upaya meningkatkan pengendalian diri ... - …lib.unnes.ac.id/17861/1/1301408017.pdf ·...

146
UPAYA MENINGKATKAN PENGENDALIAN DIRI PENERIMA MANFAAT MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DI BALAI REHABILITASI MANDIRI SEMARANG Skripsi diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Galih Fajar Fadillah 1301408017 JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013

Upload: phamminh

Post on 08-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

UPAYA MENINGKATKAN PENGENDALIAN DIRI

PENERIMA MANFAAT MELALUI

LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK

DI BALAI REHABILITASI MANDIRI SEMARANG

Skripsi

diajukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

oleh

Galih Fajar Fadillah

1301408017

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2013

ii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-

benar hasil karya pribadi, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian

atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini

dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Februari 2013

Galih Fajar Fadillah

NIM. 1301408017

iii

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi

Jurusan Bimbingan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Semarang pada:

Hari :

Tanggal :

Panitia Ujian

Ketua Sekretaris

Drs. Budiyono, M.S Kusnarto K., S.Pd.,M.Pd.,Kons

NIP.196312091987031002 NIP. 197101142005011002

Penguji Utama

Dra. Sinta Saraswati, M.Pd.,Kons

NIP.196006051999032001

Penguji/Pembimbing I Penguji/Pembimbing II

Dr.Supriyo, M.Pd. Drs. Heru Mugiarso, M.Pd.,Kons.

NIP. 195109111979031002 NIP. 196106021984031002

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

“Seseorang tidak akan pernah benar-benar menjadi hebat karena apa adanya

dirinya, tetapi selalu karena apa yang telah dicapainya” (William George Jordan)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk:

1. Kedua orang tuaku yang senantiasa

membimbingku, mendukungku (moril dan

materiil), memberikan kasih sayang dan doa

demi keberhasilan putra-putrinya.

2. Kakak beserta keluarga yang membantuku

setiap kali mengalami kesulitan dalam

menjalani kehidupan.

3. Semua Dosen Bimbingan dan Konseling

FIP UNNES yang saya hormati

4. Sahabat-sahabatku yang selalu ada di saat

aku membutuhkan bantuan

5. Teman-teman mahasiswa BK yang selalu

mendukungku.

6. Almamaterku.

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Upaya Meningkatkan Pengendalian Diri Penerima Manfaat Melalui

Layanan Bimbingan Kelompok di Balai Rehabilitasi Mandiri Semarang, guna

memenuhi persyaratan untuk mendapat gelar sarjana pendidikan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tersusunnya skripsi ini bukan hanya

atas kemampuan dan usaha penulis semata. Namun juga berkat bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak khususnya dosen pembimbing yang telah sabar

membimbing. Untuk itu perkenankan pada kesempatan ini penulis menyampaikan

terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si., Rektor Universitas Negeri Semarang,

yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk menyelesaikan pendidikan di

Universitas Negeri Semarang.

2. Drs. Hardjono, M.Pd.,Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri

Semarang yang telah memberikan ijin penelitian dan memberikan kelancaran

dalam penyusunan skripsi ini.

3. Drs. Eko Nusantoro, M.Pd Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas

Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin

penelitian dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Dra. Sinta Saraswati, M.Pd., Kons dosen penguji yang telah memberikan saran

dan masukan dalam penyusunan skripsi ini

vi

5. Dr. Supriyo, M.Pd.,dosen pembimbing dan penguji yang telah meluangkan

waktunya untuk memberikan masukan demi terselesaikannya skripsi ini.

6. Drs. Heru Mugiarso, M.Pd.,Kons., dosen pembimbing II dan penguji yang

dengan sabar telah memberikan masukan, motivasi dan mengarahkan penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Siti Rahayu S.Pd selaku konselor pamong yang telah banyak membantu peneliti

selama melaksanakan kegiatan penelitian.

8. Windha, Mira, Ina, Dini, Danang, Gilang, Okta, Aklis, Yoga, Agung, Agus,

Lilik, dan semua teman-teman Mahasiswa Jurusan Bimbingan Konseling yang

senantiasa memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini.

9. Pihak-pihak lain yang telah membantu terselesainya skripsi ini yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Untuk itu penulis sangat mengharapkan saran yang membangun dari

pembaca sekalian demi sempurnanya skripsi ini. Akhirnya penulis berharap, semoga

skripsi ini bisa bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, Februari 2013

Penulis

vii

ABSTRAK

Galih Fajar Fadillah, 2013. Upaya Meningkatkan Pengendalian Diri Penerima

Manfaat Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Di Balai Rehabilitasi Mandiri

Semarang. Skripsi. Jurusan Bimbingan dan Konseling. Fakultas Ilmu Pendidikan.

Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Dr.Supriyo,M.Pd. Dan Pembimbing

II: Drs. Heru Mugiarso, M.Pd.,Kons

Kata kunci: Pengendalian Diri, Layanan Bimbingan Kelompok

Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan pada fenomena yang terjadi di Balai

Rehabilitasi Mandiri Semarang bahwa terdapat penerima manfaat yang memiliki

kemampuan mengendalikan diri (self control) cenderung rendah. Fenomena yang

sering terjadi seperti minum-minuman keras pada saat malam hari, berkelahi antar

penerima manfaat, keluar dari kawasan balai rehabilitasi pada malam hari,

berbicara kotor dan kurang sopan terhadap pekerja sosial. Melalui layanan

bimbingan kelompok diharapkan kemampuan pengendalian diri yang dimiliki

oleh penerima manfaat dapat meningkat. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengubah tingkat pengendalian diri penerima manfaat melalui layanan bimbingan

kelompok.

Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimen dengan desain

penelitian one group pre-test and post-test. Penelitian ini menggunakan 10 subjek

penelitian yang memiliki tingkat pengendalian diri beragam. Pemilihan subjek

penelitian berdasarkan hasil perhitungan pre-test. Metode pengumpulan data

menggunakan skala pengendalian diri yang diberikan sebelum dan setelah

pemberian treatment berupa layanan bimbingan kelompok. Analisis data yang

digunakan yakni analisis data deskriptif persentase dan uji wilcoxon.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan pengendalian diri yang

dimiliki oleh penerima manfaat sebelum pemberian treatment berupa layanan

bimbingan kelompok sebesar 50% termasuk dalam kategori rendah. Setelah

memperoleh layanan bimbingan kelompok sebanyak delapan kali. Pengendalian

diri mengalami perubahan menjadi 73% termasuk dalam kategori tinggi.

Sehingga berdasarkan persentase pengendalian diri mengalami perubahan yaitu

peningkatan sebesar 23%. Hasil perhitungan uji wilcoxon menunjukkan

perhitungan sebelum dan setelah memperoleh treatment, diperoleh, zhitung = 55,0 >

ztabel = 8 dengan taraf signifikansi 5% sehingga dinyatakan bahwa Ha diterima.

Dengan kata lain bahwa terjadi perubahan tingkat pengendalian diri yang dimiliki

oleh penerima manfaat setelah mereka mengikuti layanan bimbingan kelompok.

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan pengendalian diri

yang dimiliki oleh penerima manfaat dapat meningkat setelah mereka mengikuti

kegiatan bimbingan kelompok. Diharapkan para pekerja sosial mampu

memfasilitasi penerima manfaat dalam kegiatan-kegiatan kelompok untuk

meningkatkan kemampuan pengendalian diri mereka.

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

PERNYATAAN .............................................................................................. ii

PENGESAHAN .............................................................................................. iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

ABSTRAK ...................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 7

1.3 Tujuan penelitian………………………………………………. 7

1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………….. 8

1.5 Sistematika Penulisan Skripsi ..................................................... 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu .................................................................. 10

2.2 Pengendalian Diri ....................................................................... 13

2.2.1 Pengertian Pengendalian Diri ..................................................... 13

2.2.2 Jenis dan Aspek Pengendalian Diri ............................................ 17

2.2.2.1 Jenis Pengendalian Diri ............................................................. 17

2.2.2.2 Aspek Pengendalian Diri ............................................................ 21

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengendalian Diri .............. 25

2.2.4 Perkembangan Pengendalian Diri Individu ................................ 26

2.3 Layanan Bimbingan Kelompok ................................................. 28

2.3.1 Pengertian Layanan Bimbingan Kelompok ................................ 28

2.3.2 Tujuan Bimbingan Kelompok .................................................... 30

2.3.3 Komponen Bimbingan Kelompok .............................................. 32

2.3.4 Tahapan Bimbingan Kelompok …….. ....................................... 34

2.4 Upaya Meningkatkan Pengendalian Diri Penerima Manfaat

Melalui Layanan Bimbingan Kelompok ..................................... 37

2.6 Hipotesis ..................................................................................... 41

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ........................................................................... 42

3.2 Desain Penelitian ........................................................................ 43

3.3 Variabel Penelitian ...................................................................... 48

3.3.1 Identifikasi Variabel ................................................................... 48

3.3.2 Hubungan Antar Variabel ........................................................... 49

ix

3.3.3 Definisi Operasional Variabel .................................................... 50

3.3.3.1 Pengendalian Diri ....................................................................... 50

3.3.3.2 Bimbingan Kelompok ................................................................. 50

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian .................................................. 51

3.4.1 Populasi ....................................................................................... 51

3.4.2 Sampel ........................................................................................ 51

3.5 Metode dan Alat Pengumpul Data .............................................. 52

3.5.1 Metode Pengumpulan Data ......................................................... 53

3.5.2 Alat Pengumpulan Data ............................................................. 53

3.6 Uji Instrument Penelitian ............................................................ 57

3.6.1 Validitas ..................................................................................... 57

3.6.2 Reliabilitas .................................................................................. 59

3.6.3 Teknik Analisis Data .................................................................. 60

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian .......................................................................... 63

4.1.1 Gambaran Pengendalian Diri Penerima Manfaat sebelum

Mendapatkan Layanan Bimbingan Kelompok ............................... 63

4.1.2 Gambaran Pengendalian Diri Penerima Manfaat Setelah

Mendapatkan Layanan Bimbingan Kelompok ............................... 69

4.1.3 Perbedaan Tingkat Pengendalian Diri Penerima Manfaat .......... 72

4.1.4 Deskripsi Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok ............ 73

4.2 Pembahasan .................................................................................... 93

4.3 Keterbatasan Penelitian ................................................................... 99

BAB 5 PENUTUP

5.1 Simpulan .......................................................................................... 101

5.2 Saran ................................................................................................ 102

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 97

LAMPIRAN-LAMPIRAN

x

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Jadwal Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok ................................ 44

3.2 Penskoran Item Skala Pengendalian Diri .................................................. 54

3.3 Kisi-Kisi Pengembangan Instrument Skala Pengendalian Diri ............... 55

3.4 Klasifikasi Reliabilitas ............................................................................... 58

3.5 Kriteria Tingkat Pengendalian Diri ............................................................ 60

3.6 Penolong Uji Wilcoxon .............................................................................. 60

4.1 Hasil Perhitungan Pre-test Skala Pengendalian diri .................................. 64

4.2 Tingkat Pengendalian Diri Penerima Manfaat

Sebelum Memperoleh Layanan Bimbingan Kelompok ............................ 66

4.3. Tingkat Pengendalian Diri Pada Aspek Kendali Perilaku ....................... 67

4.4 Tingkat Pengendalian Diri Pada Aspek Kendali Kognitif ......................... 68

4.5 Tingkat Pengendalian Diri Pada Aspek Kendali Mengambil Keputusan .. 69

4.6 Tingkat Pengendalian Diri Penerima Manfaat

Setelah Memperoleh Layanan Bimbingan Kelompok ............................. 70

4.7. Perbedaan Tingkat Pengendalian Diri Pada Aspek Kendali Perilaku ....... 71

4.8 Perbedaan Tingkat Pengendalian Diri Pada Aspek Kendali Kognitif ....... 71

4.9 Perbedaan Tingkat Pengendalian Diri Pada Aspek Mengambil Keputusan 72

4.10 Tabel Penolong Untuk Uji Wilcoxon ....................................................... 73

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Desain Penelitian ........................................................................................ 43

3.2 Hubungan Antar Variabel .......................................................................... 48

3.3 Prosedur Penyusunan Instrumen ................................................................ 53

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Daftar Anggota Bimbingan Kelompok ................................................... 99

2. Kisi-Kisi Instrumen Try Out ..................................................................... 100

3. Instrument Try Out ..................................................................................... 101

4. Perhitungan Validitas Instrumen ................................................................ 109

5. Perhitungan Reabilitas Instrumen .............................................................. 121

6. Kisi-kisi Instrumen Penelitian .................................................................... 123

7. Instrumen Penelitian................................................................................... 124

8. Satuan Layanan Bimbingan Kelompok ..................................................... 131

9. Perhitungan Hasil Pre-test ......................................................................... 147

10. Perhitungan Hasil Post-test ........................................................................ 149

11. Uji Wilcoxon............................................................................................... 151

12. Hasil Evaluasi Penilaian Segera ................................................................. 152

13. Jurnal Pelaksanaan Penelitian .................................................................... 160

14. Laporan Pelaksanaan Kegiatan Bimbingan Kelompok.............................. 162

15. Dokumentasi .............................................................................................. 178

16. Daftar Hadir Anggota Kelompok ............................................................... 180

17. Surat Ijin .................................................................................................... 188

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengendalian diri (self control) merupakan kemampuan seseorang dalam

mengendalikan perilaku mereka guna mencapai tujuan tertentu. Seorang individu

dengan kendali diri yang baik, memahami benar konsekuensi akibat tindakan yang

akan mereka lakukan. Dengan kata lain individu dengan pengendalian diri yang

baik tidak akan bersikap gegabah sehingga dapat merugikan diri mereka sendiri.

Lazarus dalam Hermanto (2009:4) menjelaskan bahwa pengendalian diri

menggambarkan keputusan individu melalui pertimbangan kognitifnya untuk

menyatakan perilaku yang telah disusun untuk meningkatkan hasil dan tujuan

tertentu seperti apa yang dikehendaki.

Kendali diri atau pengendalian diri erat kaitannya dengan kondisi emosional

seseorang. Individu yang pandai dalam mengelola emosi, dapat mengendalikan

diri dengan baik, karena mereka mengekspresikan emosi yang dimilikinya secara

baik, tepat dan benar. Berbeda dengan individu yang tidak dapat mengendalikan

emosi, mereka cenderung mengekspresikan perasaan secara berlebihan. Hurlock

(1984) dalam Ghufron (2011:23) mengatakan kendali diri berkaitan dengan

bagaimana individu mengendalikan emosi serta dorongan-dorongan dalam

dirinya. Dengan kata lain semakin baik individu dalam mengelola gejolak

emosionalnya semakin baik kemampuan mereka dalam mengendalikan dirinya.

2

Pengendalian diri dapat diartikan pula sebagai lawan dari kendali eksternal

(control eksternal) yang telah mengkristal pada diri seseorang. Dalam kendali diri,

individu menempatkan standarnya sendiri untuk penampilan, dan dia memberi

hadiah atau menghukum dirinya sendiri untuk memenuhi atau tidak memenuhi

standar-standar ini. Dalam kendali eksternal sebaliknya, “seseorang yang lain

menentukan standar dan mendermakan (atau tidak memberi) hadiah” (Calhoun

dan Acocella, 1990:131). Dengan kata lain, kendali eksternal melibatkan pihak

lain atau orang lain untuk membantu seseorang menciptakan standar-standar bagi

dirinya. Pihak lain yang sering terlibat sebagai kendali eksternal adalah orang tua

atau orang-orang terdekat. Ronen (1993) (dalam Safaria,2004:110) menambahkan

„ada dua langkah penting dalam perkembangan keterampilan pengendalian

diripada anak, pertama kendali orang dewasa terhadap anak dan yang ke dua

keterampilan verbal pada anak yang akan mendorong anak untuk mengendalikan

perilakunya sendiri‟.

Pengendalian diri tidak sebatas dalam mengelola kondisi emosional saja,

lebih dari itu pengendalian diri juga melibatkan unsur kognitif dan fisik. Averille

(1973) dalam Zulkarnaen (2002) mengelompokkan pengendalian diri terdiri atas

tiga aspek yaitu kendali perilaku (behavioral control), kendali kognisi (cognitive

control), dan mengendalikan keputusan (decisional control). Kendali perilaku

(behavioral control) dapat diartikan sebagai kemampuan individu dalam

memodifikasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan, kendali perilaku ini

terdiri atas kemampuan mengendalikan perilaku dan kemampuan mengendalikan

stimulus. Kendali kognisi (cognitive control) mengandung pengertian bahwa

3

individu menggunakan segenap kemampuan untuk mengolah informasi yang tidak

diinginkan dengan cara menginterpretasikan, menilai atau memadukan suatu

kejadian dalam suatu kerangka positif sebagai adaptasi psikologis atau untuk

mengurangi tekanan. Kemampuan kognisi ini meliputi dua hal yaitu kemampuan

mengantisipasi peristiwa dan kemampuan menafsirkan suatu peristiwa. Kendali

dalam mengambil keputusan (decision control) dapat diartikan sebagai

kemampuan individu dalam menentukan pilihannya sendiri terhadap sesuatu yang

diyakini dan disetujuinya.

Fenomena yang sering terjadi di Balai Rehabilitasi Mandiri Semarang II

(Baresos Mandiri) adalah kurangnya pengendalian diri yang dimiliki oleh

penerima manfaat dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Penerima Manfaat

yang selanjutnya disingkat dengan PM sebagian besar terdiri dari anak nakal, anak

jalanan dan mantan pengguna narkoba kurang dapat mengendalikan diri mereka

sendiri ketika harus berhadapan dalam suatu konflik yang sering terjadi di

lingkungan Balai Rehabillitasi. Menurut penjelasan pekerja sosial, PM sering kali

melampiaskan perasaan mereka tanpa memperhatikan dampaknya, seperti

berkelahi dengan sesama PM, mengikuti ajakan teman untuk minum-minuman

keras di malam hari, berkata kotor atau jorok dengan pekerja sosial, bahkan

selama Praktik Konseling Rehablitiasi Sosial (PKRS), penulis menjumpai PM

yang menggoda wanita dengan perkataan-perkataan yang kurang sopan, bahkan

melecehkan. Hal ini menunjukkan bahwa penerima manfaat kurang mampu untuk

mengendalikan diri mereka untuk menentukan siapa yang mengendalikan situasi

atau keadaan (behavior control).

4

Di samping berperilaku kurang sopan dan tidak memiliki pendirian,

fenomena lain yang sering terjadi adalah kurang pedulinya penerima manfaat

terhadap masa depan yang mereka miliki. Hal ini menjadi penting jika setelah

proses rehabilitasi, penerima manfaat kembali lagi pada kehidupan sebelumnya.

Ketidakpedulian penerima manfaat ini ditunjukkan pada sikapnya yang jarang

mengikuti pelatihan keterampilan, jarang mencari informasi kerja, dan malas

mengikuti pelatihan kerja.

Penghuni Balai Rehabilitasi tidak semua berasal dari anak jalanan, anak

nakal dan mantan pecandu narkoba, melainkan ada juga yang berasal dari rujukan

dinas sosial dari daerah-daerah di provinsi Jawa Tengah. Mereka adalah remaja

yang putus sekolah dan pengangguran, Jika hal ini dibiarkan terus-menerus tidak

menutup kemungkinan PM yang memiliki pengendalian diri yang baik bisa

tertular atau terpengaruh dengan teman-teman mereka..

Kondisi yang terjadi di balai rehabilitasi dapat diminimalisir jika remaja

tersebut memiliki pengendalian diri yang baik. Calhoun dan Acocella (1990:130-

131) mengemukakan dua alasan penting seseorang memiliki kemampuan dalam

mengendalikan diri. Pertama, individu hidup bersama kelompok sehingga dalam

memuaskan keinginannya individu harus mengendalikan perilakunya agar tidak

mengganggu orang lain. Kedua, masyarakat mendorong individu secara konstan

menyusun standar yang lebih baik bagi dirinya. Dengan pengendalian diri yang

baik dan tepat, individu dapat menempatkan diri dan mencapai tujuan yang

mereka kehendaki tanpa harus merugikan pihak lain. Selanjutnya, dengan

memiliki keterampilan pengendalian diri yang baik individu dapat mengurangi

5

perilaku-perilaku yang dapat merugikan pihak lain maupun dirinya sendiri.

Santrock (2003:524) menambahkan dengan memiliki pengendalian diri yang baik

sebagai atribut internal akan berhubungan dengan menurunnya tingkat kenakalan

di masa remaja. Dengan kata lain, jika seorang remaja memiliki pengendalian diri

yang baik sebagai bagian dari dirinya (terinternalisasi), tingkat kenakalan yang

ditimbulkan oleh remaja tersebut akan cenderung mengalami penurunan.

Permasalahan anak usia remaja merupakan tanggung jawab bersama, karena

remaja hidup di berbagai lingkungan yaitu keluarga, masyarakat dan lembaga atau

institusi pemerintahan. Konselor adalah profesi yang berperan penting dalam

perkembangan pengembangan diri anak remaja. Berbekal keterampilan dalam

pelayanan bimbingan dan konseling, konselor menyampaikan materi

pengembangan diri kepada siswa atau anak seusianya. Sesuai dengan

Permendiknas No. 22 tentang standar isi dan Permendiknas No. 23 tahun 2006

tentang standar kompetensi (dalam penataan pendidikan profesi konselor, 2007)

yang menjelaskan bahwa “materi pengembangan diri sebagai konteks pelayanan

bimbingan dan konseling memperjelas peran serta konselor dalam pengembangan

pribadi anak didiknya, layaknya guru mata pelajaran yang menggunakan mata

pelajaran sebagai konteks layanan”.

Ruang lingkup kerja konselor semakin meluas tidak hanya di lingkup

pendidikan. Salah satunya yaitu sebagai konselor rehabilitasi yang bekerja di

bawah Dinas Sosial. Perbedaan yang mencolok antara konselor sekolah dengan

konselor rehabilitasi adalah konseli atau kliennya. Konselor sekolah memiliki

tangggung jawab kepada peserta didik mereka, sementara konselor rehabilitasi

6

bekerja dengan klien-klien spesifik seperti tuna-rungu, tuna-daksa, tuna-grahita,

tuna-netra, tuna wicara dan lain-lain (Gibson, 2011:176).

Dalam penelitian ini konselinya adalah remaja yang secara fisik mereka

normal hanya saja perilakunya kurang bisa diterima oleh masyarakat. Dengan kata

lain mereka adalah golongan anak nakal, anak jalanan dan eks narkoba. Mereka

semua, tinggal dan menempuh pendidikan di balai rehabilitasi agar memiliki

keterampilan khusus sebagai modal utama untuk memperoleh pekerjaan. Melalui

layanan bimbingan kelompok peneliti mencoba meningkatkan pengendalian diri

yang dimiliki oleh PM di Balai Rehabilitasi Mandiri Semarang II

Layanan bimbingan kelompok dipandang tepat sebagai usaha pencegahan

(preventif) bagi PM, agar mereka memiliki berbagai wawasan tentang

pengendalian diri, tidak hanya dari peneliti melainkan dari anggota lain.

Keunggulan lain dari layanan bimbingan kelompok adalah layanan tersebut

membahas sebuah topik yang bersifat umum dan menjadi perhatian peserta

(Prayitno, 2004). Pengendalian diri adalah topik yang dapat diangkat dalam

kelompok untuk dibahas bersama, karena sangat dekat dengan kehidupan mereka

sebagai seorang remaja.

Berdasarkan penjelasan di atas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian

yang berjudul “Upaya Meningkatkan Pengendalian Diri (Self Control) Penerima

Manfaat Melalui Layanan Bimbingan Kelompok di Balai Rehabilitasi Mandiri

Semarang II”.

7

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut terdapat rumusan

masalah dalam penelitian ini yaitu:

1.2.1 Bagaimana kondisi pengendalian diri penerima manfaat di Balai

Rehabilitasi Mandiri Semarang II sebelum memperoleh layanan bimbingan

kelompok?

1.2.2 Bagaimana kondisi pengendalian diri penerima manfaat di Balai

Rehabilitasi Mandiri Semarang II setelah memperoleh layanan bimbingan

kelompok?

1.2.3 Apakah kemampuan pengendalian diri penerima manfaat di Balai

Rehabilitasi Mandiri Semarang II mengalami perubahan setelah

memperoleh layanan bimbingan kelompok?

1.3 Tujuan Penelitian

Bertolak dari permasalahan di atas maka tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.3.1 Untuk mengetahui kondisi pengendalian diri penerima manfaat sebelum

memperoleh layanan bimbingan kelompok.

1.3.2 Untuk mengetahui kondisi pengendalian diri penerima manfaat setelah

memperoleh layanan bimbingan kelompok.

1.3.3 Untuk membukitkan apakah pengendalian diri penerima manfaat mengalami

perubahan setelah mendapatkan layanan bimbingan kelompok.

8

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan ilmu pengetahuan di bidang bimbingan dan konseling tentang

penerapan layanan bimbingan kelompok bagi penerima manfaat guna intervensi

dalam mengendalikan diri (self control).

1.4.2 Manfaat Praktis

(1) Bagi lembaga atau instansi, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu

kinerja konselor rehabilitasi, pengasuh wisma, pendamping wisma dan

pekerja sosial dalam pemberian layanan kepada penerima manfaat.

(2) Bagi pekerja sosial hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan media

atau referensi untuk meningkatkan pelayanan bagi penerima manfaat

(3) Bagi peneliti selanjutnya dapat menjadi dasar dalam meningkatkan

profesionalitas dalam pemberian layanan

1.5 Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika skripsi merupakan garis besar penyusunan skripsi yang

bertujuan untuk mempermudah menelaah skripsi. Sistematika dalam penulisan

skripsi ini terdiri atas tiga bagian yaitu bagian awal, bagian isi dan bagian akhir.

1.5.1 Bagian Awal

Bagian awal berisi halaman judul, pernyataan, halaman pengesahan, motto

dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar

daftar lampiran.

9

1.5.2 Bagian Isi

Bab 1 Pendahuluan berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

Bab 2 Tinjauan pustaka. berisi tentang landasan teoritis yang menunjang

penelitian meliputi, penelitian terdahulu, pengertian pengendalian diri, jenis dan

aspek pengendalian diri, faktor-faktor yang mempengaruhi pengendalian diri,

perkembangan pengendalian diri, pengertian bimbingan kelompok, tujuan

bimbingan kelompok, komponen bimbingan kelompok, tahapan bimbingan

kelompok, peningkatan pengendalian diri melalui layanan bimbingan kelompok

serta hipotesis.

Bab 3 Metode penelitian meliputi, jenis dan desain penelitian, variabel

penelitian, populasi dan sampel, metode dan alat pengumpulan data, uji instrumen

penelitian.

Bab 4 Hasil penelitian dan pembahasan. Pada bab ini disajikan hasil

penelitian yang meliputi hasil penelitian dan pembahasan.

Bab 5 Penutup berisi tentang penyajian hasil simpulan dan saran sebagai

implikasi dari hasil penelitian.

1.5.3 Bagian Akhir

Bagian akhir skripsi ini memuat tentang daftar pustaka dan lampiran-

lampiran yang mendukung penelitian ini.

