who

has been in clear violation of Article 2 of Law No. 31 of 2000, and the general provisions of

Article 1 paragraph (1) of Law No. 31 of 2000 and the defendant could be convicted for violating

the criminal provisions of Article 54 paragraph (1) of Law No. 31 of 2000 with the threat of

imprisonment for a period of 4 (four) years and / or a fine of not more Rp.300.000.000, 00 (three

hundred million rupiah).

Keywords: Crime Against the Right to Industrial Design.

x

Page 4: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/PEMIDANAAN TERHADAP... · Web viewOleh karena itu negara Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri

4

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .........................................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................................iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN.....................................................................iv

BERITA ACARA BIMBINGAN KEASLIAN.................................................................v

KATA PENGANTAR.....................................................................................................vii

HALAMAN MOTTO......................................................................................................ix

ABSTRAK.........................................................................................................................x

DAFTAR ISI...................................................................................................................xii

BAB 1 : PENDAHULUAN

1. Latar Belakang dan Rumusanya ...............................................................1

2. Penjelasan Judul......................................................................................16

3. Alasan Pemilihan Judul...........................................................................16

4. Tujuan Penulisan.....................................................................................17

5. Manfaat Penelitian...................................................................................18

6. Metode Penelitian....................................................................................18

a. Tipe Penulisan...................................................................................18

b. Pendekatan Masalah..........................................................................19

c. Sumber Hukum..................................................................................19

d. Pengumpulan dan Pengelolaan Bahan Hukum..................................19

e. Analisa Bahan Hukum.......................................................................20

7. Pertanggun Jawaban Sistematika ........................................................................20

BAB II : TINJAUAN DESAIN INDUSTRI

1. Pengertian Desain Industri.......................................................................22

2. Ruang Lingkup Perlindungan Desain Industri........................................26

xi

Page 5: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/PEMIDANAAN TERHADAP... · Web viewOleh karena itu negara Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri

5

3. Passing Off..............................................................................................33

4. Sengketa Perdata dan Penangananya.......................................................33

5. Penegakan hak desain industri.................................................................36

BAB III : TINDAK PIDANA PADA PELANGGAR DESAIN INDUSTRI

1. Ketentuan Hukum Pidana Dalam Masalah Desain Industri...................39

2. Hak Desain Industri dan Unsur-Unsur Pidanya.....................................41

3. Unsur-Unsur Pidana...............................................................................42

4. Penjelasan Delik Aduan ........................................................................44

5. Kronologi Kasus.....................................................................................45

6. Analisa Kasus.........................................................................................46

BAB IV : PENUTUP

1. Kesimpulan............................................................................................48

2. Saran ......................................................................................................48

xii

Page 6: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/PEMIDANAAN TERHADAP... · Web viewOleh karena itu negara Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri

6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Permasalahan : Latar Belakang dan Rumusanya

Pada jaman yang semakin maju ini, partumbuhan ekonomi juga bertambah semakin pesat

terutama di bidang perdagangan. Terlebih lagi dengan adanya perkembangan dan kemajuan

teknologi sehingga membuat banyak kalangan pebisnis akan lebih menitik beratkan kegiatan

ekonomi mereka pada sektor industri1. Negara Indonesia adalah negara yang tergabung

dalam perdagangan dunia di bidang industri sehingga perlu untuk memajukan sektor industri

yang dimiliki untuk mendorong daya saing dengan negara lain.

HKI diatur tersendiri melalui suatu undang-undang tertentu. Hal ini karena pakar hukum

Eropa continental mengacu pada hukum romawi dan pemahaman mengenai benda berwujud

dan benda tidak berwujud seperti HKI masih terbatas serta belum dikenal orang pada saat

itu.2

Sebagai salaah satu hak eksklusif, HKI tidak dapat diganggu gugat, hal ini sejalan dengan

prinsip droit inviolable et sacre dari hak milik itu sendiri karena hak eksklusif ini tidak saja

tertuju pada eigenaar tetapi juga berlaku pada pembentuk undang-undang atau penguasa

dimana mereka tidak boleh begitu saja membatasi hak milik, tetapi harus ada balasanya

dengan dipenuhinya syarat-syarat tertentu.3

1

? Muhammad Djumhana, 1999, Aspek-Aspek Hukum Industri Di Indonesia, Citra karya Bakti, Bandung,hlm 2.

2 Muhammad Djumhana dan R.Djubaedilah, , Hak Milik Intelektual Sejarah Teori dan Prakteknya di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993,hlm.22.

3 Ahmad M. Ramli, perlindungan Rahasia Dagang dalam Era Globalisasi Dikaitkan dengan Pengaturan dan Praktiknya di Indonesia,Disertasi,hlm. 46.

1

Page 7: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/PEMIDANAAN TERHADAP... · Web viewOleh karena itu negara Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri

7

HKI sama saja dengan hak milik lainya yang memberikan hak kepada pemiliknya untuk

mencegah pihak lain untuk menggunakan apalagi mengganggu hak tersebut. Sebagaimana

telah disinggung dalam uraian di atas, sifat eksklusif dari HKI diwujudkan dengan pemberian

suatu hak monopoli untuk suatu jangka waktu tertentu kepada pencipta/pemilik hak untuk

mengeksploitasi haknya tersebut guna memperoleh keuntungan ekonomi dari hasil

ciptaan/penemuanya tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut, Robert P Benko

mengemukakan pendapatnya sebagai berikut. ”Intellectual property rights grant the

inventor/the author a temporary monopoly over the use of his or her invention/creation and

prevebt competitors form sharing the knowledge without payment.”4

Terdapat landasan filosofis sehubungan dengan pemberian hak monopoli tersebut sebagai

berikut :

“There is a basicphilosophical underling the monopoly inintellectual property(IP). Indeed it must be undesrstand entirely with the idea of IP. The objects of IP are creations of human minds, the human intellect. The property is the information reflected in the copies. Therefore the property is not in the copies. Meanwhile monopoly itself is the sole right compensation to the proprietor of providing creation or a new invention of which the proprietor used his knowledge, skill, time and energy. Therefore the proprietor has to be protected from any counterfeiting”.5

Hak monopoli atas HKI juga diatur dalam hukum Indonesia sebagaimana yang terdapat

dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat (Selanjutnya disebut UU Nomor 5 Tahun 1999). Dalam Pasal

50 huruf b UU Nomor 5 Tahun 1999 menyatakan bahwa perjanjian yang berkaitan dengan

HKI seperti lisensi, paten, merek dagang, hak cipta, desain industri, rangkaian elektronik

terpadu dan rahasia dagang dikecualikan dari ketentuan undang-undang. Dengan kata lain,

4 Robert P.Benko,properting intellectual property rights, issues and controversies, American Enterprise Institute for public Policy Research,Washinton DC, 1995, hlm.48.5 Wury Adriani, Introductary Notes to Intellectual Law in Indonesia, Yuridika No. 384 XIII, FH Unair, 1998,hlm 1.

Page 8: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/PEMIDANAAN TERHADAP... · Web viewOleh karena itu negara Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri

8

kepada pemilik/pemegang HKI diberikan suatu hak monopoli atas kepemilikan hasil karya

intelektualnya tersebut.

Lebih jauh, berdasarkan persepsi sebagian besar masyarakat Indonesia yang masih

menganggap HKI sebagai suatu public right, bukan sebagai suatu private right dan adanya

persepsi bahwa HKI bersifat individualistic karena melegitimasi monopoli yang tidak sejalan

dengan prinsip gotong royong dan demokrasi ekonomi sesuai dengan Pasal 33 Undang-

Undang Dasar Tahun 1945 namun dalam konteks hukum HKI hal tersebut perlu dilihat

secara utuh dan menyeluruh mengingat hukum HKI juga mengatur prinsip keseimbangan

antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat.

Sebagai contoh dapat dikemukakan bahwa dalam perundang-undangan di bidang HKI

mengarur mengenai pembatasan jangka waktu HKI dan adanya lisensi wajib (compulsory

license) pada HKI, misalnya desain industri. Melalui mekanisme ini, sekiranya negara

melihat suatu desain industri sangat penting artinya bagi kehidupan masyarakat dan

kepentingan nasional maka negara dapat mewajibkan pemilik desain atau hak desain yang

bersangkutan untuk memberikan izin kepada pihak lain di negara tempat hak desain tersebut

didaftarkan.6

Dengan demikian, walaupun HKI bersifat absolut, eksklusif dan menimbulkan aspek

monopoli, HKI tidak dapat sepenuhnya dikatakan bersifat individualisitik, mengingat

perundang-undangan HKI di Indonesia telah membatasi monopoli dengan fungsi sosial dan

tidak ditujukan untuk mengganggu ketertiban umum. Sebaliknya, kepentingan individu dan

masyarakat pada HKI diseimbangkan.

6 Muhammad Djumhana, op.cit,hlm 69.

Page 9: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/PEMIDANAAN TERHADAP... · Web viewOleh karena itu negara Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri

9

Sebagai suatu hak eksklusif, HKI secara hukum mendapat tempat yang sama dengan hak-

hak milik lainya, bahkan dalam beberapa hal memiliki kedudukan yang lebih tinggi.7 Untuk

itu, amat diperlukan suatu kesamaan persepsi mengenai kedudukan HKI dalam system

hukum benda, yaitu sebagai suatu hak atas kepemilikan yang perlu mendapat pengakuan

sebagai hak perseorangan yang perlu mendapat perlindungan hukum yang nyata. Sebagai

suatu hak yang berasal dari hasil kemampuan intelektual manusia, HKI perlu mendapat

perlindungan hukum yang memadai.

Mieke Komar dan Ahmad M.Ramli mengemukakan beberapa alasan mengapa HKI perlu

dilindungi, yang pertama adalah bahwa hak yang diberikan kepada seorang pencipta di

bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra, atau inventor di bidang teknologi baru yang

mengandung langkah inventif merupakan wujud dari pemberian suatu penghargaan dan

pengakuan atas keberhasilan manusia dalam melahirkan karya-karya inovativnya.8 Dengan

demikian, sudah merupakan konsekuensi hukum untuk diberikanya suatu perlindungan

hukum bagi penemu atau pencipta dan kepada mereka yang melakukan kreativitas dengan

mengerahkan segala kemampuan intelektualnya tersebut seharusnya diberikan suatu hak

eksklusif untuk mengeksploitasi HKI tersebut sebagai imbalan atas jerih payahnya itu.

Alasan kedua adalah terdapat system perlindungan HKI yang dengan mudah dapat

diakses pihak lain, sebagai contoh dapat sikemukakan paten yang bersifat terbuka.

Penemuanya berkewajiban untuk menguaraikan penemuanya tersebut secara rinci, yang

memungkinkan orang lain dapat belajar atau melaksanakan penemuan tersebut. Untuk itu,

merupakan suatu kewajaran dan keharusan untuk memberikan suatu hak eksklusif kepada 7 Ibid,hlm.48 Mieke Komar dan Ahmad M.Ramli, Perlindungan Hak Atas Kepemilikan Intlelektual Masa Kini dan Tantangan Menghadapi Era Globalisasi Abad 21, makalah disampaikan pada seminar Pengembangan Budaya Menghadapi Haki di Indonesia menghadapi Era Globalisasi Abad ke—21, Lembaga Penelititan ITB-Ditjen HCPM Dep. Kehakiman RI, Sasana Budaya Ganesa, tgl. 28 November 1998, hlm. 2.

Page 10: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/PEMIDANAAN TERHADAP... · Web viewOleh karena itu negara Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri

10

inventor untuk dalam jangka waktu tertentu menguasai dan melakukan eksploitasi atas

penemuanya itu.9

Alasan ketiga mengenai perlunya perlindungan terhadap HKI adalah HKI yang merupakan

hasil ciptaan atau penemuan yang bersifat rintisan dapat membuka kemungkinan pihak lain

untuk mengembangkan lebih lanjut penemuan yang dihasilkan oleh penemu. Oleh karena itu,

penemuan-penemuan mendasar pun harus dilindungi meskipun mungkin belum memperoleh

perlindungan di bawah rezim hukum paten, dapat dikategorikan sebagai rahasia dagang atau

informasi yang dirahasiakan.

