partus normal dr.widi

41
LAPORAN KASUS PARTUS NORMAL Oleh : Natalia Hadinata (11-2013-261) Pembimbing: dr. Widiarso, Sp.OG KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI-GINEKOLOGI 1

Upload: onyong-natalia

Post on 12-Jan-2016

65 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

obgyn

TRANSCRIPT

Page 1: Partus Normal Dr.widi

LAPORAN KASUS

PARTUS NORMAL

Oleh :

Natalia Hadinata

(11-2013-261)

Pembimbing:

dr. Widiarso, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI-GINEKOLOGI

PERIODE 1 DESEMBER 2014 – 7 FEBRUARI 2014

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU

2014

1

Page 2: Partus Normal Dr.widi

KEPANITERAAN KLINIK

STATUS OBSTETRI

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

Jl. Arjuna Utara No. 6. Kebon Jeruk- Jakarta Barat

SMF OBSTETRI RS MARDI RAHAYU KUDUS

Nama : Natalia Hadinata Tanda tangan :

NIM : 11.2013.261

Dr pembimbing / penguji : dr. Widiarso, Sp.OG

IDENTITAS PASIEN

Nama lengkap : Ny. N Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 30 tahun Suku bangsa : Jawa

Status perkawinan : Kawin (GIIPIA0) Agama : Islam

Pekerjaan : - Pendidikan : SMP

Alamat : Japan RT. 11 RW 02

Japan, Dawe, Kudus

Masuk Rumah Sakit : 18 Januari 2015

Pukul 05.00WIB

Nama suami : Tn. P

Umur : 32 tahun

Pekerjaan : Buruh pabrik

Alamat : Japan RT. 11 RW 02

Japan, Dawe, Kudus

A. ANAMNESIS

Dilakukan autoanamnesis tanggal 18 Agustus 2015 Pukul 05.00 WIB

Keluhan utama :

Perut terasa kencang-kencang sejak 1 hari yang lalu

Keluhan tambahan :

-

2

Page 3: Partus Normal Dr.widi

Riwayat Penyakit Sekarang

Wanita berusia 30 tahun dengan kehamilan usia 41 minggu datang ke UGD dengan

keluhan kencang-kencang. Dan pasien mengeluarkan lendir darah dari kemaluannya

dan tidak keluar rembesan air. Saat di UGD diperiksa dalam dan dikatakan

pembukaan sudah 8 cm. Pasien mengatakan ini merupakan kehamilan keduanya.

Kehamilan yang pertama tidak mengalami masalah dan dan proses kelahiran anak

pertama di vaccum ekstraksi. Selama kehamilan, pasien rutin memeriksakan

kehamilannya ke bidan dan tidak ada masalah selama kehamilan ini.

Pasien memiliki riwayat menstruasi teratur. HPHT 2 April 2014, dengan HPL 9

Januari 2015.

Riwayat penyakit dahulu

Riwayat kelahiran anak pertama di vaccum ekstraksi.

Riwayat penyakit keluarga

-

Riwayat Menstruasi:

Menarche : 14 tahun

Dismenorrhea : (-)

Leukorrhea : (-)

Menopause : (-)

Siklus : 28 hari

Lama : 7 hari

Riwayat Perkawinan:

Menikah 1 kali pada usia 22 tahun, selama 8 tahun.

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran

Hamil

ke

Usia

kehamilan

Jenis

persalinan

penyulit Penolong Jenis

kelamin

BB/TB

lahit

Umur

sekarang

1 9 bulan VE dokter Laki-laki 3.700 gr 7 tahun

3

Page 4: Partus Normal Dr.widi

2 Hamil ini

Riwayat Kehamilan Sekarang:

HPHT : 2 April 2014

HPL : 9 Januari 2015

Riwayat Kontrasepsi:

( - ) Pil KB ( - ) IUD

( + ) Suntikan 3 bulan ( - ) Lain-lain

( - ) Susuk KB

Riwayat Antenatal Care:

Pasien memeriksakan kehamilannya 1 kali setiap bulan ke bidan.

Riwayat Penyakit Dahulu

Proses kelahiran anak pertama dibantu dengan vaccum

Riwayat Penyakit Keluarga

Hubungan Umur Jenis kelamin Keadaan

kesehatan

Penyebab

meninggal

Ayah 55 tahun Laki-laki Hidup -

Ibu 52 tahun Perempuan Hidup -

Suami 32 tahun Laki-laki Hidup -

Ada kerabat yang menderita :

Penyakit Ya Tidak Hubungan

Alergi - √

Asma - √

Tuberkulosis - √

HIV - √

4

Page 5: Partus Normal Dr.widi

Hepatitis B - √

Hepatitis C - √

Hipertensi - √

Cacat bawaan - √

B. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tekanan darah : 100/60 mmHg

Nadi : 90x/menit (kuat angkat, reguler)

Pernafasan : 20x/menit (abdomino-torakal)

Suhu : 37oC

Tinggi Badan : 155 cm

Berat : 54 kg

Kulit

Warna kuning langsat, turgor kulit baik, ikterus(-),

Kepala

Normocephali, Rambut hitam, distribusi merata

Mata

Pupil isokor dengan diameter 3mm, refleks cahaya (+/+), konjungtiva pucat (-/-),

sklera ikterik (-/-), edema palpebra (-/-)

Telinga

Selaput pendengaran utuh, serumen (-), perdarahan (-)

Hidung

Sekret (-), deviasi septum (-), pernapasan cuping hidung (-), epistaksis (-)

5

Page 6: Partus Normal Dr.widi

Mulut

Lidah dalam batas normal, mukosa bucal merah muda.

