uraian-obat.docx
TRANSCRIPT
A. Uraian Obat
1. Acarboce
Nama Paten : Glukobay
Golongan : Antidibates (sulfonilurea)
Indikasi : Diabetes Melitus
Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap acarbose; Ketoasidosis diabetic
Sirosis; Obstruksi usus, parsial ataupun keseluruhan;
Radang atau luka/borok pada kolon; Wasir; Penyakit
usus kronis lainnya atau penyakit-penyakit lain yang
akan bertambah parah jika terjadi pembentukan gas
berlebihan di saluran pencernaan.
Farmakologi : Farmakodinamik ;Senyawa-senyawa inhibitor alpha-
glukosidase bekerja menghambat enzim alfa
glukosidase yang terletak pada dinding usus halus.
Enzim-enzim alpha glukosidase (maltase, isomaltase,
glukomaltase dan sukrase) berfungsi untuk
menghidrolisis oligosakarida,;pada dinding usus
halus.Inhibisi kerja enzim ini secara efektif dapat
mengurangi pencernaan karbohidrat kompleks dan
absorbsinya, sehingga dapat mengurangi peningkatan
kadar glukosa post prandial pada pasien
diabetes. ;Senyawa inhibitor alpha-glukosidase juga
menghambat enzim a-amilase pankreas yang bekerja
menghidrolisis polisakarida di dalam lumen usus halus.
Acarbose tidak merangsang sekresi insulin oleh sel-sel
Langerhans kelenjar pankreas.;Oleh sebab itu tidak
menyebabkan hipoglikemia, kecuali diberikan bersama-
sama dengan OHO yang lain atau dengan insulin.Obat
ini efektif bagi pasien dengan diet tinggi karbohidrat dan
kadar glukosa plasma puasa kurang dari 180
mg/dl.;Pasien yang mendapat terapi acarbose saja
umumnya tidak akan meningkat berat badannya,
bahkan akan sedikit menurun.Acarbose dapat diberikan
dalam terapi kombinasi dengan sulfonilurea, metformin,
atau insulin
Efek samping : Acarbose tidak diserap ke dalam darah, oleh sebab itu
efek samping sistemiknya minimal.;Efek samping yg
sering terjadi, terutama gangguan lambung, lebih
banyak gas, lebih sering flatus dan kadang-kadang
diare, yg akan berkurang setelah pengobatan
berlangsung lebih lama. Efek samping ini dapat
berkurang dgn mengurangi konsumsi
karbohidrat.;Kadang-kadang dapat terjadi gatal-gatal
dan bintik-bintik merah pada kulit, sesak nafas,
tenggorokan serasa tersumbat, pembengkakan pada
bibir, lidah atau wajah.;Bila diminum bersama-sama
obat golongan sulfonilurea atau dengan insulin, dapat
terjadi hipoglikemia yang hanya dapat diatasi dengan
glukosa murni, jadi tidak dapat diatasi dengan
pemberian sukrosa (gula pasir).
Interaksi obat : Alkohol: dapat menambah efek hipoglikemik;Suplemen
enzim pencernaan seperti pancreatin (amilase,
protease, lipase) dapat mengurangi efek acarbose
apabila dikonsumsi secara bersamaan.;Antagonis
kalsium: misalnya nifedipin kadang-kadang
mengganggu toleransi glukosa;Antagonis Hormon:
aminoglutetimid dapat mempercepat metabolisme OHO;
oktreotid dapat menurunkan kebutuhan insulin dan
OHO;Antihipertensi diazoksid: melawan efek
hipoglikemik;Antidepresan (inhibitor MAO):
meningkatkan efek hipoglikemik;Hormon steroid:
estrogen dan progesterone (kontrasepsi oral) antagonis
efek hipoglikemia;Klofibrat: dapat memperbaiki toleransi
glukosa dan mempunyai efek aditif terhadap
OHO;Penyekat adrenoreseptor beta : meningkatkan
efek hipoglikemik dan menutupi gejala peringatan,
misalnya tremor;Penghambat ACE: dapat menambah
efek hipoglikemik ;Resin penukar ion: kolestiramin
meningkatkan efek hipoglikemik acarbose ;Obat-obat
yang dapat mempengaruhi kadar glukosa darah, seperti
obat-obat diuretika (misalnya hidroklortiazida,
klorotiazida, klortalidon, indapamid, dan lain-lain),
senyawa steroid (misalnya prednisone,
metilprednisolon, estrogen), ;senyawa-senyawa
fenotiazin (misalnya klorpromazin, proklorperazin,
prometazin), hormone-hormon tiroid, fenitoin, calcium
channel blocker (misalnya verapamil, diltiazem,
nifedipin)
Dosis : Tergantung respon pasien, biasanya diawali dengan 50
mg kemudian ditingkatkan hingga 100 mg sampai
dengan 200 mg, 3 x sehari. Interval peningkatan dosis
4-8 minggu. Dosis rata-rata adalah 300 mg/hari (3X2
tablet Glucobay® 50 mg , atau 3x1 tablet Glucobay®
100 mg) Tablet ditelan bersama suapan makanan
pertama.
