utilitas lingkungan majt

Upload: laura-simatupang

Post on 12-Jul-2015

1.796 views

Category:

Documents


20 download

TRANSCRIPT

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009

UTILITAS LINGKUNGANKELOMPOK:

STUDI KASUS:

1. TAUFAN M 2. MARSUDI W 3. INSANIA EKSATIKA 4. ALPRADITYA MALIK 5. ARDHITA BAGAS 6. AVIADI SUSETYO 7. CANDRA WIRAWAN 8. ETA RETNO W 9. GARDIAN YUSTI N

(L2B 994 189) (L2B 006 051) (L2B 006 041) (L2B 007 005) (L2B 007 009) (L2B 007 014) (L2B 007 018) (L2B 007 022) (L2B 007 026)

MASJID AGUNG JAWA TENGAH

10. GURUH DIRGANTORO (L2B 007 030) 11. LILLAHI A 12. MIA HIJRIAH 13. M. NUR DITA N 14. NINDYA KIRANA P 15. NURINA AMAYA 16. PRAMATYA A 17. RAJ. VANIA 18. SEPTIA FARIL 19. SYARIFAH RIETA 20. WIEDIAWATI 21. YUHAN KURNIA P (L2B 007 036) (L2B 007 041) (L2B 007 045) (L2B 007 049) (L2B 007 053) (L2B 007 058) (L2B 007 062) (L2B 007 068) (L2B 007 072) (L2B 007 076) (L2B 007 080) 1

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009DI BALIK LAYAR

2

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009KATA PENGANTAR

Pembangunan suatu gedung selalu tidak lepas dari masalah konstruksi dan arsitekturnya. Namun ada hal penting yang harus diperhatikan dalam pembangunan gedung tersebut, yaitu sistem utilitas bangunan dan utilitas lingkungan. Sistem utilitas sangat penting dan harus diterapkan dengan baik dan benar agar bangunan dapat beroperasi dengan baik. Makalah ini berupaya mengulas segala hal yang berkaitan dengan sistem utilitas lingkungan di Masjid Agung Jawa Tengah terutama kondisi sistem utilitas saat ini. Diharapkan setelah selesai membaca membaca makalah ini, para pembaca bisa mengetahui sistem utilitas lingkungan secara umum serta sistem utilitas yang ada di Masjid Agung Jawa Tengah. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan kami senantiasa membuka diri dalam menerima masukan berupa kritik dan saran dari pembaca guna penyempurnaan makalah ini. Dan kepada seluruh pihak yang turut serta dalam terselesaikannya makalah ini kami sampaikan terima kasih.

Tim Penyusun

3

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009BAB I KAJIAN PUSTAKAA. JALAN DAN TRANSPORTASI 1. TransportasiPengertian Transportasi menurut Setijowarno dan Frazila (2001) transportasi adalah suatu kegiatan untuk memindahkan sesuatu (orang dan atau barang) dari satu tempat ke tempat lain, baik dengan atau tanpa sarana (kendaraan, pipa, dan lain-lain). Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 1992 mendefinisikan transportasi sebagai memindahkan orang dan atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. Selanjutnya yang dimaksud kendaraan dalam Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 1992 adalah suatu alat yang bergerak di jalan, baik kendaraan bermotor atau tidak bermotor.Siregar (1981) mengartikan transpotasi sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan, dalam hubungan ini telihat hal-hal berikut: (1) ada muatan yang diangkut, (2) tersedia kendaraan sebagai alat angkutnya, dan (3) ada jalanan tempat yang dilalui alat angkutan tersebut. Dengan demikian jika dirumuskan dalam definisi transportasi adalah proses kegiatan memuat barang atau penumpang ke dalam alat pengangkutan, membawa barang atau penumpang dari tempat muatan menuju ke tempat tujuan dan menurunkan barang atau penumpang dari alat pengangkutan ke tempat yang ditentukan. Unsur-unsur transportasi meliputi: 1. Manusia, yaitu sebagai unsur yang membutuhkan. 2. Barang, yaitu sebagai unsur yang dibutuhkan. 3. Kendaraan, yaitu sebagai alat angkut. 4. Jalan, yaitu sebagai prasarana transportasi. 5. Organisasi, yaitu sebagai pengelola transportasi.

2. Jalan4

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Prasarana ini merupakan prasarana yang paling awal dibuat oleh manusia guna menghubungkan suatu daerah dengan daerah lain dalam rangka pemenuhan kebutuhannya. Menurut Siregar (1981) jalan raya adalah prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun, meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapanya yang diperuntukan bagi lalu lintas kendaraan, orang dan hewan, sehingga pengertian jalan tidak hanya terbatas pada jalan konvensional (pada permukaan tanah), akan tetapi termasuk juga jalan yang melintasi sungai besar/danau/laut, di bawah permukaan tanah dan air (terowongan) dan di atas permukaan tanah (jalan layang). Bagian pelengkap jalan adalah bangunan yang tidak dapat dipisahkan dari jalan, seperti: jembatan, ponton, tempat parkir, sedangkan perlengkapan jalan adalah rambu-rambu lalu lintas, tanda-tanda jalan, pagar pengaman lalulintas, dan lain-lain.Dalam angkutan jalan raya tidak hanya mencakup lalu lintas kendaraan bermotor, tetapi juga angkutan oleh kendaraan yang tidak bermesin seperti gerobak, dan kereta yang masih banyak terdapat di pedesaan. Setijowarno dan Frazila (2001) mengemukakan beberapa kegunaan jalan, diantaranya adalah: a) sebagai prasarana transportasi, b) mempengaruhi perkembangan penduduk, c) mempengaruhi perekonomian suatu daerah, d) sebagai prasarana pemenuhan kebutuhan sosial, e) sebagai prasarana Klasifikasi dan jenis jalan a. Jalan untuk kendaraan Jalan raya merupakan prasarana yang termasuk dalam sirkulasi kendaraan. Kriteria Jalan Raya adalah sebagai berikut : 1 ) Jaringan Primer a. Jalan Arteri Primer Kriteria hirarki jalan arteri primer ini didasarkan pada fungsinya yang menghubungkan kota-kota atau jalur regional. Pada jalan ini tingkat kepadatan arus lalu lintas tinggi b. Jalan Kolektor Primer 5

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009Merupakan penghubung antara pusat lingkungan tingkat II antara di dalam dan luar kota. Tingkat kepadatan arus lalu lintas pada jalan ini masih tergolong rendah. c. Jalan Lokal / Lingkungan Primer Jalan ini berfungsi sebagai penghubung antara lingkungan di dalam kota dengan lingkungan lain di luar kota. Karakteristik lingkungan ini berupa perumahan dan non perumahan, umumnya memiliki lebar jalan sekitar 4 m, tidak dilalui oleh angkutan umum kota, dan bermuara ke jalan kolektor primer. 2 ) Jaringan Sekunder a. Jalan Arteri Sekunder Jalan ini berfungsi untuk menghubungkan pusat kota dengan bagian kota lainnya dan juga menjadi penghubung ke jalan arteri primer. Tingkat kepadatan lalu lintas pada jalan ini relatif tinggi. b. Jalan Kolektor Sekunder Merupakan penghubung antar bagian wilayah kota, umumnya adalah jalan-jalan yang bermuara dari jalan arteri primer. Tingkat kepadatan arus lalu lintas pada jalan ini tergolong sedang. c. Jalan Lokal / Lingkungan Sekunder Jalan ini berfungsi sebagai penghubung antar lingkungan perumahan, atau antar lingkungan perumahan dan non perumahan, tidak dilalui oleh angkutan umum kota, dan bermuara ke jalan kolektor sekunder. Dibagi dua yaitu : c.1. Jalan Lokal Sekunder I / Jalan Kendaraan - Badan jalan minimum = 3,5m - Lebar perkerasan jalan minimum = 3m - Lebar bahu jalan minimum = 0,25m c.2. Jalan Lokal Sekunder II - Badan jalan minimum = 5m - Lebar perkerasan jalan minimum = 4,5m - Lebar bahu jalan minimum = 0,25m 6

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009Sirkulasi kendaraan dibagi menjadi 3 yaitu : Kendaraan Pribadi (1) Mobil

Besaran Ruang Sirkulasi Jeep Sumber Data Arsitek

Besaran Ruang Sirkulasi Sedan Sumber Data Arsitek

Manuver Mobil Sumber Data Arsitek

(2) Sepeda motor

(3) Sepeda

Dimensi Sepeda Motor Sumber Data Arsitek Dimensi Sepeda Sumber Data Arsitek

7

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009Kendaraan umum Tempat tamu datang serta tempat memutar kendaraan hendaknya dirancang dengan memperhatikan cara penurunan penumpang. Hal ini dapat memudahkan penumpang turun tanpa harus menyeberang jalan untuk menuju bangunan. Tempat penurunan penumpang harus sesuai dengan skala bangunan dan dirancang sesuai pula dengan kebutuhan sirkulasi kendaraan yang menggunakannya.Untuk kebutuhan memutar mobil dan tempat penurunan penumpang, diperlukan lingkaran putar dengan garis tengah minimum 24 meter, sedang untuk bus 30 meter. Tempat penurunan penumpang akan lebih baik kalau diberi atap penutup untuk melindungi orang terhadap hujan dan panas. Hal ini sering digunakan pada bangunan-bangunan umum, khususnya sekolah-sekolah. Apabila di antara jalan dan bangunan tidak terdapat ruangan yang cukup memadai, yang digunakan selain untuk tempat penurunan penumpang juga untuk dinding-dinding, jalan setapak, tangga atau pepohonan, maka situasinya akan menjadi padat dan kacau baik secara fisik maupun visual. Jarak minimum antara tempat-tempat yang diperkeras dan pohon-pohon yang sudah ada adalah 1,80 meter. Namun hal ini masih dapat bervariasi tergantung pada besarnya pohon serta kondisi tapak. Kalau tempatnya tidak cukup pohon mungkin akan mati disebabkan oleh adanya perubahan kondisi tapak yang tidak memberi kesempatan bagi pohon untuk beradaptasi. Kendaraan khusus, contoh : Pemadam Kebakaran Perkiraan Dimensi Kendaraan Pemadam Kebakaran Panjang 8.6 m, lebar 2.18 m