10

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan membahas tentang penelitian terdahulu dan latar

belakang teoritis yang mendukung variabel penelitian. Latar belakang teoritis

meliputi (1) Pengendalian diri mencakup tentang pengertian pengendalian diri,

jenis dan aspek pengendalian diri, faktor-faktor yang mempengaruhi pengendalian

diri, perkembangan pengendalian diri individu; (2) Bimbingan kelompok meliputi

pengertian bimbingan kelompok, tujuan bimbingan kelompok, tahapan dalam

bimbingan kelompok; (3) Peningkatan kemampuan pengendalian diri melalui

layanan bimbingan kelompok.

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian ini berfokus pada upaya untuk meningkatkan pengendalian diri

yang dimiliki oleh penerima manfaat melalui layanan bimbingan kelompok.

Diharapkan setelah pemberian layanan bimbingan kelompok penerima manfaat

dapat memiliki pengendalian diri yang lebih baik, sehingga ia dapat berinteraksi

dengan baik di lingkungan Balai Rehabilitasi Sosial “Mandiri” Semarang II. Ada

beberapa penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini, antara lain:

Penelitian skripsi yang dilakukan oleh Sukmadewi (2010:IX) tentang “Self

Control Pada Kalayan Narkoba di Yayasan Rumah Damai (Studi Kasus tentang

Kalayan Narkoba yang Relaps)” menjelaskan bahwa jika seseorang mampu

11

mengembangkan self control atau pengendalian diri yang mereka miliki, dapat

dimungkinkan mereka akan berhasil membina ketahanan diri dan keterampilan

menolak terhadap bahaya narkoba. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan

oleh Sukmadewi, dalam penelitian ini menggunakan metode ekperimen dengan

memberikan treatment berupa layanan bimbingan kelompok. Subjek penelitian

yang digunakan bukan kalayan narkoba yang relaps melainkan penerima manfaat

yang tergolong dalam anak nakal dan anak jalanan (gelandangan dan pengemis)

Penelitian skripsi lainnya oleh Priatmoko (2011: VIII) tentang “Upaya

Meningkatkan Pengendalian Emosi melalui Layanan Bimbingan Kelompok pada

Remaja di Panti Asuhan Yayasan Al- Hidayah Desa Desel Sadeng Kec.

Gunungpati Semarang Tahun 2010” menunjukkan bahwa skor pengendalian

emosi sebelum pemberian layanan bimbingan kelompok sebesar 166 atau 60,79%

dengan kategorisasi sedang setelah pemberian layanan bimbingan kelompok

menjadi 192,5 atau 70,01 % dengan kategorisasi tinggi. Hasil uji wilcoxon

menunjukkan bahwa Zhitung sebesar = 3,40 sedangkan Ztabel = 0,03. Hal ini

menunjukkan bahwa layanan bimbingan kelompok dapat meningkatakan

pengendalian emosi. Terkait dengan penelitian yang dilakukan oleh Priatmoko,

peneliti mencoba untuk melakukan penelitian yang serupa. Melalui layanan

bimbingan kelompok peneliti mencoba untuk merubah pengendalian diri yang

dimiliki oleh penerima manfaat.

Penelitian yang dilakukan oleh Nurnaningsih (2011:275) tentang

“Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa”

menjelaskan bahwa layanan bimbingan kelompok dapat membantu siswa dalam

12

mengelola emosi mereka dengan baik. Penelitian ini menunjukkan bahwa layanan

bimbingan kelompok efektif untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh Nurnaningsih menggunakan bimbingan kelompok

untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa. Berdasarkan penelitian tersebut

peneliti akan melakukan hal serupa yakni mencoba untuk meningkatkan

pengendalian diri penerima manfaat melalui layanan bimbingan kelompok.

Zulkarnain, (2002:17) mengadakan penelitian tentang “Hubungan Kontrol

Diri dengan Kreativitas Pekerja” menunjukkan bahwa perilaku yang kreatif

memiliki kecenderungan untuk bekerja dengan cara-cara yang tidak konvensional.

Hal tersebut muncul sebagai akibat dari keinginan yang kuat akan suatu

perubahan. Penelitian ini menjelaskan bahwa ada hubungan negatif antara kendali

diri dengan kreativitas pekerja. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi kendali diri

yang dimiliki seseorang maka semakin rendah kreativitas yang dimilikinya.

Penelitian yang dilakukan oleh Zulkarnain menunjukkan beberapa aspek-aspek

dalam pengendalian diri. Penelitian ini membantu peneliti untuk mengenali

hubungan antara aspek-aspek dalam pengendalian diri terkait dengan perubahan

Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu diatas, peneliti mencoba untuk

melakukan penelitian yang hampir sama. Penelitian yang akan peneliti lakukan

terkait dengan pengendalian diri dan layanan bimbingan kelompok, yakni “Upaya

meningkatkan pengendalian diri penerima manfaat melalui layanan bimbingan

kelompok di Balai Rehabilitasi Mandiri Semarang II”

13

2.2 Pengendalian Diri

Dalam sub bab ini akan dibahas tentang pengendalian diri yang meliputi

pengertian pengendalian diri, jenis pengendalian diri, aspek-aspek dalam

pengendalian diri, faktor-faktor yang mempengaruhi pengendalian diri dan

perkembangan pengendalian diri individu.

2.2.1 Pengertian Pengendalian Diri

Dalam segala aspek kehidupan, individu sangat memerlukan pengendalian

diri yang baik. Dengan memiliki pengendalian diri yang baik individu dapat

mengarahkan, memperkirakan dan memprediksi dampak dari perilaku yang

mereka perbuat. Pengendalian diri (self control) didefinisikan sebagai “pengaturan

proses fisik, psikologis, dan perilaku seseorang, dengan kata lain serangkaian

proses yang membentuk dirinya sendiri” (Calhoun dan Acocella, 1990: 130).

Pengendalian diri merupakan keseluruhan dari proses yang membentuk diri

individu yang mencakup proses pengaturan fisik, psikologis dan perilaku.

Pengendalian diri atau disebut juga kendali diri dapat pula diartikan sebagai

suatu aktivitas pengendalian tingkah laku. Pengendalian tingkah laku

mengandung makna, yaitu melakukan pertimbangan-pertimbangan terlebih dahulu

sebelum memutuskan sesuatu untuk bertindak (Ghufron, 2011:25). Pengendalian

diri diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh individu untuk

mengendalikan perilaku mereka. Dengan menggunakan berbagai pertimbangan

sebelum bertindak, individu tersebut mencoba untuk mengarahkan diri mereka

14

sesuai dengan yang mereka kehendaki. Dengan kata lain, semakin tinggi kendali

diri yang dimiliki seseorang semakin intens pengendalian terhadap tingkah laku.

Pengendalian diri dapat digunakan untuk mereduksi efek psikologis yang

negatif dan sebagai upaya pencegahan. Dengan memiliki pengendalian diri,

individu mampu membuat perkiraan terhadap perilaku yang hendak dilakukan

sehingga individu mampu mencegah sesuatu hal yang tidak menyenangkan yang

akan diterimanya kelak. Hal tersebut diperkuat dengan definisi yang menjelaskan

alasan individu menggunakan kendali diri. Thoreson dan Mahoney (dalam

Calhoun dan Acocella, 1990: 158) menjelaskan bahwa ‟demi tujuan jangka

panjang, dia sengaja menghindari melakukan perilaku yang biasa dikerjakan atau

yang segera memuaskannya yang tersedia secara bebas baginya, tetapi malah

menggantinya dengan perilaku yang kurang biasa atau menawarkan kesenangan

dengan tidak segera‟.

Selain sebagai upaya pencegahan diri, pengendalian diri dapat pula sebagai

tujuan penundaan. Dengan kata lain pengendalian diri berarti kesengajaan yang

dilakukan oleh individu untuk menghindari suatu perilaku dengan tujuan jangka

panjang agar memperoleh kepuasaan. Dengan menunda suatu perilaku tertentu,

meskipun individu tersebut membutuhkannya, pada dasarnya individu tersebut

memiliki tujuan yang lebih memuaskan mereka, jika dibandingkan dengan

menyegerakan perilaku tersebut untuk dikerjakan. ”Kegagalan menunda

pemenuhan suatu kebutuhan berhubungan dengan tingkah laku mencontek/

curang atau ketiadaan tanggung jawab sosial” (Santrock 2003: 524).

15

Kegagalan dalam melakukan penundaan tersebut mengarahkan individu

untuk segera memuaskan keinginannya dengan cara-cara yang kurang baik. Untuk

melakukan penundaan yang tidak mereka sukai perlu bagi individu untuk melihat

keuntungan atas penundaan perilaku yang mereka lakukan, oleh sebab itu ada

pendapat yang menyatakan bahwa ‟pengendalian diri menggambarkan keputusan

individu yang melalui pertimbangan kognitifnya untuk menyatakan perilaku yang

telah disusun untuk meningkatkan hasil dan tujuan tertentu seperti apa yang

dikehendaki‟ Lazarus (1976) (dalam Hermanto, 2009:2).

Pertimbangan kognitif yang dilakukan oleh individu, membantu mereka

untuk melakukan suatu perilaku tertentu, seperti penundaan pemenuhan

kebutuhan. Hal tersebut bertujuan guna mencapai tujuan secara optimal. Dengan

melakukan penundaan pada dasarnya individu mengetahui bahwa sesuatu yang

mereka harapkan dapat mereka penuhi, namun mereka melakukan penundaan

bertujuan untuk mencapai harapan tersebut secara maksimal.

Kazdin (1994) (dalam Elliot, 1999:228) berpendapat bahwa ’self control

usually refers to those behavior that a person deliberately undertakes to achive

self selected outcome‟. Pengendalian diri (self control) sering digunakan individu

untuk melakukan suatu tindakan secara sengaja atas keinginan pribadinya untuk

memperoleh kesuksesan yang mereka kehendaki.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Ronen (1993) (dalam Safaria, 2004:109)

menjabarkan bahwa „kendali diri bisa diartikan sebagai proses yang terjadi ketika

dalam situasi tanpa batasan dari lingkungan eksternal anak melakukan suatu jenis

perilaku yang sebelumnya sedikit tidak mungkin muncul dibandingkan perilaku

16

alternatif lainnya‟. Dapat pula diartikan sebagai proses yang dilakukan individu

atas dasar kemauan dan pemikiran yang mereka miliki. Dengan kata lain, individu

dapat memunculkan suatu perilaku positif ketika situasi yang ada

memungkinkannya memunculkan perilaku yang negatif (Safaria, 2004:109).

Pengendalian diri atau self control dapat pula diartikan sebagai ”perbuatan

membina tekad untuk mendisiplinkan kemauan, memacu semangat, mengikis

keseganan dan mengarahkan energi untuk benar-benar melaksanakan apa yang

harus dikerjakan dalam studi” (The Liang Gie, 1995: 190). Kendali diri yang

dimiliki oleh individu dapat pula membantu mereka dalam mencapai suatu tujuan.

Dengan memiliki pengendalian diri yang baik, individu dapat mengoptimalkan

tindakan mereka dan menahan diri untuk berbuat yang tidak seharusnya mereka

perbuat.

Pengendalian diri dijabarkan sebagai “kemampuan seseorang melakukan

pertimbangan-pertimbangan terlebih dahulu sebelum memutuskan sesuatu dengan

mendisiplinkan kemauan atau dorongan-dorongan dalam diri seseorang, serta

menahan diri dengan sadar untuk bertindak guna mencapai hasil dan tujuan sesuai

yang diinginkan” (Nur Khasanah, 2009: 16).

Dari beberapa pengertian yang telah dijelaskan, pengendalian diri diartikan

sebagai tindakan mengendalikan atau mengarahkan tingkah laku seseorang,

sebagai upaya pencegahan (preventif), sebagai suatu tindakan penundaan

pemuasan kebutuhan, sebagai suatu keterampilan, keahlian, potensi, perbuatan

untuk pembinaan tekad. Berdasarkan pengertian yang telah diuraikan, maka

pengendalian diri dalam penelitian ini memiliki maksud sebagai kemampuan yang

17

dimiliki oleh individu untuk mengarahkan dirinya mendekati tujuan yang

diharapkan dengan jalan mendisiplinkan diri dan melakukan penundaan terhadap

perilaku yang dapat menghambat pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

2.2.2 Jenis dan Aspek Pengendalian Diri

2.2.2.1 Jenis Pengendalian Diri

Setiap individu memiliki kemampuan pengendalian diri yang berbeda-beda.

Ada individu yang pandai dalam mengendalikan diri mereka namun ada juga

individu yang kurang pandai dalam mengendalikan diri. Berdasarkan kualitasnya

kendali diri dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:

(1) Over control merupakan kendali diri yang dilakukan oleh individu

secara berlebihan yang menyebabkan individu banyak menahan

diri dalam bereaksi terhadap stimulus.

(2) Under control merupakan suatu kecenderungan individu untuk

melepaskan impuls dengan bebas tanpa perhitungan yang masak.

(3) Appropriate control merupakan kendali individu dalam upaya

mengendalikan impuls secara tepat. (Block dan Block dalam

Zulkarnaen, 2002:10)

Kemampuan individu dalam mengendalikan diri memiliki tiga tingkatan

yang berbeda-beda. Individu yang berlebihan dalam mengendalikan diri mereka

yang disebut dengan over control. Individu yang cenderung untuk bertindak tanpa

berpikir panjang atau melakukan segala tindakan tanpa perhitungan yang matang

(under control). Sementara individu yang memiliki pengendalian diri yang baik,

yaitu individu yang mampu mengendalikan keinginan atau dorongan yang mereka

miliki secara tepat (appropriate control).

18

Rosenbaum (1993) (dalam Safaria, 2004:115) mengembangkan model

pengendalian diri bagi orang dewasa ke dalam tiga tipe kendali diri yaitu „redresif,

reformatif dan eksperiensial’.

(1) Pengendalian diri tipe redresif

Pengendalian diri tipe redresif berfokus pada fungsi untuk mengoreksi

proses pengendalian-diri. Pengendalian diri tipe redresif ini berusaha untuk

menghilangkan keadaan mengganggu yang sedang dialami oleh individu. Sebagai

contoh seorang anak yang sedang mengalami kecemasan ketika menghadapi

ujian. Kecemasan tersebut akan mengakibatkan individu tersebut tidak dapat

berkonsentrasi dan tidak mampu mengerjakan ujian secara optimal. Tugas terapis

atau konselor adalah membantu menghilangkan kecemasan tersebut, sehingga

individu yang bersangkutan mampu mencapai prestasi optimal dalam

mengerjakan ujian. ‟Metode kognitif untuk kendali diri tipe redresif ini adalah self

talk, relaksasi, dan teknik imagery’ (Ronen, 1993, dalam Saffari, 2004:116).

(2) Pengendalian diri tipe reformatif

Pengendalian diri tipe reformatif memiliki fokus pada hasil jangka panjang,

dengan tujuan untuk mencegah timbulnya masalah pada masa depan klien

(preventif). Pengendalian diri reformatif memberikan tekanan kepada konseli

untuk menahan diri dari kenikmatan sesaat dan ketabahan menghadapi dalam

stres. Contoh dalam pengendalian tipe reformatif adalah jika seorang anak terbiasa

belajar dengan menghafal dalam mengerjakan suatu ujian, akan diajarkan untuk

mengubah kebiasaan yang kurang efektif tersebut. Proses terapis akan diarahkan

kepada pengusaan keterampilan-keterampilan belajar yang lebih efektif, seperti

19

keterampilan perencanaan, pemahaman, membuat kesimpulan dan keterampilan

mengevaluasi materi pelajaran.

(3) Pengendalian diri tipe eksperensial

Pada tipe pengendalian diri eksperensia, individu diarahkan kepada

penerimaan dan pembukaan dirinya untuk bersedia membuka diri terhadap

pengalaman-pengalaman baru. Rosenbaum (dalam Safaria, 2004:118)

mendefinisikan kendali diri eksperensial ini sebagai ‟kemampuan individu untuk

menjadi sensitif dan menyadari perasaan-perasaannya dan penghayatan akan

stimulasi dari lingkungan yang spesifik. Penekanan dalam tipe eksperensial

adalah kesediaan individu untuk membuka diri terhadap pengelaman-pengalaman

baru. Dengan kesediannya dalam membuka diri, individu tersebut akan

memperoleh pengalaman-pengalaman baru yang dijadikannya sebagai tolak ukur

terhadap pengetahuan yang ia miliki sebelumnya. Hal ini akan meningkatkan

keadaan heterostastis dan memperkaya pengalaman yang telah dimilikinya.

Melihat tujuan tersebut Ronen (1993) dalam (Saffari, 2004:108) menambahkan

„metode yang digunakan untuk kendali diri tipe eksperensial adalah relaksasi,

hipnotis, mendengarkan musik, melukis, bercocok tanam, memelihara binatang,

atau menikmati hubungan sosial‟.

Averill (1973) (dalam Ghufron, 2011:29) mengelompokkan pengendalian

diri menjadi tiga jenis yaitu, “(1) mengontrol perilaku (behavior control), (2)

mengontrol kognitif (cognitive control), dan (3) mengotrol keputusan (decision

control).”

20

(1) Kendali Tingkah Laku (Behavior control), merupakan kesiapan tersedianya

suatu respon yang dapat secara langsung mempengaruhi atau memodifikasi

suatu keadaan yang tidak menyenangkan.

(2) Kendali Kognitif (Cognitive control), merupakan kemampuan individu

dalam mengolah informasi yang tidak diinginkan dengan cara

menginterpretasi, menilai, atau menghubungkan suatu kejadian dalam suatu

kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologis atau mengurangi tekanan.

(3) Mengontrol Keputusan (Decision control), merupakan kemampuan

seseorang untuk memilih hasil atau suatu tindakan berdasarkan pada

sesuatu yang diyakini atau disetujuinya.

Kemampuan pengendalian diri seseorang meliputi tiga jenis di antaranya

kendali perilaku (behavior control) yang menuntut individu untuk mengendalikan

diri dalam merespon suatu keadaan tertentu. Kendali kognitif (control cognitive)

merupakan kemampuan individu dalam mengendalikan diri untuk mengolah

sebuah informasi sebagai media untuk mengurangi tekanan. Mengontrol

keputusan (decision control) adalah jenis pengendalian diri yang dimiliki

seseorang untuk memilih suatu tindakan tertentu yang telah mereka yakini.

2.2.2.2 Aspek Pengendalian Diri

Di dalam pengendalian diri terdapat 3 komponen (Elliot dkk, 1999:229)

yaitu:

(1) Self-assesment or self analysis

Seseorang menguji perilaku mereka sendiri atau pikiran yang mereka miliki

kemudian menentukan perilaku atau proses berpikir yang mana yang akan

21

ditampilkan. Penilaian diri ini membantu individu untuk memenuhi standar yang

mereka ciptakan sendiri dengan membandingkan keberhasilan atau kesuksesan

orang dewasa disekitarnya atau teman sebaya. Dengan melakukan penilaian diri,

individu akan mengetahui kelemahan serta kelebihan yang mereka miliki dan

berusaha untuk memperbaikinya agar memenuhi standar yang mereka ciptakan.

(2) Self-monitoring

Self-monitoring dapat diartikan sebagai suatu proses di mana seseorang

merekam atau mencatat penampilan mereka atau menyimpan sebuah rekaman

atau catatan dari apa yang telah mereka lakukan. Alasan untuk melakukan

pencatatan itu adalah pertama, catatan itu akan memberitahukan apakah kendali

diri dapat memberikan manfaat atau tidak. Kedua, catatan tersebut akan berguna

dalam memberikan balikan yang positif ketika seseorang mengalami peningkatan

(McFall,1997 dalam Calhoun dan Acocella, 1990:175).

(3) Self-reinforcement

Self-reinforcement adalah pemberian penghargaan atau hadiah kepada diri

sendiri atas keberhasilannya dalam memenuhi segala bentuk perilaku yang telah

ditetapkannya atau termonitorir. Penggunaan pengukuhan diri bisa dalam bentuk

konkrit, seperti makanan, mainan, permen dan bisa pula berupa simbolis, seperti

senyum, pujian, dan persetujuan. Pengukuhan diri positif akan membantu anak

mengubah gambaran dirinya menjadi lebih positif yang pada akhirnya akan

meningkatkan kepercayaan diri anak (Safaria, 2004:92).

22

Menurut Averill (1973) (dalam Ghufron, 2011: 31) menjelaskan bahwa dalam

mengukur kendali diri yang dimiliki oleh individu dapat melalui beberapa aspek

yang terdapat dalam diri seorang individu, hal tersebut dapat diamati melalui

beberapa aspek pengendalian diri (self control) sebagai berikut:

1) Kemampuan mengatur pelaksanaan (regulated administration)

Merupakan kemampuan individu untuk menentukan siapa yang

mengendalikan situasi atau keadaan. Individu yang kurang mampu

mengendalikan situasi atau keadaan maka mereka memiliki kecenderungan

untuk patuh terhadap kendali eksternal. Dengan kata lain kemampuan

mengatur pelaksanaan (regulated administration) mengarah kepada pengertian

apakah individu mampu menggunakan aturan perilaku dengan menggunakan

kemampuannya sendiri, jika tidak mampu individu akan menggunakan sumber

eksternal. Kemampuan mengatur pelaksanaan menitik beratkan peranan

individu untuk mengatur perilaku mereka guna mencapai perihal yang

diharapkan.

2) Kemampuan mengontrol stimulus (stimulus modifiability)

Kemampuan mengatur stimulus merupakan kemampuan untuk

mengetahui bagaimana dan kapan suatu stimulus yang tidak dikehendaki

dihadapi. Kemampuan ini mengandung pengertian bahwa individu memiliki

prediksi dari perbuatan yang mereka kerjakan. Hal ini bertujuan agar individu

mampu mempersiapkan diri atas segala kemungkinan yang akan terjadi sebagai

akibat dari tindakan yang mereka kerjakan. Ada beberapa cara yang dapat

dilakukan oleh individu untuk mencegah atau menjauhi stimulus, yaitu dengan

23

menempatkan tenggang waktu di antara rangkaian stimulus yang sedang

berlangsung, menghentikan stimulus sebelum waktunya berakhir dan

membatasi intensitasnya.

3) Kemampuan mengantisipasi suatu peristiwa atau kejadian.

Untuk dapat mengantisipasi suatu peristiwa individu memerlukan

informasi yang cukup lengkap dan akurat, sehingga dengan informasi yang

dimiliki mengenai keadaan yang tidak menyenangkan, individu dapat

mengantisipasi keadaan tersebut dengan berbagai pertimbangan.

4) Kemampuan menafsirkan perisitiwa atau kejadian

Kemampuan ini berarti individu berusaha menilai dan menafsirkan suatu

keadaan atau peristiwa dengan cara memperhatikan segi-segi positif secara

subjektif. Kemampuan dalam menafsirkan peristiwa setiap individu ini berbeda

antara satu dan lainnya. Hal ini erat kaitannya dengan pengalaman dan

pengetahuan yang mereka miliki.

5) Kemampuan mengambil keputusan

Kemampuan mengontrol keputusan merupakan kemampuan seseorang

untuk memilih hasil atau suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang

diyakini atau disetujuinya. Kendali diri dalam menentukan pilihan akan

berfungsi, baik dengan adanya suatu kesempatan, kebebasan, atau

kemungkinan pada diri individu untuk memilih berbagai kemungkinan

tindakan.

24

Terdapat beberapa aspek yang dimiliki oleh individu dalam

mengendalikan diri mereka. Individu yang mampu mengendalikan diri adalah

mereka yang dapat mengelola dengan baik informasi yang diperoleh,

mengendalikan stimulus, mengantisipasi suatu peristiwa, menafsirkan suatu

peristiwa dan mengambil sebuah keputusan yang tepat.

Aspek lain yang terdapat dalam pengendalian diri seseorang meliputi

kendali emosi, pikiran dan mental. Ketiga aspek tersebut dapat diuraikan sebagai

berikut:

a. Kendali emosi

Seseorang dengan kendali emosi yang baik, cenderung akan

memiliki kendali pikiran dan fisik yang baik pula.

b. Kendali pikiran

Jika belum apa-apa sudah berpikir gagal, maka semua tindakan akan

mengarah pada terjadinya kegagalan. Jika berpikir bahwa sesuatu

pekerjaan tidak mungkin dilakukan, maka akan berhenti berpikir

untuk mencari solusi.

c. Kendali fisik

Kondisi badan yang fit merupakan salah satu faktor kunci dalam

menunjukkan kemampuan kita berfungsi dengan optimal (Roy

Sembel, 2003: 1-2).

Aspek dalam pengendalian diri tidak hanya sebatas dalam mengendalikan

perilaku, memperoleh informasi, menilai informasi dan mengambil sebuah

keputusan. Pengendalian diri juga memiliki aspek lain yang meliputi aspek

emosional, pikiran dan fisik. Ketiga aspek tersebut saling berkaitan dan

mempengaruhi dalam pengambilan keputusan.

Aspek-aspek pengendalian diri yang digunakan dalam penelitian ini adalah

berdasarkan aspek-aspek pengendalian diri menurut pendapat Averill (dalam

Ghufron, 2011: 30) yaitu pengendalian tingkah laku (behavior control),

25

pengendalian kognitif (cognitive control), dan mengendalikan keputusan (decision

control).

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengendalian Diri

Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi pengendalian diri

terdiri dari faktor internal (dari diri individu) dan faktor eksternal (lingkungan

individu).

(1) Faktor internal

Faktor internal yang ikut andil terhadap pengendalian diri adalah usia.

Semakin bertambah usia usia seseorang maka, semakin baik kemampuan

mengontrol diri seseorang itu.

(2) Faktor eksternal

Faktor eksternal yang dimaksud adalah lingkungan keluarga. Lingkungan

keluarga terutama orang tua menentukan bagaimana kemampuan mengontrol diri

seseorang (Ghufron, 2011:32).

Dalam mengendalikan diri, seseorang dipengaruhi beberapa faktor. Faktor

yang mempengaruhi pengendalian diri seseorang tersebut meliputi faktor dalam

diri sendiri dan dari luar diri individu yang bersangkutan. Faktor dalam diri seperti

usia, memberikan pengaruh terhadap bagaiman individu mengendalikan dirinya.

Semakin dewasa usia seseorang, semakin baik dalam mengendalikan dirinya

(Hermanto:2009). Faktor lingkungan juga memberikan peranan penting terhadap

pengendalian diri yang dimiliki oleh individu.

26

2.2.4 Perkembangan Pengendalian Diri Individu

Sejak individu dilahirkan dan tumbuh berkembang, individu mempelajari

banyak hal dalam hidupnya. Hal terpenting bagi perkembangan diri seorang

individu adalah diri (self) yang merupakan bagian dari proses terbentuknya

pengendalian diri (self control). Perilaku anak pertama kali dikendalikan oleh

kekuatan eksternal. Tindakan mereka sebagaian besar dipengaruhi oleh perintah

dari orang tua dan lingkungan (Vasta dkk dalam Ghufron, 2011:26). Tanpa

disadari kendali eksternal tersebut terinternalisasi dalam diri seorang anak

sehingga menjadi kendali internal. Kendali internal yang digunakan seorang

individu tersebut yang membantu mereka dalam pengendalian diri.

Ronen (1993) (dalam Safaria, 2004: 110) menambahkan bahwa „ada dua

langkah penting dalam perkembangan keterampilan pengendalian diri pada anak.

pertama kendali orang dewasa terhadap anak dan yang kedua keterampilan verbal

pada anak yang akan mendorong anak untuk mengendalikan perilakunya sendiri‟.

