urgensi ramuan umbang-umbangun pasca partus sebagai …kata kunci : umbang-umbangun, batak, partus,...
TRANSCRIPT
Ilmiah Mahasiswa IMBASADI, 25 April 2019
1
Urgensi Ramuan Umbang-Umbangun Pasca Partus Sebagai Aset
Budaya Pada Masyarakat Batak Suatu Kajian Antropologi
Maisaroh Tanjung; Tiara F. Siregar
Program Studi Sastra Batak, FIB Universitas Sumatera Utara
Abstrak
Tradisi lisan merupakan kumpulan segala sesuatu yang diketahui dan sesuatu
yang biasa dikerjakan yang disampaikan dengan cara turun-temurun melalui
lisan dan telah menjadi kebudayaan masyarakatnya. Kebudayaan yang
mencangkup tradisi lisan tersebut merupakan bagian dari folklore. Umbangun-
bangun adalah tumbuhan yang dikenal seluruh masyarakat batak dan termasuk
bahan pengobatan yang temasuk folklore sebagian lisan yang dikomsumsi
masyarakat batak pasca partus. Studi ini bertujuan mendeskripsikan upaya
menjaga tradisi minum jamu melalui penyampaian pesan interpersonal antara
peramu kepada pengguna. Metodologi penelitian menggunakan kualitatif
berbasis fenomena tradisi minum jamu dengan pengumpulan data melalui
observasi dan wawancara kepada sejumlah informan serta dianalisis untuk
mendapatkan makna tentang bentuk penyampaian pesan interpersonal. Studi
menemukan struktur dan proses serta manfaat produk jamu bagi masyarakat
batak sebagai pesan budaya berupa motivasi untuk menyeimbangkan kesehatan
badan dan batin.
Kata Kunci : Umbang-umbangun, Batak, Partus, Sumatera Utara
Urgency of Post-Umbangun-Umbangun Potion as Cultural Assets in
Batak Communities An Anthropological Study
Abstract
Oral tradition is a collection of everything that is known and something that is
usually done that is conveyed in a hereditary way through oral and has become
the culture of the people. Culture that includes oral traditions is part of folklore.
Umbangun-bangun is a plant that is known to the entire Batak community and
includes medicinal materials including partial oral folklore which is consumed
by the community after postpartum batak. This study aims to describe efforts to
maintain the tradition of drinking herbal medicine through the delivery of
interpersonal messages between gatherers to users. The research methodology
uses a qualitative based on the tradition of drinking herbal medicine by
collecting data through observation and interviews with a number of informants
and analyzed to obtain meaning about the form of interpersonal message
delivery. The study found the structure and processes and benefits of herbal
products for the Batak community as a cultural message in the form of
motivation to balance body and mental health. Keywords: Umbang-umbangun, Batak, Partus, North Sumatra
Ilmiah Mahasiswa IMBASADI, 25 April 2019
2
1. Pendahuluan
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di kawasan khatulistiwa
dan dikenal sebagai salah satu negara dengan tingkat keanekaragaman yang tinggi.
Kekayaan alam Indonesia, menyimpan berbagai tumbuhan yang berkhasiat obat dari 40
ribu jenis flora yang tumbuh di dunia, 30 ribu diantaranya tumbuh di Indonesia.
Sebanyak 26% yang telah dibudidayakan dan 74% masih tumbuh liar di hutan. Dari 26
% yang telah dibudidayakan, sebanyak 940 jenis tanaman telah digunakan sebagai obat
tradisional, sedangkan menurut World Health Organization (WHO), lebih dari 20.000
spesies tumbuhan berkhasiat obat digunakan oleh penduduk di seluruh dunia (Arsyah,
2014).
Dimana bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam etnik. Setiap etnik
memiliki tradisi lisan tersendiri yang membedakannya dengan etnik lainnya. Tradisi
lisan adalah kegiatan budaya tradisional suatu masyarakat yang diwariskan secara turun
temurun dengan media lisan dari satu generasi ke generasi lain baik tradisi itu berupa
susunan kata-kata lisan (verbal) maupun tradisi lain yang bukan lisan (non-verbal),
Sibarani (2012:123).
