partus normal dr.widi
DESCRIPTION
obgynTRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
PARTUS NORMAL
Oleh :
Natalia Hadinata
(11-2013-261)
Pembimbing:
dr. Widiarso, Sp.OG
KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI-GINEKOLOGI
PERIODE 1 DESEMBER 2014 – 7 FEBRUARI 2014
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU
2014
1
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS OBSTETRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Jl. Arjuna Utara No. 6. Kebon Jeruk- Jakarta Barat
SMF OBSTETRI RS MARDI RAHAYU KUDUS
Nama : Natalia Hadinata Tanda tangan :
NIM : 11.2013.261
Dr pembimbing / penguji : dr. Widiarso, Sp.OG
IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Ny. N Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 30 tahun Suku bangsa : Jawa
Status perkawinan : Kawin (GIIPIA0) Agama : Islam
Pekerjaan : - Pendidikan : SMP
Alamat : Japan RT. 11 RW 02
Japan, Dawe, Kudus
Masuk Rumah Sakit : 18 Januari 2015
Pukul 05.00WIB
Nama suami : Tn. P
Umur : 32 tahun
Pekerjaan : Buruh pabrik
Alamat : Japan RT. 11 RW 02
Japan, Dawe, Kudus
A. ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis tanggal 18 Agustus 2015 Pukul 05.00 WIB
Keluhan utama :
Perut terasa kencang-kencang sejak 1 hari yang lalu
Keluhan tambahan :
-
2
Riwayat Penyakit Sekarang
Wanita berusia 30 tahun dengan kehamilan usia 41 minggu datang ke UGD dengan
keluhan kencang-kencang. Dan pasien mengeluarkan lendir darah dari kemaluannya
dan tidak keluar rembesan air. Saat di UGD diperiksa dalam dan dikatakan
pembukaan sudah 8 cm. Pasien mengatakan ini merupakan kehamilan keduanya.
Kehamilan yang pertama tidak mengalami masalah dan dan proses kelahiran anak
pertama di vaccum ekstraksi. Selama kehamilan, pasien rutin memeriksakan
kehamilannya ke bidan dan tidak ada masalah selama kehamilan ini.
Pasien memiliki riwayat menstruasi teratur. HPHT 2 April 2014, dengan HPL 9
Januari 2015.
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat kelahiran anak pertama di vaccum ekstraksi.
Riwayat penyakit keluarga
-
Riwayat Menstruasi:
Menarche : 14 tahun
Dismenorrhea : (-)
Leukorrhea : (-)
Menopause : (-)
Siklus : 28 hari
Lama : 7 hari
Riwayat Perkawinan:
Menikah 1 kali pada usia 22 tahun, selama 8 tahun.
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Hamil
ke
Usia
kehamilan
Jenis
persalinan
penyulit Penolong Jenis
kelamin
BB/TB
lahit
Umur
sekarang
1 9 bulan VE dokter Laki-laki 3.700 gr 7 tahun
3
2 Hamil ini
Riwayat Kehamilan Sekarang:
HPHT : 2 April 2014
HPL : 9 Januari 2015
Riwayat Kontrasepsi:
( - ) Pil KB ( - ) IUD
( + ) Suntikan 3 bulan ( - ) Lain-lain
( - ) Susuk KB
Riwayat Antenatal Care:
Pasien memeriksakan kehamilannya 1 kali setiap bulan ke bidan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Proses kelahiran anak pertama dibantu dengan vaccum
Riwayat Penyakit Keluarga
Hubungan Umur Jenis kelamin Keadaan
kesehatan
Penyebab
meninggal
Ayah 55 tahun Laki-laki Hidup -
Ibu 52 tahun Perempuan Hidup -
Suami 32 tahun Laki-laki Hidup -
Ada kerabat yang menderita :
Penyakit Ya Tidak Hubungan
Alergi - √
Asma - √
Tuberkulosis - √
HIV - √
4
Hepatitis B - √
Hepatitis C - √
Hipertensi - √
Cacat bawaan - √
B. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Nadi : 90x/menit (kuat angkat, reguler)
Pernafasan : 20x/menit (abdomino-torakal)
Suhu : 37oC
Tinggi Badan : 155 cm
Berat : 54 kg
Kulit
Warna kuning langsat, turgor kulit baik, ikterus(-),
Kepala
Normocephali, Rambut hitam, distribusi merata
Mata
Pupil isokor dengan diameter 3mm, refleks cahaya (+/+), konjungtiva pucat (-/-),
sklera ikterik (-/-), edema palpebra (-/-)
Telinga
Selaput pendengaran utuh, serumen (-), perdarahan (-)
Hidung
Sekret (-), deviasi septum (-), pernapasan cuping hidung (-), epistaksis (-)
5
Mulut
Lidah dalam batas normal, mukosa bucal merah muda.
Leher
Tidak terdapat pembesaran Tiroid dan KGB, Deviasi trachea (−), Hipertrofi otot
pernapasan tambahan (−), Retraksi suprasternal (−)
Dada
Paru-paru (Pulmo)
Inspeksi : warna kuning langsat, sela iga tidak melebar, retraksi (-), pergerakan
simetris pada saat statis dan dinamis, pernapasan abdominotorakal.
Palpasi : sela iga tidak melebar, pergerakan simetris pada saat statis dan
dinamis, vokal fremitus simetris kanan dan kiri.