Peran serta orang tua atau orang dewasa bagi perkembangan pengendalian

diri seseorang sangatlah memiliki peranan penting. Kedudukan orang tua bernilai

tinggi sehingga persetujuan dan ketidaksetujuan secara emosional memberikan

ganjaran dan hukuman bagi anak. Oleh karena itu, persetujuan atau

ketidakpersetujuan orang tua mempunyai kekuatan untuk membujuk anak

menunda kepuasan segera untuk kepentingan yang lebih besar yaitu ganjaran

jangka panjang (Calhoun dan Acocella, 1990:136). Keputusan orang tua dalam

merespon perilaku seorang individu ketika masih kecil memberikan dampak

terhadap pengendalian diri yang individu miliki ketika beranjak dewasa.

27

Remaja yang dapat mengendalikan diri dengan baik, dapat diamati dari cara

mereka melampiaskan gejolak emosional secara tepat. Remaja dikatakan sudah

mencapai kematangan emosional bila pada masa akhir remajanya emosinya tidak

meledak dihadapan orang lain, melainkan menunggu saat dan tempat yang lebih

tepat untuk mengungkapkannya dengan cara-cara yang lebih diterima dan tidak

mengganggu orang lain (Hurlock dalam Ghufron, 2011:24).

Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan pengendalian diri seorang individu

mengalami perkembangan. Sejak individu dalam masa anak-anak, pengendalian

diri menggunakan kendali dari luar (orang tua atau orang dewasa lainnya) hingga

hal tersebut terinternalisasi dalam diri sendiri (self control). Seiring dengan

bertambahnya usia,, individu memiliki banyak hubungan dengan orang lain,

sehingga mereka memiliki banyak pengetahuan dan wawasan dalam berinteraksi

dengan orang lain, sehingga akan banyak kendali eksternal (control eksternal)

yang mereka miliki. Control eksternal yang telah menjadi bagian dari individu

akan membantu mereka dalam berperilaku agar sesuai dengan harapan sosial

tanpa harus dibimbing, diawasi, didorong dan diancam seperti halnya hukuman

yang dialami ketika masa anak-anak.

2.3 Layanan Bimbingan Kelompok

Dalam sub bab ini akan dijelaskan tentang pengertian layanan bimbingan

kelompok, tujuan bimbingan kelompok, komponen dalam bimbingan kelompok,

tahapan dalam bimbingan kelompok, dan upaya meningkatkan pengendalian diri

penerima manfaat melalui layanan bimbingan kelompok.

28

2.3.1 Pengertian Layanan Bimbingan Kelompok

Dalam kehidupan sehari-hari, setiap individu menjalin interaksi dengan

individu lainnya. Seorang remaja pada umumnya memiliki kesempatan yang lebih

besar untuk menjalin interaksi dengan orang lain. Dalam menjalin interaksi

dengan orang lain tersebut terkadang remaja mengalami permasalahan atau

konflik dengan orang lain. Berbagai alternatif menjadi pilihan remaja untuk

meminimalisir atau membantu mereka dalam menghadapi permasalahan

hidupnya. Alternatif tersebut dapat berasal dari teman sebaya, orang tua, guru atau

orang dewasa lainnya. Melalui layanan bimbingan kelompok remaja dapat

menemukan berbagai alternatif dan informasi yang terpercaya dan lebih

terorganisir sesuai dengan perkembangan mereka.

Istilah bimbingan kelompok mengacu kepada aktivitas-aktivitas kelompok

yang berfokus kepada penyediaan informasi atau pengalaman lewat aktivitas

kelompok yang terencana dan terorganisir (Gibson dan Mitchell, 2011:275).

Pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok terlaksana secara terencana dan

terorganisir yang bertujuan menyediakan informasi melalui aktivitas kelompok.

Romlah (2001:3) menjelaskan bimbingan kelompok adalah proses pemberian

bantuan yang diberikan pada individu dalam situasi kelompok untuk membahas

topik-topik yang bersifat umum.

Layanan bimbingan kelompok yaitu layanan bimbingan dan konseling yang

memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika

kelompok memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu dan/atau

membahas secara bersama-sama pokok bahasan tertentu yang berguna untuk

29

menunjang pemahaman dan kehidupan sehari-hari dan/atau untuk perkembangan

dirinya baik sebagai individu maupun sebagai pelajar dan untuk pertimbangan

dalam pengambilan keputusan dan/atau tindakan tertentu (Prayitno, 1998:36).

Gazda (1978) (dalam Amti dan Prayitno, 2008:309) menjelaskan bahwa

„layanan bimbingan kelompok disekolah merupakan kegiatan informasi kepada

sekelompok siswa untuk membantu mereka menyususun rencana dan keputusan

yang tepat. Dengan kata lain layanan bimbingan kelompok difokuskan pada

pemberian informasi untuk membantu siswa dalam menyusun rencana atau

mengambil sebuah keputusan.

Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan layanan bimbingan

kelompok sebagai kegiatan kelompok yang memanfaatkan dinamika kelompok

sebagai media untuk membahas topik umum dengan panduan seorang narasumber

atau pemimpin kelompok.

2.3.2 Tujuan Bimbingan Kelompok

Setiap kegiatan yang disusun secara sistematis dan terencana memiliki

tujuan dan harapan demikian halnya dengan layanan bimbingan kelompok.

Bimbingan kelompok diorganisasikan untuk mencegah berkembangnya problem

(Gibson dan Mitchell, 2011: 52). Secara tidak langsung hal ini menjelaskan,

bahwa layanan bimbingan kelompok memiliki fungsi pencegahan. Fungsi

pencegahan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan

tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang

mungkin timbul yang akan dapat mengganggu, menghambat ataupun

30

menimbulkan kesulitan dan kerugian-kerugian tertentu dalam proses

perkembangannya (Prayitno, 1998:26).

Pelayanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk memungkinkan siswa

secara bersama-sama memperoleh fungsi utama bimbingan yang didukung oleh

layanan konseling kelompok ialah fungsi pengentasan (Sukardi dan Kusmawati,

2008:78). Fungsi pengentasan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan

menghasilkan terentaskannya atau teratasinya berbagai permasalahan yang

dialami oleh peserta didik. Fungsi pengentasan digunakan untuk menggantikan

istilah fungsi kuratif atau teraupetik yang berasumsi pengobatan atau perbaikan.

Hal ini bertujuan untuk menghargai posisi konseli sebagai pengguna jasa layanan

bimbingan dan konseling dari anggapan masyarakat bahwa mereka memiliki

penyakit kejiwaan atau dalam kondisi yang tidak normal. Sesuai dengan pendapat

Prayitno (1998:26), pemberian label atau asumsi bahwa peserta didik atau klien

(konseli) adalah orang yang ”sakit” atau ”tidak baik” atau ”rusak” sama sekali

tidak boleh dilakukan.

Berdasarkan fungsinya layanan bimbingan kelompok dapat dikelompokkan

memiliki dua tujuan. Pertama, layanan bimbingan kelompok sebagai upaya

pencegahan (preventif) terhadap problematika yang sering dijumpai oleh

penerima manfaat. Kedua, layanan bimbingan kelompok sebagai upaya untuk

menjaring atau menyeleksi anggota kelompok tertentu untuk memperoleh layanan

yang lebih optimal melalui layanan konseling kelompok atupun layanan konseling

individual.

31

Topik pembahasan dalam bimbingan kelompok berbeda dengan layanan

dalam bimbingan dan konseling lainnya. Secara khusus bimbingan kelompok

bermaksud membahas topik-topik tertentu yang mengandung permasalahan aktual

(hangat) dan menjadi perhatian peserta (Prayitno, 2004:3). Pembahasan topik-

topik dalam layanan bimbingan kelompok dapat melalui dua jenis kelompok,

yaitu kelompok bebas dan kelompok tugas. Kelompok bebas membahas topik

bahasan yang diusulkan oleh anggota kelompok dan disepakati oleh pemimpin

kelompok dan anggota kelompok tersebut. Dengan kata lain kelompok bebas

memberikan kesempatan kepada anggota kelompok untuk menentukan topik

bahasan, sementara kelompok tugas topik bahasan merupakan penugasan dari

pemimpin kelompok yang bertujuan untuk mempersatukan anggota kelompok.

Kedua jenis kelompok tersebut (bebas dan tugas) merupakan media untuk

mempermudah pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok. Meskipun dalam

kelompok tugas masing-masing anggota terikat terhadap penyelesaian

pembahasan topik yang diangkat, namun tujuan penyelesaian tugas tidak boleh

mengesampingkan tujuan umum pendekatan kelompok yaitu untuk menciptakan

kehidupan kelompok yang dinamis melalui pengembangan sikap, keterampilan,

dan keberanian sosial yang bertenggang rasa. Perbedaan dalam kedua jenis

kelompok tersebut terletak pada “darimana datangnya materi bahasan “namun

secara umum memiliki tujuan yang sama.

Dari berbagai penjelasan tentang tujuan diselenggarakan layanan bimbingan

kelompok dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok bertujuan

untuk membantu individu guna memperoleh informasi, wawasan dan pengalaman

32

yang digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil sebuah keputusan

atau perubahan sikap dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

2.3.3 Komponen Bimbingan Kelompok

Dalam melaksanakan layanan bimbingan kelompok perlu diperhatikan

komponen-komponen yang terdapat dalam kegiatan bimbingan kelompok. Dalam

layanan bimbingan kelompok berperan dua pihak yaitu (1) Pemimpin kelompok

(2) Anggota kelompok atau peserta (Prayitno, 2004:4).

Pemimpin kelompok (PK) adalah konselor yang terlatih dan berwewenang

menyelenggarakan praktik konseling professional. Jelas bahwa tidak semua orang

dapat melakukan layanan bimbingan kelompok. Oleh sebab itu pemimpin

kelompok memiliki karakter dan peranan penting dalam pelaksanaan layanan

bimbingan kelompok. Pemimpin kelompok dalam layanan bimbingan kelompok

memiliki karakteristik, yaitu:

(1) Pemimpin menjaga dirinya tetap jujur, terbuka dan bersikap etis

setiap saat

(2) Pemimpin terbuka dan menerima masukkan dari semua anggota

kelompok, bahkan opini anggota yang tidak disetujui.

(3) Minat utama pemimpin disepanjang waktu adalah pertumbuhan

pribadi dan kesejahteraan semua anggota kelompoknya.

(4) Pemimpin memodelkan nilai dan perilaku yang bisa meningkatkan

kualitas hidup anggota-anggota kelompoknya (Gibson dan Mitchell,

2011:290)

Terkait dengan karakterisitk dan sikap yang dimiliki oleh pemimpin

kelompok, pemimpin kelompok juga memiliki peranan penting. Peranan

pemimpin kelompok yaitu; pemimpin kelompok dapat memberikan bantuan,

33

pengarahan ataupun campur tangan langsung, pemimpin kelompok memusatkan

perhatian pada suasana yang berkembang dalam kelompok, pemimpin kelompok

perlu mengarahkan anggota kelompoknya, pemimpin kelompok perlu

memberikan tanggapan tentang berbagai hal yang terjadi dalam kelompok

(Prayitno, 1995:35). Dengan kata lain pemimpin kelompok harus memiliki

kompetensi untuk mengarahkan, mengkoordinir sekaligus menimbulkan minat

kepada anggota kelompok untuk berperan secara aktif dalam kegiatan kelompok.

Anggota kelompok (AK) adalah semua individu yang mengikuti kegiatan

bimbingan kelompok yang dipimpin oleh pemimpin kelompok. Anggota

kelompok memiliki peranan terpenting dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan

kelompok. Dapat dikatakan bahwa anggota kelompok justru merupakan badan

dan jiwa suatu kelompok (Prayitno,1995:30).

Dalam melaksanakan layanan bimbingan kelompok keanggotaan perlu

diperhatikan. Hal tersebut bukan berarti mendiskriminasikan melainkan untuk

mempermudah pencapaian tujuan dalam kegiatan bimbingan kelompok. Beberapa

hal yang perlu diperhatikan dalam keanggotaan kelompok yaitu jenis kelompok,

umur, kepribadian dan hubungan awal (Prayitno, 1995: 30).

Di samping keempat hal tersebut Gibson dan Mitchell (2011:287)

menambahkan perlu mempertimbangkan penyeleksian anggota kelompok yang

meliputi (a) kepentingan bersama (b) Sukarela atau mengajukan diri (c) kesediaan

berpartisipasi dalam kelompok (d) kemampuan berpartisipasi dalam proses

kelompok.

34

2.3.4 Tahapan Bimbingan Kelompok

Layanan bimbingan kelompok diselenggarakan secara sistematis,

tererencana dan memiliki tujuan serta sasaran yang jelas. Oleh sebab itu dalam

penyelenggaraan layanan bimbingan kelompok terdapat beberapa langkah atau

tahapan. Prayitno (1995:76) membagai tahapan bimbingan kelompok meliputi:

(1) Langkah awal

Langkah awal atau tahap awal diselenggarakan dalam rangka

pembentukan kelompok sampai dengan mengumpulkan para peserta yang

siap melaksanakan kegiatan kelompok. Langkah ini dimulai dengan

memberikan penjelasan tentang adanya layanan bimbingan kelompok baik

menggunakan media tertulis maupun lisan.

Dengan tenaga pembimbing dan tenaga pengasuh yang ditugaskan di

masing-masing wisma, layanan bimbingan kelompok dapat diinformasikan.

Jumlah penerima manfaat yang mengikuti layanan bimbingan kelompok

berkisar antara 8-10 orang. Penerima yang terpilih sebagai subjek penelitian

diberikan perlakuan (treatment) berupa layanan bimbingan kelompok.

(2) Perencanaan kegiatan

Perencanaan kegiatan yang dilakukan oleh konselor meliputi beberapa

hal yaitu (a) menentukan materi layanan (b) menentukan tujuan yang ingin

dicapai (c) menentukan sasaran kegiatan (d) bahan atau sumber bahan untuk

kelompok tugas (e) rencana penilaian dan (f) waktu dan tempat pelaksanaan

bimbingan kelompok.

35

(3) Pelaksanaan kegiatan

Kegiatan yang telah direncanakan oleh konselor tersebut kemudian

direalisasikan yaitu dengan melaksanakan kegiatan bimbingan kelompok

meliputi beberapa tahapan, yaitu: (1) Tahap pembentukan, tahap

pembentukan yaitu tahapan untuk membentuk kerumunan sejumlah individu

menjadi satu kelompok. (2) Tahap peralihan, tahap peralihan yaitu tahapan

untuk mengalihkan kegiatan awal kelompok ke kegiatan berikutnya (3)

Tahap kegiatan, tahap kegiatan merupakan tahapan inti, yaitu kegiatan

untuk membahas topik-topik tertentu. Topik-topik yang dibahas dalam

kegiatan bimbingan kelompok adalah terkait dengan pengendalian diri (4)

Tahapan Pengakhiran, tahap pengakhiran merupakan tahap akhir kegiatan,

tahapan ini bertujuan untuk melihat kembali apa yang sudah dilakukan dan

dicapai oleh kelompok, serta merencanakan kegiatan selanjutnya (Prayitno,

2004:19)

(4) Evaluasi kegiatan

Penilaian kegiatan bimbingan kelompok tidak beroritentasi pada ”hasil

belajar” melainkan berupa penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang

diperoleh peserta. Dengan pemberian layanan bimbingan kelompok konseli

atau anggota kelompok memiliki pengetahuan tertentu sesuai topik yang

dibahas, yaitu pengendalian diri. Kesan-kesan yang disampaikan oleh

anggota kelompok merupakan penilaian yang sesungguhnya.

36

(5) Analisis dan Tindak Lanjut

Analisis yang dapat dilakukan oleh konselor dapat berupa analisis

diagnosis atau analisis prognosis. Analisis diagnosis merupakan analisis ke

belakang, seperti menganalisis jenis kelompok yang telah diberi layanan,

waktu dan tempat, materi, teknik yang digunakan, peranan anggota

kelompok. Analisis prognosis adalah analisis yang merupakan tinjauan ke

depan setelah pemberian layanan.

Dalam analisis prognosis, satu hal yang perlu diperhatikan yaitu tentang

keberlanjutan pembahasan topik atau pemberian topik yang berkaitan

dengan topik sebelumnya. Usaha tindak lanjut yang dilakukan oleh konselor

erat kaitannya dengan hasil analisis. Tindak lanjut itu dapat dilaksanakan

melalui pertemuan bimbingan kelompok selanjutnya atau melalui bentuk-

bentuk layanan lainnya, atau bentuk-bentuk kegiatan non layanan, atau

kegiatan dianggap sudah memadai dan selesai sehingga oleh karenanya

upaya tindak lanjut secara tersendiri dianggap tidak perlu (Prayitno,

1995:83).

2.4 Upaya Meningkatkan Pengendalian Diri Penerima Manfaat

Melalui Layanan Bimbingan Kelompok.

Pengendalian diri yang dimiliki oleh seorang remaja dapat membantu

mereka dalam mengurangi perilaku-perilaku negatif yang sering muncul pada

usia-usia remaja. Terutama penerima manfaat yang masih menginjak usia-usia

remaja. Feldman dan Weinberger (1994) (dalam Santrock, 2003:524)

37

menambahakan bahwa pengendalian diri memainkan peranan penting dalam

kenakalan remaja.

Bimbingan kelompok yang merupakan salah satu jenis layanan dalam

bimbingan konseling memiliki peranan penting dalam membantu penerima

manfaat di lingkungan balai rehabilitasi mandiri. Melalui sembilan jenis layanan

dan lima kegiatan pendukung pelayanan bimbingan konseling dapat membantu

penerima manfaat untuk melalui masa-masa remaja mereka di balai rehabilitasi

mandiri.

Pelayanan bimbingan dan konseling di balai rehabilitasi memiliki keunikan

tersendiri. Dilihat dari subjek penerima layanan, konselor rehabilitasi berbeda

dengan konselor sekolah. Di balai rehabilitasi, istilah penerima manfaat diberikan

kepada mereka anak-anak remaja yang tergolong dalam kriteria-kriteria tertentu.

Dengan kata lain, konselor rehabilitasi memiliki konseli (klien) yang memiliki

kriteria atau spesifikasi tertentu. Gibson (2010:176) menambahkan bahwa

konselor rehabilitasi biasanya bekerja dengan klien-klien yang spesifik seperti

tuna-rungu, tuna-daksa, tuna-grahita, tuna-netra, tuna wicara dan lain-lain

(Gibson, 2010:176). Penerima manfaat yang tinggal dalam balai rehabilitasi

meliputi anak jalanan, gelandangan dan pengemis (gepeng), anak mantan pecandu

narkoba

Terkait hubungan antara bimbingan kelompok sebagai upaya untuk

meningkatkan pengendalian diri yang dimiliki oleh penerima manfaat peneliti

menyajikan bagan sebagai berikut:

38

Bagan 1 Peningkatan pengendalian diri melalui layanan bimbingan kelompok

Dengan memiliki pengendalian diri yang baik, remaja tersebut dapat

menyikapi berbagai hal secara tepat. Penelitian yang hampir serupa oleh

Nurnaningsih (2011:275) menunjukkan bahwa layanan bimbingan kelompok

dapat meningkatkan kecerdasan emosional seseorang. Dengan menggunakan

layanan bimbingan kelompok, diasumsikan pengendalian diri penerima manfaat

akan meningkat.

Kesesuaian layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan

pengendalian diri penerima manfaat terletak pada fungsi-fungsi utama yang

Program

Bimbingan

Kelompok.

Jenis

Kelompok:

1. Tugas

2. Bebas

Fungsi :

1. Pemahaman

2. Pencegahan

3. Pemeliharaan

4. Pengembangan

Faktor Pengendalian diri

1. Internal (dari dalam diri

individu)

2. Eksternal (dari lingkungan)

Aspek dalam pengendalian diri

1. Kemampuan mengontrol perilaku.

2. Kemampuan mengontrol stimulus.

3. Kemampuan mengantisipasi suatu peristiwa.

4. kemampuan menafsirkan suatu peristiwa.

5. kemampuan mengambil keputusan.

Pengendalian diri yang meningkat ditandai dengan perubahan dalam pengeloaan sikap,

perilaku dan pola berfikir

39

terdapat dalam layanan bimbingan kelompok. Fungsi pemahaman membantu

penerima manfaat untuk memahami pengendalian diri yang mereka miliki. Fungsi

pencegahan (preventif) bertujuan untuk memberikan pengaruh yang positif

terhadap anggota kelompok lain sehingga hal tersebut dapat meminimalisir

permasalahan yang diakibatkan atas rendahnya pengendalian diri. Fungsi

Pemeliharaan dan pengembangan ditujukan bagi anggota kelompok yang

memiliki pengendalian diri yang baik agar tidak terjerumus (Prayitno, 1994: 199).

Layanan bimbingan kelompok dijadikan sebagai treatment untuk mengubah

pengendalian diri penerima manfaat selain fungsi layanan yang telah dijelaskan

diatas. Layanan bimbingan kelompok sebagai layanan dalam bentuk kelompok

memiliki faktor –faktor kuratif yang terkait dengan pembentukan pengendalian

diri. Melalui layanan bimbingan kelompok penerima manfaat dapat saling

menerima dan memberi (altruisme). Terkait dengan faktor-faktor kuratif yang

dapat dimunculkan dalam kegiatan kelompok Yalom (1985) (dalam Wibowo,

2005:65) mengelompokkan terdapat sebelas faktor kuratif dalam kegiatan

kelompok yaitu pembinaan harapan, universalitas, pemberian informasi,

altruisme, pengulangan korektif keluarga asal, pengembangan teknik sosialisasi,

peniruan tingkah laku, belajar berhubungan dengan pribadi lain, rasa

kebersamaan, katarsis, dan faktor0faktor eksistensial.

Melalui layanan bimbingan kelompok penerima manfaat dapat belajar untuk

berinteraksi dengan orang lain, mematuhi norma-norma yang telah disepakati oleh

kelompok, dan saling memberi dan menerima (altruisme) kondisi orang lain.

Harapannya setelah mengikuti kegiatan bimbingan kelompok akan terjadi

40

perubahan pada aspek-aspek pengendalian diri yang meliputi kendali perilaku,

kendali kognitif dan mengendalikan keputusan

Melihat tujuan tersebut, model layanan bimbingan kelompok yang penulis

lakukan adalah model layanan bimbingan kelompok dengan topik tugas. Topik

tugas adalah topik atau pokok bahasan yang datangnya dari pemimpin kelompok

dan ditugaskan kepada kelompok untuk membahasnya (Prayitno, 2004:27).

Pelaksanaan bimbingan kelompok diselenggarakan seminggu sekali di salah satu

wisma di balai rehabilitasi mandiri sebanyak 8 kali. Topik-topik yang akan

dibahas dalam layanan bimbingan kelompok disesuaikan dengan aspek-aspek

yang terdapat dalam pengendalian diri menurut Averill (dalam Gufron, 2011: 31).

Pengendalian diri meliputi: (1) kemampuan mengontrol perilaku (control

behavior) (2) kemampuan mengendalikan kognitif (control cognitive) dan

kemampuan mengambil keputusan (control decision).

2.5 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara pertanyaan penelitian

(Azwar,1999:49). Sugiyono (2008:64) menyatakan sebagai jawaban teoritis

terhadap rumusan masalah penelitian, belum terdapat jawaban yang empirik.

Dalam penelitian ini ada dua yaitu variabel terikat pengendalian diri (self control)

dan variabel bebas bimbingan kelompok. Oleh sebab itu, hipotesis penelitian ini

adalah “tingkat pengendalian diri yang dimiliki oleh penerima manfaat dapat

diubah melalui layanan bimbingan kelompok”.

42

BAB 3

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan hal terpenting dalam sebuah penelitian.

Dalam metode penelitian dijelaskan tentang urutan suatu peneilitian. Hal yang

perlu diperhatikan dalam metode penelitian adalah ketepatan penggunaan metode

yang sesuai dengan objek penelitian dan tujuan yang ingin dicapai. Uraian yang

akan dibahas mengenai jenis dan desain penelitian, variabel penelitian, populasi

dan sampel, metode dan alat pengumpulan data, serta uji instrumen penelitian.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang bertujuan untuk

mengetes, mengecek, atau membuktikan suatu hipotesis, ada tidaknya pengaruh

dari suatu treatment atau perlakuan (Hadi, 2004:427). Dalam penelitian ini

layanan bimbingan kelompok (X) diduga mempengaruhi kemampuan

pengendalian diri (Y), Setelah pemberian tindakan (treatment) berupa layanan

bimbingan kelompok kemampuan pengendalian diri penerima manfaat akan

berkembang. Pemberian treatment berupa layanan bimbingan kelompok ini

dilaksanakan sebanya delapan kali pertemuan tatap muka dengan anggota

kelompok atau subjek penelitian.

41

42

3.2 Desain Penelitian

Terdapat beberapa desain penelitian eksperimen, menurut Sugiyono terdapat

beberapa desain penelitian eksperimen yaitu Pre Eksperimental Design, True

Eksperimental Design, Factorial Design, dan Quasi Eksperimental Design

(Sugiyono,2008:73). Dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi

Eksperimental Design.. Morrison (2007:282) mengelompokkan Quasi

Eksperimental Design dalam beberapa bentuk (form) salah satu bentuk (form)

yang digunakan yakni bentuk One-Group Pretest-Posttest Design, yakni adanya

suatu kelompok yang diberi perlakuan/treatment dengan didahului pretest

sebelum perlakuan dan posttest setelah perlakuan.

Penelitian ini terdapat dua kali pengukuran, pengukuran pertama digunakan

untuk mengukur kemampuan pengendalian diri sebelum diberikan layanan

bimbingan kelompok (O1) yang disebut pretest dan pengukuran kedua untuk

mengukur kemampuan pengendalian diri sesudah diberikan layanan bimbingan

kelompok (O2) yang disebut posttest. “Perbedaan antara O1 dan O2 yakni O1 dan

O2 diasumsikan merupakan efek dari treatment atau eksperiment” (Arikunto,

2006:85). Dengan kata lain hasil pengukuran terhadap subjek yang belum diberi

perlakuan dibandingkan dengan hasil setelah sebjek penelitian diberikan

perlakuan. Hasil perbandingan tersebut sebagai akibat dari perlakuan (treatment)

yang diberikan berupa layanan bimbingan kelompok. Untuk lebih jelasnya, akan

dijelaskan melalui gambar dari desain penelitian yang akan dilakukan, sebagai

berikut:

43

Gambar 3.1

Desain Penelitian

(Sugiyono,

2011:112)

Keterangan

O1 : Pengukuran (pretest/skala penilaian awal untuk mengukur kemampuan

pengendalian diri penerima manfaat sebelum dilakukan layanan

bimbingan kelompok

X : Layanan bimbingan kelompok

O2 : Pengukuran (posttest/skala penilaian akhir) untuk mengukur

kemampuan pengendalian diri penerima manfaat setelah dilakukan

layanan bimbingan kelompok

Untuk memperjelas pelaksanaan dalam penelitian ini disajikan rancangan

penelitian eksperimen yaitu :

1) Melakukan pretest adalah pengukuran (dengan menggunakan skala

pengendalian diri) kepada sampel penelitian sebelum diadakan perlakuan yaitu

bimbingan kelompok. Tujuan diselenggarakan pretest adalah untuk mengetahui

kondisi awal pengendalian diri yang dimiliki oleh penerima manfaat. Hasil

perhitungan pretest ini akan digunakan sebagai bahan perbandingan pada posttest.

2) Memberikan perlakuan (treatment) adalah pemberian perlakuan terhadap

sampel penelitian berupa layanan bimbingan kelompok dengan topik tugas.