Disamping teori perlindungan HKI tersebut, Anthony D’Amato dan Doris Estelle Long

mengemukakan beberapa teori lain mengenai perlindungan HKI sebagai berikut :

1. Prospect Theory

Teori prospek merupakaan salah satu teori perlindungan HKI di bidang paten. Dalam

hal seseorang penemu menemukan penemuan besar yang sekilas tidak begitu

memiliki manfaat yang besar namun kemudian ada pihak lain yang mengembangkan

penemuan tersebut menjadi suatu temuan yang berguna dan mengandung unsur

inovatif, penemu pertama berdasarkan teori ini akan mendapat perlindungan hukum

atas temuan yang pertama kali ditemukanya tersebut. Dalam hal ini penemu pertama

mendapat perlindungan berdasarkan asumsi bahwa pengembangan penemuanya

tersebut oleh pihak selanjutnya hanya merupakan aplikasi atau penerapan dari apa

yang ditemukanya pertama kali.

2. Trade secret avoidance theory9 Soedjono Dirdjosisworo, Hukun perusahaan Mengenai Hak Atas Kepemilikan Intelektual (Hak cipta, Hak paten, Hak merek), mandar maju, Bandung, 2000, hlm. 40-41

Page 11: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/PEMIDANAAN TERHADAP... · Web viewOleh karena itu negara Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri

11

Menurut teori ini, apabila perlindungan terhadap hak paten tidak eksis, perusahaan-

perusahaan akan mempunyai insentif besar untuk melindungi penemuan mereka

melalui rahasia dagang. Perusahaan akan melakukan investai berlebihan di dalam

“menyembunyikan” penemuanya dengan menanamkan modal yang berlebihan.

Berdasarkan teori ini, perlindungan hak paten merupakan suatu alternative yang

secara ekonomis sangat efisien.

3. Rent Dissipation Theory

Teori ini juga bermaksud untuk memberikan perlindungan hukum kepada penemu

pertama atas temuanya. Seorang penemu pertama harus mendapat perlindungan dari

temuan yang dihasilkanya walaupun kemudian penemuan tersebut akan

disempurnakan oleh pihak lain yang kemudian berniat untuk mematenkan penemuan

yang telah disempurnakan tersebut dipatenkan, hasil penemuan semula akan kalah

bersaing dipasaran. Rent Dissipation Theory menyebutkan bahwa suatu penemuan

dapat diberikan hak paten bilamana penemuan itu sendiri mengisyaratkan cara-cara

dengan mana ia dapat ditingkatkan dan dibuat secara komersial lebih berguna.

Teori-teori perlindungan HKI tersebut perlu diterapkan dalam prakitik agar dapat

tercipta perlindungan terhadap hasil karya intelektual termasuk desain industri.10

Desain industri merupakan salah satu baian HKI yang amat unik dan memerlukan suatu

persamaan persepsi, mengingat adanya tumpang tindih antara desain industri dan bagian HKI

lainya. Selain itu, terdapat beberapa konsep hukum mengenai bagian HKI lain seperti hak paten

dan hak cipta yang digunakan dalam desain industri.

Sehubungan dengan hal tersebut, Richard J. Gallafent menyatakan:

10 Anthony D’Amato & Doris Estelle Long, international Intelecctual Property Law, Kluwer Law International, London, 1997, hlm. 18.

Page 12: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/PEMIDANAAN TERHADAP... · Web viewOleh karena itu negara Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri

12

“Design law borrows concepts both from patent law and from copyright law. From patent law it takes the notion of a restricted term of monopoly with registration giving the right to stop others producing articles to the same design, and the concept of novelty as a requirement for a design to be registrable. From copyright law, it borrows the concept of design being the actual physical embodiment or manifestation of an idea, rather than the idea itself.”11

Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa hukum desain meminja konsep baik

dari hukum paten maupun hukum hak cipta. Dari hukum paten mengambil jangka waktu

monopoli yang terbatas yang didapat melalui pendaftaran yang memberikan hak kepada

pemilik/pemegang haknya untuk menghentikan pihak lain untuk memproduksi artikel dengan

desain yang sama, yang mana konsep kebaruan tersebut merupakan syarat agar suatu desain

dapat didaftarkan. Adapun dari hukum hak cipta, desain meminjam konsep ide-ide menjadi

bentuk-bentuk fisik yang merupakan perwujudan dari ide-ide.

Jeremy phillips dan Alison Firth berpendapat bahwa desain mencakup segala aspek tentang

bentuk atau konfigurasi/susunan baik internal maupun eksternal maupun eksternal baik yang

merupakan bagian maupun keseluruhan daru sebuah benda, Dekorasi permukaan

dikesampingkan dan suatu desain harus spesifik.12

Lebih jauh mereka berpendapat.

“A design is not, therefore, a product or a means by wich a produc is made, it is the aesthetic feature which appeals to the eye and thus gives an attractive or distinctive quality to the goods to wich it is applied. The meaning of ‘shape’, ‘configuration’, ‘pattern’, and ‘ornament’ are not defined by statue and could, it is submitted, have been left out of the definition of design without any loss of meaning-unless there is a feature wich, in the finished article, appeals to and is judged solety by the eye, and wich is not a shape, configuration, pattern or ornament.”13

Dengan demikian desain merupakan gambaran keindahan yang memberikan daya Tarik atau

kualitas khusus untuk barang-barang yang diterapkan.11 Richard J. Gallafent, Nigel A. Eastway dan Victor AF. Dauppe, Intellectual property: Law and Taxation, Longman Grup UK Limited, London, 1989, hlm.26.12 Jeremy Phillips dan Alison Firth, Introduction to intellectual Property Law, Third edition, Butterworth,London,1999,hlm. 317.13 Ibid, hlm.342.

Page 13: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/PEMIDANAAN TERHADAP... · Web viewOleh karena itu negara Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri

13

Definisi desain juga dapat diberikan dari sudut pandang teknis sebagaimana yang dikemukakan

oleh Paul Torremans dan Jon Holyoak sebagai berikut.

“The technical definition of a design is that it is design of any aspect of the shape or configuration (whether internal or external) of the whole or part of an article. This means that various aspects of the shape or configuration of an article can be the subject or different design rights, and that a design does not necessarily relate ti the whole article.”14

Dapat ditarik kesimpulan bahwa menurut penulis di atas, desain meliputi segala aspek baik

bentuk maupun susunan (secara internal maupun eksternal) dari keseluruhan atau bagian dari

suatu benda. Hal ini berarti bahwa berbagai aspek dari bentuk atau konfigurasi dari suatu artikel

dapat menjadi subjek dari hak desain yang berbeda.

World Intellectual Property Organization (WIPO) memberikan definisi yan terperinci

menegenai desain industri sebagai berikut:

“Any composition of lines or colours or any three dimensional form, wheter or not associated with lines or colours, is deemed to be an industrial design, provided that such composition or form gives a special appearance to a product if industri or handycraft and can serve as a pattern for a product of industri orhandicraft.”15

Berdasarkan definisi yang diberikan WIPO tersebut, dapat disimpulkan bahawa dalam desain

industri meliputi pula pola untuk barang kerajinan, selain barang industri.

Bernardo M. Cremades berpendapat bahwa desain industri merpakan sautu aransemen

grafik dari linen dan warna-warna untuk tujuan komersial yang digunakan untuk suatu dekorasi

produk, baik yang menggunakan manual, mesin atau kombinasi keduanya.16

Senada dengan pendapat di atas, Muhammad Djumhana menyatakan bahwa pada dasarnya

desain industri merupakan Pattern yang dipakai dalam proses produksi barang secara komersil

dan dipakai secara berulang-ulang. Unsur dipakainya dalam proses produksi yang berulang-

14 Paul Torremans dan Jon Holyoak, Intellectual Property Law, Butterworths, London, 1998, hlm. 31715 WIPO, Guide to Berne Convention for the Protection of Literary and Artistic Work, Geneva, 1978.hlm.3.16 Bernardo M. Cremedes, Bussines Law in Spain, Butterworth & Co Ltd, 1992, London, hlm. 306.

Page 14: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/PEMIDANAAN TERHADAP... · Web viewOleh karena itu negara Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri

14

ulang inilah yang merupakan ciri dan bahkan pembeda dari ciptaan yang diatur dalam hak

cipta.17

Adapun yang dimaksudkan dengan hak desain industri berdasarkan Pasal 1 ayat (5) UU No. 31

Tahun 2000 adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara Republik Indonesia kepada

pendesain atas hasil kreasinya untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri, atau

memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakan hak tersebut.

Adapun hak desain merupakan suatu terobosan baru di Inggris. Pasal 213 ayat (1) CDPA

(Copyrights, Designs and Patents Act) 1988 menyatakan hak desain sebagai hak milik atas suatu

desain yang asli, selanjutnya Pasal 213 ayat (2) CDPA 1988 mendefinisikan suatu desain sebagai

setiap aspek bentuk atau konfigurasi (baik internal maupun eksternal) dari keseluruhan atau

sebagian barang.

Hak desain tersebut tidak harus didaftarkan, sebuah dokumen desain ditujukan untuk

karya artistic guna memenuhi syarat untuk perlindungan. Pemilik hak desain mempunyai hak

eksklusif untuk membuat barang-barang dengan desain atau memproduksi ulang desain dalam

dokumen desain. Jangka waktu perlindungan hak desain berdasarkan CDPA 1988 adalah selama

25 tahun.18

Menurut Paul Torremans dan Jon Holyoak, hak desain industri adalah sebuah hak kepemilikan

yang menjamin pemilik mempunyai hak khusus utuk memproduksi kembali desainya untuk

tujuan komersial. Langkah nyata untuk melaksanakanya adalah dengan membuat desain-desain,

17 Muhammad Djumhana, op. cit, hlm. 204.18 T.A. Blanco White & Robin Jacob, Patents, Tradremarks, Copyrights and Industrial Design, sweet and Maxwell, London, 1986, hlm. 49.

Page 15: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/PEMIDANAAN TERHADAP... · Web viewOleh karena itu negara Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri

15

tetapi pemilik juga membuat sebuah dokumen/catatan desain dan memungkinkan desain tersebut

dibuat oleh pihak ketiga.19

Pada dasarnya, untuk memeperoleh perlindungan hak desain industri, desain tersebut

harus asli dan didaftarkan dalam sebuah dokumen desain dan harus memenuhi persyaratan yang

diwajibkan.

Kata ‘asli’ atau orisinil tidak didefinisikan, tetapi Pasal 213 ayat (4) CDPA 1988 memberikan

kekecualian pengaruh atau akibat yang bersifat negative bahwa suatu desain dinyatakan tidak asli

jika desain tersebut merupakan desain yang lumrah dalam bidang desain yang bersangkutan pada

saat pembuatanya. Dengan kata lain mengecualikan karya yang biasa saja dari perlindungan

hukum.20

Di Australia, berdasarkan Undang-Undnag Desain Australia sebagaimana yang

diamandemen pada tahun 1981 melindungi desain-desain terdaftar di Australia dan untuk

memenuhi pendaftaran di bawah Undang-undang desain Australia, suatu desain harus baru dan

asli serta harus dapat diterapkan dalam suatu produksi massa. Desain-desain yang memiliki

perbedaan tipis dengan desain-desain terdaftar sebelumnya yang diterbitkan atau digunakan di

Australia, tidak dapat didaftarkan.21

Ciri-ciri yang dapat didaftarkan termasuk bentuk konfigurasi, pola atau oranamen yang

“dapat dinilai oleh mata”. Hukum Australia mengizinkan pendaftaran desain-desain yang

19 Paul Torremans dan John Holyoak, op. cit,hlm. 324.20 Michael F. Flint, Clive D. Thone dan Alan P.Williams, Intellectual Propeerty-The New Law, A guide to the copyright, designs and patents Act 1988, Butterworths, London, 1988, hlm. 135-13621 Jill McKeough dan Andrew Stewart, Intellectual Property in Australia, second Edition, Butterworths, Sidney, 1997, hlm. 259.

Page 16: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/PEMIDANAAN TERHADAP... · Web viewOleh karena itu negara Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri

16

menyediakan tujuan fungsional, tetapi tidak mengizinkan pendaftaran atas desain-desain yang

tergabung dalam metode-metode atau prinsip-prisnsip konstruksi.22

Di Australia, perlindungan desain industri diberikan untuk jangka waktu satu tahun, tetapi dapat

diperbarui tiga kali berikutnya untuk periode lima tahun, yang memberikan perlindungan kepada

pemilik maksimum enam belas tahun.