Tradisi lisan adalah suatu kumpulan segala sesuatu yang diketahui dan sesuatu
yang biasa dikerjakan yang disampaikan dengan cara turun-temurun melalui lisan dan
telah menjadi kebudayaan masyarakatnya. Kebudayaan yang mencangkup tradisi lisan
tersebut merupakan bagian dari folklor.
Danandjaja (1997: 2) mendefinisikan folklore sebagai bagian dari kebudayaan
suatu masyarakat yang tersebarluas dan diwariskan dengan cara turun-temurun, di
antara kolektif jenis apa saja, berdasarkan tradisi dalam berbagai bentuk, baik dengan
lisan maupun contoh yang disertakan dengan gerakan yang mengisyaratkan atau alat
bantu pengingat. Folklore secara umum dapat dibedakan menjadi tiga kelompok besar,
yakni folklore lisan (verbal folklore), folklor sebagian lisan (partly verbal folklore), dan
folklore bukan lisan (non-verbal folklore) (Danandjaja, 1997: 21).
Tradisi lisan bersinonim dengan istilah folklor lisan. Tradisi lisan merupakan
suatu adat kebiasaan turun-temurun yang dijalankan oleh suatu kelompok masyarakat
tertentu untuk menyampaikan suatu pesan dalam bentuk lisan (bahasa lisan) kepada
Ilmiah Mahasiswa IMBASADI, 25 April 2019
3
masyarakat generasi penerus. Roger dan Pudentia (dalam Endraswara, 12. 2013: 200)
mendefinisikan tradisi lisan sebagai bagian dari folklore yang berisikan beragam
pengetahuan dan wujud gagasan kebiasaan yang disampaikan melalui lisan dengan cara
turun-temurun dan mencangkup cerita rakyat, legenda, mite, serta sistem kognasi
(kekerabatan) asli yang lengkap, dijadikan sebagai contoh sejarah, pelaksanaan hukum,
peraturan yang menjadi kebiasaan, dan pengobatan.
Hutomo (1991: 11), menyatakan, dalam tradisi lisan terdapat (1) tradisi lisan
yang berupa perihal susastra lisan, (2) tradisi lisan yang berupa teknologi tradisional, (3)
tradisi lisan yang berupa segala sesuatu yang diketahui mengenai folk di luar pusat
istana atau kota metropolitan, (4) tradisi lisan yang berupa bagian-bagian dari religi dan
keyakinan mengenai folk di luar batas formal agama-agama besar, (5) tradisi lisan yang
berupa kesenian folk di luar pusat-pusat istana dan kota metropolitan, dan (6) tradisi
lisan yang berupa peraturan atau adat.
Pudentia (dalam Sumitri, 2016: 5) menyatakan tradisi lisan adalah semua
wacana yang diucapkan yang mencakup lisan dan memiliki aksara atau dapat disebut
sebagai sistem wacana yang bukan aksara. Sejalan dengan pengertian tersebut, Ong
(dalam Sumitri, 2016: 5-6) menyatakan bahwa tradisi lisan merupakan kelisanan suatu
budaya yang sama sekali tidak tersentuh oleh pengetahuan apapun mengenai tulisan
atau cetakan sebagai kelisanan primer.
Tradisi lisan sebagai pesan verbal yang berupa pernyataan turun-temurun dapat
disebarkan dan diajarkan kepada generasi masa kini melaui tuturan secara langsung atau
dapat juga disampaikan dengan nyanyian, baik dengan bantuan alat musik atau tanpa
alat musik (Vanisa dalam Sumitri, 2016: 6).
