v3n118-26

Upload: anzari-muhammad

Post on 03-Mar-2016

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sfdsd

TRANSCRIPT

  • Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB

    Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota A SAPPK V3N1 | 18

    PERANCANGAN KEMBALI KAWASAN PERUMAHAN KAMPUNG PULO

    DI TEPI SUNGAI CILIWUNG PROVINSI DKI JAKARTA

    Gabriel Efod Virant Pangkerego(1), Denny Zulkaidi2)

    (1)Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB. (2)Kelompok Keilmuan Perencanaan dan Perancangan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB.

    Abstrak

    Kawasan perumahan kumuh dan liar yang berada di tepi sungai perkotaan memberikan dampak

    negatif bagi penduduk yang bertempat tinggal di kawasan tersebut, lingkungan alami sungai, dan

    bagi kota itu secara umum. Hal ini juga terjadi di kawasan perumahan Kampung Pulo yang terletak

    di tepi Sungai Ciliwung, Provinsi DKI Jakarta. Persoalan banjir dan kualitas hidup penduduk yang

    rendah sebagai implikasi perkembangan perumahan kumuh ini dapat diselesaikan dengan

    melakukan perencanaan dan perancangan kembali dengan mempertimbangkan prinsip perancangan

    normatif kawasan perumahan tepi sungai (normatif), potensi dan persoalan lingkungan fisik dan

    lingkungan sosial setempat (supply), serta preferensi penduduk terhadap kebutuhan hunian

    (demand). Penelitian ini akan merumuskan prinsip dan konsep perancangan kawasan perumahan

    Kampung Pulo, yang disimulasikan dalam bentuk ilustrasi perancangan berupa kawasan perumahan

    vertikal (rumah susun) setinggi 10 lantai dengan 8 lantai hunian yang telah memenuhi ketentuan

    yang berlaku, bersifat adaptif di kawasan rawan banjir, serta dapat menyelesaikan persoalan praktis

    di wilayah penelitian.

    Kata-kunci : bantaran sungai, perancangan kembali, perumahan kumuh, perumahan tepi sungai, prinsip

    perancangan kawasan perumahan

    Pengantar

    Tingginya tingkat urbanisasi di Jakarta telah

    mempengaruhi perkembangan kawasan

    perumahan kumuh dan liar di ibukota.

    Berdasarkan data BPS DKI Jakarta pada

    Kusumawardhani (2011), luasan kawasan

    kumuh di DKI Jakarta pada tahun 2011 adalah

    sebesar 8.000 Ha. Perumahan kumuh dan liar di

    Jakarta menempati berbagai kawasan yang

    cukup strategis, termasuk di bantaran Sungai

    Ciliwung, sungai sepanjang 119 km yang

    memiliki hulu di wilayah Puncak, Bogor dan

    melintasi bagian-bagian kota yang penting

    secara sosial, ekonomi, dan politik di Jakarta

    (Triana dan Karim, Kompas, 2009). Selain

    menyebabkan rendahnya kualitas hidup

    penduduk setempat, perkembangan hunian

    kumuh di bantaran Sungai Ciliwung juga

    memicu penyempitan dan pendangkalan sungai

    sehingga mengurangi kapasitas Sungai Ciliwung

    dan mengakibatkan banjir yang seringkali

    melanda ibukota Jakarta.

    Salah satu kawasan perumahan kumuh dan liar

    yang terletak di tepi dan bantaran Sungai

    Ciliwung adalah kawasan perumahan Kampung

    Pulo, Kelurahan Kampung Melayu, Kecamatan

    Jatinegara, Provinsi DKI Jakarta. Kawasan

    perumahan dengan tingkat kepadatan penduduk

    1.097,99 jiwa/ha ini terletak berseberangan

    dengan Kawasan Jatinegara, pusat kegiatan

    sekunder bidang perdagangan dan jasa DKI

    Jakarta. Sekalipun memiliki lokasi yang strategis,

    namun Kampung Pulo memiliki berbagai

    persoalan kawasan perumahan seperti buruknya

    kondisi prasarana, sarana, dan utilitas (PSU)

  • Perancangan Kembali Kawasan Perumahan Kampung Pulo di Tepi Sungai Ciliwung Provinsi DKI Jakarta

    19 | Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota A SAPPK V3N1

    umum serta seringkali dilanda banjir kiriman

    akibat luapan Sungai Ciliwung.

    Menurut Triana dan Karim (2009), dalam

    menangani persoalan perumahan kumuh di tepi

    sungai, pembangunan secara fisik akan sia-sia

    apabila tidak diiringi perubahan perilaku

    penduduk, termasuk pemerintah dengan

    kebijakannya, penduduk di sepanjang tepi

    sungai, dan masyarakat umum dengan

    sampahnya. Untuk menangani persoalan

    tersebut, berbagai upaya dilakukan oleh

    pemerintah, seperti Program Perbaikan

    Kampung1, Program Penataan Permukiman

    Kumuh di Bantaran Sungai Ciliwung2,

    diajukannya konsep Kampung Deret, serta

    telah dilaksanakan tahap awal dari normalisasi

    Sungai Ciliwung termasuk perhitungan dampak

    pelebaran sungai di wilayah penelitian. Namun

    melihat kompleksitas persoalan yang ada di

    wilayah penelitian, diperlukan suatu penataan

    ulang (peremajaan) lingkungan hunian melalui

    perancangan kembali kawasan perumahan agar

    persoalan tersebut dapat diurai satu persatu dan

    diselesaikan secara utuh.

