utilitas gabung

44
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Drainase yang berasal dari bahasa Inggris ‘’drainage’’ mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang atau mengalihkan air atau dengan kata lain suatu tindakan teknis untuk mengurangi kelebihan air baik yang berasal dari airhujan, rembesan, maupun kelebihan air irigasi, sehingga fungsi kawasan atau lahan yang bersangkutan tidak terganggu. Drainase merupakan suatu sistem pembuangan kelebihan air dan air limbah (waste water) yang berupa buangan air dari daerah permukiman atau perumahan, dari daerah industri, dari daerah pertanian, badan jalan atau dari perkerasan lainnya. Drainase kota merupakan suatu prasarana kota yang intinya berfungsi untuk mengendalikan limpasan air hujan yang berlebihan. Drainase sangat diperlukan di daerah perkotaan karena secara garis besar seluruh daerah perkotaan memiliki nilai ekonomis. Jika tidak disediakan fasilitas drainase maka nilai ekonomis pada suatu perkotaan akan menurun. Suatu sistem drainase memerlukan tatanan, penempatan dan perencanaan yang matang. Buruknya sistem drainase dapat menimbulkan berbagai macam dampak yang dapat merugikan bagi lingkungan sekitar, seperti timbulnya genangan air dan genangan air yang tidak terbendung lagi akhirnya menjadi banjir. Sebagian besar kota-kota di Indonesia menangani masalah drainase dengan suatu Paradigma Lama, yaitu mengalirkan air hujan yang berupa limpasan secepat-cepatnya ke penerima air/badan terdekat, penanganannya masih bersifat teknis saja tanpa memperhatikan faktor lingkungan sekitar. Begitu juga dengan sistem drainase di Jalan Ahmad Yani. Dengan kekurangan inilah, maka diperlukan solusi baru untuk menangani masalah drainase di perkotaan. Dengan kekurangan Paradigma Lama maka timbullah Paradigma Baru yang merupakan suatu konsep sistem drainase yang berkelanjutan yang dianggap lebih berwawasan lingkungan jika dibandingkan dengan Paradigma Lama yang kurang berwawasan lingkungan. 1.2 Maksud dan Tujuan 1.2.1 Maksud Untuk mengetahui dan memahami sistem drainase yang ada di Jalan Ahmad Yani Semarang. Mengidentifikasi dan menganalisa permasalahan drainase yang ada di Jalan Ahmad Yani Semarang. 1.2.2 Tujuan Agar mampu mendesain sistem penyaluran air dalam perkotaan, dimana rancangan tersebut disesuaikan dengan kriteria desain yang memenuhi kaidah- kaidah perencanaan. Agar mampu menerapkan sistem drainase yang berkelanjutan dengan sumur resapan dan pengolahan air limbah.

Upload: purdyah-ayu

Post on 11-Aug-2015

166 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: UTILITAS GABUNG

BAB 1

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Drainase yang berasal dari bahasa Inggris ‘’drainage’’ mempunyai arti mengalirkan,

menguras, membuang atau mengalihkan air atau dengan kata lain suatu tindakan teknis untuk mengurangi kelebihan air baik yang berasal dari airhujan, rembesan, maupun kelebihan air irigasi, sehingga fungsi kawasan atau lahan yang bersangkutan tidak terganggu. Drainase merupakan suatu sistem pembuangan kelebihan air dan air limbah (waste water) yang berupa buangan air dari daerah permukiman atau perumahan, dari daerah industri, dari daerah pertanian, badan jalan atau dari perkerasan lainnya.

Drainase kota merupakan suatu prasarana kota yang intinya berfungsi untuk mengendalikan limpasan air hujan yang berlebihan. Drainase sangat diperlukan di daerah perkotaan karena secara garis besar seluruh daerah perkotaan memiliki nilai ekonomis. Jika tidak disediakan fasilitas drainase maka nilai ekonomis pada suatu perkotaan akan menurun.

Suatu sistem drainase memerlukan tatanan, penempatan dan perencanaan yang matang. Buruknya sistem drainase dapat menimbulkan berbagai macam dampak yang dapat merugikan bagi lingkungan sekitar, seperti timbulnya genangan air dan genangan air yang tidak terbendung lagi akhirnya menjadi banjir. Sebagian besar kota-kota di Indonesia menangani masalah drainase dengan suatu Paradigma Lama, yaitu mengalirkan air hujan yang berupa limpasan secepat-cepatnya ke penerima air/badan terdekat, penanganannya masih bersifat teknis saja tanpa memperhatikan faktor lingkungan sekitar. Begitu juga dengan sistem drainase di Jalan Ahmad Yani. Dengan kekurangan inilah, maka diperlukan solusi baru untuk menangani masalah drainase di perkotaan. Dengan kekurangan Paradigma Lama maka timbullah Paradigma Baru yang merupakan suatu konsep sistem drainase yang berkelanjutan yang dianggap lebih berwawasan lingkungan jika dibandingkan dengan Paradigma Lama yang kurang berwawasan lingkungan.

1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud Untuk mengetahui dan memahami sistem drainase yang ada di Jalan Ahmad

Yani Semarang. Mengidentifikasi dan menganalisa permasalahan drainase yang ada di Jalan

Ahmad Yani Semarang. 1.2.2 Tujuan

Agar mampu mendesain sistem penyaluran air dalam perkotaan, dimana rancangan tersebut disesuaikan dengan kriteria desain yang memenuhi kaidah-kaidah perencanaan.

Agar mampu menerapkan sistem drainase yang berkelanjutan dengan sumur resapan dan pengolahan air limbah.

Page 2: UTILITAS GABUNG

1.3 Sistematika Pembahasan

Bab I Pendahuluan Berisi tentang latar belakang, serta maksud dan tujuan sistem drainase

perkotaan. Bab II Tinjauan Pustaka Berisi tentang pengertian, jenis dan pola saluran air kotor dan drainase,

dan sistem drainase yang berkelanjutan. Bab III Data Observasi Berisi tentang data–data dan kondisi drainase Jalan Ahmad Yani

Semarang. Bab IV Kajian atau Analisa terhadap Sistem Drainase Jalan Ahmad Yani

Semarang Berisi tentang kajian atau analisa sistem drainase di Jalan Ahmad Yani

Semarang. Bab V Redesain Berisi tentang usulan penataan kembali sistem drainase di Jalan Ahmad

Yani Semarang. Bab VI Kesimpulan Berisi tentang kesimpulan dari seluruh analisa ruas Jalan Ahmad Yani

Semarang beserta uraian mengenai redesain kawasan yang terkait.

Page 3: UTILITAS GABUNG

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

PENGERTIAN, JENIS DAN POLA SALURAN AIR KOTOR DAN DRAINASE 2.1. Pengertian Air Kotor dan Drainase

2.1.1. Air Buangan/Air Kotor Air buangan/air kotor adalah air bekas yang dibuang. Air kotor dapat dibagi dalam beberapa bagian sesuai dengan hasil penggunaannya yaitu : 1. Air bekas buangan

Air bekas yang dimaksud adalah air bekas cucian baik itu pakaian, peralatan masakan dan peralatan lainnya. Pembuangan air bekas ini dapat dialirkan ke saluran lingkungan atau saluran roil kota.