Dalam masyarakat etnik batak, ramuan umbang-umbangun juga termasuk foklor
sebagian lisan, dimana ramuan umbang-umbangun merupakan tradisi turun temurun
yang sudah melekat dalam kehidupan masyarakat batak khususnya pada proses
penyembuhan pasca melahirkan atau lebih dikenal dengan partus. Salah satu obat
tradisional yang selalu digunakan oleh masyarakat batak, terkhususnya pasca partus
adalah ramuan berbahan dedaunan yang tumbuh. Palupi (2010:1) Tanaman bangun-
bangun (Coleus amboinicus Lour) merupakan salah satu jenis tanaman herbal.
Ilmiah Mahasiswa IMBASADI, 25 April 2019
4
Tradisi masyarakat suku Batak percaya bahwa daun bangun-bangun mampu
meningkatkan produksi air susu ibu yang sedang menyusui Masyarakat batak sudah dari
dahulu biasa menggunakan obat tradisional yang berasal dari alam yakni tumbuhan,
rempah dan lain sebagainya. Obat tradisional merupakan bahan atau ramuan yang
berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau
campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk
pengobatan berdasarkan pengalaman.
Dari paparan diatas, penulis mengangkat judul urgensi ramuan umbang-
umbangun pasca partus sebagai aset budaya pada masyarakat batak suatu kajian
antropologi. Dimana saat ini generasi muda harus kita ingatkan kembali manfaat
ramuan herbal yang sangat berguna bagi kehidupan dimana banyak juga obat-obatan
yang beredar di masa ini.
1.a. Masalah Penelitian
a) Bagaimana struktur dan proses pembuatan ramuan umbang-umbangun?
b) Apa saja manfaat ramuan umbang-umbangun pada masyarakat batak etnik Toba?
1.b. Tujuan Penelitian
a) Mengetahui struktur proses pembuatan ramuan umbang-umbangun.
b) Mendeskripsikan manfaat ramuan umbang-umbangun pada masyarakat Batak etnik
Toba.
Ilmiah Mahasiswa IMBASADI, 25 April 2019
5
2. Tinjauan Teoritis
Teori Antropologi
Antropologi merupakan suatu cabang ilmu sosial yang membahas mengenai
budaya masyarakat suatu etnis. Antropologi muncul karena adanya ketertarikan dari
orang Eropa yang melihat budaya, ciri-ciri fisik dan adat istiadat yang berbeda.
Kata antropologi berasal dari dua kata bahasa Yunani yaitu “anthropos” yang
berarti manusia dan “logos” yang berarti ilmu. Secara harafiah, antropologi dapat
didefenisikan sebagai suatu keilmuan yang mempelajari manusia dari segi
keanekaragaman fisik, serta kebudayaannya.
Obyek dari antropologi adalah manusia, kebudayaan serta perilakunya. Obyek
antropologi dengan kata lain menyangkut semua manusia dimanapun dan kapanpun.
Tujuan dari antropologi adalah untuk membangun masyarakat dengan mempelajari
perilaku, bagaimana manusia dapat bermasyarakat dalam suku bangsa dan budaya
manusia. Antopologi memadukan secara integratif tujuan biologi dan sosio-budaya
dalam kehidupan.
Menurut ilmu antropologi “kebudayaan” adalah keseluruhan sistem gagasan,
tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri
manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 2009: 153). Antropologi terbagi menjadi
dua bagian, yaitu : 1. Antropologi Biologi juga disebut dengan antropologi jasmani/fisik
(physical anthropology) merupakan sebuah disiplin ilmu yang memelajari variasi
biologis dan perilaku (budaya) manusia, makhluk primata bukan manusia, evolusi
manusia, pembandingan anatomi, dan Hominid leluhur manusia yang telah punah.
Cabang ilmu ini merupakan bagian dari cabang ilmu antropologi, dan memberikan
sudut pandang biologis dalam kajian variasi manusia. Adapun cabang-cabang kajian
antropologi biologi : Paleontropologi, Antropologi fisik. 2. Antropologi Budaya,
Cabang antropologi yang berfokus pada penelitian variasi kebudayaan di antara
kelompok manusia. Para antropolog budaya menggunakan berbagai metode,
diantaranya pengamatan partisipatif (participant observation), wawancara dan survei.
