uji pre

9
Uji pre-klinik Nodiar memiliki khasiat sebagai anti diare nonspesifik. Fitofarmaka ini mengandung Attapulgite 300 mg, ekstrak Psidii folium (daun jambu biji) 50 mg, ekstrak Rhizoma Curcuma domesticae (rimpang kunyit) 7,5 mg. Dosis yang digunakan adalah 2 kapsul sesudah buang air besar, maksimal 3x sehari. Jika dosis sebanyak 2 kapsul dikonversikan ke dosis hewan uji berupa tikus dengan berat 200 g, maka: dosis=(70 kg)/(60 kg)×715 mg×0,018=15,015 mg/200g tikus. =0,075 mg/gBB tikus. Jika diketahui berat tikus adalah 210 g, maka dosisnya menjadi: dosis=(0,075 mg)⁄g×210 g=15,75 mg kapsul=(15,75 mg)/(357,5 mg)×1 kapsul=0,044 kapsul Jadi, dosis 15,75 mg setara dengan 0,044 kapsul. Maka, tikus dengan berat 210 g memerlukan 0,044 kapsul. Daun jambu biji merupakan komposisi utama pada fitofarmaka ini karena berdasarkan pengalaman empiric, tanaman ini dapat menghentikan diare. Dosis empiriknya sebanyak 9 lembar daun jambu biji dibuat infusa bersama dengan kunyit sebanyak 1 jari, 4 butir biji kedawung (disangrai), 4 g rasuk angin, 110 ml air. Diminum 2 kali sehari, yaitu pagi dan sore. Setiap kali minum 100 ml, dan diulang selama 4 hari. Berdasarkan penelitian, daun jambu biji mengandung total minyak 6% dan minyak atsiri 0,365%; 3,15% resin; 8,5% tannin, dan lain-lain. Komposisi utama minyak atsiri yaitu pinene limonene, menthol, terpenyl acetate, isopropyl alcohol, longicyclene, caryophyllene, bisabolene, caryophyllene oxide, copanene, farnesene, humulene, selinene, cardinene dan curcumene. Minyak atsiri dari daun jambu biji juga mengandung nerolidiol, sitosterol, ursolic, crategolic, dan guayavolic

Upload: ozhyblanksuck

Post on 24-Oct-2015

47 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Uji pre

Uji pre-klinik

Nodiar memiliki khasiat sebagai anti diare nonspesifik.

Fitofarmaka ini mengandung

Attapulgite 300 mg,

ekstrak Psidii folium (daun jambu biji) 50 mg,

ekstrak Rhizoma Curcuma domesticae (rimpang kunyit) 7,5 mg.

Dosis yang digunakan adalah 2 kapsul sesudah buang air besar, maksimal 3x sehari.

Jika dosis sebanyak 2 kapsul dikonversikan ke dosis hewan uji berupa tikus dengan berat 200 g, maka:

dosis=(70 kg)/(60 kg)×715 mg×0,018=15,015 mg/200g tikus. =0,075 mg/gBB tikus.

Jika diketahui berat tikus adalah 210 g, maka dosisnya menjadi: dosis=(0,075 mg)⁄g×210 g=15,75 mgkapsul=(15,75 mg)/(357,5 mg)×1 kapsul=0,044 kapsul

Jadi, dosis 15,75 mg setara dengan 0,044 kapsul. Maka, tikus dengan berat 210 g memerlukan 0,044 kapsul.

Daun jambu biji merupakan komposisi utama pada fitofarmaka ini karena berdasarkan pengalaman empiric, tanaman ini dapat menghentikan diare. Dosis empiriknya sebanyak 9 lembar daun jambu biji dibuat infusa bersama dengan kunyit sebanyak 1 jari, 4 butir biji kedawung (disangrai), 4 g rasuk angin, 110 ml air. Diminum 2 kali sehari, yaitu pagi dan sore. Setiap kali minum 100 ml, dan diulang selama 4 hari.

Berdasarkan penelitian, daun jambu biji mengandung total minyak 6% dan minyak atsiri 0,365%; 3,15% resin; 8,5% tannin, dan lain-lain. Komposisi utama minyak atsiri yaitu pinene limonene, menthol, terpenyl acetate, isopropyl alcohol, longicyclene, caryophyllene, bisabolene, caryophyllene oxide, copanene, farnesene, humulene, selinene, cardinene dan curcumene. Minyak atsiri dari daun jambu biji juga mengandung nerolidiol, sitosterol, ursolic, crategolic, dan guayavolic acids. Selain itu juga mengandung minyak atsiri yang kaya akan cineol dan empat triterpenic acids sebaik ketiga jenis flavonoid yaitu; quercetin, 3-L-4-4- arabinofuranoside (avicularin). Kuersetin menunjukkan efek antibakteri dan antidiare dengan mengendurkan otot polos usus dan menghambat kontraksi usus. Berdasarkan studi mengenai ekstrak daun jambu biji, adanya kuersetin dapat menghambat pelepasan asetilkolin di saluran cerna.