Adapun Belgia, Belanda , dan Luxembur memiliki sebuah undang-undang desain bersama.

Undang-undang ini terutama melindungi desain-desain baru yang memiliki fungsi kegunaan. Di

bawah system pendaftaran Benelux, sebuah desain harus menampakkan keaslianya dengan

menhormati desain-desain yang telah terdaftar sebelumnya.23

Dalam banyak kasus, masayarakat industri atau pengusaha mengartikan “baru” apabila

konfigurasi bentuk lahiriahnya tidak persis sama dengan apa yang ada. Pada perusahaan atau

industri yang menganut strategi pasar reaktif akan menggunakan asas defensis-imitatif, second

but better. Mereka dapat berdalih bahwa kemiripan desain industri mereka dengan produk yang

sudah terkenal dan terdaftara bukan merupakan peniruan tetapi mereka mengacu pada “tren”

pasar, sedangkan selera pasar belum tentu diakibatkan oleh desain yang mendahului. Menurut

paham mereka selera pasar adalah fenomena sosial yang lahir karena perubahan spirit zaman.

Sebagai contoh desain sepatu olahraga yang hamper mirip satu sama lain muncul karena adanya

spirit “kecepatan”, atau desain ponsel yang enteng muncul karena spirit kepraktisan.24

Salah satu cara dan jalan yang ditempuh guna meningkatkan daya saing dengan negara

lain dalam sektor industri adalah dengan memanfaatkan peranan desain industri sebagai bagian

22 Jill McKeough and Andrew Stewart, Loc. Cit.23 Alison firth, The Protection of Industrial Design, Australia, 1999, hlm. 2.24 Imam Buchori Zainuddin, Reorientasi Desain Produk Industri dan Kerajinan Indonesai dalam Kerangka TRIP’s dan Era Pasar Global, Makalah, DIsampaikan pada seminar Reorientasi Desain Produk Indonesia, Diselenggarakan oleh ITB, Bandung, 1999, hlm. 5-6.

Page 17: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/PEMIDANAAN TERHADAP... · Web viewOleh karena itu negara Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri

17

dari Hak Kekayaan Intelektual. Sebagai pelengkap dan penguat atas industri yang diciptakan.

Dengan adanya perlindungan terhadap desain industri maka akan memperkuat dan mempercepat

pembangunan industri nasional maupun internasional, hal ini lebih diperkuat lagi dengan

keikutsertaan Indonesia dalam meratifikasi Agreement The World Trade Organization yang

mencakup pula Agreement on Trade Related Aspect of Intellectual Property right (TRIPs) yang

telah diratifikasi dengan Undang-Undang Nomor 7 tahun1994 tentang pengesahan Agreement

Establishing The World Trade Organization.

Bentuk ratifikasi Undang-Undang nomor 7 tahun 1994 tentang pengesahan Agreement

Establishing The World Trade Organization, Negara Indonesia menyempurnakan peraturan

perundang-undangan di bidang Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang meliputi tujuh bidang

yaitu :

1. Paten diatur dengan Undang-undang nomor 6 tahun 1989, diganti oleh Undang-Undang

Nomor 13 tahun 1997, terakhir diganti oleh Undang-Undang nomor 14 tahun 2001

2. Hak Cipta diatur dengan Undang-Undang Nomor 6 tahun 1982 direvisi oleh Undang-

Undang Nomor 7 tahun 1987 kemudian diganti oleh Undang-Undang Nomor 12 tahun

1997, terakhir diganti oleh Undang-Undang Nomor 19 tahun 2002.

3. Merek diatur dengan Undang-Undang Nomor 21 tahun 1961 diubah dengan Undang-

Undang Nomor 19 tahun 1992, diganti oleh Undang-Undang nomor 14 tahun 1997,

terakhir diganti dengan Undang-Undang Nomor 15 tahun 2001

4. Perlindungan Varietas Tanaman diatur dengan Undang-Undang Nomor 29 tahun 2000

5. Rahasia Dagang diatur dengan Undang-Undang Nomor 30 tahun 2000

6. Desain Industri diatur dengan Undang-Undang Nomor 31 tahun 2000

7. Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu diatur dengan Undang-Undang Nomor 32 yahun 2000

Page 18: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/PEMIDANAAN TERHADAP... · Web viewOleh karena itu negara Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri

18

Dalam perkembangan desain industri memegang peranan penting bagi keberhasilan

perindustrian dan perdagangan suatu negara. Desain Industri merupakan sarana dan jalan

untuk mendapatkan nilai ekonomi yang tinggi dalam perindustrian. Oleh karena itu negara

Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri.

Dalam HKI, hak industri memiliki karakter yang eksklusif. Dengan adanya hak ekslfusif

tersebut, pendesain/pemegang hak desain industri dapat mempertahankan haknya kepada

siapapun yang berupaya tidak baik dengan cara menyalahgunakan desain industri tersebut

dan pendesain mempunyai hak yang seluas-luasnya untuk menggunakan hak tersebut untuk

kepentingan pribadi atau perusahaan asal tidak bertentangan dengan kepentingan umum.

Dalam Undang-Undang Nomor 30 tahun 2000 tentang Desain Industri, Hak atas desain

industri diberikan negara kepada pendesain dalam jangka waktu tertentu. Pendesain

mempunyai hak untuk menggunakan industri terebut untuk dirinya sendiri atau kepada pihak

lain berdasarkan persetujuanya dalam untuk periode waktu yang telah ditentukan. Dalam hal

ini pendaftaran adalah syarat mutlak untuk terjadinya hak industri.

Tanpa pemdaftaran tidak akan ada hak atas desain industri, juga tidak ada perlindungan

hukum. Desain industri adalah bagian dari Hak atas Kekayaan Intelektual dan perlindungan

atas desain industri didasarkan pada konsep pemikiran bahwa lahirnya desain industri tidak

lepas dari kemampuan kreativitas, rasa dan seni yang dimiliki oleh manusia, menurut Undang

- Undang nomor 30 tahun 2000 tentang desain industri: “desain industri adalah suatu kreasi

tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau

gabungan daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan

kesaqn estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat

Page 19: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/PEMIDANAAN TERHADAP... · Web viewOleh karena itu negara Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri

19

dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri, atau kerajinan

tangan”.

Desain industri biasanya tidak melindungi fungsi dari suatu produk, melainkan semata-

mata melindungi penampakan luarnya. Begitu pentingnya unsur seni dalam desain industri

ini, seni yang mengandung unsur keindahan atau estetika itu adalah hasil kreasi manusia

maka dari itu semestinya karya intelektualitas manusia ini dilindungi sebagai property right.

Jika karya intelektual itu dapat diterapkan dan menghasilkan suatu produk berupa barang

atau komoditas industri, maka gabungan antara nilai estetika dan nilai produk dirumuskan

sebagai desain industri.

Fungsi utama diberikanya hak eksklusif kepada pendesain atau pemilik hak desain adalah

untuk menyelenggarakan sistem perdagangan bebas yang bersih serta persaingan jujur dan

sehat sehingga kepentingan masyarakat luas dapat dilindungi dari perbuatan curang yang

dilakukan oleh pihak yang beritikad tidak baik.

Pelaksanaan pendaftaran Hak Desain Industri dilakukan oleh pemerintah yang menunjuk

Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia yang membawahi Direktorat jendral Hak

Kekayaan Intelektual ( selanjutnya disebut Dirjen HKI) untuk melakukan pelayanan di

bidang Hak Kekayaan Intelektual, dalam hal ini di bidang Desain industri. Pada Pasal 2 ayat

(1) menyatakan bahwa “ Hak desain industri hanya diberikan untuk desain industri yang

baru”. Pasal tersebut dinyatakan untuk memotivasi para pendesain untuk dapat berkreasi

sebebasnya selama tidak bertentangan dengan perundang-undangan. Juga bertujuan untuk

memberikan perlindungan hukum bagi pendesain dan pemegang hak desain industri. Karena

pada kenyataanya banyak terjadi sengketa desain industri yang merugaikan pendesain

/pemegang hak industri dikarenakan desain yang didaftarkan mempunyai kemiripan dengan

Page 20: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/PEMIDANAAN TERHADAP... · Web viewOleh karena itu negara Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri

20

desain industri yang sebelumnya sudah terdaftar, dikarenakan prosedur pendaftaran yang

kurang maksimal , seharusnya desain yang sudah terdaftar dan yang akan mendaftar

diumumkan di media massa agar masyarakat luas dapat mengetahui desain-desain yang

sudah terdaftar di dirjen HKI sehingga pendaftaran desain tersebut akan berkurang.

Pembatalan pendaftaran Desain Industri dapat dilakukan berdasarkan permintaan

pemegang hak desain industri, dan berdasarkan gugatan yang diajukan oleh pihak yang

berkepentingan di pengadilan Niaga.

Problematika tentang sengketa desain Industri sudah sering terjadi dalam kehidupan sehari-

hari. Salah satunya yaitu Pia legong dan Pia Janger yang kasusnya sebagai berikut :

Merek Pia Legong ini dimiliki oleh Hantje yang mendaftarkan hak ciptanya ke dirjen HKI kemenkum HAM pada Agustus 2008. Salah satu yang didaftarkan yaitu desain kotak kemasan Pia Legong. Kotak ini memiliki komposisi warna cokelat dengan klir dorp, terdapat tulisan Pia Legong dengan warna keemasan, terdapat penari Bali, pura dan 3 gambar kue pia. Untuk rasa, Hantje meracik sendiri resepnya dan memasarkan dengan menjualnya hanya di Ruko Kuta Megah, Jalan by pass Ngurah Rai, Badung. Harga dibanderol Rp. 70.000,- ( Tujuh puluh ribu rupiah) per paket. Sejak diluncurkan Pia Legong langsung menggoda wisatawan. Setiap harinya puluhan wisatawan membeli Pia Legong hingga Pia Legong menjadi terkenal dan salah satu paket oleh-oleh yang wajib dibeli wisatawan. Belakangan, Hantje mulai terusik dengan adanya keluhan konsumen soal rasa pianya. Lalu Hantje menyelediki dan ditemukan merek Pia Janger yang mirip dengan Pia Legong. Harganya lebih murah Rp.10.000,- (sepuluh ribu rupiah) dibanding dengan Pia Legong. Kesamaan merek ini mengecoh konsumen sehingga brand Pia Legong yang telah dibangun dengan susah payah menjadi tercemar di mata wisatawan. Konsumen yang tertipu membeli Pia Janger kecewa karena rasanya tidak enak, tetapi yang kena keluhan pia legong. Merasa merugi, Hantje pun melayangkan gugatan ke Pengadilan Niaga Surabaya dengan menggugat pemilik Pia Janger yaitu Antonius dan Iriene

Untuk pembahasan kasus diatas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah

sebagai berikut :

1. Apakah Pemegang hak desain industri bisa diberikan perlindungan hukum atas desain

industrinya?

2. Apakah sanksi pidana terhadap pelanggar hak Desain Industri ?

Page 21: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/PEMIDANAAN TERHADAP... · Web viewOleh karena itu negara Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri

21

1.2 Penjelasan Judul

Penjelasan judul skripsi yang saya ambil adalah PEMIDANAAN TERHADAP

PELANGGAR HAK DESAIN INDUSTRI DITINJAU DARI PUTUSAN MA NOMOR

18 K/pdt.Sus-HKI/2014 adalah sebagai berikut :

Tindak Pidana adalah suatu perbuatan atau tindakan yang diancam dengan pidana,

bertentangan dengan hukum dengan hukum pidana dan dilakukan dengan kesalahan oleh

seseorang yang mampu bertanggung jawab.

Pelanggaran adalah perbuatan pidana yang ringan, ancaman hukumanya berupa denda atau

kurungan.

Hak desain industri adalah Hak eksklusif yang diberikan oleh negara Republik Indonesia

kepada pendesain atas hasil kreasinya untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri,

atau memberikan persetujuanya kepada pihak lain untuk melaksanakan hal tersebut.