2. Air hujan Air hujan adalah air dari awan yang jatuh di permukaan tanah. Air tersebut dialirkan ke saluran-saluran tertentu. Air hujan yang jatuh pada rumah tinggal atau kompleks perumahan disalurkan melalui talang-talang vertical dengan diameter 3” (minimal) yang diteruskan ke saluran-saluran horizontal dengan kemiringan 0,5 – 1% dengan jarak terpendek ke saluran terbuka lingkungan. Pipa pembuangan/pipa vertical di pasang pada shaft untuk air hujan yang dapat dibuang sejajar dengan pipa-pipa plambing lainnya. Pipa ini dipasang sesuai dengan luas atap yang menampung air hujan tersebut. Dalam menghitung besar pipa pembuangan air hujan, harus diketahui atap yang menampung air hujan tersebut dalam luasan M². Sebagai standard ukuran pipa pembuangan dibuat tabel sebagai berikut : Tabel 2.1 Ukuran Pipa vertical/Tegak untuk menampung Air Hujan dari Atap

Diameter (inci) Luasan Atap (M2) Volume (Liter/Menit) 3 4 5 6 8

s.d - 180 385 698 1.135 2.445

255 547 990 1.610 3.470

3. Air limbah

Air limbah adalah air bekas buangan ayng bercampur kotoran. Air bekas/air limbah ini tidak diperbolehkan dibuang sembarang/dibuang ke seluruh lingkungan, tetapi harus ditampung ke dalam bak penampungan. Sistem pembuangannya yaitu saluran air limbah/didasar bangunan dialirkan pada jarak sependek mungkin dan tidak diperbolehkan membuat belokan-belokan tegak lurus, dialirkan dengan kemiringan 0,5 – 1 % kedalam bak penampungan yang disebut Septick Tank.

Page 4: UTILITAS GABUNG

Untuk bangunan rumah tinggal, satu atau dua titik buangan cukup diperlukan septick tank dengan volume 1 – 1,5 m³ dengan dibuat perembesan. Untuk bangunan yang banyak penghuninya, penampungan air limbah harus menggunakan septick tank berukuran besar yang sering disebut sebagai pengolah limbah (sewage treatment). Sewage Treatment Plant (STP) adalah tempat pengolahan limbah yang jumlah kotorannya cukup banyak. Sumber dan macam air limbah dipengaruhi oleh tingkat kehidupan masyarakat atau dengan kata lain, semakin tinggi tingkat kehidupan masyarakat maka semakin beragam pula sumber dan macam limbah yang dihasilkannya. Air limbah yang umum dikenal dalam kehidupan sehari-hari adalah: a. Air limbah rumah tangga (Domestic Sewage) misalnya air dari buangan

kamar mandi dan dapur. b. Air limbah perdagangan (Comercial Wastes), misalnya air buangan dari

hotel, restoran, dan kolam renang. c. Air limbah industri (Industrial Wastes), misalnya air buangan dari pabrik

tepung tapioka, pabrik kelapa sawit, pabrik tahu, dll. d. Air limbah lainnya, misalnya air yang bercampur dengan air comberan.

Pada lazimnya susunan air limbah terdiri dari tiga komponen utama yaitu bahan padat, bahan cair dan gas. Semua bahan ini berada dalam air limbah dengan bentuk bahan yang mengapung (Ploating Material), bahan yang terlarut (Disolved Solid), bahan kolodial (Coloid), bahan mengendap (Sediment), bahan melayang (Dispersed Solid). Sumber : http://repository.usu.ac.id diakses pada tanggal 12/7/2012 pukul 2:08PM Sarana pembuangan air limbah yang sehat harus memenuhi persyaratan teknis sebagai berikut (DepKes RI, 1993) : a. Tidak menimbulkan becek, kelembaban dan pandangan yang tidak

menyenangkan b. Tidak mencemari sumber air bersih c. Tidak menimbulkan genangan air yang menjadi sarang serangga/nyamuk d. Tidak menimbulkan bau

4. Air limbah khusus Air limbah khusus adalah air bekas buangan dari kebutuhan-kebutuhan khusus seperti restoran, pabrik/industri kimia, bengkel, rumah sakit, dan laboratorium. Air limbah khusus ini harus ditampung di tempat tertentu dengan treatment tersendiri, lalu dapt dibuang bersama-sama dengan air bekas biasa.

Sumber : http://teknik.untag-smd.ac.id diakses pada tanggal 12/7/2012 pukul 2:08PM

Page 5: UTILITAS GABUNG

2.1.2. Drainase Kata drainase berasal dari kata drainage yang artinya mengeringkan atau mengalirkan. Drainase merupakan sebuah sistem yang dibuat untuk menangani persoalan kelebihan air baik kelebihan air yang berada di atas permukaan tanah maupun air yang berada di bawah permukaan tanah. Kelebihan air dapat disebabkan oleh intensitas hujan yang tinggi atau akibat dari durasi hujan yang lama. Secara umum drainase didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang usaha untuk mengalirkan air yang berlebihan pada suatu kawasan. Kebutuhan terhadap drainase berawal dari kebutuhan air untuk kehidupan manusia di mana untuk kebutuhan tersebut manusia memanfaatkan sungai untuk kebutuhan rumah tangga, pertanian, perikanan, peternakan dan lainnya. Untuk kebutuhan rumah tangga menghasilkan air kotor yang perlu dialirkan dan dengan makin bertambahnya pengetahuan manusia mengenal industri yang juga mengeluarkan limbah yang perlu dialirkan. Pada musim hujan terjadi kelebihan air berupa limpasan permukaan yang seringkali menyebabkan banjir sehingga manusia mulai berfikir akan kebutuhan sistem saluran yang dapat mengalirkan air lebih terkendali dan terarah dan berkembang menjadi ilmu drainase (Wesli, 2008:1).

2.2. Jenis Drainase

Untuk lebih memudahkan pemahaman tentang drainase, dapat dikelompokan berdasarkan jenis drainase ditinjau dari cara terbentuknya yaitu menjadi : 1. Drainase Alamiah

Dainase alamiah terbentuk melalui proses alamiah yang berlangsung lama. Saluran drainase terbentuk akibat gerusan air sesuai dengan kontur tanah. Drainase alamiah ini terbentuk pada kondisi tanah yang cukup kemiringannya, sehingga air akan mengalir dengan sendirinya, masuk ke sungai-sungai (Wesli, 2008:3).

Gambar 2.1 Terbentuknya Drainase Alamiah

(Wesli, 2008:4)

Page 6: UTILITAS GABUNG

2. Drainase Buatan Drainase buatan adalah sistem yang dibuat dengan maksud tertentu dan merupakan hasil hitungan-hitungan yang dilakukan untuk penyempurnaan atau melengkapi kekurangan sistem drainase alamiah (Wesli, 2008:4).

Gambar 2.2 Drainase Buatan

(Wesli, 2008:5)

Sumber : http://eprints.uny.ac.id diakses pada tanggal 12/7/2012 pukul 2:08PM Berdasarkan fisiknya, sistem drainase terdiri atas saluran primer, sekunder, tersier. 1. Sistem Saluran Primer

Saluran primer adalah saluran yang menerima masukan aliran dari saluran-saluran sekunder. Saluran primer relatif besar sebab letak saluran paling hilir. Aliran dari saluran primer langsung dialirkan ke badan air.

2. Sistem Saluran Sekunder Saluran terbuka atau tertutup yang berfungsi menerima aliran air dari saluran-saluran tersier dan meneruskan aliran ke saluran primer.

3. Sistem Saluran Tersier Saluran drainase yang menerima aliran air langsung dari saluran-saluran pembuangan rumah-rumah. Umumnya saluran tersier ini adalah saluran kiri kanan jalan perumahan. Lihat gambar lay out dari drainase perkotaan dan gambar skematik dari minor dan mayor drainase perkotaan.

