lapdes individu utilitas

15
desain arsitektur v|semester gasal 2010-2011 arsitektur universitas brawijaya | X - 1 APLIKASI UTILITAS BANGUNAN DAN TAPAK PADA PUSAT KEBUDAYAAN SASAK (DESAIN PUSAT KEBUDAYAAN SASAK, LOMBOK-NTB) Christian Darmawan 0710650057-65 Kelas B Jurusan Arsitektur Universitas Brawijaya Email: [email protected] ABSTRAK Utilitas adalah hal penting dalam merancang sebuah karya arsitektur. Tidak tertinggal dari poin poin yang lainnya, karena semuanya merupakan kesatuan dan saling berintegrasi membentuk arsitektur yang tepat guna. Aspek aspek dalam utilitas perkembangannya luas dan mengikuti perkembangan teknologi juga dalam aplikasinya. Namun, semua hal itu harus disesuaikan dengan kondisi bangunan, tapak, lingkungan sekitar, sampai peraturan peraturan yang terkait dalam proses perancangannya. Utilitas itu sendiri selain menyediakan energi atau sumber daya, juga menghasilkan limbah. Dari sinilah perhatian juga patut ditujukan, karena diperlukan pengelolaan dan penanganan yang tepat sehingga terjadi keseimbangan ekosistem lingkungan dan manusia. Pada aplikasinya, metode yang digunakan dengan observasi dan deskriptif sehingga tercapainya sebuah aplikasi yang baik dapat berhasil. Secara tidak langsung metode yang digunakan ini juga akan menunjang bidang desain lainnya dalam Pusat Kebudayaan Sasak ini. Sehingga apa yang telah dianalisa secara makro dapat dilanjutkan menuju sintesa secara mikro. Suatu pusat kebudayaan atau tempat wisata di daerah Lombok ini juga memiliki peraturan standar teknis dan hampir semuanya ditentukan oleh utilitas yang menjadi energi utama. Disinilah pentingnya utiltas yang benar sehingga tercipta karya arsitektur sebuah pusat kebudayaan yang mengikuti perkembangan teknologi, berkonsep ramah lingkungan, dan saling mendukung dalam aspek arsitekturnya. Dalam kaitannya bangunan itu memiliki fungsi sebagai pusat kebudayaan, diperlukan juga sistem utilitas yang tidak mengganggu pengguna bangunan namun justru harus menambah kenyamanan, keamanan, dan efektifitas bagi para pengunjung pusat kebudayaan ini. Kata-kata kunci: utilitas, pusat kebudayaan, teknologi, ramah lingkungan. I. PENDAHULUAN Berbagai karya arsitektur yang dirancang oleh seorang arsitek tidak akan bisa berfungsi dengan baik dan secara tepat tanpa memperhatikan kelengkapan fasilitas - fasilitas bangunan yang menunjang kenyamanan, keamanan, dan efektifitas yang terdapat pada rancangannya. Kelengkapan rancangan tersebut adalah utilitas. Utilitas sendiri meliputi banyak hal, yaitu seperti perancangan sistem distribusi air bersih, sistem distribusi air kotor, sistem jaringan kelistrikan, sistem telekomunikasi, sistem pencegahan kebakaran, sistem distribusi dan penanganan sampah, dan hal lainnya. Penyesuaian akan fungsi bangunan, keadaan tapak, lingkungan sekitar, maupun peraturan dan standar kualitas mempengaruhi kategori utilitas yang harus diaplikasikan. Teknologi yang modern dengan segala produk yang terbaru menyediakan berbagai macam aplikasi utilitas yang mutakhir tetap harus menimbang tentang kenyamanan pengguna dan dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat. Semua ini dikaitkan dengan kata kunci berupa teknologi, ramah lingkungan, dan integrasi di antara utilitas tersebut.

Upload: christian-william-darmawan-1850

Post on 30-Jun-2015

503 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPDES INDIVIDU UTILITAS

desain arsitektur v|semester gasal 2010-2011

arsitektur universitas brawijaya |

X - 1

APLIKASI UTILITAS BANGUNAN DAN TAPAK PADA PUSAT KEBUDAYAAN SASAK

(DESAIN PUSAT KEBUDAYAAN SASAK, LOMBOK-NTB)

Christian Darmawan 0710650057-65

Kelas B Jurusan Arsitektur Universitas Brawijaya

Email: [email protected]

ABSTRAK

Utilitas adalah hal penting dalam merancang sebuah karya arsitektur. Tidak tertinggal dari poin – poin yang lainnya, karena semuanya merupakan kesatuan dan saling berintegrasi membentuk arsitektur yang tepat guna. Aspek – aspek dalam utilitas perkembangannya luas dan mengikuti perkembangan teknologi juga dalam aplikasinya. Namun, semua hal itu harus disesuaikan dengan kondisi bangunan, tapak, lingkungan sekitar, sampai peraturan – peraturan yang terkait dalam proses perancangannya. Utilitas itu sendiri selain menyediakan energi atau sumber daya, juga menghasilkan limbah. Dari sinilah perhatian juga patut ditujukan, karena diperlukan pengelolaan dan penanganan yang tepat sehingga terjadi keseimbangan ekosistem lingkungan dan manusia. Pada aplikasinya, metode yang digunakan dengan observasi dan deskriptif sehingga tercapainya sebuah aplikasi yang baik dapat berhasil. Secara tidak langsung metode yang digunakan ini juga akan menunjang bidang desain lainnya dalam Pusat Kebudayaan Sasak ini. Sehingga apa yang telah dianalisa secara makro dapat dilanjutkan menuju sintesa secara mikro. Suatu pusat kebudayaan atau tempat wisata di daerah Lombok ini juga memiliki peraturan standar teknis dan hampir semuanya ditentukan oleh utilitas yang menjadi energi utama. Disinilah pentingnya utiltas yang benar sehingga tercipta karya arsitektur sebuah pusat kebudayaan yang mengikuti perkembangan teknologi, berkonsep ramah lingkungan, dan saling mendukung dalam aspek arsitekturnya. Dalam kaitannya bangunan itu memiliki fungsi sebagai pusat kebudayaan, diperlukan juga sistem utilitas yang tidak mengganggu pengguna bangunan namun justru harus menambah kenyamanan, keamanan, dan efektifitas bagi para pengunjung pusat kebudayaan ini.