Pemberian layanan bimbingan kelompok diberikan sebanyak 8 kali pertemuan

O1 X O2

44

tatap muka dengan durasi 45 menit/pertemuan. Setiap akhir pertemuan akan

dilakukan penilaian (UCA). 3) Melakukan posttest adalah pengukuran kembali

menggunakan instrumen (skala pengendalian diri) dengan tujuan untuk

mengetahui kondisi pengendelaian diri penerima manfaat setelah pemberian

layanan bimbingan kelompok.

Selama kegiatan penelitian berlangsung, peneliti mencoba untuk menyusun

jadwal pelaksanaan kegiatan. Hal ini bertujuan agar mempermudah peneliti untuk

melaksanakan kegiatan penelitian. Dengan menjadwalkan kegiatan penelitian,

peneliti dapat memprediksi keberlangsungan pelaksanaan kegiatan bimbingan

kelompok. Berikut jadwal pelaksanaan yang akan peneliti, laksanakan .

Tabel 3.1

Jadwal Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok

Tahap Topik Sub Topik Tujuan Waktu

(menit)

Pretest 60

1 Memahami

orang lain

1. Pengertian

memahami

orang lain

2. Manfaat

memahami

orang lain

3. Bagaimana jika

tidak memahami

orang lain

4. Contoh perilaku

memahami

orang lain

1. Tujuan Umum

Meningkatkan rasa

percaya diri

penerima manfaat

dalam

berargumentasi

2. Tujuan Khusus

AK mengetahui

pengertian

pentingnya sikap

memahami orang

AK dapat

menentukan

tindakan yang tepat

ketika berhubungan

dengan orang lain

45

2 Sabar 1. Pengertian sabar

2. Dampak positif

dan negatif dari

bersabar

1. Tujuan Umum

Berlatih

mengungkapkan

pendapat

45

45

3. Batasan-batasan

dalam bersabar

2. Tujuan Khusus

Mengendalikan diri

mereka jika

menemui konflik

Meningkatkan

keyakinan AK

dalam bertindak dan

bersikap.

Menumbuhkan pola

pikir baru dengan

bersabar sebelum

bertindak

3 Penyesuaian

Diri

1. Pengertaian

adaptasi

2. Pentingnya

memiliki sikap

adaptasi

3. Dampak jika

tidak memiliki

adaptasi yang

baik

4. Mengembangka

n kemampuan

adaptasi

1. Tujuan Umum

Melatih

keterampilan

berkomunikasi

2. Tujuan Khusus

Meningkatkan

kemampuan

penyesuaian diri

AK

Menambah

wawasan tentang

cara beradaptasi di

lingkungan baru

45

4 Tanggungjawab 1. Pengertian

tanggungjawab

2. Dampak positif

dan negatif

memiliki

tanggung jawab

3. Bagaimana

mengembangkan

rasa tanggung

jawab

1. Tujuan Umum

Melatih

keterampilan

berkomunikasi

2. Tujuan Khusus

Menambah

wawasan tentang

tanggungjawab

dalam setting

kehidupan

Bahan pertimbangan

bersikap di dalam

kehidupan

Memiliki keyakinan

dalam bersikap dan

bertindak

45

5 Perencanaan 1. Makna sebuah

perencanaan

2. Manfaat memiliki

perencanaan

1. Tujuan Umum

Melatih

keterampilan

berkomunikasi

45

46

hidup

3. Dampak tidak

memiliki sebuah

perencanaan

dalam hidup

4. Bentuk-bentuk

perencanaan

dalam kehidupan

sehari-hari

2. Tujuan Khusus

Melatik AK

kelompok untuk

meningkatkan

kemampuan

analisisnya

Melatih AK untuk

mengarahkan diri

mereka sendiri

6 Memanfaatkan

peluang atau

kesempatan

1. Arti sebuah

kesempatan

2. Mencari berbagai

peluang

3. Cara-cara dalam

memanfaatkan

peluang

1. Tujuan Umum

Melatih

keterampilan

berargumentasi

2. Tujuan Khusus

Melatih anggota

kelompok dalam

memahami peluang

yang ada

Menyadarkan AK

tentang berbagai

kemungkinan

peluang dalam

kehidupan

Berbagi informasi

tentang berbagai

cara untuk

memanfaatkan

peluang

45

7 Berani bersikap

tegas

1. Arti ketegasan

dalam pergaulan

2. manfaat memiliki

ketegasan

3. dampak tidak

punya ketegasan

dalam pergaulan

1. Tujuan Umum

Melatih

keterampilan

berargumentasi

2. Tujuan Khusus

Memahami tentang

arti ketegasan dalam

kehidupan

AK menyadari

tentang pentingnya

memiliki ketegasan

dalam kehidupan

Dapat membedakan

ketegasan dengan

kekerasan

45

8 Berani

mengambil

1. Arti sebuah

keputusan

1. Tujuan Umum

Melatih

45

47

keputusan . 2. Hal-hal yang

perlu

dipertimbangakan

dalam mengambil

keputusan

3. Memaknai

keputusan

keterampilan

berargumentasi

2. Tujuan Khusus

Memahami makna

sebuah keputusan

Meningkatkan

pemahaman tentang

pertimbangan dalam

mengambil

keputusan

Posttest 60

3.3 Variabel Penelitian

3.3.1 Identifikasi Variabel

Variabel dapat diartikan sebagai gejala yang dipersoalkan (Purwanto,

2010:45) . Dalam penelitian ini terdapat dua jenis variabel penelitian. Variabel

bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable).

1) Variabel Bebas atau independent variabel adalah variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel dependen (Sugiyono, 2011:4). Dalam penelitian ini variabel bebas

adalah layanan bimbingan kelompok (X)

2) Variabel Terikat atau dependent variabel merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat adanya variabel bebas. Variabel terikat

dalam penelitian ini adalah pengendalian diri (Y). Aspek-aspek pengendalian

diri yang dijadikan indikator dalam penelitian ini mengambil pendapat dari

Averill (1973) yakni, kendali perilaku (behaviour control) kendali kognitif

(cognitive control) mengendalikan keputusan (decision control)

48

3.3.2 Hubungan Antar Variabel

Hubungan antara ke dua jenis variabel penelitian (variabel bebas dan

variabel terikat ) dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.2

Hubungan antar variabel

Dalam penelitian ini layanan bimbingan kelompok sebagai variabel bebas

diberikan kepada penerima manfaat dengan tujuan untuk meningkatkan

kemampuan pengendalian diri mereka. Dengan demikian layanan bimbingan

kelompok sebagai variabel bebas mempengaruhi pengendalian diri penerima

manfaat sebagai variabel terikat (Y).

3.3.3 Definisi Operasional Variabel

3.3.3.1 Pengendalian Diri

Pengendalian diri dalam penelitian ini diartikan sebagai kemampuan yang

dimiliki oleh individu untuk mengarahkan dirinya mendekati tujuan yang

diharapkan dengan jalan mendisiplinkan diri dan melakukan penundaan terhadap

perilaku yang dapat menghambat pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Indikator dalam pengendalian diri yang digunakan dalam penelitian ini

berdasarkan pada teori Averill (1973) yang mengelompokkan pengendalian diri ke

dalam 3 aspek yang meliputi: (1) kemampuan mengontrol perilaku (2)

X

(Bimbingan Kelompok)

Y

(Pengendalian Diri)

49

kemampuan mengontrol kognitif, (3) kemampuan mengambil keputusan. Ketiga

aspek pengendalian diri tersebut dijadikan sebagai indikator dalam skala

pengendalian diri.

3.3.3.2 Bimbingan Kelompok

Bimbingan kelompok dalam penelitian ini diartikan sebagai suatu layanan

dalam bentuk kegiatan kelompok yang memanfaat dinamika kelompok sebagai

media untuk membahas topik umum dengan panduan seorang narasumber atau

pemimpin kelompok. Dalam penelitian ini narasumber atau pemimpin kelompok

adalah peneliti sendiri. Layanan bimbingan kelompok dalam penelitian ini

bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pengendalian diri yang dimiliki oleh

penerima manfaat yang terdiri atas kendali perilaku, kendali kognitif dan kendali

mengambil keputusan.

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian

3.4.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karekteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2011:119). Dengan kata

lain populasi menitikberatkan pada jangkauan atau wilayah generalisasi

penelitian. Arikunto (2006:130) menambahkan populasi sebagai keseluruhan

subjek penelitian”. Populasi dalam penelitian adalah penerima manfaat yang telah

50

tinggal dan memperoleh pendidikan atau pelatihan keterampilan di Balai

Rehabilitasi Mandiri Semarang II.

3.4.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan dijadikan sebagai subjek

penelitian. Purwanto (2010:220) menambahkan sampel adalah sebagaian dari

populasi yang memiliki ciri yang sama dengan keseluruhan populasi. Ada

beberapa teknik atau cara dalam menentukan sampel penelitian. Untuk

menggunakan sampel dalam penelitan, kondisi subjek penelitian dalam populasi

harus homogen (Arikunto,2006:132). Populasi dalam penelitian ini adalah

penerima manfaat yang telah tinggal dan memperoleh pendidikan, sehingga

penerima manfaat yang baru masuk atau rujukan dari instansi lain tidak termasuk

dalam populasi. Hal ini bertujuan agar populasi tetap homogen.

Pengambilan sampel (teknik sampling) yang digunakan dalam penelitian ini

adala purposive sampling (sampling bertujuan). Sugiyono (2011:126)

mendefinisikan purposive sampling sebagai teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu. Alasan menggunakan teknik sampling ini adalah

disesuaikan dengan tujuan penelitian yakni untuk meningkatkan pengendalian diri

penerima manfaat melalui layanan bimbingan kelompok, sehingga sampel yang

digunakan adalah penerima manfaat yang memiliki dengan pertimbangan-

pertimbangan tertentu. Berikut pertimbangan yang digunakan dalam pengambilan

sampel dengan teknik purposive sampling adalah (1) Penerima manfaat yang telah

tinggal dan memperoleh pendidikan di balai rehabilitasi mandiri (2) Usia

51

penerima manfaat yang dijadikan sampel penelitian relatif sama yakni berkisar

usia antara 18 -19 tahun (3) Kriteria pengendalian diri yang dimiliki antara sangat

rendah hingga tinggi berdasarkan perhitungan skala pengendalian diri

Jumlah sampel yang dijadikan sebagai subjek penelitian yakni 10 orang, hal

ini bertujuan agar layanan bimbingan kelompok yang diberikan berjalan lebih

efektif. Tohirin (2007:170) menambahkan bahwa “layanan bimbingan kelompok

beranggotakan 8-10 orang agar lebih efektif”. Melihat penjelasan di atas

penelitian ini mengambil 10 orang sebagai sampel penelitian yang akan diberikan

treatment berupa layanan bimbingan kelompok.

3.5 Metode dan Alat Pengumpulan Data

3.5.1 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala psikologi dan

alatnya adalah skala pengendalian diri. “Skala psikologis adalah suatu alat yang

digunakan untuk mengukur atribut psikologis” (Azwar,2005:3). Skala psikologis

memiliki beberapa karakteristik yang tidak dimiliki oleh alat pengumpul data

lainnya. Beberapa karakteristik yang dimiliki oleh skala psikologi adalah:

1) Stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak

langsung mengungkap atribut yang hendak diukur melainkan

mengungkap indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan

2) Atribut diungkap secara tidak langsung lewat indikator-indikator

perilaku sedangkan indikator perilaku diterjemahkan dalam

bentuk item-item

3) Respon subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban “benar”

atau “salah” tetapi semua jawaban dapat diterima sepanjang

diberikan secara jujur dan sungguh-sungguh. Hanya saja jawaban

yang berbeda akan diinterpratsikan berbeda pula (Azwar,2005:3-

4)

52

Dengan demikian skala psikologi dapat digunakan sebagai instrumen yang

dapat mengungkapkan indikator perilaku, berupa pernyataan maupun pertanyaan

sebagai stimulus. Responden tidak mengetahui arah jawaban dari pernyataan

maupun pertanyaan tersebut. Hasil jawaban responden tersebut kemudian

dianalisis dan diinterpretasikan sesuai dengan sesuatu yang hendak diukur.

3.5.2 Alat Pengumpul Data

Pengumpulan data dapat diartikan sebagai usaha pencatatan hasil penelitian

yang mencakup segala peristiwa, fakta, keterangan dan angka yang dapat

dijadikan sebagai bahan acuan untuk menyusun suatu informasi tertentu. Alat

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala pengendalian

diri yang dikembangkan oleh peneliti berdasarkan teori.

Skala pengendalian diri diberikan di awal dan di akhir eksperimen. Skala

penilaian awal bertujuan untuk mengetahui tingkat pengendalian diri penerima

manfaat yang telah mereka miliki selama ini. Skala penilaian akhir digunakan

untuk mengetahui perubahan tingkat pengendalian diri penerima manfaat setelah

mendapatkan layanan bimbingan kelompok. Adapun tahapan terbentuk skala

pengendalian diri yaitu:

Gambar 3.3 Prosedur Penyusunan Instrumen

Kisi-kisi Instrumen

Konsultasi

Instrumen Instrumen Jadi

Revisi

Revisi Uji Coba

53

Gambar di atas merupakan langkah-langkah dalam menyusun instrumen,

yaitu pertama membuat kisi-kisi instrumen, kemudian dikonsultasikan, hasil

konsultasi tersebut direvisi. Instrumen yang telah direvisi diujicobakan. Dari hasil

uji coba (try out) akan tampak beberapa item yang valid. Item yang valid tersebut

disusun kembali menjadi instrumen yang siap disebarkan.

Skala pengendalian diri menggunakan alternatif 4 pilihan jawaban yaitu,

sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS) dan sangat tidak sesuai (STS)

yang bertujuan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi penerima manfaat

terhadap fenomena sosial yang berkaitan dengan pengendalian diri mereka.

Fenomena sosial yang akan diteliti telah ditetapkan oleh peneliti, yang disebut

dengan variabel penelitian. Variabel tersebut kemudian dijabarkan dalam

indikator-indikator penelitian, kemudian indikator tersebut dijabarkan sebagai

panduan untuk menyusun item-item instrumen penelitian.. Kelemahan dengan 5

alternatif jawaban memiliki kecenderungan untuk memilih alternatif jawaban

ditengah karena dirasa aman dan paling gampang, responden hampir tidak

berpikir terlalu lama untuk menjawabnya (Arikunto, 2006:241). Adapun kriteria

penskoran item skala pengendalian diri sebagai berikut.

Tabel 3.2

Penskoran Item Skala Pengendalian Diri

Alternatif Jawaban Jenis Item

(+) (-)

Sangat Sesuai (SS) 4 1

Sesuai (S) 3 2

Tidak Sesuai (TS) 2 3

Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4

54

Jawaban soal positif diberi skor 4,3,2,1 sedangkan jawaban untuk soal

negatif diberi skor 1,2,3,4 sesuai dengan arah pertanyaan yang dimaksudkan.

Pernyataan-pernyataan yang diberikan kepada penerima manfaat adalah yang

sesuai dengan tujuan penelitian yaitu pernyataan tentang pengendalian diri.

Format respon yang digunakan dalam instrumen terdiri dari 4 pilihan yang

menyatakan tingkat pengendalian diri penerima manfaat dari tingkat sangat sesuai

(SS) hingga sangat tidak sesuai (STS)

Untuk mempermudah dalam pembuatan instrumen skala pengendalian diri

maka dibuat kisi-kisi instrumen skala pengendalian diri. Kisi-kisi skala

pengendalian diri ini didasarkan dari penjabaran teoritik tentang aspek-aspek yang

terdapat dalam pengendalian diri meliputi kendali perilaku (behavior control),

kendali kognitif (cognitive control) dan pengambilan keputusan (decision control)

. Adapun kisi-kisi skala pengendalian diri dapat diamati pada tabel sebagai

berikut:

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Pengembangan Instrumen Skala Pengendalian Diri Penerima

Manfaat

Variabel Indikator Deskriptor Item

+ -

Pengendalian

Diri

Penerima

Manfaat

1. Kendali

perilaku

(Behavior

control

Menentukan kegiatan atas dasar

inisiatif pribadi

1,2,4,7,8 3,6,11,13,

15

Membuat prioritas kegiatan 5,9, 10,12,

14

17,19, 21,

23, 30

Mampu mengendalikan

keadaan

16,20, 22,

24, 25

18, 27,

29, 34, 36

55

2. Kendali

Kognitif

(Cognitive

control)

Melakukan pertimbangan

sebelum bertindak

26,28,

31,32,45

35 , 38,

41, 43, 47

Memilih kegiatan berdasarkan

informasi yang telah jelas

37, 39, 44,

50, 57

33, 42 ,

46, 49,54

3.

Mengontrol

keputusan

(Decision

control)

Melakukan kegiatan yang sesuai

dengan kebutuhan

40, 51, 56,

53, 70

48, 52,

59, 62, 64

Melakukan kegiatan sesuai

dengan kemampuan

58 , 61,

63,71,80

55, 67 ,

73,76,78

Mampu memanfaatkan

peluang

60, 65,

68,75,79

66, 69,

77, 72,74,

3.6 Uji Instrumen Penelitian

3.6.1 Validitas

Validitas menunjukkan pada ketepatan pengumpulan data, atau data yang

dikumpulkan memang benar-benar yang ingin diperoleh oleh peneliti

(Sukmadinata, 2009:153). Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini

adalah uji validitas isi (content validity). Validitasi isi adalah jenis uji validitas

yang bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan dapat

mengukur secara tepat keadaan yang ingin diukur. Metode dalam uji validitas isi

ini adalah dengan menelaah butir instrumen. Dengan kata lain, uji validitasi isi

dapat dilakukan dengan melihat korelasi butir dengan total. Butir yang memiliki

korelasi tinggi dengan totalnya menunjukkan bahwa butir tersebut merupakan

bagian dari instrumen, karena butir tersebut memiliki sumbangan besar dalam

membentuk skor total instrumen, sehingga butir yang valid adalah butir yang

memiliki korelasi tinggi dengan skor totalnya. Untuk mengetahui apakah butir

memberikan sumbangan yang signifikan terhadap total digunakan rumus korelasi

56

product moment dari pearson. Jika korelasi hitung lebih tinggi dari tabel maka

butir dan total berkorelasi signifikan, keduanya mengukur hal yang sama, butir

merupakan bagian dari total dan butir tersebut valid untuk mengukur variabel

(Purwanto, 2010:129). Berikut rumus product moment yang digunakan untuk

menghitung skor butir pada instrumen:

2222 YYNXXN

YXXYNrxy

(Hadi,2004:240)

Keterangan:

xyr = validitas butir

X = jumlah skor X 2

X = jumlah kuadrat skor X

Y = jumlah skor Y

2Y = jumlah kuadrat skor Y

XY = jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y

N = jumlah responden

Hasil perhitungan rxy dibandingkan dengan hasil r product moment pada

tabel dengan taraf signifikan 5%. Jika hasil rxy > rtabel maka item soal tersebut

valid. Validitas instrumen diperoleh dari hasil uji coba (try out) skala

pengendalian diri. Dari hasil uji coba tersebut diperoleh beberapa item yang valid

dan tidak valid. Item dalam kategori valid yang dipergunakan sebagai instrumen

pengendalian diri yang ditujukan pada subjek penelitian sesungguhnya.

Berdasarkan uji coba skala pengendalian diri yang terdiri dari 80 item dan

diujicobakan kepada 30 responden dengan nilai r tabel 0,349 pada taraf signifikan 5

% dapat ditemukan sebanyak 18 butir item tidak valid antara lain, item nomer 4,

8, 10, 11, 14, 15, 22, 23, 28, 30, 36, 45,47, 57, 64, 67, 70, 76. Pada delapan belas

57

butir item tersebut memiliki rhitung < 0,349. Item yang tidak valid tersebut tidak

disertakan dalam skala pengendalian diri pada penelitian ini. Jadi item yang akan

digunakan pada penelitian ini sebanyak 62 item yang merupakan penjabaran dari

aspek-aspek pengendalian diri. Uraian hasil uji coba dapat dilihat pada lampiran.

3.6.2 Reliabilitas

Reliabilitas berkaitan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau

temuan (Sugiyono, 2008:268). Dengan stabilitas konsisten suatu instrumen, maka

hasil dari data tersebut dapat dipercaya. Arikunto (2006:178) menambahkan

bahwa “Reliabilitas menunjuk suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk

digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik”.

Teknik uji reliabilitas yang digunakan adalah rumus alpha:

r11 = [)1( k

k] [1-

t

b

2

2

] Purwanto (2010:181)

Keterangan :

r11 : reliabilitas instrumen

k : banyaknya butir pertanyaan/banyaknya soal

2b : jumlah varians butir

12 : varians total

Hasil perhitungan r hitung dibandingkan dengan r tabel pada taraf signifikan

5%. jika r hitung > dari pada r tabel maka instrumen tersebut dapat dikatakan reliable.

Adapun klasifikasi reliabilitas instrumen menurut Arikunto (2006:178) adalah

sebagai berikut:

58

Tabel 3.4

Klasifikasi Reliabilitas

Reliabilitas Klasifikasi

0,9 < rh 1

0,7 < rh 0,8

0,5< rh 0,6

0,3 < rh 0,4

0,0 < rh 0,2

Sangat tinggi

Tinggi

Cukup

Rendah

Sangat rendah

(Arikunto,2006:178)

Pengukuran reliabilitas skala pengendalian diri terhadap 30 responden,

diperoleh koefisien reliabilitas (r11) sebesar 0,929. Taraf signifikan 5 % dengan 30

responden memiliki nilai r tabel sebesar 0,361. Hasil perhitungan reliabilitas skala

pengendalian diri diperoleh r11 > r tabel (0,929 > 0,361). Pada tabel 3.4

menunjukkan bahwa uji coba skala pengendalian diri memiliki reliabilitas sangat

tinggi, maka instrumen tersebut reliabel dan dapat digunakan untuk pengambilan

data penelitian.

3.6.3 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan merupakan salah satu langkah yang sangat penting

dalam penelitian. Dengan menggunakan teknik analisis data dapat membuktikan

hipotesis dan menarik sebuah kesimpulan dari masalah yang akan akan diteliti.

Analisis deskriptif persentase digunakan untuk mengetahui gambaran umum

tingkat pengendalian diri penerima manfaat sebelum (pretest) dan sesudah

(posttest) diberikan perlakuan. Adapun rumus yang digunakan adalah :

% =

Keterangan

% : Persentase yang dicari

n : Jumlah skor yang diperoleh

59

N : Jumlah skor yang diharapkan

Dalam mendeskripsikan tingkat pengendalian diri yang memiliki rentang

skor 1-4, dibuat interval kriteria dengan cara:

Data maksimal = 4/4 x 100 % = 100%

Data minimal = 1/4 x 100 % = 25 %

Range = 100% - 25% = 75 %

Panjang kelas interval = Range: Panjang Kelas = 75 : 4 = 18,75

Dengan panjang kelas interval 18,75 dan prosentasi skor terendah adalah

25% maka dapat ditentukan kriteria sebagai berikut

Tabel 3.5 Kriteria Penilaian Tingkat Pengendalian Diri

Interval Kriteria

81,25% < % ≤ 100% Sangat Tinggi

62,50% < % ≤ 81,25% Tinggi

43,75% < % ≤ 62,50% Rendah

25,00% < % ≤ 43, 75% Sangat Rendah

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

non parametric, dengan menggunakan uji Wilcoxon. Pada penelitian ini tidak

menggunakan rumus uji wilcoxon karena subjek penelitian hanya terdiri dari

sepuluh orang melainkan menggunakan tabel penolong untuk uji wilcoxon.

Sugiyono (2007:133) menambahkan bahwa bila sampel pasangan lebih dari 25,

maka distribusinya akan mendekati normal sehingga digunakan rumus z dalam

pengujiannya.

60

Tabel 3.6 Tabel Penolong untuk Uji Wilcoxon

No XA1 XB1 Beda Tanda Jenjang

XB1 – XA1 Jenjang + -

Jumlah T =

Keterangan:

No : Kode responden

XA1 : Hasil pretest tiap responden

XB1 : Hasil posttest tiap responden

Beda (XB1 – XA1) : Selisih hasil posttest dan pretest

Tanda Jenjang : Tingkatan/ jenjang baik yang positif maupun negatif

T : Jumlah jenjang atau rangking yang kecil

(Sugiyono, 2007: 133)

Dari hasil hitung jumlah jenjang terkecil (T) dibandingkan dengan tabel

wilcoxon (terlampir). Jika hasil analisis lebih besar atau sama dengan tabel

wilcoxon (Thitung ≥ Ttabel), maka layanan bimbingan kelompok terbukti

memberikan pengaruh positif terhadap pengendalian diri yang dimiliki oleh

subjek penelitian.

61

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan membahas tentang hasil analisis data penelitian dan

pembahasan hasil penelitian mengenai upaya meningkatkan pengendalian diri

penerima manfaat melalui layanan bimbingan kelompok di Balai Rehabilitasi

Semarang II. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November hingga Desember

2012.

4.1 Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, akan dipaparkan hasil dari

proses penelitian yang telah dilakukan. Hasil dari proses penelitian yang akan

dipaparkan meliputi gambaran tingkat kemampuan pengendalian diri penerima

manfaat sebelum mendapatkan layanan bimbingan kelompok, gambaran tingkat

kemampuan pengendalian diri penerima manfaat setelah mengikuti layanan

bimbingan kelompok, peningkatan kemampuan pengendalian diri penerima

manfaat setelah mengikuti layanan bimbingan kelompok dan pelaksanaan

layanan bimbingan kelompok.

4.1.1 Gambaran Pengendalian Diri Penerima Manfaat Sebelum

Mendapatkan Layanan Bimbingan Kelompok

Gambaran kondisi pengendalian diri yang dimiliki oleh penerima manfaat

(PM) sebelum diberikan layanan bimbingan kelompok dapat diketahui melalui

hasil perhitungan pre-test dengan menggunakan instrumen skala pengendalian

62

diri. Sebanyak 62 item yang terdapat dalam skala pengendalian diri diberikan

kepada 28 orang penerima manfaat yang bertujuan untuk mencari subjek

penelitian dan mengetahui kondisi pengendalian diri penerima manfaat. Hasil

perhitungan skala pengendalian diri terhadap 28 responden dapat dillihat melalui

tabel berikut:

Tabel 4.1

Hasil Perhitungan Pre-test Skala Pengendalian Diri

No Responden Pengendalian Diri

∑ % Kriteria

1 RD 158 64% Tinggi

2 SW 104 42% Sangat rendah

3 SGT 156 63% Tinggi

4 MH 136 55% Rendah

5 CN 96 39% Sangat rendah

6 AW 135 54% Rendah

7 HK 149 60% Rendah

8 DG 132 53% Rendah

9 TM 144 58% Rendah

10 MT 102 41% Sangat rendah

11 WT 205 83% Sangat tinggi

12 ANT 138 56% Rendah

13 JN 141 57% Rendah

14 AN 141 57% Rendah

15 SSL 144 58% Rendah

16 SWN 136 55% Rendah

17 WL 158 64% Tinggi

18 WN 101 41% Tinggi

19 MS 100 40% Sangat rendah

20 BG 144 58% Rendah

21 WT 138 56% Rendah

22 ST 157 63% Tinggi

23 YG 139 56% Rendah

24 SP 131 53% Rendah

25 YN 141 57% Rendah

26 IS 110 44% Rendah

27 ZN 143 58% Rendah

28 MZ 156 63% Tinggi

63

Dari tabel 4.1 di atas dipaparkan hasil pre-test terhadap 28 responden.