Gambar 2.3 Layout umum sistem drainase perkotaan

Page 7: UTILITAS GABUNG

Gambar 2.4 Skematik layout drainase minor dan mayor

Sumber : http://pplp-dinciptakaru.jatengprov.go.id diakses pada tanggal 12/7/2012 pukul 2:08PM

2.3. Pola Jaringan Drainase

Pada sistem jaringan drainase terdiri dari beberapa saluran yang saling berhubungan sehingga membentuk suatu pola jaringan. Dari bentuk pola jaringan dapat dibedakan sebagai berikut : 1. Pola Siku

Pola siku adalah suatu pola di mana saluran cabang membentuk siku-siku pada saluran utama seperti diperlihatkan pada gambar di bawah ini biasanya dibuat pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi dari pada sungai di mana sunggai merupakan saluran pembuang utama berada di tengah kota (Wesli, 2008).

Gambar 2.5 Pola Jaringan Siku

(Wesli, 2008)

2. Pola Paralel Pola paralel adalah suatu pola di mana saluran utama terletak sejajar dengan saluran dengan saluran cabang yang pada bagian akhir saluran cabang dibelokan menuju

Page 8: UTILITAS GABUNG

saluran utama. Pada pola paralel saluran cabang cukup banyak dan pendek-pendek (Wesli, 2008).

Gambar 2.6 Pola Jaringan Paralel

(Wesli, 2008)

3. Pola Grid Iron Pola grid iron merupakan pola jaringan di mana sungai terletak di pinggiran kota. Sehingga saluran-saluran cabang dikumpulkan dulu pada saluran pengumpul kemudian dialirkan pada sungai (Wesli, 2008)

Gambar 2.7 Pola Jaringan Grid Iron

(Wesli, 2008)

4. Pola Alamiah Pola alamiah adalah suatu pola jaringan drainase yang hampir sama dengan pola siku, di mana sungai sebagai saluran utama berada di tengah kota namun jarak saluran cabang tidak selalu berbentuk siku terhadap saluran utama atau sungai (Wesli, 2008).

Gambar 2.8 Pola Alamiah

(Wesli, 2008)

Page 9: UTILITAS GABUNG

5. Pola Radial Pola radial adalah pola jaringan drainase yang mengalirkan air dari pusat sumber air memancar ke berbagai arah, pola ini sangat cocok digunakan pada daerah yang berbukit (Wesli, 2008).

Gambar 2.9 Pola Radial

(Wesli, 2008)

6. Pola Jaring-Jaring Pola jaring-jaring adalah pola drainase yang mampunyai saluran-saluran pembuang mengikuti arah jalan raya. Pola ini sangat cocok untuk daerah yang topografinya datar (Wesli, 2008).

Gambar 2.10 Pola Jaringan Jaring-Jaring

(Wesli, 2008)

Sumber : http://eprints.uny.ac.id diakses pada tanggal 12/7/2012 pukul 2:08PM 2.4. Sistem Jaringan Drainase

Sistem jaringan drainase merupakan bagian dari infrastruktur pada suatu kawasan, drainase masuk pada kelompok infrastruktur air pada pengelompokan infrastruktur wilayah, selain itu ada kelompok jalan, kelompok sarana transportasi, kelompok pengelolaan limbah, kelompok bangunan kota, kelompok energi dan kelompok telekomunikasi (Grigg 1988, dalam Suripin, 2004). Air hujan yang jatuh di suatu kawasan perlu dialirkan atau dibuang, caranya dengan pembuatan saluran yang dapat menampung air hujan yang mengalir di permukaan tanah tersebut. Sistem saluran di atas selanjutnya dialirkan ke sistem yang lebih besar. Sistem yang paling kecil juga dihubungkan denga saluran rumah tangga dan dan sistem saluran bangunan infrastruktur lainnya, sehingga apabila cukup banyak limbah cair yang berada dalam saluran tersebut perlu diolah (treatment). Seluruh proses tersebut di atas yang disebut dengan sistem drainase.

Page 10: UTILITAS GABUNG

Bagian infrastruktur (sistem drainase) dapat didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan /atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Dirunut dari hulunya, bangunan sistem drainase terdiri dari saluran penerima (interseptor drain), saluran pengumpul (colector drain), saluran pembawa (conveyor drain), saluran induk (main drain) dan badan air penerima (receiving waters). Di sepanjang sistem sering dijumpai bangunan lainnya, seperti gorong-gorong, siphon, jembatan air (aquaduct), pelimpah, pintu-pintu air, bangunan terjun, kolam tando dan stasiun pompa. Pada sistem drainase yang lengkap, sebelum masuk ke badan air penerima air diolah dahulu pada instalasi pengolah air limbah (IPAL), khususnya untuk sistem tercampur. Hanya air yang telah memliki baku mutu tertentu yang dimasukkan ke dalam badan air penerima, biasanya sungai, sehingga tidak merusak lingkungan (Suripin, 2004).

2.5. Konsep Sistem Jaringan Drainase yang Berkelanjutan Berdasarkan prinsip pengertian sistem drainase diatas yang bertujaun agar tidak terjadi banjir di suatu kawasan, ternyata air juga merupakan sumber kehidupan. Bertolak dari hal tesebut, maka konsep dasar pengembangan sistem drainase yang berkelanjutan adalah meningkatkan daya guna air, meminimalkan kerugian, serta memperbaiki dan konservasi lingkungan.Untuk itu diperlukan usaha-usaha yang komprehensif dan integratif yang meliputi seluruh proses, baik yang bersifat struktural maupun non struktural, untuk mencapai tujuan tersebut (Suripin, 2004). Sampai saat ini perancangan drainase didasarkan pada filosofi bahwa air secepatnya mengalir dan seminimal mungkin menggenangi daerah layanan. Tapi dengan semakin timpangnya perimbangan air (pemakaian dan ketersedian) maka diperlukan suatu perancangan draianse yang berfilosofi bukan saja aman terhadap genangan tapi juga sekaligus berasas pada konservasi air. Konsep Sistem Drainase yang Berkelanjutan prioritas utama kegiatan harus ditujukan untuk mengelola limpasan permukaan dengan cara mengembangkan fasilitas untuk menahan air hujan. Berdasarkan fungsinya, fasilitas penahan air hujan dapat dikelompokkan menjadi dua tipe, yaitu tipe penyimpanan dan tipe peresapan (Suripin, 2004) seperti disajikan pada Gambar klasifikasi fasilitas penahan air hujan dibawah.

Page 11: UTILITAS GABUNG

Gambar 2.11

Klasifikasi fasilitas penahan air hujan Sumber : http://eprints.undip.ac.id diakses pada tanggal 12/7/2012 pukul 2:08PM

Page 12: UTILITAS GABUNG

BAB III

DATA JALAN AHMAD YANI, SEMARANG 3.1 Gambaran Umum

Kota Semarang memiliki ketinggian beragam, antara 0.75 – 348 m diatas permukaan laut

dengan kemiringan lahan berkisar 0% - 45%. Topografi wilayah Kota Semarang terdiri dari daerah pantai, daerah dataran rendah, dan daerah perbukitan.

Gambar 3.1 Pembagian BWK Kota Semarang

Sumber : Penyusun RDTRK Semarang

Kondisi topografi pada kawasan Simpang Lima relatif datar dengan kemiringan antara 0-2%. Kawasan Simpang Lima merupakan daerah dataran rendah di Semarang denganketinggian 3,49 meter diatas permukaan air laut. Topografi kawasan Simpang Lima yang berada di daerah dataran rendah menjadikan kawasan Simpang Lima sebagai daerah langganan banjir pada saat musim penghujan.