Kata-kata kunci: utilitas, pusat kebudayaan, teknologi, ramah lingkungan.

I. PENDAHULUAN

Berbagai karya arsitektur yang dirancang oleh seorang arsitek tidak akan bisa berfungsi dengan baik dan secara tepat tanpa memperhatikan kelengkapan fasilitas - fasilitas bangunan yang menunjang kenyamanan, keamanan, dan efektifitas yang terdapat pada rancangannya. Kelengkapan rancangan tersebut adalah utilitas. Utilitas sendiri meliputi banyak hal, yaitu seperti perancangan sistem distribusi air bersih, sistem distribusi air kotor, sistem jaringan kelistrikan, sistem telekomunikasi, sistem pencegahan kebakaran, sistem distribusi dan penanganan sampah, dan hal lainnya.

Penyesuaian akan fungsi bangunan, keadaan tapak, lingkungan sekitar, maupun

peraturan dan standar kualitas mempengaruhi kategori utilitas yang harus diaplikasikan. Teknologi yang modern dengan segala produk yang terbaru menyediakan berbagai macam aplikasi utilitas yang mutakhir tetap harus menimbang tentang kenyamanan pengguna dan dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat. Semua ini dikaitkan dengan kata kunci berupa teknologi, ramah lingkungan, dan integrasi di antara utilitas tersebut.

Page 2: LAPDES INDIVIDU UTILITAS

desain arsitektur v|semester gasal 2010-2011

arsitektur universitas brawijaya |

X - 2

Adapun Pusat Kebudayaan Sasak, di Lombok, merupakan suatu pusat kebudayaan yang berada di daerah pesisir pantai kuta di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Pusat kebudayaan ini merepresentasikan ulang konsep tatanan massa, ruang, bentuk, dan filosofi yang ada dan dipakai pada budaya Suku Sasak. Sebagai sebuah karya arsitektur, Pusat Kebudayaan Sasak juga memerlukan suatu pengelolaan utilitas yang saling terintegrasi dan holistik dengan aspek – aspek yang terkait di atas. Dalam kaitannya dengan rancangan Pusat Kebudayaan Sasak ini maka perlu diketahui lebih lanjut utilitas apa sajakah yang sesuai dan dapat menyediakan serta mengolah sumber daya untuk pusat kebudayaan yang ada di Lombok ini.

Tentunya penelitian mengenai kebutuhan utilitas pada tapak ini mengalami proses

analisa dan masukkan dari beberapa sumber yang mendukung. Tida hanya itu, ditambahkan data – data yang sesuai dan peraturan maupun syarat sesuai perancangan yang terkait dengan Pusat Kebudayaan Sasak di Lombok ini. Setelah didapat dan dipelajari, tahap selanjutnya dilakukan rancangan utilitas sesuai konsep yang telah didapat. Untuk kasus rancangan ini, konsep yang didapat yaitu dengan mengintegrasikan desain utama dari masing – masing bidang, dengan dukungan teknologi yang semakin berkembang sesuai jaman, namun tidak melupakan keramahan lingkungan dan kearifan lokalnya.

Goal yang diraih dari aplikasi utilitas pada Pusat Kebudayaan Sasak ini yaitu dengan

sukses membuat sistem dan jaringan utilitas yang berkonsep tadi dan tidak lepas dari konsep utama dalam operasionalnya. Aim yang terdapat disini adalah dukungan dari masing – masing bidang sebagai bahan pengamatan akan rancangan utilitas yang sesuai. Sehingga paling tidak tercapai satu konsep yang mengintegrasikan fungsi antar bagian. Objective kajian dilakukan dengan pengamatan dan data – data yang ada di lapangan dan sesuai dengan sumber terkait. Sehingga dari kesemuanya itu tercapai dasar kajian yang berfungsi sebagai „pondasi‟ awal perancangan sistem utilitas dan jaringannya.

Pada prosesnya, kajian akan utilitas ini pun tidak lepas dari referensi sebagai acuan dalam

perancangannya. Bahkan sampai pengaplikasiannya pada Pusat Kebudayaan Sasak ini. Beberapa yang diambil diantaranya yaitu mengenai turbin angin. Karena turbin angin menjadi sumber daya utama karya arsitektur ini. Sebuah konsep dan aplikasi baru penggunaan turbin angin adalah dengan mengintegrasikannya pada suatu daerah yang memiliki potensi baik. Turbin angin maglev jenis VAWT (Vertical Axis Wind Turbine) cocok diaplikasikan pada daerah pesisir pantai sebab mampu bekerja pada kecepatan angin yang rendah dan dapat membangkitkan listrik untuk meningkatkan efisiensi penggunaan energi listrik di daerah tersebut.Diperlukan sebuah desain aerodinamik suatu bangunan yang memungkinkan untuk mengarahkan angin yang datang supaya menuju ke bagian yang paling atas sehingga dapat menggerakkan turbin tersebut. Usahakan dalam mendesain tata letak bangunan sudah diperhitungkan arah datang angin (wind rose) rata-rata tahunan dan keadaan gedung/pohon disekitar tempat yang akan dibangun gedung tersebut. Jangan sampai gedung/pohon tersebut menyebabkan efek turbulensi angin, usahakan angin yang datang memiliki pola laminer sehingga ekstraksi energi angin dengan turbin angin bisa maksimal. Sumber ini diambil dari situs www.kamase.org yang membahas tentang penggunaan turbin angin secara maksimal.

Sehingga apa yang telah didapat dari dasar dan proses tersebut akan didapat sebuah hasil

kajian yang akan dibahas lebih lanjut. Namun secara garis besarnya semua aplikasi pada bangunan ini harus tercapai sesuai konsep dan fungsinya. Termasuk saat operasional berlangsung. Penelitian ini dilakukan dengan waktu yang cukup panjang dan pelumatan dari berbagai bidang yang ada terutama dari arsitek utamanya. Tercapailah sebuah keputusan yang dapat mendukung keberhasilan Pusat Kebudayaan Sasak ini, terlebih dalam bidang utilitasnya.