    Berdasarkan uraian di atas, maka persoalan

    yang dihadapi pada penelitian ini adalah belum

    adanya prinsip dan konsep perancangan

    kawasan perumahan Kampung Pulo yang

    mempertimbangkan karakteristik lingkungan

    fisik dan lingkungan sosial penduduk, serta

    preferensi penduduk setempat. Penelitian ini

    bertujuan untuk menyusun prinsip dan konsep

    perancangan kawasan perumahan Kampung

    Pulo yang mempertimbangkan prinsip

    perancangan normatif kawasan perumahan tepi

    sungai karakteristik lingkungan fisik tepi Sungai

    Ciliwung, karakeristik lingkungan sosial

    penduduk, serta preferensi penduduk setempat.

    Metode

    Penelitian ini termasuk jenis penelitian

    eksploratif (exploratory research) yang

    bertujuan untuk menggali pemahaman terhadap

    objek penelitian secara lebih mendalam dan

    mencari kemungkinan untuk melakukan

    penelitian yang lebih spesifik. Metode

    penelitian yang digunakan dalam penelitian

    ini adalah perpaduan metode kualitatif dan

    kuantitatif (mixed-method) dengan

    pendekatan penelitian yang digunakan adalah

    pendekatan normatif dan pendekatan supply-

    demand oriented. Pendekatan normatif

    menggunakan metode kualitatif untuk

    merumuskan prinsip perancangan normatif

    kawasan perumahan tepi sungai. Pendekatan

    supply-demand oriented menggunakan

    metode kuantitatif yang dilengkapi informasi

    kualiatatif, yaitu (a) mempertimbangkan

    karakteristik lingkungan fisik, karakteristik

    lingkungan sosial, dan persepsi untuk

    mengidentifikasi potensi dan persoalan

    lingkungan kawasan perumahan Kampung

    Pulo sebagai supply, dan (b) mengidentifikasi

    preferensi penduduk terhadap kebutuhan

    hunian sebagai demand.

    Metode Pengumpulan Data

    Penelitian menggunakan beberapa jenis metode

    pengumpulan data, antara lain: studi literatur

    dan arsip, penyebaran kuesioner, wawancara,

    serta observasi. Dalam melakukan penyebaran

    kuesioner, dilakukan metode penarikan sampel

    menggunakan teknik sampel acak sederhana

    menggunakan tingkat kepercayaan 95% dan

    kesalahan populasi 9,55%, sehingga diperoleh

    sampel sebanyak 99,09 KK dari total penduduk

    sebanyak 2.940 KK. Wawancara dilakukan

    kepada tiga responden, yaitu Bpk. Suganda

    (Sekretaris Kelurahan Kampung Melayu), Bpk.

    Kamaluddin (Ketua RW 02), dan Bpk. Faisal

    (Ketua RW 03). Survei primer dilaksanakan

    selama tiga hari pada tanggal 31 Juli - 2

    Agustus 2013.

    Metode Analisis Data

    Metode kualitatif digunakan untuk

    mengidentifikasi dan merumuskan prinsip

    perancangan normatif kawasan perumahan tepi

    sungai melalui analisis deskriptif kualitatif dan

    analisis isi. Metode kuantitatif digunakan untuk

    mengidentifikasi potensi dan persoalan

    lingkungan serta preferensi penduduk melalui

    analisis statistik kuantitatif. Secara khusus untuk

    mengidentifikasi preferensi penduduk dalam

    lingkup perancangan, dilakukan pembobotan

  • Gabriel Efod Virant Pangkerego

    Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota A SAPPK V3N1 | 19

    hasil survei untuk dipilih nilai tinggi dan

    sedang sebagai bahan pertimbangan

    perancangan, sedangkan untuk preferensi

    penduduk dalam lingkup perencanaan,

    digunakan teknik perhitungan estimasi interval

    proporsi besar untuk mengetahui interval

    persentase penduduk yang akan diakomodasi.

    Dalam mengidentifikasi potensi dan persoalan

    lingkungan fisik di wilayah penelitian, digunakan

    analisis tapak dengan tanggapan berupa design

    response. Dalam merumuskan prinsip, konsep,

    dan ilustrasi perancangan kawasan perumahan

    Kampung Pulo, selain analisis deskriptif kualitatif,

    juga digunakan analisis sintesis kualitatif dan

    simulasi perancangan berdasarkan keluaran

    sasaran-sasaran sebelumnya.