1.3 Alasan Pemilihan Judul

Seiring perkembangan jaman, kegiatan ekonomi pun ikut berkembang pesat sehingga

membuat persaingan dibidang bisnis menjadi tidak sehat sebagai contohnya penjiplakan atas

hak desain industri pia Legong oleh pia Janger. Hal ini tidak akan terjadi apabila Dirjen HKI

benar-benar memeriksa apakah desain Industri milik Pia Janger sama dengan milik

Page 22: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/PEMIDANAAN TERHADAP... · Web viewOleh karena itu negara Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri

22

perusahaan lain, sehingga Dirjen HKI dapat mengerti pia Janger mendaftarkan desain

industrinya dengan itikad tidak baik yang dapat menimbulkan kerugian perusahaan lain

dalam kasus ini pia Legong yang lebih dahulu mendaftarkan desain indutrinya. Seharusnya

Dirjen HKI menjadi tergugat utama dalam kasus ini karena Dirjen HKI menjadi pintu

gerbang didaftarkanya desain industri. Pia Janger yang sudah diputus oleh Mahkamah

Agung untuk membayar ganti rugi kepada pia Legong dan harus menghentikan proses

produksinya Untuk melindungi masyarakat umum perlu dilakukan penelitian apakah dirjen

HKI bisa menjadi tergugat utama apabila terjadi kasus sengketa HKI dan akibat hukum yang

timbul apabila tergugat tetap melaksanakan kegiatan produksinya.

1.4 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam

meraih gelar sarjana pada tingkat pendidikan Strata Satu (S1) di Fakultas Hukum

Universitas Narotama Surabaya.

Selain itu, tujuan penulisan ini adalah terkait dengan perumusan masalah dan judul. Dalam

penulisan skripsi ini terdapat beberapa tujuan yang hen dak dicapai oleh penulis. Tujuan-

tujuan tersebut antara lain :

1. Untuk mengetahui dan menjelaskan apakah Dirjen HKI dalam hal ini bisa menjadi

tergugat utama.

2. Untuk mengetahui dan menjelaskan apakah Pia Janger sebagai tergugat bisa dijatuhi

hukuman pidana apabila masih melanjutkan proses produksinya setelah diputus oleh

Mahkamah Agung .

Page 23: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/PEMIDANAAN TERHADAP... · Web viewOleh karena itu negara Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri

23

3. Untuk memperluas pengetahuan dan wawasan penulis dibidang hukum serta

pemahaman aspek hukum dalam teori dan praktek dilapangan Hukum Perdata dan

Pidana, khususnya hukum hak Kekayaan Intelektual.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun beberapa manfaat dalam penulisan skripsi ini, antara lain :

a. Bagi penulis, menambah wawasan pengetahuan khususnya dalam bidang Hak kekayaan

Intelektual yang selama ini didapat secara teoritis kepada pemahaman secara praktis.

b. Bagi tergugat dan penggugat dapat digunakan sebagai pemikiran dalam memecahkan

permasalaahan yang berhubungan dengan Penjiplakan hak desain industri dan

perlindungan hukum bagi penggugat

c. Bagi institusi, dalam hal ini Dirjen HKI sebagai pemikiran untuk lebih detail dan jeli

lagi dalam memberi hak desain industi.

1.6 Metode Penulisan

a. Tipe penulisan

Tipe penulisan yang digunakan untuk membahas permasalahan ini adalah yuridis

normatif, yaitu penulisan yang didasarkan atas peraturan perundang-undangan atau

Page 24: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/PEMIDANAAN TERHADAP... · Web viewOleh karena itu negara Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri

24

norma-norma hukum yang bersifat mengikat yang ada relevansinya dengan materi yang

dibahas.

b. Pendekatan masalah

Masalah didekati secara statue approach dan conceptual approach. Statue approach

yaitu pendekatan yang dilakukan dengan mengidentifikasi serta membahas peraturan

perundang-undangan yang berlaku berkaitan dengan materi yang dibahas.

Sedangkan pendekatan secara conceptual Approach yaitu suatu pendekatan dengan cara

membahas pendapat para sarjana sebagai landasan pendukung pembahsan skripsi.

c. Sumber hukum

Bahan Hukum yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah :

1. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum yang bersifat mengikat dalam hal ini. . .

2. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan hukum yang erat hubunganya dengan bahan

hukum primer dan dapat membantu menganalisis serta memahaminya meliputi buku-

buku, teks, jurnal-jurnal, artikel dari internet, literature maupun karya ilmiah para

sarjana.

d. Pengumpulan dan Pengelolaan Bahan Hukum

Tahap pengumpulan bahan-bahan hukum yang sesuai dengan topic penulisan skripsi

ini, dilakukan dengan infentarisasi bahan hukum yang berkaitan dengan Hak kekayaan

Intelektual khusunya mengenai Desain Industri.

Bahan hukum yang digunakan yaitu bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder. Bahan hukum primer terdiri dari perundang-undangan sedangkan bahan hukum

Page 25: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/PEMIDANAAN TERHADAP... · Web viewOleh karena itu negara Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri

25

sekunder terdiri dari buku-buku ilmiah (hukum), teks, jurnal-jurnal, artikel dari internet,

literarur maupun karya ilmiah para sarjana.

e. Analisa Bahan Hukum

Bahan hukum yang telah diperoleh, dikumpulkan kemudian dianlisa secara kualitatif

yaitu suatu penelitian secara deskriptif analisa dengan mengumpulkan semua bahan hukum

menjadi satu yang kemudian disusun, dipelajari dan dikaitkan dengan pokok masalah yang

dibahs sehingga dapat memberikan suatu gambaran yang jelas tentang skripsi ini.

1.7 Pertanggungjawaban Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan hukum adalah untuk memberi gambaran yang jelas dan

komperhensi mengenai penulisan skripsi hukum ini, maka berikut ini penulis sajikan

sistematika masing-masing sebagai berikut :

Bab I, pendahuluan, disajikan pada awal pembahasan, dalam pendahuluan ini berisikan

gambaran umum tentang kegiatan perdagangan jasa perantara serta pemasaran pokok

yang akan dibahas dalam bab berikutnya. Bab ini terdiri dari Sub bab 1 latar belakang

dan rumusan masalah, sub bab 2 penjelasan judul, sub bab 3 alasan pemilihan judul, sub

bab 4 tujuan penulisan, sub bab 5 manfaat penulisan, sub bab 6 metode penelitian, dan

sub bab 7 pertanggungjawaban sistematika.

Bab II, Pengertian desain industri, ruang lingkup perlindungan desain industri, passing off.

Di dalam bab II ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan pengertian desain

industri, ruang lingkup perlindungan desain industri, passing off, dan penegakan hukum

pelanggar hak desain industri serta keterlibatan Dirjen HKI dalam kasus sengketa Desain

Industri

Page 26: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/PEMIDANAAN TERHADAP... · Web viewOleh karena itu negara Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri

26

Bab III, Membahas tentang tindak pidana pelanggar hak Desain Industri yang dibahas

dalam subbab 1 tentang Ketentuan Hukum Pidana Dalam Masalah Desain Industri

subbab 2 tentang Hak Desain Industri dan Unsur-Unsur Pidananya subbab 3 tentang

kronologi kasus dan subbab 4 tentang analisa kasus

Bab IV, Penutup. Bab ini merupakan akhir dari seluruh rangkaian dari pembahasan.

Subbabnya terdiri dari simpulan yang berisi hasil pembahasan dari jawaban atas masalah

dan saran sebagai bahan masukan yang dapat digunakan untuk menanggulangi

permasalahan-permasalahn yang terjadi.

BAB II

TINJAUAN DESAIN INDUSTRI

Page 27: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/PEMIDANAAN TERHADAP... · Web viewOleh karena itu negara Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri

27

2.1. Pengertian Desain Industri

Desain industri menurut Pasal 1 angka 1 UU No.31 Tahun 2000 adalah :

suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atau warna, atau garis dan warna,

atau gabungan dari padanya yang berbentuk 3 (tiga) dimensi atau 2 (dua) dimensi serta dapat

dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang atau komoditi industri dan kerajinan tangan.

Muhammad Djumhana mengartikan desain industri adalah “Aktivitas kreatif untuk mewujudkan

sifat-sifat bentuk suatu objek, dalam hal ini termasuk karakteristik dan hubungan dari struktur

atau system yang harmonis dari sudut pandang konsumen dan produsen.”25 Sedangkan menurut

Ridwan Khairandy mengartikan desain Industri adalah “Suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi,

atau komposisi garis atau warna yang berbentuk tiga dimensi yang mengandung nilai estetika

dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk

menghasilkan suatu produk barang industri atau kerajinan tangan.”26

Apabila memeperhatikan definisi di atas dapat dijelaskan bahwa desain industri itu merupakan

suatu karya berupa pola, atau pattern yang digunakan untuk memproduksi barang melalui

kegiatan atau proses industri.27

Jadi disebut sebagai suatu desain jika suatu karya yang berupa pola atau pattern tersebut

digunakan untuk suatu produk secara berulang-ulang. Yang merupakan ciri utama dari desain,

jika tidak digunakan secara berulang-ulang, maka tidak dapat disebut sebagai desain melainkan

sebagaia suatu ciptaan. Untuk membedakanya dengan suatu ciptaan, desain industri mempunyai

25 Muhammad Djumhana, op.cit,h7.26 Ridwan Khairandy, ct. all, Pengantar Hukum Dagang Indonesia. Gama Media, Jakarta, 1999, h 269.27 Muhamad Djumhana, loc.cit, h. 41.

22

Page 28: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/PEMIDANAAN TERHADAP... · Web viewOleh karena itu negara Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri

28

kesamaan, hanya letak perbedaanya bahwa pada desain industri digunakan untuk membuat atau

memproduksi barang secara berulang-ulang.

Suatu kreasi yang mempunyai estetika dapat berupa sebuah rancangan bentuk

barang, asalkan memenuhi syarat-syarat tertentu, diantaranya suatu yang baru (novelty) dan asli

(original).28 Desain Industri disyaratkan baru sejalan dengan ketentuan Pasal 2 UU No.31 Tahun

2000, menentukan :

(1) Hak Desain Industri diberikan utuk Desain Industri yang baru.

(2) Desain Industri dianggap baru apabila pada tanggal penerimaan, desain industri tersebut

tidak sama dengan pengungkapan yang telah ada sebelumnya.

(3) Pengungkapan sebelumnya, sebagaimana dimaksut dalam ayat (2) adalah pengungkapan

desain industri yang sebelum :

a. Tanggal penerimaanya

b. Tanggal prioritas apabila permohonan diajukan dengan hak prioritas.

c. Telah diumumkan atau digunakan di Indonesia atau di luar Indonesia.

Mengenai desain industri baru, dijelaskan pada penjelaan umum UU No. 31 Tahun 2000 sebagai

berikut :

Dalam pemeriksaan permohonan hak katas hak Desain Industri dianut asas kebaruan

dan pengajuan pendaftaran pertama. Asas kebaruan dalam desain industri ini dibedakan dari asas

orisinal yang berlaku dalam Hak Cipta. Pengertian “baru” atau”kebaruan” ditetapkan dengan

suatu pendaftaran yang pertama kali diajukan dan pada saat pendaftaran itu diajukan, tidak ada

pihak lain yang dapat membuktikan bahwa pendaftaran tersebut tidak baru atau telah ada

pengungkapan/publikasi sebelumnya. Baik tertulis atau tidak tertulis. “Orisinal” berarti sesuatu 28 Muhammad Djumhana dan Djulailah, op.cit, h 156.

Page 29: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/PEMIDANAAN TERHADAP... · Web viewOleh karena itu negara Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri

29

yang langsung berasal dari sumber asal orang yang membuat atau yang mencipta atau sesuatu

yang langsung dikemukakan oleh orang yang oleh orang yang dapat membuktikan sumber

aslinya. Selanjutnya asas pendaftaran pertama berarti bahwa orang yang pertama mengajukan

permohonan hak atas Desain Industri yang akan mendapatkan perlindungan hukum dan bukan

berdasar atas asas orang yang pertama mendesain. Lebih lanjut, untuk keperluan publikasi atau

pengumuman pendaftaran permohonan hak atas Desain Industri, dalam pemeriksaan juga

dilakukan pengklarifikasian permohonan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Dalam memacu persaingan dan perputaran ekonomi serta pemasaran, mutu, harga

suatu produk sangat penting, namun desain industri sebagai salah satu unsur yang dapat

membedakan antara satu produk dengan produk lain dan juga sebagai batasan baru bagi

persaingan di bidang industri dilihat dari desain industrinya.