II. BAHAN DAN METODA 2.1. Bahan 2.1.1. Sistem Distribusi Vertikal

Sistem utilitas vertikal pada Pusat Kebudayaan Sasak ini sebagian besar berada pada Bangunan Publik yang utama seperti Gedung Budaya, Perpustakaan, Audio Visual, Auditorium, Aula, dan beberapa lainnya karena merupakan bangunan berlantai 2 keatas. Namun, jika dilihat lebih detil, sistem utilitas yang berada di tapak pun termasuk vertikal karena kondisi tapaknya yang berkontur cukup curam sehingga jaringan – jaringan cukup jauh menembus ke dalam tanah.

Page 3: LAPDES INDIVIDU UTILITAS

desain arsitektur v|semester gasal 2010-2011

arsitektur universitas brawijaya |

X - 3

2.1.2. Sistem Distribusi Horizontal

Sebagian besar sistem utilitas pada Pusat Kebudayaan Sasak ini adalah sistem utilitas horizontal karena bangunan Pusat Kebudayaan Sasak ini merupakan bangunan bermassa banyak pada lahan seluas ± 83.410 m2. Dan kebanyakan massa yang berada pada kawasan ini juga hanya berlantai satu walau memiliki ketinggian yang cukup curam. Distribusi secara horisontal untuk semua kebutuhan utilitas, dari jaringan basah sampai kering. 2.1.3. Distribusi Umum Utilitas Masuk

Utilitas yang masuk ke dalam tapak dan bangunan ada beberapa macam, antara lain:

Air Bersih,

Air Bekas,

Listrik,

Pencahayaan,

Komunikasi,

Fire Protection,

CCTV,

Security,

Diagram 2.1. Distribusi Umum Utilitas Masuk

2.1.4. Distribusi Umum Utilitas Keluar

Utilitas yang keluar dari tapak maupun bangunan ada beberapa macam, antara lain:

Air Kotor,

Air bekas,

Sampah.

Diagram 2.2. Distribusi Umum Utilitas Keluar

2.1.5. Utilitas Setempat Utilitas setempat adalah sistem utilitas yang hanya bergerak pada satu titik bangunan

atau lokal, antara lain:

Ducting,

Pengkondisian Udara,

Pencahayaan,

Komunikasi,

CCTV,

Security. 2.1.6. Utilitas Transportasi

Sistem transportasi manusia pada bangunan adalah tangga dan elevator. Tangga pun ada yang merupakan tangga biasa dan tangga darurat. Pada bangunan yang bertingkat dua keatas, terdapat elevator sebagai moda transportasi. Misalnya pada bangunan menara (zenith) ada lift

Titik Instalasi

Per Unit Bangunan

Check Point B

Check Point A

Ruang Servis

Pusat Kontrol

Pengolahan Akhir

Penampungan Septictank

Pembuangan Akhir

Sumber dari Luar

Ruang Servis Pusat Kontrol

Check Point A

Titik Akhir Instalasi

Check Point B

Per Unit Bangunan

Page 4: LAPDES INDIVIDU UTILITAS

desain arsitektur v|semester gasal 2010-2011

arsitektur universitas brawijaya |

X - 4

yang dapat menampung beberapa orang untuk naik ke atas dan ada tangga darurat sebagai jalur evakuasi. Di bangunan gedung budaya sebagai bangunan utama yang terintegrasi dengan perpustakaan, audio visual, dan auditorium jenis transportasi lebih lengkap dengan adanya ramp yang memungkinkan lansia atau penyandang cacat bersirkulasi di dalam bangunan. Pada bangunan lain juga ada ramp dan tangga yang memiliki kemiringan kurang dari 12°.

Sedangkan pada tapak terdapat jalur pejalan kaki pada area sirkulasi pedestrian, dan jalur

shuttle, yang juga memungkinkan untuk kendaraan darurat, pada ring luar tapak di sisi sungai tapak. Pada jalur utama yang merupakan jalur untuk mobil dan bus dibuat dengan lebar hingga lebih dari 8 meter sebagai keleluasaan pengemudi untuk mengendarai kendaraannya. Bahkan terdapat bundaran sebagai „ foyer‟ atau penghalus patahan arah sirkulasi sehingga tidak terjadi crash. Untuk menyeberangi sungai ada jembatan yang mengakomodasi transportasi manusia sampai kendaraan yang melewatinya. Kemudian jalur sirkulasi di area parkir baik di atas tanah, maupun di basement dibuat searah agar lebih aman dan nyaman bagi para pengendara. Jalur untuk mobil dan kendaraan lain ini hanya sampai pada area depan dan tidak masuk ke dalam area bangunan. Semuanya dengan pertimbangan keselamatan dan kenyamanan. Sedangkan jalur pedestrian sendiri dibuat sedikit lebih tinggi dari tanah untuk memberi batas sehingga pejalan kaki pun merasa nyaman. Untuk pedestrian yang melewati area berkontur ditambahkan tangga dan ramp untuk akses yang lebih baik.

2.2 Metoda Metoda yang digunakan disini metoda didasarkan atas observasi. Sistematik desainnya

yaitu: 1) Pengumpulan informasi yang relevan terhadap masalah desain. 2) Perumusan solusi permasalahan yang potensial. 3) Penyelesaikan masalah dengan menilai kriteria yang paling memungkinkan

Sebagai perancangan dan pengaplikasian sistem utilitas pada Pusat Kebudayaan Sasak di

Lombok ini, langkah yang harus dilakukan yaitu pertama mengumpulkan informasi dan sumber – sumber yang ada, dengan relevansi terhadap masalah yang terkait. Kemudian mencari data – data yang berkaitan dengan tapak dan lingkungan sekitarnya. Ditambah informasi tentang bangunan bermassa banyak dan berarea luas. Selanjutnya merumuskan permasalahan yang potensial. Bagaimana penerapan utilitas yang baik dan benar pada Pusat Kebudayaan Sasak ini. Lalu akan terdapat berbagai macam kebutuhan utilitas yang sesuai berada di Pusat Kebudayaan Sasak ini, baik di tapak maupun pada bangunan – bangunannya. Misalnya sistem pendistribusian air bersih sebaik mungkin, sistem pembuangan air bekas yang dapat diolah kembali, dan lainnya. Semua itu terintegrasi dan memiliki konsep yang terkait terhadap konsep utama dan konsep utilitas itu sendiri. Dan semuanya memenuhi peraturan, standar, dan syarat sebagaimana harusnya. Dan perlu disebutkan kembali konsep utilitas secara mikro terhadap Pusat Kebudayaan Sasak ini yaitu ramah lingkungan, terintegrasi dan berteknologi.