Dimensi Mobil Pemadam Kebakaran Sumber Data Arsitek

8

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009b. Jalan untuk manusia Pengertian : Jalur pedestrian adalah jalur dengan lebar 1,5 m yang digunakan untuk berjalan kaki atau berkursi roda, secara aman, nyaman dan tak terhalang. a. Jalur pedestrian secara umum Bentukan dan besaran jalur pedestrian (pejalan kaki) diperhitungkan atas dasar : 1. Proyeksi kebutuhan disesuaikan dengan dimensi standar (minimal ) dari trotoar 2. Pembentukan jaringan penghubung didalama area pusat lingkungan (antara berbagai sarana lingkungan) ataupun antara area pusat lingkungan dengan pusat hunian. 3. Setting lingkungan dan lokasi terkait dengan pembentukan karakter atau konteks khas tempat 4. Faktor keamanan pejalan kaki terkait dengan arus kendaraan yang melewati jalur jalan utamanya 5. Faktor kemanan pejalan kaki dengan pertimbangan iklim regional dan cuaca setempat b. Kriteria dalam penyelesaian jalur pedestrian 1. Jalur pejalan kaki diletakkan menyatu secara bersisian dengan jalur jalan pada kedua sisi jalan pada area daerah milik jalan atau DAMIJA 2. Permukaan perkerasan jalur pejalan kaki secara umum terbuat dari bahan anti slip 3. Perkerasan jalur pejalan kaki ini harus menerus dan tidak terputus terutama ketika menemui titik-titik konflik antara jalur pejalan kaki dengan moda transportasi lain seperti jalur masuk kapling, halte, dsb. 4. Penyelesaian pada titik-ttitik konflik ini harus diselesaikan dengan pendekatan kenyamanan sirkulasi pejalan kaki sebagai prioritas utamanya 5. Lebar jalur untuk pejalan kaki saja minimal 1,20 m 6. Jika terdapat jalur sepeda, maka lebar jalur untuk pejalan kaki dan sepeda minimal 2,00 m 7. Kemiringan jalur pedestrian (trotoar)memiliki rasio 1 :2 8. Tata hijau pada sisi jalur pedestrian mutlak diperlukan sebagai elemen pembatas dan pengaman (barrier) bagi pejalan kaki, sebagai peneduh yang memberi kenyamanan, serta turut membentuk karakter wajah jalan dari koridor jalan secara keseluruhan. 9

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 20099. Pembatas fisik lainnya yang bersifat ringan seperti bersifat bollards diperlukan sebagai elemen dan pembatas antara sirkulasi manusia pejalan kaki dengan sirkulasi kendaraan 10. Harus dihindari bentukan jalur pejalan kaki yang membentuk labirin yang tertutup dan terisolasi dengan lingkungan sekitarnya karena dapat memicu terjadinya kejahatan 11. Ukuran lebar jalur pejalan kaki sesuai dengan hierarki jalan yang bersangkutan. Sirkulasi manusia dibagi menjadi dua yaitu : a. Normal Person Sirkulasi pedestrian membentuk suatu prasarana penghubung yang penting dalam menghubungkan berbagai kegiatan di dalam suatu tapak. Sirkulasi pedestrian mungkin dapat menjadi elemen utama pembentuk pola dasar suatu tapak, khususnya apabila pedestrian merupakan unsur yang diutamakan dalam suatu proyek seperti kampus sebuah universitas, pusat perbelanjaan, atau daerah rekreasi. Pada plaza yang luas perkerasan lantainya dapat mencapai lebar sampai 12 meter atau bahkan lebih untuk menampung lalu-lalangnya pedestrian. Lintasan jalan kaki, pencapaian visual ke bangunan, serta sikuen spasial sepanjang jalan kaki tersebut merupakan faktor-faktor yang penting artinya dalam perancangan sirkulasi pedestrian. Penyesuaian jalan setapak pada topografi dan penggunaan bentuk-bentuk alami tapak yang paling menguntungkan dapat menghasilkan penyelesaian estetik yang menyenangkan.

Bidang untuk Pejalan Kaki Sumber Ilmu Konstruksi Perlengkapan dan Utilitas Bangunan, Heinz Frick dan Pujo L Setiawan

10

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009b. Difable Person

Belokan Tegak Lurus untuk Kursi Roda Sumber Kepmen 468 tentang Persyaratan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan Lebar untuk Berpapasan Kursi Roda Sumber Kepmen 468 tentang Persyaratan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan

1. Esensi Jalur yang digunakan untuk berjalan kaki atau berkursi roda bagi penyandang cacat secara mandiri yang dirancang berdasarkan kebutuhan orang untuk bergerak aman, mudah, nyaman dan tanpa hambatan. 2. Persyaratan 1. Permukaan Permukaan jalan harus stabil, kuat, tahan cuaca, bertekstur halus tetapi tidak licin. Hindari sambungan atau gundukan pada permukaan, kalaupun terpaksa ada, tingginya harus tidak lebih dari 1,25 cm. Apabila menggunakan karpet, maka bagian tepinya harus dengan konstruksi yang permanen. 2. Kemiringan Kemiringan maksimum 7 dan pada setiap jarak 900 cm diharuskan terdapat bagian yang datar minimal 120 cm. 3. Area istirahat Terutama digunakan untuk membantu pengguna jalan penyandang cacat dengan menyediakan tempat duduk santai di bagian tepi. 11

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 20094. Pencahayaan berkisar antara 50 -150 lux tergantung pada intensitas pemakaian, tingkat bahaya dan kebutuhan keamanan. 5. Perawatan dibutuhkan untuk mengurangi kemungkinan terjadinyakecelakaan. 6. Drainase Dibuat tegak lurus dengan arah jalur dengan kedalaman maksimal 1,5 cm, mudah dibersihkan dan perletakan lubang dijauhkan dari tepi ram. 7. Ukuran Lebar minimum jalur pedestrian adalah 120 cm untuk jalur searah dan 160 cm untuk dua arah. Jalur pedestrian harus bebas dari pohon, tiang rambu-rambu, lubang drainase/gorong-gorong dan benda-benda lainnya yang menghalangi. 8. Tepi pengaman/kanstin/low curb Penting bagi penghentian roda kendaraan dan tongkat tuna netra ke arah area yang berbahaya. Tepi pengaman dibuat setinggi minimum 10 cm dan lebar 15 cm sepanjang jalur pedestrian. 3. Perabot jalan/ Street furniture Perabot jalan adalah objek atau perlengkapan yang dipasang di jalan untuk tujuan tertentu. a. Trotoar trotoar adalah fasilitas tepi jalan yang diperuntukkan untuk pejalan kaki, trotoar ditinggikan untuk melindungi pejalan kaki dari lalu lintas kendaraan. b. Lampu jalan Lampu jalan yang berfungsi untuk penerangan jalan untuk menurunkan angka kecelakaan dan meningkatkan keamanan pengguna jalan. c. Rambu jalan Rambu jalan, merupakan perangkat komunikasi antara jalan dengan pengguna dengan menggunakan lambang, angka dan tulisan berupa perintah, larangan, petunjuk dan peringatan. d. Marka jalan 12

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009Marka jalan adalah suatu tanda yang berada di permukaan jalan atau di atas permukaan jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang membentuk garis membujur, garis melintang, garis serong serta lambang lainnya yang berfungsi untuk mengarahkan arus lalu lintas dan membatasi daerah kepentingan lalu lintas. Pengelompokan marka: Marka membujur Marka membujur adalah tanda yang sejajar dengan sumbu jalan. Marka membujur yang dihubungkan dengan garis melintang yang dipergunakan untuk membatasi ruang parkir pada jalur lalu lintas kendaraan, tidak dianggap sebagai marka jalan membujur.

Marka putus - putus

Marka utuh

Marka putus-putus menjelang Marka utuh

Marka putus-putus dan utuh

Marka melintang

Marka melintang adalah tanda yang tegak lurus terhadap sumbu jalan, seperti pada garis henti di Zebra cross atau di persimpangan

Marka serong

Garis henti

Marka serong adalah tanda yang membentuk garis utuh yang tidak termasuk dalam pengertian marka membujur atau marka melintang, untuk menyatakan suatu daerah permukaan jalan yang bukan merupakan jalur lalu lintas kendaraan.

Marka Cevron

13

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009Marka lambang Marka lambang adalah tanda yang mengandung arti tertentu untuk menyatakan peringatan, perintah dan larangan untuk melengkapi atau menegaskan maksud yang telah disampaikan oleh rambu lalu lintas atau tanda lalu lintas lainnya.

Marka panah

Marka tulisan

e. Jembatan penyeberangan Jembatan penyeberangan orang adalah fasilitas jembatan untuk menyeberang jalan yang arus lalu lintasnya tinggi.

f.

Tempat perhentian bus Tempat perhentian bus atau halte bus atau shelter atau stopan bus (dari bahasa Inggrisnya bus stop) adalah tempat untuk menaikkan dan menurunkan penumpang bus, biasanya ditempatkan pada jaringan pelayanan angkutan bus. Di pusat kota ditempatkan pada jarak 300 sampai 500 m dan di pinggiran kota antara 500 sampai 1000 m. Semakin banyak penumpang yang naik turun di suatu tempat perhentian bus semakin besar dan semakin lengkap fasilitas yang disediakan. Untuk tempat perhentian yang kecil cukup dilengkapi dengan rambu lalu lintas saja, dan untuk perhentian yang besar bisa dilengkapi dengan atap dan tempat duduk, bahkan bila diperlukan dapat dilengkapi dengan kios kecil untuk menjual surat kabar, atau rokok.