Desain Industri selain memenuhi syarat-syarat sebagaimana di atas, desain industri harus

digunakan dalam proses produksi barang secara komersial, dan dipakai secara berulang-ulang.

Desain Industri di pakai secara berulang-ulang dalam suatu proses industri inilah, menurut

Muhammad Djumhana merupakan ciri dan bahkan pembeda dari ciptaan.

Selain itu yang menjadi ciri ciri dari desain industri adalah cenderung ciptaan. Itu berkaitan

dengan estetika produk, aspek kemudahan atau kenyamanan dalam penggunaan produk yang

dihasilkan, sehingga memberikan sumbangan yang berarti untuk suksesnya pemasaran barang

tersebut.

Untuk terbentuknya suatu desain industri, diperlukan suatu langkah-langkah atau

tahapan sebagai berikut :

Page 30: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/PEMIDANAAN TERHADAP... · Web viewOleh karena itu negara Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri

30

Sebuah produk industri hasil dari desain terwujud setelah melalui beberapa tahapan, mulai dari

ide, pengujian, manufactur, pemasaran. Dalam setiap tahapan tersebut dapat pula tercipta suatu

inovasi teknis, inovasi system produksi, inovasi materiil, inovasi ekonomi produksi, dan

seterusnya yang kemudian menjadi ciri khas dari produk tersebut di samping faktor bentuknya.29

Adapun unsur-unsur Desain industri yang terdapat dalam Pasal 1 angjka 1 UU desain industri,

adalah sebagai berikut :

1. Kreasi yang dilindungi oleh UU Desain Industri dapat berbentuk tiga dimensi ( bentuk

dan konfigurasi ) serta dua dimensi ( komposisi garis atau warna ).

2. Kreasi tersebut memberikan kesan estatis

3. Kreasi tersebut dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas

industri, atau kerajinan tangan.

Unsur dipakainya dalam proses produksi yang berulang-ulang iniliah yang merupakan ciri

dan bahkan pembeda dari ciptaan yang diatur dalam hak cipta. Unsur lain yang menjadi ciri

dari hak desain adalah cenderung ciptaan itu berkaitan dengan estetika produk, aspek

kemudahan, atau kenyamanan dalam penggunaan produkn yang dihasilkan, sehingga

memberikan sumbangan yang berarti untuk kesuksesan pemasaran barang tersebut30

2. Ruang lingkup perlindungan desain industri

Desain merupakan suatu bentuk karya seseorang hasil curahan kemampuan

intelektualnya, yang terwujud tidak hanya dalam bentuk karya diatas kertas saja melainkan sudah

terbentuk dalam wujud nyata suatu benda yang memiliki nilai dan manfaat bagi kehidupan

manusia.

29 Muhammad Djumhana. Op.cit., h. 13.30 Muhammad Djumhana dan Djulailah, op.cit, h 220

Page 31: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/PEMIDANAAN TERHADAP... · Web viewOleh karena itu negara Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri

31

Suatu desain menurut Whitford dapat dibagi ke dalam 2 (dua) kategori yaitu sebagai berikut :

1. Kategori A berupa desain yang hanya berbentuk permukaan rata seperti 2 (dua) dimensi

dan bentuk lain yang bersifat 3 (tiga) dimensi, yang mana unsur estetiknya mendorong

konsumen untuk membeli barang hasil desain tersebut. Hal yang dilindungi dari desain

kelompok ini adalah unsur estetil penampilan barang tersebut, bukan pokok yang

mendasarinya berupa ide dan prinsip yang umunm seperti dalam hukum hak cipta. Juga,

tidak diperlukan pendaftaran maupun uang tanggungan.

2. Kategori B berupa desain yang berbentuk 3 (tiga) dimensi hanya bentuk desain tersebut

tidak memberi dorongan konumen membelinya, pemebelian barang oleh konsumen

karena kegunaan dan peuntukan barang tersebut.

Dalam Pasal 1 angka 2 UU Desain Industri terdapat pengertian pendesain yaitu “

seseorang atau beberapa orang yang menghasilkan desain industri”. Pengertian orang juga

termasuk badan hukum, kecuali jika dibuktikan sebaliknya, yang dianggap sebagai pendesain

adalah orang yang untuk pertama kalinya mengajukan permohonan hakl desain industri.

Subyek Desain industri adalah pendesain atau orang yang menerima hak tersebut

dari pendesain. Dalam hal pemdesain terdiri atas beberapa orang secara bersama hak desain

industri diberikan kepada mereka secara bersama. Kecuali jika diperjanjikan lain, hal tersebut

ditegaskan dalam Pasal 6 UU Desain Industri.

Sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 5 UU Desain Industri maka seorang oendesain

memiliki hak Desain Industri, yaitu “hak eksklusif yang diberikan oleh negara Republik

Indonesia kepada pendesain atas hasil kreasinya untuk selama waktu tertentu melaksanakan

sendiri, atau memberinys persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakan hak tersebut

Page 32: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/PEMIDANAAN TERHADAP... · Web viewOleh karena itu negara Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri

32

Hak desain industri tersebut diperoleh dengan dasar permohonan, hal ini ditegaskan

dalam Pasal 10 UU Desain Industri. Adapun tata cara mengajukan permohonan tersebut diatur

dalam Pasal 11 sampai dengan Pasal 30 UU Desain Industri.

Hak desain industri pada dasarnya merupakan perlindungan hukum bagi desainer atas ciptaanya

yang diberikan untuk jangka waktu tertentu. Sesuai dengan prinsip-prinsip hak kekayaan

intelektual yang bersifat eksklusif, maka perlindungan hukum di bidang desain pun demikian

yaitu melarang pihak lain untu melaksanakan atau melakukan tindakan lainya yang bersifat

mengambil manfaat ekonomi dari suatu desain, apabila tanpa persetujuan pemegang hak atas

desain tersebut.

Seorang pendesain memiliki hak ekonomi dan hak moral, menurut Abdulkadir Muhammad hak

ekonomi adalah hak untuk memperoleh keuntungan ekonomi atas kekayaan intelktual yaitu

berupa keuntungan sejumlah uang yang diperoleh kerana penggunaan sendiri Hak Kekayaan

Intelektualnya, atau karena penggunaan oleh pihak lain berdasarkan lisensi. Hak ekonomi itu

diperhitungkan karena Hak Kekayaan Intelektual dapat digunakan/dimanfaatkan olehh pihak lain

dalam perindustrian atau perdagangan yang mendatangkan keuntungan. Selanjutnya Abdulkadir

Muhammad juga menjelaskan mengenai hak moral yaitu hak yang melindungi kepentingan

pribadi atau reputasi pencipta atau penemu.31

Pada UU desain industri terdapat pengaturan mengenai hak moral dalam Pasal 8

yang menyatakan ”Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) dan ayat (2) tidak

menghappus hak pendesain untuk tetap dicantumkan namanya dalam sertifikat desain industri,

daftar umum desain industri dan berita resmi desain industri”.

31 Abdulkadir Muhammad, kajian hukum ekonomi Hak Kekayaan Imtelektual, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, hlm 21

Page 33: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/PEMIDANAAN TERHADAP... · Web viewOleh karena itu negara Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri

33

Untuk mendapatkan perlindunngan hukum suatu desain industri harus didaftarakan, hal ini

ditegaskan dalam pasak 12 UU desain industri, yaitu. “Pihak yang untuk pertama kali

mengajukan permohonan dianggap sebagai pemegang hak desain industri, kecuali jika terbukti

sebaliknya”.

Pada Pasal 2 UU Desain Industri diatur mengenai Desain Industri yang dapat diberikan

perlindungan hukum :

1. Hak Desain Industri diberikan untuk Desain Industri yang baru.

2. Desai Industri dianggap baru apabila pada tanggal penerimaan Desain industri tersebut

tidak sama dengan pengungkapan yang telah ada sebelumnya.

3. Pwngungkapan yang telah ada sebelumnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) adalah

pengungkapan Desain Industri sebelum :

a. Tanggal penerimaan,

b. Tanggal prioritas apabila permohonan diajukan dengan hak prioritas:

c. Telah diumumkan atau digunakan di Indonesia atau diluar Indonesia

Sejauh mana suatu desain industri dikatakan baru menurut Sudargo Gautama dan

Rizawanto winata “apabila pada tanggal pemerimaan permohonan desain industri tersebut tidak

sama dengan pengungkapan desain yang telah ada sebelumnya, baik secara formal maupun

informal”.32

Dalam pemeriksaan permohonan Hak atas desain industri dianut asas kebaruan dan pengajuan

pendaftaran pertama. Asas kebaruan dalam Desain Industri berbeda dengan asa orisinal yang

berlaku dalam hak cipta. Pengertian baru menurut Penjelasan Umum Desain Industri adalah

32 Sudargo Gautama dan Rizawanto Winata. Hak atas kekayaan Intelektual (HAKI) Peraturan Baru Desain Industri, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, hln.22

Page 34: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/PEMIDANAAN TERHADAP... · Web viewOleh karena itu negara Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri

34

Pengertian baru atau kebaruan ditetapkan dengan suatu pendaftaran yang pertama kali diajukan

dan pada saat pendaftaran itu diajukan, tidak ada pihak lain yang dapat membuktikan bahwa

pendaftaran tersebut tidak baru atau telah ada pengungkapan atau publikasi sebelumnya, baik

tertulid atau tidak tertulis.

Dalam suatu produk desain industri, kemiripan atau similaritas merupakan sesuatu yang

mungkin terjadi. Terlebih lagi dalam suasana dimana saran produksi yang canggih serta

perdagangan yang bebas sangat mendukung terjadinya kemiripan atas suatu produk. Menurut

Arif Syamsudin bentuk-bentuk kemiripan tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut :

1. Barang identik, kreasi mirip

2. Barang identik, Kreasi berbeda

3. Barang mirip, kreasi mirip

4. Barang mirip, kreasi identik

Jangka waktu perlindungan bagi Desain industri terbatas, hal ini diatur dalam Pasal 5

ayat 1 UU desain industri :

1. Perlindungan terhadap hak desain industri diberikan untuk jangka waktu 10 (sepuluh)

tahun terhitung sejak tanggal penerimaan.

2. Tanggal mulai berlakunya jangka waktu perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) dicatat dalam daftar umum Desain Industri dan diumumkan dalam berita resmi Desain

Industri.

Jangka waktu perlindungan 10 tahun merupakan waktu yang sangat wajar artinya tidak begitu

lama, namu telah cukup memberikan waktu kepada si pemilik atau pemegang hak desain industri

tersebut tersebut untuk mendapatkan keuntungan dari desain yang diciptakanya.

Page 35: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/PEMIDANAAN TERHADAP... · Web viewOleh karena itu negara Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri

35

Desain industri sebagai suatu hak kekayaan intelektual juga dapat dialihkan, adapun cara

pengalihanya terdapat dalam Pasal 31 ayat 1 UU desain industri, yaitu melalui :

a. Pewaisan

b. Hibah

c. Wasiat

d. Perjanjian tertulis; atau

e. Sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan.

Hak desain industri dapat pula berakhir sebelum waktunya karena adanya pembatalan.

Pembatalan pendaftaran Desain Industri tersebut bisa terjadi karena permintaan pemegang hak

Desain Industri dan bisa juga karena adanya gugatan perdata dari pihak lain.

Pembatalan pendaftaran Desain Industri berdasarkan permintaan pemegang hak desain industri

diatur dalam Pasal 37 UU Desain Industri, yaitu :

1. Desain industri dapat dibatalkan oleh Direktorat Jendral atas permintaan tertulis yang

diajukan oleh pemegang hak desain industri.

2. Pembatalan hak desain industri sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 tidak dapat

dilakukan apabila penerima lisensi hak desain industri yang tercatat dalam daftar umum

Desain Industri tidak memberikan persetujuan secara tertulis, yang dilampirkan pada

permohonan pembatalan pendaftaran tersebut.

3. Keputusan pembatalan hak desain industri diberitahukan secara tertulis oleh direktorat

Jendral kepada :

a. Pemegang hak desain industri

Page 36: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/PEMIDANAAN TERHADAP... · Web viewOleh karena itu negara Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri

36

b. Penerima lisensi jika telah dilidensikan sesuai dengan catatan dalam daftar umum

desain industri.

c. Pihak yang mengajukan pambatalan dengan menyebutkan bahwa hak desain

industri yang telah diberikan dinyatakan tidak berlaku lagi terhitung sejak tanggal

keputusan pembatalan.