Ilmiah Mahasiswa IMBASADI, 25 April 2019
6
Penelitian antropologi budaya sering dikategorikan sebagai penelitian lapangan karena
seorang antropolog harus menetap dalam kurun waktu yang cukup lama di lokasi
penelitiannya. Adapun cabang kajian antropologi budaya: Prehistori, Etnolinguistik,
Etnologi, Etnopsikologi, Antropologi spesialisasi dan Antropologi terapan.
Mempelajari antropologi menurut penulis sangat penting dikarenakan dapat
mengetahui pola prilaku manusia dalam kehidupan bermasyarakat pada tiap-tiap suku
bangsa, dapat mengetahui kedudukan serta peran yang harus kita lakukan sesuai dengan
harapan warga masyarakat dari kedudukan yang kita sandang, dengan mempelajari
Antropologi akan memperluas wawasan kita terhadap tata pergaulan umat manusia
diseluruh dunia yang mempunyai aturan khusus yang sesuai dengan karakteristik
daerahnya sehingga menimbulkan toleransi yang tinggi, dan dapat mengetahui berbagai
macam problema dalam masyarakat serta memiliki kepekaan terhadap kondisi-kondisi
dalam masyarakat baik yang menyenangkan serta mampu mengambil inisiatif terhadap
pemecahan permasalahan yang muncul dalam lingkungan masyarakatnya.
Sub bidang etnologi merupakan ilmu yang mempelajari kebudayaan-kebudayaan
dalam kehidupan masyarakat dari sebanyak mungkin suku bangsa yang tersebar di
dunia. Etnologi dibagi lagi menjadi dua kajian yaitu antropologi diakronik dan
antropologi sinkronik. Antropologi diakronik meneliti seperangkat pola budaya suku
bangsa yang telah menyebar di dunia. Antropologi sinkronik mempelajari tingkah laku
sosial dalam suatu lembaga seperti keluarga, kultur kebudayaan, sistem kekerabatan,
tata hukum dan organisasi politik.
Dalam hal ini, penulis mengambil teori antopologi diakronik yang cocok pada
ramuan umbang-umbangun dimana ramuan ini sudah menyebar dari dahulu di
masyarakat batak.
Ilmiah Mahasiswa IMBASADI, 25 April 2019
7
3. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif karena penelitian ini
bersifat holistik. Bogdan dan Taylor mendefenisikan metode kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriftif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan pelaku yang dapat diamati.
Berdasarkan jenis datanya, data dibagi menjadi dua bagian yaitu: Data primer
adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber data yang diamati dan dicatat
untuk pertama kalinya. Dan data sekunder adalah data yang bukan diperoleh sendiri
pengumpulannya oleh peneliti. Data tersebut berasal dari dokumentasi berupa majalah,
brosur maupun publikasi-publikasi lainnya.
Dalam Pengumpulan Data, penulis menggunakan teknik wawancara,
dokumentasi. Dimana Sudjana dalam Ismail menyatakan bahwa wawancara adalah
proses pengumpulan data atau informasi melalui tatap muka antara pihak penanya
(interviewer) dengan pihak yang ditanya atau penjawab (interviewee). Dan dokumentasi
merupakan teknik pencarian data dengan mencari data-data yang berhubungan dengan
topik penelitian melalui catatan transkip, buku-buku, surat kabar, majalah, notulen
rapat, agenda, dan sebagainya.
Untuk mengetahui keabsahan data yang diperoleh, maka peneliti perlu
mengecek kembali data yang didapat sebelum diproses dalam bentuk laporan yang
disajikan. Agar tidak terjadi kesalahan, maka digunakan teknik triangulasi. Triangulasi
adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar
data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data tersebut.
Teknik ini dilakukan dengan cara melakukan kroscek ulang data yang di dapat dari
informan satu ke informan yang lain.
Setelah data divalidasi sesuai kebutuhan, maka penulis melakukan analisis data.