Gambar 3.2 Perbedaan Topografi

Kawasan Simpang Lima- Jl. Ahmad Yani

2.77 dpl 2.88 dpl

2.98 dpl

2.84 dpl

Page 13: UTILITAS GABUNG

Kawasan jalan Ahmad Yani memiliki panjang jalan sepanjang 0,99 km dan berfungsi sebagai kawasan perkantoran, kawasan perdagangan barang dan jasa, kawasan perbankan serta terdapat stasiun radio RRI sebagai fungsi broadcast.

Gambar 3.3 dan 3.4 Plasa Simpang Lima dan Stasiun Radio RRI

Sumber : dokumentasi pribadi

Gambar 3.5 dan 3.6 XL Center dan Bank Bumiputera

Sumber : dokumentasi pribadi

Page 14: UTILITAS GABUNG

3.2 Gambaran Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan di Kota Semarang 3.2.1 Sistem Sanitasi Lingkungan

Secara umum penanganan limbah domestik untuk Kota Semarang harus mengacu kepada Rencana Strategi Nasional untuk Pengelolaan Air Buangan Rumah Tangga Daerah Perkotaan. Limbah domestik adalah limbah yang berasal dari buangan rumah tangga berupa tinja dan buangan cair lainnya seperti air bekas cucian dan lain-lain. Penanganan buangan ini tidaklah mudah karena menyangkut masyarakat dan pemerintah yang saling terkait didalam penanganannya serta membutuhkan biaya cukup besar. Pengolahan limbah domestik secara umum dibagi kedalam 2 (dua) jenis yaitu On-Site System dan Off-Site System.

1. On-Site System, dimana buangan langsung dialirkan ke septic tank dan cairannya diresapkan melalui tanah.

2. Off-Site System, dimana menggunakan sistem saluran air buangan untuk mengalirkan air buangan dari rumah tangga kemudian diolah disuatu tempat tertentu.

3.2.2 Sistem Jaringan Drainase Berdasarkan kondisi topografi Kota Semarang, sistem drainase Kota Semarang tidak bisa lagi mengandalkan sistem gravitasi murni, tetapi sistem kombinasi antara sistem drainase gravitasi, polder dan tanggul laut. Di samping itu, beban drainase dari kawasan hulu perlu dikendalikan dengan fasilitas pemanenan air hujan. Sistem drainase dikembangkan berdasarkan konsep one watershed one plan one management. Masing-masing sistem drainase dibagi menjadi menjadi daerah hulu dan hilir. Sistem drainase yang dikembangkan dikembangkan di daerah hulu dan hilir berbeda.

1. Daerah Hulu Konsep yang dikembangkan di daerah hulu adalah sistem banjir kanal, air yang berasal dari kawasan hulu diusahakan tidak membebani kawasan bawah, dengan mengalirkannya melalui banjir kanal. Masing-masing sistem drainase akan dilengkapi dengan satu atau lebih banjir kanal. Selain itu juga dilakukan pembangunan dan pengoptimalisasian waduk dan embung.

2. Daerah Hilir Kawasan hilir diusahakan hanya menerima beban drainase yang berasal dari wilayah itu saja, tidak menerima kiriman dari hulu maupun air rob dari laut. Untuk itu perlu dikembangkan sistem drainase tertutup. Masing-masing wilayah dibagi-bagi menjadi beberapa sub sistem yang secara hidrologis berdiri sendiri. Pada setiap sub sistem dikembangkan sistem drainase polder. Beban sistem polder dapat dikurangi dengan mengembangkan fasilitas untuk memanen air hujan, khususnya yang berupa tampungan. Fasilitas ini berfungsi ganda, yaitu menurunkan beban drainase sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai sumber air bersih.

Page 15: UTILITAS GABUNG

Berikut adalah diagram yang menjelaskan Sub sistem drainase beserta drainase utama di kawasan Semarang Tengah :

Gambar 3.7 Diagram Sistem Penanganan Drainase

di Semarang Tengah

Berdasarkan digram tersebut, maka drainase pada Jalan Ahmad Yani termasuk dalam sub sistem Simpang Lima yang drainase utamanya pada Sungai Semarang dan Banjir Kanal Timur.

Page 16: UTILITAS GABUNG

Gambar 3.8

Lokasi 10 Sub Sistem pada kawasan Semarang Tengah

Gambar 3.9

Lokasi Drainase Utama pada Kota Semarang

Page 17: UTILITAS GABUNG

BAB IV

ANALISA SALURAN AIR KOTOR DAN SISTEM DRAINASE DI JALAN AHMAD YANI, SEMARANG

4.1 Penerapan Drainase di Jalan Ahmad Yani, Semarang

Berikut ini adalah penerapan drainase secara umum yang memperlihatkan aliran drainase di Jalan Ahmad Yani menuju jalur saluran utama yang ada di Kali Semarang dan Sungai Banjir Kanal Timur. Arah aliran drainase yang ada dipengaruhi oleh bentuk topografi dan muka tanah kawasan.

Dapat dilihat bahwa aliran air pada jaringan drainase di Jalan Ahmad Yani ini nantinya akan bermuara di Kali Semarang dan Sungai banjir Kanal.

Gambar 4.1 Drainage System Delineation pada Jalan Ahmad Yani

Page 18: UTILITAS GABUNG

4.2 Pembagian Drainase di Jalan Ahmad Yani, Semarang Drainase di Jalan Ahmad Yani memiliki pembagian berdasarkan saluran yang dekat dengan sumber limbah dan kelanjutan dari tiap saluran yang ada yaitu saluran drainase primer, drainase sekunder dan drainase tersier.

1. Sistem Saluran Primer Saluran primer adalah saluran yang menerima masukan aliran dari saluran-saluran sekunder. Dalam hal ini, yang menjadi saluran primer di Jalan Ahmad Yani yaitu Kali Semarang dan Sungai Banjir Kanal.

2. Sistem Saluran Sekunder Saluran terbuka atau tertutup yang berfungsi menerima aliran air dari saluran-saluran tersier dan meneruskan aliran ke saluran primer. Dalam hal ini yang menjadi sekunder yaitu sistem drainase pada Jalan Ahmad Yani.

Gambar 4.2 dan 4.3

Kondisi Eksisting Saluran Drainase Sekunder di Jalan Ahmad Yani

Kekurangan pada saluran sekunder di Jalan Ahmad Yani ini yaitu banyaknya sedimentasi pada bagian bawah saluran yang diakibatkan oleh menumpuknya sampah serta tanah/lumpur yang terbawa oleh aliran air. Saluran yang tersumbat ini menimbulkan beberapa masalah seperti banjir berupa air kotor yang meluber dari saluran yang disertai bau tidak sedap.

Gambar 4.4 dan 4.5

Saluran Drainase yang Tersumbat

Page 19: UTILITAS GABUNG

3. Sistem Saluran Tersier Saluran drainase yang menerima aliran air langsung dari saluran-saluran pembuangan rumah-rumah. Dalam hal ini, saluran dari tiap bangunan yang ada di Jalan Ahmad Yani merupakan saluran tersier.

Gambar 4.6 dan 4.7

Kondisi Eksisting Saluran Drainase Tersier di Jalan Ahmad Yani

4.3 Bentuk dan Tipe Drainase di Jalan Ahmad Yani, Semarang Jalan Ahmad Yani sebagai jalan arteri primer dengan perbedaan tata guna lahannya menyebabkan jalan ini memiliki bentuk dan tipe saluran drainase yang berbeda-beda. Sesuai dengan kontur dan keadaan wilayahnya, maka drainasenya pun mendapatkan perlakuan yang berbeda-beda pula dan kondisinya pun bervariasi. Berikut adalah tabel yang memperlihatkan beberapa saluran drainase yang terdapat di Jalan Ahmad Yani, Semarang.