III. HASIL 3.1. Macam Utilitas dalam Bangunan 3.1.1. Air Bersih

Beberapa macam kebutuhan air bersih menurut keperluannya antara lain:

Kebutuhan pengguna bangunan : Masak, Mandi, Cuci.

Fire Safety : Hydran. Setelah dilihat sesuai potensi tapak, dan analisa lingkungan sekitar, ternyata daerah

pantai di tapak ini memang kurang memungkinkan untuk menggunakkan air tanah sebagai penyediaan air bersih. Karena letak sumur utamanya yang terletak sangat jauh dan kemungkinan tercemar air laut juga tinggi. Sehingga di putuskan untuk mendistribusi air dari PDAM secara optimal. Adapun untuk memenuhi kebutuhan air maka tapak membutuhkan distribusi air dari PDAM yang memiliki jalur distribusi dari pusat kota. Memungkinkan juga dibuat kolam penampungan air hujan yang airnya dapat digunakan untuk landscaping. Namun air ini akan masuk dalam kategori air bekas dan diolah terlebih dahulu.

Page 5: LAPDES INDIVIDU UTILITAS

desain arsitektur v|semester gasal 2010-2011

arsitektur universitas brawijaya |

X - 5

Diagram 3.1. Skema Distribusi Air Bersih

Diagram 3.2. Skema Distribusi pada Ruang Servis (Pusat Kontrol) Air Bersih

3.1.2. Air Kotor Berbagai macam jenis air kotor yang dihasilkan :

Excreta/Tinja WC, Closet.

Diagram 3.3. Skema Distribusi Air Kotor Tinja (Excreta)

Sewage & Wastewater Mandi, Cuci, Buang air kecil, Limbah Industri cair.

Diagram 3.4. Skema Distribusi Air Kotor Sewage

Rainwater

Diagram 3.5. Skema Distribusi Air Kotor Rainwater

Air Hujan tiap

Bangunan

Kolam Penampungan

(Air Hujan)

Tandon Air

(Pisah PDAM)

Kolam

Pengolahan

(Tapak)

Diresapkan Ke

Tanah

Bak

Kontrol

Ring

Luar

Kontur

Kolam

Pengolah

Limbah

(Tapak)

Bak

Kontrol

Area

Bangun

an

Titik

Pembu-

angan

Penamp

ung Air

Setelah

Diolah

Tandon

Air

(Pisah

PDAM)

Tanki

Greywater

Netral

Buang

Sungai

Bak

Penampung

Sementara

(Tapak)

Closet

WC

Pipa Pembuangan

melalui shaft

Septictank

(Per Area

Bangunan)

Sumur Resapan

/ Olah lagi

Meteran

Air

Water

Reservoi

r

Water

Purifier

Pump

Sand

Filter

Carbon

Filter

Ultraviol

et

Desinfek

tan

PDAM/

Sumber

Meteran

Tandon

Utama

Titik

Akhir

Instalasi

Ruang

Kontrol

Titik

Akhir

Instalasi

Shaft

Vertikal

Tandon

Banguna

n

Page 6: LAPDES INDIVIDU UTILITAS

desain arsitektur v|semester gasal 2010-2011

arsitektur universitas brawijaya |

X - 6

3.1.3. Listrik Sumber listrik yang terdapat pada tapak dan untuk memenuhi kebutuhan tapak antara

lain :

Turbin Angin Sumber listrik utama.

PLN Cadangan.

GenSet Cadangan.

Diagram 3.6. Skema Distribusi Listrik pada Tapak

Diagram 3.7. Skema Distribusi Listrik pada Ruang Kontrol

Diagram 3.8. Skema Distribusi Listrik Dari Turbin Angin

3.1.3.1.Instalasi Listrik Bangunan Berlantai 2 Keatas Pada instalasi listrik bangunan yang berlantai dua keatas, dimulai dari sumber yaitu

turbin angin / PLN / Genset yang kemudian dialirkan ke sekering pada ruang kontrol tiap bangunan. Ruang kontrol ini menjadi sub distribusi dari ruang kontrol pada tapak yang utama. Disini terdapat berbagai alat operasional kelistrikan dan dekat dengan shaft listrik sebagai sirkulasi jaringan listrik menuju lantai berikutnya. kemudian dari sekering, masuk kedalam saklar dan stop kontak yang ada pada lantai satu dan menyebar hingga lantai berikutnya. Pada instalasi listrik ini juga terdapat tenaga alternatif misalnya Generator dan dan UPS. Terutama pada ruang ruang yang sensitif akan kebutuhan daya. Sehingga dengan adanya tenaga altenatif ini hal – hal yang tidak diinginkan dapat diminimalisasi.

3.1.3.2. Instalasi Listrik Bangunan Berlantai Satu Sebagai contoh pada bangunan retail dan restaurant, dari sumber listrik turbin angin

yang didistribuskan dari ruang kontrol pada tapak kemudian dialirkan kedalam sekering yang ditunjang oleh generator (per Type memiliki generator kawasan) yang kemudian di hubungkan kedalam bangunan melalui saklar dan stop kontak yang akan menyebar keruangan- ruangan yang membutuhkan. Jaringan dan sistem ini jelas lebih mudah dan tidak memerlukan ruang kontrol yang besar, maka biasanya satu ruang kontrol untuk beberapa bangunan. Seperti retail, restaurant, rest area, dan area sekitarnya ruang kontrol sub distribusinya terpusat. Kemudian juga tidak memerlukan shaft.