    Prinsip Perancangan Normatif Kawasan

    Perumahan Tepi Sungai

    Salah satu alternatif perencanaan dan

    perancangan kembali guna meremajakan

    kawasan perumahan kumuh dan liar adalah

    dengan model hunian bertingkat berbentuk

    rumah susun. Berdasarkan UU No. 20/2011,

    rumah susun diselenggarakan dengan tujuan:

    (1) menjamin hunian yang layak huni dan

    terjangkau, (2) meningkatkan efisiensi dan

    efektivitas pemanfaatan ruang, (3)

    mengantisipasi perkembangan perumahan

    kumuh, (4) mengarahkan pengembangan

    kawasan perkotaan, (5) memenuhi kebutuhan

    sosial dan ekonomi, (6) memberdayakan para

    pemangku kepentingan, dan (7) memberikan

    kepastian hukum penghunian. Dalam konteks

    kawasan perumahan tepi sungai, penyediaan

    rumah susun ini harus mempertimbangkan juga

    pengelolaan lingkungan sungai dan kawasan

    rawan banjir dengan menyediakan ruang

    penyangga selebar 3 m di pinggir sungai

    bertanggul perkotaan (PP No. 38/2011), serta

    penerapan prinsip mitigasi bencana banjir untuk

    mengurangi risiko bencana bagi penduduk.

    Berdasarkan penelitian Han dkk. dalam Design

    Studies on Flood-Proof House (2002), teknik

    mitigasi banjir yang dapat diterapkan dalam

    perancangan bangunan antara lain adalah:

    meningkatkan area terendah lebih tinggi dari

    ketinggian muka banjir (elevation), mengontrol

    genangan air di dalam bangunan dengan

    menempatkan lantai hunian di atas ketinggian

    muka banjir (wet flood-proofing),

    memindahkan bangunan ke lokasi yang lebih

    tinggi (relokasi), menjaga dalam bangunan agar

    Tabel 1. Prinsip Perancangan Normatif Kawasan Perumahan Tepi Sungai

    Elemen Prinsip Perancangan

    Zonasi dan penataan komponen

    - Menerapkan tema tertentu dengan menempatkan pinggir sungai (waters edge) sebagai perhatian utama.

    - Menempatkan bangunan hunian dan fasilitas lingkungan secara berkelompok (cluster) sehingga memudahkan keterjangkauan penghuni dengan berjalan kaki.

    - Menata kerapatan antar komponen yang cukup terbuka dengan pemisahan yang jelas.

    Sirkulasi dan aksesibilitas

    - Menyediakan akses dan sirkulasi yang mudah dicapai oleh publik di dalam maupun dari luar kawasan, terpadu, dan memudahkan dalam berbagai kondisi.

    - Menyediakan jalur evakuasi yang dapat digunakan saat terjadi bencana atau keadaaan darurat, khususnya saat terjadi banjir.

    - Menyediakan jalur sirkulasi di sepanjang pinggir sungai. - Menyediakan area parkir di tiap cluster secara berkelompok yang memadai dan

    berwawasan lingkungan.

    Ruang terbuka dan penghijauan

    - Menyediakan ruang terbuka dan penghijauan yang mencukupi di pusat/sub pusat kawasan dan sebagai ruang penyangga (buffer) di sepanjang aliran sungai.

    PSU lingkungan - Menyediakan PSU umum yang lengkap dan mencukupi kebutuhan penghuni.

    Bangunan hunian

    - Menempatkan ruang hunian di atas ketinggian muka banjir. - Menerapkan konsep atap hijau (roof garden) pada bangunan. - Menyediakan akses bangunan hunian secara horisontal maupun vertikal yang

    memudahkan penghuni dalam berbagai kondisi dan karakteristik penghuninya. - Menata orientasi bangunan secara membujur mengikuti lintasan matahari dan

    menempatkannya cukup jauh dari sumber kebisingan/menempatkan penghalang. Sumber: Permen PU No. 06/PRT/M/2007; Permen PU No. 05/PRT/M/2007; Pergub DKI Jakarta No. 27/2009; Chiara dan

    Koppelman, 1978; Wrenn, 1983; Untermann dan Small, 1984; Torre, 1989; Han dkk., 2002; Puslitbangkim PU dan JICA, 2007;

    Watson dan Adams, 2011.

  • Perancangan Kembali Kawasan Perumahan Kampung Pulo di Tepi Sungai Ciliwung Provinsi DKI Jakarta

    20 | Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota A SAPPK V3N1

    tidak tergenang air banjir dengan menghalangi

    banjir/melapisi bangunan (dry flood-proofing),

    mendirikan tanggul, serta melakukan

    pembongkaran dan membangun ulang

    bangunan yang rusak akibat banjir.

    Berdasarkan hasil analisis isi, kriteria

    perancangan dalam perancangan kawasan

    perumahan tepi sungai, adalah (1) aspek

    keserasian lingkungan, (2) aspek keselamatan

    (safety) dan keamanan (security), (3) aspek

    kesehatan, (4) aspek kemudahan, dan (5) aspek

    kenyamanan. Mengacu pada kriteria tersebut,

    disusunlah prinsip perancangan normatif

    kawasan perumahan tepi sungai yang dapat

    dilihat pada Tabel 1.

    Potensi dan Persoalan Lingkungan

    Kawasan Perumahan Kampung Pulo

    Secara administratif, Kampung Pulo terdiri dari

    dua RW yaitu RW 02 dan RW 03, Kelurahan

    Kampung Melayu, Kecamatan Jatinegara, Kota

    Administrasi Jakarta Timur, DKI Jakarta.

    Terletak di sebelah utara Sekolah Santa Maria

    Fatima, berseberangan dengan Pasar Jatinegara,

    dan dekat dengan Terminal Bus Kampung

    Melayu, membuat kawasan ini mudah dijangkau.

    Namun untuk masuk ke dalam kawasan hanya

    tersedia 5 gang selebar 1-1,5 m sebagai akses

    utama kawasan.

    Pada kondisi saat ini, Kampung Pulo memiliki

    peruntukan lahan dominan sebagai kawasan

    perumahan (7,81 Ha). Kawasan ini memiliki

    kontur yang relatif datar dengan ketinggian 11

    m dpl. Letak geografis yang sebagian besar

    dikelilingi Sungai Ciliwung (sepanjang 1.255,80

    m atau 74,03% dari total panjang batas

    kawasan), serta ketinggian tanah yang

    cenderung lebih rendah dibanding kawasan di

    sekitarnya, menyebabkan kawasan ini rawan

    dilanda banjir akibat luapan Sungai Ciliwung. Hal

    ini diperparah dengan banyaknya hunian

    penduduk di bantaran sungai sehingga semakin

    mempersempit dan mencemari sungai tersebut.

    Gambar 1. Kawasan Perumahan Kampung Pulo

    Berdasarkan karakteristik lingkungan dan

    persepsi penduduk yang diperoleh dari hasil

    survei, dilakukan identifikasi potensi dan

    persoalan lingkungan fisik dan lingkungan sosial

    kawasan perumahan Kampung Pulo yang

    mengacu pada tujuan perencanaan dan

    perancangan kawasan perumahan tepi sungai.

    Persoalan lingkungan fisik di kawasan ini,

    adalah:

    kawasan perumahan yang kumuh dan tidak

    tertata dengan baik dengan kepadatan

    bangunan tinggi (jarak antar bangunan

    1,5 m) dan kepadatan penduduk sangat

    tinggi (1.097,99 jiwa/Ha);

    banjir akibat luapan Sungai Ciliwung meliputi

    banjir yang intens terjadi akibat kiriman daru

    hulu sungai dan banjir kala ulang lima

    tahunan;

    interaksi yang tidak baik antara penduduk

    setempat dengan ekosistem Sungai Ciliwung

    dengan hunian di bantaran sungai dan pola

    hidup yang mencemari sungai;

    aksesibilitas kawasan yang rendah

    diindikasikan dengan terbatasnya akses

    masuk, sempitnya jalur sirkulasi, dan tidak

    tersedianya lahan parkir kendaraan roda

    empat;

    Jalan Jatinegara

    Barat

    Sekolah Santa Maria Fatima

    Pasar Jatinegara

    Dipo KA Bukit Duri

    Sungai Ciliwung

    Kawasan Perumahan Bukit Duri

  • Gabriel Efod Virant Pangkerego

    Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota A SAPPK V3N1 | 21

    ruang terbuka dan penghijauan yang tidak

    mencukupi dalam mendukung aktivitas

    penduduk dan kelestarian lingkungan hidup,

    termasuk tidak adanya ruang penyangga

    (buffer) di pinggir sungai; serta

    PSU umum yang kurang secara kuantitas

    dan/atau kualitasnya, disertai kurang

    memahaminya penduduk terhadap

    pentingnya kelengkapan PSU umum dalam

    menunjang aktivitas dan kelestarian

    lingkungan hunian penduduk.

    Potensi lingkungan fisik, adalah:

    lokasi kawasan yang strategis, dekat dengan

    pusat kegiatan sekunder bidang

    perdagangan dan jasa Provinsi DKI Jakarta

    yaitu Kawasan Jatinegara;

    sebagian besar batas wilayah adalah Sungai

    Ciliwung memberi potensi pemanfaatan

    pemandangan alami sungai;

    pola hidup penduduk sudah menerapkan

    bentuk adaptasi di kawasan rawan banjir

    memudahkan penerapan mitigasi banjir

    dalam pola hidup penduduk;

    rencana normalisasi bantaran Sungai

    Ciliwung akan mengembalikan kondisi alami

    sungai dan penurunan ketinggian muka

    banjir; serta

    rencana peruntukan lahan mayoritas sebagai

    kawasan perumahan pada LRK Provinsi DKI

    Jakarta mempermudah perencanaan dan

    perancangan kembali kawasan perumahan.

    Persoalan lingkungan sosial di wilayah penelitian

    adalah minimnya kepastian hukum penduduk

    terhadap hak milik atau hak sewa lahan dan

    bangunan.

    Persoalan lingkungan sosial, adalah:

    kepemilikan lahan milik Negara (bukan milik

    perseorangan, swasta, atau badan hukum

    lainnya) memudahkan persyaratan

    administratif pemerintah untuk melakukan

    perencanaan dan perancangan kembali

    kawasan perumahan tersebut;

    terdapat pusat perdagangan bambu yang

    disebut Transaksi Getek saat kondisi

    Sungai Ciliwung masih alami dapat menjadi

    potensi pemanfaatan sungai;

    pola hidup sosial masyarakat yang menjaga

    kelestarian budaya Islami dan terdapatnya

    historis berupa tiga makam keramat guru

    agama Islam dapat menjadi tema

    perancangan dan daya tarik wisata religi;

    serta

    interaksi antar penduduk dan partisipasi

    sosial-masyarakat yang baik dapat menjadi

    potensi pengelolaan kawasan perumahan.

    Gambar 2. Persoalan Banjir dan Potensi

    Pemandangan Alami Sungai Ciliwung di Kampung Pulo

    Preferensi Penduduk Kampung Pulo

    terhadap Kebutuhan Hunian

    Preferensi penduduk Kampung Pulo terhadap

    kebutuhan hunian meliputi preferensi dalam

    lingkup perencanaan dan preferensi dalam

    lingkup perancangan kawasan perumahan.

    Preferensi penduduk dalam lingkup perancangan

    yang dipilih sebagai pertimbangan dalam

    perancangan kembali kawasan perumahan

    Kampung Pulo, adalah:

    memanfaatkan Sungai Ciliwung dan

    tepiannya sebagai objek wisata dan

    penghijauan;

    menempatkan ruang hunian di atas

    ketinggian muka banjir serta memiliki fungsi

    non hunian sebagai tempat berdagang;

    menyediakan lokasi penampungan yang

    relatif dekat/terjangkau, sistem komunikasi/

    informasi dan peringatan banjir, serta

    dilakukannya rehabilitasi Sungai Ciliwung;

    menyediakan sarana lingkungan meliputi

    lapangan olahraga, taman, gedung

    serbaguna/balai warga, masjid/musala, dan

    perangkat keamanan lingkungan;

    menyediakan prasarana dan utilitas

    lingkungan meliputi jaringan air bersih,

    persampahan, MCK, drainase, jalan yang

    terang dan terlihat;

  • Perancangan Kembali Kawasan Perumahan Kampung Pulo di Tepi Sungai Ciliwung Provinsi DKI Jakarta

    22 | Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota A SAPPK V3N1

    menyediakan akses kawasan meliputi akses

    darat ke Jalan Jatinegara Barat, akses darat

    ke Bukit Duri, dan akses transportasi sungai;

    serta

    menata pembagian zona antara hunian dan

    lokasi aktivitas penduduk, menyediakan

    ruang terbuka dan penghijauan yang

    terkelola, sarana pendukung interaksi sosial,

    dan kawasan perumahan yang memiliki nilai

    keindahan (estetika) untuk meningkatkan

    kenyamanan penghuni.

    Preferensi penduduk dalam lingkup perencanaan

    kawasan perumahan yaitu persentase penduduk

    yang tetap ingin menempati Kampung Pulo dan

    akan diakomodasi melalui penelitian ini adalah

    sebesar minimal 80% sesuai hasil survei hingga

    mendekati batas atas 89,80% dari total KK di

    wilayah penelitian sesuai hasil perhitungan

    estimasi interval proporsi.

    Intensitas Bangunan dan Program Ruang

    Penelitian ini menggunakan beberapa asumsi di

    antaranya adalah: (1) mengakomodasi semua

    penduduk yang memiliki preferensi tetap ingin

    bertempat tinggal di Kampung Pulo, serta (2)

    ketinggian muka banjir berkurang sebesar 3,27

    m sebagai akibat dilaksanakannya normalisasi

    Sungai Ciliwung3 menjadi selebar 35 m,

    pembangunan sudetan ke Banjir Kanal Timur4,

    dan berbagai rekayasa teknis penanganan banjir

    Sungai Ciliwung. Dengan asumsi tersebut, banjir

    yang intens terjadi (kondisi eksisting 3 m)

    diperkirakan tidak terjadi lagi sedangkan banjir

    kala ulang lima tahunan (kondisi eksisting 7

    m) memiliki ketinggian muka banjir menjadi

    setinggi 4 m.Berdasarkan hasil analisis intensitas

    bangunan dengan menyediakan 3 tipe

    bangunan rumah susun (tipe 18, 27, dan 32)

    yang jumlahnya disesuaikan dengan proporsi

    luas hunian pada kondisi eksisting, diketahui

    bahwa bangunan rusun dengan ketinggian 4

    lantai hunian tidak dapat direalisasikan pada

    penelitian ini. Berdasarkan hasil perhitungan,

    alternatif ini melebihi 6.998,19 m2 luas lahan

    dari ketentuan luas tapak bangunan maksimal.

    Apabila merealisasikan rusun dengan 4 lantai

    hunian, maka perlu dilakukan relokasi sejumlah

    penduduk yang tidak dapat diakomodasi

    sekalipun tetap ingin menempati kawasan

    tersebut. Dalam penelitian ini, ditentukan bahwa

    bangunan rusun setinggi 10 lantai (8

    lantai hunian) yang direncanakan dan akan

    dirancang karena dapat menampung 89,25%

    penduduk (2.624 KK) dengan luas tapak

    bangunan sebesar 11.616 m2 (70,80% dari

    ketentuan luas tapak bangunan maksimal), dua

    lantai dasar yang memiliki fungsi non hunian

    sebagai antisipasi bencana banjir.

    Berdasarkan prinsip perancangan normatif

    kawasan perumahan tepi sungai, identifikasi

    potensi dan persoalan lingkungan, identifikasi

    preferensi penduduk, serta perhitungan

    intensitas dan kapasitas bangunan rusun di atas,

    disusunlah program ruang kawasan perumahan

    Kampung Pulo yang akan diterapkan dalam

    perancangan di wilayah penelitian. Program

    ruang yang disusun dikelompokkan menurut

    sifat publik, privat, dan servis. Berikut adalah

    perhitungan kesesuaian program ruang dengan

    ketentuan intensitas bangunan dan

    pembagiannya berdasarkan sifat program ruang.

    Gambar 3. Program Ruang Kawasan Perumahan Kampung Pulo

  • Gabriel Efod Virant Pangkerego

    Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota A SAPPK V3N1 | 23

    Tabel 2. Perhitungan Kesesuaian Program Ruang

    dengan Ketentuan Intensitas Bangunan

    Prinsip dan Konsep Perancangan Kawasan

    Perumahan Kampung Pulo

    Visi perancangan kawasan perumahan Kampung

    Pulo adalah Perumahan Tepi Sungai yang

    Lestari dan Manusiawi. Lestari dalam visi

    ini berarti kawasan perumahan ini selaras

    dengan lingkungan alaminya, sedangkan

    manusiawi berarti kawasan perumahan ini

    mengedepankan aspek sosial penduduknya.

    Maka, maksud dari visi ini adalah berusaha

    mewujudkan kawasan perumahan Kampung

    Pulo yang ramah, baik bagi penghuni dengan

    lingkungan sosialnya, maupun bagi lingkungan

    alami di tepi Sungai Ciliwung, serta adaptif di

    lingkungan rawan banjir.

    Untuk mencapai visi tersebut disusunlah tujuan

    perancangan yaitu mewujudkan kawasan

    perumahan Kampung Pulo yang layak huni bagi

    penduduk setempat dengan melestarikan pola

    hidup masyarakat yang religius dan menjaga

    kelestarian lingkungan alam tepi Sungai Ciliwung,

    dengan sasaran melingkupi: (1) kelengkapan

    PSU umum, (2) sifat adaptif di lingkungan rawan

    banjir, (3) kemudahan akses dan sirkulasi, (4),

    kecukupan RTH, dan (5) masjid sebagai

    pusat/sub pusat kawasan.

    Sebagai pedoman perancangan di wilayah

    penelitian, dirumuskanlah prinsip perancangan

    kawasan perumahan Kampung Pulo, yaitu

    sebagai berikut.

    1. Menyediakan akses masuk/keluar

    (entrance/exit) di berbagai arah untuk

    meningkatkan aksesibilitas kawasan.

    2. Menyediakan jalur kendaraan dan jalur

    pejalan di seluruh bagian kawasan untuk

    mempermudah sirkulasi di dalam maupun ke

    luar kawasan.

    3. Menata jalur sirkulasi di sepanjang pinggir

    sungai.

    4. Menempatkan bangunan hunan dan fasilitas

    lingkungan ke dalam cluster berdasarkan

    skala rukun warga (RW).

    5. Menghubungkan pusat dan sub pusat

    kawasan dari tiap cluster.

    6. Menempatkan lantai hunian di atas

    ketinggian muka banjir kala ulang lima

    tahunan.

    7. Menyediakan ruang terbuka dan penghijauan

    yang memadai di pusat/sub pusat kawasan

    dan sebagai penyangga (buffer) di

    sepanjang pinggir sungai.

    8. Menerapkan konsep atap hijau (roof garden)

    pada bangunan hunian.

    9. Menyediakan akses dan lokasi evakuasi

    bencana di tiap cluster dan ke luar kawasan.

    10. Terdapat jembatan di atas ketinggian muka

    banjir yang terhubung dengan bangunan

    hunian dan lokasi evakuasi bencana banjir.

    Gambar 4. Konsep Perancangan Kawasan Perumahan

    Kampung Pulo

    Variabel Ketentuan Rencana

    Luas lantai

    maks.

    157.501,58 m2

    ( KLB = 2.4) 120.288 m2

    Luas lahan rusun

    maks. 50%

    35,40%

    Luas tapak rusun

    maks. 25%

    17,70%

    Luas lahan bangunan PSU umum

    maks. 30%

    10,40%

    Luas ruang terbuka

    min. 20%

    54,20%

  • Perancangan Kembali Kawasan Perumahan Kampung Pulo di Tepi Sungai Ciliwung Provinsi DKI Jakarta

    24 | Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota A SAPPK V3N1

    Gambar 6. Ilustrasi Tampak Atas Kawasan

    Gambar 7. Ilustrasi Akses dari Jalan Jatinegara Barat

    Gambar 8. Ilustrasi Jembatan Evakuasi Banjir

    Berdasarkan prinsip-prinsip perancangan di atas

    disusunlah konsep perancangan kawasan

    perumahan Kampung Pulo yang disimulasikan

    dalam bentuk ilustrasi perancangan. Konsep

    perancangan kawasan perumahan Kampung

    Pulo dapat dilihat pada Gambar 4.

    Kawasan dirancang secara terbuka dengan

    akses dari berbagai arah. Akses utama dari

    Jalan Jatinegara Barat dengan dua jalan

    kendaraan dan satu jalur pejalan sebagai axis

    kawasan menuju masjid yang merupakan

    landmark kawasan. Untuk meningkatkan

    aksesibilitas kawasan dari daerah Bukit Duri,

    disediakan jembatan yang dapat dilalui

    kendaraan. Sirkulasi darat dalam kawasan dapat

    menjangkau setiap cluster sehingga dapat

    menjamin kemudahan dan keselamatan

    penghuni dalam berbagai kondisi. Selain itu,

    adanya 2 unit penyeberangan getek akan

    dipertahankan dengan menempatkannya di

    dekat pusat kawasan.

    Terdapat 4 cluster yang masing-masing terdiri

    dari satu RW dengan pusat kegiatan tiap cluster

    adalah pusat/sub pusat kawasan. Pusat/sub

    pusat kawasan terdiri atas masjid, kantor

    sekretariat RW dan balai warga, balai kesehatan

    dan posyandu, PAUD, lapangan, dan taman.

    Masjid dan lapangan di pusat memiliki luas lebih

    besar karena merupakan landmark yang

    menjadi pengejawantahan tema religius.

    Gambar 5. Ilustrasi Perspektif Mata Burung Kawasan

  • Gabriel Efod Virant Pangkerego

    Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota A SAPPK V3N1 | 25

    Gambar 9. Ilustrasi Bangunan Rumah Susun

    Bangunan rusun terdiri dari 10 lantai, dengan 8

    lantai teratas sebagai hunian dan dua lantai

    dasar yang bersifat terbuka. Lantai 1

    difungsikan sebagai parkir motor dan tempat

    penyimpanan gerobak, sedangkan lantai 2

    difungsikan sebagai musala dan tempat

    berdagang masyarakat. Rancangan bangunan

    rumah susun yang demikian merupakan

    penerapan konsep wet flood-proofing sebagai

    teknik mitigasi bencana banjir dalam

    perancangan bangunan. Pada kondisi normal,

    penghuni dapat memanfaatkan lantai dasar

    sesuai fungsinya, sedangkan pada kondisi banjir

    lantai dasar dapat digenangi banjir sementara

    aktivitas penghuni dapat dilakukan di lantai

    hunian pada lantai 3-10.

    Untuk menunjang sirkulasi penghuni di dalam

    bangunan rusun, disediakan pula 2 unit tangga

    dan 2 unit elevator di tiap gedung. Pada kondisi

    banjir, disediakan fasilitas evakuasi banjir

    berupa jembatan evakuasi banjir yang

    terhubung dengan tiap bangunan rusun dan

    lokasi evakuasi banjir. Jembatan evakuasi banjir

    dengan bentuk skywalk memiliki lebar 3 m dan

    tinggi kolong jembatan 5,5 m, sehingga

    menjamin keselamatan dan kemudahan sirkulasi

    penghuni pada kondisi banjir. Lokasi evakuasi

    banjir ditempatkan pada sub pusat kawasan

    yang dekat dengan Jalan Jatinegara Barat dan

    memiliki kontur lebih tinggi sehingga

    diperkirakan pada kondisi banjir kala ulang lima

    tahunan tidak akan tergenang air banjir.

    RTH yang pada kondisi eksisting tidak

    mencukupi kebutuhan penduduk, akan

    disediakan di setiap cluster, berupa lapangan

    multifungsi dan taman. Sesuai amanat Pergub

    Provinsi DKI Jakarta No. 27/2009, setiap

    bangunan rusun menerapkan konsep roof

    garden dalam bentuk pot-pot tanaman untuk

    meningkatkan intensitas ruang terbuka dengan

    memanfaatkan atap tiap bangunan. RTH juga

    disediakan di sepanjang pinggir sungai dalam

    bentuk penghijauan selebar 3 m sebagai

    penyangga di sempadan sungai. Selain itu,

    peninggalan historis setempat yang ada di

    wilayah penelitian, diintegrasikan dengan taman

    sehingga menambah kenyamanan peziarah dan

    dapat menjadi potensi kawasan untuk

    dimanfaatkan sebagai wisata religi.

    Kesimpulan

    Persoalan praktis di Kampung Pulo dapat

    diselesaikan dengan menerapkan prinsip dan

    konsep perancangan kawasan perumahan tepi

    sungai. Dalam konteks penempatan kembali di

    kawasan rawan banjir, peremajaan kawasan

    dapat dilaksanakan dengan beberapa prasayarat

    penanganan yaitu : (1) melaksanakan rekayasa

    teknis seperti pembangunan waduk, sudetan, ,

    dan normalisasi Sungai Ciliwung untuk

    mengembalikan kapasitas alami sunga, serta (2)

    menyediakan bangunan rusun dengan kapasitas

    sejumlah penduduk yang ingin bertahan yaitu

    80%-89,80% dari total penduduk untuk

    mengurangi risiko penduduk di lingkungan

    rawan bencana banjir. Untuk itu, perancangan

    bangunan rusun dengan tinggi lebih dari 4 lantai,

    yang dalam penelitian ini setinggi 10 lantai

    dengan 8 lantai hunian dapat menyelesaikan

    persoalan tersebut, karena terjaminnya: (a)

    aksesibilitas kawasan, (b) PSU umum, (c) RTH

    yang memadai, serta (d) fasilitas evakuasi

    bencana banjir sehingga kawasan perumahan ini

    dapat adaptif di lingkungan rawan banjir.

    Penelitian ini mengakomodasi preferensi

    penduduk sehingga dapat menggambarkan

    keinginan penduduk terhadap kebutuhan

    huniannya, yang disesuaikan dengan potensi

  • Perancangan Kembali Kawasan Perumahan Kampung Pulo di Tepi Sungai Ciliwung Provinsi DKI Jakarta

    26 | Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota A SAPPK V3N1

    dan persoalan lingkungan di wilayah penelitian,

    serta berbagai ketentuan normatif yang

    mengikat dalam perancangan. Dengan

    memperhatikan berbagai aspek dan pendekatan

    yang digunakan, penelitian ini dapat menjadi

    salah satu alternatif penanganan dan

    peremajaan kawasan perumahan kumuh dan

    liar di Kampung Pulo. Sebagai catatan penelitian,

    penelitian ini belum memperhatikan aspek

    pembiayaan, aspek kelayakan teknis,

    perhitungan matematis dari dampak pelebaran

    sungai terkait pengurangan ketingian muka

    banjir, serta belum mempertimbangkan aspek

    pendekatan komunitas dalam upaya

    penempatan kembali penduduk. Oleh sebab itu,

    pada penelitian lanjutan dapat dilakukan

    identifikasi pembiayaan, identifikasi dampak

    normalisasi Sungai Ciliwung terhadap penurunan

    muka banjir, serta pengorganisasian komunitas

    dalam penempatan kembali penduduk.

    Daftar Pustaka

    Puslitbangkim PU dan JICA. (2007). Pedoman

    Perencanaan dan Perancangan Arsitektur

    Rumah Susun Sederhana. Puslitbangkim PU

    dan Japan International Cooperation Agency

    (JICA).

    Chiara, J. De dan L. E. Koppelman. (1978).

    Standar Perencanaan Tapak. Terjemahan:

    Januar Hakim. Jakarta: Penerbit Erlangga.

    Djakapermana, Ruchyat Deni. (2008). Rencana

    Tata Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur:

    Upaya Menyeimbangkan Pertumbuhan

    Ekonomi dengan Kelestarian Lingkungan

    Hidup. Artikel pada Bulletin Tata Ruang Ed.

    Juli-Agustus 2008.

    Han, D. dkk. (2002). Design Studies on Flood-

    Proof House. Bristol: Department of Civil

    Engineering University of Bristol.

    Kusumawardhani, Citra. (2011). Karakteristik

    Fisik Permukiman Kumuh di Perkotaan

    Berdasarkan Topological Penataan, Studi

    Kasus Menteng Atas dan Kampung Melayu.

    Skripsi. Depok: Program Studi Arsitektur,

    Fakultas Teknik Universitas Indonesia.

    Tim Ekspedisi Ciliwung Kompas. (2009).

    Ekspedisi Ciliwung: Laporan Jurnalistik Kompas

    - Mata Air, Air Mata. Jakarta: Penerbit Buku

    Kompas.

    Torre, L. A. (1989). Waterfront Development.

    New York: Van Nostrand Reinhold.

    Untermann, R. dan R. Small. (1984).

    Perencanaan Tapak Untuk Perumahan - Jilid II.

    Alih Bahasa: Ir. Aris K. Onggodiputro.

    Bandung: Penerbit PT. Intermedia.

    Waluyadi, H., R.Jayadi, dan D. Legono. 2007.

    Kajian Penanganan Banjir Kali Ciliwung DKI

    Jakarta Ditinjau dari Aspek Hidro-Ekonomi

    (Studi Kasus pada Ruas Cawang - Pintu Air

    Manggarai). Artikel pada Forum Teknik Sipil

    No. XVII/3 September 2007.

    Watson, D. dan M. Adams. (2011). Design for Flooding: Architecture, Landscape, and Urban Design for Resilience to Flooding and Climate Change. Hoboken: John Wiley & Sons, Inc.

    Wrenn, Douglas M., J.A. Casazza, dan J.E. Smart. (1983). Urban Waterfront Development. Washington, D.C.: The Urban Land Institute.

    Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 6/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.

    Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Susun Sederhana Bertingkat Tinggi.

    Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 163

    Tahun 2012 tentang Penguasaan Perencanaan/Peruntukan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum Rencana Trace Kali Ciliwung dari Pintu Air Manggarai-Kampung Melayu.

    Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 27

    Tahun 2009 tentang Pembangunan Rumah

    Susun Sederhana.

    Catatan Kaki

    1 Perda Provinsi DKI Jakarta No. 2/2013.

    2 Pemerintah Siap Menata Permukiman Kumuh di

    Bantaran Sungai Ciliwung, Siaran Pers No. 08/Humas

    Kesra/I/2012.

    3 Pergub Provinsi DKI Jakarta No. 163/2012.

    4 Waluyadi, Jayadi, dan Legono. (2007). Kajian

    Penanganan Banjir kali Ciliwung DKI Jakarta Ditinjau

    dari Aspek Hidro-Ekonoomi (Studi Kasus pada Ruas

    Cawang Pintu Air Manggarai).