Terdapat empat anak yang termasuk dalam kriteria sangat rendah dengan

persentase antara 25% - 43,75%, tujuh belas anak pada kriteria rendah yaitu

persentase 43,75% - 62,50 %, Enam anak dalam kriteria tinggi 62,50%-81,25,

sementara satu anak dalam kriteria sangat tinggi 81,25%-100%.

Layanan bimbingan kelompok lebih efektif jika anggota kelompok berkisar

antara 8-10 orang, sehingga dalam penelitian ini peneliti memilih subjek

penelitian yang terdiri dari 10 orang. Pengambilan subjek penelitian menggunakan

teknik purposive sampling, yakni pengambilan sampel yang dilakukan dengan

memilih secara sengaja menyesuaikan dengan tujuan penelitian

(Purwanto,2010:231). Berdasarkan tujuan penelitian yakni untuk meningkatkan

pengendalian diri penerima manfaat melalui layanan bimbingan kelompok, maka

diambil beberapa penerima manfaat yang memiliki kecenderungan pengendalian

diri rendah yakni meliputi empat anggota kelompok yang memiliki pengendalian

diri yang sangat rendah (SW, CN, MT, dan MS), empat anggota kelompok yang

memiliki pengendalian diri yang rendah (AW, AN,SP dan IS) dan dua anggota

kelompok yang memiliki tingkat pengendalian diri yang tinggi (ST dan IS).

Seluruh anggota kelompok yang terpilih sebagai subjek penelitian memiliki

masa pendidikan di balai rehabilitasi mandiri yang sama, memiliki hak dan

kewajiban yang sama dan dalam taraf perkembangan yang sama. Persamaan

tersebut merupakan homogenitas yang diperlukan dalam kelompok. Setelah

homogenitas terpenehui hal yang perlu dipertimbangan dalam pengambilan subjek

penelitian adalah heterogenitas kelompok. Kondisi heterogenitas ini terkait

64

dengan perbedaan tingkat pengendalian diri yang dimiliki oleh penerima manfaat.

Prayitno (2004: 11) menambahkan bahwa setelah kondisi homogenitas terpenuhi,

maka kondisi heterogenitas diupayakan, terutama terkait dengan permasalahan

yang hendak dibahas dalam kelompok. Dalam pelaksanaan bimbingan kelompok

ini membahas tentang pengendalian diri, sehingga diupayakan anggota kelompok

memiliki tingkat pengendalian diri yang beragam.

Tabel 4.2

Tingkat Kemampuan Pengendalian Diri Penerima Manfaat

Sebelum Memperoleh Layanan Bimbingan Kelompok (Pre-test)

No Kode Responden Jumlah Persentase Kriteria

1 SW 104 42% SR

2 CN 96 39% SR

3 AW 135 54% R

4 MT 102 41% SR

5 AN 141 57% R

6 MS 100 40% SR

7 ST 157 63% T

8 SP 131 53% R

9 IS 110 44% R

10 MZ 156 63% T

Jumlah 1232 50% R

Kesepuluh responden yang terpilih sebagai subjek penelitian memiliki

perbedaan dalam tingkat pengendalian diri. Hal ini bertujuan untuk memperkaya

sumber-sumber dalam pembahasan topik. Prayitno (2004:11), menambahkan

perbedaan tingkat pengendalian diri ini bertujuan untuk memperkaya sumber

pengetahuan dalam pembahasan topik, sehingga pembahasan dapat ditinjau dari

berbagai sesi, tidak monoton dan terbuka. Dengan keberagaman sumber

pengetahuan dalam pembahasan topik akan menambah wawasan anggota.

65

Pengendalian diri yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tiga aspek

yaitu kendali perilaku, kendali kognitif dan kendali dalam mengambil keputusan.

Berikut akan digambarkan tingkat pengendalian diri yang dimiliki oleh penerima

manfaat sebelum memperoleh layanan bimbingan kelompok pada masing-masing

aspek pengendalian diri.

Tabel 4.3

Tingkat Pengendalian Diri Penerima Manfaat Sebelum Pemberian Layanan

Bimbingan Kelompok pada Aspek Kendali Perilaku

No Kode Responden Kendali Perilaku

Jumlah Presentase Kriteria

1 SW 36 45% R

2 CN 30 38% SR

3 AW 41 51% R

4 MT 31 39% SR

5 AN 42 53% R

6 MS 31 39% SR

7 ST 51 64% R

8 SP 36 45% R

9 IS 28 35% SR

10 MZ 49 61% SR

Jumlah 375 47% R

Pada aspek kendali perilaku memiliki jumlah butir item sebanyak 20 butir.

Skor total dari aspek kendali diri sebanyak 375 dengan jumlah presentase sebesar

47 % atau dalam kriteria rendah. Skor tertinggi pada subjek penelitian dengan

kode responden ST (51). Skor terendah pada subjek penelitian dengan kode

responde (IS). Secara keseluruhan pengendalian diri pada aspek kendali perilaku

dalam kriteria rendah (45%)

Kendali kognitif memiliki 15 butir item yang terdapat dalam skala

pengendalian diri. Hasil perhitungan pretest pada aspek kendali kognitif dapat

dilihat pada tabel berikut:

66

Tabel 4.4

Tingkat Pengendalian Diri Penerima Manfaat Sebelum Pemberian Layanan

Bimbingan Kelompok pada Aspek Kendali Kognitif

No Kode Responden Kendali Kognitif

Jumlah Presentase Kriteria

1 SW 26 43% SR

2 CN 25 42% SR

3 AW 33 55% R

4 MT 24 40% SR

5 AN 34 57% R

6 MS 25 42% SR

7 ST 37 62% R

8 SP 30 50% R

9 IS 22 37% SR

10 MZ 40 67% R

Jumlah 296 49% R

Pada kendali kognitif memiliki jumlah skor sebesar 296 dengan kriteria

rendah (49%). Kendali kognitif tertinggi pada kode responden MZ (49) dan

kendali kognitif terendah pada kode responden IS (22). Secara keseluruhan

kendali kognitif yang dimiliki oleh penerima manfaat dalam kriteria rendah (49%)

Jumlah butir dalam aspek mengambil keputusan memiliki jumlah butir item

sebanyak 27 butir yang terdapat dalam skala pengendalian diri. Kendali dalam

mengambil keputusan tertinggi pada kode responden ST (66) dan kendali dalam

mengambil keputusan terendah pada kode responden CN (39). Secara keseluruhan

pengendalian diri pada aspek mengambil keputusan dalam kriteria rendah (50%).

Untuk lebih jelasnya gambaran pengendalian diri pada aspek kendali mengambil

keputusan dapat dijelaskan pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.5

67

Tingkat Pengendalian Diri Penerima Manfaat Sebelum Pemberian Layanan

Bimbingan Kelompok pada Aspek Kendali Mengambil Keputusan

No Kode Responden Kendali mengambil keputusan

Jumlah Presentase Kriteria

1 SW 42 39% SR

2 CN 39 36% SR

3 AW 59 55% R

4 MT 45 42% SR

5 AN 62 57% R

6 MS 42 39% SR

7 ST 66 61% R

8 SP 63 58% R

9 IS 58 54% R

10 MZ 65 60% SR

Jumlah 541 50% R

Dari ketiga aspek pengendalian diri , kendali perilaku, kendali kognitif dan

kendali dalam mengambil keputusan memiliki akumulasi skor total sebesar 1232

dengan kriteria tingkat pengendalian diri rendah (50%).

4.1.2 Gambaran Pengendalian Diri Penerima Manfaat Setelah

Mendapatkan Layanan Bimbingan Kelompok

Bimbingan kelompok sebagai treatment dalam penelitian ini dilakukan

sebanyak delapan kali pertemuan. Setelah melaksanakan kegiatan bimbingan

kelompok sebanyak delapan kali langkah selanjutnya adalah melakukan post-test.

Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian yakni untuk mengetahui gambaran

pengendalian diri yang dimiliki oleh penerima manfaat setelah mereka mengikuti

kegiatan bimbingan kelompok. Hasil post-test meliputi gambaran perhitungan

skala pengendalian diri secara keseluruhan dan gambaran pengendalian diri pada

masing-masing aspek (kendali perilaku, kognitif dan pengambilan keputusan).

Gambaran pengendalian diri secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut:

68

Tabel 4.6

Perhitungan Tingkat Pengendalian Diri Penerima Manfaat

Setelah Melaksanakan Bimbingan Kelompok

No Responden Pengendalian Diri

∑ % Kriteria

1 SW 157 63% T

2 CN 163 66% T

3 AW 193 78% T

4 MT 170 69% T

5 AN 188 76% T

6 MS 170 69% T

7 ST 204 82% ST

8 SP 181 73% T

9 IS 168 68% T

10 MZ 207 83% ST

Jumlah 1801 73% T

Berdasarkan pada perhitungan post-test yang telah dilakukan terhadap

kelompok, maka dapat dilihat bahwa terjadi perubahan tingkat pengendalian diri

yang dimiliki oleh subjek penelitian. Dua orang memiliki tingkat pengendalian

diri yang sangat tinggi (ST dan MZ) dan delapan anggota tinggi. Secara garis

besar tingkat pengendalian diri yang dimiliki oleh penerima manfaat mengalami

perubahan. Sebelum mengikuti layanan bimbingan kelompok tingkat

pengendalian diri penerima manfaat dalam kriteria rendah (50%), namun setelah

mengikuti layanan bimbingan kelompok mengalami perubahan dalam kriteria

tinggi (70%)

Perbedaan tingkat pengendalian diri yang dimiliki oleh penerima manfaat

pada masing-masing aspek yang terdapat dalam pengendalian diri, meliputi;

kendali perilaku, kendali kognitif dan kendali dalam mengambil keputusan dapat

dilihat pada tabel sebagai berikuti

69

Tabel 4.7

Perbedaan Tingkat Pengendalian Diri Sebelum dan Setelah

Pemberian Layanan Bimbingan Kelompok pada Aspek Kendali Perilaku

No. Nama Pre-test Post-test Perbedaan

(%) 𝚺 % Kriteria 𝚺 % Kriteria

1 SW 36 45% R 54 68% T 23%

2 CN 30 38% SR 53 66% T 28%

3 AW 41 51% R 54 68% T 17%

4 MT 31 39% SR 56 70% T 31%

5 AN 42 53% R 55 69% T 16%

6 MS 31 39% SR 53 66% T 27%

7 ST 51 64% R 62 78% T 14%

8 SP 36 45% R 56 70% T 25%

9 IS 28 35% SR 52 65% T 30%

10 MZ 49 61% SR 64 80% T 19%

Rata-rata 47% R Rata-rata 70% T 23 %

Pada apek kendali perilaku setelah pemberian treatment terjadi perubahan

tingkat pengendalian diri penerima manfaat. Tampak pada tabel diatas sebelum

memperoleh layanan bimbingan kelompok pengendalian diri pada aspek kendali

perilaku pada persentase 47%, namun setelah mengikuti layanan bimbingan

kelompok terjadi peningkatan menjadi 70%

Tabel 4.8

Perbedaan Tingkat Pengendalian Diri Sebelum dan Setelah

Pemberian Layanan Bimbingan Kelompok pada Aspek Kendali Kognitif

No. Nama Pre-test Post-test Perbedaan

(%) 𝚺 % Kriteria 𝚺 % Kriteria

1 SW 26 43% SR 40 67% T 24%

2 CN 25 42% SR 39 65% T 23%

3 AW 33 55% R 48 80% T 25%

4 MT 24 40% SR 36 60% T 20%

5 AN 34 57% R 49 82% ST 25%

6 MS 25 42% SR 40 67% T 25%

7 ST 37 62% R 50 83% ST 21%

8 SP 30 50% R 44 73% T 23%

9 IS 22 37% SR 44 73% T 36%

10 MZ 40 67% R 53 88% ST 21%

Rata-rata 47% R Rata-rata 74% T 27%

70

Pada aspek kendali kognitif sebelum pemberian layanan bimbingan

kelompok penerima manfaat memiliki karakteristik pengendalian diri yang rendah

(47%) setelah pemberian layanan bimbingan kelompok pengendalian diri yang

dimiliki oleh penerima manfaat mengalami perubahan kriteria menjadi tinggi

(74%).

Tabel 4.9

Perbedaan Tingkat Pengendalian Diri Sebelum dan Setelah

Layanan Bimbingan Kelompok pada aspek Mengambil Keputusan

No. Nama Pre-test Post-test Perbedaan

(%) 𝚺 % Kriteria 𝚺 % Kriteria

1 SW 42 39% SR 63 58% R 19%

2 CN 39 36% SR 69 64% T 28%

3 AW 59 55% R 88 81% T 26%

4 MT 45 42% SR 75 69% T 27%

5 AN 62 57% R 81 75% ST 18%

6 MS 42 39% SR 74 69% T 30%

7 ST 66 61% R 89 82% ST 21%

8 SP 63 58% R 78 72% T 14%

9 IS 58 54% R 69 64% T 10%

10 MZ 65 60% SR 87 81% ST 21%

Rata-rata 47% R Rata-rata 72% T 25%

Pengendalian diri pada aspek mengambil keputusan mengalami perubahan.

Sebelum memperoleh layanan bimbingan kelompok tingkat pengendalian dir pada

aspek pengambilan keputusan pada kriteria rendah (47%) setelah pemberian

layanan bimbingan kelompok mengalami perubahan, termasuk dalam kriteria

tinggi

4.1.3 Perbedaan Tingkat Pengendalian Diri Penerima Manfaat

Setelah melakukan post-test langkah selanjutnya yang dilakukan oleh

peneliti adalah mencari perbedaan kondisi pengendalian diri yang dimiliki oleh

penerima manfaat sebelum memperoleh layanan bimbingan kelompok dan setelah

71

memperoleh layanan bimbingan kelompok. Analisis untuk mengetahui perbedaan

tingkat pengendalian diri penerima manfaat, menggunakan statistik non

parametrik, yakni uji wilcoxon dengan menggunakan tabel penolong untuk uji

wilcoxon karena subjek penelitian hanya 10 orang

Tabel 4.10

Tabel Penolong Untuk Uji Wilcoxon

Kode

Responden

Pre-test

(X1)

Post-test

(X2)

Beda

(X2-X1)

Tanda Jenjang

Jenjang + -

SW 104 157 53 5 5 0

CN 96 163 67 8 8 0

AW 135 193 58 6,5 6,5 0

MT 102 170 68 9 9 0

AN 141 188 47 1,5 1,5 0

MS 100 170 70 10 10 0

ST 157 204 47 1,5 1,5 0

SP 131 181 50 3 3 0

IS 110 168 58 6,5 6,5 0

MZ 156 207 51 4 4 0

Jumlah 55 0

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan analisis uji wilcoxon diperoleh

jumlah jenjang sebesar = 55 dan t tabel = 8. Jumlah jenjang (55) > t tabel (8)

dengan demikian maka Ha diterima dan Ho ditolak. Hasil tersebut menunjukkan

bahwa pengendalian diri yang dimiliki oleh penerima manfaat menunjukkan

perubahan setelah memperoleh layanan bimbingan kelompok.

4.1.4 Deskripsi Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok

Penelitian dilaksanakan selama kurang lebih 2 bulan (November-

Desember). Pada tanggal 8 November 2012 diadakan uji coba instrument yakni

skala pengendalian diri pada penerima manfaat. Selanjutnya pada tanggal 12

November 2012 diadakan pre-test menggunakan skala pengendalian diri yang

72

telah divalidasi untuk mengetahui tingkat pengendalian diri penerima manfaat

sebelum memperoleh layanan bimbingan kelompok. Bersama dengan konselor

pamong, peneliti memilih sebanyak 10 orang sebagai subjek penelitian yang

memiliki pengendalian diri rendah dan telah tinggal selama kurang lebih tiga

bulan di balai rehabilitasi mandiri.

Pemberian treatment berupa layanan bimbingan kelompok diberikan

sebanyak delapan kali. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 16

November 2012 – 17 Desember 2012. Setelah memberikan treatment berupa

layanan bimbingan kelompok, langkah selanjutnya adalah melaksanakan post-test

untuk mengetahui tingkat pengendalian diri penerima manfaat yang telah

mengikuti kegiatan bimbingan kelompok. Deskripsi proses pelaksanaan

bimbingan kelompok dari pertemuan pertama hingga ke delapan akan dijelaskan

sebagai berikut:

Pertemuan Pertama

Hari/tanggal :Jum‟at 30 November 2012

Tempat : Masjid Baresos Mandiri Semarang II

Topik : Memahami Orang Lain

Pelaksanaan kegiatan Bkp dalam pertemuan pertama telah peneliti sepakati

dengan anggota kelompok sebelumnya. Pembinaan hubungan baik antara peneliti

dengan anggota kelompok telah terjalin sebelum pelaksanaan kegiatan bimbingan

kelompok. Hubungan tersebut terus peneliti jaga selama proses penelitian

berlangsung hingga usai.

73

Pada pertemuan awal, pokok bahasan yang peneliti angkat adalah tentang

konsep “memahami orang lain”. Pertemuan awal ini, peneliti tekankan pada

kesediaan anggota kelompok untuk mengemukakan pendapat mereka atau

berargurmen terkait dengan topik bahasan yang telah diberikan. Tujuan pemberian

topik ini adalah agar anggota kelompok memiliki banyak wawasan tentang

pengertian memahami orang lain, bagaimana cara memahami orang lain,

keuntungan dan kerugian jika memahami orang lain.

Latar belakang anggota kelompok yang berbeda-beda memiliki pemahaman

yang berbeda tentang kegiatan bimbingan kelompok. Ada beberapa anggota

kelompok yang pernah mengikuti kegiatan bimbingan kelompok sebelumnya

namun ada juga anggota kelompok yang belum pernah mengikuti kegiatan

bimbingan kelompok. Dalam kesempatan awal ini pemimpin kelompok mencoba

mendefinisikan kegiatan bimbingan kelompok secara praktis dan singkat agar

mudah dipahami oleh anggota kelompok.

Pada tahap awal (pembentukan) pemimpin kelompok bersama anggota

kelompok merumuskan pengertian bimbingan kelompok bersama-sama.

Pemimpin kelompok berencana menggunakan permainan bergambar, yakni

permainan sebagai pengantar untuk membahas topik tentang memahami orang

lain. Disebabkan banyak anggota kelompok yang tidak membawa alat tulis

sehingga permainan tersebut tidak jadi digunakan. Pada tahap peralihan pemimpin

kelompok menanyakan kembali kesiapan anggota kelompok untuk mengikuti

kegiatan bimbingan kelompok.

74

Tahap inti atau tahap pelaksanaan, pemimpin kelompok memberikan topik

tugas dan membahasnya bersama anggota kelompok. Dalam tahap inti anggota

kelompok masih terlihat malu-malu dan enggan mengutarakan pendapat, mereka

adalah (SP, ST, AN, MS dan CN) sedangkan yang lain bersedia untuk

berpendapat bahkan ada dua anggota kelompok yang terlihat sangat antusia dalam

mengikuti kegiatan bimbingan kelompok (SW dan MT). Anggota kelompok turut

serta dalam memberikan sub bab pembahasan tentang “memahami orang lain”.

Pada tahap pengakhiran pemimpin kelompok mempersilahkan anggota

kelompok untuk berani mencoba menyimpulkan pembahasan yang telah

berlangsung kurang lebih 50 menit. Salah satu anggota kelompok (SW) mencoba

untuk menyimpulkan topik bahasan bahwa setiap orang pasti akan dihadapkan

pada lingkungan sosial, sehingga tidak ada alasan bagi mereka untuk menghindar

berhubungan dengan orang lain, dengan memahami orang lain kita bisa

menempatkan diri, kita juga bisa menjalin hubungan yang harmonis, ketika kita

sudah memahami orang lain, kita juga harus menjaga rahasia-rahasia tentang

orang tersebut. Setelah menyimpulkan topik bahasan pemimpin kelompok hanya

memperkuat argumen tersebut. Kegiatan diakhiri dengan mengisi lembar

“LAISEG” dan berdoa bersama.

Kendala selama pelaksanaan treatment awal adalah anggota kelompok

masih kurang terbuka dan masih takut atau malu dalam mengemukakan pendapat

mereka, sehingga dinamika kelompok belum tampak dalam pertemuan awal ini,

pembicaraan masih didominasi oleh beberapa anggota kelompok saja

75

Pertemuan Ke-Dua

Hari/tanggal :Kamis 23 November 2012

Tempat : Masjid Baresos Mandiri Semarang II

Topik : Kesabaran

Pada pertemuan kedua waktu dan tempat pelaksanaan seperti pada

pertemuan sebelumnya yakni usai shalat isya berjamaah di dalam Masjid Baresos

Mandiri. Pada tahap pembentukan pemimpin kelompok menanyakan kondisi

anggota kelompok, sedikit mengulas tentang bimbingan kelompok dan membuat

kesepakatan waktu bersama anggota kelompok. Bersama anggota kelompok

disepakati kegiatan bimbingan kelompok ini akan berlangsung selama 30 menit

atau sebelum apel malam yakni pukul 20.00 WIB. Anggota kelompok tampak

tegang dan kurang bersemangat, sehingga pemimpin kelompok mengadakan

permainan “Dot Kelipatan Tiga”

Pada tahap kegiatan pemimpin kelompok memberikan topik bahasan

“Sabar” dan membaginya kedalam sub bab bahasan. Anggota kelompok tampak

begitu bingung ketika pemimpin kelompok membagi topik bahasan kedalam sub

bab pembahasan sehingga pemimpin kelompok mempersilahkan anggota

kelompok membahas tentang pengertian sabar menurut pemahaman mereka.

Tujuan dari penyampaian materi ini adalah untuk meningkatkan pemahaman

mereka tentang pengertian sabar, bagaimana meningkatkan kesabaran, batasan

sabar dan manfaat dari bersabar. Pada pertemuan ke dua penerima manfaat berani

berpendapat tanpa di dorong oleh pemimpin kelompok. Meskipun demikian ada

anggota kelompok yang masih belum berani berpendapat kecuali diminta oleh

76

pemimpin kelompok atau dorongan dari anggota kelompok lainnya. Anggota yang

berani untuk berpendapat adalah (SW dan MZ) sementara anggota kelompok yang

masih takut atau malu-malu dalam berpendapat adalah (IS,MS dan AN.)

Pada tahap akhir, pemimpin kelompok mengingatkan waktu pelaksanaan

bimbingan kelompok akan berakhir dan meminta pendapat anggota kelompok.

Pemimpin kelompok menyimpulkan hasil pembahasan disebabkan anggota

kelompok tidak ada yang bersedia untuk menyimpulkannya. Kegiatan berakhir

dengan berdoa bersama dan mengisi laiseg.

Pertemuan Ke-Tiga

Hari/tanggal :Selasa 27 November 2012

Tempat : Masjid Baresos Mandiri Semarang II

Topik : Penyesuaian Diri.

Pada tahap pembentukan pemimpin kelompok, membuka kegiatan dengan

salam, menanyakan kabar dan berdoa bersama anggota kelompok. Setelah itu

pemimpin kelompok memastikan agar anggota kelompok tetap mengingat asas,

tujuan dan pengertian kegiatan bimbingan kelompok. Bersama anggota kelompok

menyepakati waktu pelaksanaan selama 45 menit. Melihat kondisi waktu dan

keadaan, pemimpin kelompok tidak menggunakan media permainan karena

kondisi hujan lebat, sehingga langsung ke dalam pokok pembahasan yakni

membahasa topik “penyesuaian diri”.

Peneliti memastikan kembali kesiapan anggota kelompok untuk

melaksanakan kegiatan bimbingan kelompok. Topik penyesuaian diri ini

bertujuan untuk meningkatkan pola pikir anggota kelompok tentang pengertian

77

penyesuaian diri dari berbagai sudut pandang, bagaimana meningkatkan

penyesuaian diri, serta keuntungan penyesuaian diri. Pada pertemuan ketiga

semua anggota kelompok berargurmen meski hal tersebut terlihat konyol.

Pemimpin kelompok mendorong dan mengarahkan arah pembicaraaan agar tetap

fokus dalam pembahasan topik. Anggota kelompok (IS dan SP) yang semula

pendiam, kini berani berargurmen meski arahnya keluar dari topik bahasan yakni

mereka membahas tentang pengalaman hidup pribadi yang akan mengarahkan

pembicaraan pada topik yang bersifat pribadi. Pemimpin kelompok mencoba

mengalihkannya dalam sub topik bahasan, yakni bagaimana proses penyesuaian

diri itu berlangsung. Sadar, akan ketidakpahaman anggota kelompok, pemimpin

kelompok mendeskripsikan tentang bagaimana seseorang bisa menyesuaikan diri

dengan cepat sementara orang lain ada yang lambat.

Anggota kelompok tampak antusias dan bersungguh dalam berargumentasi

tentang topik penyesuaian diri. Dinamika kelompok dalam pertemuan ini sudah

tampak baik dari sebelumnya. Arah pembicaraan tidak hanya dari anggota

kelompok kepada pemimpin kelompok melainkan sesama anggota kelompok yang

lain pula.

Pertemuan Ke-Empat

Hari/tanggal : Kamis,29 November 2012

Tempat : Masjid Baresos Mandiri Semarang II

Topik : Tanggung jawab

Kegiatan bimbingan kelompok pada kesempatan ke empat ini membahas

topik tentang tanggung jawab. Pertemuan ini telah disepakati antara pemimpin

78

kelompok dengan anggota kelompok pada pertemuan sebelumnya. Pemimpim

kelompok membuka pertemuan ini dengan berdoa bersama dan menanyakan

kondisi anggota kelompok.

Pada tahap awal anggota kelompok menunjukkan sikap antusias untuk

membahas topik tentang tanggung jawab. Beberapa anggota kelompok telah

menunjukkan sikap terbuka dan berani berpendapat. Semua anggota kelomppok

mengungkapkan pendapat mereka , bahkan ada yang berselisih pendapat dalam

hal melatih tanggung jawab. Ada yang berpendapat bahwa setiap orang memiliki

tanggung jawab namun ada pula yang berpendapat bahwa suatu tanggung jawab

itu adalah “amanah” dari orang lain. Anggota kelompok menjelaskan alasan

mereka masing-masing diperkuat dengan fenomena-fenomena sosial yang sering

mereka jumpai dalam kehidupan.

Pada akhir pertemuan anggota kelompok merasa puas dengan pemahaman

mereka masing-masing tentang tanggung jawab. Anggota kelompok

menambahkan sub bab pembahasan tentang kelemahan menghindari suatu

tanggung jawab. Bersama dengan pemimpin kelompok anggota kelompok

mencoba untuk membahas dampak dari seseorang yang menghindari tanggung

jawab. Di akhir pertemuan anggota kelompok (ST) mencoba menyimpulkan

pembahasan meski dengan gaya bahasa yang terbata-bata bahwa tanggung jawab

adalah sikap yang dimiliki setiap orang untuk berusaha bekerja secara maksimal,

ada berbagai bentuk tanggung jawab, yakni tanggung jawab terhadap diri sendiri,

terhadap orang lain dan terhadap Allah SWT, ketika seseorang dipercaya atau

diberi amanah orang tersebut justru menghindar maka orang tersebut telah

79

berdosa karena dia menghindari tanggung jawab yang orang percayakan

kepadanya. Pemimpin kelompok menutup kegiatan bimbingan kelompok dengan

berdoa bersama dan berjabat tangan. Kesepakatan bimbingan selanjutnya

dilakukan diluar kegiatan bimbingan kelompok.