A12 A10 A8 A6 A5 A13 A11 A9 A7

A2 A1

A4 A3

A35 A36 A34

A33 A31 A29 A27 A25 A32 A30 A28 A26 A24

A23 A21 A19 A17 A15 A22 A20 A18 A16 A14

Gambar 4.8 Saluran Drainase Tersier

Page 20: UTILITAS GABUNG

Tabel 4.1 Saluran drainase tersier

No. Gambar Bangunan Detail Drainase Keterangan A1 1. CIMB Niaga

-

Drainase pada komplek ruko A1 ini merupakan drainase dengan saluran tertutup.

2. Subur Baru Printing Supplies and Machinery

3. IKIN-Information

Technology Solution Provider

4. Dayin Mitra General Insurance

Page 21: UTILITAS GABUNG

A2 The Blue Lotus Coffee House

-

Drainase pada Blue Lotus Coffee ini merupakan drainase dengan saluran tertutup.

A3 Prima Bank

-

Drainase pada Prima Bank ini merupakan drainase dengan saluran tertutup.

A4

Bumida Bumiputera Asuransi

Drainase pada komplek ruko A4 ini merupakan drainase dengan saluran terbuka. Lebar saluran 60 cm dengan kedalaman ±80 cm.

Panin Bank

Ruko Kosong

Page 22: UTILITAS GABUNG

A5 Yamaha music Square

-

Drainase pada Yamaha Music Square ini merupakan drainase dengan saluran tertutup.

A6 Bank Mandiri

Drainase pada Bank Mandiri ini merupakan drainase dengan saluran terbuka. Lebar saluran 30 cm dengan kedalaman ±40 cm.

A7 Hotel Santika

-

Drainase pada Hotel Santika ini merupakan drainase dengan saluran tertutup.

A8 Rumah Tinggal

-

Drainase pada Hotel Santika ini merupakan drainase dengan saluran tertutup.

A9 Gracia Florist

Drainase pada Gracia Florist ini merupakan drainase dengan saluran terbuka dengan lebar saluran 20 cm dan kedalamannya 40 cm.

Page 23: UTILITAS GABUNG

A10 Bank Mandiri

Drainase pada Bank Mandiri ini merupakan drainase dengan saluran terbuka dengan saluran selebar 30 cm dan kedalaman 40 cm.

A11 Zirang Mobil

-

Drainase pada Zirang Mobil ini merupakan drainase dengan saluran tertutup.

A12 Rumah Kosong

Drainase pada Bank Mandiri ini merupakan drainase dengan saluran terbuka dengan saluran selebar 30 cm dan kedalaman 30 cm.

A13 Rumah Tinggal

-

Drainase pada Rumah tinggal ini merupakan drainase dengan saluran tertutup.

A14 Hutama Karya

Drainase pada Hutama Karya ini merupakan drainase dengan saluran terbuka, selebar 40 cm dan kedalaman ±50 cm. Kondisi saluran tersumbat sampah daun.

Page 24: UTILITAS GABUNG

A15 BRI Prioritas

Drainase pada BRI Prioritas ini merupakan drainase dengan saluran tertutup.

A16 Bank BRI

Drainase pada BRI Prioritas ini merupakan drainase dengan saluran tertutup.

A17 Rumah Tinggal

-

Drainase pada Rumah Tinggal ini merupakan drainase dengan saluran tertutup.

A18 Auto Plaza

Drainase pada Auto Plaza ini merupakan drainase dengan saluran tertutup.

A19 Rumah Tinggal

Drainase pada Rumah Tinggal ini merupakan drainase dengan saluran tertutup.

Page 25: UTILITAS GABUNG

A20 X Pandanaran Copy and Print Shop Center

Drainase pada Hutama Karya ini merupakan drainase dengan saluran terbuka, selebar 20 cm dan kedalaman ±40 cm.

A21 BNI 46

Drainase pada Hutama Karya ini merupakan drainase dengan saluran terbuka, selebar 20 cm dan kedalaman ±40 cm.

A22 BRI AGRO

-

Drainase pada Rumah Tinggal ini merupakan drainase dengan saluran tertutup.

A23 SPBU

Drainase pada SPBU ini merupakan drainase dengan saluran tertutup.

A24 Standard Chartered

-

Drainase pada Standard Chartered ini merupakan drainase dengan saluran tertutup.

Page 26: UTILITAS GABUNG

A25 Rumah Tinggal

Drainase pada Rumah Tinggal ini merupakan drainase dengan saluran terbuka, selebar 40 cm dan kedalaman ±40 cm.

A26 Hotel Simpang Lima

Drainase pada Rumah Tinggal ini merupakan drainase dengan saluran terbuka, selebar 40 cm dan kedalaman ±80 cm.

A27 Rabo Bank

Drainase pada Rumah Tinggal ini merupakan drainase dengan saluran terbuka, selebar 30 cm dan kedalaman ±40 cm.

A28 Bank BJB

Drainase pada Rumah Tinggal ini merupakan drainase dengan saluran terbuka, selebar 30 cm dan kedalaman ±40 cm.

A29 Oit’s Resto

-

Drainase pada Standard Chartered ini merupakan drainase dengan saluran tertutup.

Page 27: UTILITAS GABUNG

A30 Rumah Tinggal

-

Drainase pada Rumah Tinggal ini merupakan drainase dengan saluran tertutup.

A31 Bangunan Nusa Raya Cipta

-

Drainase pada Rumah Tinggal ini merupakan drainase dengan saluran tertutup.

A32 Rumah Tinggal

Drainase pada Rumah Tinggal ini merupakan drainase dengan saluran terbuka, selebar 30 cm dan kedalaman ±40 cm.

A33 Bumiputera

-

Drainase pada Bumiputera ini merupakan drainase dengan saluran tertutup.

A34 Rumah Tinggal

Drainase pada Rumah Tinggal ini merupakan drainase dengan saluran terbuka, selebar 30 cm dan kedalaman ±40 cm.

A35 Rumah Tinggal

-

Drainase pada Rumah Tinggal ini merupakan drainase dengan saluran tertutup.

Page 28: UTILITAS GABUNG

A36 Ruko/Plasa

-

Drainase pada Ruko/Plasa ini merupakan drainase dengan saluran tertutup.