Page 2: Uji pre

Uji pra klinik psidii folium sebagai Antidiare

Efek Ekstrak Daun Jambu Biji Daging Buah Putih dan Jambu Biji Daging Buah Merah

Sebagai Antidiare

I Ketut Adnyana*, Elin Yulinah, Joseph I. Sigit, Neng Fisheri K., Muhamad Insanu

Unit Bidang Ilmu Farmakologi-Toksikologi, Departemen Farmasi, Institut Teknologi Bandung,

Jl. Ganesha 10 Bandung 40132

(Diterima 10 Maret 2004, disetujui 28 April 2004)

Telah duji aktivitas antibakteri (penyebab diare) ekstrak etanol daun jambu biji daging

buah putih dan jambu biji daging buah merah (Psidium guajava L., Myrtaceae) terhadap bakteri

Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Shigella flexneri, dan Salmonella typhi dan uji antidiare

dengan metode proteksi terhadap diare imbasan-minyak jarak dan metode transit intestinal pada

mencit. Ekstrak etanol daun jambu biji daging buah putih memiliki kemampuan hambat bakteri

yang lebih besar daripada jambu biji daging buah merah (KHM terhadap Escherichia coli (60

mg/ml vs >100 mg/ml), Shigella dysenteriae (30 mg/ml vs 70 mg/ml), Shigella flexneri (40

mg/ml vs 60 mg/ml), dan Salmonella typhi (40 mg/ml vs 60 mg/ml). Tidak terdapat perbedaan

bermakna pada konsistensi feses, berat total feses, waktu munculnya diare, lamanya diare, dan

kecepatan transit usus untuk kedua ekstrak uji dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Frekuensi defekasi mencit yang diberi ekstrak etanol daun jambu biji daging buah putih 150

mg/kg bb pada menit ke180-240 menunjukkan perbedaan bermakna dibanding kelompok kontrol

(p<0,05).

Pengujian aktivitas antibakteri

Aktivitas antibakteri diuji dengan metode difusi agar menggunakan cakram kertas dan metode

pengenceran agar. (i) Metode difusi agar dilakukan dengan cara mencampur sebanyak 50 μl

masing-masing suspensi bakteri ke dalam 15 ml media agar yang telah di cairkan dalam cawan

petri steril dan kemudian dibiarkan menjadi padat. Cakram kertas dengan diameter 6 mm

diletakkan pada permukaan media padat. Pada cakram diteteskan 20 μl masing-masing zat uji

kemudian dibarkan selama 30 menit pada suhu kamar sebelum dimasukkan ke inkubator 37° C.

Page 3: Uji pre

(ii) Pengujian dengan metode pengenceran agar dilakukan dengan cara mele-takkan 0,5 ml

ekstrak uji pada cawan petri ditambah 14,5 ml media agar hangat yang masih cair, dibiarkan

mendingin, lalu digoreskan suspensi bakteri uji ke atas permukaan agar.

Metode proteksi terhadap diare oleh Minyak jarak

Hewan percobaan berupa mencit putih jantan Swiss Webster sehat dengan bobot 20-25 g dan

memiliki feses normal dikelompokkan secara acak menjadi 9 kelompok. Mencit dipuasakan

selama satu jam sebelum percobaan dimulai, tiap kelompok diberi sediaan per oral 0,5 ml/20 g

bb, kemudian ditempatkan di dalam bejana individual yang beralaskan kertas saring pengamatan

yang terlebih dahulu dikeringkan dan ditimbang. Satu jam setelah perlakuan, tiap mencit kecuali

dari kelompok normal diberi 0,75 ml minyak jarak. Respon tiap mencit diamati selang 30 menit

sampai 4 jam, dan pada 5 jam setelah pemberian minyak jarak, meliputi waktu terjadinya diare,

frekuensi diare, konsistensi dan jumlah atau bobot feses serta jangka waktu berlangsungnya

diare.