Pertemuan Ke-Lima

Hari/tanggal : Selasa, 4 Desember 2012

Tempat : Masjid Baresos Mandiri Semarang II

Topik : Perencanaan masa depan (Planning)

Pada tahap pertama (pembentukan) kegiatan bimbingan kelompok

berlangsung lebih singkat jika dibandingkan dengan pertemuan sebelumnya.

Pemimpin kelompok menanyakan kabar anggota kelompok sebagai upaya untuk

tetap menjaga hubungan baik dengan anggota kelompok. Pemimpin kelompok

memastikan anggota kelompok memahami tentang pelaksanaan kegiatan

bimbingan kelompok dengan mengulas kembali secara singkat tentang bimbingan

kelompok. Bersama anggota kelompok pemimpin kelompok menyepakati waktu

pelaksanaan bimbingan kelompok. Berdasarkan kesepakatan, kegiatan bimbingan

kelompok berlangsung selama 30 menit. Berhubung keterbatasan waktu, dalam

pertemuan ini pemimpin kelompok tidak melakukan permainan.

Pada tahap peralihan pemimpin kelompok menanyakan kembali kesiapan

anggota kelompok untuk mengikuti kegiatan bimbingan kelompok. Pemimpin

kelompok juga menjelaskan secara singkat prosedur dan asas yang terdapat dalam

kegiatan bimbingan kelompok. Setelah anggota kelompok memahami dan

bersedia melaksanakan bimbingan kelompok pemimpin kelompok menyampaikan

80

topik pembahasan yakni “ Perencanaan Hidup”. Pemimpin kelompok membagi

topik bahasan kedalam sub-sub bahasan meliputi, pengertian perencanaan,

manfaat perencanaan, pertimbangan dalam membuat perencanaan.

Tahap pelaksanaan, pemimpin kelompok mengkoordinasi dan mengatur

jalannya pelaksanaan bimbingan kelompok. Anggota kelompok membahas topik

perencanaan setiap sub bab. Anggota kelompok menyampaikan pendapat mereka

tentang pengertian perencaan (planning). Salah satu anggota kelompok (CN)

mencoba menyimpulkan pengertian tentang perencanaan. Menurut anggota

kelompok perencanaan adalah segala tindakan baik tampak ada tidak untuk

mencapai tujuan tertentu dan sebaiknya seseorang memiliki lebih dari satu

perencanaan sebagai antisipasi. Anggota kelompok (AW dan MZ) masih tampak

diam dan terlihat tidak memahami topik bahasan. Pemimpin kelompok mencoba

mengajak mereka untuk menganalisa topik bahasan terhadap kehidupan sehari-

hari dan meminta anggota lainnya mengomentarinya. Dinamika kelompok muncul

setelah ke dua anggota kelompok (AN dan SW) berpendapat. Di akhir pertemuan

pemimpin kelompok menyimpulkan hasil pembahasan yakni, perencanaan

merupakan kemampuan individu untuk mengantisipasi segala bentuk

kemungkinan yang akan terjadi, kemampuan tersebut bermanfaat bagi seseorang

agar mereka yakin atas tindakan yang akan mereka lakukan, tanpa persiapan

seseorang akan kehilangan arah dan tujuan dalam melakukan suatu tindakan,

dampaknya mereka akan bertindak asal-asalan.

Pemimpin kelompok mengingatkan bahwa kegiatan akan segera berakhir

dan menawarkan kepada anggota kelompok untuk memperpanjang kegiatan atau

81

mengakhirinya. (SP) berpendapat untuk mengakhirinya karena akan ada apel

malam dan melanjutkannya setelah apel usai, namun anggota kelompok kurang

sepakat sebab setelah apel malam , mereka ada kegiatan untuk persiapan pelatihan

kerja. Bersama anggota kelompok, sepakat untuk mengakhiri kegiatan bimbingan

kelompok dan dilanjutkan pada pertemuan selanjutnya. Pemimpin kelompok

membagikan laiseg dan mengakhiri kegiatan dengan berdoa bersama.

Pertemuan Ke-Enam

Hari/tanggal : Kamis, 6 Desember 2012

Tempat : Masjid Baresos Mandiri Semarang II

Topik : Kesempatan atau Peluang (opportunity)

Pada tahap awal, pemimpin kelompok membuka kegiatan bimbingan

kelompok dengan berdoa bersama dan menanyakan keadaan anggota kelompok.

Pada pertemuan ini anggota kelompok telah terbiasa dengan layanan bimbingan

kelompok. Hal tersebut ditunjukkan dengan pertanyaan salah satu anggota

kelompok tentang topik pembahasan. Pada pertemuan ini disepakati akan

melaksanakan kegiatan bimbingan kelompok selama 45 menit.

Pada tahap peralihan pemimpin kelompok menanyakan kesiapan anggota

kelompok dan memberitahukan topik pembahasan. Topik bahasan dalam

pertemuan ini adalah tentang peluang. Tujuan pembahasan topik ini adalah agar

anggota kelompok dapat memaknai peluang atau kesempatan, anggota kelompok

dapat mendefinisakan makna peluang bagi kehidupan, anggota kelompok

memiliki wawasan atau segi pandang baru tentang cara memperoleh berbagai

82

peluang atau kesempatan. Pada tahap peralihan, anggota kelompok menambahkan

sub bahasan terkait dengan bentuk-bentuk peluang.

Pada tahap kegiatan semua anggota kelompok bersedia untuk mengutarakan

pendapat mereka. Setiap anggota kelompok saling memberikan masukan.

Dinamika kelompok pada pertemuan ini cukup tampak jika dibandingkan pada

pertemuan sebelumnya. Bersama anggota kelompok, pemimpin kelompok

membahas, setiap sub topik secara rinci dan mendalam. Pemimpin kelompok

memberikan tekanan pada salah satu anggota kelompok (IS) yang sejak

pertemuan awal masih terlihat malu-malu dan enggan berpendapat untuk

menyimpulkan. Pemimpin kelompok memberikan penguatan dan dorongan

kepada setiap anggota kelompok yang bersedia mengemukakan pendapat mereka.

Di akhir tahap kegiatan pemimpin kelompok mengingatakan waktu yang telah

berjalan lebih dari 30 menit.

Bersama anggota kelompok, pemimpin kelompok memastikan pertemuan

selanjutnya. Pemimpin kelompok membagikan laiseg sebagai penilaian akhir

kegiatan bimbingan kelompok. Kegiatan bimbingan kelompok diakhiri dengan

mengumpulkan laiseg, menypakati kegiatan bimbingan kelompok selanjutnya dan

berdoa bersama.

Pertemuan Ke-Tujuh

Hari/tanggal :Senin, 10 Desember 2012

Tempat : Masjid Baresos Mandiri Semarang II

Topik : Ketegasan

83

Pada tahap pembentukan pemimpin kelompok menyapa anggota kelompok.

Pemimpin kelompok menanyakan kabar anggota kelompok dan aktivitas mereka.

Bersama dengan anggota kelompok pemimpin kelompok membuka kegiatan

bimbingan kelompok dengan berdoa bersama menurut agama dan kepercayaan

masing-masing. Pemimpin kelompok mengajak anggota kelompok menentukan

waktu pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok. Pada pertemuan ini disepakati

akan dilaksanakan kegiatan bimbingan kelompok selama 45 menit, hal ini

memungkinkan karena cuaca yang hujan sehingga tidak ada kegiatan apel malam.

Pada tahap peralihan pemimpin kelompok mengulas kembali bimbingan

kelompok secara singkat dan mudah dimengerti. Pemimpin kelompok juga

menawarkan kesiapan anggota kelompok untuk melaksanakan kegiatan.

Pemimpin kelompok menanyakan kepada salah satu anggota kelompok (AW)

yang tampak diam dan tidak siap mengikuti kegiatan bimbingan kelompok.

Menurut anggota kelompok yang lain, (AW) sedang memikirkan kekasihnya yang

sedang marah karena ia tidak jadi pulang ke rumah. Pemimpin kelompok dapat

menerima kondisi tersebut dan menjelaskan kembali tentang bimbingan

kelompok. Melihat perhatian anggota kelompok telah kembali pada pemimpin

kelompok, pemimpin kelompok menawarkan kembali kesiapan anggota kelompok

untuk mengikuti kegiatan bimbingan kelompok.

Tahap kegiatan merupakan hal inti dalam pelaksanaan Bimbingan kelompok

(Bkp). Dalam tahap ini pemimpin kelompok membagi topik bahasan dalam

beberapa sub topik. Bersama dengan anggota kelompok pemimpin kelompok

mencoba untuk menciptakan dinamika kelompok yang bertujuan untuk membahas

84

topik pembahasan. Anggota kelompok membahas topik bahasan dengan

memberikan argumen mereka masing-masing tentang “Ketegasan”. Dalam

pertemuan anggota kelompok memperoleh beberapa sudut pandang tentang apa

itu ketegasan, bagaimana bersikap tegas, apakah ketegasan sama dengan marah,

manfaat memiliki ketegasan, kerugian jika tidak memiliki ketegasan, bagaimana

melatih ketegasan. Di akhir tahap kegiatan pemimpin kelompok mempersilahkan

anggota kelompok untuk menyimpulkan hasil pembahasan. Menjelang akhir

kegiatan pemimpin kelompok mengingatkan batasan waktu yang telah berlalu.

Pemimpin kelompok membagikan laiseg dan membuat kesepakatan untuk

pertemuan selanjutnya. Kegiatan bimbingan kelompok diakhiri dengan berdoa

bersama dan saling berjabat tangan.

Pertemuan Ke-Delapan

Hari/tanggal : Kamis, 13 Desember 2012

Tempat : Masjid Baresos Mandiri Semarang II

Topik : Pengambilan Keputusan

Pada pertemuan ini merupakan pertemuan terakhir dalam rangka pemberian

treatment berupa layanan bimbingan kelompok. Di tahap pembentukan pemimpin

kelompok awali dengan berdoa bersama dan saling menanyakan kabar. Bersama

dengan anggota kelompok, pemimpin kelompok membuat kesepakatan waktu.

Pada pertemuan ini telah disepakati akan dilaksanakan selama 30 menit.

Dalam pertemuan ini pemimpin kelompok tidak memberikan permainan

mengingat waktu yang diberikan cukup singkat. Di tahap peralihan pemimpin

kelompok memastikan anggota kelompok masih ingat dan bersedia mengikuti

85

layanan bimbingan kelompok. Melihat kondisi kelompok yang telah siap,

pemimpin kelompok memberitahukan topik bahasan, yakni tentang “Keputusan”.

Bersama dengan anggota kelompok, pemimpin kelompok menciptakan dinamika

kelompok dengan tujuan untuk membahas topik bahasan agar dapat memberikan

pengaruh pada setiap anggota kelompok.

Di tahap kegiatan, anggota kelompok memulai dengan membahas

pengertian keputusan, dari pengertian ini kemudian muncul beberapa sub topik

yang telah pemimpin kelompok siapkan meliputi, apa yang perlu diperhatikan

dalam mengambil keputusan, bagaimana cara mengembil keputusan yang baik,

bagaimana menyikapi sebuah keputusan yang telah diambil. Salah satu anggota

kelompok menambahkan sub topik bahasan dengan sebuah pertanyaan “dapatkah

sebuah keputusan yang telah diambil seseorang kemudian orang tersebut

merubahnya?”. Dengan kata lain dapatkah sebuah keputusan seseorang berubah.

Pertanyaan tersebut memberikan perhatian penuh dari kelompok untuk membahas

topik bahasan. Setiap anggota kelompok bersedia berpendapat, bahkan ada yang

bersedia menceritakan sedikit pengalaman mereka. Pemimpin kelompok mencoba

membatasi arah pembicarakan agar tidak membahas permasalahan pribadi,

melainkan masih membahas topik yang telah diberikan. Di akhir kegiatan,

pemimpin kelompok meminta perwakilan dari beberapa anggota kelompok untuk

meringkas hasil pembahasan, menyampaikan kesan, memberikan komentar

tentang pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok yang telah mereka jalani

sebanyak 8 kali. Hampir semua anggota kelompok merasa senang dan terbantu

86

dalam menambah wawasan mereka, anggota kelompok jadi terlihat lebih akrab

dan terbuka.

Di akhir pertemuan, pemimpin kelompok membagikan laiseg kepada

anggota kelompok. Setelah semua anggota kelompok mengisi laiseg, pemimpin

kelompok bersama dengan anggota kelompok membuat kesepakatan untuk

melaksanakan penilaian akhir layanan bimbingan kelompok (post-test). Hal ini

dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengendalian diri yang dimiliki oleh

penerima manfaat setelah mereka mengikuti serangkaian kegiatan bimbingan

kelompok.

Perkembangan pengendalian diri setiap penerima manfaat menjadi perhatian

tertentu selama kegiatan bimbingan kelompok. Berikut akan dipaparkan

perkembangan pengendalian diri setiap penerima manfaat selama mengikuti

kegiatan bimbingan kelompok. Penilaian proses selama kegiatan bimbingan

kelompok dilakukan berdasarkan metode pengamatan (observasi) sedangkan

penilaian hasil pelaksanakan dilakukan dengan mereview hasil laiseg yang telah

dibagikan kepada subjek penelitian, berikut hasil deskripsi dari masing-masing

subjek penelitian

Responden Pertama (SW)

Pada awal pertemuan SW belum menunjukkan aspek-aspek pengendalian

diri yang nampak. Di tahap pembentukan SW berpendapat tentang bimbingan

kelompok menurut pemahaman yang ia miliki. Ketika memasuki tahap kegiatan

SW menunjukkan keantusiasan dalam mengikuti kegiatan Bkp. Pada pertemuan

ke dua SW menunjukkan peningkatan pada aspek kendali kognitif, yakni perihal

87

tentang melakukan pertimbangan sebelum ia bertindak. Pada pertemuan ketiga

SW justru menunjukkan penurunan pada aspek mampu mengendalikan keadaan.

Pertemuan Selanjutnya SW nampak menunjukkan peningkatan, ia lebih dapat

berfikir rasional dan menerima keadaan. Berdasarkan argumen yang ia berikan ia

menunjukkan peningkatan dalam memanfaat peluang atau kesempatan. Pertemuan

selanjutnya SW menunjukkan peningkatan pada aspek kendali kognitif. Ia lebih

bersabar dan melihat segala sesuatu secara keseluruhan. Pertemuan selanjutnya ia

mampu memprediksi perencanaan hidup yang akan ia ambil, meski hal tersebut

membuat ia harus bekerja keras. Pada pertemuan akhir SW menunjukkan

peningkatan pada semua aspek pengendalian diri.

Responden Ke-Dua (CN)

Di awal pertemuan CN tampak sulit berkomunikasi. Kondisi fisik yang

tidak normal (mata agak juling) agak membuat ia tidak nyaman dalam

berkomunikasi di pertemuan awal. Di awal pertemuan ia cenderung diam.

Pertemuan selanjutnya CN masih nampak ragu-ragu dan enggan berpendapat.

Melihat kondisi seperti ini peneliti melakukan pendekatan individual dengan CN

di luar kegiatan. Dengan membangun rapport dengan CN di luar kegiatan Bkp

memberikan pengaruh terhadap keterbukaan CN. Pertemuan selanjutnya CN

bersedia berpendapat meski dengan bujukan dari teman. Pada pertemuan terakhir

CN menunjukkan peningkatan pada aspek kendali kognitif, ia lebih bisa berfikir

rasional dan meminta pertimbangan dari orang lain. Namun pada aspek

mengontrol keputusan CN masih kurang bersabar dalam mengambil keputusan.

88

Responden Ke-Tiga (AW)

Pada awal pertemuan AW mengikuti kegiatan Bkp dengan baik. Ia

memberikan berbagai argumen tentang pelaksanaan Bkp. Di awal pertemuan AW

menunjukkan peningkatan dalam aspek kendali perilaku. Ia memiliki kebebasan

dalam memilih pilihan dalam hidupnya termasuk masuk ke dalam balai

rehabilitasi adalah salah satu pilihan yang ia ambil. Pada pertemuan selanjutnya ia

menunjukkan peningkatan dalam mengendalikan keadaan. AW dipercaya oleh

teman-teman satu wismanya sebagai pemimpin wisma. Ia juga sering memberikan

pendapat selama kegiatan Bkp berlangsung, sehingga memunculkan dinamika

dalam kelompok tersebut. Dipertemuan akhir AW menunjukkan peningkatan pada

semua aspek kendali diri.

Responden Ke-Empat (MT)

Pada awal pertemuan MT pernah mengikuti layanan Bkp sebelumnya ketika

ia masih SMP. Atas permintaan peneliti MT mencoba mendeskripsikan layanan

Bkp. MT menunjukkan peningkatan ada aspek melakukan pertimbangan sebelum

bertindak. MT yang semula agak “cuek” dengan perasaan orang lain kini lebih

memikirkan perasaan orang lain atas tindakan yang ia kerjakan. MT juga

menunjukkan peningkatan pada pertemuan selanjutnya, ia lebih dapat bersikap

sabar dan berfikir secara matang-matang sebelum ia bertindak. Namun pada

pertemuan selanjutnya MT menunjukkan penurunan pada aspek mampu

memanfaatkan peluang, ia lebih membiarkan kesempatan datang dengan

sendirinya. Pada pertemuan terakhir MT menunjukkan peningkatan dalam aspek

89

kendali perilaku dan kendali kognitif namun menunjukkan penurunan pada aspek

pengambilan keputusan.

Responden ke-Lima (AN)

Di awal pertemuan AN ada aspek yang muncul yakni menentukan kegiatan

atas dasar inisiatif sendiri. Pada pertemuan kedua terjadi peningkatan pada aspek

mampu mengendalikan keadaan. Pertemuan ketiga dan keempat terjadi

perkembangan pada aspek mampu mengendalikan keadaan dan membuat prioritas

kegiatan. Pertemuan selanjutnya terjadi penurunan pada aspek melakukan

pertimbangan sebelum bertindak. AN suka terburu-buru dalam mengambil sebuah

keputusan. Pada pertemuan ketuju terjadi peningkatan pada aspek memilih

kegiatan berdasarkan informasi yang jelas. AN setelah sebelumnya memperoleh

layanan bimbingan kelompok kini, ia mempertimbangkan setiap kegiatan yang

akan ia ikuti. Pertemuan terakhir terjadi peningkatan pada seluruh aspek

pengendalian diri.

Responden Ke-Enam (MS)

Di awal pertemuan sudah nampak aspek melakukan pertimbangan sebelum

bertindak. Pada pertemuan kedua dan ketiga nampak peningkatan pada aspek

memilih kegiatan atas dasar inisiatif pribadi dan membuat prioritas kegiatan. Di

pertemuan ke empat mengalami perkembangan pada aspek melakukan kegiatan

sesuai dengan kemampuan. Pada pertemuan selanjutnya MS mengalami

perkembangan pada aspek memilih kegiatan berdasarkan informasi yang jelas.

Pada pertemuan ketujuh dan kedelapan MS mengalami perkembangan pada

semua aspek pengendalian diri.

90

Responden Ke-Tujuh (ST)

ST pada awal pertemuan belum muncul aspek pengendalian diri, karena ST

cenderung diam dan enggan berpendapat. Pada pertemuan kedua nampak aspek

menentukan kegiatan atas dasar inisiatif pribadi. Pertemuan selanjutnya terjadi

peningkatan pada aspek membuat prioritas kegiatan. Pada pertemuan ke empat

dan kelima ST mrngalami perkembangan pada aspek melakukan pertimbangan

sebelum bertindak dan memilih kegiatan berdasarkan informasi yang jelas. Di

pertemuan ke enam terjadi peningkatan pada aspek melakukan kegiatan sesuai

dengan kemampuan. Pada pertemuan ke tujuh dan delapan peningkatan terjadi

dalam semua aspek pengendalian diri.

Responden Ke-Delapan (SP)

Pada awal pertemuan SP mengikuti kegiatan Bkp dengan baik. Di

pertemuan awal SP telah muncul aspek kendali perilaku. Pertemuan selanjutnya

terjadi peningkatan pada aspek melakukan pertimbangan sebelum bertindak. Pada

pertemuan seterusnya menunjukkan peningkatan pada aspek pengambilan

keputusan. Pertemuan ke empat dan lima SP menunjukkan perilaku yang baik

dalam berkomunikasi, ia menunjukkan peningkatan pada aspek menentukan

kegiatan atas inisiatif sendiri. Pada pertemuan ke enam dan ketujuh SP

menunjukkan peningkatan pada aspek memilih kegiatan atau aktivitas

berdasarkan informasi yang telah jelas. Pertemuan kedelapan terjadi peningkatan

pada semua aspek dalam pengendalian diri.

91

Responden Ke-Sembilan (IS)

Pada pertemuan awal IS sulit berkomunikasi. Pertemuan selanjutnya IS

masih nampak ragu-ragu dan enggan berpendapat. Pada pertemuan ketiga nampak

aspek pengendalian diri tentang membuat prioritas kegiatan. Pertemuan

selanjutnya terjadi peningkatan pada aspek mampu mengendalikan keadaan. Pada

pertemuan ke lima dan ke enam terjadi peningkatan pada aspek mampu

memanfaatkan peluang dan melakukan kegiatan berdasarkan informasi yang jelas.

Pertemuan ke tujuh dan ke delapan terjadi peningkatan pada semua aspek

pengendalian diri.

Responden Ke-Sepuluh (MZ)

Pertemuan pertama belum nampak aspek pengendalian diri yang muncul,

hal ini disebabkan karena MZ cenderung diam di awal pertemuan. Pada

pertemuan selanjutnya baru muncul aspek melakukan pertimbangan sebelum

bertindak. Pertemuan selanjutnya terjadi peningkatan pada aspek melakukan

kegiatan sesuai dengan kemampuan. Pertemuan ke empat dan kelima terjadi

peningkatan pada aspek menentukan kegiatan atas dasar inisiatif pribadi. Pada

pertemuan ke enam dan ketujuh terjadi peningkatan pada aspek mampu

mengendalikan keadaan. Pertemuan ke delapan terjadi peningkatan pada semua

aspek pengendalian diri.

4.2 Pembahasan

Pengendalian diri menuntut individu untuk mampu mengarahkan,

memperkirakan dan memprediksi dampak dari perilaku yang mereka kerjakan.

92

Dengan pengendalian diri yang baik individu mampu mengarahkan dirinya

kepada tujuan yang lebih jelas dan terarah. Pengendalian diri (self control) dapat

diartikan sebagai pengaturan proses fisik, psikologis, dan perilaku seseorang,

dengan kata lain serangkaian proses yang membentuk dirinya sendiri (Calhoun

dan Acocella, 1990:130). Sebagai suatu proses pengendalian diri memiliki

beberapa kompenen. Averil (1973) (dalam Ghufron, 2011:29) mengelompokkan

pengendalian diri meliputi tiga komponen yakni; (a) mengontrol perilaku

(behavior control), (2) kendali kognitif (control cognitive) dan (3) mengontrol

keputusan (decision control).

Dengan memiliki pengendalian diri yang baik, penerima manfaat dapat

menunda keinginan atau ajakan dari teman mereka untuk melakukan kegiatan

yang kurang bermanfaat atau cenderung distruktif dengan cara lebih

mendisiplinkan diri dan memiliki tekad yang kuat untuk menjalankan kegiatan

yang telah terjadwalkan bagi dirinya. Dapat disimpulkan bahwa pengendalian diri

dalam penelitian ini memiliki pengertian sebagai kemampuan yang dimiliki oleh

individu untuk mengarahkan dirinya mendekati tujuan yang diharapkan dengan

jalan mendisiplinkan diri dan melakukan penundaan terhadap perilaku yang dapat

menghambat pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Layanan bimbingan kelompok dalam penelitian ini merupakan upaya

pemberian bantuan (treatment) yang bertujuan untuk meningkatkan pengendalian

diri. Pemberian treatment diberikan sebanyak delapan kali pertemuan dengan

membahas topik-topik umum yang terkait dengan aspek-aspek pengendalian diri.

Menurut Prayitno (2004:3) “layanan bimbingan kelompok dapat digunakan untuk

93

mengubah dan mengembangkan sikap dan perilaku yang tidak efektif menjadi

lebih efektif”.

Layanan bimbingan kelompok sebagai suatu treatment perubahan perilaku

terhadap pengendalian diri memberikan pengaruh terhadap peningkatan

pengendalian diri yang dimiliki oleh penerima manfaat. Dari sepuluh subjek

penelitian yang terpilih, sebelum diberikan layanan bimbingan kelompok

memiliki rata-rata pengendalian diri sebesar 50% atau dalam kriteria rendah

setelah pemberian layanan bimbingan kelompok terjadi perubahan tingkat

pengendalian diri menjadi 73 % atau dalam kriteriai tinggi.

Secara kuantitatif peningkatan pengendalian diri setiap subjek penelitian

terjadi perubahan. Responden yang memiliki tingkat pengendalian diri rendah

(AW, AN, SP, dan IS) dan sangat rendah (SW, CN, MT, dan MS) setelah

memperoleh layanan bimbingan kelompok mengalami peningkatan dan termasuk

dalam kriteria tinggi. Sementara anggota kelompok yang semula pengendalian

diri dalam kriteria tinggi (ST dan MZ) setelah mengikuti kegiatan bimbingan

kelompok termasuk dalam kriteria sangat tinggi.

Perbedaan tingkat pengendalian diri yang dimiliki oleh anggota kelompok

memberikan pengaruh terhadap pembahasan topik dalam kegiatan bimbingan

kelompok. Prayitno (2004:11) menambahkan “heterogenitas dapat mendobrak dan

memecahkan kebekuan yang terjadi akibat homogenitas anggota kelompok”.

Heterogenitas yang terdapat dalam kelompok meliputi tingkat perbedaan

pengendalian diri, latar belakang sosial dan budaya, kondisi ekonomi. Sementara

94

homogenitas yang terdapat dalam kelompok meliputi usia, jenis kelamin dan

perlakuan yang sama di balai rehabilitasi.

Secara keseluruhan rata-rata pengendalian diri setiap subjek penelitian

mengalamai perubahan. Penerima manfaat dengan kode responden CN memiliki

persentase pengendalian diri terendah yakni sebesar 39%. Kelemahan kondisi

fisik (mata juling) dan kondisi keluarga yang kurang harmonis membuat dirinya

sulit untuk beradaptasi dan cenderung untuk mencari perhatian dengan cara-cara

yang kurang tepat atau cenderung destruktif. Anggota kelompok telah mengetahui

hal tersebut dan anggota kelompok memberikan dorongan mental dengan cara

memberikan perhatian atas pendapat yang ia utarakan. Dengan peneriman dan

perhatian yang diberikan oleh kelompok terhadap CN membuat dirinya merasa

diterima. Kondisi seperti ini yang jarang ia peroleh, merasa diterima dan dihargai

oleh orang lain. Setelah mengikuti serangkaian kegiatan bimbingan kelompok CN

menunjukkan perubahan sikap dalam berinteraksi dengan orang lain. CN

menerima kondisi dirinya dan bersikap ramah. Setelah dilakukan pengukuran

(post-test) CN mengalami peningkatan pengendalian diri sebesar 27%.