14

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009Desain tempat perhentian bus Desain tempat perhentian tergantung kepada beberapa kriteria, yaitu: Estetika Estetika tergantung kepada kebijakan daerah, ada yang menggunakan pendekatan modern, yang minimalis, ataupun menggunakan pendekatan kedaerahan dengan ciri chas daerah yang bersangkutan. Semakin bagus tempat perhentian bus tersebut semakin besar biaya yang perlu dikeluarkan untuk pembangunannya. Dimensi Tergantung kepada jumlah penumpang yang akan menggunakan yang kaitannya dengan jumlah bus yang melewati tempat perhentian tersebut, frekuensi bus yang melalui tempat tersebut jumlah trayek yang melalui tempat perhentian tersebut. Jarak antara tempat perhentian bus jarak antar tempat perhentian tergantung kepada lokasinya dipusat kota dengan kegiatan yang tinggi disarankan 400 m ataupun kurang dari itu sedang dipinggiran kota dengan kerapatan yang rendah dapat ditempatkan pada jarak antara 600 sampai 1000 m. Untuk mendapatkan jarak antara yang optimal disarankan untuk menggunakan modelling perencanaan angkutan umum.

4. PARKIRPENGERTIAN PARKIR 1. Semua kendaraan tersebut tidak mungkin bergerak terus menerus. Pada suatu saat dia harus berhenti untuk sementara (menurunkan muatan) atau berhenti cukup lama yang disebut parkir (Warpani, 1990) 2. Ruang parkir (parking space) adalah area yang cukup luas untuk menampung satu kendaraan dengan akses yang tidak terbatas (tidak ada blokade) tetapi tetap mencegah adanya ruang untuk manuver kendaraan (Edward, 1992) 3. Akumulasi parkir (parking accumulation) adalah total jumlah kendaraan yang diparkir di dalam areal tertentu pada waktu tertentu (Edward, 1992) 4. Parkir adalah tempat pemberhentian kendaraan dalam jangka waktu yang lama atau sekedar bergantung keadaan dan kebutuhannya (Wicaksono, 1989) 5. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara (Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Dirjen 15

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009Perhubungan Darat, 1996) Luas dari tempat parkir tergantung dari beberapa variabel : Jumlah pemilikan kendaraan Jenis aktivitas dari pusat aktivitas yang akan dilayani sistem parkir baik dalam segi perencanaan fisik maupun dalam manajemennya. Untuk memenuhi program kebutuhan, parkir harus berhubungan dengan jalan pencapaian ke bangunan dan tempat penurunan penumpang, selain itu, harus juga berada dalam jarak capai jalan kaki ke bangunan yang dilayaninya. Sebaiknya tempat parkir tidak digabung dengan pulau tempat memutar kendaraan atau tempat-tempat lain yang dapat menghalangi pemandangan ke bangunan. Para pengguna kendaraan tidak perlu harus sampai ke bangunan secara langsung dengan berkendaraan melalui tempat parkir. Tempat parkir umum harus mempunyai hubungan yang jelas dengan pintu masuk, namun demikian, bagi mereka yang ingin memarkir kendaraan langsung tanpa menurunkan seseorang, tidak perlu harus membawa kendaraannya melalui tempat penurunan penumpang. Jarak capai dengan berjalan kaki dari setiap tempat parkir ke suatu fasilitas umum harus sedekat dan senyaman mungkin. AREA PARKIR BAGI PENYANDANG CACAT 1. Esensi Area parkir adalah tempat parkir kendaraan yang dikendarai oleh penyandang cacat, sehingga diperlukan tempat yang lebih luas untuk naik turun kursi roda, daripada tempat parkir yang biasa. Sedangkan daerah untuk menaik-turunkan penumpang (Passenger Loading Zones)adalah tempat bagi semua penumpang, termasuk penyandang cacat, untuk naik atau turun dari kendaraan. 2. Persyaratan a. Fasilitas parkir kendaraan: 1. Tempat parkir penyandang cacat terletak pada rute terdekat menuju bangunan/ fasilitas yang dituju, dengan jarak maksimum 60 meter. 2. Jika tempat parkir tidak berhubungan langsung dengan bangunan, misalnya pada parkir taman dan tempat terbuka lainnya, maka tempat parkir harus diletakkan sedekat mungkin dengan pintu gerbang masuk dan jalur pedestrian. 16

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 20093. Area parkir harus cukup mempunyai ruang bebas di sekitarnya sehingga pengguna berkursi roda dapat dengan mudah masuk dan keluar dari kendaraannya. 4. Area parkir khusus penyandang cacat ditandai dengan simbol tanda parkir penyandang cacat yang berlaku. 5. Pada area parkir penyandang cacat disediakan ram trotoir di kedua sisii kendaraan. 6. Ruang parkir mempunyai lebar 370 cm untuk parkir tunggal atau 620 cm untuk parkir ganda dan sudah dihubungkan dengan ramp dan jalan menuju fasilitas-fasilitas lainnya. b. Daerah menaik-turunkan penumpang: 1. Kedalaman minimal dari daerah naik turun penumpang dari jalan atau jalur lalu-lintas sibuk adalah 360 cm dan dengan panjang minimal 600 cm. 2. Dilengkapi dengan fasilitas ramp, jalur pedestrian dan rambu penyandang cacat. 3. Kemiringan maksimal 5 dengan permukaan yang rata/datar di semua bagian. 4. Diberi rambu penyandang cacat yang biasa digunakan untuk mempermudah dan membedakan dengan fasilitas serupa bagi umum.

JENIS PARKIR Menurut macamnya parkir dibedakan menurut cara penempatannya, yaitu: a. Parkir tepi (on street parking) Parkir tepi jalan adalah jenis parkir yang mengambil tempat di sepanjang badan jalan dengan maupun tidak melebarkan badan jalan untuk fasilitas parkir. Parkir dengan sistem ini dapat ditemui pada kawasan perumahan maupun di pusat kegiatan dan juga di kawasan lama yang pada umumnya tidak siap menampung perkembangan jumlah kendaraan. Parkir tepi ini menguntungkan bagi pengunjung yang menginginkan dekat dengan tempat yang dituju. Tapi idealnya parkir sistem ini harus dihindari, karena akan mengurangi lebar efektif jalan, yang seharusnya diperlukan untuk kendaraan bergerak. b. Parkir di luar jalan (off street parking)

17

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009Parkir di luar jalan adalah jenis parkir yang mengambil tempat pada suatu area diluar badan jalan. Parkir jenis ini umumnya mengambil tempat di pelataran parkir umum, tempat parkir khusus yang terbuka untuk umum dan tempat parkir khusus yang terbatas untuk keperluan sendiri. Seperti pada perkantoran, hotel, bank dsb. (Chiara, Lee Kopelman, Standar Perancangan Tapak, Erlangga, Jakarta, 1997)

Menurut jenis ruang untuk tempat parkir, yaitu: a. Parkir di dalam bangunan (indoor) Direncanakan di dalam bangunan, baik 1 lantai maupun bertingkat/ berlantai banyak. Berupa bangunan-bangunan: penggabungan parkir dengan kantor yang dilayani, penggabungan parkir dengan perbelanjaan yang dilayani, khusus dipergunakan untuk parkir. Di negara-negara barat terdapat juga macam: parkir di dalam core bangunan, dapat pula dipakai untuk bangunan khusus parkir berlantai banyak. Elevator dapat bergerak vertikal ataupun horizontal. b. Parkir di luar bangunan (outdoor) Direncanakan di luar bangunan, dapat berupa: Ruang terbuka di muka atau di belakang bangunan, antara beberapa bangunan yang dilayani, di dalam ruang terbuka khusus untuk parkir, yang terdapat disekitar kawasan pusat kota dan pinggiran kota. Dapat pula di ruang terbuka lingkungan perumahan, dipinggir jalan (parkir tradisional; di negara barat: curb parking), di atap-atap bangunan, yang dapat merupakan pelimpahan dari bangunan khusus parkir, maupun atap bangunan dari penggabungan fungsi bangunan kantor-kantor dan fungsi kantor-perbelanjaan. PENAMPILAN PARKIR Penampilan parkir adalah penting bagi kelancaran dan kenyamanan fungsinya, keindahan dan keamanan tempat parkir sendiri maupun lingkungan setempat, menunjang bentuk kota juga kenyamanan akibat kesehatan lingkungan dan lancarnya pengaturan parkir yang berakibat kelancaran transportasi, serta kejelasan struktur hubungan transportasi kota, dalam kaitan linkage. a. Peletakan Parkir Peletakan mobil di dalam tempat parkir dapat mengambil posisi dengan jalur traffic bersudut 30, 45, 60, 90 derajat. b. Dimensi Parkir 18

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009Tiga dasar ukuran bagi parkir yaitu panjang dan lebar ukuran badan mobil, lebar jalan pencapaian, sudut antara badan mobil dengan pencapaian. c. Elemen-elemen parkir Tanda-tanda meliputi: Petunjuk masuk dan keluar, batas-batas kendaraan parkir dan pengamannya (Pengaman untuk traffic maupun untuk

kendaraan misalnya tapak di lereng bukit). Penerangan atau lampu, penghijauan, yang berfungsi untuk meneduh kendaraan dan manusia, juga untuk keindahan dan pengurangan polusi udara. Dipilihkan jenis yang fungsional dan tidak merusak konstruksi lantai. Alat pengontrol atau kamera cctv.