Leher

Tidak terdapat pembesaran Tiroid dan KGB, Deviasi trachea (−), Hipertrofi otot

pernapasan tambahan (−), Retraksi suprasternal (−)

Dada

Paru-paru (Pulmo)

Inspeksi : warna kuning langsat, sela iga tidak melebar, retraksi (-), pergerakan

simetris pada saat statis dan dinamis, pernapasan abdominotorakal.

Palpasi : sela iga tidak melebar, pergerakan simetris pada saat statis dan

dinamis, vokal fremitus simetris kanan dan kiri.

Perkusi : sonor +/+

Auskultasi : vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-

Jantung (Cor)

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

Palpasi : ictus cordis teraba pada sela iga V, 2 cm medial dari linea

midclavicularis sinistra

Perkusi :

Batas atas : pada sela iga II garis parasternal kiri

Batas kiri : pada sela iga V, 2 cm medial dari garis midclavicularis

sinistra

Batas kanan : pada sela iga V, pada garis parasternal sinistra

Auskultasi : bunyi jantung I-II reguler, tidak terdengar murmur dan gallop pada ke

4 katup jantung

Perut (Abdomen)

Inspeksi : membuncit membujur, tidak ada luka bekas operasi.

Palpasi : nyeri tekan ( - ), massa ( - ), defans muskuler (-)

Hati : tidak teraba

Limpa : tidak teraba

Perkusi : timpani

6

Page 7: Partus Normal Dr.widi

Auskultasi : bising usus (+)

Anggota gerak :

Edema Akral hangat

- - + +

- - + +

Kelenjar getah bening

Submandibula : tidak ditemukan pembesaran

Supraklavikula : tidak ditemukan pembesaran

Lipat paha : tidak ditemukan pembesaran

Leher : tidak ditemukan pembesaran

Ketiak : tidak ditemukan pembesaran

Aspek kejiwaan

Tingkah laku : tenang

Alam perasaan : biasa

Proses pikir : wajar

C. PEMERIKSAAN OBSTETRIKUS

Pemeriksaan Luar

Inspeksi

Wajah : chloasma gravidarum (-)

Payudara : pembesaran (+), puting susu menonjol, pengeluaran ASI (+)

Abdomen : membuncit memanjang

linea nigra (+), striae livide (+), striae albicans (+)

bekas operasi (-)

Palpasi

TFU : 2 jari di bawah prosesus xiphoideus (31 cm)

Tafsiran Berat Janin: (31-11) x 155= 3100 gram

Leopold I : Teraba bulat, lunak, dan tidak melenting (bokong).

7

Page 8: Partus Normal Dr.widi

Leopold II : Teraba bagian memanjang dan keras di sebelah kanan

(PUKA)

Leopold III : Teraba bagian bulat, melenting, dan keras (kepala)

Leopold IV : konvergen (bagian kepala belum masuk PAP)

DJJ : 136x/menit

His : (+) 5x dalam 10 menit selama 20 detik.

PPV : (+) lendir darah

Pemeriksaan dalam:

Vaginal Toucher – (pukul 05.00)

Ø 8 cm, KK (+), effacement 75%

bagian bawah janin kepala, hodge I

UUK kanan lintang

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium, 19 Januari 2015 (pukul 06.09)

Darah rutin

Hemoglobin 11,2 g/dL (N: 11,7 – 15,5)

Leukosit 10,11 ribu (N: 3.600 – 11.000)

Eosinofil% 0,60 % (N: 1-3)

Basofil% 0,30 % (N: 0-1)

Neutrofil % 74,20 % (N: 50-70)

Limfosit% 20,10 % (N: 25-40)

Monosit% 3,40 % (N: 2-8)

MCV 87 fL (N: 80-100)

MCH 30 pg (N: 26-34)

MCHC 35 g % (N: 32-36)

Hematokrit 32,40 % (N: 30-43)

Trombosit 190.000 (N: 150.000-440.000)

Eritrosit 3,7 juta (N: 3,8 – 5,2)

RDW 13,0 % (N: 11,5 - 14,5)

PDW 61,8 % (N: 10-18)

MPV 11,5 µm3 (N: 6,8 – 10)

8

Page 9: Partus Normal Dr.widi

Golongan darah/Rh AB/+

Waktu perdarahan/BT 1,3 menit (N: 1-3)

Waktu pembekuan/CT 5,3 menit (N: 2-6)

E. RINGKASAN (RESUME)

Wanita berusia 30 tahun, GIIPIA0, hamil 41 minggu datang dengan keluhan kencang-

kencang sejak 1 hari yang lalu. Keluhan ini disertai keluarnya lendir darah dari jalan

lahir. Saat diperiksa dalam di UGD dikatakan pembukaan 8 cm. Pasien mengatakan

rutin memeriksakan kehamilannya setiap bulan ke bidan.. pasien tidak ada riwayat

operasi sebelumnya.

HPHT : 7 Maret 2014

HPL : 14 Desember 2014

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tekanan darah : 100/60 mmHg

Nadi : 90x/menit (kuat angkat, reguler)

Pernafasan : 20x/menit (abdomino-torakal)

Suhu : 37oC

Tinggi Badan : 155 cm

Berat : 54 kg

PEMERIKSAAN OBSTETRIKUS

Pemeriksaan Luar

Inspeksi

Wajah : chloasma gravidarum (-)

Payudara : pembesaran (+), puting susu menonjol, pengeluaran ASI (+)

Abdomen : membuncit memanjang

linea nigra (+), striae livide (+), striae albicans (+)

bekas operasi (-)

Palpasi

TFU : 2 jari di bawah prosesus xiphoideus (31 cm)

Tafsiran Berat Janin: (31-11) x 155= 3100 gram

9

Page 10: Partus Normal Dr.widi

Leopold I : Teraba bulat, lunak, dan tidak melenting (bokong).