Metode transit intestinal

Hewan percobaan berupa mencit putih Swiss Webster jantan dewasa sehat dengan berat 20-25 g

dipuasakan selama lebih kurang 18 jam namun tetap diberi minuman. dikelompokkan secara

acak ke dalam 8 kelompok. Pemberian ekstrak uji, pembawa atau pembanding diberikan pada

saat t = 0. Setelah t = 45 menit, mencit diberi suspensi norit sebanyak 0,1 ml/10 g secara oral.

Pada t = 65 menit, mencit dikorbankan secara dislokasi tulang leher. Usus mencit dikeluarkan

secara hati-hati jangan sampai terenggang. Panjang seluruh usus dan bagian usus yang yang

dilalui marker norit mulai dari pilorus sampai ujung akhir (berwarna hitam) diukur dari masing-

masing hewan kemudian dihitung perbandingan jarak yang ditempuh marker terhadap panjang

usus keseluruhan.

Hasil dan Pembahasan

Hasil percobaan in vitro menunjukkan bahwa ekstrak etanol jambu biji daging buah putih

memiliki konsentrasi hambat minimum (KHM) 40 mg/ml terhadap bakteri Shigella flexneri, 30

mg/ml terhadap bakteri Shigella dysenteriae, 40 mg/ml terhadap Escherichia coli, dan 60 mg/ml

terhadap bakteri Salmonella typhi.

Page 4: Uji pre

Ekstrak etanol jambu biji daging buah merah memiliki KHM 50 mg/ml terhadap bakteri Shigella

flexneri, 40 mg/ml terhadap bakteri Shigella dysenteriae, 40 mg/ml terhadap Escherichia coli,

dan tidak terdapat hambatan hingga konsentrasi 100 mg/ml terhadap bakteri Salmonella typhi

(Tabel 1).

Ekstrak etanol jambu biji daging buah putih memiliki aktivitas lebih kuat terhadap Salmonella

typhi dibandingkan dengan ekstrak etanol jambu biji daging buah merah, dengan demikian

ekstrak etanol jambu biji daging buah putih dapat lebih manjur untuk mengobati diare yang

disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi.

Percobaan in vivo menunjukkan bahwa ekstrak jambu biji daging buah merah 150 mg/kg

bobot badan mampu menekan frekuensi defekasi yang berbeda secara bermakna dari kontrol

positif, namun pada dosis 300 mg/kg bobot badan dan 600 mg/kg bobot badan tidak menekan

frekuensi defekasi secara berarti (p<0,05). Hal ini diperkirakan karena konsentrasi ekstrak yang

kental sehingga mempengaruhi fisiologis hewan uji yang mengakibatkan efek obat tidak begitu

terlihat. Pengaruh serupa juga terjadi pada konsistensi feses, pada dosis 150 mg/kg bobot badan

mampu meningkatkan konsistensi sehingga feses tidak berada dalam keadaan cair pada menit ke-

Page 5: Uji pre

210. Tidak terdapat perbedaan bermakna pada waktu diare, lama diare, berat total feses, dan

transit usus.

Ekstrak daun jambu biji daging buah merah 150, 300, dan 600 mg/kg bobot badan tidak

menunjukkan terjadinya penekanan frekuensi defekasi pada mencit diare yang diinduksi dengan

minyak jarak. Ekstrak uji juga tidak memberikan perbedaan bermakna pada konsistensi feses,

waktu diare, lama diare, berat total feses pada mencit diare dan waktu transit usus pada mencit

normal.

Page 6: Uji pre
Page 7: Uji pre

Kesimpulan

Ekstrak etanol daun jambu biji daging buah putih dan ekstrak etanol daun jambu biji daging buah

merah menghambat pertumbuhan Shigella dysenteriae masing-masing pada konsentrasi 40

mg/ml dan 50 mg/ml, terhadap Shigella flexneri masing-masing pada konsentrasi 30 mg/ml dan

40 mg/ml, terhadap Escherichia coli masing-masing pada konsentrasi 40 mg/ml, dan terhadap

Salmonella typhi hanya ekstrak etanol daun jambu biji daging buah putih pada konsentrasi 60

mg/ml. Ekstrak etanol daun jambu biji daging buah putih menunjukkan aktivitas antibakteri yang

lebih kuat dibandingkan ekstrak etanol daun jambu biji daging buah merah. Kedua ekstrak uji

tidak menunjukkan perbedaan efek yang bermakna terhadap konsistensi feses, berat total feses,

waktu munculnya diare, lamanya diare, dan transit usus. Frekuensi defekasi ekstrak etanol daun

jambu biji daging buah putih 150 mg/kg bb pada menit ke-180 sampai 240 berbeda bermakna

dibandingkan dengan kelompok kontrol (p<0,05).