Hampir semua anggota kelompok mengalami peningkatan dan perubahan

sikap setelah mereka mengikuti kegiatan bimbingan kelompok, meski demikian

terdapat dua anggota kelompok (ST dan MZ) yang tidak mengalami perubahan

sikap dan peningkatan pengendalian diri. Hal ini disebabkan karena dua anggota

tersebut memiliki latar belakang yang berbeda dari anggota lainnya. ST dan MZ

berasal dari keluarga kurang mampu sehingga ST putus sekolah ketika ia kelas 2

SMK, sementara MZ hanya lulusan paket C (setara dengan SMA). Kondisi

95

tersebut yang membuat mereka bersedia berada dibalai rehabilitasi karena

berdasarkan informasi yang mereka peroleh, mereka akan meperoleh pekerjaan

dan tempat tinggal jika ia bersedia untuk tinggal dan mengikuti pendidikan di

balai rehabilitasi. Sementara anggota kelompok lainnya hanya tamatan SMP

namun dari segi usia mereka semua relatif sama.

Selama melaksanakan kegiatan bimbingan kelompok, pemimpin kelompok

berusaha menciptakan dinamika kelompok agar pembahasan topik dapat

memberikan pengaruh terhadap masing-masing anggota kelompok. Peneliti

memperhatikan pula, aspek-aspek dalam pengendalian diri untuk mengetahui

seberapa jauh pengaruh bimbingan kelompok terhadap perubahan sikap anggota

kelompok dalam mengendalikan diri mereka. Pada aspek kendali perilaku

(behavior control) anggota kelompok banyak menunjukkan perubahan sikap.

Setiap pertemuan, aspek kendali perilaku menunjukkan peningkatan, seperti

anggota kelompok bersedia mengutarakan pendapat, menghargai pendapat orang

lain, berbicara secara sopan. Aspek kognitif (cognitive control) di setiap

pertemuan juga mengalami peningkatan. Anggota kelompok mampu

memprediksikan akibat atas tindakan yang akan mereka perbuat, anggota

kelompok lebih bersabar dalam bertindak, anggota kelompok menggunakan

pengetahuan yang mereka miliki untuk berargumen dan saling memberi

informasi. Aspek mengontrol keputusan (decision control) yang dimiliki oleh

penerima manfaat juga mengalami peningkatan. Penerima manfaat lebih rajin

untuk mengikuti pelatihan bengkel kerja, berencana untuk melakukan kegiatan

yang ia sukai dan bermanfaat bagi dirinya, bertekad untuk melakukan kegiatan

96

yang bermanfaat bagi dirinya, penerima manfaat memiliki keyakinan dan

keberanian dalam mengambil sebuah keputusan bagi dirinya pribadi.

Berdasarkan hasil penelitian, kondisi pengendalian diri yang dimiliki oleh

penerima manfaat sebelum memperoleh layanan bimbingan kelompok dan setelah

memperoleh layanan bimbingan kelompok memiliki perbedaan. Perubahan

tingkat pengendalian diri yang dimiliki oleh penerima manfaat membuktikan

bahwa layanan bimbingan kelompok memberikan pengaruh terhadap

pengendalian diri yang dimiliki oleh penerima manfaat.

Berdasarkan pada hasli penelitian masing-masing aspek dalam pengendalian

diri yang terdiri dari kendali perilaku, kendali kognitif dan kendali dalam

mengambil keputusan mengalami perubahan. Pada aspek kendali perilaku kondisi

pengendalian diri yang dimiliki oleh penerima manfaat dalam kriteria rendah

(47%) setelah memperoleh layanan bimbingan kelompok kendali perilaku dalam

kriteria tinggi (70%). Pada aspek kendali kognitif, sebelum meperoleh layanan

bimbingan kelompok kendali kognitif penerima manfaat dalam kriterai rendah

(47%) setelah pemberian layanan bimbingan kelompok kondisi pengendalian diri

penerima manfaat dalam kriteria tinggi (74%). Sementara pada kendali dalam

mengambil keputusan, sebelum memperoleh layanan bimbingan kelompok pada

kriteria rendah (47%) setelah memperoleh layanan bimbingan kelompok kendali

dalam mengambil keputusan mengalami perubahan dalam kriteria tinggi (72%).

Perubahan terbesar dalam aspek kendali dir terdapat pada aspek kendali kognitif,

yakni mengalami peningkatan sebesar 27%, kemudian pada aspek kendali dalam

97

mengambil keputusan sebesar 25 %, dan pada aspek kendali perilaku sebesar

23%)

Untuk memperkuat hipotesis penelitian bahwa terdapat perubahan tingkat

pengendalian diri penerima manfaat setelah mengikuti layanan bimbingan

kelompok digunakan uji statistik analisis wilcoxon. Analisis wilcoxon tentang

upaya meningkatkan pengendalian diri yang dimiliki oleh penerima manfaat

melalui layanan bimbingan kelompok di Balai Rehabilitasi Mandiri Semarang II

menunjukkan hasil jumlah jenjang = 55 dan t tabel = 8, sehingga jumlah jenjang >

t tabel. Hasil tersebut menunjukkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan

kata lain, hasil tersebut menunjukkan bahwa kemampuan pengendalian diri yang

dimiliki oleh subjek penelitian menunjukkan perubahan setelah pemberian

layanan bimbingan kelompok.

4.3 Keterbatasan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatakan pengendalian diri

yang dimiliki oleh penerima manfaat, namun dalam pelaksanaan penelitian

memiliki keterbatasan penelitian, keterbatasan tersebut meliputi beberapa hal

selama kegiatan penelitian berlangsung, sebagai berikut:

1. Keterbatasan waktu

Keterbatasan waktu yang dimaksud adalah keterbatasan waktu

pelaksanaan bimbingan kelompok. Penerima manfaat memiliki berbagai kegiatan

yang telah disediakan oleh pihak balai rehablitasi mandiri. Terutama kegiatan

praktik bengkel kerja (PBK) yang menyita waktu setengah hari. Untuk mengatasi

98

kondisi ini peneliti dengan anggota kelompok menyepakati waktu pelaksanaan

bimbingan kelompok usai shalat isyak dan sebelum apel malam.

2. Kondisi Anggota

Selama pelaksanaan bimbingan kelompok berlangsung, kondisi kesehatan

anggota kelompok tidak dapat diprediksi karena kondisi cuaca yang sering hujan

lebat ketika malam hari, sehingga banyak anggota yang merasa kedinginan,

kondisi ini peneliti minimalisir dengan memberikan minuman hangat dan sedikit

makanan ringan dan permainan ringan, sehingga dapat membuat kondisi nyaman

kembali.

3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini kurang representatif karena salah

satu penerima manfaat yang memiliki tingkat pengendalian diri sangat tinggi tidak

diikut sertakan dalam subjek penelitian, sehingga anggota kelompok tidak

sepenuhnya heterogen.

101

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang upaya meningkatkan pengendalian

diri yang dimiliki oleh penerima manfaat melalui layanan bimbingan kelompok di

Balai Rehabilitasi Mandiri Semarang, secara umum dapat disimpulkan bahwa

layanan bimbingan kelompok dapat dijadikan sebagai suatu upaya untuk

meningkatkan pengendalian diri yang dimiliki oleh penerima manfaat yang

tinggal di balai rehabilitasi mandiri. Adapun secara rinci dapat disimpulkan

beberapa hal sebagai berikut:

5.1.1 Gambaran pengendalian diri yang dimiliki oleh subjek penelitian sebelum

mereka mengikuti kegiatan bimbingan kelompok termasuk dalam kriteria

rendah (50%). Beberapa subjek penelitian menunjukkan perilaku yang

susah untuk diajak bekerjasama, susah untuk mematuhi peraturan yang

disediakan oleh pihak balai rehabilitasi, gemar melanggar aturan dan

mencuri waktu luang untuk melakukan kegiatan yang dilarang oleh pihak

balai rehabilitasi, seperti minum-minuman keras, keluar tengah malam,

pulang melebihi batas waktu yang ditentukan dan bersikap kurang sopan

terhadap pekerja sosial maupun petugas balai rehabilitasi.

5.1.2 Gambaran pengendalian diri setelah diberikan layanan bimbingan

kelompok sebanyak delapan kali menunjukkan perubahan. Tingkat

99

100

pengendalian diri sebelum memperoleh layanan bimbingan kelompok

(50%) setelah mengikuti layanan bimbingan kelompok sebanyak delapan

kali mengalami perubahan (73%).

5.1.3 Terjadi perubahan tingkat pengendalian diri yang dimiliki oleh penerima

manfaat setelah mereka mengikuti layanan bimbingan kelompok. Hal

penelitian menunjukkan perbedaan persentase sebelum penerima manfaat

memperoleh layanan bimbingan kelompok (50%) dan setelah memperoleh

layanan bimbingan kelompok (73%). Perhitungan uji wilcoxon

menunjukkan bahwa hasil perhitungan jumlah jenjang sebesar = 55 > t

tabel = 8, sehingga layanan bimbingan kelompok dapat mengubah

pengendalian diri penerima manfaat.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Balai Rehabilitasi Sosial Mandiri agar menyusun program-program

yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan psikologis penerima manfaat,

di samping kebutuhan pokok (sandang, papan dan pangan).

5.2.2 Bagi para pekerja sosial hendaknya melakukan kegiatan kelompok,

minimal setiap minggu sekali, hal ini bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan berfikir, menganalisa, memprediksi dan meningkatkan rasa

toleransi.

5.2.3 Bagi peneliti selanjutnya dapat menggembangkan penelitian dengan topik-

topik terkait perkembangan remaja dan norma sosial.

101

DAFTAR PUSTAKA

Aprilia Sukmadewi. 2010. Self Control Pada Kalayan Narkoba Di Yayasan

Rumah Damai (Studi Kasus tentang Kalayan Narkoba yang Relaps).

Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta

Azwar, Saifudin. 1997. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, Saifudin.2005. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Calhoun, J.F dan Acocella, J.R. 1990. Psikologi Peneyesuaian dan Hubungan

Manusia. New York : McGraw Hill, Inc.

Elliot, Stephen N dkk.1999. Educational Psychology.Singapore:McGraw-Hill.

Ghufron, M. Nur dan Rini Risnawita S. 2011. Teori-teori psikologi.Yogyakarta:

Arr-Ruzz Media

Gibson, Robert L dan Marianne H. Mitchel. 2011. Bimbingan dan

Konseling.Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Gie, The Liang. 1995. Cara Belajar yang Efesien Jilid 2. Yogyakarta: Liberty

Hadi, Sutrisno. 2004. Statistik Jilid 2. Yogyakarta: ANDI OFFSET

Hermanto. 2009. Pengertian Kontrol Diri.

http://kasturi82.blogspot.com/2009/05/pengertian-kontrol-

diri_2836.html {accessed 2012/01/22}

Morrison, dkk. 2007. Research Methods In Education (Six Edition).New

York:Routledge

Nur Khasanah. 2009. Peningkatan Kemampuan Kendali Diri Dalam Memilih

Kegiatan Di Luar Jam Sekolah Melalui Konseling Realita Pada

Pengurus Osis Di SMA Negeri 1 Wirosari Grobogan Tahun

2008/2009. (Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri

Semarang)

Nurnaningsih. 2011. Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Kecerdasan

Emosional Siswa. (Edisi Khusus No.I, Agustus 2011, ISSN 1412-

565X)

102

Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan

Profile). Jakarta: Ghalia Indonesia

Prayitno. 1998. Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT.Ikrar

Mandiriabadi

Prayitno.2004. Layanan Bimbingan Kelompok Konseling Kelompok Seri layanan

Konseling (L6 dan L7).Padang: Universitas Negeri Padang

Prayitno dan Amti, Erman. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan

Konseling.Jakarta: Rineka Cipta

Purwanto.

Romlah, Tatik.2001. Teori dan Praktik Bimbingan Kelompok.Malang:

Universitas Negeri Malang

Safaria,Triantoro.2004. Terapi Kognitif-Perilaku untuk Anak.Yogyakarta: Graha

Ilmu

Santrock, Jhon W. Alih bahasa oleh Dra. Shinto B. Adelar, M.Sc dan Sherly

Saragih, S.Psi. 2003. Adolesence (Perkembangan Remaja). Jakarta:

Erlangga.

Sembel, Roy. 2003. Raih Sukses Dengan Kendali Diri. Online at www.

sinarhapan.com. 28 Maret 2012

Sugiyono. 2008. Metode Peneltian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

ALFABETA

Sugiyono.2006. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Sugiyono.2011. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung:

Alfabeta

Sukardi, Dewa Ketut dan Desak P.E. Nila Kusmawati. 2008. Proses Bimbingan

dan Konseling di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya

Tohirin.2007.Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah

(BerbasisIntegrasi). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Zulkarnaen. (2002). Hubungan Kontrol Diri dan Kreativitas Pekerja. Laporan

Penelitian. Universitas Sumatera Utara. Online at http;// library.usu.ac.id./psiko-

zulkarnaen (disunting tgl bulan 2012).

103

Lampiran 1

DAFTAR ANGGOTA BIMBINGAN KELOMPOK

Mengetahui,

Konselor Pamong, Pemimpin Kelompok

Siti Rahayu, S.Pd Galih Fajar F

NIP. 19620302 198303 2 019 NIM. 1301408017

No Nama Wisma

1 Suwito Imam Bonjol

2 Rahayu Cinarita Yosudarso

3 Asnawi Yosudarso

4 Mustolih Imam Bonjol

5 Andrianto Jendral Sudirman

6 Marsono Teuku Umar

7 Sigit Wr. Supratman

8 Supriyadi Imam Bonjol

9 Iskandar Ki Hajar Dewantara

10 Multazam Teuku Umur

104

Lampiran 2

Kisi-Kisi Instrumen Skala Pengendalian Diri Penerima Manfaat (Try Out)

Variabel Indikator Deskriptor Item

+ -

Pengendalian

Diri

Penerima

Manfaat

1. Kontrol

perilaku

(Behavior

control

Menentukan kegiatan atas dasar

inisiatif pribadi

1,2,4,7,8 3,6,11,13,

15

Membuat prioritas kegiatan 5,9, 10,12,

14

17,19, 21,

23, 30

Mampu mengendalikan

keadaan

16,20, 22,

24, 25

18, 27,

29, 34, 36

2. Kontrol

Kognitif

(Cognitive

control)

Melakukan pertimbangan

sebelum bertindak

26,28,

31,32,45

35 , 38,

41, 43, 47

Memilih kegiatan berdasarkan

informasi yang telah jelas

37, 39, 44,

50, 57

33, 42 ,

46, 49,54

3.

Mengontrol

keputusan

(Decision

control)

Memilih kegiatan yang sesuai

dengan kebutuhan

40, 51, 56,

53, 70

48, 52,

59, 62, 64

Memilih kegiatan sesuai dengan

kemampuan

58 , 61,

63,71,80

55, 67 ,

73,76,78

Mampu memanfaatkan

peluang

60, 65,

68,75,79

66, 69,

77, 72,74,

105

Lampiran 3

Instrumen Try out

Kepada

Yth. Penerima manfaat

Di Balai Rehabilitasi Mandiri Semarang II

Dengan hormat

Pertama-tama kami haturkan mohon maaf karena mengganggu aktifitas anda semua.

Pada kesempatan ini, peneliti mengharapkan kerja sama anda sekalian guna mengisi skala

psikologis secara suka rela dan apa adanya. Tanggapan saudara tidak berpengaruh terhadap

kegiatan yang sedang anda kerjakan di balai rehabilitasi dan tanggapan yang saudara berikan

dijamin kerahasiannya.

Skala ini bertujuan untuk mengumpulkan data awal terkait dengan pengendalian diri

yang saudara miliki. Data yang diperoleh akan dipergunakan sebagai bahan pertimbangan untuk

pemberian layanan bimbingan kelompok. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

konstribusi yang berarti terhadap kebijakan yang berlaku di lingkungan balai rehabilitasi.

Saudara diharapkan memberikan tenggapan terhadap semua butir pernyataan yang tersedia yang

terdiri dari 80 butir.

Akhirnya, terimakasih atas kerjasama yang anda lakukan. Semoga data yang anda berikan

dapat memberikan konstribusi yang berarti terhadap pengembangan diri kita. Amin

Hormat kami,

Peneliti

106

Petunjuk pengisian :

Bacalah setiap pernyataan dibawah ini dengan seksama kemudian berikan jawaban anda pada

kolom yang disediakan dengan memberi tanda cek () :

SS, Apabila pernyataan tersebut Sangat sesuai dengan keadaan yang saudara rasakan

S, Apabila pernyataan tersebut sesuai dengan keadaan yang saudara rasakan

TS, Apabila pernyataan tersebut tidak setuju dengan keadaan yang saudara rasakan

STS, Apabila pernyataan tersebut sangat tidak setuju dengan keadaan yang saudara rasakan

Contoh pengisian :

No Pernyataan SS S TS STS

- Saya sering menyelesaikan masalah dengan

kekerasan

Jika pernyataan tersebut sangat sesuai dengan kondisi yang terjadi pada diri anda, maka berilah

tanda chek pada kolom “sangat sesuai”

“Tidak ada jawaban yang benar ataupun salah., karena itu pilihlah jawaban yang sesuai dengan

kondisi diri anda sendiri”

Nama:

Kelas:

Wisma:

No. Pernyataan Jawaban

SS S TS STS

1 Saya mengisi waktu luang saya dengan belajar

mempraktikkan keterampilan yang diajarkan di

balai rehabilitasi.

2 Saya memilih keterampilan khusus atas dasar

keinginan saya

3 Jika teman satu wisma berbuat onar saya ikut-

ikutan.

4 Saya mengajak teman satu wisma untuk piket

107

kebersihan

5 Saya merencanakan kegiatan yang akan saya

lakukan esok hari

6 Saya mudah terpengaruh ajakan teman untuk

melanggar aturan yang ditetapkan oleh pihak balai

rehabilitasi

7 Saya menolak ajakan teman yang kurang

bermanfaat

8 Saya tetap melakukan aktivitas yang saya kerjakan

meski orang lain menghinanya

9 Saya berusaha untuk mendahulukan kegiatan yang

telah saya jadwalkan

10 Saya menyusun jadwal kegiatan dalam kurun

waktu tertentu

11 Saya bingung untuk menentukan pilihan kegiatan

12 Dari pada bermain saya mendahulukan kegiatan

yang bermanfaat bagi diri saya

13 Meskipun merugikan diri saya, saya mengikuti

ajakan teman

14 Saya menolak ajakan teman yang kurang

bermanfaat

15 Saya tidak berani menolak ajakan teman, meski

harus melanggar aturan.

16 Saya mengingatkan teman yang bertindak kurang

sopan

17 Saya kurang persiapan ketika mengikuti suatu

kegiatan

18 Jika terjadi keramaian saya cenderung

membiarkan hal tersebut berlalu dengan sendirinya

19 Saya kesulitan untuk mengatur kegiatan yang saya

108

ikuti

20 Jika suasana kelas bimbingan ramai, saya akan

mencoba untuk menenangkannya

21 Saya biarkan berjalan apa adanya kegiatan yang

akan saya lakukan

22 Saya bersedia menjadi ketua wisma

23 Saya tidak memiliki tujuan yang jelas dalam

mengikuti berbagai kegiatan yang tersedia

24 Saya tidak segan-segan menegur teman, jika

mereka membuat kekacauan ketika kegiatan

berlangsung

25 Saya mengajak teman-teman untuk mencari solusi

jika menjumpai permasalah dalam aktivitas yang

sedang kita kerjakan

26 Sebelum bertindak saya memikirkan akibat atas

tindakan saya

27 Saya diam saja jika terjadi perkelahian

28 Saya mempertimbangkan perasaan orang lain

terhadap tindakan yang akan saya kerjakan

29 Saya menyuruh orang lain untuk mengatur kondisi

kelas bimbingan

30 Saya mengikuti berbagai kegiatan yang tersedia

meski saya kesulitan membagi waktunya

31 Saya memikirkan perasaan orang lain sebelum

melakukan suatu tindakan

32 Saran dari orang lain saya jadikan bahan

pertimbangan untuk melakukan suatu tindakan

33 Asalkan kegiatan tersebut dapat membuat saya

senang, akan saya ikuti meski saya belum tahu

seutuhnya.

109

34 Jika terjadi keributan saya pergi untuk menghindar

35 Jika ada permasalahan dengan anggota wisma

lainnya, tanpa pikir panjang saya akan

menyelesaikannya dengan kekerasan

36 Saya lebih memilih diam daripada ikut

menenangkan kondisi kelas bimbingan yang ramai

37 Sebelum saya benar-benar mengikuti kegiatan saya

diskusikan terlebih dahulu dengan pendamping

wisma

38 Saya asal-asalan dalam memilih keterampilan yang

disediakan oleh pihak balai rehabilitasi

39 Informasi dari orang lain sangat membantu saya

dalam memilih kegiatan yang akan saya kerjakan

40 Pendidikan dibalai rehabilitasi ini sangat membantu

saya dalam kehidupan bersosial

41 Saya tidak terbiasa memikirkan dampak dari

tindakan yang akan saya kerjakan

42 Saya cuek dengan kegiatan yang saya ikuti

43 Saya tidak peduli dengan akibat perbuatan saya

terhadap orang lain

44 Saya enggan mengikuti kegiatan yang tidak jelas

arah dan tujuannya

45 Sebelum bertindak sesuatu, saya memperkirakan

dampak atas tindakan saya

46 Sampai sekarang saya masih belum mengerti

tujuan saya berada di balai rehabilitasi mandiri

47 Saya sulit untuk memikirkan akibat atas tindakan

yang saya kerjakan

48 Daripada menghabiskan waktu dijalanan saya lebih

senang belajar keterampilan tertentu dibalai

110

rehabilitasi ini.

49 Saya kecewa mengikuti kegiatan yang kurang jelas

informasinya

50 Saya berani mengikuti kegiatan tertentu, setelah

memperoleh informasi yang lengkap dan

terpercaya

51 Kehadiran saya dalam mengikuti pembelajaran

disebabkan saya memerlukan keterampilan tersebut

52 Meski saya saya tidak membutuhkan keterampilan

yang tersedia di balai namun saya masih

mengikutinya

53 Saya lebih senang menghabiskan waktu luang saya

dengan melakukan kegiatan yang bermanfaat

54 Meski saya penasaran dengan penjelasan yang

dijelaskan oleh orang lain, namun saya lebih

memilih untuk diam daripada bertanya

55 Saya memaksakan diri untuk mengikuti kegiatan

meski hal tersebut diluar kemampuan yang saya

miliki

56 Kegiatan tambahan yang saya ikuti bukan karena

paksaan dari pendamping wisma melainkan saya

sangat memerlukan kegiatan tersebut

57 Setiap kegiatan yang saya ikuti, saya sudah

memiliki gambaran tentang kegiatan tersebut

58 Keterampilan yang saya pilih saya sesuaikan

dengan kemampuan yang saya miliki

59 Aktivitas yang saya kerjakan hanya membuang-

buang waktu saja

60 Ketika ada tawaran untuk bekerja atau magang

saya akan mencoba untuk mengikutinya

111

61 Saya tidak menyesali ketarampilan yang saya

tekuni di balai rehabilitasi ini

62 Saya berada di balai rehabilitasi ini karena di paksa

oleh pihak lain.

63 Saya dapat mengikuti proses pelatihan

keterampilan dengan baik

64 Saya mengikuti ajakan teman, meski hal tersebut

tidak memberikan manfaat sama sekali bagi diri

saya

65 Di balai ini, saya memiliki banyak kesempatan

untuk menambah pengetahuan

66 Ketika penyampaian materi berlangsung saya lebih

suka mengobrol dengan teman

67 Saya kurang berani menolak ajakan teman yang

merugikan diri saya sendiri

68 Berada di balai rehabilitasi ini saya justru merasa

terhambat untuk mencari pekerjaan.

69 Jika ada kesempatan untuk bertanya dalam proses

pelatihan keterampilan, saya cenderung untuk

memendam pertanyaan saya

70 Saya akan bersabar untuk melakukan aktifitas yang

sedang saya kerjakan

71 Saya mempertimbangkan kemampuan saya setiap

kali akan mengikuti suatu kegiatan

72 Jika ada tawaran untuk mengikuti suatu kegiatan

pelatihan keterampilan, saya cenderung untuk

menolaknya terlebih dahulu sebelum saya

mengetahuinya

73 Saya mengalami banyak kesulitan ketika proses

pelatihan keterampilan berlangsung

112

74 Saya menyukai berbagai jenis kegiatan yang

tersedia di balai ini, namun saya malas untuk

mengikutinya

75 Selama berada di balai ini, saya pergunakan

pergunakan waktu saya untuk mengasah

keterampilan saya.

76 Saya asal-asalan dalam memilih keterampilan yang

disediakan tanpa mempertimbangakan kemampuan

yang saya miliki

77 Saya membiarkan begitu saja kesempatan untuk

mengikuti pelatihan keterampilan meski tidak

dipungut biaya

78 Saya memilih kegiatan hanya untuk mengisi waktu

luang saja daripada untuk melatih keterampilan

yang saya miliki

79 Selagi saya berada disini saya manfaatkan untuk

memperoleh informasi guna perencanaan masa

depan

80 Saya memilih untuk mengikuti kegiatan yang

memungkinkan bagi saya kerjakan daripada harus

memaksakan diri

Semarang,

Responden

113

PERHITUNGAN RELIABILITAS SKALA PENGENDALIAN DIRI

Rumus

:

Kriteria

:

Apabila r11 > r tabel, maka angket tersebut reliabel

Perhitungan :

1. Varians total

st

2 =

1751158 - 1734726,53

30

= 547,716

2. Varians butir

Ssb12

= 0 - 326,70 = -10,890

30

Ssb22

= 367 - 353,63 = 0,446

30

114

Ssb32

= 272 - 258,13 = 0,462

30

Ssb562

= 300 - 282,13 = 0,596

30

Ssb2

= 0,410 + 0,446 + 0,462 + ... + 0,596

= 33,729

3. Koefisien reliabilitas

r11 = 80

1 -

33,729

80 - 1

547,716

= 0,929016

Pada a = 5% dengan n = 30, diperoleh r tabel = 0,361

Karena r11 > r tabel maka dapat disimpulkan bahwa skala tersebut reliabel

115

Kisi-Kisi Instrumen Skala Pengendalian Diri Penerima Manfaat

Variabel Indikator Deskriptor Item

+ -

Pengendalian

Diri

Penerima

Manfaat

1. Kontrol

perilaku

(Behavior

control

Menentukan kegiatan atas dasar

inisiatif pribadi

1,2,7 3,5,9

Membuat prioritas kegiatan 4,7, 8 11,13, 15

Mampu mengendalikan

keadaan

10,14,16,

17

12, 19,

20, 24

2. Kontrol

Kognitif

(Cognitive

control)

Melakukan pertimbangan

sebelum bertindak

18, 21, 22 25 , 27,

30, 32

Memilih kegiatan berdasarkan

informasi yang telah jelas

26, 28,33,

37

23, 31 ,

34, 36,41

3.

Mengontrol

keputusan

(Decision

control)

Memilih kegiatan yang sesuai

dengan kebutuhan

29, 38, 43,

40

35, 39,

45, 48

Memilih kegiatan sesuai dengan

kemampuan

44 , 47,

49,54,62

42, 56,60

Mampu memanfaatkan

peluang

46, 50,52

58,61

51, 53,

59,55,57

116

LAMPIRAN 7

INSTRUMET PENELITIAN

Kepada

Yth. Penerima manfaat

Di Balai Rehabilitasi Mandiri Semarang II

Dengan hormat

Pertama-tama kami haturkan mohon maaf karena mengganggu aktifitas anda semua.