Leopold II : Teraba bagian memanjang dan keras di sebelah kanan

(PUKA)

Leopold III : Teraba bagian bulat, melenting, dan keras (kepala)

Leopold IV : Konvergen (Kepala belum masuk PAP)

DJJ : 136x/menit

His : (+) 5x dalam 10 menit selama 20 detik.

PPV : (+) lendir darah

Pemeriksaan dalam:

Vaginal Toucher – (pukul 05.00)

Ø 8 cm, KK (+), effacement 75%

bagian bawah janin kepala, hodge I

UUK kanan lintang

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Hemoglobin 11,2 g/dL (N: 11,7 – 15,5)

Leukosit 10,11 ribu (N: 3.600 – 11.000)

Hematokrit 32,40 % (N: 30-43)

Trombosit 190.000 (N: 150.000-440.000)

Eritrosit 3,7 juta ( N : 3,8 – 5,2 )

Golongan darah /

rhesus

AB/+

Waktu perdarahan / BT 1,3 menit ( N : 1 – 3 )

Waktu pembekuan / CT 5,3 menit ( N : 2 – 6 )

F. DIAGNOSIS

Diagnosis kerja : pukul 05.00

GIIPIA0, Umur 30 tahun, hamil 41 minggu

Anak I, hidup intrauterine

10

Page 11: Partus Normal Dr.widi

Presentasi kepala U, PUKA

Inpartu kala I fase aktif

G. PENATALAKSANAAN

IVFD RL 20 tpm

Pengawasan 10

Evaluasi 2 jam

H. PROGNOSIS

Vitam : dubia ad bonam

Fungtionam : dubia ad bonam

Sanationam : dubia ad bonam

I. FOLLOW UP

18 Januari 2015, Pukul 05.00 WIB

S: Perut terasa kencang.

O: Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

TD : 100/60 mmHg RR : 20x/menit

HR : 90x/menit T : 37oC

HIS : 5x/ 10 menit selama 20 detik

PPV : (+) lendir darah

DJJ : 136 x/menit

VT: Ø 8 cm, KK (+), effacement 75%

bagian bawah janin kepala, hodge I

UUK kanan lintang

A: GIIPIA0, Umur 30 tahun, hamil 41 minggu

Anak I, hidup intrauterine

Presentasi kepala U, PUKA

Inpartu kala I fase aktif

P: IVFD RL 20 tetes per menit

11

Page 12: Partus Normal Dr.widi

Pengawasan 10

Evaluasi 2 jam

18 Januari 2015, Pukul 07.00 WIB

S: Perut terasa semakin kencang

O: Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

TD : 110/70 mmHg RR : 24x/menit

HR : 88x/menit T : 37oC

HIS : 2x/ 10 menit selama 20 detik

PPV : (+) lendir darah

DJJ : 140 x/menit

VT: Ø 10 cm, KK (+), effacement 75%

bagian bawah janin kepala, hodge II

UUK kanan lintang

A: Idem

Inpartu kala II

P: IVFD RL 20 tetes per menit

Pecahkan ketuban

Pimpin mengejan saat ada his

18 Januari 2015, Pukul 07.55 WIB

S: pasien merasa lemas

O: Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

TD : 110/70 mmHg RR : 24x/menit

HR : 90x/menit T : 37oC

Air ketuban jernih. Dilahirkan bayi perempuan, hidup dengan berat badan

lahir 3240 gr, panjang badan lahir 48 cm, APGAR score 8-9-10. Anus (+).

12

Page 13: Partus Normal Dr.widi

A: PIIA0, Umur 30 tahun, post partus normal

In partu kala III

P: IVFD oksitosin dalam 500 cc D5 dimulai dari 8 tpm.

Lahirkan plasenta

18 Januari 2015, pukul 08.15 WIB

S : Masih lemas

O : Plasenta lahir spontan, kesan: lengkap

TFU: 2 jari dibawah umbilicus

Kontraksi uterus baik

Perdarahan pervaginam ±150 cc

A : PII A0 30 tahun post partus normal

In partu kala IV

P : methylergometrine maleate 1 amp

Pantau selama 2 jam

Observasi TFU, kontraksi uterus, perdarahan

Follow Up post partum

19 Januari 2015 pukul 14.00

S : keluhan (-)

O : Keadaan umum : baik

kesadaran : compos mentis

TD : 110/80 mmHg

Nadi : 86 x/menit

RR : 20 x/menit

Suhu : 36°C

Mata : Konjungtiva Anemis -/-, Sklera Ikterik -/-

Paru-paru : Vesikuler +/+, Wheezing -/-, Rhonki -/-

Jantung : BJ1-BJ2 murni reguler, gallop (-), murmur (-)

Mamae : Puting menonjol (+), ASI belum keluar

Abdomen : TFU : 2 jari dibawah umbilicus, kontraksi uterus (+), BU (+,

Normal)

Ekstremitas : Edema -/-, akral hangat

13

Page 14: Partus Normal Dr.widi

PPV : lochia (+)

A : PII A0 30 tahun post partum spontan

P : Amoksisilin 3x 500 mg

Pospargin 2x 1 tablet

Hemafort 1x1

ASI eksklusif 6 bulan, kontrol di poliklinik obgyn 1 minggu.

TINJAUAN PUSTAKA

14

Page 15: Partus Normal Dr.widi

PERSALINAN NORMAL

Definisi

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun kedalam jalan

lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada :

kehamilan 37-40 minggu

lahir spontan dengan persentasi belakang kepala

berat badan janin 2500-4000 gram

tanpa komplikasi baik ibu maupun janin.

persalinan dikatakan normal bila tidak ada penyulit.