STANDAR BESARAN RUANG AKTIVITAS PARKIR

Parkir Sudut 45o dari Satu Arah Parkir Paralel pada Jalur Kendaraan Sumber Data Arsitek Parkir dengan Sudut 30o Keluar masuk parkir lebih mudah, namun hanya satu arah. Sumber Data Arsitek Sumber Data Arsitek . Parkir Sudut 60o dari Satu Arah Sumber Data Arsitek

19

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009B. AIR 1. Jaringan Air BersihSistem jaringan air bersih adalah sistem pengadaan air bersih serta distribusinya, sesuai dengan kebutuhan dan seekonomis mungkin. Perencanaan Jaringan Air Bersih Penyaluran air ke tempat yang dikehendaki tanpa ada gangguan atau pencemaran terhadap daerah yang dilaluinya menggunakan sistem peralatan plumbing. Pemipaan (plumbing), merupakan sistem yang salah satu fungsinya untuk menyediakan kebutuhan air bersih. Sistem instalasi air bersih harus direncanakan sejak awal dan dituangkan dalam bentuk gambar perencanaan instalasi agar dalam proses penyediaan air bersihnya tidak ada gangguan jaringan, sehingga kebutuhan masyarakat yang menggunakan fasilitas tersebut tetap terpenuhi. Peralatan plumbing meliputi kebutuhan yang diperlukan dalam kompleks perkotaan, perumahan dan bangunan yang dibagi dalam : a. b. Peralatan untuk penyediaan air bersih Peralatan untuk penyediaan air kotor

c. Peralatan untuk penyediaan air panas d. Peralatan yang ada hubungannya terhadap perencanaan pemipaan Persyaratan peralatan plumbing : a. Tidak menimbulkan bahaya kesehatan b. Tidak menimbulkan gangguan suara c. Tidak menimbulkan gangguan radiasi d. Tidak merusak perlengkapan bangunan e. Instalasi harus kuat dan bersih (tahan minimal 30 tahun) f. Mudah pemeliharaannya

20

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009

a. JARINGAN AIR BERSIH PAM dan sumur dalam. Sistem distribusi dengan down feed system dengan distribusi air bersih untuk : Kebutuhan domestik (kegiatan lavatory, minurn, masak) Kebutuhan untuk fire protection hydrant dan sprinkler kebutuhan servis atau taman

Menara air

PAM

Meteran Distribusi

Ground Water treatment tankPompa

Pompa Distribusi

Pompa

Sumur dalam

21

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pengelolaan lingkungan Kebiasaan hidup manusia Tingkat pendidikan masyarakat Tingkat kesejahteraan masyarakat Peraturan perundangan tentang air buangan Dana yang tersedia Industri pengelola Peran serta masyarakat

2. Jaringan Air KotorKata drainase berasal dari kata drain yang berarti mengeringkan. Definisi drainase sendiri berarti suatu sistem penyaluran air bersih maupun pembuangan kelebihan air, baik berupa air hujan, air limbah, serta air kotor lainnya yang berasal dari daerah pemukiman, industri, pertanian, badan jalan maupun permukaan perkerasan lainnya, baik yang berada di atas maupun di bawah permukaan tanah, untuk dikeluarkan ke badan air atau ke bangunan resapan buatan.

Definisi sistem jaringan air kotor adalah : Air buangan atau limbah adalah air yang telah selesai digunakan oleh berbagai kegiatan manusia. Sewerage System adalah system pengolahan air limbah mulai dari pengumpulan (sewer), pengolahan (treatment) sampai dengan pembuangan akhir (disposal). Combined sewer ( sistem tercampur atau kombinasi) adalah system yang direncanakan untuk membawa domestic sewage, industrial waste dan storm sewage (air hujan)

Sistem pengolahan air buangan Pengolahan air buangan meliputi kegiatan antara lain 22

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009Penyambungan rumah Pengumpulan dan membawa air buangan Pengolahan air buangan Pembuangan akhir air buangan.

Cara pengolahan air buangan Sistem individual yaitu buangan tinja dari unit WC lansung disalurkan ke dalam lubang penampungan dan diolah/diuraikan secara anaerobic. Sistem komunal, buangan rumah tangga disalurkan ke jaringan sewerage kota dan berakhir pada instalasi pengolahan air buangan, untuk kemudian air yang telah memenuhi syarat di buang ke badan air penerima.

Untuk drainase sebuah taman hanya memakai sistem komunal, yaitu langsung dialirkan ke jaringan sewerage kota dan berakhir pada instalasi pengolahan air buangan. Kondisi hidrologi sendiri dipengaruhi oleh topografi/kemiringan wilayah yang akhirnya membentuk sungai sungai lingkungan. Arah aliran air sungai sungai lingkungan menuju ke arah sungai-sungai yang lebih besar, yang merupakan saluran primer wilayah kota. Pada dasarnya jaringan drainase dimulai dari saluran yang kecil yang berada di kampung menuju ke saluran yang lebih besar yaitu saluran tersier, saluran sekunder, serta saluran primer. Limbah Padat Septictank Peresapan

b. JARINGAN AIR KOTOR

Limbah

Limbah Cair

Saluran Drainase

Riol Kota 23

Air Hujan

Talang air

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009C. ENERGI1. Instalasi ListrikListrik merupakan energi yang dapat diubah menjadi energi lain, menghasilkan panas, cahaya, kimia, atau gerak (mekanik). Saluran tenaga listrik dari pusat pembangkit tenaga listrik ke tempat pemakaian yang dekat atau jauh diselenggarakan dengan saluran tegangan tinggi untuk jarak jauh 150-500 Kv, jaringan saluran tegangan menengah dalam kota 20 kV misalnya, dan jaringan saluran tegangan rendah 220 V di kampung atau bagian kota masing-masing.

Perhitungan kabel instalasi listrik

Syarat-syarat perancangan jaringan instalasi listrik yang ekonomis antara lain: 1. Fleksibilitas, jaringan harus memberi kemungkinan untuk penambahan beban, tetapi harus dalam batas ekonomis, cadangan tambahan beban yang berlebihan (over design) adalah tidak ekonomis dan merupakan pemborosan. 2. Kepercayaan, jaringan instalasi listrik harus dapat diandalakan dan dapat dipercaya, sebab pembebanan oleh peralatan listrik sering tidak dapat dikontrol. Hal yang perlu diperhatikan adalah kualitas bahan-bahan instalasi. Kegagalan-kegagalan peralatan harus dapat diketahui secara dini agar tidak terjadi kecelakaan. 3. Keamanan, jaringan instalasi harus dirancang sesuai peraturan nasional yang berlaku (peraturan umum instalasi listrik) tabung-tabung instalasi harus mudah dicapai dan bebas hambatan/hlangan fisik.

24

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009Taksiran pembebanan Untuk merancang jaringan instalasi listrik suatu gedung harus lebih dahulu menaksir beban total suatu gedung dan menentukan lokasi transformator dan tabung-tabung instalasi. Beban total yang pasti dapat diketahui setelah perancangan lengkap selesai, tetapi ini memerlukan beberapa bulan, oleh karena itu diadakan perhitungan-perhitungan Pra Rencana. Kelompok pembebanan listrik dalam bangunan adalah sebagai berikut: 1. Pencahayaan listrik 2. Stopkontak-stopkontak untuk peralatan rumah tangga maupun motor-motor kecil 3. Ventilasi gedung dan aircondiioning 4. Plumbing/sanitair (pompa sir dan lain-lain). 5. Trasportasi vertikal 6. Peralatan dapur 7. Peralatan khusus (laboratorium). Untuk instalasi yang besar (kantor, hotel, rumah sakit, supermarket, dan lain-lain) luas penampang penghantar yang dibutuhkan dapat ditentukan sebagai berikut: 1. Hitung kuat arus 2. Tentukan jenis kabel yang akan digunakan 3. Berdasarkan ad.1 dan ad.2 diatas lihat dari tabel besar penampang penghantar yang dibutuhkan Instalasi dalam gedung dapat dibagi atas 2 bagian yaitu: a. Instalasi untuk penerangan b. Instalasi untuk power (lift, AC, Pompa dan lain-lain)

25

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 20092. Instalasi Tenaga Listrik Siaga (standby power)Dalam situasi serba kekurangan tenaga listrik PLN, perlu disiapkan instalasi teaga listrik siaga/standby generator, yang untuk beberapa proyek diadakan 100% standby power seperti rumah sakit, hotel. Umumnya, tenaga listrik siaga diadakan untuk menggerakkan sedikitnya 2 lift penerangan umum, ventilasi mekanis, sehingga diperlukan sedikitnya 25% standby power. Kecuali diesel generator set, diperlukan pula UPS (uninterrupted power suplay) untuk ruang komputer, ruang operasi rumah sakit, telekom, pencahayaan rung tangga darurat, fan untuk udara tekan ruang tangga darurat dan lain-lain. Battery kering yang digunakan lazimnya nickel-cadmium. Untuk kontinuitas suplay tenaga listrik, dipakai instalasi baterei yang besar+static inverter, ialah alat untuk merubah arus DC/searah menjadi AC/bolak-balik. Kriteria pemilihan genset: 1. Menyesuaikan dengan daya terpasang / yang dibutuhkan 2. Memiliki pondasi dan peredam getaran yang baik 3. Tingkat kebisingan rendah 4. Emisi gas buang rendah 5. Mudah dalam instalasi 6. Mudah dalam perawatan, jasa serta lokasi servece tersedia 7. Harga sesuai dengan kebutuhan daya terpasang 8. Irit bahan bakar 9. Mesin memiliki unjuk kerja yang baik 10. Tahan korosi akibat udara lembab 11. Dilengkapi denagn panel penunjuk 12. Dilengkapi dengan sistem keamanan 13. teNtang waku untuk service yang panjang yang dihitung berdasar jam kerja 14. Dilengkapi dengan peredam getaran akibat gempa bumi 15. Dilengkapi alarm kebakaran 16. Dilengkapi sensor temperatur, oli, bahan bakar, air, tekanan. 26

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009Tata letak penempatan genset Lokasi genset harus dipisahkan dari bangunan utama dan dibuatkan bangunan tersendiri untuk melindunginnya dari hujan, panas dan korosi sekaligus untuk peredam bunyi. Pada saat genset dioperasikan untuk menggantikan tenaga PLN yang mati, genset tidak hanya akan menimbulakan suara bising, tetapi juga getaran yang kuat. Jika instalasinya tidak dilakukan secara tepat maka tidak hanya keselamatan manusia dan peralatan jadi terancam.