4. Keputusan pembatalan pendaftarana sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dicatatkan

dalam daftar umum Desain Industri dan diumumkan dalam berita resmi Desain industri.

Pembatalan pendaftaran desain industri juga dapat dilakukan dengan gugatan secara perdata. Hal

ini diatur dalam Pasal 38 UU Desain Industri, Pembatalan pendaftaran desain industri juga dapat

dilakukan dengan gugatan secara perdata. Hal ini diatur dalam Pasal 38 UU Desain Industri,

yaitu:

1. Gugatan pembatalan pendaftaran desain industri diajukan oleh pihak yang

berkepentingan dengan alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 atau Pasal 4 kepada

pengadilan Niaga.

2. Putusan Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 tentenag pembatalan

pendaftaran hak Desain Industri disampaikan kepada Direktorat Jenderal [aling lama 14

( empat belas) hari setelah putusan diucapkan.

Apabila terdapat perbuatan yang melanggar hak pemegang desain atau pemegang lisensinya

maka mereka dapat mengajukan gugatan pada Pengadilan Niaga. Hal tersebut diatur dalam Pasal

46 UU Desain Industri:

Page 37: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/PEMIDANAAN TERHADAP... · Web viewOleh karena itu negara Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri

37

1. Pemegang hak desain industri atau penerima lisensi dapat menggugat siapapun yang

dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

9, berupa :

a. Gugatan ganti rugi:dan/atau

b. Penghentian semua perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9.

2. Gugatan sebagaiamana dimaksud dalam ayat 1 diajukan ke pengadilan Niaga.

3. Passing off

Dalam kehidupan perdagangan selalu ada tindakan yang mencoba meraih

keuntungan melalui jalan pintas dengan segala cara dan dialih, walaupun tindakan tersebut

melanggar etika bisnis, norma kesusilaan bahkan melanggar hukum. Perbuatan tidak terpuji yang

melanggar hak-hak perusahaan demikian khususnya melanggar hak-hak yang berhubungan

dengan hak milik intelektual yang biasa disebut dengan passing off secara kepustakaan hukum

Indonesia belum dikenal, dengan demikian istilah dalam bahasa Indonesia belum ada.

Passing off menurut Muhammad Djumhana dan Djubaedillah adalah :

Tindakan yang mencoba meraih keuntungan melalui jalan pintas dengan segala cara dan dalih

dengan melanggar etika bisnis, norma kesusilaan, mapun hukum. Tindakan ini bisa terjadi

dengan mendompleng secara meniru atau memirip-miripkan kepada kepunyaan pihak lain yang

telah memiliki reputasi baik.

Reputasi dalam dunia bisnis dipandang sebagai kunci sukses sebuah perusahaan.

Oleh karena itu pelaku usaha bersedia untuk mengeluarkan biaya yang sangat besar untuk

keperluan periklanan dan membangun reputasi produknya. Dengan demikian adanya tindakan

mendompleng, meniru atau memirip-miripkan kepunyaan orang lain yang mempunyai reputasi

Page 38: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/PEMIDANAAN TERHADAP... · Web viewOleh karena itu negara Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri

38

baik tersebut dapat mengakibatkan kerugian yaitu berupa turunya omzet karena masyarakat

menjadi terkecoh terhadap keberadaan produk tersebut sehingga dapat menimbulkan klaim dari

pelangganya.

4. Sengketa Perdata dan Penangananya

Pengertian sengketa Perdata adalah suatau perkara perdata yang terjadi di antara para

pihak yang bersengketa di dalamnya mengandung sengketa yang harus diselesaikan oleh kedua

belah pihak.

Pengertian sengketa perdata diatas, jelaslah sudah bahwa kalimat dari pada ‘sengketa’ itu sendiri

sudah menunjukan adanya kepastian bahwa didalamnya mengandung suatu sengketa yang harus

diselesaikan oleh para pihak baik dengan cara kekeluargaan di luar persidangan maupun di muka

HKIm dalam persidangan pengadilan. Sedangkan perkara perdata (permohonan penetapan) yang

di dalamnya tidak mengandung sengketa bukanlah masuk dalam pengertian sengketa karena

permohonanya penetapan suatu hak dimaksudkan untuk memperkuat adanya hak pemohon.

Di dalam praktik para pihak yang bersengketa yang diselesaikan di pengadilan

umumnya sengketanya tetnang terjadinya pelanggaran hak dan nyata-nyata telah merugikan

pihak lain yang tidak bia diselesaikan dengan cara damai di luar persidangan, yang mana pihak

yang telah melakukan pelanggaran hak pihak lain tidak bersedia dengan sukarela memberikan

ganti rugi kepada pihak yang telah dirugikan. Sehingga pihak yang dirugikan mengajukan

permohonan gugatan ke pengadilan untuk menuntut haknya yang telah di langgar oleh pihak lain

Page 39: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/PEMIDANAAN TERHADAP... · Web viewOleh karena itu negara Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri

39

agar diselesaikan oleh pengadilan dengan tujuan untuk memperoleh keadilan yang seadil-

adilnya.33

Pada umunya sengketa perdata dalam perbankan yang terkait dengan usaha bank disebabkan

oleh adanya wanprestasi (ingkar janji) atau perbuata melawan hukum. Menurut Pasal 1238 KUH

Perdata yang dimaksud dengan wanprestasi (ingkar janji) adalah pelanggaran terhadap

perjanjian, sedangkan menurut pasak 1365 KUH Perdata perbuatan melawan hukum adalah

tindakan dari pihak yang melakukan pelanggaran terhadap suatu ketentuan/aturan hukum yang

berakibat merugika orang lain.

Dalam menyelesaikan sengketa perdata, pengadilan bukanlah merupakan satu-satunya lembaga

untuk menyelesaikan sengketa, namun dikenal juga penyelesaian sengketa dengan cara di luar

pengadilan. Baik sengketa karena wanprestasi ataupun perbuatan melawan hukum, dapat

dilakukan diluar pengfadilan atau melalui pengadilan.

Uraian mengenai kedua jenis proses penyelesaian sengketa tersebut, adalah sebagai

berikut :

a. Penyelesaian Di Luar Pengadilan

Penyelesaian sengketa di luar pengadilan sering disebut sebagai “Alternatif

Penyelesaian Sengketa” atau “Alternative Dispute Resolution”. Penyelesaian sengketa/konflik

melalui ADR sudah lazim digunakan di negara-negara majuterutama untuk pemyelesaian

sengketa usaha/bisnis.

Ada beberapa bentuk ADR, yaitu melalui :

1. Negosiasi

33 Sarwono, HUKUM ACARA PERDATA Tori dan Praktik. Sinar Grafika Jakarta, 2012, hlm 22.

Page 40: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/PEMIDANAAN TERHADAP... · Web viewOleh karena itu negara Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri

40

2. Mediasi

3. Konsiliasi atau;

4. Arbitrase

Penyelesaian sengketa melalui ADR tersebut akan efektif dan efisien apabila dilaksanakan

berdasarkan itikad baik para pihak yang bersengketa, yang dilakukan atas dasar sukarela dengan

tujuan agar :

a. Proses penyelesaian dapat dilakukan dengan cepat

b. Menekan biaya supaya relative tidak terlalu besar

c. Dapat ditangani oleh orang yang ahli dibidangnya.

Dalam penyelesaian sengketa melalui ADR, masing-masing pihak dapat menggunakan cara yang

sesuai dengan kondisi dan strategi yang diinginkan.

a. Penyelesaian Melalui Pengadilan ( Court Settlement)

Dalam upaya penyelesaian sengketa perdata melalui pengadilan, para pihak harus

memperhatikan prosedur yang mengacu kepada Hukum perdata Formil (Hukum Acara Perdata)

maupun hukum perdata materil.

Hal penting yang harus diperhatikan dalam penyelsaian sengketa perdata melalui

pengadilan adalah sebagai berikut:

a. Hukum Acara Perdata

Tata Cara penyelsaian sengketa perdata diatur dalam ketentuan Hukum Acara Perdata.Hukum

Acara Perdata adalah serangkaian peraturan yang memuat cara bagaimana orang harus bertindak

Page 41: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/PEMIDANAAN TERHADAP... · Web viewOleh karena itu negara Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri

41

terhadap dan di muka pengadilan serta bagaimana cara pengadilan harus brtindak satu sama lain

untuk melaksanakan berjalanya peraturan hukum perdata (Hukum perdata materiil).

b. Sumber Hukum dan Asas Hukum Acara Perdata

Hukum acara perdata Indonesia hingga saat ini belum diatur dalam undang-undang yang

terkodifikasi. Kaidah hukum acara perdata masih diatur dalam berbagai aturan hukum yang

menjadi sumber hukum bagi hukum acara perdata di Indonesia.

c. Gugatan perdata

Gugatan perdata merupakan uoaya hukum melalui pengadilan apabila upaya penyelesaian

masalah diluar pengadilan tidak membuahkan hasil. Gugatan dapat dilakukan secara langsung

oleh pihak yang bersengketa maupun dengan memberikan kuasa kepada pihak lain yang ditunjuj

yang mempunyai kewenangan untuk beracara di pengadilan.

5.Perlindungan hak desain industri

Sebagai pintu awal didaftarkanya desain industri, seharusnya pemohon atau

pendaftar wajib memperhatikan persyaratan substansi dan asas-asas dalam Hak Kekayaan

Intelektual, hal ini bertujuan supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti contohnya

kasus Pia legong dan Pia Janger dimana Pia Janger meniru desain industri dari Pia Legong yang

sudah dari awal mendaftarkan Desain Industrinya. Hal ini tidak luput dari peran Dirjen HKI

sebegai badan yang menyeleksi layak tidaknya Desain industri yang akan didaftarkan.

Berikut ini syarat substansi pendaftaran desain industri :

1. Kreasi desain Industri yang memeberikan kesan estetis (Pasal.1 UU Nomor 31 Tahun

2000). Kreasi bentuk, konfigurasi, komposisi garis dan warna atau kombinasinya yang

Page 42: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/PEMIDANAAN TERHADAP... · Web viewOleh karena itu negara Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri

42

memberikan kesan estetis. Kreasinya bukan semata-mata fungsi atau teknis (Pasal. 25

ayat 1 perjanjian TRIPs)

2. Kreasi desain industri yang dapat dilihat dengan kasat mata. Lazimnya suatu kreasi

Desain Industri harus dapat dilihat jelas dengan kasat mata (tanpa menggunalan alat

bantu), dimana pola dan bentuknya jelas. Jadi kesan indah/estetisnya ditentukan melalui

pengelihatan bukan rasa, penciuman dan suara.

3. Kreasi desain industri yang dapat diterapkan pada produk industri & kerajinan tangan

(Pasal.1 UU Nomor 31 Tahun 2000). Dapat diproduksi secara massal melalui mesin

maupun tangan. Jika diproduksi ulang memberikan hasil yang konsisten.

4. Kreasi Desain Industri yang baru (Pasal 2 (1) UU Nomor 31 Tahun 2000). Tidak sama

dengan pengungkapan yang telah ada sebelum tanggal penerimaan atau tanggal prioritas

(bila dengan hak prioritas) dan telah diumumkan/digunakan baik di Indonesia atau di luar

Indonesia (Pasal 2 ayat (2) dan Pasal 2 ayat (3) UU Nomor 31Tahun 2000). Baru dinilai

dari sudut kreasi dan/atau produknya. Nilai kemiripan, nilai kreatifitas, dan nilai karakter

individu suatu desain industri tidak diatur dalam UU Nomor 31 Tahun 2000). Nilai

kebaruan atau baru maknanya nilai tidak identik atau berbeda atau tidak sama atau tidak

identik dengan pengungkapan yang telah ada sebelumnya.

5. Kreasi Desain industri yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku, ketertiban umum, agama, atau kesusilaan (Pasal.4 Unndang-Undang

Nomor 31 Tahun 2000)

Dalam kasus sengketa Desain Industri antara Pia Legong dengan Pia Janger, Desain

industri milik Pia Janger Dianggap tidak baru karena barang, bentuk, konfigurasi, komposisi

garis dan warna sama dengan milik Pia Legong bertentangan dengan Pasal 2 UU Nomor 30

Page 43: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/PEMIDANAAN TERHADAP... · Web viewOleh karena itu negara Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri

43

Tahun 2000. Sehingga pelanggan Pia Legong membeli Pia Janger yang dianggap Pia Janger satu

produk dengan Pia Legong, pelanggan merasa tertipu karena rasa dari Pia Janger berbeda dengan

Pia Legong.