Macam- macam persalinan menurut Manuaba (2002)

a) Persalinan spontan    :   bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan sendiri.

b) Persalinan buatan      :   bila persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.

c) Persalinan anjuran     :   bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan.

Beberapa istilah yang berkaitan dengan umur kehamilan dan berat janin yang dilahirkan

antara lain :

Abortus : Berakhimya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia luar pada umur

kehamilan kurang dari 20 minggu dan berat janin lebih dari 500 gram.

Persalinan imaturus : Berakhimya kehamilan sebelum janin hidup di dunia luar pada wnur

kehamilan kurang dari 28 minggu.

Persalinan prematuritas : Persalinan sebelum umur kehamilan 37 minggu dan berat janin

kurang dari atau sama dengan 2499 gram.

Persalinan aterm : Persalinan antara umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan

berat janin lebih dari atau sama dengan 2500 gram.

Persalinan serotinus: Persalinan melainpaui umur kehamilan 42 minggu dan pada janin

terdapat tanda postmaturitas.

Persalinan presipitatus: Persalinan yang berlangsung cepat, kurang dari 3 jam.

15

Page 16: Partus Normal Dr.widi

Persalinan dipengaruhi oleh 3 hal yaitu “POWER, PASSAGE, PASSENGER”

POWER yang mendorong anak keluar : His, tenaga mengejan/meneran,

PASSAGE : ukuran panggul

PASSENGER : ukuran kepala, bayi, letak dan presentasi bayi, letak plasenta.

POWER

His

His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan. Pada bulan terakhir kehamilan sebelum

persalinan dimulai, sudah terdapat kontraksi rahim yang disebut his pendahuluan atau his

palsu. His ini sebetulnya, hanya merupakan peningkatan kontraksi Braxton Hicks, sifatnya

tidak teratur dan menyebabkan nyeri di perut bagian bawah dan lipat paha, tetapi tidak

menyebabkan nyeri yang memancar dari pinggang ke perut bagian bawah seperti his

persalinan. Lamanya kontraksi pendek, tidak bertambah kuat jika dibawa berjalan, bahkan

sering berkurang. His pendahuluan tidak bertambah kuat seiring majunya waktu,

bertentangan dengan his persalinan yang makin lama makin kuat. Hal yang paling penting

adalah bahwa his pendahuluan tidak mempunyai pengaruh pada serviks.

His persalinan merupakan kontraksi fisiologis otot-otot rahim. Bertentangan dengan sifat

kontraksi fisiologis lain, his persalinan bersifat nyeri. Nyeri ini mungkin disebabkan oleh

anoksia dari sel-sel otot sewaktu kontraksi, tekanan oleh serabut otot rahim yang berkontraksi

pada ganglion saraf di dalam serviks dan segmen bawah rahim, regangan serviks, atau

regangan dan tarikan pada peritoneum sewaktu kontraksi.

Kontraksi rahim bersifat autonom, tidak dipengaruhi oleh kemauan, tetapi dapat juga

dipengaruhi oleh rangsangan dari luar, misalnya rangsangan oleh jari-jari tangan. Kontraksi

rahim bersifat berkala dan yang harus diperhatikan ialah sebagai berikut :

Lamanya kontraksi

Kekuatan kontraksi menimbulkan naiknya tekanan intra uterin sampai 35 mmHg. Interval

antara dua kontraksi: pada permulaan persalinan his timbul sekali dalam 10 menit, pada kala

pengeluaran sekali dalam 2 menit.

Tenaga mengejan/ meneran

16

Page 17: Partus Normal Dr.widi

Selain his, setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah, tenaga yang mendorong anak

keluar terutama adalah kontraksi otot-otot dinding perut yang mengakibatkan peninggian

tekanan intraabdominal. Tenaga mengejan hanya dapat berhasil jika pembukaan sudah

lengkap, dan paling efektif sewaktu kontraksi rahim.

Tanpa tenaga mengejan anak tidak dapat lahir, misalnya pada pasien yang lumpuh otot-otot

perutnya, persalinan harus dibantu dengan forceps. Tenaga mengejan juga melahirkan

plasenta setelah plasenta lepas dari dinding rahim.

PASSAGE

Panggul

1. Panggul ginekoid

Jenis panggul yang paling banyak pada wanita normal, mempunyai diameter terbaik lahirnya

janin tanpa komplikasi. Pintu atas panggul tampak berbentuk bulat atau agak lonjong/ ellips.

Diameter transversal dari bidang pintu atas panggul (PAP) lebih panjang sedikit dari diameter

anteroposterior dan hampir seluruh daerah PAP merupakan ruangan yang terpakai untuk

kepala janin. Dilihat dari bidang pintu atas panggul, panggul menyerupai silinder tanpa

penyempitan dari bidang atas panggul sampai bidang pintu bawah. Bentuk panggul ini

ditemukan pada 45% wanita.

2. Panggul antrhopoid

Panggul  yang memiliki suatu  bentuk agak lonjong seperti telur, pada bidang  pintu atas

panggul dengan diameter terpanjang antero-posterior. Oleh karena  segmen posterior  panjang

dan sempit, kepala janin tegak lurus terhadap  diameter transversal dari pintu atas panggul.

Arkus pubis sempit dan lebarnya kurang dari 2 jari, sehingga menyebabkan penyempitan

pintu bawah panggul.  Bentuk panggul ini ditemukan pada 35% wanita.  