Tabel 4.2 Saluran drainase tersier

NO GAMBAR BANGUNAN DETAIL DRAINASE KETERANGAN B1 Ruko Fujifilm

Drainase pada bangunan ini merupakan drainase dengan saluran tertutup

B2 Rumah kosong

Drainase pada bangunan ini merupakan drainase dengan saluran tertutup

B16 B14 B12 B10 B8 B6 B4 B2 B17 B15 B13 B11 B9 B7 B5 B3 B1

B31 B29 B27 B25 B23 B32 B30 B28 B26 B24 B22

B21 B19 B20 B18

Gambar 4.9 Saluran Drainase Tersier

Page 29: UTILITAS GABUNG

B3 Restoran Citra Bundo

Drainase pada bangunan ini merupakan drainase dengan saluran tertutup

B4 Indomaret

Drainase pada bangunan ini merupakan drainase dengan saluran terbuka dengan lebar 30 cm dan kedalaman ±35 cm

B5 Rumah tinggal -

Drainase pada bangunan ini merupakan drainase dengan saluran tertutup

B6 Happy Puppy Karaoke -

Drainase pada bangunan ini merupakan drainase dengan saluran tertutup

B7 Kantor -

Drainase pada bangunan ini merupakan drainase dengan saluran tertutup

Page 30: UTILITAS GABUNG

B8 Toko Buah Parisa

Drainase pada bangunan ini merupakan drainase dengan saluran tertutup

B9 Rumah Tinggal -

Drainase pada bangunan ini merupakan drainase dengan saluran tertutup

B10 Saudara Motor -

Drainase pada bangunan ini merupakan drainase dengan saluran tertutup

B11 Rumah tinggal

Drainase pada bangunan ini merupakan drainase dengan saluran tertutup

B12 Honda Zirang -

Drainase pada bangunan ini merupakan drainase dengan saluran tertutup

B13 Fried Rice & Resto

Drainase pada bangunan ini merupakan drainase dengan saluran tertutup

Page 31: UTILITAS GABUNG

B14 Isuzu Dealer

Drainase pada bangunan ini merupakan drainase dengan saluran terbuka dengan lebar 30 cm dengan kedalaman ±30cm

B15 Klinik Mata Nusantara -

Drainase pada bangunan ini merupakan drainase dengan saluran tertutup

B16 Toko Buah, Restoran, dan Steak

Drainase pada bangunan ini merupakan drainase dengan saluran terbuka selebar 20 cm dengan kedalaman ±20 cm

B17 Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Linmas Jateng

Drainase pada bangunan ini merupakan drainase dengan saluran terbuka selebar 50 cm dengan kedalaman ±60 cm

B18 Tanah kosong Tidak ada drainase pada tanah ini. Bila ada air langsung mengarah ke sungai di sebelahnya

Page 32: UTILITAS GABUNG

B19 TK-KB Siti Sulaechah 04 -

Drainase pada bangunan ini merupakan drainase dengan saluran tertutup

B20 BNI Syariah

Drainase pada bangunan ini merupakan drainase dengan saluran tertutup

B21 Kompleks RRI -

Drainase pada bangunan ini merupakan drainase dengan saluran tertutup

B22 Rumah kosong -

Drainase pada bangunan ini merupakan drainase dengan saluran tertutup

B23 Rumah tinggal -

Drainase pada bangunan ini merupakan drainase dengan saluran tertutup

B24 Rumah tinggal -

Drainase pada bangunan ini merupakan drainase dengan saluran tertutup

Page 33: UTILITAS GABUNG

B25 Kantor dan Mandiri Syariah

Drainase pada bangunan ini merupakan drainase dengan saluran terbuka selebar 30 cm dengan kedalaman ±20 cm

B26 Rumah tinggal -

Drainase pada bangunan ini merupakan drainase dengan saluran tertutup

B27 Spectra Music

Drainase pada bangunan ini merupakan drainase dengan saluran tertutup

B28 Galeri Smartfren

Drainase pada bangunan ini merupakan drainase dengan saluran tertutup

B29 Duta Indah Foto dan Video

Drainase pada bangunan ini merupakan drainase dengan saluran tertutup

Page 34: UTILITAS GABUNG

B30 Gereja Yesus Kristus -

Drainase pada bangunan ini merupakan drainase dengan saluran tertutup

B31 XL center

Drainase pada bangunan ini merupakan drainase dengan saluran tertutup

B32 Plaza Simpang 5 (Matahari)

Drainase pada bangunan ini merupakan drainase dengan saluran tertutup

Pada Jalan Ahmad Yani ini, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan system drainasenya, yaitu :

1. Belum Adanya Ketegasan Fungsi Sistem Drainase Sampai dengan saat ini belum ada ketegasan fungsi saluran drainase, untuk mengalirkan kelebihan air permukaan/mengalirkan air hujan, apakah juga berfungsi sebagai saluran air limbah permukiman (“grey water”). Sedangkan fungsi dan karakteristik sistem drainase berbeda dengan air limbah, yang tentunya akan membawa masalah pada daerah hilir aliran. Apalagi kondisi ini akan diperparah bila ada sampah yang dibuang ke saluran akibat penanganan sampah secara potensial oleh pengelola sampah dan masyarakat.

2. Pengendalian Debit Puncak Untuk daerah-daerah yang relatif sangat padat bangunan sehingga mengurangi luasan air untuk meresap, perlu dibuatkan aturan untuk menyiapkan penampungan air sementara untuk menghindari aliran puncak. Penampungan-penampungan tersebut dapat dilakukan dengan membuat sumur-sumur resapan, kolam-kolam retensi di atap-atap gedung, didasar-dasar bangunan, waduk, lapangan, yang selanjutnya di atas untuk dialirkan secara bertahap.

Page 35: UTILITAS GABUNG

3. Kelengkapan Perangkat Peraturan Aspek hukum yang harus dipertimbangkan dalam rencana penanganan drainase permukiman di daerah adalah:

Peraturan Daerah mengenai ketertiban umum perlu disiapkan seperti pencegahan pengambilan air tanah secara besar-besaran, pembuangan sampah di saluran, pelarangan pengurugan lahan basah dan penggunaan daerah resapan air, termasuk sanksi yang diterapkan.

Peraturan koordinasi dengan utilitas kota lainnya seperti jalur, kedalaman, posisinya, agar dapat saling menunjang kepentingan masing-masing.

Kejelasan keterlibatan masyarakat dan swasta, sehingga masyarakat dan swasta dapat mengetahui tugas, tanggung jawab dan wewenangnya.

4. Penanganan Drainase Belum Terpadu Pembangunan sistem drainase utama dan lokal yang belum terpadu, terbatasnya masterplan drainase sehingga pengembang tidak punya acuan untuk sistem lokal yang berakibat pengelolaan sifatnya hanya pertial di wilayah yang dikembangkannya saja.

Faktor pertambahan penduduk, terbatasnya keuangan Pemerintah, Swasta dan masyarakat, tuntutan kondisi lingkungan permukiman yang bersih dan sehat mengakibatkan kebutuhan akan pelayanan prasarana dan sarana drainase tetap dipertahankan bahkan ditingkatkan. Tantangan yang dihadapi dalam perencanaan system drainase antara lain:

1. Mencegah penurunan kualitas lingkungan permukiman di perkotaan yang bertumpu pada peran aktif dan swadaya masyarakat di upayakan peran aktif seluruh pelaku pembangunan.

2. Optimalisasi fungsi pelayanan dan efisiensi prasarana dan sarana drainase yang sudah terbangun

3. Peningkatan dan pengembangan sistem yang ada, pembangunan baru secara efektif dan efisien yang menjangkau masyarakat berpenghasilan rendah.

4. Pemerataan pembangunan sub bidang drainase dengan memperhatikan kondisi ekonomi nasional dan daerah setempat.

Page 36: UTILITAS GABUNG

BAB V

REDESAIN Upaya untuk mengatasi masalah-masalah drainase seperti tersebut diatas pada prinsipnya dapat dibagi menjadi dua hal utama, yaitu:

1. Menerapkan Teknis Hidraulik Yang Benar Penerapan aspek hidraulik ini merupakan upaya untuk menangani masalah drainase yang diakibatkan karena keadaan alam yang ada. Penerapan teknik hidraulik dimaksud antara lain meliputi :

Kegiatan perencanaan agar selalu berpedoman pada kriteria hidrologi, kriteria hidraulika dan kriteria struktur yang ada.

Kegiatan pelaksanaan pembangunan, agar selalu berpedoman pada peraturan-peraturan pelaksanaan, spesifikasi administrasi, spesifikasi teknik dan gambar-gambar perencanaan yang ada.