Perkusi : sonor +/+
Auskultasi : vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung (Cor)
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba pada sela iga V, 2 cm medial dari linea
midclavicularis sinistra
Perkusi :
Batas atas : pada sela iga II garis parasternal kiri
Batas kiri : pada sela iga V, 2 cm medial dari garis midclavicularis
sinistra
Batas kanan : pada sela iga V, pada garis parasternal sinistra
Auskultasi : bunyi jantung I-II reguler, tidak terdengar murmur dan gallop pada ke
4 katup jantung
Perut (Abdomen)
Inspeksi : membuncit membujur, tidak ada luka bekas operasi.
Palpasi : nyeri tekan ( - ), massa ( - ), defans muskuler (-)
Hati : tidak teraba
Limpa : tidak teraba
Perkusi : timpani
6
Auskultasi : bising usus (+)
Anggota gerak :
Edema Akral hangat
- - + +
- - + +
Kelenjar getah bening
Submandibula : tidak ditemukan pembesaran
Supraklavikula : tidak ditemukan pembesaran
Lipat paha : tidak ditemukan pembesaran
Leher : tidak ditemukan pembesaran
Ketiak : tidak ditemukan pembesaran
Aspek kejiwaan
Tingkah laku : tenang
Alam perasaan : biasa
Proses pikir : wajar
C. PEMERIKSAAN OBSTETRIKUS
Pemeriksaan Luar
Inspeksi
Wajah : chloasma gravidarum (-)
Payudara : pembesaran (+), puting susu menonjol, pengeluaran ASI (+)
Abdomen : membuncit memanjang
linea nigra (+), striae livide (+), striae albicans (+)
bekas operasi (-)
Palpasi
TFU : 2 jari di bawah prosesus xiphoideus (31 cm)
Tafsiran Berat Janin: (31-11) x 155= 3100 gram
Leopold I : Teraba bulat, lunak, dan tidak melenting (bokong).
7
Leopold II : Teraba bagian memanjang dan keras di sebelah kanan
(PUKA)
Leopold III : Teraba bagian bulat, melenting, dan keras (kepala)
Leopold IV : konvergen (bagian kepala belum masuk PAP)
DJJ : 136x/menit
His : (+) 5x dalam 10 menit selama 20 detik.
PPV : (+) lendir darah
Pemeriksaan dalam:
Vaginal Toucher – (pukul 05.00)
Ø 8 cm, KK (+), effacement 75%
bagian bawah janin kepala, hodge I
UUK kanan lintang
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium, 19 Januari 2015 (pukul 06.09)
Darah rutin
Hemoglobin 11,2 g/dL (N: 11,7 – 15,5)
Leukosit 10,11 ribu (N: 3.600 – 11.000)
Eosinofil% 0,60 % (N: 1-3)
Basofil% 0,30 % (N: 0-1)
Neutrofil % 74,20 % (N: 50-70)
Limfosit% 20,10 % (N: 25-40)
Monosit% 3,40 % (N: 2-8)
MCV 87 fL (N: 80-100)
MCH 30 pg (N: 26-34)
MCHC 35 g % (N: 32-36)
Hematokrit 32,40 % (N: 30-43)
Trombosit 190.000 (N: 150.000-440.000)
Eritrosit 3,7 juta (N: 3,8 – 5,2)
RDW 13,0 % (N: 11,5 - 14,5)
PDW 61,8 % (N: 10-18)
MPV 11,5 µm3 (N: 6,8 – 10)
8
Golongan darah/Rh AB/+
Waktu perdarahan/BT 1,3 menit (N: 1-3)
Waktu pembekuan/CT 5,3 menit (N: 2-6)
E. RINGKASAN (RESUME)
Wanita berusia 30 tahun, GIIPIA0, hamil 41 minggu datang dengan keluhan kencang-
kencang sejak 1 hari yang lalu. Keluhan ini disertai keluarnya lendir darah dari jalan
lahir. Saat diperiksa dalam di UGD dikatakan pembukaan 8 cm. Pasien mengatakan
rutin memeriksakan kehamilannya setiap bulan ke bidan.. pasien tidak ada riwayat
operasi sebelumnya.
HPHT : 7 Maret 2014
HPL : 14 Desember 2014
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Nadi : 90x/menit (kuat angkat, reguler)
Pernafasan : 20x/menit (abdomino-torakal)
Suhu : 37oC
Tinggi Badan : 155 cm
Berat : 54 kg
PEMERIKSAAN OBSTETRIKUS
Pemeriksaan Luar
Inspeksi
Wajah : chloasma gravidarum (-)
Payudara : pembesaran (+), puting susu menonjol, pengeluaran ASI (+)
Abdomen : membuncit memanjang
linea nigra (+), striae livide (+), striae albicans (+)
bekas operasi (-)
Palpasi
TFU : 2 jari di bawah prosesus xiphoideus (31 cm)
Tafsiran Berat Janin: (31-11) x 155= 3100 gram
9
Leopold I : Teraba bulat, lunak, dan tidak melenting (bokong).
Leopold II : Teraba bagian memanjang dan keras di sebelah kanan
(PUKA)
Leopold III : Teraba bagian bulat, melenting, dan keras (kepala)
Leopold IV : Konvergen (Kepala belum masuk PAP)
DJJ : 136x/menit
His : (+) 5x dalam 10 menit selama 20 detik.