3. Panggul android

Panggul mirip laki-laki, mempunyai reputasi jelek dan lebih jarang dijumpai  dibanding

bentuk ginekoid. Panggul android ditandai oleh daerah segmen  posterior yang sempit dengan

ujung sakrum menonjol ke depan dan segmen  anterior relatif panjang. Dilihat dari pintu atas

panggul tampak seperti bentuk  segitiga, tulang-tulang dari panggul android umumnya berat

sehingga ruangan  untuk penurunan  kepala juga terbatas. Spina iskiadika menonjol ke

17

Page 18: Partus Normal Dr.widi

dalam  jalan lahir dan pintu bawah panggul menunjukan suatu arkus pubis yang  menyempit.

Bentuk panggul ini ditemukan pada 15% wanita. 

4. Panggul Platipelloida

Panggul berbentuk datar dengan tulang-tulang yang lembut, jenis panggul ini paling jarang

dijumpai dan jumlahnya kurang dari 5% ditemukan pada wanita.  Pintu atas panggul lebih

jelas terlihat  dimana menunjukan pemendekan  dari  diameter antero-posterior, sebaliknya

diameter transversal  lebar. Penyempitan  panggul tengah bukanlah suatu masalah, karena

arkus pubis sangat lebar dan sakrum pendek mengarah kebelakang, maka distosia pada pintu

bawah  panggul jarang terjadi.

Frekuensi dan ukuran jenis-jenis panggul berbeda diantara berbagai bangsa,  dipengaruhi

faktor sosial dan ekonomi. Pada panggul ukuran normal dan jenis apapun  panggulnya,

kelahiran pervaginam janin dengan Berat Badan (BB) yang normal tidak  akan mengalami

kesukaran. Akan tetapi karena pengaruh gizi, ukuran panggul dapat  menjadi lebih kecil dari

pada standar normal sehingga bisa terjadi kesulitan dalam  persalinan pervaginam. Terutama

kelahiran pada panggul android dapat menimbulkan  distosia yang sukar diatasi.

Bidang Hodge

Untuk menentukan berapa jauhnya bagian depan anak itu turun ke dalam rongga panggul,

maka Hodge telah menentukan berapa bidang khayalan dalam panggul :

H I : bidang yang dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas

H II : Sejajar dengan H I melalui pinggir bawah symphysis

H III : bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I dan II, terletak setinggi spina iskiadika

kanan dan kiri

H IV : Sejajar H I, II, III, terletak setinggi os coccygis

18

Page 19: Partus Normal Dr.widi

PASSENGER : Makrosomia, hidrocephalus, kelainan kongenital,letak lintang/sungsang,

presentasi muka, dan lain-lain. Adapun perubahan yang terjadi pada jalan lahir saat

persalinan berlangsung sebagai berikut :

1. Keadaan segmen atas dan segmen bawah rahim pada persalinan

Sejak kehamilan lanjut, uterus dengan jelas terdiri dari 2 bagian, yaitu segmen atas rahim

yang dibentuk oleh korpus uteri dan segmen bawah rahim yang terbentuk dari isthmus uteri.

Dalam persalinan, perbedaan antara segmen atas dan bawah rahim lebih jelas lagi. Segmen

atas memegang peranan aktif karena berkontraksi. Dindingnya bertambah tebal dengan

majunya persalinan. Sebaliknya, segmen bawah rahim memegang peranan pasif dan makin

menipis seiring dengan majunya persalinan karena direnggang. Jadi, segmen atas

berkontraksi, menjadi tebal dan mendorong anak keluar sedangkan segmen bawah dan

serviks mengadakan relaksasi dan dilatasi serta menjadi saluran yang tipis dan teregang yang

akan dilalui bayi.

Sifat kontraksi otot rahim

Kontraksi otot rahim mempunyai dua sifat yang khas, yaitu :

Setelah kontraksi, otot tersebut tidak berelaksasi kembali ke keadaan sebelum kontraksi,

tetapi menjadi sedikit lebih pendek walaupun tonusnya seperti sebelum kontraksi. Kejadian

ini disebut retraksi. Dengan retraksi, rongga rahim mengecil dan anak berangsur di dorong ke

bawah dan tidak banyak naik lagi ke atas setelah his hilang. Akibatnya segmen atas makin

tebal seiring majunya persalinan, apalagi setelah bayi lahir.

Kontraksi tidak sama kuatnya, tetapi paling kuat di daerah fundus uteri dan berangsur

berkurang ke bawah dan paling lemah pada segmen bawah rahim.Jika kontraksi di bagian

bawah sama kuatnya dengan kontraksi di bagian atas, tidak akan ada kemajuan dalam

persalinan. Karena pada permulaan persalinan serviks masih tertutup, isi rahim tentu tidak

dapat didorong ke dalam vagina. Jadi, pengecilan segmen atas harus diimbangi oleh relaksasi

segmen bawah rahim. Akibat hal tersebut, segmen atas makin lama semakin mengecil,

sedangkan segmen bawah semakin diregang dan makin tipis, isi rahim sedikit demi sedikit

terdorong ke luar dan pindah ke segmen bawah. Karena segmen atas makin tebal dan segmen

bawah makin tipis, batas antar segmen atas dan segmen bawah menjadi jelas. Batas ini

disebut “lingkaran retraksi fisiologis”.Jika segmen bawah sangat diregang, lingkaran retraksi

19

Page 20: Partus Normal Dr.widi

lebih jelas lagi dan naik mendekati pusat, lingkaran ini disebut “lingkaran retraksi patologis”

atau“lingkaran Bandle” yang merupakan tanda ancaman robekan rahim dan muncul jika

bagian depan tidak dapat maju, misalnya karena pangul sempit.