Pada kesempatan ini, peneliti mengharapkan kerja sama anda sekalian guna mengisi skala

psikologis secara suka rela dan apa adanya. Tanggapan saudara tidak berpengaruh terhadap

kegiatan yang sedang anda kerjakan di balai rehabilitasi dan tanggapan yang saudara berikan

dijamin kerahasiannya.

Skala ini bertujuan untuk mengumpulkan data awal terkait dengan pengendalian diri

yang saudara miliki. Data yang diperoleh akan dipergunakan sebagai bahan pertimbangan untuk

pemberian layanan bimbingan kelompok. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

konstribusi yang berarti terhadap kebijakan yang berlaku di lingkungan balai rehabilitasi.

Saudara diharapkan memberikan tenggapan terhadap semua butir pernyataan yang tersedia yang

terdiri dari 80 butir.

Akhirnya, terimakasih atas kerjasama yang anda lakukan. Semoga data yang anda berikan

dapat memberikan konstribusi yang berarti terhadap pengembangan diri kita. Amin

Hormat kami,

Peneliti

Petunjuk pengisian :

Bacalah setiap pernyataan dibawah ini dengan seksama kemudian berikan jawaban anda pada

kolom yang disediakan dengan memberi tanda cek () :

117

SS, Apabila pernyataan tersebut Sangat sesuai dengan keadaan yang saudara rasakan

S, Apabila pernyataan tersebut sesuai dengan keadaan yang saudara rasakan

TS, Apabila pernyataan tersebut tidak setuju dengan keadaan yang saudara rasakan

STS, Apabila pernyataan tersebut sangat tidak setuju dengan keadaan yang saudara rasakan

Contoh pengisian :

No Pernyataan SS S TS STS

- Saya sering menyelesaikan masalah dengan

kekerasan

Jika pernyataan tersebut sangat sesuai dengan kondisi yang terjadi pada diri anda, maka berilah

tanda chek pada kolom “sangat sesuai”

“Tidak ada jawaban yang benar ataupun salah., karena itu pilihlah jawaban yang sesuai dengan

kondisi diri anda sendiri”

118

Nama:

Kelas:

Wisma:

No. Pernyataan Jawaban

SS S TS STS

1 Saya mengisi waktu luang saya dengan belajar

mempraktikkan keterampilan yang diajarkan di

balai rehabilitasi.

2 Saya memilih keterampilan khusus atas dasar

keinginan saya

3 Jika teman satu wisma berbuat onar saya ikut-

ikutan.

4 Saya merencanakan kegiatan yang akan saya

lakukan esok hari

5 Saya mudah terpengaruh ajakan teman untuk

melanggar aturan yang ditetapkan oleh pihak balai

rehabilitasi

6 Saya menolak ajakan teman yang kurang

bermanfaat

7 Saya berusaha untuk mendahulukan kegiatan yang

telah saya jadwalkan

8 Dari pada bermain saya mendahulukan kegiatan

yang bermanfaat bagi diri saya

9 Meskipun merugikan diri saya, saya mengikuti

ajakan teman

10 Saya mengingatkan teman yang bertindak kurang

sopan

11 Saya kurang persiapan ketika mengikuti suatu

kegiatan

119

12 Jika terjadi keramaian saya cenderung

membiarkan hal tersebut berlalu dengan sendirinya

13 Saya kesulitan untuk mengatur kegiatan yang saya

ikuti

14 Jika suasana kelas bimbingan ramai, saya akan

mencoba untuk menenangkannya

15 Saya biarkan berjalan apa adanya kegiatan yang

akan saya lakukan

16 Saya tidak segan-segan menegur teman, jika

mereka membuat kekacauan ketika kegiatan

berlangsung

17 Saya mengajak teman-teman untuk mencari solusi

jika menjumpai permasalah dalam aktivitas yang

sedang kita kerjakan

18 Sebelum bertindak saya memikirkan akibat atas

tindakan saya

19 Saya diam saja jika terjadi perkelahian

20 Saya menyuruh orang lain untuk mengatur kondisi

kelas bimbingan

21 Saya memikirkan perasaan orang lain sebelum

melakukan suatu tindakan

22 Saran dari orang lain saya jadikan bahan

pertimbangan untuk melakukan suatu tindakan

23 Asalkan kegiatan tersebut dapat membuat saya

senang, akan saya ikuti meski saya belum tahu

seutuhnya.

24 Jika terjadi keributan saya pergi untuk menghindar

25 Jika ada permasalahan dengan anggota wisma

lainnya, tanpa pikir panjang saya akan

menyelesaikannya dengan kekerasan

120

26 Sebelum saya benar-benar mengikuti kegiatan saya

diskusikan terlebih dahulu dengan pendamping

wisma

27 Saya asal-asalan dalam memilih keterampilan yang

disediakan oleh pihak balai rehabilitasi

28 Informasi dari orang lain sangat membantu saya

dalam memilih kegiatan yang akan saya kerjakan

29 Pendidikan dibalai rehabilitasi ini sangat membantu

saya dalam kehidupan bersosial

30 Saya tidak terbiasa memikirkan dampak dari

tindakan yang akan saya kerjakan

31 Saya cuek dengan kegiatan yang saya ikuti

32 Saya tidak peduli dengan akibat perbuatan saya

terhadap orang lain

33 Saya enggan mengikuti kegiatan yang tidak jelas

arah dan tujuannya

34 Sampai sekarang saya masih belum mengerti

tujuan saya berada di balai rehabilitasi mandiri

35 Daripada menghabiskan waktu dijalanan saya lebih

senang belajar keterampilan tertentu dibalai

rehabilitasi ini.

36 Saya kecewa mengikuti kegiatan yang kurang jelas

informasinya

37 Saya berani mengikuti kegiatan tertentu, setelah

memperoleh informasi yang lengkap dan

terpercaya

38 Kehadiran saya dalam mengikuti pembelajaran

disebabkan saya memerlukan keterampilan tersebut

39 Meski saya saya tidak membutuhkan keterampilan

yang tersedia di balai namun saya masih

121

mengikutinya

40 Saya lebih senang menghabiskan waktu luang saya

dengan melakukan kegiatan yang bermanfaat

41 Meski saya penasaran dengan penjelasan yang

dijelaskan oleh orang lain, namun saya lebih

memilih untuk diam daripada bertanya

42 Saya memaksakan diri untuk mengikuti kegiatan

meski hal tersebut diluar kemampuan yang saya

miliki

43 Kegiatan tambahan yang saya ikuti bukan karena

paksaan dari pendamping wisma melainkan saya

sangat memerlukan kegiatan tersebut

44 Keterampilan yang saya pilih saya sesuaikan

dengan kemampuan yang saya miliki

45 Aktivitas yang saya kerjakan hanya membuang-

buang waktu saja

46 Ketika ada tawaran untuk bekerja atau magang

saya akan mencoba untuk mengikutinya

47 Saya tidak menyesali ketarampilan yang saya

tekuni di balai rehabilitasi ini

48 Saya berada di balai rehabilitasi ini karena di paksa

oleh pihak lain.

49 Saya dapat mengikuti proses pelatihan

keterampilan dengan baik

50 Di balai ini, saya memiliki banyak kesempatan

untuk menambah pengetahuan

51 Ketika penyampaian materi berlangsung saya lebih

suka mengobrol dengan teman

52 Berada di balai rehabilitasi ini saya justru merasa

terhambat untuk mencari pekerjaan.

122

53 Jika ada kesempatan untuk bertanya dalam proses

pelatihan keterampilan, saya cenderung untuk

memendam pertanyaan saya

54 Saya mempertimbangkan kemampuan saya setiap

kali akan mengikuti suatu kegiatan

55 Jika ada tawaran untuk mengikuti suatu kegiatan

pelatihan keterampilan, saya cenderung untuk

menolaknya terlebih dahulu sebelum saya

mengetahuinya

56 Saya mengalami banyak kesulitan ketika proses

pelatihan keterampilan berlangsung

57 Saya menyukai berbagai jenis kegiatan yang

tersedia di balai ini, namun saya malas untuk

mengikutinya

58 Selama berada di balai ini, saya pergunakan

pergunakan waktu saya untuk mengasah

keterampilan saya.

59 Saya membiarkan begitu saja kesempatan untuk

mengikuti pelatihan keterampilan meski tidak

dipungut biaya

60 Saya memilih kegiatan hanya untuk mengisi waktu

luang saja daripada untuk melatih keterampilan

yang saya miliki

61 Selagi saya berada disini saya manfaatkan untuk

memperoleh informasi guna perencanaan masa

depan

62 Saya memilih untuk mengikuti kegiatan yang

memungkinkan bagi saya kerjakan daripada harus

memaksakan diri

Semarang,

Responden

123

SATUAN LAYANAN

BIMBINGAN DAN KONSELING

A. Topik Permasalahan : Topik Tugas (Ketegasan)

B. Bidang Bimbingan : Bidang Sosial

C. Jenis Layanan : Layanan Bimbingan Kelompok

D. Fungsi Layanan : Pemahaman dan Pengembangan

E. Tujuan Layanan

Tujuan umum : Mengembangkan kemampuan sosialisasi PM dalam bersikap tegas

terhadap ajakan orang lain yang kurang bermanfaat.

Tujuan khusus : Anggota kelompok memahami konsep tentang ketegasan,

manfaat memiliki ketegasan, menggunakan sikap tegas pada

situasi yang tepat.

F. Hari/Tanggal pelaksanaan : Senin, 10 Desember 2012

G. Sasaran Layanan : Kelompok eksperimen

H. Uraian Kegiatan :

a. Tahap Pembentukan:

a. Mengucapkan salam dan ucapan terimakasih

b. Menyakan kabar dan kondisi anggota kelompok .

c. Bersama anggota kelompok memastikan waktu pelaksanaan kegiatan Bkp

b. Tahap Peralihan

a. Menanyakan kesiapan anggota kelompok karena kegiatan inti akan segera

dilakukan.

b. Berdoa bersama sebelum melaksanakan kegiatan inti Bkp

c. Memberikan topik yang akan dibahas saat tahap kegiatan.

3. Tahap Pelaksanaan

a. Menjabarkan materi dalam beberapa subtopik yang akan dibahas, meliputi:

1) Arti ketegasan

2) Manfaat memiliki ketegasan

3) Dampak tidak memiliki ketegasan dalam pergaulan

b. Mempersilahkan anggota kelompok jika ada yang ingin menambahkan subtopik

pembahasan.

124

c. Tanya jawab dan diskusi

4. Tahap pengakhiran

a. Memberitahukan kepada anggota kelopok bahwa kegiatan Bimbingan Kelompok

akan segera berakhir.

b. Pemimpin kelompok dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan harapan

mengenai kegiatan Bimbingan Kelompok

c. Pemimpin kelompok meminta anggota kelompok untuk mengisi LAISEG.

d. Pemimpin dan anggota kelompok menyepakati untuk pertemuan selanjutnya

e. Menutup kegiatan dengan berdoa bersama

I. Materi Pembahasan : Ketegasan

J. Metode : Diskusi, ceramah, dan tanya jawab

K. Alokasi Waktu : 1x45 menit

L. Penyelenggara Layanan : Praktikan

M. Alat dan Perlengkapan : Alat tulis

N. Rencana Penilaian dan Tindak Lanjut :

1. Rencana Penilaian:

a) Penilaian proses, dilakukan dengan mengamati keaktifan anggota kelompok

dalam mengikuti kegiatan bimbingan kelompok.

b) Penilaian hasil, dilakukan dengan membarikan angket berupa penilaian segera

(laiseg) terhadap

2. Tindak lanjut: Melaksanakan layanan bimbingan kelompok

O. Keterkaitan layanan ini dengan kegiatan pendukung: -

Catatan Khusus: -

Semarang, 10 Desember 2012

Mengetahui,

Konselor Pamong, Praktikan

Siti Rahayu, S.Pd Galih Fajar Fadillah

NIP. 19620302 198303 2 019 NIM. 1301408017

125

Lampiran 11

ANALISIS UJI WILCOXON

Analisis yang digunakan untuk mengetahui layanan bimbingan kelompok dapat merubah

tingkat pengendalian diri pada penerima manfaat, dapat diketahui melalui hasil pre test dan post test

dengan menggunakan uji wilcoxon. Dalam penenlitian ini jumlah subyeknya adalah 10 orang

(kurang dari 25) maka distribusi data tidak normal sehingga tidak menggunakan rumus z tetapi

menggunakan tabel penolong uji wilcoxon.

Tabel Penolong Untuk Uji Wilcoxon Self Disclosure

Kode

Responden

Pre-test

(X1)

Post-test

(X2)

Beda

(X2-X1)

Tanda Jenjang

Jenjang + -

SW 104 157 53 5 5 0

CN 96 163 67 8 8 0

AW 135 193 58 6,5 6,5 0

MT 102 170 68 9 9 0

AN 141 188 47 1,5 1,5 0

MS 100 170 70 10 10 0

ST 157 204 47 1,5 1,5 0

SP 131 181 50 3 3 0

IS 110 168 58 6,5 6,5 0

MZ 156 207 51 4 4 0

Jumlah 55 0

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan analisis uji wilcoxon diperoleh jumlah jenjang

sebesar = 55 dan t tabel = 8. Jumlah jenjang (55) > t tabel (8) dengan demikian maka Ha

diterima dan Ho ditolak. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pengendalian diri yang dimiliki oleh

penerima manfaat mengalami perubahan setelah mereka mengikuti layanan bimbingan

kelompok. Dengan kata lain, layanan bimbingan kelompok telah berhasil merubah tingkat

pengendalian diri penerima manfaat.

126

TABEL HASIL EVALUASI PENILAIAN SEGERA (UCA)

LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK

Pertemuan : 1

Topik : Memahami orang lain

Hari, tanggal : Selasa, 20 November 2012

No Anggota

Aspek penilaian segera (UCA)

Pemahaman (Understanding) Perasaan

(Comfortable)

Tindakan yang akan

dilakukan (Action)

1.

SW

Menjadi paham tentang

memahami orang lain

Senang Berusahan menjadi

pribadi yang baik

2.

CN

Tahu tentang manfaat

memiliki pemahaman tentang

orang lain

Puas Mencoba untuk

mendengarkan orang lain

3.

AW

Mengerti cara memahami

orang lain

Puas Mengurangi sikap egois

4.

MT

Memahami makna tentang

pemahaman orang lain

Senang Belajar untuk mengrerti

orang lain

5.

AN

Memiliki banyak keuntungan

jika bisa memahami orang lain

Bahagia Akan bersikap lebih baik

lagi dalam pergaulan

6.

MS

Mengerti tentang cara

memahami orang lain

Dapat

pengalaman

Mencoba untuk memhami

orang lain

7.

ST

Memahami orang lain

merupakan sesuatu hal yang

penting dalam pergaulan

Senang

berdiskusi

Membiasakan diri untuk

mengerti orang lain

8.

SP

Harus lebih memahami orang

lain

Senang Memahami orang lain

dengan baik

9.

IS

Menjadi seseorang yang dapat

memahami orang lain

Senang Akan meningkatkan

pemahaman tentang orang

lain

10.

MZ

Memahami orang lain

merupakan keharusan yang

harus dikerjakan

Senang Mencoba untuk

membiasakan diri

memahami orang lain

TABEL HASIL EVALUASI PENILAIAN SEGERA (UCA)

LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK

Pertemuan : 2

Topik : Sabar

127

Hari, tanggal : Kamis, 23 November 2012

No Anggota

Aspek penilaian segera (UCA)

Pemahaman (Understanding) Perasaan

(Comfortable)

Tindakan yang akan

dilakukan (Action)

1.

SW

Mengerti manfaat memiliki

kesabaran

Bahagia Mencoba untuk lebih

bersabar

2.

CN

Memahami cara

meningkatkan kesabaran

Senang Melatih kesabaran

3.

AW

Banyak keuntungan jika

bersabar

Biasa saja Tidak tergesa-gesa dalam

mengambil sebuah

keputusan

4.

MT

Mengetahui bagaimana cara

untuk melatih kesabarn

Puas Melatih kesabaran

5.

AN

Memahami tentang kesabaran Bahagia Belajar untuk lebih

bersabar

6.

MS

Memahami kerugian jika

tergesa-gesa

Senang Berlatih untuk lebih

berabar

7.

ST

Mengetahui cara

meningkatkan kesabaran

Puas Bersikap sewajarnya

8.

SP

Mengetahui situasi-situasi

yang tepat untuk bersabar

Senang Melatih kesabaran

9.

IS

Mengetahu cara melatih

kesabaran

Dapat

pengalaman

Mencoba untuk berfikir

terlebih dahulu sebelum

bertindak

10.

MZ

Memahami situasi yang tepat

untuk bersabar

Senang Mencoba untuk bersikap

bersabar sewajarnya

TABEL HASIL EVALUASI PENILAIAN SEGERA (UCA)

LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK

Pertemuan : 3

Topik : Penyesuaian diri

Hari, tanggal : Selasa, 27 November 2012

No Anggota

Aspek penilaian segera (UCA)

Pemahaman (Understanding) Perasaan

(Comfortable)

Tindakan yang akan

dilakukan (Action)

1.

SW

Menjadi paham tentang

penyesuaian diri

Menyenangkan Belajar untuk

meningkatkan

penyesuaian diri

128

2.

CN

Mengetahui makna penyesuaian

diri

Puas Melatih diri untuk cepat

menyesuaikan diri

terhadap lingkungan

3.

AW

Memhamia manfaat memiliki

Penyesuaian diri yang baik

Senang Mencoba untuk

menyesuaiakn diri di

berbagai situasi

4.

MT

Penyesuaian diri pada remaja

yang benar akan memberi

dampak yang baik

Bahagia Akan bersikap lebih baik

lagi

5.

AN

Penyesuaian diri setiap orang

berbeda-beda

Senang Mencoba untuk

menyesuaikan diri dengan

baik

6.

MS

Mengerti tentang penyesuaian

diri

Senang Berlatih untuk

meningkatkan

penyesuaian diri

7.

ST

Penyesuaian diri yang harus

ditingkatkan

Meneyenangkan Bersikap terbuka

8.

SP

Harus lebih meningkatkan

penyesuaian diri

Senang Bersikap lebih baik lagi

9.

IS

Penyesuaian diri yang cocok

untuk remaja

Puas Menyesuaikan diri sesuai

dengan perkembangan

usia

10.

MZ

Penyesuaian diri mempengrahui

kehidupan seseorang

Menyenangkan Berlatik untuk fokus pada

penyesuaian diri di

lingkungan yang baru

TABEL HASIL EVALUASI PENILAIAN SEGERA (UCA)

LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK

Pertemuan : 4

Topik : Tanggungjawab

Hari, tanggal : Kamis, 29 November 2012

No Anggota

Aspek penilaian segera (UCA)

Pemahaman (Understanding) Perasaan

(Comfortable)

Tindakan yang akan

dilakukan (Action)

1.

SW

Memahami makna

tanggungjawab

Puas Berlaith untuk lebih

bertanggung jawab

2.

CN

Mengerti manfaat memiliki

tanggungjawab

Nyaman Berlatih meningkatkan

tanggung jawab

3.

AW

Memahami cara

meningkatkan tanggungjawab

Menyenangkan Bersikap lebih realitasi

4.

MT

Mengerti manfaat

tanggungjawab

Senang dapat

pemahaman baru

Mencoba untuk berlatih

lebih tanggungjawab lagi

5.

AN

Memahami cara untuk melatih

tanggung jawab

Senang karena

menambah

Mengikuti kegiatan yang

melatih tanggung jawab

129

wawasan

6.

MS

Tanggungjawab memberikan

pengeruh terhadap cara

seseorang bertindak

Dapat

pengalaman

Balajar untuk melatih

tanggungjawab

7.

ST

Tanggungjawab berpengaruh

terhadap masa depan

Senang

berdiskusi

Mengikuti kegiatan

dengan sungguh-sungguh

8.

SP

Tanggung jawab merupakan

amanah

Antusias Tidak menghindar dari

tanggungjawab yang

diberikan

9.

IS

Tanggung jawab dapat dilatih

dan dikembangkan

Dapat

pengalaman

Lebih berani dalam

bersikap

10.

MZ

Tanggung jawab memberikan

dampak terhadap kesuksessan

Bersemangat Bersikap untuk lebih

realitis

TABEL HASIL EVALUASI PENILAIAN SEGERA (UCA)

LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK

Pertemuan : 5

Topik : Perencanaa

Hari, tanggal : Selasa, 4 Desember 2012

No Anggota

Aspek penilaian segera (UCA)

Pemahaman (Understanding) Perasaan

(Comfortable)

Tindakan yang akan

dilakukan (Action)

1.

SW

Memahami tentang arti dari

perencanaan

Seru Membuat perencanaan

2.

CN

Memahami makna membuat

perencanaan

Senang Memiliki perencanaan

sebelum bertindak

3.

AW

Mengerti manfaat dari sebuah

perencanaan

Menyenangkan Merencanakan kegiatan

untuk esok hari

4.

MT

Perencanaan erat kaitannya

dengan persiapan

Puas Memiliki perencanaan

5.

AN

Perencanaan dapat

meningkatkan rasa percaya

diri

Senang dapat

pemahaman baru

Mencoba untuk

melakukan kegiatan yang

telah direncanakan

6.

MS

Merencanakan segala sesuatu

merupakan hal yang penting

Bahagia Membuat perencanaan

7.

ST

Pentingnya memiliki

perncanaan dalam hidup

Menyenangkan Melatih diri untuk

menlakukan kegiatan

yang telah direncanalan

8. SP Perencanaan menunjukkan Senang Belajar untuk

130

kesiapan seseorang merencanakan kegiatan

9.

IS

Kelemahan seseorang jika

tidak memiliki perencanaan

Dapat

pengalaman

Membuat perencanaan

untuk masa depan

10.

MZ

Perencanaan membantu

seseorang untuk

mempersiapkan diri atas

segala kemungkinan.

Sangat

menyenangkan

Berlatih untuk

merencanakan kegiatan

TABEL HASIL EVALUASI PENILAIAN SEGERA (UCA)

LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK

Pertemuan : 6

Topik : Memanfaatkan peluang

Hari, tanggal : Kamis, 6 Desember 2012

No Anggota

Aspek penilaian segera (UCA)

Pemahaman (Understanding) Perasaan

(Comfortable)

Tindakan yang akan

dilakukan (Action)

1.

SW

Memahami makna peluang Senang Lebih aktif dalam

mengikuti kegiatan

bimbingan

2.

CN

Mengerti manfaat sebuah

peluang atau kesempatan

Lucu dan seru Mencari informasi

lapangan kerja

3.

AW

Mengetahui bagaimana cara

untuk menyikapi peluang

Menyenangkan

dan asik

Bersikap lebih sopan

4.

MT

Memahami manfaat sebuah

kesempatan

Menyenangkan Berfikir terbuka

5.

AN

Mengetahui cara memperoleh

kesempatan atau peluang

Senang dapat

pemahaman baru

Membuka diri

6.

MS

Memahamai makna sebuah

kesempatan atau peluang

Bahagia dan seru Mencari informasi

7.

ST

Mengerti tentang peluang Menyenangkan

dan lucu

Belajar untuk bersikap

lebih baik

8.

SP

Memahami manfaat

mengambil sebuah peluang

atau kesempatan

Senang dapat

pemahaman baru

Mencari informasi

sebanyak-banyaknya

9.

IS

Memahami menyikapi sebuah

peluang

Dapat

pengalaman baru

Mengikuti kegiatan yang

disediakan oleh pihak

balai

10.

MZ

Memanfaatkan sebuah

kesempatan

Sangat

menyenangkan

Mencari informasi

pekerjaan

131

TABEL HASIL EVALUASI PENILAIAN SEGERA (UCA)

LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK

Pertemuan : 7

Topik : Berani bersikap tegas

Hari, tanggal : Senin, 10 Desember 2012

No Anggota

Aspek penilaian segera (UCA)

Pemahaman (Understanding) Perasaan

(Comfortable)

Tindakan yang akan

dilakukan (Action)

1.

SW

Memahami peranan ketegasan

dalam pergaulan

Senang Memiliki pendirian dalam

pergaulan

2.

CN

Mengetahui manfaat memiliki

ketegasan

Senang Menolak ajakan teman

yang kurang bermanfaat

3.

AW

Ketegasan diperlukan dalam

pergaulan

Menyenangkan Berlatih untuk bersikap

tegas dalam pergaulan

4.

MT

Mengerti cara melatih

ketegasan

Menyenangkan Belajar untuk menolak

ajakan buruk teman

5.

AN

Memahami keberanian dalam

ketegasam

Menyenangkan Berlatih untuk

menyampaikan keinginan

6.

MS

Mengerti manfaat ketegasan Bahagia Menolak ajakan teman

yang buruk

7.

ST

Mampu menjelasakan tentang

makna ketegasan

Menyenangkan Belajar untuk memiliki

pendirian yang kuat

8.

SP

Memiliki wawawan tentang

ketegasan

Senang Belajar untuk

mengungkapkan pendapat

9.

IS

Memiliki ketahuan baru untuk

meningkatakan ketegasan

dalam pergaulan

Sangat

menyenangkan

Berlatih untuk menolak

ajakan teman yang buruj

10.

MZ

Mampu menjelaskan konsep

ketegasan dalam bergaul

Senang Berlatih untuk bersikap

tegas dalam pergaulan

TABEL HASIL EVALUASI PENILAIAN SEGERA (UCA)

LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK

Pertemuan : 8

132

Topik : Berani dalam mengambil keputusan

Hari, tanggal : Kamis, 13 Desember 2012

No Anggota

Aspek penilaian segera (UCA)

Pemahaman (Understanding) Perasaan

(Comfortable)

Tindakan yang akan

dilakukan (Action)

1.

SW

Mampu memaknai tentang

pengambilan keputusan

Menyenangkan Mengambil keputusan

dengan pertimbangan

yang dimiliki

2.

CN

Mengetahui pertimbangan

dalam mengambil sebuah

keputusan

Sangat senang Menggunakan

pertimbangan dalam

mengambil keputusan

3.

AW

Mengerti makna dalam

mengambil keputusan

Dapat bertukar

pendapat

Berfikir untung dan

ruginya sebelum

mengambil keputusan

4.

MT

Mengetahui pertimbangan

dalam mengambil keputusan

Bahagia Mengambil keputusan

dengan pertimbangan

yang dimiliki

5.

AN

Memiliki wawasan baru

tentang pengambilan

keputusan

Menyenangkan Mencari informasi

terlebih dahulu sebelum

mengambil keputusan

6.

MS

Memiliki wawasan tentang

pengambilan keputusan

Senang Meminta masukan dan

pertimbangan dari orang

lain sebelum mengambil

keputusan

7.

ST

Mengerti makna dalam

mengambil sebuah keputusan

Menyenangkan Mempertimbangan

berbagai hal dalam

mengambil keputusan

8.

SP

Mengetahui manfaat dalam

mengambil sebuah keputusan

Senang Mengambil keputusan

dengan pertimbangan

yang dimiliki

9.

IS

Memiliki banyak

pertimbangan dalam

mengambil keputusan

Sangat

menyenangkan

Mencari informasi secara

lengkap sebelum

mengambil sebuah

keputusan

10.

MZ

Memiliki wawasan dalam

mengambil keputusan

Menyenangkan Mengambil keputusan

dengan pertimbangan

yang dimiliki

133

Dokumentasi

134