Kegiatan pelaksanaan operasi dan pemeliharaan agar selalu berpedoman pada kriteria sistim drainase perkotaan dan peraturan-peraturan pelaksanaan operasi dan pemeliharaan yang ada.

2. Pembenahan Aspek Non Struktural Pembenahan aspek non struktural ini merupakan upaya penanganan pada permasalahan-permasalahan yang diakibatkan oleh tingkah laku manusia dalam pembangunan sistim drainase perkotaan. Pembenahan aspek dimaksud diantaranya meliputi :

Pemantapan perundangan dengan persampahan, perumahan, peil banjir, masterplan drainase, dan lain-lain.

Pemantapan organisasi pengelola yang ada, secara berkesinambungan. Penyediaan dana yang mencukupi, baik untuk pembangunan maupun untuk biaya

operasi dan pemeliharaan. Peningkatan peranserta masyarakat dan peranserta swasta dalam penanganan

drainase perkotaan.

Sumber : http://pplp-dinciptakaru.jatengprov.go.id Sampai dengan saat ini masih banyak yang menangani drainase dengan paradigma lama yaitu mengalirkan limpasan air permukaan ke badan air penerima (sungai, waduk, danau dan laut) terdekat secepatnya. Seiring dengan makin langkanya air baku yang dibutuhkan untuk air minum, paradigma baru penanganan drainase adalah mengendalikan kelebihan air permukaan yang dapat dimanfaatkan untuk persediaan air baku dan kehidupan akuatik dengan meresapkan air permukaan tersebut ke dalam tanah (konservasi air).

Page 37: UTILITAS GABUNG

Redesain saluran drainase pada Jalan Ahmad Yani yaitu :

1. Sumur resapan yang akan dibuat di setiap bangunan sepanjang ruas jalan Ahmad Yani

Gambar 5.1

Perletakan sumur resapan

2. Memberikan instalasi pengolah air limbah (IPAL) Simmering berupa water treatment.

Gambar 5.2

Perletakan IPAL

Letak sumur resapan

Letak IPAL

Page 38: UTILITAS GABUNG

Gambar 5.3

Potongan IPAL

3. Dilakukan perubahan desain saluran dengan cara melebarkan saluran dan atau dengan menambah kedalaman saluran, sehingga luas penampang saluran menjadi sama atau lebih besar dari luas penampang saluran rencana (saluran eksisting dengan debit rencana). Pemilihan pelebaran saluran dijadikan sebagai alternatif pertama dengan pertimbangan kondisi di lapangan masih tersedia lahan atau tidak.

Gambar 5.4

Potongan saluran drainase sekunder

Apabila lahan yang ada tidak memungkinkan untuk dilakukan pelebaran, maka alternatif lain adalah dengan menambah kedalaman saluran (pendalaman saluran) dengan pertimbangan elevasi muka air saluran sekunder tidak boleh berada dibawah elevasi muka air saluran primer.

4. Selain itu, agar tidak menimbulkan bau yang tidak sedap, saluran sekunder pada jalan Ahmad Yani diubah menjadi saluran tertutup, dengan bukaan di setiap jarak 4 m untuk maintenance apabila ada saluran yang tersumbat

Gambar 5.5 Bukaan saluran drainase

Page 39: UTILITAS GABUNG

5.1. SUMUR RESAPAN Bangunan sumur resapan adalah salah satu rekayasa teknik konservasi air berupa bangunan yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk sumur gali dengan kedalaman tertentu yang berfungsi sebagai tempat menampung air hujan yang jatuh di atas atap rumah atau daerah kedap air dan meresapkannya ke dalam tanah. Sumur resapan berfungsi memberikan imbuhan air secara buatan dengan cara menginjeksikan air hujan ke dalam tanah. Sasaran lokasi adalah daerah peresapan air di kawasan budidaya, permukiman, perkantoran, pertokoan, industri, sarana dan prasarana olah raga serta fasilitas umum lainnya.

Gambar 5.6

Potongan sumur resapan Manfaat sumur resapan adalah: 1. Mengurangi aliran permukaan sehingga dapat mencegah / mengurangi terjadinya

banjir dan genangan air. 2. Mempertahankan dan meningkatkan tinggi permukaan air tanah. 3. Mengurangi erosi dan sedimentasi 4. Mengurangi / menahan intrusi air laut bagi daerah yang berdekatan dengan kawasan

pantai 5. Mencegah penurunan tanah (land subsidance) 6. Mengurangi konsentrasi pencemaran air tanah.

Page 40: UTILITAS GABUNG

Bentuk dan jenis bangunan sumur resapan dapat berupa bangunan sumur resapan air yang dibuat segiempat atau silinderdengan kedalaman tertentu dan dasar sumur terletak di atas permukaan air tanah. Berbagai jenis konstruksi sumur resapan adalah: 1. Sumur tanpa pasangan di dinding sumur, dasar sumur tanpa diisi batu belah maupun

ijuk (kosong) 2. Sumur tanpa pasangan di dinding sumur, dasar sumur diisi dengan batu belah dan ijuk. 3. Sumur dengan susunan batu bata, batu kali atau bataki di dinding sumur, dasar sumur

diisi dengan batu belah dan ijuk atau kosong. 4. Sumur menggunakan buis beton di dinding sumur 5. Sumur menggunakan blawong (batu cadas yang dibentuk khusus untuk dinding

sumur).

Konstruksi-konstruksi tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing, pemilihannya tergantung pada keadaaan batuan / tanah (formasi batuan dan struktur tanah).

Pada tanah / batuan yang relatif stabil, konstruksi tanpa diperkuat dinding sumur dengan dasar sumur diisi dengan batu belah dan ijuk tidak akan membahayakan bahkan akan memperlancar meresapnya air melalui celah-celah bahan isian tersebut. Pada tanah / batuan yang relatif labil, konstruksi dengan susunan batu bata / batu kali / batako untuk memperkuat dinding sumur dengan dasar sumur diisi batu belah dan ijuk akan lebih baik dan dapat direkomendasikan. Pada tanah dengan / batuan yang sangat labil, konstruksi dengan menggunakan buis beton atau blawong dianjurkan meskipun resapan air hanya berlangsung pada dasar sumur saja. Bangunan pelengkap lainnya yang diperlukan adalah bak kontrol, tutup sumur resapan dan tutup bak kontrol, saluran masuklan dan keluaran / pembuangan (terbuka atau tertutup) dan talang air (untuk rumah yang bertalang air).

Gambar 5.7 Sumur Resapan

Sumber: PU Cipta Karya

Page 41: UTILITAS GABUNG

Ditjen Cipta Karya Departemen Pekerjaaan Umum menetapkan data teknis sumur resapan air y sebagai berikut : (1) Ukuran maksimum diameter 1,4 meter, (2) Ukuran pipa masuk diameter 110 mm, (3) Ukuran pipa pelimpah diameter 110 mm, (4) Ukuran kedalaman 1,5 sampai dengan 3 meter, (5) Dinding dibuat dari pasangan bata atau batako dari campuran 1 semen : 4 pasir tanpa plester, (6) Rongga sumur resapan diisi dengan batu kosong 20/20 setebal 40 cm, (7) Penutup sumur resapan dari plat beton tebal 10 cm dengan campuran 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil. Berkaitan dengan sumur resapan ini terdapat SNI No: 03- 2453-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan Pekarangan. Standar ini menetapkan cara perencanaan sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan termasuk persyaratan umum dan teknis mengenai batas muka air tanah (mat), nilai permeabilitas tanah, jarak terhadap bangunan, perhitungan dan penentuan sumur resapan air hujan. Air hujan sdslsh sir hujan yang ditampung dan diresapkan pada sumur resapan dari bidang tadah.