Dari awal pia Janger sudah mempunyai itikad tidak baik karena meniru desain pia Legong,

desain Pia Janger tidak mempunyai unsur kebaruan, hal ini tidak lepas dari peran dirjen HKI

sebagai badan yang berwenang memberikan hak desain industri Pia janger.

Dalam persidangan Kasasi Dirjen HKI bisa dijadikan pihak turut tergugat karena dalam kasus ini

Dirjen HKI adalah pintu masuk didaftarkanya Hak atas desain industri tersebut dan Dirjen HKI

adalah badan yang berwenang menyeleksi layak tidaknya Hak desain industri tersebut diberikan.

BAB III

TINDAK PIDANA PADA PELANGGAR DESAIN INDUSTRI

3.1 Ketentuan Hukum Pidana Dalam Masalah Desain Industri

Page 44: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/PEMIDANAAN TERHADAP... · Web viewOleh karena itu negara Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri

44

Selain penyelesaian secara perdata, masalah desain industri dimungkinkan pula

diselesaikan melalui system hukum pidana. Proses pidana dimulai dari penyidikan sebagaimana

yang diatur dalam ketentuan Pasal 53 UU Nomor 31 tahun 2000 ayat (1) dari Pasal 53 UU

Nomor 31 Tahun 2000 tersebut berbunyi : “Selain penyidik pejabat Polisi Negara Indonesia,

penyidik pejabat pegawai negeri sipil di lingkungan departemen yang lingkup tugas dan

tanggung jawabnya meliputi HKI diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana

dimaksud dalam undang-undang nomor 8 tahun 10981 tentang Hukum Acara Pidana untuk

melakukan penyidikan tindak pidana di bidang desain industri.”

UU Nomor 31 Tahun 2000 tampaknya menjadikan UU Nomor 8 Tahun 1981 tentang

Hukum Acara Pidana sebagai payung (umberella provision) karena ketentuan-ketentuan tentang

subjek penyidik sepenuhnya mengacu pada undang-undang tersebut.

Di samping itu, kewenangan penyidik diatur lebih lanjut dalam Pasal 53 ayat (2) UU Nomor 31

Tahun 2000 yang meliputi hal-hal sebagai berikut :

a. Melakukan pemeriksaan atas kebenaran pengaduan atau keterangan berkenaan

dengan tindak pidana di bidang desain industri

b. Melakukan pemeriksaan terhadap pihak yang diduga telah melakukan tindak pidana

di bidang desain industri

c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari para pihak sehubungan dengan peristiwa

tindak pidana di bidang desain industri

d. Melakukan pemeriksaan atas pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain berkenaan

dengan tindak pidana di bidang desain industri

e. Melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat barang bukti

pembukuan, pencatatan dan dokumen lain

39

Page 45: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/PEMIDANAAN TERHADAP... · Web viewOleh karena itu negara Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri

45

f. Melakukan penyitssn terhadap bahan dan/atau barang hasil pelanggaran yang dapat

dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana di bidang desain industri dan atau

g. Meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di

bidang desain industri.

Dalam melaksanakan tugasnya, penyidik pejabat pegawai negeri sipil tetap

berkordinasi dengan penyidik pejabat polisi negara republic Indonesia karena tetap harus

memberitahukan saat dimulainya penyidikan dan melaporkan hasil penyidikanya kepada

penyidik POLRI. Hal ini secara tegas diatur dalam Pasal 53 ayat (3) UU Nomor 1 Tahun

2000.

Demikian pula penyampaian hasil penyidikan pada penuntut umum dilakukan melalui

penyidik pejabat POLRI. Dengand demikian penyidik pegawai negeri sipil bukan

merupakan subjek penyidik mandiri karena tetap harus melakukan tugas-tugasnya

berdasarkan koordinasi dengan penyidik POLRI.

Pelanggaran pidana terhadap hak desain industri diklarifikasikan sebagai delik aduan

dengan ancaman hukuman maksimum empat tahun, Hakim juga dapat menjatuhkan

hukuman alternative berupa denda paling banyak Rp.300.000.000,00. Atau

menggabungkan kedua ancaman pidana tersebut. Ketentuan mengenai hal ini terdapat

dalam Pasal 54 ayat (1) UU Nomor 31 tahun 2000.

Seperti halnya hak cipta, UU Nomor 31 Tahun 2000 mengatur mengenai hak moral

pendesain yaitu hak yang tetap melekat pada pendesain meskipun hak desain industri

telah dialihkan kepada pihak lain dengan ketentuan hukum yang berlaku.Pelanggaran hak

moral tersebut dikenakan ancaaman hukuman paling lama satu tahun dan/atau denda

Page 46: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/PEMIDANAAN TERHADAP... · Web viewOleh karena itu negara Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri

46

paling banyak Rp.45.000.000,00. Ketentuan mengenai hal ini terdapat dalam paal 54 ayat

(2) UU Nomor 31 Tahun 2000.

Merupakan hal yang menarik dari ketentuan pidana yang terdapat dalam UU Nomor 31

Tahun 2000 tersebut, yaitu dengan dikualifikasinya tindak-tindak pidana tersebut sebagai

delik aduan sama seperti halnya dalam UU paten dan UU merek, namun berbeda dengan

ketentuan pidana dalam UU Hak cipta yang justri mengelompokanya sebagai delik biasa.

Ditetapkanya sanksi pidana tersebut sebagai delik aduan memiliki konsekwensi ketidak

berwenangan aparat untuk melakukan proses hukum jika tidak didahului oleh adanya

aduan. Dengan demikian, pihak yang dirugikan mempunyai pilihan yang tegas dan tidak

dapat diganggu gugat, apakah ia akan menggugat secara perdata dan menuntut secara

pidana sekaligus, atau secara parsial, hanya menuntut secara perdata saja tanpa

menempuh jalur pidana.

3.2 Hak Desain Industri dan Unsur- Unsur Pidananya.

Menurut Undang-Undang desain industri No.31 Tahun 2000 BAB I ketentuan

umum Pasal 1 ayat (1) yang menyatakan.”Desain industri adalah suatu kreasi tentang

bentuk, konfigurasi atau komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan

daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan

estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi yang

memberikan kesan estetis serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang,

komoditas, industri, kerajinan tangan”.

Page 47: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/PEMIDANAAN TERHADAP... · Web viewOleh karena itu negara Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri

47

Dari pengertian ini tampak bahwa salah satu yang disebbut desain industri itu adalah

suatu kreasi bentuk, konfigurasi dan komposisi garis atau warna yang memberikan kesan

estetis dan dapat dipakai untuk menghasilkan kerajinan tangan. Tergugat telah memenuhi

Pasal tersebut tetapi desain industri milik tergugat tidak memiliki unsur pembaruan yang

jelas bahwa desain tersebut dibuat menyerupai atau mirip dengan desain milik penggugat.

Tergugat dapat dijerat dengan Pasal 54 ayat (1) jo Pasal 9 UU No.31 tahun 2000 dengan

syarat penggugat harus melapor kepada pihak berwajib karena Pasal tersebut menganut

delik aduan.

3.1.2 unsur-unsur pidana

a. Unsur-unsur Subjektif

Setiap perbuatan pidana harus diuraikan unsur-unsurnya agar jelas perbuatan

terlapor yang melanggar pidana tersebut, berikut unsur-unsur pidana yang dilakukan

tergugat :

1. Unsur-unsur dari tergugat sudah jelas yaitu tergugat dengan sengaja

menghendaki melakukan perbuatan membuat, memakai, menjual dal lain-lainya

terhadap barang yang diketahuinya diberi hak desain industri.

2. Dengan sadar mengetahui bahwa hak desain tersebut adalah milik orang lain.

Pembuat mengerti bahwa perbuatan tersebut dilakukan tanpa persetujuan

pemegang hak desain industri

b. Unsur-unsur Objektif

1. Melawan hukum

Tanpa persetujuan pemegang hak desain industri.Sifat melawan hukum ‘tanpa

hak’ terletak pada tanpa persetujuan pemegang hak desain industri. Melawan

Page 48: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/PEMIDANAAN TERHADAP... · Web viewOleh karena itu negara Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri

48

hukum karena berbuat yang bertentangan dengan hak orang lain merupakan

melawan hukum objektif.

Untuk dapat membuktikan sifat melawan hukum’tanpa hak’ harus dapat

dibuktikan tiga keadaan objektif :

a. Terbukti pembuat telah membuat, menggunakan, memakai dan lain-lainya, barang

yang diberi hak desain industri

b. Terbukti bahwa barang yang dijual dan lain-lainya diberi hak desain industri milik

pihak lain, bukan milik si pembuat. Perbuatan a dan b dapat disebut sebagai keadaan

yang menjadi syarata agar dalam melakukan perbuatan tanpa persetujuan dapat

menimbulkan sifat melawan hukum.

c. Tidak ada persetujuan dari pemegang hak desain industri.Keadaan ini menentukan

adanya sifat melawan hukum suatu perbuatan dan melekat pada keadaan tersebut.

2. Pembuatan dan objek :

Membuat, memakai, menjual, mengimpor, mengekspor, mengedarkan barang

yang diberi hak desain industri, objek tindak pidana bukan hak desain industri

milik pihak lain, melainkan benda yang diberi hak desain industri milik orang

lain. Hanya pemegang hak industri saja yang boleh melakukan segala perbuatan

tersebut terhadap benda yang diberi hak desain industri, ketiga keadaan ini adalah

kesatuan yang bulat.

1.2 Penjelasan Delik Aduan

Delik aduan adalah delik yang hanya dapat dituntut, jika diadukan oleh orang

yang merasa dirugikan. Delik aduan sifatnya pribadi atau privat. Yang memiliki syarat

Page 49: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/PEMIDANAAN TERHADAP... · Web viewOleh karena itu negara Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri

49

yaitu harus ada aduan dari pihak yang dirugikan. Selain itu yang dimaksud dengan delik

aduan atau klach delict merupakan pembatasan inisiatif jaksa untuk melakukan

penuntutan. Ada atau tidaknya tuntutan terhadap delik ini tergantung persetujuan dari

yang dirugikan atau korban yang ditentukan oleh undang-undang. Delik ini

membicarakan mengenai kepentingan korban

Dalam ilmu hukum pidana delik aduan ini ada dua macam, yaitu:

1. Delik aduan absolut (absolut klacht delict)

2. Delik aduan relative ( relative klacht delict)

1.2.1 Delik Aduan absolute (absolute klatch delict)

Merupakan suatu delik yang baru ada penuntutan apabila ada pengaduan dari pihak

yang dirugikan. Dan yang diadukan sifatnya hanyalah perbuatan saja atau kejahatanya saja,

Dalam hal ini bahwa perbuatan dan orang yang melakukan perbuatan itu dianggap satu

kesatuan yang tetatp bermuara pada kejahatan yang dilakukan. Oleh karena itu delik aduan

absolut ini mempunyai akibat huukum dalam masalah penuntutan tidak boleh dipisah-

pisahkan atau onsplitbaar.

1.2.2 Delik aduan relative (Relative klacht delict)

Yakni merupakan suatu delik yang awalnya adalah delik biasa, namun karena ada

hubungan istimewa/keluarga yang dekat sekali antara si korban dan si pelaku atau si

pembantu kejahatan itu, maka sifatnya berubah menjadi delok aduan atau hanya dituntut

jika diadukan oleh pihak korban.

Page 50: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/PEMIDANAAN TERHADAP... · Web viewOleh karena itu negara Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri

50

Dalam delik ini, yang diadukan hanya orangnya saja sehingga yag dilakukan penuntutan

sebatas orang yang diadukan saja meskipun dalam perkara tersebut beberapa orang lain.

Dan agar orang lain itu dapat dituntut maka harus ada pengaduan kembali. Dari sini maka

delik aduan relative dapat dipisah-pisah atau splitsbaar.