Turbin

Angin

Generator

Pengubah

Daya

Penyatu Daya

Listrik

Ruang Kontrol

Utama

Generator

Penyimpan

Daya

Trafo Penurun

Tegangan

Meteran

Generator Set

PLN

Turbin Angin Trafo Penurun

Tegangan

Main

Panel

ATS

(Automatic Transfer

Switch)

Sumber

Tenaga

Utama

(Turbin

Angin)

Ruang

Kontrol

Utama

(Tapak)

Main

Distribution

Panel (Tapak)

Titik Instalasi /

Kebutuhan

Listrik

Sub

Distribution

Panel A (Zona)

Sub

Distribution

Panel B

(Bangunan)

Page 7: LAPDES INDIVIDU UTILITAS

desain arsitektur v|semester gasal 2010-2011

arsitektur universitas brawijaya |

X - 7

3.1.3.3. Instalasi Listrik Area Servis

Pada instalasi di bagian atau area servis ini, dari sumber langsung dihubungkan ke sekering dan akan dibagi menjadi 2 arah yaitu : - Ruang Server - Ruang Security

Pada ruang server dan security tidak hanya terjadi pembagian saklar dan stop kontak

pada ruangan, tetapi juga terdapat penyimpanan listrik pada UPS yang berfungsi sebagai tenaga cadangan untuk sistem keamanan misalnya CCTV, Fire Protection, dan lain-lain. Kedua ruangan ini sama pentingnya dan merupakan area yang sensitif terhadap daya listrik. Sehingga ruang ini terpusat di area utilitas dan letaknya berdekatan dengan ruang kontrol listrik yang utama.

3.1.3.4. Instalasi Listrik Ruang Luar Instalasi ruang luar ini adalah pemanfaatan akses utama pada bangunan yaitu jalan,

pedestrian, jembatan dan lainnya. pada area luar ini terdapat box utilitas yang terletak di tengah sebagai pusat, yang berisi kabel telepon, kabel listrik, serta tempat pemipaan untuk jaringan listrik. Kabel telepon dan listrik disalurkan ke terminal - terminal box yang ada di sekitar yang kemudian dialirkan ke lampu pedestrian, lampu taman, stop kontak dan saklar yang ada di ruang luar, dan kebutuhan listrik lainnya. Semua instalasi ini letaknya ada di bawah tanah (underground) sehingga aman dan lebih rapih. Itupun dilengkapi dengan fungsi weatherproof sebagai ketahanan terhadap panas, hujan, dan angin. 3.1.4. Air Conditioner (AC) dan Ducting

Pada Pusat Kebudayaan Sasak ini, pemanfaatan kondisi alam sekitar sangat diutamakan. Terlebih lagi dengan adanya konsep ramah lingkungan disini. Sehingga aplikasinya meminimalisasi kebutuhan pengkondisian udara secara buatan. Udara alami lebih dimaksimalkan dengan bukaan dan lainnya. Namun memang ada beberapa bangunan yang memang harus menggunakkan AC sebagai pengalihan efek samping. Misalnya pada bangunan gedung budaya yang terdapat barang – barang seni yang dipamerkan didalamnya, agar tidak rusak terkena debu dan angin, maka lebih baik digunakan AC sebagai penghawaan pada bangunan. Pengkondisian udara buatan dengan menggunakkan AC yang terdapat pada Pusat Kebudayaan Sasak adalah:

Central Gedung Budaya, Aula

Split Bangunan Penunjang (Jika Dibutuhkan) AC Minimal Maksimal Penghawaan Alami.

Diagram 3.9. Skema Distribusi AC Central pada Gedung Budaya

Diagram 3.10. Skema Distribusi AC Split

3.1.5. Komunikasi Jenis komunikasi yang ada pada Pusat Kebudayaan Sasak :

Telephone

Internet LAN

WiFi

Titik Instalasi

Listrik

Intalasi

AC Split

Sumber Listrik

Chiller

Pump

Chiller

Compressor

Cooling

Tower

Titik

Instalasi

AHU

Page 8: LAPDES INDIVIDU UTILITAS

desain arsitektur v|semester gasal 2010-2011

arsitektur universitas brawijaya |

X - 8

Diagram 3.11. Skema Telephone

Diagram 3.12. Skema Internet LAN / WiFi

3.1.6. Sampah Sampah dibedakan menjadi 4 macam untuk kemudahan pengumpulan dan pengolahan,

yaitu sampah kertas, organic, plastik, dan sampah lain. Pengumpulan sampah disini dilakukan secara manual dengan sistem “Carry Out”. Dikarenakan bentuknya adalah bangunan bermassa banyak maka tidak semua bangunan terdapat shaft. Pengumpulan sampah dilakukan oleh cleaning service resort dari tiap bangunan ke penampungan sementara di pinggir area tapak, tepatnya di seberang area utilitas dipisah sungai. Dari tiap bak penampungan di ring luar dibawa dengan kendaraan khusus atau shuttle menuju penampungan pusat dan diolah.

Diagram 3.13. Skema Distribusi Sampah

3.1.7. Transportasi

Sistem transportasi manusia pada bangunan adalah tangga manual, ramp, dan elevator. Pada bangunan perpustakaan, dan menara misalnya, digunakan elevator karena ketinggian yang lebih dari dua lantai. Sedangkan pada tapak terdapat jalur pejalan kaki pada pedestrian tapak, dan jalur shuttle, yang juga memungkinkan untuk kendaraan darurat, pada ring luar tapak di sisi barat dan timur tapak. Satu lagi yaitu ramp sebagai aksesibilitas bagi penyandang cacat dan lansia. Semua jalur transportasi ini, baik manusia maupun kendaraan sistemnya terintegrasi, sehingga memberikan keamanan, kenyamanan, dan efektifitas bagi para pengunjung.