PPV : (+) lendir darah
Pemeriksaan dalam:
Vaginal Toucher – (pukul 05.00)
Ø 8 cm, KK (+), effacement 75%
bagian bawah janin kepala, hodge I
UUK kanan lintang
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hemoglobin 11,2 g/dL (N: 11,7 – 15,5)
Leukosit 10,11 ribu (N: 3.600 – 11.000)
Hematokrit 32,40 % (N: 30-43)
Trombosit 190.000 (N: 150.000-440.000)
Eritrosit 3,7 juta ( N : 3,8 – 5,2 )
Golongan darah /
rhesus
AB/+
Waktu perdarahan / BT 1,3 menit ( N : 1 – 3 )
Waktu pembekuan / CT 5,3 menit ( N : 2 – 6 )
F. DIAGNOSIS
Diagnosis kerja : pukul 05.00
GIIPIA0, Umur 30 tahun, hamil 41 minggu
Anak I, hidup intrauterine
10
Presentasi kepala U, PUKA
Inpartu kala I fase aktif
G. PENATALAKSANAAN
IVFD RL 20 tpm
Pengawasan 10
Evaluasi 2 jam
H. PROGNOSIS
Vitam : dubia ad bonam
Fungtionam : dubia ad bonam
Sanationam : dubia ad bonam
I. FOLLOW UP
18 Januari 2015, Pukul 05.00 WIB
S: Perut terasa kencang.
O: Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
TD : 100/60 mmHg RR : 20x/menit
HR : 90x/menit T : 37oC
HIS : 5x/ 10 menit selama 20 detik
PPV : (+) lendir darah
DJJ : 136 x/menit
VT: Ø 8 cm, KK (+), effacement 75%
bagian bawah janin kepala, hodge I
UUK kanan lintang
A: GIIPIA0, Umur 30 tahun, hamil 41 minggu
Anak I, hidup intrauterine
Presentasi kepala U, PUKA
Inpartu kala I fase aktif
P: IVFD RL 20 tetes per menit
11
Pengawasan 10
Evaluasi 2 jam
18 Januari 2015, Pukul 07.00 WIB
S: Perut terasa semakin kencang
O: Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
TD : 110/70 mmHg RR : 24x/menit
HR : 88x/menit T : 37oC
HIS : 2x/ 10 menit selama 20 detik
PPV : (+) lendir darah
DJJ : 140 x/menit
VT: Ø 10 cm, KK (+), effacement 75%
bagian bawah janin kepala, hodge II
UUK kanan lintang
A: Idem
Inpartu kala II
P: IVFD RL 20 tetes per menit
Pecahkan ketuban
Pimpin mengejan saat ada his
18 Januari 2015, Pukul 07.55 WIB
S: pasien merasa lemas
O: Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
TD : 110/70 mmHg RR : 24x/menit
HR : 90x/menit T : 37oC
Air ketuban jernih. Dilahirkan bayi perempuan, hidup dengan berat badan
lahir 3240 gr, panjang badan lahir 48 cm, APGAR score 8-9-10. Anus (+).
12
A: PIIA0, Umur 30 tahun, post partus normal
In partu kala III
P: IVFD oksitosin dalam 500 cc D5 dimulai dari 8 tpm.
Lahirkan plasenta
18 Januari 2015, pukul 08.15 WIB
S : Masih lemas
O : Plasenta lahir spontan, kesan: lengkap
TFU: 2 jari dibawah umbilicus
Kontraksi uterus baik
Perdarahan pervaginam ±150 cc
A : PII A0 30 tahun post partus normal
In partu kala IV
P : methylergometrine maleate 1 amp
Pantau selama 2 jam
Observasi TFU, kontraksi uterus, perdarahan
Follow Up post partum
19 Januari 2015 pukul 14.00
S : keluhan (-)
O : Keadaan umum : baik
kesadaran : compos mentis
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 86 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36°C
Mata : Konjungtiva Anemis -/-, Sklera Ikterik -/-
Paru-paru : Vesikuler +/+, Wheezing -/-, Rhonki -/-
Jantung : BJ1-BJ2 murni reguler, gallop (-), murmur (-)
Mamae : Puting menonjol (+), ASI belum keluar
Abdomen : TFU : 2 jari dibawah umbilicus, kontraksi uterus (+), BU (+,
Normal)
Ekstremitas : Edema -/-, akral hangat
13
PPV : lochia (+)
A : PII A0 30 tahun post partum spontan
P : Amoksisilin 3x 500 mg
Pospargin 2x 1 tablet
Hemafort 1x1
ASI eksklusif 6 bulan, kontrol di poliklinik obgyn 1 minggu.
TINJAUAN PUSTAKA
14
PERSALINAN NORMAL
Definisi
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun kedalam jalan
lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada :
kehamilan 37-40 minggu
lahir spontan dengan persentasi belakang kepala
berat badan janin 2500-4000 gram
tanpa komplikasi baik ibu maupun janin.
persalinan dikatakan normal bila tidak ada penyulit.
Macam- macam persalinan menurut Manuaba (2002)
a) Persalinan spontan : bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan sendiri.
b) Persalinan buatan : bila persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
c) Persalinan anjuran : bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan.
Beberapa istilah yang berkaitan dengan umur kehamilan dan berat janin yang dilahirkan
antara lain :
Abortus : Berakhimya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia luar pada umur
kehamilan kurang dari 20 minggu dan berat janin lebih dari 500 gram.
Persalinan imaturus : Berakhimya kehamilan sebelum janin hidup di dunia luar pada wnur
kehamilan kurang dari 28 minggu.
Persalinan prematuritas : Persalinan sebelum umur kehamilan 37 minggu dan berat janin
kurang dari atau sama dengan 2499 gram.
Persalinan aterm : Persalinan antara umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan
berat janin lebih dari atau sama dengan 2500 gram.
Persalinan serotinus: Persalinan melainpaui umur kehamilan 42 minggu dan pada janin
terdapat tanda postmaturitas.
Persalinan presipitatus: Persalinan yang berlangsung cepat, kurang dari 3 jam.
15
Persalinan dipengaruhi oleh 3 hal yaitu “POWER, PASSAGE, PASSENGER”
POWER yang mendorong anak keluar : His, tenaga mengejan/meneran,
PASSAGE : ukuran panggul
PASSENGER : ukuran kepala, bayi, letak dan presentasi bayi, letak plasenta.
POWER
His
His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan. Pada bulan terakhir kehamilan sebelum
persalinan dimulai, sudah terdapat kontraksi rahim yang disebut his pendahuluan atau his
palsu. His ini sebetulnya, hanya merupakan peningkatan kontraksi Braxton Hicks, sifatnya
tidak teratur dan menyebabkan nyeri di perut bagian bawah dan lipat paha, tetapi tidak
menyebabkan nyeri yang memancar dari pinggang ke perut bagian bawah seperti his
persalinan. Lamanya kontraksi pendek, tidak bertambah kuat jika dibawa berjalan, bahkan
sering berkurang. His pendahuluan tidak bertambah kuat seiring majunya waktu,
bertentangan dengan his persalinan yang makin lama makin kuat. Hal yang paling penting
adalah bahwa his pendahuluan tidak mempunyai pengaruh pada serviks.
His persalinan merupakan kontraksi fisiologis otot-otot rahim. Bertentangan dengan sifat
kontraksi fisiologis lain, his persalinan bersifat nyeri. Nyeri ini mungkin disebabkan oleh
anoksia dari sel-sel otot sewaktu kontraksi, tekanan oleh serabut otot rahim yang berkontraksi
pada ganglion saraf di dalam serviks dan segmen bawah rahim, regangan serviks, atau
regangan dan tarikan pada peritoneum sewaktu kontraksi.
Kontraksi rahim bersifat autonom, tidak dipengaruhi oleh kemauan, tetapi dapat juga
dipengaruhi oleh rangsangan dari luar, misalnya rangsangan oleh jari-jari tangan. Kontraksi
rahim bersifat berkala dan yang harus diperhatikan ialah sebagai berikut :
Lamanya kontraksi
Kekuatan kontraksi menimbulkan naiknya tekanan intra uterin sampai 35 mmHg. Interval
antara dua kontraksi: pada permulaan persalinan his timbul sekali dalam 10 menit, pada kala
pengeluaran sekali dalam 2 menit.
Tenaga mengejan/ meneran
16
Selain his, setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah, tenaga yang mendorong anak
keluar terutama adalah kontraksi otot-otot dinding perut yang mengakibatkan peninggian
tekanan intraabdominal. Tenaga mengejan hanya dapat berhasil jika pembukaan sudah
lengkap, dan paling efektif sewaktu kontraksi rahim.
Tanpa tenaga mengejan anak tidak dapat lahir, misalnya pada pasien yang lumpuh otot-otot
perutnya, persalinan harus dibantu dengan forceps. Tenaga mengejan juga melahirkan
plasenta setelah plasenta lepas dari dinding rahim.
PASSAGE
Panggul
1. Panggul ginekoid
Jenis panggul yang paling banyak pada wanita normal, mempunyai diameter terbaik lahirnya
janin tanpa komplikasi. Pintu atas panggul tampak berbentuk bulat atau agak lonjong/ ellips.
Diameter transversal dari bidang pintu atas panggul (PAP) lebih panjang sedikit dari diameter
anteroposterior dan hampir seluruh daerah PAP merupakan ruangan yang terpakai untuk
kepala janin. Dilihat dari bidang pintu atas panggul, panggul menyerupai silinder tanpa
penyempitan dari bidang atas panggul sampai bidang pintu bawah. Bentuk panggul ini
ditemukan pada 45% wanita.
2. Panggul antrhopoid
Panggul yang memiliki suatu bentuk agak lonjong seperti telur, pada bidang pintu atas
panggul dengan diameter terpanjang antero-posterior. Oleh karena segmen posterior panjang
dan sempit, kepala janin tegak lurus terhadap diameter transversal dari pintu atas panggul.
Arkus pubis sempit dan lebarnya kurang dari 2 jari, sehingga menyebabkan penyempitan
pintu bawah panggul. Bentuk panggul ini ditemukan pada 35% wanita.
3. Panggul android
Panggul mirip laki-laki, mempunyai reputasi jelek dan lebih jarang dijumpai dibanding
bentuk ginekoid. Panggul android ditandai oleh daerah segmen posterior yang sempit dengan
ujung sakrum menonjol ke depan dan segmen anterior relatif panjang. Dilihat dari pintu atas
panggul tampak seperti bentuk segitiga, tulang-tulang dari panggul android umumnya berat
sehingga ruangan untuk penurunan kepala juga terbatas. Spina iskiadika menonjol ke
17
dalam jalan lahir dan pintu bawah panggul menunjukan suatu arkus pubis yang menyempit.
Bentuk panggul ini ditemukan pada 15% wanita.
4. Panggul Platipelloida
Panggul berbentuk datar dengan tulang-tulang yang lembut, jenis panggul ini paling jarang
dijumpai dan jumlahnya kurang dari 5% ditemukan pada wanita. Pintu atas panggul lebih
jelas terlihat dimana menunjukan pemendekan dari diameter antero-posterior, sebaliknya
diameter transversal lebar. Penyempitan panggul tengah bukanlah suatu masalah, karena
arkus pubis sangat lebar dan sakrum pendek mengarah kebelakang, maka distosia pada pintu
bawah panggul jarang terjadi.
Frekuensi dan ukuran jenis-jenis panggul berbeda diantara berbagai bangsa, dipengaruhi
faktor sosial dan ekonomi. Pada panggul ukuran normal dan jenis apapun panggulnya,
kelahiran pervaginam janin dengan Berat Badan (BB) yang normal tidak akan mengalami
kesukaran. Akan tetapi karena pengaruh gizi, ukuran panggul dapat menjadi lebih kecil dari
pada standar normal sehingga bisa terjadi kesulitan dalam persalinan pervaginam. Terutama
kelahiran pada panggul android dapat menimbulkan distosia yang sukar diatasi.
Bidang Hodge
Untuk menentukan berapa jauhnya bagian depan anak itu turun ke dalam rongga panggul,
maka Hodge telah menentukan berapa bidang khayalan dalam panggul :
H I : bidang yang dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas
H II : Sejajar dengan H I melalui pinggir bawah symphysis
H III : bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I dan II, terletak setinggi spina iskiadika
kanan dan kiri
H IV : Sejajar H I, II, III, terletak setinggi os coccygis
18
PASSENGER : Makrosomia, hidrocephalus, kelainan kongenital,letak lintang/sungsang,
presentasi muka, dan lain-lain. Adapun perubahan yang terjadi pada jalan lahir saat
persalinan berlangsung sebagai berikut :
1. Keadaan segmen atas dan segmen bawah rahim pada persalinan
Sejak kehamilan lanjut, uterus dengan jelas terdiri dari 2 bagian, yaitu segmen atas rahim
yang dibentuk oleh korpus uteri dan segmen bawah rahim yang terbentuk dari isthmus uteri.
Dalam persalinan, perbedaan antara segmen atas dan bawah rahim lebih jelas lagi. Segmen
atas memegang peranan aktif karena berkontraksi. Dindingnya bertambah tebal dengan
majunya persalinan. Sebaliknya, segmen bawah rahim memegang peranan pasif dan makin
menipis seiring dengan majunya persalinan karena direnggang. Jadi, segmen atas
berkontraksi, menjadi tebal dan mendorong anak keluar sedangkan segmen bawah dan
serviks mengadakan relaksasi dan dilatasi serta menjadi saluran yang tipis dan teregang yang
akan dilalui bayi.
Sifat kontraksi otot rahim
Kontraksi otot rahim mempunyai dua sifat yang khas, yaitu :
Setelah kontraksi, otot tersebut tidak berelaksasi kembali ke keadaan sebelum kontraksi,
tetapi menjadi sedikit lebih pendek walaupun tonusnya seperti sebelum kontraksi. Kejadian
ini disebut retraksi. Dengan retraksi, rongga rahim mengecil dan anak berangsur di dorong ke
bawah dan tidak banyak naik lagi ke atas setelah his hilang. Akibatnya segmen atas makin
tebal seiring majunya persalinan, apalagi setelah bayi lahir.
Kontraksi tidak sama kuatnya, tetapi paling kuat di daerah fundus uteri dan berangsur
berkurang ke bawah dan paling lemah pada segmen bawah rahim.Jika kontraksi di bagian
bawah sama kuatnya dengan kontraksi di bagian atas, tidak akan ada kemajuan dalam
persalinan. Karena pada permulaan persalinan serviks masih tertutup, isi rahim tentu tidak
dapat didorong ke dalam vagina. Jadi, pengecilan segmen atas harus diimbangi oleh relaksasi
segmen bawah rahim. Akibat hal tersebut, segmen atas makin lama semakin mengecil,
sedangkan segmen bawah semakin diregang dan makin tipis, isi rahim sedikit demi sedikit
terdorong ke luar dan pindah ke segmen bawah. Karena segmen atas makin tebal dan segmen
bawah makin tipis, batas antar segmen atas dan segmen bawah menjadi jelas. Batas ini
disebut “lingkaran retraksi fisiologis”.Jika segmen bawah sangat diregang, lingkaran retraksi
19
lebih jelas lagi dan naik mendekati pusat, lingkaran ini disebut “lingkaran retraksi patologis”
atau“lingkaran Bandle” yang merupakan tanda ancaman robekan rahim dan muncul jika
bagian depan tidak dapat maju, misalnya karena pangul sempit.
2. Perubahan bentuk rahim
Pada tiap kontraksi, sumbu panjang rahim bertambah panjang, sedangkan ukuran melintang
maupun ukuran muka belakang berkurang. Pengaruh perubahan bentuk ini ialah sebagai
berikut :
Karena ukuran melintang berkurang, lengkungan tulang punggung anak berkurang, artinya
tulang punggung menjadi lebih lurus. Dengan demikian, kutub atas anak tertekan pada
fundus, sedangkan kutub bawah ditekan ke dalam pintu atas panggul. Karena rahim
bertambah panjang, otot-otot memanjang direnggang dan menarik segmen bawah dan
serviks. Hal ini merupakan salah satu penyebab pembukaan serviks.
3. Perubahan pada serviks
Agar anak dapat keluar dari rahim, perlu terjadi pembukaan serviks. Pembukaan serviks ini
biasanya didahului oleh pendataran serviks.
Pendataran serviks
Pendataran serviks adalah pemendekan kanalis servikalis yang semula berupa sebuah saluran
dengan panjang 1-2 cm, menjadi satu lubang saja dengan pinggir yang tipis. Pendataran ini
terjadi dari atas ke bawah.
Pembukaan serviks
Yang dimaksud dengan pembukaan serviks adalah pembesaran ostium eksternum menjadi
suatu lubang dengan diameter sekitar 10 cm yang akan di lalui anak.
4. Perubahan pada vagina dan dasar panggul
Setelah ketuban pecah, segala perubahan terutama pada dasar panggul ditentukan oleh bagian
depan anak. Oleh bagian depan yang maju itu, dasar panggul diregang menjadi saluran
dengan dinding yang tipis. Sewaktu kepala sampai di vulva, lubang vulva menghadap ke
20
depan atas. Dari luar, peregangan oleh bagian depan tampak pada perineum yang menonjol
dan tipis, sedangkan anus menjadi terbuka.
MEKANISME PERSALINAN NORMAL
KALA PERSALINAN
Partus dibagi menjadi 4 kala.
Mekanisme persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu
Kala I : waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap 10 cm,disebut
kala pembukaan.
Klinis dapat dinyatakan partus dimulai bila timbul his dan keluar lendir darah. Lendir
darah ini berasal dari lendir kanalis servikalis karena serviks mulai membuka dan
mendatar, sedangkan darahnya berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang berada
disekitar kanalis servikalis itu pecah karna pergeseran ketika serviks membuka.
Mekanisme membukanya serviks berbeda antara primigravida dan multigravida. Pada
primigravida ostium uteri internum akan membuka lebih dahulu, sehingga serviks
akan mendatar dan menipis, baru kemudian oue membuka. Pada multigravida oue dan
oui sudah sedikit membuka. Penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang
sama pada pembukaan. Ketuban akan pecah sendiri ketika pembukaan hampir atau
telah lengkap. Tidak jarang ketuban harus dipecahkan ketika pembukaan hampir
lengkap atau telah lengkap. Bila ketuban telah pecah sebelum mencapai pembukaan
atau inpartu kala 1 maka disebut ketuban pecah dini.
Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase.
1. Fase Laten : Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai
mencapai ukuran diameter 3 cm.
2. Fase Aktif : Dibagi dalam 3 fase lagi, yakni :
Fase Akselerasi : Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm.
Fase Dilatasi Maksimal : Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat,
dari 4 cm menjadi 9 cm.
Fase Deselerasi : Pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam
pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.
21
Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multigravida pun terjadi
demikian, akan tetapi fase laten, fase aktif, dan fase deselerasi terjadi lebih pendek.
Mekanisme membukanya serviks berbeda antara pada primigravida dan multigravida.
Pada yang pertama ostium uteri internum akan membuka lebih dahulu, sehingga
serviks akan mendatar dan menipis. Baru kemudian ostium uteri eksternum membuka.
Pada multigravida ostium uteri internum sudah sedikit terbuka. Ostium uteri internum
dan eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang sama.
Kala I selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada primigravida kala I
berlangsung kira-kira 13jam. Sedangkan multipara kira-kira 7 jam.
Kala II : Kala pengeluaran janin, waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan
mengedan mendorong janin keluar hingga lahir
His menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 – 3 menit sekali. Karena biasanya
dalam kepala janin sudah masuk ruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan
pada otot-otot dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan.
Wanita merasa pula tekanan kepada rektum dan hendak buang air besar. Kemudian
perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus membuka. Labia mulai
membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his.
Bila dasar panggul sudah lebih berelaksasi, kepala janin tidak masuk lagi diluar his,
dan dengan his dan kekuatan mengedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan
suboksiput dibawah simfisis dan dahi, muka dan dagu melewati perineum.
Setelah beristirahat sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan anggota bayi
lain. Pada primigravida kala II berlangsung 2 jam dan pada multigravida 1 jam.
Kala III : Batasan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta.
1. Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri sedikit diatas pusat.
2. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari
dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 – 15 menit setelah bayi lahir dan keluar
spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri.
Tanda – tanda lepasnya plasenta :
22
1. Perubahan ukuran dan bentuk uterus
2. Tali pusat memanjang
3. Semburan darah tiba – tiba
Manajemen aktif kala III :
- Pemberian oksitosin 10 unit IM dalam 2 menit setelah bayi lahir
- Melakukan PTT ( Penegangan tali pusat terkendali )
- Masase ( pemijatan ) fundus uteri segera setelah plasenta lahir
Catatan :
- Jika plasenta belum lahir dalam 15 menit , dapat diberikan oksitosin 10 unit IM dosis
kedua dan ulangi PTT
- Jika kandung kemih teraba penuh, bisa dilakukan kateterisasi
- Jika dalam menit ke-30 belum lahir secara spontan dapat dilakukan manual plasenta.
Kala IV : 2 jam setelah plasenta lahir lengkap
Penatalaksanaaan :
1. Lakukan masase fundus uteri
2. Evaluasi tinggi fundus ( normalnya fundus uteri setinggi pusat atau dibawahnya ,
misal 2 jari dibawah pusat )
3. Periksa plasenta dan selaputnya untuk memastikan keduanya lengkap dan utuh
4. Periksa kehilangan darah secara keseluruhan
5. Periksa perineum dan perdarahan aktif ( apabila ada laserasi atau episiotomi )
6. Evaluasi kondisi umum ibu
7. Dokumentasikan semua temuan dan penatalaksaan kala IV dibelakang partograf
Gerakan-gerakan anak pada persalinan
Gerakan-gerakan anak pada persalinan yang paling sering kita jumpai ialah presentasi
belakang kepala dan kebanyakan presentasi ini masuk ke dalam pintu atas panggul dengan
sutura sagitalis melintang. Ubun-ubun kecil kiri melintang lebih sering daripada ubun-ubun
kecil kanan melintang. Karena itu, akan diuraikan pergerakan anak dalam presentasi belakang
kepala dengan posisi ubun-ubun kecil kiri melintang.
23
Mekanisme persalinan terdiri dari suatu gabungan gerakan-gerakan yang berlangsung pada
saat yang sama. Misalnya, sebagai bagian dari proses engagement terjadi fleksi dan
penurunan kepala. Gerakan-gerakan tersebut tidak mungkin diselesaikan bila bagian
terbawah janin tidak turun secara bersamaan. Seiring dengan itu, kontraksi uterus
menghasilkan modifikasi penting pada sikap atau habitus janin, terutama setelah kepala turun
ke dalam panngul.
Selama proses persalinan, janin melakukan serangkaian gerakan untuk melewati panggul -“seven cardinal movements of labor” yang terdiri dari :
1. Engagemen
2. Fleksi
3. Desensus
4. Putar paksi dalam
5. Ekstensi
6. Putar paksi luar
7. Ekspulsi
Gerakan-gerakan tersebut terjadi pada presentasi kepala dan presentasi bokong. Gerakan-
gerakan tersebut menyebabkan janin dapat mengatasi rintangan jalan lahir dengan baik
sehingga dapat terjadi persalinan per vaginam secara spontan.
1. Engagemen
- Suatu keadaan dimana diameter biparietal sudah melewati pintu atas panggul.
- Pada 70% kasus, kepala masuk pintu atas panggul ibu pada panggul jenis ginekoid
dengan oksiput melintang (tranversal)
- Proses engagemen kedalam pintu atas panggul dapat melalui proses normal
sinklitismus , asinklitismus anterior dan asinklitismus posterior :
Normal sinklitismus. Sutura sagitalis tepat diantara simfisis pubis dan sacrum. Pada
presentasi belakang kepala , engagement berlangsung apabila diameter biparietal telah
melewati pintu atas panggul. Kepala paling sering masuk dengan sutura sagitalis
melintang.Ubun-ubun kecil kiri melintang merupakan posisi yang paling sering kita temukan.
Apabila diameter biparietal tersebut sejajar dengan bidang panggul,kepala berada dalam
sinklitisme. Sutura sagitalis berada di tengah-tengah antara dinding panggul bagian depan dan
24
belakang. Engagement dengan sinklitisme terjadi bila uterus tegak lurus terhadap pintu atas
panggul dan panggulnya luas. Jika keadaan tersebut tidak tercapai, kepala berada dalam
keadaan asinklitisme.
Asinklitismus anterior : Sutura sagitalis lebih dekat kearah sacrum. Asinklitismus derajat
sedang pasti terjadi pada persalinan normal, namun jika derajat berat, gerakan ini dapat
menimbulkan disproporsi sefalo pelvik pada panggul yang berukuran normal sekalipun.
Perubahan yang berturut-turut dari asinklitismus posterior ke anterior mempermudah
desensus dengan memungkinkan kepala janin mengambil kesempatan memanfaatkan daerah-
daerah yang paling luas di rongga panggul.
Asinklitismus posterior: Sutura sagitalis lebih dekat kearah simfisis pubis (parietal bone
presentasion)
25
2. Fleksi
Gerakan fleksi terjadi akibat adanya tahanan servik, dinding panggul dan otot dasar panggul.
Fleksi kepala diperlukan agar dapat terjadi engagemen dan desensus. Pada gerakan ini, dagu
mendekat ke dada janin dan diameter suboksipitobregmatika yang lebih pendek
menggantikandiameter oksipitofrontal yang lebih panjang.
Bila terdapat kesempitan panggul, dapat terjadi ekstensi kepala sehingga terjadi letak defleksi
(presentasi dahi, presentasi muka).
3. Desensus (Penurunan Kepala)
Pada nulipara, engagemen terjadi sebelum inpartu dan tidak berlanjut sampai awal kala II;
pada multipara desensus berlangsung bersamaan dengan dilatasi servik.
Penyebab terjadinya desensus :
1. Tekanan cairan amnion
2. Tekanan langsung oleh fundus uteri pada bokong
3. Usaha meneran ibu
4. Gerakan ekstensi tubuh janin (tubuh janin menjadi lurus)
Faktor lain yang menentukan terjadinya desensus adalah :
1. Ukuran dan bentuk panggul
2. Posisi bagian terendah janin
26
Semakin besar tahanan tulang panggul atau adanya kesempitan panggul akan menyebabkan
desensus berlangsung lambat. Desensus berlangsung terus sampai janin lahir.
4. Putar paksi dalam- internal rotation
- Bersama dengan gerakan desensus, bagian terendah janin mengalami putar paksi dalam
pada level setinggi spina ischiadica (bidang tengah panggul).
- Kepala berputar dari posisi tranversal menjadi posisi anterior (kadang-kadang kearah
posterior).
- Pada presentasi belakang kepala, bagian yang terendah adalah daerah ubun-ubun kecil dan
bagian inilah yang akan memutar ke depan, ke bawah simfisis. Putaran paksi dalam
mutlak diperlukan untuk kelahiran kepala, karena putaran paksi merupakan suatu usaha
untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir, khususnya bentuk bidang
tengah dan pintu bawah panggul. Putaran paksi dalam tidak terjadi tersendiri, tetapi selalu
bersamaan dengan majunya kepala dan tidak terjadi sebelum kepala sampai ke Hodge III
kadang-kadang baru terjadi setelah kepala sampai di dasar panggul
- Putar paksi biasanya berakhir setelah kepala mencapai dasar panggul.
Sebab-sebab putaran paksi dalam yakni:
- Pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian terendah darikepala.
- Bagian terendah kepala ini mencari tahanan yang paling sedikit, yaitu disebelah depan atas
tempat terdapatnya hiatus genitalis antara antara musculuslevator ani kiri dan kanan.
- Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter anteroposterior.
5. Ekstensi
Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar panggul terjadilah ekstensi atau
defleksi kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul
mengarah ke depan dan ke atas sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk
melaluinya. Kalau tidak terjadi ekstensi, kepala akant tertekan pada perineum dan
menembusnya. Pada kepala, bekerja dua kekuatan yang satu mendesaknya ke bawah, dan
yang satunya disebabkan oleh tahanan dasar panggul yang menolaknya ke atas. Resultannya
ialah kekuatan ke arahdepan atas. Setelah suboksiput tertahan pada pinggir bawah simfisis,
yang dapat maju karena kekuatan tersebut di atas ialah bagian yang berhadapan dengan
27
subocciput sehingga pada pinggir atas perineum, lahirlah berturut-turut ubun-ubun besar, dahi
hidung, mulut, dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi. Suboksiput yang menjadi pusat
pemutaran disebut hipomoklion.
Proses ekstensi berlanjut dan seluruh bagian kepala janin lahir.
6. Putar paksi luar- external rotation
Setelah kepala lahir, terjadi putar paksi luar (restitusi) yang menyebabkan posisi kepala
kembali pada posisi saat engagemen terjadi dalam jalan lahir. Belakang kepala anak memutar
kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena
putaran paksi dalam. Gerakan ini disebut putaran restitusi (putaran balasan : putaran
paksiluar). Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber
ischiadicum sesisi. Gerakan yang terakhir ini adalah putaran paksi luar yang sebenarnya dan
disebabkan karena ukuran bahu menempatkan diri dalamdiameter anteroposterior pintu
bawah panggul.
7. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah simfisis dan menjadi hipomoklion
untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh
badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahir. Bahu anterior akan mengalami putar paksi
dalam sejauh 450 menuju arcus pubis sebelum dapat lahir dibawah simfisis. Persalinan bahu
depan dibantu dengan tarikan curam bawah pada samping kepala janin . Setelah bahu depan
lahir, dilakukan traksi curam atas untuk melahirkan bahu posterior. Traksi untuk melahirkan
bahu harus dilakukan secara hati-hati untuk menghindari cedera pada pleksus brachialis.
Setelah persalinan kepala dan bahu, persalinan selanjutnya berlangsung pada sisa bagian
tubuh janin dengan melakukan traksi pada bahu janin. Setelah kepala lahir, muka janin
dibersihkan dan jalan nafas dibebaskan dari darah dan cairan amnion. Mulut dibersihkan
terlebih dahulu sebelum melakukan pembersihan hidung.
Setelah jalan nafas bersih, dilakukan pemeriksaan adanya lilitan talipusat sekitar leher dengan
jari telunjuk. Lilitan talipusat yang terjadi harus dibebaskan terlebih dahulu. Bila lilitan
talipusat terlalu erat dapat dilakukan pemotongan diantara 2 buah klem.
28
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi keempat. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2012.h.80-7, 583-7, 678-81.
2. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. Obstetri
Williams. Vol. I. Jakarta: EGC; 2010.h. 546-7.
3. Mochtar R. Partus lama dan partus terlantar. Sinopsis Obstetri jilid I. Edisi 2. Jakarta:
EGC; 1998. h. 384-386.
4. Kusumawati Y. Faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap persalinan dengan
tindakan. Semarang: UNDIP; 2006. Diunduh
http://eprints.undip.ac.id/15334/1/TESIS__YULI_KUSUMAWATI.pdf . 7 Oktober
2014.
5. Wiknjosastro H. Ilmu bedah kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;
2010.h.80-7, 103.
6. Khosim MS, Surjono A, Setyowireni D, et al. Buku panduan manajemen masalah
bayi baru lahir untuk dokter, bidan dan perawat di rumah sakit. Jakarta : IDAI,
MNH-JHPIEGO, Depkes RI, 2004; 19-20.
30