Persyaratan umum yang harus dipenuhi antara lain sebagai berikut: 1. Sumur resapan air hujan ditempatkan pada lahan yang relatif datar; 2. Air yang masuk ke dalam sumur resapan adalah air hujan tidak tercemar; 3. Penetapan sumur resapan air hujan harus mempertimbangkan keamanan bangunan

sekitarnya; 4. Harus memperhatikan peraturan daerah setempat; 5. Hal-hal yang tidak memenuhi ketentuan ini harus disetujui Instansi yang berwenang.

Persyaratan teknis yang harus dipenuhi antara lain adalah sebagai berikut: 1. Ke dalam air tanah minimum 1,50 m pada musin hujan; 2. Struktur tanah yang dapat digunakan harus mempunyai nilai permebilitas tanah ≥ 2,0

cm/jam. 3. Jarak penempatan sumur resapan air hujan terhadap bangunan adalah: (a) terhadap

sumur air bersih 3 meter, sumur resapan tangki septik 5 meter dan terhadap pondasi bangunan 1 meter.

Sumber : http://bebasbanjir2025.wordpress.com/teknologi-pengendalian-banjir/sumur-resapan/

5.2. INSTALASI PENGOLAH AIR LIMBAH

Air limbah domestic merupakan air yang timbul dari sisa kegiatan di rumah tangga, seperti air bekas mandi, mencuci dan kakus serta juga kegiatan lainnya yang dilakukan di dalam rumah. Air hujan bukan merupakan bagian dari air limbah domestic, karenanya air hujan harus dipisahkan penanganannya dari air limbah domestic dengan menyalurkannya ke saluran drainase kota. Tujuan pengolahan air limbah domestic ini adalah dalam rangka untuk menjaga kualitas lingkungan badan air penerima, seperti sungai, sehingga air limbah domestic yang dibuang ke sungai tersebut telah memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan pemerintah.

Page 42: UTILITAS GABUNG

Pada jalan Ahmad Yani ini akan dibuat IPAL Simmering. Pada IPAL Simmering, debit air buangan yang masuk ke dalam IPAL diatur sedemikian rupa karena air buangan yang dibawa melalui saluran air limbah bercampur dengan air hujan dari sistem drainase.

Pada tahap pertama (primary treatment) yang ditujukan untuk menghilangkan materi kasar (kerikil, pasir, sampah) dan partikel tersuspensi, air buangan melewati unit penangkap kerikil (gravel trap), instalasi penyisih sampah (screening plant), unit penangkap pasir (sand trap) dan tangki pengendap utama (primary settling tank).

Tahap kedua (secondary treatment) ditujukan untuk menyisihkan senyawa organik terlarut menggunakan unit biologi berupa tangki aerasi (aeration tank). Pada tangki ini ditumbuhkan mikroogranisme aerob dengan suplai oksigen yang cukup, sebagai pemangsa senyawa organik terlarut yang terdapat dalam air buangan. Dengan demikian senyawa organik terlarut tersebut akan berpindah dari air buangan menjadi bagian dari mikroorganime. Lumpur mikroorganisme semakin banyak terbentuk dan selanjutnya diendapkan pada tangki pengendap kedua (secondary settling tank).

Tahap ketiga (tertiary treatment) ditujukan untuk menghilangkan nutrien (senyawa nitrogen dan fosfor). Lumpur yang dihasilkan dari setiap tahap pengolahan, diolah menggunakan unit pengental lumpur (sludge thickening tank) dan pengering lumpur. Lumpur yang sudah kering dibakar pada unit insinerasi (fluidized bed incinerators) dengan suhu 850oC, sedangkan air yang terpisahkan dari lumpur dikembalikan ke IPAL. Setelah 20 jam melewati proses di IPAL Simmering, 95% senyawa organik dan 70% senyawa nitrogen tersisihkan, dan air buangan siap disalurkan ke badan air penerima.

Gambar 5.8 IPAL Simmering

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20715/3/Chapter%20II.pdf

Page 43: UTILITAS GABUNG

BAB VI

KESIMPULAN

Drainase pada Jalan Ahmad Yani termasuk dalam sub sistem Simpang Lima yang drainase utamanya pada Sungai Semarang dan Banjir Kanal Timur. Jalan Ahmad Yani sebagai jalan arteri primer dengan perbedaan tata guna lahannya menyebabkan jalan ini memiliki bentuk dan tipe saluran drainase yang berbeda-beda. Sesuai dengan kontur dan keadaan wilayahnya, maka drainasenya pun mendapatkan perlakuan yang berbeda-beda pula dan kondisinya pun bervariasi dengan pembagian berdasarkan saluran yang dekat dengan sumber limbah dan kelanjutan dari tiap saluran yang ada yaitu saluran drainase primer, drainase sekunder dan drainase tersier. Pada Jalan Ahmad Yani ini, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan system drainasenya, yaitu :

1. Belum Adanya Ketegasan Fungsi Sistem Drainase 2. Pengendalian Debit Puncak 3. Kelengkapan Perangkat Peraturan 4. Penanganan Drainase Belum Terpadu

Sampai dengan saat ini masih banyak yang menangani drainase dengan paradigma lama

yaitu mengalirkan limpasan air permukaan ke badan air penerima (sungai, waduk, danau dan laut) terdekat secepatnya. Seiring dengan makin langkanya air baku yang dibutuhkan untuk air minum, paradigma baru penanganan drainase adalah mengendalikan kelebihan air permukaan yang dapat dimanfaatkan untuk persediaan air baku dan kehidupan akuatik dengan meresapkan air permukaan tersebut ke dalam tanah (konservasi air).

Redesain saluran drainase pada Jalan Ahmad Yani yaitu : 1. Sumur resapan yang akan dibuat di setiap bangunan sepanjang ruas jalan Ahmad Yani. 2. Memberikan instalasi pengolah air limbah berupa wastewater management/water

treatment. 3. Selain itu dapat dilakukan perubahan desain saluran dengan cara melebarkan saluran dan

atau dengan menambah kedalaman saluran, sehingga luas penampang saluran menjadi sama atau lebih besar dari luas penampang saluran rencana (saluran eksisting dengan debit rencana). Pemilihan pelebaran saluran dijadikan sebagai alternatif pertama dengan pertimbangan kondisi di lapangan masih tersedia lahan atau tidak. Apabila lahan yang ada tidak memungkinkan untuk dilakukan pelebaran, maka alternatif lain adalah dengan menambah kedalaman saluran (pendalaman saluran) dengan pertimbangan elevasi muka air saluran sekunder tidak boleh berada dibawah elevasi muka air saluran primer.

4. Selain itu, agar tidak menimbulkan bau yang tidak sedap, saluran sekunder pada jalan Ahmad Yani diubah menjadi saluran tertutup, dengan bukaan di setiap jarak 4 m untuk maintenance apabila ada saluran yang tersumbat.

Page 44: UTILITAS GABUNG

DAFTAR PUSTAKA http://bebasbanjir2025.wordpress.com/teknologi-pengendalian-banjir/sumur-resapan/ http://pplp-dinciptakaru.jatengprov.go.id http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20715/3/Chapter%20II.pdf http://teknik.untag-smd.ac.id Suripin, M.Eng. Dr. Ir, 2004 : Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan, ANDI OFFSET, Yogyakarta. Wesli, (2008), Drainase Perkotaan, PT.Graha Ilmu, Yogyakarta.