2. Perubahan bentuk rahim

Pada tiap kontraksi, sumbu panjang rahim bertambah panjang, sedangkan ukuran melintang

maupun ukuran muka belakang berkurang. Pengaruh perubahan bentuk ini ialah sebagai

berikut :

Karena ukuran melintang berkurang, lengkungan tulang punggung anak berkurang, artinya

tulang punggung menjadi lebih lurus. Dengan demikian, kutub atas anak tertekan pada

fundus, sedangkan kutub bawah ditekan ke dalam pintu atas panggul. Karena rahim

bertambah panjang, otot-otot memanjang direnggang dan menarik segmen bawah dan

serviks. Hal ini merupakan salah satu penyebab pembukaan serviks.

3. Perubahan pada serviks

Agar anak dapat keluar dari rahim, perlu terjadi pembukaan serviks. Pembukaan serviks ini

biasanya didahului oleh pendataran serviks.

Pendataran serviks

Pendataran serviks adalah pemendekan kanalis servikalis yang semula berupa sebuah saluran

dengan panjang 1-2 cm, menjadi satu lubang saja dengan pinggir yang tipis. Pendataran ini

terjadi dari atas ke bawah.

Pembukaan serviks

Yang dimaksud dengan pembukaan serviks adalah pembesaran ostium eksternum menjadi

suatu lubang dengan diameter sekitar 10 cm yang akan di lalui anak.

4. Perubahan pada vagina dan dasar panggul

Setelah ketuban pecah, segala perubahan terutama pada dasar panggul ditentukan oleh bagian

depan anak. Oleh bagian depan yang maju itu, dasar panggul diregang menjadi saluran

dengan dinding yang tipis. Sewaktu kepala sampai di vulva, lubang vulva menghadap ke

20

Page 21: Partus Normal Dr.widi

depan atas. Dari luar, peregangan oleh bagian depan tampak pada perineum yang menonjol

dan tipis, sedangkan anus menjadi terbuka.

MEKANISME PERSALINAN NORMAL

KALA PERSALINAN

Partus dibagi menjadi 4 kala.

Mekanisme persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu

Kala I : waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap 10 cm,disebut

kala pembukaan.

Klinis dapat dinyatakan partus dimulai bila timbul his dan keluar lendir darah. Lendir

darah ini berasal dari lendir kanalis servikalis karena serviks mulai membuka dan

mendatar, sedangkan darahnya berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang berada

disekitar kanalis servikalis itu pecah karna pergeseran ketika serviks membuka.

Mekanisme membukanya serviks berbeda antara primigravida dan multigravida. Pada

primigravida ostium uteri internum akan membuka lebih dahulu, sehingga serviks

akan mendatar dan menipis, baru kemudian oue membuka. Pada multigravida oue dan

oui sudah sedikit membuka. Penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang

sama pada pembukaan. Ketuban akan pecah sendiri ketika pembukaan hampir atau

telah lengkap. Tidak jarang ketuban harus dipecahkan ketika pembukaan hampir

lengkap atau telah lengkap. Bila ketuban telah pecah sebelum mencapai pembukaan

atau inpartu kala 1 maka disebut ketuban pecah dini.

Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase.

1. Fase Laten : Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai

mencapai ukuran diameter 3 cm.

2. Fase Aktif : Dibagi dalam 3 fase lagi, yakni :

Fase Akselerasi : Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm.

Fase Dilatasi Maksimal : Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat,

dari 4 cm menjadi 9 cm.

Fase Deselerasi : Pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam

pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.

21

Page 22: Partus Normal Dr.widi

Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multigravida pun terjadi

demikian, akan tetapi fase laten, fase aktif, dan fase deselerasi terjadi lebih pendek.

Mekanisme membukanya serviks berbeda antara pada primigravida dan multigravida.

Pada yang pertama ostium uteri internum akan membuka lebih dahulu, sehingga

serviks akan mendatar dan menipis. Baru kemudian ostium uteri eksternum membuka.

Pada multigravida ostium uteri internum sudah sedikit terbuka. Ostium uteri internum

dan eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang sama.

Kala I selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada primigravida kala I

berlangsung kira-kira 13jam. Sedangkan multipara kira-kira 7 jam.

Kala II : Kala pengeluaran janin, waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan

mengedan mendorong janin keluar hingga lahir

His menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 – 3 menit sekali. Karena biasanya

dalam kepala janin sudah masuk ruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan

pada otot-otot dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan.

Wanita merasa pula tekanan kepada rektum dan hendak buang air besar. Kemudian

perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus membuka. Labia mulai

membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his.

Bila dasar panggul sudah lebih berelaksasi, kepala janin tidak masuk lagi diluar his,

dan dengan his dan kekuatan mengedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan

suboksiput dibawah simfisis dan dahi, muka dan dagu melewati perineum.

Setelah beristirahat sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan anggota bayi

lain. Pada primigravida kala II berlangsung 2 jam dan pada multigravida 1 jam.

Kala III : Batasan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta.

1. Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri sedikit diatas pusat.

2. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari

dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 – 15 menit setelah bayi lahir dan keluar

spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri.

Tanda – tanda lepasnya plasenta :

22

Page 23: Partus Normal Dr.widi

1. Perubahan ukuran dan bentuk uterus

2. Tali pusat memanjang

3. Semburan darah tiba – tiba

Manajemen aktif kala III :

- Pemberian oksitosin 10 unit IM dalam 2 menit setelah bayi lahir

- Melakukan PTT ( Penegangan tali pusat terkendali )

- Masase ( pemijatan ) fundus uteri segera setelah plasenta lahir

Catatan :

- Jika plasenta belum lahir dalam 15 menit , dapat diberikan oksitosin 10 unit IM dosis

kedua dan ulangi PTT

- Jika kandung kemih teraba penuh, bisa dilakukan kateterisasi

- Jika dalam menit ke-30 belum lahir secara spontan dapat dilakukan manual plasenta.