PEMILAHAN PEWADAHAN PENGUMPULAN KOMUNAL

PENGEPAKAN PEMROSESAN

M I B

Kertas (O)

BOX

SAMPAH

Kertas

Sisa Makanan, Daun (O)

BOX

SAMPAH

Pencacaha

n

Komposti

ng

Sampah

Organik

Plastik BOX

SAMPAH

Plastik

Sampah

Lain BOX

SAMPAH

Sampah

Lain

DIJUAL

PROSES AKHIR DI

TPA

Jaringan

dari Luar

Ruang

Kontrol

Utama

Ruang

Server

Utama

Titik

Instalasi

Unit

Bangunan

Check Point

A

(Expansion

Card)

Check Point

B

(Expansion

Card)

Jaringan

dari Luar

Ruang

Kontrol

Utama

PABX Pusat Titik

Instalasi

Junction Box

B

Ruang

Kontrol

Bangunan

Juntion Box

A

Page 9: LAPDES INDIVIDU UTILITAS

desain arsitektur v|semester gasal 2010-2011

arsitektur universitas brawijaya |

X - 9

Jalur mobil hanya dari luar bangunan menuju drop off area di depan area parkir untuk kemudian bisa dilanjutkan sebagai alternatif oleh vallet parking dibawa ke tempat parkir. Jalur mobil dan bus ini berada di depan agar tidak mengganggu sirkulasi pengunjung yang berjalan kaki.

Elevator yang berada pada bangunan menara ini diperuntukkan kepada para pengunjung

yang menuju ke atas. Kapasitas, luas, sampai kecepatan dan hal lainnya telah diperhitungkan dan dianalisa kebutuhannya. Maka akan ada dua elevator pada menara sebagai penunjang fasilitas transportasi pada bangunan ini. Begitu juga dengan yang ada pada perpustakaan. Elevator ini pun memiliki standar dan sistem keamanan yang telah dipertimbangkan. 3.1.8. Fire Protection

Sistem fire protection pada tapak ini terdapat beberapa macam, yaitu sprinkler dan smoke detector, yang terdapat pada bangunan utama dan beberapa bangunan penunjang, dan hydrant yang tersebar pada tapak. Terdapat pula portable extinguisher pada tiap bangunan. Sprinkler yang digunakan pada bangunan menggunakkan sprinkler dengan gas sebagai proteksi terhadap barang seni di dalamnya. Karena benda – benda tersebut akan rusak jika terkena air, maka gas lebih optimal untuk mengantisipasi kebakaran tanpa efek samping. Smoke detectornya juga memiliki jaringan yang terintegrasi dengan sprinkler sehingga semua berjalan secara otomatis.

Sprinkler yang berada pada tapak menggunakkan air dan air tersebut diambil dari air

bekas yang telah diolah, sungai, dan prioritas terakhir dengan PDAM. Disediakan jalur untuk mobil dan petugas kebakaran di pinggir area tapak. Juga ada area evakuasi bagi para pengunjung sebagai antisipasi terjadinya bencana. Dengan semua itu, aspek keselamatan pun akan lebih optimal tercapai.

IV. DISKUSI/PEMBAHASAN 4.1. Aplikasi Utilitas pada Tapak Pusat Kebudayaan Sasak, Lombok. Pada awalnya, untuk menganalisa aplikasi utilitas pada Pusat Kebudayaan Sasak ini, yang dilakukan pertama kali yaitu melihat kebutuhannya pada tapak di tiap bangunan dengan masing – masing bagian utilitas. Apakah diperlukan atau tidak, apakah dapat diefektifkan dengan menjadi satu area atau tidak. Maka hasil ini merupakan pembahasannya yang dideskripsikan oleh tabel dibawah :

Tabel. 1. Kebutuhan Utilitas pada Tapak Pusat Kebudayaan Sasak, Lombok

Replika

Kp. Sasak Bengkel Seni +

Amphiteater Aula Admin

Gd. Budaya

Menara Resto + Gerai Seni +

Gathering Spot + Musholla

SPAB Air Bersih V V V V V V Air Hujan V V V V V V

SPAK Air Bekas V V V V V V Air Kotor V V V V V V Air Hujan V V V V V V

Lighting Lampu Utama V V V V V V V

Lampu Darurat V V V V V Lampu Estetis V V V V V

Lampu Outdoor V V V V V V V Air Conditioning V V V V Handicap

Rambu & Marka V V V V V V Wastafel V V V V

Ramp V V V V Perabot V V V V

Security CCTV V V V V V V

Infrared Alarm V V Security Office V V V V V V

Page 10: LAPDES INDIVIDU UTILITAS

desain arsitektur v|semester gasal 2010-2011

arsitektur universitas brawijaya |

X - 10

Garbage V V V V V V Communication

Telephone V V V V V Internet LAN V Internet WiFi V V V V V

Sistem Informasi V V V V V V Accoustics V V Transportation

Stairs V Ramp V V

Lift V V Building Safety

Penangkal Petir V V V V V V V Smoke Detector V V V V V V

All Variant Hydrant V V V V V V Gas Sprinkler & Halon V V V V V V

Fire Damper V V V V Fire Alarm V V V V V

Exit Emerg. & Corridor V V V V V Kompartemen V V

Tangga Darurat V V Parkir V

Tabel 1.1 Tabel Kebutuhan Utilitas Secara Makro Pusat Kebudayaan Sasak

Kemudian dari tabel diatas akan ada pembahasan berikutnya mengenai aplikasi secara umum pada tapak dan semuanya itu akan dijelaskan melalui gambar – gambar berikut.

Gambar 4.1 Utilitas Tapak Air Bersih, Air Kotor, Air Bekas, dan Air Hujan

Jaringan air bersih seperti yang telah dijelaskan sebelumnya mengambil sumber dari PDAM. Dan kemudian ditampung pada tandon di kontur teratas tapak. Dari tandon tersebut, secara gravitasi mengalirkan air menuju tandon utama pada ruang kontrol air bersih yang ada di area utilitas. Dari area tersebut distribusi air bersih dilanjutkan menuju masing – masing area yang membutuhkan. Khusus untuk gedung budaya, tandon terpisah dari zonanya, karena memerlukan kebutuhan air yang besar. Pada gedung budaya ini, terdapat ruang kontrol tersendiri yang mengakomodasi seluruh utilitas air bersih, kotor, dan bekas.