3.3 KRONOLOGI KASUS

Merek Pia Legong ini dimiliki oleh Hantje yang mendaftarkan hak ciptanya ke dirjen HKI kemenkum HAM pada Agustus 2008. Salah satu yang didaftarkan yaitu desain kotak kemasan Pia Legong. Kotak ini memiliki komposisi warna cokelat dengan klir dorp, terdapat tulisan Pia Legong dengan warna keemasan, terdapat penari Bali, pura dan 3 gambar kue pia. Untuk rasa, Hantje meracik sendiri resepnya dan memasarkan dengan menjualnya hanya di Ruko Kuta Megah, Jalan by pass Ngurah Rai, Badung. Harga dibanderol Rp. 70.000,- ( Tujuh puluh ribu rupiah) per paket. Sejak diluncurkan Pia Legong langsung menggoda wisatawan. Setiap harinya puluhan wisatawan membeli Pia Legong hingga Pia Legong menjadi terkenal dan salah satu paket oleh-oleh yang wajib dibeli wisatawan. Belakangan, Hantje mulai terusik dengan adanya keluhan konsumen soal rasa pianya. Lalu Hantje menyelediki dan ditemukan merek Pia Janger yang mirip dengan Pia Legong. Harganya lebih murah Rp.10.000,- (sepuluh ribu rupiah) dibanding dengan Pia Legong. Kesamaan merek ini mengecoh konsumen sehingga brand Pia Legong yang telah dibangun dengan susah payah menjadi tercemar di mata wisatawan. Konsumen yang tertipu membeli Pia Janger kecewa karena rasanya tidak enak, tetapi yang kena keluhan pia legong. Merasa merugi, Hantje pun melayangkan gugatan ke Pengadilan Niaga Surabaya dengan menggugat pemilik Pia Janger yaitu Antonius dan Iriene. Hantje menggugat keduanya untuk menghentikan peredaran Pia Janger serta memberikan ganti rugi Rp. 15,3 Miliar. Pada tanggal 18 September 2013, Pengadilan Niaga Surabaya menyatakan Pia Legong sebagai pemilik sah sedangkan Pia Janger harus menarik penjualan dan membayar kerugian Hantje sebesar Rp. 2 miliar. Tidak terima, Pia Janger lalu mengajukan kasasi. Majelis kasasi mengoreksi putusan dengan menghapus hukuman ganti rugi tersebut.”Menyatakan tergugat I dan tergugat II secara bersama-sama telah melakukan pelanggaran hak desain industri atas kemasan kotak milik tergugat. Menghukum tergugat I dan tergugat II selambat-lambatnya dalam waktu 7 hari setelah putusan ini diucapkan untuk menghentikan pembuatan, peredaran, penjualan, perdagangan dengan kotak kemasan identik dan mirip milik penggugat. Menarik dari peredaran semua produk Pia Janger dengan kotak kemasan identik mirip milik penggugat,”putus majelis sebagaimana dilansir website Mahkamah Agung (MA).34 Dirjen HKI berperan penting dalam pengeluaran hak merek, dalam hal ini Dirjen HKI harus melihat apakah calon pemegang hak merek memiliki itikad baik apa tidak dan apakah merek yang akan didaftarkan sudah ada yang punya ataupun mirip dengan punya orang lain, karena

34

? Detik, Sengketa Merek Pia Legong Kalahkan Pia Janger, http://news.detik.com, di unduh tanggal 24 Februari 2016.

Page 51: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/PEMIDANAAN TERHADAP... · Web viewOleh karena itu negara Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri

51

apabila Dirjen HKI melakukan kesalahan akan berakibat seperti kasus Pia Legong dan Pia Janger yang menyebabkan pemilik hak merek yang asli mengalami kerugian.

3.4 Analisa Kasus

Berlakunya UU Desain industri tentu membawa suatu harapan yang positif bagi

proses perlindungan hak desain industri kedepan, hal ini mengingat UU Desain Industri

merupakan penyempurnaan dari UU Hak Cipta sebagai perlindungan khusus terhadap

pendesain atas hak desain industri yang beerkaitan dengan desain yang diproduksi secara

massal dengan memberikan kesan estetis berupa pola dua dimensi atau tiga dimensi

sehingga memiliki nilai jual yang tinggi. Berpijak dari teori Roscoe Pound bahwa Law as

a tool of social engineering dimana UU Desain industri sebagai upaya untuk merubah

nilai-nilai sosial pendesain mendaftarkan desain industrinya untuk dilindungi hukum.

Dalam Pasal 54 telah UU Nomor. 31 Tahun 2000 telah dijelaskan tentang

ketentuan pidana bagi siapa saja yang dengan sengaja membuat, memakai, menjual,

mengimpor, mengekspor, dan/atau mengedarkan barang yang diberi Hak Desain Industri.

Dalam hal ini tergugat yaitu pemilik pia Janger telah melanggar Pasal tersebut tergugat

telah memenuhi unsur-unsur dari Pasal 54 ayat (1) UU Nomor 31 Tahun 2000, pemilik

pia Janger juga melanggar hak moral yang bisa dikenakan ancaman hukuman paling lama

satu tahun dan/atau denda paling banyak Rp.300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah),

ketentuan ini terdapat dalam Pasal 54 ayat (1) UU Nomor 31 Tahun 2000. Dengan

demikian pemilik Pia Janger bisa dituntut secara pidana karena melanggar Pasal 54 ayat

(1) UU Nomor 31 Tahun 2000 dengan sanksi pidana paling lama satu tahun dan/atau

denda paling banyak Rp.300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

Page 52: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/PEMIDANAAN TERHADAP... · Web viewOleh karena itu negara Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri

52

BAB IV

PENUTUP

Page 53: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/PEMIDANAAN TERHADAP... · Web viewOleh karena itu negara Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri

53

1. KESIMPULAN

a. Dirjen HKI bisa menjadi turut tergugat dalam kasus ini, hal ini disebabkan karena Dirjen

HKI memberikan hak desain industri kepada Pia Janger yang dengan sengaja mempunyai

desain industri yang tidak mempunyai unsur kebaruan, hal ini bertentangan dengan Pasal

2 UU Nomor 31 Tahun 2000, dan ketentuan umum Pasal 1 ayat (1) UU Nomor 31 Tahun

2000 yang menyatakan.”Desain industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi

atau komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan daripadanya yang

berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat

diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis

serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas, industri,

kerajinan tangan”. juga Dirjen HKI sebagai pintu masuk didaftarkanya hak atas desain

industri

b. Pemilik Pia Janger bisa dituntut secara pidana karena desain industri milik Pia Janger

tidak mempunyai unsur kebaruan dalam hal ini sama persis dengan Pia Legong tetapi

hanya berbeda tulisan, Pemilik Pia Janger dengan sengaja dan tanpa hak melakukan hal

tersebut sehingga melanggar Pasal 54 ayat (1) UU Nomor 31 Tahun 2000 dengan

ancaman pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak

Rp.300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

2. SARAN

Page 54: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/PEMIDANAAN TERHADAP... · Web viewOleh karena itu negara Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri

54

a. Hendaknya Dirjen HKI lebih jeli melihat desain industri yang akan didaftarkan,

tidak boleh melanggar UU Nomor 31 Tahun 2000. Harus sesuai dengan UU

Desain industri No.31 Tahun 2000 BAB I ketentuan umum Pasal 1 ayat (1) yang

menyatakan.”Desain industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi atau

komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan daripadanya

yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis

dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi yang

memberikan kesan estetis serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk,

barang, komoditas, industri, kerajinan tangan”. Karena apabila melanggar akan

merugikan pemilik hak Desain Industri yang sebelumnya sudah mendaftarkan

desain industrinya

b. Hendaknya sebagai pemilik dari Pia Janger tidak menjiplak hasil karya desain

industri dari pihak lain karena melanggar Pasal 54 ayat (1) UU Nomor 31 Tahun

2000 dengan ancaman pidana paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling

banyak Rp.300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan akan merugikan pihak lain

dan dirinya sendiri yang berakibat terkena ancaman pidana. Karena semua orang

pasti mempunyai kreasi dan kepandaian yang secara alamiah diberikan oleh

Tuhan YME

48

Page 55: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/PEMIDANAAN TERHADAP... · Web viewOleh karena itu negara Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri

55

DAFTAR BACAAN

Buku :

Adriani, Wury, Introductary Notes to Intellectual Law in Indonesia, Yuridika No. 384 XIII, FH Unair, 1998,hlm 1.

Amato, D’ Anthony & Long, Doris Estelle, international Intelecctual Property Law, Kluwer Law International, London, 1997, hlm. 18.

Benko P, Robert,properting intellectual property rights, issues and controversies, American Enterprise Institute for public Policy Research,Washinton DC, 1995, hlm.48.

Blanco White, T.A. & Jacob, Robin, Patents, Tradremarks, Copyrights and Industrial Design, sweet and Maxwell, London, 1986, hlm. 49.

Buchori Zainuddin, Imam, Reorientasi Desain Produk Industri dan Kerajinan Indonesai dalam Kerangka TRIP’s dan Era Pasar Global, Makalah, DIsampaikan pada seminar Reorientasi Desain Produk Indonesia, Diselenggarakan oleh ITB, Bandung, 1999, hlm. 5-6.

M. Cremedes, Bernardo, Bussines Law in Spain, Butterworth & Co Ltd, 1992, London, hlm. 306.

Dirdjosisworo, Soedjono, Hukun perusahaan Mengenai Hak Atas Kepemilikan Intelektual (Hak cipta, Hak paten, Hak merek), mandar maju, Bandung, 2000, hlm. 40-41

Djumhana, Muhammad 1999, Aspek-Aspek Hukum Industri Di Indonesia, Citra karya Bakti, Bandung,hlm. 23

Djumhana, Muhammad, dan Djubaedilah,R , Hak Milik Intelektual Sejarah Teori dan Prakteknya di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993,hlm.22.

firth, Alison, The Protection of Industrial Design, Australia, 1999, hlm. 2.

Flint, F. Michael Clive D. Thone dan Williams, P. Alan, Intellectual Propeerty-The New Law, A guide to the copyright, designs and patents Act 1988, Butterworths, London, 1988, hlm. 135-136

Gallafent, Richad J., Eastway Nigel A. dan Victor AF. Dauppe, Intellectual property: Law and Taxation, Longman Grup UK Limited, London, 1989, hlm.26.

Gautama, Sudargo dan Winata, Rizawanto. Hak atas kekayaan Intelektual (HAKI) Peraturan Baru Desain Industri, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, hln.22

Page 56: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/PEMIDANAAN TERHADAP... · Web viewOleh karena itu negara Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri

56

Khairandy, Ridwan, ct. all, Pengantar Hukum Dagang Indonesia. Gama Media, Jakarta, 1999, h 269.

Komar, Mieke, dan M.Ramli, Ahmad Perlindungan Hak Atas Kepemilikan Intlelektual Masa Kini dan Tantangan Menghadapi Era Globalisasi Abad 21, makalah disampaikan pada seminar Pengembangan Budaya Menghadapi Haki di Indonesia menghadapi Era Globalisasi Abad ke—21, Lembaga Penelititan ITB-Ditjen HCPM Dep. Kehakiman RI, Sasana Budaya Ganesa, tgl. 28 November 1998, hlm. 2

McKeough, Jill, dan Andrew Stewart, Intellectual Property in Australia, second Edition, Butterworths, Sidney, 1997, hlm. 259.

Muhammad, Abdulkadir, kajian hukum ekonomi Hak Kekayaan Imtelektual, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, hlm 21

Phillips, Jeremy, dan Alison Firth, Introduction to intellectual Property Law, Third edition, Butterworth,London,1999,hlm. 317.

Ramli, Ahmad M, perlindungan Rahasia Dagang dalam Era Globalisasi Dikaitkan dengan Pengaturan dan Praktiknya di Indonesia,Disertasi,hlm. 46.

Torremans, Paul dan Jon Holyoak, Intellectual Property Law, Butterworths, London, 1998, hlm. 317

Sarwono, HUKUM ACARA PERDATA Tori dan Praktik. Sinar Grafika Jakarta, 2012, hlm 22.

WIPO, Guide to Berne Convention for the Protection of Literary and Artistic Work, Geneva, 1978.hlm.3

Internet :

Detik, Sengketa Merek Pia Legong Kalahkan Pia Janger, http://news.detik.com, di unduh tanggal 24 Februari 2016.

Page 57: karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/PEMIDANAAN TERHADAP... · Web viewOleh karena itu negara Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada desain industri

57