Kala IV : 2 jam setelah plasenta lahir lengkap

Penatalaksanaaan :

1. Lakukan masase fundus uteri

2. Evaluasi tinggi fundus ( normalnya fundus uteri setinggi pusat atau dibawahnya ,

misal 2 jari dibawah pusat )

3. Periksa plasenta dan selaputnya untuk memastikan keduanya lengkap dan utuh

4. Periksa kehilangan darah secara keseluruhan

5. Periksa perineum dan perdarahan aktif ( apabila ada laserasi atau episiotomi )

6. Evaluasi kondisi umum ibu

7. Dokumentasikan semua temuan dan penatalaksaan kala IV dibelakang partograf

Gerakan-gerakan anak pada persalinan

Gerakan-gerakan anak pada persalinan yang paling sering kita jumpai ialah presentasi

belakang kepala dan kebanyakan presentasi ini masuk ke dalam pintu atas panggul dengan

sutura sagitalis melintang. Ubun-ubun kecil kiri melintang lebih sering daripada ubun-ubun

kecil kanan melintang. Karena itu, akan diuraikan pergerakan anak dalam presentasi belakang

kepala dengan posisi ubun-ubun kecil kiri melintang.

23

Page 24: Partus Normal Dr.widi

Mekanisme persalinan terdiri dari suatu gabungan gerakan-gerakan yang berlangsung pada

saat yang sama. Misalnya, sebagai bagian dari proses engagement terjadi fleksi dan

penurunan kepala. Gerakan-gerakan tersebut tidak mungkin diselesaikan bila bagian

terbawah janin tidak turun secara bersamaan. Seiring dengan itu, kontraksi uterus

menghasilkan modifikasi penting pada sikap atau habitus janin, terutama setelah kepala turun

ke dalam panngul.

Selama proses persalinan, janin melakukan serangkaian gerakan untuk melewati panggul -“seven cardinal movements of labor” yang terdiri dari :

1. Engagemen

2. Fleksi

3. Desensus

4. Putar paksi dalam

5. Ekstensi

6. Putar paksi luar

7. Ekspulsi

Gerakan-gerakan tersebut terjadi pada presentasi kepala dan presentasi bokong. Gerakan-

gerakan tersebut menyebabkan janin dapat mengatasi rintangan jalan lahir dengan baik

sehingga dapat terjadi persalinan per vaginam secara spontan.

1. Engagemen

- Suatu keadaan dimana diameter biparietal sudah melewati pintu atas panggul.

- Pada 70% kasus, kepala masuk pintu atas panggul ibu pada panggul jenis ginekoid

dengan oksiput melintang (tranversal)

- Proses engagemen kedalam pintu atas panggul dapat melalui proses normal

sinklitismus , asinklitismus anterior dan asinklitismus posterior :

Normal sinklitismus. Sutura sagitalis tepat diantara simfisis pubis dan sacrum. Pada

presentasi belakang kepala , engagement berlangsung apabila diameter biparietal telah

melewati pintu atas panggul. Kepala paling sering masuk dengan sutura sagitalis

melintang.Ubun-ubun kecil kiri melintang merupakan posisi yang paling sering kita temukan.

Apabila diameter biparietal tersebut sejajar dengan bidang panggul,kepala berada dalam

sinklitisme. Sutura sagitalis berada di tengah-tengah antara dinding panggul bagian depan dan

24

Page 25: Partus Normal Dr.widi

belakang. Engagement dengan sinklitisme terjadi bila uterus tegak lurus terhadap pintu atas

panggul dan panggulnya luas. Jika keadaan tersebut tidak tercapai, kepala berada dalam

keadaan asinklitisme.

Asinklitismus anterior : Sutura sagitalis lebih dekat kearah sacrum. Asinklitismus derajat

sedang pasti terjadi pada persalinan normal, namun jika derajat berat, gerakan ini dapat

menimbulkan disproporsi sefalo pelvik pada panggul yang berukuran normal sekalipun.

Perubahan yang berturut-turut dari asinklitismus posterior ke anterior mempermudah

desensus dengan memungkinkan kepala janin mengambil kesempatan memanfaatkan daerah-

daerah yang paling luas di rongga panggul.

Asinklitismus posterior: Sutura sagitalis lebih dekat kearah simfisis pubis (parietal bone

presentasion)

25

Page 26: Partus Normal Dr.widi

2. Fleksi

Gerakan fleksi terjadi akibat adanya tahanan servik, dinding panggul dan otot dasar panggul.

Fleksi kepala diperlukan agar dapat terjadi engagemen dan desensus. Pada gerakan ini, dagu

mendekat ke dada janin dan diameter suboksipitobregmatika yang lebih pendek

menggantikandiameter oksipitofrontal yang lebih panjang.

Bila terdapat kesempitan panggul, dapat terjadi ekstensi kepala sehingga terjadi letak defleksi

(presentasi dahi, presentasi muka).

3. Desensus (Penurunan Kepala)

Pada nulipara, engagemen terjadi sebelum inpartu dan tidak berlanjut sampai awal kala II;

pada multipara desensus berlangsung bersamaan dengan dilatasi servik.

Penyebab terjadinya desensus :

1. Tekanan cairan amnion

2. Tekanan langsung oleh fundus uteri pada bokong

3. Usaha meneran ibu

4. Gerakan ekstensi tubuh janin (tubuh janin menjadi lurus)

Faktor lain yang menentukan terjadinya desensus adalah :

1. Ukuran dan bentuk panggul

2. Posisi bagian terendah janin

26

Page 27: Partus Normal Dr.widi

Semakin besar tahanan tulang panggul atau adanya kesempitan panggul akan menyebabkan

desensus berlangsung lambat. Desensus berlangsung terus sampai janin lahir.