Sedangkan air kotornya, pembuangan dari masing – masing bangunan disalurkan

menuju septic tank di tiap area bangunan dan zona. Dari septic tank yang seudah diurai secara alami untuk sementara menggunakkan bakteri dilanjutkan dibuang menuju STP pada area utilitas. Dan kemudian penyaringan pun dilakukan. Setelah disaring, yang tidak bisa digunakan kembali akan dibuang menuju riol kota, yang masih bisa digunakan akan ditampung bersama dengan air bekas yang telah diolah untuk dapat digunakan sebagai kebutuhan siram taman dan lainnya.

Untuk air bekas buangan di urinoir, bidet, wastafel, dan bak cuci air yang telah dibuang

tersebut akan diolah kembali. Begitu juga dengan air hujan yang dibuang baik pada tapak maupun pada bangunan. Semua air bekas dan air hujan tersebut didistribusi menuju pengolahan

Page 11: LAPDES INDIVIDU UTILITAS

desain arsitektur v|semester gasal 2010-2011

arsitektur universitas brawijaya |

X - 11

pada area utilitas basah. Pengolahan ini menggunakkan tanaman air sebagai penyaring sampai beberapa kali olahan. Setelah penyaringan alami ini selesai, akan ada penampungan atau tandon khusus untuk air olahan ini. Dan kemudian didistribusikan kembali menuju bangunan dan taman sebagai kebutuhan flush, siram tanaman, dll.

Gambar 4.2 Utilitas Tapak Listrik dan Pencahayaan

Untuk jaringan kelistrikannya, sumber awal terdapat dari turbin angin yang berjumlah 5

buah ada di area menara, beberapa meter sebelum batas tapak dan pantai. Di masing – masing turbin angin terdapat generator pengubah daya yang terdapat di bawahnya. Kemudian di area yang sama ada penyatu daya dan kemudian jaringan kabel yang lewat bawah tanah dengan menyusuri pedestrian menuju area utilitas kering diamana ada ruang kontrol listrik utama. Disana terdapat genset sebagai cadangan daya, dan juga jaringan distribusi dari PLN. Dari pusat ini dilanjutkan kembali ke masing – masing bangunan dengan kebutuhan yang berbeda.

Untuk pencahayaannya, ada beberapa jenis. Khusus untuk jenis lampu jalanan dan

sirkulasi kendaraan, lampu yang digunakan merupakan lampu mercury dengan solar panel. Lampu ini masing – masing berdiri sendiri dengan dayanya sehingga tidak menyambung dengan satu sama lainnya. Solar panel tersebut yang memberi daya dan menyimpan daya untuk menyala pada saat mulai gelap. Untuk lampu pedestrian dan taman, jaringannya juga ditanam dibawah tanah bersama dengan kabel listrik dan mengambil daya dari area terdekat.

Gambar 4.3 Utilitas Tapak Fire Protection dan Security

Untuk uitlitas fire protection pada tapak, ada beberapa bagian. Ada sprinkler pada taman,

yang salurannya merupakan pipa khusus yang didistribusi dari sungai, air olahan, dan PDAM (sesuai prioritas). Pipa ini juga ditanam dibawah tanah. Ada hydrant box dan tank sebagai antisipasi manual saat terjadi kebakaran di luar. Ada juga jalur evakuasi di sebelah pinggir sungai untuk menuju keluar area pusat kebudayaan ini. Sedangkan untuk sistem kemanannya ada CCTV yang berada di tiap spot yang membutuhkan dan alarm sebagai pengaman terhadap area – area vital. Jaringan keduanya ditanam di tanah sejalur dengan kabel listrik yang underground.

Page 12: LAPDES INDIVIDU UTILITAS

desain arsitektur v|semester gasal 2010-2011

arsitektur universitas brawijaya |

X - 12

Gambar 4.4 Utilitas tapak Komunikasi

Jaringan komunikasi pada tapak tidak begitu rumit, karena salurannya hanya sedikit dan ada jaringan internet yang tidak memerlukan kabel. Yaitu WiFi. Untuk jaringan telepon, setelah distribusi dari TELKOM lewat tiang telepon yang ada di sekitar tapak, kabel lewat bawah tanah dibuat jalur menuju ruang kontrol utama pada tapak. Kemudian disebar melalui sistem PABX ke masing – masing bangunan yang memerlukan. Dari bangunan tersebut, jika ada beberapa cabang telepon lagi, maka akan digunakan junction box sebagai penyabang. Untuk internet LAN, jaringannya sama, hanya saja dilanjutkan ke komputer pada ruang server. Untuk WiFi, dari Ruang server ada router khusus yang langsung terhubung pada router lain di tiap area.

4.2. Aplikasi Utilitas pada Bangunan Pusat Kebudayaan Sasak, Lombok.

Gambar 4.5 Utilitas Air Bersih, Kotor, Bekas, dan Olahan pada Bangunan Gedung Budaya

Gambar 4.6 Utilitas Listrik dan Pencahayaan pada Bangunan Gedung Budaya

Page 13: LAPDES INDIVIDU UTILITAS

desain arsitektur v|semester gasal 2010-2011

arsitektur universitas brawijaya |

X - 13

Gambar 4.7 Utilitas Pengkondisian Udara dan Ducting pada Bangunan Gedung Budaya

Gambar 4.8 Utilitas CCTV dan Security System pada Bangunan Gedung Budaya

Gambar 4.9 Utilitas Fire Protection System pada Bangunan Gedung Budaya

Gambar 4.10 Utilitas Sistem Komunikasi pada Bangunan Gedung Budaya

Page 14: LAPDES INDIVIDU UTILITAS

desain arsitektur v|semester gasal 2010-2011

arsitektur universitas brawijaya |

X - 14

4.3. Perhitungan Utilitas pada Bhumi Hyang Resort, Bandung. 4.3.1. Air Bersih Perhitungan Jumlah Kebutuhan Air Kebutuhan air bersih untuk keseluruhan aktivitas pusat kebudayaan baik di dalam maupun di luar bangunan serta fasilitasnya, dapat dirinci berdasarkan atas : 1. Kebutuhan Air Sanitair Asumsi jumlah pengunjung 80%, sehingga kebutuhan air per hari adalah = 80 % x 1000 orang x 1,5 liter = 1200 liter per hari 2. Kebutuhan Air Bersih Restoran Asumsi restoran cepat saji 30 liter per kursi per hari = 400 kursi x 25 liter per hari = 10.000 liter per hari Sehingga total kebutuhan air tawar adalah 11.200 liter per hari Jadi, volume total air tawar diperkirakan sebesar 20.000 liter per hari Volume tangki 1 10.000 liter & Volume tangki 2 10.000 liter Kebutuhan proteksi kebakaran Hidran - standard pasokan air 25 m3 per 2 hidran

jumlah hidran = Luas Bangunan × 2

800=

15.552 m2 × 2

800= 38,88 Unit

total pasokan air = 972 m3

Kebutuhan tata udara V air-sirkulasi = 13 liter/menit/TR V air pendingin = 1,5 – 2 % Vair-sirkulasi = 1,5 – (2 % x 8) = 1,34 liter V air-AC = V air-sirkulasi + V air pendingin = 13 + 1,34 = 14,34 liter Sehingga total kebutuhan air untuk hidran dan penghawaan adalah 986,34 liter per hari Jadi, volume total tangki air dari laut diperkirakan sebesar 1000 liter per hari Volume tangki bawah = 500 liter Volume tangki atas = 500 liter 4.3.2. Listrik Perhitungan Jumlah Energi Listrik yang Diperlukan Kebutuhan listrik untuk keseluruhan aktivitas Cultural Center ini baik di dalam maupun di luar bangunan serta fasilitasnya, dapat dirinci berdasarkan atas : Beban listrik pompa air adalah P = 0,163 x 1,2 x Q h-maks x Ht

η = 0,163 x 1,2 x 500 x 1,3 x 5 x 2x7 0,5 = 44.499 W = 44,5 kW x 5 = 222,5 kW 1. Daya Listrik untuk Kebutuhan Penghawaan Total listrik untuk AC adalah 1,12 kW per hari (sumber : Juwana, 2005) 2. Daya Listrik untuk Kebutuhan Penerangan Asumsi penggunaan penerangan pada bangunan adalah 75% : 25% Sehingga beban listrik yang ditanggung = 75% luas bangunan x intensitas daya = 75 % x 83.000 m² x 20 watt/m² = 1.245.000 watt = 1245 kW per hari 3. Daya Listrik untuk Kondisi Darurat Beban listrik pompa air kebakaran 5 watt/m² x 83.000 m² = 415.000 watt = 415 kW 4. Daya Listrik untuk Kebutuhan Lain-Lain

Page 15: LAPDES INDIVIDU UTILITAS

desain arsitektur v|semester gasal 2010-2011

arsitektur universitas brawijaya |

X - 15

Beban listrik untuk kebutuhan peralatan Computer, Bioskop teater, CCTV, dan Audio diperkirakan sebesar 10 watt/m² x 83.000 m² = 830.000 watt = 830 kW Total beban listrik bangunan cultural center adalah 222,5 + 1,12 + 1245 + 415 + 830 = 2713,62 kW Pemenuhan kebutuhan listrik adalah 1. Tenaga angin 1 turbin = 750 kW 4 turbin = 3000 kW + 1 turbin cadangan 5 turbin = 3750 kW

V. SIMPULAN DAN SARAN Hasil akhir atau produk desain Pusat Kebudayaan Sasak di Lombok ini telah melalui

beberapa proses dan metode yang diterapkan selama pembelajaran Desain Arsitektur 5. Proses dan metode tersebut termasuk dengan analisa, hipotesa, observasi, survey, dan berbagai macam usaha untuk membuat suatu pencapaian yang optimal. Dengan demikian telah terwujud produk dengan penerapan utilitas yang telah disesuaikan dengan keadaan tapak, bangunan, dan standar-standar teknis serta persyaratan yang terkait.

Rancangan utilitas telah disesuaikan sehingga tidak mengganggu tapak itu sendiri,

bangunan, maupun keadaan diluar tapak. Karena semuanya telah didasarkan pada konsep yang berisi integrasi terhadap bidang lain dalam rancangannya. Selain itu konsep teknologi tinggi dan ramah lingkungan juga telah menjadi acuan selama proses rancang sistem dan jaringan utilitas ini berlangsung. Walaupun terdapat beberapa „tabrakan‟, semuanya masih dapat disatukan dan disesuaikan, sehingga tercapai konsep yang holistik dalam rancangan utilitas ini.

Sebuah proses mendesain karya arsitektur, metode saat menyelesaikan berbagai masalah

sangat esensial diperlukan. Pemilihan metode yang benar sesuai tuntutan yang terkait akan menjadikan sebuah hasil desain konsisten dan terarah. Penentuan metode mana yang digunakan dari berbagai pilihan metode desain tidak lepas dari teori dan sumber yang banyak mendukung produk ini. Hal ini dicapai guna mewujudkan sebuah perfeksionisme dalam karya arsitektur tersebut. Setelah hal tersebut tercapai, akan ada apresiasi dan keterkaitan secara ilmiah dan logika.

DAFTAR PUSTAKA Negara, Thomas Ari. 1 Mei (2008). Integrasi Turbin Angin pada Gedung Tinggi, (Online),

(http://www.kamase.org/intergrasi-turbin-angin-pada-gedung-tinggi/, diakses 31 Desember 2010).

Pitasmara, Alfa Yunita. (2010). Aplikasi Utilitas Bangunan dan Tapak pada Hotel Resort

Bintang 5 (Desain Bumi Hyang Hotel Resort, Bandung). Jurnal tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Arsitektur Uiversitas Brawijaya.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1998). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sugiharto. (1987). Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia

(UI-Press). Tangoro, Dwi. (2004). Utilitas Bangunan. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Keterangan : Semua sumber diagram, tabel, dan gambar merupakan dokumen pribadi. (2010)