Peredaman suara Mesin diesel memang mengeuarkan suara yang lebih keras dari motor bensin. Sebabnya adalah karena motor diesel bekerja dengan tekanan pembakaran yang lebih tinggi dan laju kenaikan yang lebih cepat.Faktanya, bila genset dipasang pada jarak 700 m dari bangunan utaman, genset itu akan mengalami kehilangan energi, sementara biaya operasi dan resiko kerusakan jaringan akan semakin besar dan pengendalinta pun akan menjadi lebih sulit. Agar genset dapat diletakkan pada tempat yang tidak terlalu jauh dari bangunan utama, genset dibuatkan bangunan tersendiri untuk meredam suaranya. Agar daya redam ruangan lebih tinggi, ruangan itu dapat dilapisi karpet. Pada konsisi ini genset dapat dpasang pada jarak 200m dibelakang gedung (jarak optimum) sehingga jika listrik PLN mati maka operator dapat dengan cepat menyalahkan gensetnya.

27

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009

Contoh desain genset tampak depan

Contoh skema genset room

Contoh skema sistem penyalahan genset secara otomatis 28

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009

Contoh skema instalasi listrik ke jaringan

Contoh skema sistem penggantian daya dengan PLN

Contoh skema sistem pemindahan daya pada genset 29

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 20093. Instalasi Penangkal PetirPetir adalah suatu gejala listrik di atmosfir yang timbul bila terjadi banyak kondensasidari uap air dan ada arus uadara naik yang kuat. Instalasi penangkal petir ialah suatu sistem dengn komponnen-komponen dan peralatan yang secara keseluruhan berfungsi untuk menangkap petir dan menyalurkannya ke tanah, sehingga semua bagian dari bangunan beserta isinya atau benda-benda yang dilindunginya terhindar dari bahaya sambaran petir. Terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut: 1. Penghantar diatas tanah, ialah penghantar yang dipasang diatas atap sebagai penangkal petir, berupa elektroda logam yang dipasang tegak dan elektroda logam yang dipasang mendatar. 2. Penghantar pada dinding atau di dalam bangunan, sebagai penyalur arus petir ke tanah yang terbuat dari tembaga, baja galvanish atau aluminium. 3. Elektroda, elektroda tanah, antara lain: a. elektroda pita (strip), yang ditanam minimum 0,5-1m dari permukaan tanah b. elektroda batang, dari pipa atau besi baja profil yang dipancangkan tegak lurus dalam tanah sedalam 2 m c. elektroda pelat, ditanam minimum 50 cm dari permukaan tanah Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan dan memasang sistem penangkal petir adalah: 1. keamanan secara teknis, tanpa mengabaikan faktor keserasia arsitektur, perhatian utama harus ditujukan kepada diperolehkannya nilai perlindungan terhadap sambaran petir yang efektif 2. penampang hantaran-hantaran pertanahan yang digunakan 3. ketahanan mekanis 4. ketahanan terhadap korosi 5. bentuk banguanan yang dilindungi 6. faktor ekonomis

30

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009Sistem penangkal petir model Energi Froide

Sistem penangkal petir model energi froide (elektrostatic field) atau yang terkenal dengan EF. EF Lighting protection system merupakan sistem penangkal petir modern. Ada 2 prinsip yang sangat penting dimiliki oleh EF : 1. Penyaluran arus petir yang sangat kedap atau tertutup terhadap objek sekitar dengan menggunakan terminal menerima dan kabel pernghantar khusus yang memiliki sifat isolasi tegangan tinggi menciptakan elektron bebas awal yang besar sebagai streamer emission pada baguan puncak dari sistem terminal. 2 Penggabungan EF terminal dengan EF carrier yang memiliki isolasi tegangan tinggi memberikan jaminan keamanan terhadap objek yang dilindungi. Sistem penagnkal petir ini terbagi dalam 2 yaitu : EF yang diletakkan di puncak bangunan sebagai penangkal petir dan EF carrier yang masuk ke dalam tanah.

31

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009D. SAMPAH1 . Limbah Limbah adalah suatu benda yang dianggap tidak berguna lagi karena tidak sesuai dengan fungsinya, harus segera disingkirkan dan merupakan benda buangan yang timbul dari lingkungan masyarakat. Limbah dibagi menjadi dua macam yaitu limbah padat dan limbah cair.

1.1 Limbah Padat Limbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa padatan, lumpur atau bubur yang berasal dari suatu proses pengolahan. Sampah merupakan jenis limbah padat. Sampah adalah limbah yang berbentuk padat dan juga setengah padat dari bahan organik dan atau anorganik, baik benda logam maupun bukan logam yang dapat terbakar maupun tidak dapat terbakar. Sumber sampah sebenarnya dari ecosphere dimana seluruh rangkaian kehidupan berlangsung dari seluruh penjuru kehidupan di bumi ini. a. Faktor-faktor yang mempengaruhi macam dan besarnya sampah. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi macam dan besarnya timbulan sampah adalah: a. b. c. d. e. f. jenis bangunan yang ada, tingkatan aktivitas, iklim dan musim, kepadatan penduduk dan jumlah penduduk, faktor sosial ekonomi, tingkat teknologi

b. Sistem pengelolaan sampah Kegiatan Sumber sampah pengumpulan Kegiatan pengangkutan

Kegiatan pembuangan Lingkungan bersih akhir

32

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009c . Cara-cara menangani sampah Penimbunan Cara penimbunan sampah yang paling sederhana ialah terbuka, sampah dikumpulkan begitu saja di suatu tempat yang telah dipilih jauh dari tempat kesibukan masyarakat, sehingga tidak menimbulkan banyak gangguan. Mengabukan Sampah dibakar di dalam dapur husus, pencemar-pencemar yang keluar dari hasill pembakaran diproses lagi sehingga tidak membuat pencemaran lingkungan. Sisa pembakaran yang berupa abu dan bahan-bahan lain yang volumenya tinggal sedikit, ditimbun atau dipendam di tempat yang telah disediakan. Keuntungan : 1. 2. 3. 4. 5. Mengurangi masalah kesehatan yang berhubungan dengan penimbunan sampah. Mengurangi volume sampah sampai 80%. Kotoran dan sampah dapat dikerjakan bercampur, tidak perlu dipisah-pisah. Alat yang digunakan dapat dibuat untuk berbagai ukuran, untuk keperluan kota besar atau untuk keperluan rumah tangga. Sisa pembakarannya kecil dan tidak berbau serta mudah ditangani.

Daur ulang Daur ulang adalah suatu proses yang memungkinkan bahwa bahan-bahan yang terbuang dapat dimanfaatkan lagi, sehingga seolah-olah tidak ada bahan buangan. Bahan organik seperti daun, kayu, kotoran, dan sebagainya dapat dijadikan kompos dengan bantuan mikroorganisme. Sampah yang terdiri dari logam dapat diolah kembali menjadi bahan mentah industri.

d.

Sumber Sampah Sampah sisa kegiatan manusia Sampah hasil kegiatan manusia ini biasanya berupa sampah makanan, kertas, pelastik, dll. Sampah-sampah yang ada merupakan sampah yang organik dan anorganik. Sampah organik seperti sampah makanan, dedaunan, dan lain - lain. Sedangkan sampah anorganik berupa kertas, plastik, logam, kaca dan lain-lain. 33

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009

tempat sampah anorganik (berwarna kuning) dan organik (berwarna hijau).

Sampah KM / WC. Sampah dari KM/ WC berupa kotoran manusia. Sampah jenis ini dikelola di septic tank. Pengelolaan sampah ini pada umumnya adalah dengan pengurasan septic tank jika sudah penuh.

34

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009

35

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009

Septic tank

1.2 Limbah Cair Menurut Kamus Besar Bahas Indonesia limbah cair adalah air yang membawa sampah (limbah) dari rumah, bisnis & industri.. sedangkan sumbernya bias berasal dari domestic ( permukiman, daerah komersial, perkantoran, tempat rekreasi), maupun industri. Limbah cair domestik bisa langsung dibuang ke saluran pembuangan air karena relatif tidak berbahaya. Akan tetapi alangkah baiknya jika limbah cair domestiik juga dilakukan treatment agar tidak mencemari lingkungan. Sedangkan untuk limbah cair Industri harus melalui treatment khusus karena mngandung zat-zat kimia yang berbahaya. Zat-zat tersebut harus hilang sebelum limbah cair ini dibuang ke saluran drainase. 36

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009 BAB IIFAKTA, ANALISA, DAN SARANA. JALAN DAN TRANSPORTASIMasjid Agung Jawa Tengah merupakan masjid terbesar di kota Semarang, sekaligus di Jawa Tengah. Masjid ini terdapat di jalan Gajah Raya, Semarang

JALAN RAYA BRIGJEN KATAMSO (MAJAPAHIT)

JALAN GAJAH RAYA PINTU MASUK

JALAN LINGKUNGAN

JALAN MENUJU PARKIRAN JALAN DI DALAM PARKIRAN

PEDESTRIAN TANGGA LINGKUNGAN RAMP

TANGGA LINGKUNGAN

RAMP

BANGUNANUntuk mencapai kawasan Masjid Agung terdapat 4 alternatif pencapaian, yaitu : 1) 2) 3) 4) Gate 1 (pintu masuk utama) : akses melalui jalan Brigjen Katamso (Majapahit) dan kemudian melalui jalan Gajah Raya. Gate 2 : akses melalui jalan Gajah Raya. Gate 3 : akses melalui jalan arteri Soekarno-Hatta. Gate 4 : akses melalui jalan Kartini.