4. Putar paksi dalam- internal rotation

- Bersama dengan gerakan desensus, bagian terendah janin mengalami putar paksi dalam

pada level setinggi spina ischiadica (bidang tengah panggul).

- Kepala berputar dari posisi tranversal menjadi posisi anterior (kadang-kadang kearah

posterior).

- Pada presentasi belakang kepala, bagian yang terendah adalah daerah ubun-ubun kecil dan

bagian inilah yang akan memutar ke depan, ke bawah simfisis. Putaran paksi dalam

mutlak diperlukan untuk kelahiran kepala, karena putaran paksi merupakan suatu usaha

untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir, khususnya bentuk bidang

tengah dan pintu bawah panggul. Putaran paksi dalam tidak terjadi tersendiri, tetapi selalu

bersamaan dengan majunya kepala dan tidak terjadi sebelum kepala sampai ke Hodge III

kadang-kadang baru terjadi setelah kepala sampai di dasar panggul

- Putar paksi biasanya berakhir setelah kepala mencapai dasar panggul.

Sebab-sebab putaran paksi dalam yakni:

- Pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian terendah darikepala.

- Bagian terendah kepala ini mencari tahanan yang paling sedikit, yaitu disebelah depan atas

tempat terdapatnya hiatus genitalis antara antara musculuslevator ani kiri dan kanan.

- Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter anteroposterior.

5. Ekstensi

Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar panggul terjadilah ekstensi atau

defleksi kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul

mengarah ke depan dan ke atas sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk

melaluinya. Kalau tidak terjadi ekstensi, kepala akant tertekan pada perineum dan

menembusnya. Pada kepala, bekerja dua kekuatan yang satu mendesaknya ke bawah, dan

yang satunya disebabkan oleh tahanan dasar panggul yang menolaknya ke atas. Resultannya

ialah kekuatan ke arahdepan atas. Setelah suboksiput tertahan pada pinggir bawah simfisis,

yang dapat maju karena kekuatan tersebut di atas ialah bagian yang berhadapan dengan

27

Page 28: Partus Normal Dr.widi

subocciput sehingga pada pinggir atas perineum, lahirlah berturut-turut ubun-ubun besar, dahi

hidung, mulut, dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi. Suboksiput yang menjadi pusat

pemutaran disebut hipomoklion.

Proses ekstensi berlanjut dan seluruh bagian kepala janin lahir.

6. Putar paksi luar- external rotation

Setelah kepala lahir, terjadi putar paksi luar (restitusi) yang menyebabkan posisi kepala

kembali pada posisi saat engagemen terjadi dalam jalan lahir. Belakang kepala anak memutar

kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena

putaran paksi dalam. Gerakan ini disebut putaran restitusi (putaran balasan : putaran

paksiluar). Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber

ischiadicum sesisi. Gerakan yang terakhir ini adalah putaran paksi luar yang sebenarnya dan

disebabkan karena ukuran bahu menempatkan diri dalamdiameter anteroposterior pintu

bawah panggul.

7. Ekspulsi

Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah simfisis dan menjadi hipomoklion

untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh

badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahir. Bahu anterior akan mengalami putar paksi

dalam sejauh 450 menuju arcus pubis sebelum dapat lahir dibawah simfisis. Persalinan bahu

depan dibantu dengan tarikan curam bawah pada samping kepala janin . Setelah bahu depan

lahir, dilakukan traksi curam atas untuk melahirkan bahu posterior. Traksi untuk melahirkan

bahu harus dilakukan secara hati-hati untuk menghindari cedera pada pleksus brachialis.

Setelah persalinan kepala dan bahu, persalinan selanjutnya berlangsung pada sisa bagian

tubuh janin dengan melakukan traksi pada bahu janin. Setelah kepala lahir, muka janin

dibersihkan dan jalan nafas dibebaskan dari darah dan cairan amnion. Mulut dibersihkan

terlebih dahulu sebelum melakukan pembersihan hidung.

Setelah jalan nafas bersih, dilakukan pemeriksaan adanya lilitan talipusat sekitar leher dengan

jari telunjuk. Lilitan talipusat yang terjadi harus dibebaskan terlebih dahulu. Bila lilitan

talipusat terlalu erat dapat dilakukan pemotongan diantara 2 buah klem.

28

Page 30: Partus Normal Dr.widi

DAFTAR PUSTAKA

1. Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi keempat. Jakarta:

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2012.h.80-7, 583-7, 678-81.

2. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. Obstetri

Williams. Vol. I. Jakarta: EGC; 2010.h. 546-7.

3. Mochtar R. Partus lama dan partus terlantar. Sinopsis Obstetri jilid I. Edisi 2. Jakarta:

EGC; 1998. h. 384-386.

4. Kusumawati Y. Faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap persalinan dengan

tindakan. Semarang: UNDIP; 2006. Diunduh

http://eprints.undip.ac.id/15334/1/TESIS__YULI_KUSUMAWATI.pdf . 7 Oktober

2014.

5. Wiknjosastro H. Ilmu bedah kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;

2010.h.80-7, 103.

6. Khosim MS, Surjono A, Setyowireni D, et al. Buku panduan manajemen masalah

bayi baru lahir untuk dokter, bidan dan perawat di rumah sakit. Jakarta : IDAI,

MNH-JHPIEGO, Depkes RI, 2004; 19-20.

30