2. Glibenklamid
Nama Paten : Renabetic
Golongan : Antidiabetes (sulfonilurea)
Indikasi : Diabetes mellitus
Farmakodinamik : Glibenclamid merangsang sekresi insulin dari granul sel
– sel β langerhans pancreas. Rangsangannya melalui
interaksinya dengan ATP sensitive K channel
Farmakokinetik : Sulfonilurea generasi II, umumnya potensi
hipoglikemiknya hampir 100x lebih besar dari generasi I.
meski waktu paruhnya pendek, hanya sekitar 3 – 5 jam,
efek hipoglikemiknya berlangsung 12 – 24 jam, sering
cukup diberikan 1x sehari. Alasan mengapa masa paruh
yang pendek ini, memberikan efek hipoglikemik
panjang, belum diketahui
Efek Samping : Mual, muntah, sakit perut, vertigo, bingung, ataksia,
reaksi alergi. Insidens efek samping generasi I sekitar
4%. Insidensinya lebih rendah lagi untuk generasi II.
Hipoglikemia, bahkan sampai koma tentu dapat timbul.
Reaksi ini lebih terjadi pada pasien usia lanjut dengan
gangguan fungsi hepar atau ginjal, terutama yang
mengunakan sediaan dengan masa kerja panjang. Efek
samping lain, reaksi alergi jarang sekali terjadi, mual,
muntah, diare, gejala hematologic, SSP, mata dan
sebagainya
Kontraindikasi : Wanita diabetes yang sedang hamil, penderita glikosuria
renal nondiabetes, hipersensitivitas
Interaksi Obat : Glukokortikoid, hormone tiroid, diuretika, estrogen
menyebabkan peningkatan kadar glukosa dalam darah
bila diberikan bersamaan. Dosis obat ini harus
ditingkatkan bila diberikan bersama fenitoin, rifampin,
klorpromazin. Meningkatkan resiko hipoglikemia bila
diberikan bersama alkohol, fenformin, sulfonamide,
kaptopril, simetidin, antikoagulan,kloramfenikol,
penghambat MAO dan anabolic steroid, klofibrat serta
fenfluramin, salisilat
Dosis : Permulaan 1 dd 2,5 – 5 mg, bila perlu dinaikkan setiap
minggu sampai maksimal 2 dd 1 mg
3. Glimepirid
Golongan : Antidiabetes (sulfonilurea)
Indikasi : NIDDM atau DM tipe 2
Kontra Indikasi : Ketoasidosis diabetik dengan atau tanpa koma.
Efek Samping : Muntah, nyeri lambung, diare, pruritus, eritema, urtikaria,
erupsi yang menyerupai ruam morbili atau
makulopapular, hiponatremia, gangguan penglihatan
atau penglihatan kabur. Leukopenia, agranulositosis,
trombositopenia, anemia hemolitik, anemia aplastik,
pansitopenia.
Interaksi Obat : AINS, salisilat, sulfonamid, kloramfenikol, kumarin,
probenesid, MAOI, β-bloke, tiazid atau diuretik lain,
kortikosteroid, fenotiazin, produk-produk kelenjar tiroid,
estrogen, kontrasepsi oral, fenitoin, asam nikotinat, obat
simpatomimetik, INH,propranolol, warfarin, mikonazol
oral, diklofenak, ibuprofen, naproksen, asam mefenamat.
Dosis : Awal 1-2 mg 1 x/hari. Pemeliharaan: 1-4 mg 1 x/hari.
Maksimal: 8 mg 1 x/hari.