Dalam menganalisis data tersebut, penulis menggunakan analisis data kualitatif, yang
mengikuti konsep yang diberikan Miles and Humberman yang meliputi Reduksi Data,
Penyajian Data, dan penarikan kesimpulan. (Conclusion Drawing).
Ilmiah Mahasiswa IMBASADI, 25 April 2019
8
Data yang diperoleh dilapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu
dicatat secara teliti dan rinci, semakin lama peneliti terjun ke lapangan maka semakin
banyak dan kompleks data yang di dapat. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data
melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian
data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya
bila diperlukan.
Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data.
Dalam peneliti kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan antara kategori, flowchaet, dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles and
Huberman menyatakan yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam
penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman
adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang ditemukan masih
bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang
telah dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten
saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang
sebelumnya pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek
yang sebelumnya masih belum jelas sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa
hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.
Ilmiah Mahasiswa IMBASADI, 25 April 2019
9
4. Hasil dan Pembahasan
Dalam penelitian ini, sebelum membahas hasil penelitian penulis menjabarkan
bahan yang dihasilkan dan proses pembuatan ramuan tersebut. Dalam hal ini, adapaun
ramuan yang selalu disajikan dalam pengobatan di masyarakat batak adalah minuman
umbangun-bangun dan sayur yang bisa disajikan pasca partus.
a. Minuman Umbangun-bangun
Adapun bahan yang akan dibutuhkan adalah Daun umbang-umbangun, Air,
Jeruk nipis atau lemon, dan Madu. Dan cara proses pembuatannya ;
a. Cuci bersih daun umbang-umbangun, petiki daun dan batang yang muda.
b. Remas-remas daun umbang-umbangun sampai layu dan keluar airnya (biar gak
langur rasanya).
c. Masak air sampai mendidih.
d. Jika sudah mendidih, masukkan daun umbang-umbangun tunggu sampai mendidih,
matikan kompor biarkan sampai air hangat.
e. Jika sudah hangat blender sama air rebusannya.
f. Saring dan ampasnya diperas.
g. Beri perasan air jeruk nipis atau melon dan madu, bisa di mix dengan buah.
h. Jus ini diminum 250 cc 2x sehari, jus ini disimpan dikulkas selama 3 hari.
Ilmiah Mahasiswa IMBASADI, 25 April 2019
10
b. Umbangun-bangun dijadikan Lauk (Sayur)
Adapun bahan yang dibutuhkan yakni Daun Umbang-umbangun, Andaliman,
Daging ayam kampung, Santan, Garam dan Air jeruk nipis. Serta bumbu yang
dihaluskan : Bawang merah, Bawang putih, Kemiri, Kunyit, Ketumbar, Merica putih
bubuk. Berikut ini cara proses pembuatannya,
a. Tumbuk daun umbang-umbangun, peras airnya supaya aroma langunya hilang,
sisihkan.
b. Masak ayam bersama santan encer dan bumbu halus di atas api yang sedang hingga
ayam berubah warna.
c. Tuang santan kental, masak sambil diaduk hingga mendidih dan ayam matang.
Masukkan daun umbang-umbangun dan garam, masak sambil diaduk hingga daun
empuk, angkat.
d. Tambahkan air jeruk nipis, aduk rata. Sajikan.
Ilmiah Mahasiswa IMBASADI, 25 April 2019
11
Adapun manfaat Daun Umbang-umbangun yang dipercayai oleh masyarakat
batak adalah :
a. Untuk Ibu Menyusui atau mempelancar ASI
Tumbuhan bangun-bangun banyak dikonsumsi oleh ibu-ibu yang berada di
daerah sekitar Danau Toba di Sumatera Utara. Para ibu menggunkana daun umbang-
umbangun untuk meningkatkan ASI. Daun ini banyak digunakan sebagai makanan
pedamping nasi layaknya sayuran. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa
mengonsumsi daun umbang-umbangun dapat meningkatkan produksi ASI serta
mengembalikan stamina para ibu.