37

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009MODA ANGKUTAN Hanya terdapat beberpa angkutan umum yang melewati kawasan Masjid Agung Jawa Tengah. Salah satunya adalah bus umum yang hanya lewat satu jam sekali saja di Jl. Gajah Raya

Angkutan umum yang melewati kawasan MAJT

38

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009HALTEPada kawasan Masjid Agung Jawa Tengah tidak terdapat tempat pemberhentian bus (halte), jadi pengunjung yang datang dengan menggunakan kendaraan umum berhenti tepat di depan kawasan. Hal ini dapat mengganggu sirkulasi kendaraan yang keluar masuk kawasan, selain itu dapat membahayakan pengunjung MAJT. Karenanya diperlukan halte bus untuk memfasilitasi pengunjung agar mereka merasa nyaman.

Alternatif 2 perletakan halte bus Alternatif 1 Kedua alternative tersebut dipilih karena letaknya yang tidak jauh dari pintu masuk utama kawasan sehingga pengunjung tidak perlu susah payah berjalan jauh menuju kawasan. 39 perletakan halte bus

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009Sirkulasi dalam kawasan Masjid Agung Jawa Tengah terbagi menjadi 2 bagian yaitu aksesibilitas untuk manusia dan kendaraan. Berikut beberapa jenis pencapain yang diperuntukan bagi kendaraan dalam MAJT :

Jalan dengan boulevard (l = 18m)

Akses pintu masuk utama (l = 7 m)

Jalan menuju parkiran VIP/ gedung (l = 3 m)

Jalan menuju parkiran depan (l = 12 m)

Jalan menuju basement (l = 8,5m)

Jalan 2 jalur dengan pembatas marka (l = 5,2 m)

Jalan menuju parkiran samping (l = 7 m)

40 Jalan dalam parkiran (l = 2 m)

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009Selain untuk kendaraan, dibutuhkan pula aksesibilitas bagi manusia guna memudahkan dalam mencapai gedung atau sekedar menuju tempat tempat tertentu di dalam kawasan. Aksesibilitas bagi manusia itu sendiri, dalam MAJT terbagi menjadi 2 bagian yaitu untuk pejalan kaki umum dan peruntukan bagi kaum difabel (orang cacat).

Pelataran di atas basement yang kerap dijadikan jalur sirkulasi

Jalan di samping bangunan yang berhubungan ke arah basement

Ramp menuju bangunan (l = 3 m)

Pedestrian pada akses pintu masuk utama (l = 4 m)

Tangga menuju parkiran

Tangga lingkungan

Ramp lingkungan yang berhubungan langsung dengan jalan ke parkiran (l = 2,5 m)

Pedestrian sebagai bagian dari marka jalan (l = 3 m) 41

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009AKSESIBILITAS BAGI DIFABLE

42

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009AKSESIBILITAS MENUJU KE BANGUNAN UTAMA

Dari halaman depan Masjid terdapat ramp di sisi kanan dan kiri tangga. Ramp di buat di kedua sisi untuk mempermudah sirkulasi agar tidak terjadi persimpangan.

Di bagian samping bangunan terdapat ramp dari halaman belakang menuju ke tempat wudhu.

Dari plaza menuju ke ruang sholat dihubungkan oleh ramp. 43

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009AKSESIBILITAS MENUJU KE CONVENTION HALL

Di bagian depan bangunan terdapat sebuah ramp yang lebar sedangkan di bagian belakang dihubungkan melalui anak tangga dan ramp yang dimensinya lebih kecil. Kekurangannya adalah tidak terdapat

handrail pada ramp.

AKSES DARI TEMPAT PARKIR

Dari tempat parkir menuju ke plaza dihubungkan oleh dua buah ramp yang terletak di sisi kiri dan kanan plaza. Hanya saja dimensi ramp terlalu kecil dan terlalu panjang tanpa ada bordes. 44

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009Aksesibilitas pada suatu kawasan yang memiliki bentang yang sangat luas tidak akan berfungsi dengan baik tanpa adanya bantuan untuk mengaturnya. Oleh karean itu keberadaan rambu rambu/ tanda jalan seperti yang tersedia dalam kawasan MAJT sangatlah penting dalam mengatur kelancaran aktifitas transportasi kawasan. Dalam hal ini tanda jalan tersebut dapat dikelompokan menjadi beberapa jenis, diantaranya adalah : tanda peringatan, rambu - rambu, tanda informasi, hingga denah lokasi kawasan MAJT. Rambu rambu Tanda tanda peringatan Tanda informasi

45

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009

PARKIRParkir di dalam kawasan Masjid Agung Jawa Tengah dibagi menjadi dua area, Outdoor dan Indoor.Area parkir outdoor dibagi lagi menjadi tujuh wilayah parkir yang tersebar di dalam kawasan. Sedangkan parkir indoor berada di dalam area bangunan (lantai basement) dan parkir VIP.

P5 P6

P7 P1

P4 P3P2

P2

46

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009

PARKIR OUTDOORP1 (area parkir 1)

P1 (area parkir 1) berada di bagian depan kawasan, dapat diakses langsung dari gerbang utama Masjid Agung Jawa Tengah. Luas area parkir ini sekitar 36 x 66m. P1 diperuntukkan untuk kendaraan mobil dengan kapasitas 98 mobil dimana luas peruntukkan bagi satu mobilnya adalah 2 x 5 m. Namun kenyataan di lapangan berbeda dengan perancangan peruntukkan area parkir 1 sebagai area parkir untuk kendaraan mobil karena sepeda motor dapat dengan leluasa parkir di area ini. Area parkir 1 dilengkapi dengan pos penjagaan, namun kurang berfungsi dengan baik. Hal ini merupakan salah satu penyebab mengapa motor dengan leluasa dapat parkir di area ini. selain itu tidak adanya garis batasbatas kendaraan parkir yang jelas yang menandakan tempat ini sebagai area parkir bagi mobil. 47 Sepeda motor yang parkir di area parkir mobil.

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009Di dalam area P1 ini sirkulasi yang diberikan untuk pergerakan mobil masuk dan keluar adalah 6.5 m sesuai dengan standar yang ditetapkan sehingga mobil dapat leluasa keluar masuk ke dalam area parkir.

Sirkulasi di dalam area parkir 1 Area parkir 1 juga terdapat penghijauan berupa pohon di pembatas antara bagian yang satu dengan yang lainnya, yang berfungsi untuk peneduh kendaraan dan manusia, juga untuk keindahan dan pengurangan polusi udara.

Pohon sebagai peneduh, elemen estetis dan pengurangan polusi udara

48

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009 P2 (PARKIR 2)

P2 (area parkir 2) berada di bagian depan kawasan, dapat diakses langsung dari gerbang utama kawasan. Luas area parkir ini 65 x 55m. P2 diperuntukkan untuk kendaraan mobil dengan kapasitas 127 mobil dimana luas peruntukkan bagi satu mobilnya adalah 2 x 5 m. Hal ini belum memenuhi standar yang ditetapkan, lebar mobil bagian depan sekitar 1.70 m dan jika pintunya dibuka maka lebar yang dibutuhkan adalah 1.00 m, totalnya 2.70 m, sedangkan yang tersedia hanya 2 m saja. Namun karena pada area parkir 2 tidak terdapat garis batas kendaraan parkir yang jelas maka kapasitas mobil yang bisa ditampung kurang dari 127 mobil. Ketiadaan garis batas kendaraan parkir yang jelas ini juga dapat menimbulkan kesemrawutan apabila pengunjung yang datang ke kawasan MAJT ramai.

Tidak adanya garis batas parkir yang jelas dapat menimbulkan kesemrawutan. 49

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009P3 (PARKIR 3)

Berada di bagian selatan kawasan Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT). Luas area parkir adalah 1244,5 m. P3 diperuntukkan untuk kendaraan motor dengan kapasitas 280 motor dimana luas peruntukkan bagi satu motornya adalah 2 x 1 m. Hal ini juga belum memenuhi standar yang ditetapkan untuk parkir motor, panjang yang dibutuhkan untuk satu buah motor adalah 2.20 m. Di dalam area P3 ini sirkulasi yang diberikan untuk pergerakan motor masuk dan keluar adalah 2m. P3 juga dilengkapi satu pos penjagaan yang juga kurang berfungsi.

50 Sirkulasi di dalam area parkir 3

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009P4 (PARKIR 4)

Luas area parkir ini 48 x 97m. P4 diperuntukkan untuk kendaraan mobil dengan kapasitas 140 mobil dimana luas peruntukkan bagi satu mobilnya adalah 2 x 5 m. Di dalam area P4 ini sirkulasi yang diberikan untuk pergerakan mobil masuk dan keluar adalah 6 m. P4 juga dilengkapi satu pos penjagaan. Disekitarnya terdapat fasilitas penampung PKL untuk menunjang kebutuhan makanan bagi pengunjung.

Sirkulasi dalam area parkir 4

51

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009P5 (PARKIR 5)

Area parkir 5 berada di bagian utara kawasan MAJT. Luas area parkir adalah 1023 m. P5 diperuntukkan untuk kendaraan motor dengan kapasitas 262 motor dimana luas peruntukkan bagi satu motornya adalah 2 x 1 m. Di dalam area P5 ini sirkulasi yang diberikan untuk pergerakan motor masuk dan keluar adalah 2m. P5 juga dilengkapi satu pos penjagaan. Elemen penutup tanah yang digunakan berupa paving block agar dapat menyerap dengan baik air di atas permukaan. Pepohonan sebagai peneduh kendaraan.

Elemen penutup tanah berupa paving blok

Sirkulai dalam area parkir 5

52

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009P6 (PARKIR 6)

Parkir 6 terletak di bagian utara masjid, letaknya bersebelahan dengan parkir 5. Dapat diakses langsung dari G2 (Gerbang 2 kawasan). Luas area parkir ini sekitar 62 x 88m. P6 diperuntukkan untuk kendaraan mobil dengan kapasitas 220 mobil dimana luas peruntukkan bagi satu mobilnya adalah 2,5 x 5 m. Untuk peruntukkan luasan satu mobil pada area ini telah memenuhi standar yang ada. Di dalam area P6 ini sirkulasi yang diberikan untuk pergerakan mobil masuk dan keluar adalah 5 m. P6 juga dilengkapi satu pos penjagaan. Area parkir 6 telah memiliki garis batas kendaraan parkir yang jelas.

Sirkulasi di dalam area parkir 6 53

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009

P6 memiliki garis batas kendaraan parkir yang jelas, sehingga dapat mengarahkan pengunjung yang parkir agar lebih tertib.

54

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009PARKIR 7 Parkir 7 terletak di bagian depan kawasan MAJT dimana area ini diperuntukkan untuk kendaraan bus, dengan kapasitas 13 bus yang luasan untuk satu busnya 4 x 8,5 m. Area parkir 7 ini cukup bermasalah karena letaknya tepat di tikungan dimana banyak kendaraan lain yang akan berbelok. Kondisi ini dapat membahayakan pengemudi dan penumpangnya. Penempatan area parkir untuk bus sebaiknya diletakkan di area yang memiliki luasan yang mencukupi untuk sirkulasi bus.

Tempat parkir bus

Keterangan: Kendaraan yang berbelok (menikung) Bus yang parkir.

Tikungan jalan, merupakan akses utama untuk pengunjung keluar dari kawasan. 55

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009

PARKIR INDOORPARKIR BASEMENT

Akses menuju parkir basement dari bagian utara kawasan

Akses menuju parkir basement dari bagian utara kawasan

56

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009

57 Parkir motor pada basement Parkir mobil pada basement

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009PARKIR VIP Parkir VIP adalah parkir yang diperuntukkan untuk tamu tamu khusus di MAJT, letaknya di bagian belakang dari bangunan masjid.

Parkir VIP dapat diakses dari bagian selatan dan utara kawasan. Sistem penarikan retribusi parkir Penarikan retribusi parkir dilakukan oleh petugas parkir yang berada di pintu masuk kawasan. Biaya yang ditarik dari pengunjung, untuk yang membawa kendaraan roda dua (sepeda motor) dikenakan uang sejumlah Rp 500,- dan untuk mobil dikenakan Rp 1000,Kemudian biaya retribusi tersebut akan disetorkan kepada PT.Madani yang kemudian diperuntukkan untuk pengelolaan Masjid Agung Jawa Tengah.

Petugas penarik retribusi yang berada di pintu masuk kawasan.

Tanda bukti pembayaran 58 retribusi parkir MAJT

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009B. UTILITAS AIR

SISTEM PENYEDIAAN DAN PENYALURAN AIR BERSIH PADA MAJT

dipompa

disalurkan

Sumur Artetis Tanki Filter

dipompa dipompa

Ground Recervoir Hydrant Ruang Pompa

dipompa

Disalurkan dengan gaya gravitasi

Diatur lebih dari 1 bak kontrol

Menara Air

Seluruh Masjid

59

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009DETAIL UTILITAS AIR BERSIH A. SUMUR ARTESIS Foto disamping ini adalah sumur artesis penyedia air bersih di MAJT. Kedalaman sumur ini 80 meter. Di dalam kotak ini terdapat sebuah pompa dengan kapasitas 1,5 liter/detik. Dengan kapasitas pompa ini, cukup untuk menyediakan kebutuhan air bersih di MAJT.

B. TANKI FILTER

Tanki filter ini digunakan sebagai tempat untuk memasukkan tawas yang berfungsi untuk mengendapkan partikelpartikel yang ada dalam air. Selain itu, pada tangki ini juga dimasukkan kaporit untuk membunuh kuman-kuman yang ada di air. Sehingga saat masuk ke bak penampungan, air sudah dalam kondisi yang bersih. Pipa penyaringan Kran pengontrol

C. TANKI CONTROL

Tangki control ini untuk mengontrol kondisi air tanah yang diambil dari sumur. Namun kondisi air di dalam tangki kontrol sangat kotor dan banyak lumutnya. Sebaiknya tangki ini tertutup agar air hujan tidak ikut bercampur, selain itu kebersihan pada semua tanki harus diperhatikan. JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKINIK UNIVERSITAS DIPONEGORO 60

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009D. GROUND RECERVOIR GROUND RECERVOIR 1

Di MAJT terdapat 2 buah ground recervoir yang letaknya berdekatan. Ground recervoir 1 letaknya dekat dengan tangki filter. Ground recervoir ini berfungsi untuk menampung air yang dipompa dari sumur yang sudah disaring di tanki filter. Kapasitas ground reservoir ini adalah 75 m3 Ada 2 bak pada ground recervoir ini yang menyambung dengan ground reservoir 2 yang letaknya di dekat power house. Pada salah satu bak ada yang alirannya deras, sedangkan yang lain air di dalamnya tenang. Penutup lubang bisa dibuka dengan mudah, dan pada salah satu lubang ada yang digunakan untuk tempat kran pengontrol. Kondisi lubang masuk ke reservoir sangat kotor dan banyak sarang laba-laba pada dinding lubang. GROUND RECERVOIR 2

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKINIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

61

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009E. POMPA Pompa-pompa disamping terdapat di ruang pompa pada power house. Terdapat 3 pompa kecil untuk memompa air dari ground recervoir ke menara air. Dan ada 2 pompa besar uang digunakan untuk memompa air ke hidrant-hidrant.

F. TOWER AIR

Menara air digunakan untuk menyimpan persediaan air bersih sebelum dialirkan ke seluruh kompleks MAJT. Daya tampung menara air ini adlah 10-15 m3.

G. HIDRANT Terdapat banyak hidrant di MAJT yang letaknya tersebar di seluruh kompleks MAJT. Sebagian besar terletak dekat dengan bangunan utama.

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKINIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

62

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009SISTEM PENYIRAMAN TANAMAN

Dikontrol oleh bak pengontrol setempat

Air dari Menara

Pipa penyiraman

Sistem penyiraman tanaman di MAJT menggunakan cara konvensional yaitu dengan selang air. Sumber airnya dari menara air yang dialirkan ke pipa-pipa penyiraman. Dari pipa-pipa disambung dengan selang palstik untuk menjangkau tanaman di sekitarnya.

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKINIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

63

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009SISTEM PENGALIRAN AIR KE KOLAM Pada dasarnya, sama dengan pengaliran penyediaan air untuk seluruh masjid.

Di MAJT terdapat 5 kolam, yang seluruhnya adalah kolam air mancur. Sumber airnya berasal dari air yang ditampung di menara air . Pada tiap kolam terdapat pompa untuk air mancur. AirDikontrol oleh bak pengontrol setempat untuk kolam

mancur hanya difungsikan di saat-saat tertentu Air kolam saja, misalnya pada saat hari besar. Pada harihari biasa, air mancur pada kolam biasanya mati.

Air dari Menara

Adanya kolam-kolam ini bisa memberikan sedikit kesejukan diantara panasnya kompleks MAJT karena didominasi oleh perkerasan.Pompa pada kolam

Kolam-kolam ini perlu dikuras secara teratur agar air yang tergenang tidak kotor yang bisa untuk nyamuk. tempat perkembangan jentik-jentik

Air Mancur

Pipa air mancur dengan kran pengontrol

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKINIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

64

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009SISTEM DRAINASE DI MAJT

AIR HUJAN

MASUK KE PIPA-PIPA

RIOL KOTA

SALURAN DRAINASE TERTUTUP

Sistem drainase di kompleks MAJT menggunakan sistem drainase tertutup. Dimensi lubangnya 40cmx40cm. Kondisi aliran air cukup baik, namun pada titik-titik tertentu masih ada sampah dan rerumputan yang masuk kedalamnya. Seharusnya jika seluruh sistem tertutup, maka minimal dimensi lubangnya adalah 60cmx60cm, sehingga orang bisa masuk untuk membersihkannya. Namun karena pada kenyataan hanya 40cmx40cm, maka pembersihannya dengan cara menyemprotkan air bertekanan tinggi ke dalamnya.

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKINIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

65

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKINIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

66

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009C. UTILITAS ENERGI 1. Analisis Sistem Mekanikal Elektrikal pada Masjid Agung Jawa Tengah

Kebutuhan pasokan listrik pada Masjid Agung Jawa Tengah: Suplay dari PLN sebesar 560 Kva atau setara dengan 560.000 watt Biaya yang dikeluarkan oleh pihak Masjid Agung Jawa Tengah untuk pasokan listrik setiap bulannya mencapai 60-65 juta, dengan perincian: 1. biaya beban sebesar Rp. 27 juta 2. biaya pemakaian Power House Pada power house terdapat panel yang terdiri dari: 1. pengaman yaitu MCB dan Thermic 2. Push Breaker, fungsi seperti MCB tapi lebih besar bentuknya 3. Kapasitor Bank berfungsi sebagai: stabiliser (penyeimbang) dan daya kejut 4. Trafo (TR) yang berfungsi untuk merubah tegangan tinggi (1000 v) menjadi tegangan menengah (600 v) kemudian menjadi tegangan rendah (380 v). Tegangan rendai inilah yang kemudian siap dipakai untuk instalasi listrik pada Masjid Agung Jawa Tengah.

Pada kompleks Masjid Agung Jawa Tengah terdapat banyak PTDR (panel distribusi tegangan rendah). PTDR (panel distribusi tegangan rendah) sendiri merupakan panel-panel yang tersebar pada tiap-tiap gedung dan didalamnya terdiri dari MCB yang jumlahnya cukup banyak tergantung pembagian grup daya listrik.

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKINIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

67

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009 Skema Pengaliran Listrik dari PLN ke Seluruh Instalasi Listrik pada Masjid Agung Jawa Tengah

Listrik PLN

Travo Step Down

Panel Induk

PTDR 1Capasitor 1

Genset 1 110 kw

PTDR 2Capasitor 2

Genset 2 410 kw

PTDR 3Capasitor 3

Genset 3 410 kw

MDP

MDP

MDP

SDP

SDP

SDP

Keterangan:

PDTR MDP SDP Capasitor 1 Capasitor 2 Capasitor 3

: panel distribusi tegangan rendah : main distribution panel (panel induk) : self distribution panel : 60 Kvar dan 200 Kvar : 600 Kvar : 600 Kva JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKINIK UNIVERSITAS DIPONEGORO 68

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009

keterangan: : panel distribusi : alur pendistribusian

Gambar alur pendistribusian listrik Masjid Agung Jawa Tengah

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKINIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

69

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009

1

2

3

4

5

6 10

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKINIK UNIVERSITAS DIPONEGORO 9 8

70 7

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009Keterangan Gambar:Gambar 1. Merupakan panel utama yang berada pada power house. Dalam power house juga terdapat trafo sebagai pengubah tegangan dari PLN. Gambar 2. Merupakan panel yang berada pada gedung sayap kanan, panel ini terletak di dalam kantor pengelola. Panel ini mengaliri listrik seluruh gedung bagian kanan Gambar 3. Merupakan panel yang berada pada tempat parkir bagian kanan dan mengaliri komponen alat listrik pada sekeliling area parkir bagian kanan. Gambar 4. Merupakan panel yang berada di parkiran basement dan mengaliri listrik untuk payung-payung di lantai atasnya. Gambar 5. Merupakan panel yang berada taman jalan menuju masjid, panel ini mengaliri seluruh lampu jalan. Gambar 6. Merupakan panel yang berada pada toko bagian depan gedung. Panel ini mengaliri seluruk kebutuhan listrik pada toko-toko di sekelilingnya. Gambar 7. Merupakan panel yang berada di bawah tangga dekat ait mancur, panel ini mengaliri seluruh instalasi sekeliling air mancur . Gambar 8. Merupakan panel yang berada pada sayap kiri bangunan tepatnya berada di depan toko. Panel ini mengaliri listrik ke toko-toko dan instalasi listrik bagian kiri. Gambar 9. Merupakan panel yang berada di bagian kiri bangunan sebelah belakang. Panel ini mengaliri seluruh are parkir yang berada di kiri bangunan. Gambar 10. Merupakan panel yang berada pada gedung sayap kiri. Panel ini mengaliri listrik seluruh gedung bagian kiri. Kesimpulan: hampir semua panel distribusi tegangan rendah terletak di luar bangunan dan terlihat, hal ini membahayakan jika ada anak kecil bermain dan membukanya. Saran: tempatkan panel distribusi tegangan rendah pada daerah yang hanya dapat dijangkau oleh petugas saja.

GensetAda 3 genset (sebagai cadangan listrik) pada Masjid Agung Jawa Tengah 2 genset 400 kva / unit 1 genset 250 kva / unit, hanya untuk masjid saja Genset- genset ini akan menyalah secara otomatis ketika aliran listrik dari PLN terputus atau dengan kata lain mati lampu. Genset inI menggunakan energi yang bersumber dari bahan bakar solar. Genset yang terdapat pada Masjid Agung Jawa Tengah JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKINIK UNIVERSITAS DIPONEGORO 71

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009 Penangkal PetirPada Masjid Agung Jawa Tengah, sistem penangkal petir ditempatkan di bagian gedung saja. Pengalirannya seperti gambar dibawah.

Petir ditangkap oleh ujung dari penangkal petir kemudian dialiri menuju panel coution dan dilanjutkan ke tanah.

Penangkal petir model ini hanya dapat melindungi dari petir dengan radius 50 m dari penangkal petirnya.

Penangkal petir di MAJT menggunakan jenis EF

Penangkal petir ini memang yang paling efektif bila digunakan di kompleks MAJT yang berada di daerah terbuka dan intensitas petirnya cukup banyak, namun sebaiknya radius lindungannya diperbesar, karena sebelumnya salah satu menara pernah tersambar petir.

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKINIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

72

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009D. SAMPAHAnalisa Permasalahan Sampah di Masjid Agung Jawa Tengah. 1. Sampah yang berasal dari sisa kegiatan manusia Rencana awal sistem pengelolaan sampah jenis ini adalah dengan membagi menjadi dua macam, yaitu sampah organik dan anorganik. Oleh karena itu, menggunakan dua jenis tempat sampah Setelah itu, sampah-sampah yang ada di dua jenis tempat sampah itu dikumpulkan menjadi satu lalu dibawa ke Tempat Pembuangan Sampah Sementara. Pengolahan selanjutnya, sampah anorganik maupun organik akan dibakar di TPS setiap harinya. Oleh karena itu, sampah yang terkumpul tidak akan melebihi kapasitas TPS dan kawasan ini akan menjadi bersih.

tempat sampah anorganik (berwarna kuning) dan organik (berwarna hijau).

tempat sampah anorganik (berwarna merah) dan organik (berwarna biru).

SAMPAH ORGANIK

TPSSAMPAH ANORGANIK

PEMBAKARAN

Diagram rencana awal pengelolaan sampah sisa kegiatan manusia MAJT

73

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009Tetapi rencana awal itu tidak terwujud sehingga pengelolaan dan pengolahan sampah jenis ini di Masjid Agung Jateng ini menjadi lebih sederhana tetapi berdampak buruk. Di kawasan masjid ini terdapat dua jenis tempat sampah, yaitu tempat sampah organik dan tempat sampah anorganik. Tetapi keberadaan dua jenis tempat sampah ini sangat sedikit dan berada di tempat- tempat tertentu. Kebanyakan hanya ada satu tempat sampah dan tidak dibedakan. Segala jenis sampah masuk ke suatu tempat sampah. Lalu sampah itu dikumpulkan dan dibawa ke TPS yang berupa bak penampungan sampah dan dua hari kemudian akan diangkut oleh truk sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Krapyak, Semarang.

Sampah yang berserakan akibat dari tidak seimbangnya jumlah tempat sampah dengan sampah yang dihasilkan

Kami melihat permasalahan dari sistem pengelolaan dan pengolahan sampah sisa kegiatan manusia di Masjid Agung Jateng ini, yaitu kurangnya jumlah tempat sampah dibanding dengan jumlah sampah yang ada, kurangnya tenaga kebersihan yang membawa dan mengangkut sampah ke TPS, Kapasitas volume bak penampung sampah di TPS tidak seimbang dengan jumlah sampah yang dikumpulkan tiap hari. Kita dapat melihat banyak sampah menumpuk di tempat sampah yang tersedia yang bila dikumpulkan dalam satu hari, jumlahnya akan melampaui kapasitas bak penampung sampah di TPS. Bak penampung itu sendiri tidak didisain khusus untuk menampung sampah. Bak penampung itu merupakan bak truk dari besi (metal). Sampah organik dan anorganik yang tadinya dipisah di beberapa tempat sampah akan dikumpulkan menjadi satu di TPS. Ini sama saja dengan menggunakan satu jenis tempat sampah (tidak dipisahkan).

74

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009

Sampah Pohon

DIAGRAM PEMBUANGAN SAMPAH YANG BERASAL DARI SISA KEGIATAN MANUSIA

Sampah Pembungkus Makanan Sampah Pembungkus Minuman

Tempat Sampah

MASJID AGUNG JAWA TENGAH

Diangkut menggunakan

gerobak sampah

Sampah Pohon

Sampah Pembungkus Makanan Sampah Pembungkus Minuman

Tempat Sampah

Diangkut menggunakan

gerobak sampah

Tempat Pembuangan Sementara

Diangkut menggunakan truk sampah

Tempat Pembuangan Akhir

Diangkut menggunakan

Sampah Pohon

gerobak sampah

Sampah Pembungkus Makanan Sampah Pembungkus Minuman

Tempat Sampah

75

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009

Tempat Pembuangan Sementara 76

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 20091. Sampah yang berasal KM / WC Untuk jenis sampah ini tidak ada masalah karena sudah sesuai standar.

Lokasi septic tank

77

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 20093. Limbah Cair

DIAGRAM SISTEM PEMBUANGAN LIMBAH CAIR YANG BERASAL DARI KM/ WC KM/WC Gorong-gorong Saluran drainase kota

Limbah cair yang berasal dari KM/ WC akan mengalir masuk ke gorong-gorong dan terakhir ditampung di saluran drainae kota tanpa ada treatment khusus.

4.

Rekomendasi Dari analisa yang dilakukan, ditemukan beberapa permasalahan di sistem sampah ini. Oleh karena itu dalam menangani sistem sampah

di Masjid Agung Jateng sebaiknya: a. Pembangunan TPS yang digunakan sebagai tempat penampungan sampah sebelum dilakukan pengolahan lebih lanjut. Dapat diletakan di luar kompleks MAJT.

b. Tempat sampah didesain terlebih dahulu, dibagi menjadi dua yaitu tempat sampah organik dan anorganik. Dua jenis tempat sampah itu di letakan di tempat yang sama. Sehingga hal ini dapat mempermudah pengolahan sampah. Pengolahan sampah organik dilakukan dengan cara penimbunan untuk di jadikan pupuk kompos. Sedangkan sampah anorganik yang berpotensi memiliki nilai ekonomis tinggi dapat didaur ulang atau dijual. c. Pembangunan fasilitas pembakaran sampah yang digunakan untuk sampah anorganik yang tidak berpotensi memiliki nilai ekonomis tinggi. Peletakan TPS 78

UTILITAS LINGKUNGAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 2009

DAFTAR PUSTAKAFrick, Heinz, Pujo L Setiawan. 2007. Ilmu Konstruksi Perlengkapan dan Utilitas Bangunan. Kanisius: Yogyakarta

Neufert, Ernst. 1996. Data Arsitek. Jakarta: Erlangga

Poerbo, Hartono. 2005. Utilitas Bangunan. Djambatan: Jakarta Prawiro, Ruslan H.,1979, Ekologi Lingkungan Pencemaran, Semarang, Penerbit Satya Wacana.

Setiyo, Agus, dkk. 1994. Sistem Pengolahan Sampah di Kodia Dati II Semarang, dalam Proseding Seminar, Jurusan Arsitektur UNDIP. 6 September 1994.

Sunarno.2005.Mekanikal Elektrikal. Andi: Yogyakarta

79