Penelitian ini dilakukan oleh Damanik pada ibu-ibu menyusui di daerah
Sumatera Utara menggunakan metode Focus Group Disscussion (FGD). Selain manfaat
daun umbang-umbangun yang telah disebutkan diatas ada juga manfaat lain yang telah
di percaya dari beratus-ratus tahun yang lalu yaitu kemampuannya dalam membersihkan
rahim. Daun umbang-umbangun memiliki kandungan baik berupa saponin, polifenol,
flavonoid serta prolaktin dan oksitosin yang berguna dalam meningkatkan hormon-
hormon menyusui.
Ilmiah Mahasiswa IMBASADI, 25 April 2019
12
Masyarakat Sumatera Utara sering mengkonsumsi daun bangun-bangun dengan
cara dijadikan sup yang dimasak menggunakan santan kelapa. Daun umbang-umbangun
juga memiliki kadar zat besi, seng, magnesium serta kalium yang akan bercampur pada
ASI sehingga dapat meningkatkan berat badan bayi. Tanaman ini juga telah banyak
dikemas ke dalam kaleng yang tentu mempermudah bagi ibu-ibu unuk
mengonsumsinya.
b. Untuk Kesehatan
Meskipun tanaman satu ini dapat tumbuh liar, nyatanya daun umbang-umbangun
mengandung berbagai macam nutria Ma. Nutrisis tersebut diantaranya seperti: protein,
zat besi, serat, fosfor, vitamin A, vitamin B, vitamin C, kalsium.
Nutrisi yang dibutuhkan tubuh ini memang memiliki banyak manfaat untuk
kesehatan. Sehingga tak heran, daun bangun-bangun diklaim mampu mengatasi
berbagai macam gejala penyakit seperti sakit kepala, batuk, sariawan, asma, demam,
bahkan penyakit rematik dan lainnya.
Ilmiah Mahasiswa IMBASADI, 25 April 2019
13
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Dari paparan di pembahasan, penulis menyimpulkan bahwa :
1. Tanaman daun umbang-umbangun (Coleus amboinicuslour) sangat bermanfaat
untuk kesehatan dan terutama bagi Ibu-ibu yang melahirkan.
2. Umbang-umbangun adalah jamu yang berbahan dedaunan yang mudah diproses
dengan beberapa campuran bahan lain, sehingga menghasilkan jamu khas dari
masyarakat batak.
3. Umbang-umbangun memiliki banyak manfaat, salah satunya memperlancar asi,
mengembalikan stamina si ibu yang baru melahirkan dan menyehatkan badan.
4. Diproduksi berbentuk cair berupa minuman seperti jus dan bisa diproduksi sebagai
lauk dicampur ayam kampung.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan beberapa permasalahan yang belum
terpecahkan, dengan banyaknya manfaat umbangun-umbangun tersebut, akan tetapi
kalangan muda sekarang banyak yang belum mengerti akan cara pembuatannya dan
manfaatnya, maka diharapkan dikemudian hari ada penelitian berikutnya dengan topik
yang sama dan disosialisasikan ke kalangan umum.
Ilmiah Mahasiswa IMBASADI, 25 April 2019
14
Daftar Pustaka
Afifuddin dan Beni Ahmad. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:Pustaka
Setia.
Darmawan, Deni. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Pt. Remaja
Rosdakarya.
Hamidi. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Malang: UMM Press
Luchman Hakim. 2015. Rempah Dan Herba Kebun-Pekarangan Rumah Masyarakat:
Keragaman, Sumber Fitofarmaka Dan Wisata Kesehatan-Kebugaran.
Yogyakarta : Diandra Creative
Moleong, Lexy J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Ria Retno Palupi. 2010. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Bangun-Bangun (Coleus
Amboinicus Lour) Dalam Ransum Induk Terhadap Penampilan Reproduksi
Dan Produksi Air Susu Mencit (Mus Musculus). Skripsi S1.
Https://Repository.Ipb.Ac.Id/Bitstream/Handle/123456789/63336/D10rrp.Pdf?
Sequence=1&Isallowed=Y
Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta