pre valensi

22
JAKARTA: Masih banyak masyarakat kurang paham dengan penyakit hipertensi. Misalnya bagaimana cara menghindarinya, atau cara mengelolanya bagi penderita. Padahal hipertensi merupakan the silent killer, karena umumnya terjadi tanpa gejala (asimptomatis). Di Indonesia, prevalensi hipertensi atau populasi yang terkena penyakit itu mencapai 31,7% dari total jumlah penduduk dewasa. Atau 3 dari 10 orang adalah penderita hipertensi. "Angka itu cukup tinggi dan perlu diwaspadai," kata Santoso Karo Karo, pakar kardiologi dari Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, hari ini, Rabu, 9 Mei 2012 dalam seminar bertema Waspada dan tetap sehat dengan hipertensi di Jakarta. Dia mengatakan hipertensi berkaitan erat dengan penyakit gagal ginjal. Namun para penderitanya seringkali salah, bila beranggapan minum obat dapat memicu penyakit ginjal. "Padahal obat-obatan itu justru menghindarkan penderita hipertensi dari gagal ginjal," ungkap spesialis jantung ini di sela-sela seminar yang diadakan oleh PT Pfizer Indonesia, dalam rangkaian menyambut Hari Hipertensi Dunia pada 17 Mei. Menurut dia, di dalam ginjal ada glomerolis yang berfungsi untuk menapis darah, sehingga racun dapat dikeluarkan, dan zat penting bisa ditahan atau diserap kembali. "Dia punya pembuluh darah mikro yang mengalirkan darah. Bila tekanan darah tinggi, pembuluh darah ini bisa rusak sehingga tidak mampu untuk menapis. Kerusakan ini justru memicu tahanan perifer, yang bila rusak dapat mengeluarkan hormon yang membuat tekanan darah menjadi lebih tinggi lagi," ujarnya. Karena itu, lanjutnya pasien harus tetap mengonsumsi obat untuk menurunkan tekanan darah, dan menjaga ginjal supaya tetap terjaga," tambahnya. Sementara itu Prof. Suhardjono, spesialis penyakit dalam dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, mengatakan menurunkan tekanan darah adalah salah satu cara mengurangi risiko kematian, dan penyakit penyerta hipertensi, seperti penyakit jantung, gagal ginjal, dan stroke. Pengobatan terhadap hipertensi bukan sekadar menurunkan tekanan darah, tapi haruslah tetap komprehensif. "Tekanan darah yang turun sesuai target pengobatan, harus dikontrol agar tetap stabil. Namun bila tekanan darah

Upload: ria-nia

Post on 31-Oct-2015

137 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pre Valensi

JAKARTA: Masih banyak masyarakat kurang paham dengan penyakit hipertensi. Misalnya bagaimana cara menghindarinya, atau cara mengelolanya bagi penderita. Padahal hipertensi merupakan the silent killer, karena umumnya terjadi tanpa gejala (asimptomatis). Di Indonesia, prevalensi hipertensi atau populasi yang terkena penyakit itu mencapai 31,7% dari total jumlah penduduk dewasa. Atau 3 dari 10 orang adalah penderita hipertensi. "Angka itu cukup tinggi dan perlu diwaspadai," kata Santoso Karo Karo, pakar kardiologi dari Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, hari ini, Rabu, 9 Mei 2012 dalam seminar bertema Waspada dan tetap sehat dengan hipertensi di Jakarta. Dia mengatakan hipertensi berkaitan erat dengan penyakit gagal ginjal. Namun para penderitanya seringkali salah, bila beranggapan minum obat dapat memicu penyakit ginjal. "Padahal obat-obatan itu justru menghindarkan penderita hipertensi dari gagal ginjal," ungkap spesialis jantung ini di sela-sela seminar yang diadakan oleh PT Pfizer Indonesia, dalam rangkaian menyambut Hari Hipertensi Dunia pada 17 Mei. Menurut dia, di dalam ginjal ada glomerolis yang berfungsi untuk menapis darah, sehingga racun dapat dikeluarkan, dan zat penting bisa ditahan atau diserap kembali. "Dia punya pembuluh darah mikro yang mengalirkan darah. Bila tekanan darah tinggi, pembuluh darah ini bisa rusak sehingga tidak mampu untuk menapis. Kerusakan ini justru memicu tahanan perifer, yang bila rusak dapat mengeluarkan hormon yang membuat tekanan darah menjadi lebih tinggi lagi," ujarnya. Karena itu, lanjutnya pasien harus tetap mengonsumsi obat untuk menurunkan tekanan darah, dan menjaga ginjal supaya tetap terjaga," tambahnya.  Sementara itu Prof. Suhardjono, spesialis penyakit dalam dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, mengatakan menurunkan tekanan darah adalah salah satu cara mengurangi risiko kematian, dan penyakit penyerta hipertensi, seperti penyakit jantung, gagal ginjal, dan stroke. Pengobatan terhadap hipertensi bukan sekadar menurunkan tekanan darah, tapi haruslah tetap komprehensif. "Tekanan darah yang turun sesuai target pengobatan, harus dikontrol agar tetap stabil. Namun bila tekanan darah sudah turun, bukan berarti penderita sembuh dari hipertensi," ujarnya. Ancaman terhadap penyakit ini tetap ada. Bila obat dihentikan, maka tekanan darah akan kembali naik. Untuk menghindari tekanan darah tinggi, ujarnya, gaya hidup sehat perlu dilakukan. Seperti olahraga teratur, tidak merokok, dan konsumsi makanan sehat. Pengobatan yang bisa dilakukan antara lain mengontrol seluruh faktor risikonya, selain menurunkan tekanan darah. "Kadar kolesterol, gula darah, mengelola stres, tidak makan berlebihan tetap harus dilakukan. Jika sudah terkena hipertensi, yang terpenting adalah obat harus minum terus menerus, sesuai anjuran dokter, dan terus periksa ke dokter secara teratur," ujar Suhardjono.(msb)http://www.bisnis.com/articles/dunia-kesehatan-awas-hipertensi-itu-the-silent-killer

Page 2: Pre Valensi

Hampir dapat dipastikan, makanan sehari-hari orang Indonsia mengandung garam. Akan hambar rasanya sayur atau lauk pauk bila dimasak tanpa garam. Namun, garam merupakan salah satu bahan pangan yang harus dikurangi jika seseorang ingin terhindar dari hipertensi (darah tinggi). Meski masyarakat paham akan hal itu, sayangnya konsumsi garam di masyarakat Indonesia masih terbilang tinggi yaitu mencapai 15 gram per hari dari yang dianjurkan 6 gram atau sekitar 1 sendok teh per hari.Beradasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, diketahui hampir seperempat (24,5%) penduduk Indonesia usia di atas 10 tahun mengkonsumsi makanan asin setiap hari, satu kali atau lebih.

Sementara prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada usia 18 tahun ke atas. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas nilai normal, yaitu melebihi 140/90 mmHg. Data Riskesdas menyebutkan hipertensi sebagai penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, jumlahnya mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia.

Demikian disampaikan Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Prof. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K), saat membuka Seminar Hipertensi dan Deteksi Dini Faktor Risikonya, di Jakarta, (11/6). Seminar ini merupakan rangkaian Hari Hipertensi Dunia 2009. Hari Hipertensi Dunia di peringati setiap tanggal 17 Mei. Tahun ini merupakan peringatan ketiga sejak dicanangkan WHO tahun 2005.

Menurut dr. Tjandra Yoga, hipertensi perlu diwaspadai karena merupakan bahaya diam-diam. Tidak ada gejala atau tanda khas untuk peringatan dini bagi penderita hipertensi. Selain itu, banyak orang merasa sehat dan energik walaupun memiliki hipertensi. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis.

Ditambahkan, sesungguhnya hipertensi dan komplikasinya dapat dicegah. Beberapa cara dapat dilakukan diantaranya dengan mempertahankan berat badan dalam rentang normal. Mengatur pola makan, antara lain dengan mengkonsumsi makanan berserat, rendah lemak dan mengurangi garam. Olahraga teratur, sedapat mungkin mengatasi stres dan emosi. Hentikan kebiasaan merokok, Hindari minuman beralkohol. Periksa tekanan darah secara berkala; dan bila diperlukan makan obat-obatan penurun tekanan darah secara teratur sesuai saran dokter.

Pemerintah memberi apresiasi dan perhatian serius dalam pengendalian penyakit tidak menular. Sejak bulan Februari 2006 Departemen Kesehatan membentuk Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular yang bertugas untuk melaksanakan pengendalian penyakit jantung dan pembuluh darah termasuk hipertensi, diabetes melitus dan penyakit metabolik, kanker, penyakit kronik dan degeneratif lainnya, serta gangguan akibat kecelakaan dan cedera.

Untuk mengendalikan hipertensi di Indonesia telah dilakukan beberapa langkah, yaitu  mendistribusikan buku pedoman, Juklak dan Juknis pengendalian hipertensi; melaksanakan advokasi dan sosialisasi; melaksanakan intensifikasi, akselerasi, dan inovasi program sesuai dengan kemajuan teknologi dan kondisi daerah setempat (local area specific); mengembangkan (investasi) sumber daya manusia dalam pengendalian hipertensi; memperkuat jejaring kerja pengendalian hipertensi, antara lain dengan dibentuknya  Kelompok Kerja  Pengendalian Hipertensi; memperkuat logistik dan distribusi untuk deteksi dini faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah termasuk hipertensi; meningkatkan surveilans epidemiologi dan sistem informasi pengendalian hipertensi; melaksanakan monitoring dan evaluasi; dan mengembangkan sistem pembiayaan pengendalian hipertensi.

Dr. Tjandra Yoga berharap, melalui kegiatan seminar hipertensi dan deteksi dini faktor risikonya ini diharapkan dapat meningkatkan partisipasi dan kemandirian masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan hipertensi dan faktor risikonya, sehingga sekaligus dapat menurunkan prevalensi faktor risiko dan prevalensi penyakit jantung dan pembuluh darah, seperti stroke dan penyakit jantung koroner di Indonesia.

Peringatan Hari Hipertensi Dunia 2009 mengangkat tema Konsumsi Garam Berlebihan dan Hipertensi: Keduanya Bahaya Diam-diam (Salt and High Blood Pressure: Two Silent Killer). Di Indonesia, Hari Hipertensi Dunia diperingati dengan berbagai kegiatan diantaranya seminar dan pemeriksaan kesehatan meliputi pemeriksaan tekanan darah, kolesterol, osteoporosis, gula darah, tingkat stress, body fat analizer dan tes otak, serta konsultasi gizi.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks: 021-5223002 dan 52960661, atau e-mail [email protected] [email protected].

http://depkes.go.id/index.php/berita/press-release/263-hindari-hipertensi

Page 3: Pre Valensi

Pengetahuan Klien Hipertensi Terhadap Pencegahan StrokeKamis, 19 April 2012 14:17

Pengetahuan Klien Hipertensi Terhadap Pencegahan Stroke. Setelah sebelumnya membahas banyak tentang

psikososial yang mempengaruhi perkembangan psikomotorik anak, kali ini kita akan melihat sekilas tentang

pengetahuan klien hipertensi terhadap pencegahan stroke. Salah satu penyakit yang menjadi penyebab utama

morbiditas dan mortalitas baik di dunia khususnya di Negara-negara berkembang adalah  penyakit kardiovaskuler.

Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit epidemi di Amerika Serikat. Sekitar 6 juta orang Amerika  terkena

beberapa penyakit jantung atau pembuluh darah. Penyakit Kardiovaskuler merupakan penyebab kematian nomor

satu di Amerika Serikat, setiap tahunnya hampir 1 juta orang meninggal akibat gangguan kardiovaskuler (Price &

Lorraine, 2005).

Pengetahuan Klien Hipertensi Terhadap Pencegahan Stroke

Di dalam masyarakat baik masyarakat menengah ke atas maupun menengah ke bawah penyakit yang paling sering

kita temukan adalah penyakit hipertensi. Data dari Joint National Commite-7 (JNC-7) pada tahun 2003,

memperkirakan sekitar 50 juta individu di Amerika dan 1 milyar individu di dunia menderita Hipertensi. Angka

kejadian hipertensi pada tahun 2004 sebesar 26,4%, dimana akan diperkirakan akan meningkat menjadi 29,2% pada

tahun 2025 di Amerika. Kejadian hipertensi meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Data dari Framinghan

Heart Study menunjukkan bahwa individu berusia 55 tahun dengan tekanan darah normal memiliki risiko sebesar

90% untuk mendapatkan hipertensi (Kusuma, 2010).

Berdasarkan data Lancet, jumlah penderita hipertensi di Asia tercatat 38,4 juta orang pada tahun 2000 dan diprediksi

akan meningkat menjadi 67,4 juta orang pada tahun 2025. Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di

Indonesia tahun 2004 menunjukkan hipertensi pada pria 12,2% dan wanita 15,5%. Penyakit sistem sirkulasi dari hasil

SKRT tahun 1992, 1995, dan 2001 selalu menduduki peringkat pertama dengan prevalensi terus meningkat yaitu

16%, 18,9%, dan 26,4%. Penderita hipertensi perlu mendapatkan perawatan yang serius dan harus ditangani

dengan cepat karena dapat menimbulkan berbagai komplikasi. Salah satu komplikasinya adalah adanya serangan

stroke. Prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada usia 18 tahun keatas. Dari jumlah itu,

60% penderita hipertensi berakhir  pada stroke (Dr.Tjandara Yoga, 2009, dikutip dari Dinkes Bonebolongo, 2009).

Data dari hasil survei Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), prevalensi hipertensi di Sulawesi Selatan pada tahun 2007

yaitu 20,9% dan tahun 2008 pasien hipertensi rawat jalan di rumah sakit yaitu 28,9% dan rawat inap yaitu 20, 64%.

Sekitar  20%  dari semua orang dewasa menderita tekanan darah tinggi dan menurut statistik angka ini terus

meningkat. Sekitar 40% dari semua kematian di bawah usia 65 tahun adalah akibat tekanan darah tinggi. Dan sekitar

40% dari semua orang yang pensiun dini adalah akibat penyakit-penyakit kardiovaskuler, dimana tekanan darah

tinggi sering menjadi penyebabnya (Wolf, 2006).

Dari beberapa literatur hipertensi sering dibahasakan dengan sebagai “pembunuh diam - diam” atau “silent killer”

karena orang dengan hipertensi sering tidak menampakkan gejala. Institut Nasional, Jantung, Paru, dan Darah

memperkirakan separuh orang yang menderita hipertensi tidak sadar akan kondisinya. Begitu penyakit ini diderita,

tekanan darah pasien harus dipantau dengan interval teratur karena hipertensi merupakan kondisi seumur hidup

Page 4: Pre Valensi

(Brunner &Suddarth, 2002).

Penyakit hipertensi menempati rangking pertama sebagai penyebab stroke, dan serangan jantung serta merupakan

faktor utama dalam gagal jantung kongestif. Selain itu, kejadian stroke yang terpapar hipertensi meningkat tiga kali

dibandingkan yang tidak terpapar hipertensi (Sa’diyah, 2007). Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk

menyadarkan masyarakat mengenai bahaya hipertensi, komplikasi dan cara pengendaliannya. Upaya pengendalian

hipertensi ini dapat dilakukan penderitanya dengan memonitoring tekanan darah secara teratur, berhenti merokok,

meningkatkan aktivitas fisik, mengkonsumsi makanan tinggi serat dan rendah garam. Tetapi kenyataan membuktikan

bahwa pengendalian hipertensi tidak semudah yang diperkirakan, banyak faktor yang harus diperhatikan baik dari

penderita, tenaga kesehatan, obat-obatan maupun pelayanan kesehatan (Muhammadun As, 2010).

Peneliti telah melaksanakan pengamatan awal di RSUD Labuang Baji Makassar pada tanggal 5-7 juli 2011 dan

mendapatkan data jumlah pasien hipertensi yang rawat jalan atau berkunjung dengan diagnose hipertensi dari bulan

Januari – Mei sebanyak 67 orang,  yang merupakan akumulasi dari jumlah pasien setiap bulannya yang bervariasi.

Sedangkan jumlah pasien stroke juga bervariasi tetapi tidak menunjukkan penurunan. Jumlahnya dari bulan Januari

– Juli 2011 sebanyak 6 orang.

Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang gambaran

tingkat pengetahuan pasien penderita hipertensi terhadap upaya mencegah kejadian stroke di RSUD Labuang Baji

Makassar. Peneliti ingin melihat gambaran pengetahuan pasien penderita hipertensi terhadap upaya mencegah

kejadian stroke.

Adapun gambaran tentang tempat melakukan penelitian yaitu Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassa

terletak di Jl. Dr. Samratulangi No. 81 Makassar merupakan rumah sakit milik pemerintah yang berada di bawah

naungan Pemda Sulawesi Selatan. Rumah Sakit ini diresmikan pada 12 Juni 1938, yang dimana merupakan rumah

sakit tipe B. Sarana dan Prasarana yang tersedia yaitu terdiri dari UGD 24 jam, Rawat Inap, ICU, ICCU, CVCU,

Kamar Bedah dan poliklinik. Adapun fasilitas dan pelayanan yang lain seperti laboratorium patologi klinik,

laboratorium patologi anatomi, X-ray, USG, Farmasi, Hemodialisa, ECG, dan konsultasi Gizi.

http://www.naturindonesia.com/hypertensi/1302-pengetahuan-klien-hipertensi-terhadap-pencegahan-stroke.html

Page 5: Pre Valensi

Jawa Barat, Awas Ancaman Hipertensi dan Jantung!Selasa, 5 Mei 2009 | 16:55 WIB

shutterstock

TERKAIT:

Sutradara Gintings Meninggal karena Serangan Jantung Usai Serangan Jantung, Wajib Olahraga! Lalu Lintas Macet Tingkatkan Serangan Jantung Andi Bantah Presiden Terkena Serangan Jantung Gangguan Tidur Bisa Sebabkan Serangan Jantung

BANDUNG, KOMPAS.com - Tingkat kemungkinan terkena penyakit hipertensi dan jantung di Jawa Barat di atas rata-rata nasional, menyusul tingginya perokok aktif di provinsi itu yang mencapai 26,7 persen.     "Dengan  kondisi jumlah perokok aktif setiap hari 26,7 persen, tingkat kemungkinan terkena penyakit hipertensi dan di Jabar tertinggi secara nasional," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Alma Luchyati di Bandung, Senin. 

Ia menyebutkan, tingkat prevalensi atau kemungkinan terkena hipertensi di Jabar mencapai 9,5 persen, sementara rata-rata nasional hanya 7,2 persen. 

Sedangkan kemungkinan terkena penyakit jantung mencapai satu persen atau di atas rata-rata nasional 0,9 persen.     Untuk itu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), kata Alma,  perlu senantiasa digelorakan sebagai sebuah gerakan sosial sekaligus moral yang massal.     "Itulah hakikat pembangunan sektor kesehatan sesungguhnya, dimana setiap individu dengan secara sadar dan teratur melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat," kata Alma.     

Page 6: Pre Valensi

Hasil riset yang dilakukan Dinas Kesehatan Jawa Barat pada tahun 2007 juga menyebutkan kebiasaan merokok di Jawa Barat rata-rata didominasi sejak usia remaja atau anak baru gede (ABG) 15-19 tahun, presentasinya mencapai 50,4 persen.     Disusul kelompok usia 20-24 tahun, sekitar 24,7 persen. Ironisnya perokok di usia anak-anak kelompok umur 10-14 tahun sebesar 11,9 persen, lebih banyak dibanding kelompok usia 25-29 tahun yang hanya 7,1 persen atau 5,8 persen untuk kelompok usia di atas 30 tahun.

Sementara itu Gubernur Jawa Barat  Jawa Barat H Ahmad Heryawan meminta masyarakat di provinsi itu mengurangi bahkan menghentikan kebiasaan merokok karena dampak rokok cukup besar baik kepada perokok aktif maupun pasif. 

"Biaya yang dikeluarkan pemerintah akibat dampak rokok lebih besar dibandingkan penerimaan cukai dari rokok sendiri," kata Heryawan.

Ia menyebutkan, berdasarkan data yang dikeluarkan Dinas Kesehatan Jawa Barat, pada 2007 setiap hari perokok di Jawa Barat menghabiskan rokor rata-rata 8,68 batang. 

Jika dikonversi dengan uang, biaya yang dikeluarkan sebesar Rp4.000 per hari per orang untuk mengkonsumsi rokok. Artinya setiap bulan menghabiskan Rp120.000 ribu per bulan atau Rp1,44 juta per tahun. 

"Selain merugikan secara kesehatan, juga merugikan dari sisi ekonomi. Andaikata biaya rokok dialihkan untuk belanja kebutuhan pokok dan buku sekolah, maka hal itu lebih bermanfaat," kata Heryawan. 

Yang terpenting, kata gubernur, dengan mengurangi dan berhenti merokok maka kesehatan dapat terjaga dengan baik.http://kesehatan.kompas.com/read/2009/05/05/16552523/Jawa.Barat.Awas.Ancaman.Hipertensi.dan.Jantung.

Page 7: Pre Valensi

Jakarta, MADINA): Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan Penyebab meningkatnya resiko penyakit stroke, jantung dan ginjal. Pada akhir abad 20,

penyakit jantung dan pembuluh darah menjadi penyebab utama kematian di negara maju dan negara berkembang.

 Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah di Indonesia sebesar 26,3%. Sedangkan data kematian di rumah sakit tahun 2005 sebesar 16,7%. Faktor resiko utama penyakit jantung dan pembuluh darah adalah hipetensi, di samping hiperkolesterollemia dan diabetes melitus.  Menteri Kesehatan  Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K) menyatakan, prevalensi hipertensi di Indonesia pada daerah urban dan rural berkisar antara 17-21%. Data secara nasional yang ada belum lengkap. Sebagian besar penderita hipertensi di Indonesia tidak terdeteksi, sementara mereka yang terdeteksi umumnya tidak menyadari kondisi penyakitnya, ujarnya pada Peringatan Hari Hipertensi 2007 di RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta. Di  dunia, hampir 1 milyar orang atau 1 dari 4 orang dewasa menderita  tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi merupakan penyakit kronis serius yang bisa merusak organ tubuh. Setiap tahun darah tinggi menjadi penyebab 1 dari setiap 7 kematian ( 7 juta per tahun) disamping menyebabkan kerusakan jantung, mata, otak dan ginjal. Berdasarkan data WHO dari 50% penderita hipertensi yang diketahui hanya 25% yang mendapat pengobatan, dan hanya 12,5% yang diobati dengan baik  (adequately treated cases). Padahal hipertensi merupakan penyebab utama penyakit jantung, otak, syaraf, kerusakan hati dan ginjal sehingga membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Hal ini merupakan beban yang besar baik untuk keluarga, masyarakat maupun negara, kata Dr. Siti Fadilah. Di negara maju, lanjut Dr. Siti Fadilah, pengendalian hipertensi juga belum memuaskan, bahkan di banyak negara pengendalian tekanan darah hanya 8% karena menyangkut banyak faktor baik dari penderita, tenaga kesehatan, obat-obatan maupun pelayanan kesehatan.  Dr. Siti Fadilah Supari yang juga ahli jantung menyatakan, hipertensi sebenarnya merupakan penyakit yang dapat dicegah bila faktor risiko dapat dikendalikan. Upaya tersebut meliputi monitoring tekanan darah secara teratur, program hidup sehat tanpa asap rokok, peningkatan aktivitas fisik/gerak badan, diet yang sehat dengan kalori seimbang melalui konsumsi tinggi serat, rendah lemak dan rendah garam.  Hal ini merupakan kombinasi upaya mandiri oleh individu/masyarakat dan didukung oleh program pelayanan kesehatan yang ada dan harus dilakukan sedini mungkin. Menkes Dr. Siti Fadilah mendukung kampanye ”120/180” yang dilakukan RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, Yayasan Jantung Indonesia, Indonesia Society of Hypertension (INA-SH) dan Novartis Indonesia. Hal ini merupakan salah satu upaya meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya penyakit hipertensi sekaligus memperingati Hari Hipertensi Sedunia (World Hypertension Day) ke-3 yang jatuh pada tanggal 17 Mei 2007 dengan tema ” Better Diet for Better Blood Pressure ”.   Di Indonesia, peringatan Hari Hipertensi merupakan yang pertama dilakukan dengan temaJagalah Tekanan Darah Anda pada Batas yang Aman  merupakan kerja sama Depkes, Dinas Kesehatan di 8 propinsi, Yayasan Jantung Indonesia, RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita serta INA-SH ditandai dengan serangkaian kegiatan talkshow, pameran, pemeriksaan tekanan darah di 8 propinsi yaitu Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Riau, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Kalimantan Timur serta seminar.   Talkshow dan pemeriksaan tekanan

Page 8: Pre Valensi

darah yang diselenggarakan Pusat Komunikasi Publik Depkes tanggal 28 Mei 2007 mendapat sambutan yang antusias dari para karyawan Depkes. Dalam acara yang dibuka Dr. Indrijono Tantoro, MPH, Staf Ahli Menkes Bidang Perlindungan Faktor Resiko Kesehatan mewakili Menkes menampilkan pembicara Dr. Achmad Hardiman, Sp. KJ, Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular Ditjen PP dan PL Depkes dan Prof. Dr. Dr. Budhi Setianto, Sp. JP dari RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta. Menurut dr. Achmad Hardiman, orang yang beresiko terkena hipertensi adalah pria berusia diatas 45 tahun atau wanita diatas usia 55 tahun serta ada riwayat keturunan. Faktor lainnya yaitu kegemukan (obesitas), merokok, minum alkohol, menkonsumsi garam berlebih, kurang berolah raga, menderita diabetes mellitus, stress dan lain-lain.  Sementara itu Prof. Dr. dr. Budhi Setianto, mengklasifikasikan tekanan darah tinggi menjadi 4 tingkatan yaitu normal (SBP = Sistole Blood Pressure < 120 mm Hg dan Distole Blood Pressure = DBP < 80 mm Hg), pra hipertensi (SBP 120-139 mm Hg dan DBP 80-89 mm Hg), hipertensi tahap 1 ( SBP 140-159 mm Hg dan DBP 90-99 mm Hg) dan hipertensi tahap 2 (SBP  160 dan DBP 100. mm Hg.)  Menurut Dr. Budhi Setianto, darah tinggi ditandai dengan sakit kepala, jantung berdebar-debar, sakit di tengkuk, mudah lelah, penglihatan kabur dan mimisan (perdarahan hidung). Apabila seseorang mempunyai gejala-gejala tersebut, Dr. Budi Setianto menganjurkan kontrol ke dokter, minum obat teratur, olah raga terukur dan teratur, timbang berat badan dan ukur lingkar perut, hati-hati makan dan minum, berhenti merokok dan menjaga kesehatan mentalhttp://www.madina.co.id/index.php/nasional/520-menkes-prevalensi-hipertensi-di-indonesia-17-21.html

Page 9: Pre Valensi

E-LIFE

Sabtu, 08 September 2012 , 20:20:00

Amati Perilaku Tekanan Darah untuk Cegah Hipertensi

JAKARTA - Prevalensi hipertensi di Indonesia tergolong tinggi. Namun masih banyak penderita penyakit ini yang tidak terdeteksi dan tertangani secara baik. Pasalnya, banyak masyarakat kurang paham dengan penyakit hipertensi termasuk bahayanya.

Hasil Riset Kesehatan Dasar Depkes (Riskesdas) 2007 menunjukkan sekitar 76 persen kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis. Hal ini terlihat dari hasil pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas ditemukan prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7 persen. 

Ironisnya yang sudah mengetahui memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan adalah 7,2 persen. Sementara dari kasus tersebut yang sadar dan menjalani pengobatan hipertensi hanya 0,4 persen.

"Dalam penatalaksanaan hipertensi tidak hanya tekanan darah sesaat saja yang diperhatikan, akan tetapi perilaku tekanan darah sepanjang waktu tertentu yang penting untuk diperhatikan,” ujar dr. Arieska Ann Soenarta, Sp.JP dari  RSJ Harapan Kita dan Prof. Wiguno Prodjosudjadi MD, Phd dari RSCM dalam Seminar Internasional "Meet The Experts in BP Variability" di Jakarta, Sabtu (8/9).

Dijelaskannya, selama ini nilai tekanan darah absolute dianggap penting dalam memprediksi risiko. Penelitian-penelitian membuktikan bahwa variabilitas tekanan darah ternyata tidak kalah penting dalam memprediksi risiko. 

Namun, berbagai rekomendasi berbagai guideline dalam diagnosis dan pengelolaan hipertensi, masih berdasarkan pengukuran tekanan darah klinis secara terisolasi. Evaluasi risiko kardiovaskular yang terkait tekanan darah didasarkan pada pengukuran tekanan darah rerata.

"Karenanya, penting untuk melakukan ambulatory BP monitoring (ABPM). Banyak manfaat dari teknik ini dan cara ini bisa memberikan profil tekanan darah dalam 24 jam," ujarnya.

Director of Cardiovascular for the UCSF Fresno at Stanford University, yang juga anggota American Heart Association, Prof Prakash Deedwania mengatakan, tujuan pengobatan pada hipertensi adalah mengurangi resiko dan kerusakan organ. Hal ini demi kualitas hidup pasien melalui kepatuhan pengobatan. 

"Menurunkan tekanan darah dan mengontrolnya sesuai target penurunan darah adalah salah satu cara mengurangi risiko kematian, dan penyakit penyerta hipertensi, seperti penyakit jantung, gagal ginjal, dan stroke," ucapnya.

Dijelaskannya, di dalam tubuh terdapat pembuluh darah mikro yang mengalirkan darah. Bila tekanan darah tinggi, pembuluh darah ini bisa rusak sehingga tidak mampu untuk menapis. Kerusakan ini justru memicu tahanan perifer, yang bila rusak dapat mengeluarkan hormon yang membuat tekanan darah menjadi lebih tinggi lagi. 

"Karena itu, pasien harus tetap mengonsumsi obat untuk menurunkan tekanan darah, dan menjaga ginjal supaya tetap terjaga," tambahnya. (Esy/jpnn)

http://www.jpnn.com/read/2012/09/08/139126/Amati-Perilaku-Tekanan-Darah-untuk-Cegah-Hipertensi-

Page 10: Pre Valensi

Hipertensi dan Faktor Risikonya Dalam Kajian Epidemiologi Armilawaty;Husnul Amalia; Ridwan AmiruddinBagian Epidemiologi FKM UNHAS

2007 ABSTRAK

Hipertensi adalah tekanaan sistolik > mmHg dan tekanan diastolic > 90 mmHg secara kronik. Hipertensi sering dijumpai pada individu diabetes mellitus (DM) dimana diperkirakan prevalensinya mencapai 50-70%. Modifikasi gaya hidup sangat penting dalam mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam mengobati tekanan darah tinggi. Merokok adalah faktor risiko utama untuk mobilitas dan mortalitas  Kardiovaskuler. Di Indonesia banyaknya penderita Hipertensi diperkirakan 15 juta orang tetapi hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi 6-15% pada orang dewasa, 50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka  cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak mengetahui factor risikonya, dan 90% merupakan hipertensi esensial.Saat ini penyakit degeneratif dan kardiovaskuler sudah merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Hasil survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1972, 1986, dan 1992 menunjukkan peningkatan prevalensi penyakit kardiovaskuler yang menyolok sebagai penyebab kematian dan sejak tahun 1993 diduga sebagai penyebab kematian nomor satu. Penyakit tersebut timbul karena berbagai factor risiko seperti kebiasaan merokok, hipertensi, disiplidemia, diabetes melitus, obesitas, usia lanjut dan riwayat keluarga. Dari factor risiko diatas yang sangat erat kaitannya dengan gizi adalah hipertensi, obesitas, displidemia, dan diabetes mellitus.     PENDAHULUANA.    Latar belakang

Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti strok untuk otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan mesyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia. Diperkirakan sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini.

Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia telah banyak dikumpulkan dan menunjukkan, di daerah pedesaan  masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh pelayanan  kesehatan. Baik dari segi case-finding maupun penatalaksanaan  pengobatannya jangkauan masih sangat terbatas dan sebagian  besar penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan. Prevalensi terbanyak berkisar antara 6 sampai dengan 15% tetapi angka-angka ekstrim rendah seperti di Ungaran, Jawa  Tengah 1,8%; Lembah Balim Pegunungan Jaya Wijaya, Irian  Jaya 0,6%; dan Talang Sumatera Barat 17,8%. Nyata di sini, dua angka yang dilaporkan oleh kelompok yang sama pada 2 daerah pedesaan di Sumatera Barat menunjukkan angka yang tinggi. Oleh sebab itu perlu diteliti lebih lanjut, demikian juga angka yang relatif sangat rendah.Survai penyakit jantung pada usia lanjut yang dilaksanakan Boedhi Darmojo, menemukan prevalensi hipertensi’ tanpa atau dengan tanda penyakit jantung hipertensi sebesar  33,3% (81 orang dari 243 orang tua 50 tahun ke atas).Wanita mempunyai prevalensi lebih tinggi dari pada pria (p0,05). Dari kasus-kasus tadi, ternyata 68,4% termasuk hipertensi ringan (diastolik 95104 mmHg), 28,1% hipertensi sedang (diastolik 105129 mmHG) dan hanya 3,5% dengan hipertensi berat (diastolik sama atau lebih besar dengan 130 mmHg). Hipertensi pada penderita penyakit jantung iskemik ialah 16,1%,

Page 11: Pre Valensi

suatu persentase yang rendah bila dibandingkan dengan prevalensi seluruh populasi (33,3%), jadi merupakan faktor risiko yang kurang penting. Juga kenaikan prevalensi dengan naiknya umur tidak dijumpai.Oleh karena itu, negara Indonesia yang sedang membangun di segala bidang perlu memperhatikan tindakan  mendidik untuk mencegah timbulnya penyakit seperti hipertensi, kardiovaskuler, penyakit degeneratif dan lain-lain, sehingga potensi bangsa dapat lebih dimanfaatkan untuk proses pembangunan. Golongan umur 45 tahun ke atas memerlukan tindakan atau program pencegahan yang terarah. Tujuan program penanggulangan penyakit kardiovaskuler adalah mencegah peningkatan jumlah penderita risiko penyakit kardiovaskuler dalam masyarakat dengan menghindari faktor penyebab seperti hipertensi, diabetes, hiperlipidemia, merokok, stres dan lain-lain B. Rumusan masalahSehubungan dengan adanya latar belakang tersebut di atas maka rumusan masalah yang akan di bahas sebagai berikut :1.  Bagaimana perjalanan alamiah penyakit Hipertensi ?2.   Bagaimana distribusi epidemiologi penyakit Hipertensi berdasarkan waktu, tempat dan orang?.3.    Bagaimana program Departemen Kesehatan dalam penanggulangan penyakit Hipertensi4.   Bagaimana issue mutakhir mengenai penyakit Hipertensi?

 C. Tujuan pengamatan

Untuk menjawab rumusan masalah diatas, maka tujuan dari pengamatan ini adalah :

1. Tujuan umum     Untuk memperoleh informasi mengenai penyakit Hipertensi 

2. Tujuan khusus                

  a.Untuk mengetahui perjalanan alamiah penyakit Hipertensi      

b.Untuk mengetahui distibusi epidemilologi penyakit Hipertensi berdasarkan waktu, tempat dan orangc.Untuk

mengetahui Program dari Departemen Kesehatan dalam penaggulangan dan pemberantasan penyakit

Hipertensid.Untuk mengetahui issue mutakhir mengenai penyakit Hipertensi                                                            

Pengertian HipertensiHipertensi, biasanya merujuk kepada “tekanan darah tinggi“, merupakan keadaan

perubahan di mana tekanan darahmeningkat secara kronik. Sungguhpun ia biasanya dikenali sebagai arterial

hipertensi, perkataan “hipertensi” tanpa (qualifier) biasanya merujuk kepada hipertensi arteri. Hipertensi telah

dikaitkan dengan risiko lebih tinggi mengalami serangan sakit jantung atau angin ahmar. Secara umum, hipertensi

merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan

meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Pada

pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung

berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik).Tekanan darah

ditulis sebagai tekanan sistolik garis miring tekanan diastolik, misalnya 120/80 mmHg, dibaca seratus dua puluh per

delapan puluh. Dikatakan tekanan darah tinggi jika pada saat duduk tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau

lebih, atau tekanan diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih, atau keduanya. Pada tekanan darah tinggi, biasanya

terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik.

B. Proses terjadinya penyakit hipertensi      

Hipertensi terbukti sering muncul tanpa gejala. Berarti gejala bukan merupakan tanda untuk diagnostik dini. Dokter

harus aktif menemukan tanda awal hipertensi, sebelum timbul gejala dan hipertensi muncul tidak dapat dirasakan

atau tanpa gejala dan terjadi kelainan pada jantung, otak, ginjal, dan pembuluh darah tubuh berupa arteriosklerosis

kapiler.                                                                                   

Hal ini, karena ada hubungan antara hipertensi, penyakit jantung koroner, dengan gagal ginjal khususnya gagal

ginjal kronik.Munculnya hipertensi, tidak hanya disebabkan oleh tingginya tekanan darah. Akan tetapi, ternyata juga

karena adanya faktor risiko lain seperti komplikasi penyakit dan kelainan pada organ target, yaitu jantung, otak,

Page 12: Pre Valensi

ginjal, dan pembuluh darah. Dan Justru lebih sering muncul dengan faktor risiko lain yang mana sedikitnya

timbul sebagai sindrom X atau Reavan, yaitu hipertensi plus gangguan toleransi glukosa atau diabetes mellitus DM),

dislipidemia, dan obesitas.                                                                  

Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang

dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut.

Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus

meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian

berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.                                                                                 

Hipertensi maligna adalah hipertensi yang sangat parah, yang bila tidak diobati, akan menimbulkan kematian dalam

waktu 3-6 bulan. Hipertensi ini jarang terjadi, hanya 1 dari setiap 200 penderita hipertensi. Tekanan darah dalam

kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh

lebih rendah daripada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada

saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda; paling

tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari.                                                                        

A.    Klasifikasi Penyakit Hipertensi                                     

Klasifikasi  penyakit hipertensi terdiri dari : 1. Tekanan sistolika. < 119 mmHg : Normalb. 120 – 139 mmHg: Pra

Hipertensic. 140 – 159 mmHg: Hipertensi derajat 1d. > 160 mmHg : Hipertensi derajat 22. Tekanan diastolik :a.  <

79 mmHg : Normalb. 80 – 89 mmHg : Pra Hipertensic. 90 – 99 mmHg : Hipertensi derajat 1d. > 100 mmHg : Hipertensi derajat 2Stadium 1

(Hipertensi ringan) 140-159 mmHg 90-99 mmHg

Stadium 2

(Hipertensi sedang) 160-179 mmHg 100-109 mmHg

Stadium 3

(Hipertensi berat) 180-209 mmHg 110-119 mmHg

Stadium 4

(Hipertensi maligna) 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih.Anda harus mulai berhati-hati apabila tekanan

darah sudah mulai melebihi angka-angka dalam batasan-batasan tersebut diatas. Segera berkonsultasi dengan dokter

untuk menurunkannya.                                                C. Gejala Penyakit

Hipertensi                                                                                  Gejala-gejala penyakit hipertensi yaitu sakit kepala,

perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita

hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.Jika hipertensinya berat atau menahun dan

tidak diobati, bisa timbul gejala sebagai berikut:          

1. Sakit kepala2. Kelelahan3. Mual4. Muntah5. Sesak nafas

6. Gelisah

1. Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjalSedangkan Pada anak, gejalanya anak mudah gelisah, cepat lelah, sesak napas, susah minum dan biru di tangan dan

bibir. D. Faktor Penyebab Penyakit Hipertensi

Peyebab hipertensi yang sering kali menjadi penyebab di antaranya aterosklerosis (penebalan dinding arteri yang menyebabkan hilangnya elastisitas pembuluh darah), keturunan, bertambahnya jumlah darah yang

Page 13: Pre Valensi

dipompa ke jantung, penyakit ginjal, kelenjar adrenal, dan sistem saraf simpatis. Pada ibu hamil kelebihan berat badan, tekanan psikologis, stres, dan ketegangan bisa menyebabkan juga hipertensi. Penyakit Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis yaitu :

1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi).Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah.

2.       Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari adanya penyakit lain. Jika

penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya

adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu

(misalnya pil KB). E. Status Gizi Penyakit HipertensiFaktor gizi yang sangat berhubungan dengan terjadinya

hipertensi melalui beberapa mekanisme. Aterosklerosis merupakan penyebab utama terjadinya hipertensi yang

berhubungan dengan diet seseorang, walaupun faktor usia juga berperan, karena pada usia lanjut (usila) pembuluh

darah cenderung menjadi kaku dan elastisitasnya berkurang.            Dalam mengatur menu makanan sangat

dianjurkan bagi penderita hipertensi untuk menghindari dan membatasi makanan yang dpat meningkatkan kadar

kolesterol darah serta meningkatkan tekanan darah, sehingga penderita tidak mengalami stroke atau infark

jantung.Makanan yang harus dihindari atau dibatasi adalah:

1. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa, gajih).2. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit, craker, keripik dan makanan kering yang

asin).3. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta buahbuahan dalam kaleng, soft

drink).4. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang, udang kering, telur asin,

selai kacang).5. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein hewani yang tinggi kolesterol

seperti daging merah (sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam).6. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta bumbu penyedap lain yang

pada umumnya mengandung garam natrium.7. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape. Zat gizi yang diperlukan pada penderita

hipertensi adalah karbohidrat, protein dan lemak yang disebut sebagai zat gizi makro serta vitamin dan mineral yang disebut dengan zat gizi mikro. Selain itu, untuk memperlancar proses metabolisme dalam tubuh diperlukan air dan serat. Tubuh manusia membutuhkan aneka ragam makanan untuk memenuhi semua zat gizi tersebut. Kekurangan atau kelebihan salah satu unsur zat gizi akan menyebabkan kelainan atau penyakit. Oleh karena itu, perlu diterapkan kebiasaan makanan yang seimbang sejak usia dini dengan jumlah yang sesuai kebutuhan masing-masing individu agar tercapai kondisi kesehatan yang prima.

 F. Faktor Risiko Penyakit Hipertensi

Faktor risiko hipertensi, beberapa di antaranya dapat dikendalikan atau dikontrol dan tidak dapat dikontrol

diantaranya :

1.      Faktor risiko yang dapat dikendalikan atau dikontrol yaitu obesitas, kurang olahraga, merokok, menderita

diabetes mellitus, menkonsumsi garam berlebih, minum alKohol, diet, minum kopi, pil KB , stress emosional dan

sebagainya. 

2.      Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan atau tidak dapat dikontrol yaitu Umur, jenis kelamin, dan

genetic.                                                                        

Page 14: Pre Valensi

 PEMBAHASAN A.   Distribusi Epidemiologi Penyakit Hipertensi

Distribusi epidemiologi penyakit hipertensi terdiri dari :

1.      Person (orang)

Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit hipertensi dilihat dari segi orang :

a. Umur Penyakit hipertensi pada kelompok umur paling dominant berumur (31-55tahun). Hal ini dikarenakan

seiring bertambahnya usia, tekanan darah cenderung meningkat. Yang man penyakit hipertensi umumnya

berkembang pada saat umur seseorang mencapau paruh baya yakni cenderung meningkat khususnya yang berusia

lebih dari 40 tahun bahkan pada usia lebih dari 60 tahun keatas.

b. Jenis kelamin Penyakit hipertensi cenderung lebih tinggi pada jenis kelamin perempuan dibandingkan dengan

laki-laki. Hal ini dikarenakan pada perempuan meningkat seiring dengan bertambahnya usia yang mana pada

perempuan  masa premenopause cenderung memiliki tekanan darah lebih tinggi daripada laki-laki penyebabnya

sebelum menopause, wanita relatife terlindungi dari penyakit kardiovaskuler oleh hormone estrogen yang dimana

kadar estrogen menurun setelah menopause.

c. Status gizi     Keadaan Zat gizi seperti karbohidrat, protein dan lemak Kekurangan   atau kelebihan salah

satu unsur zat gizi akan menyebabkan kelainan atau penyakit. Oleh karena itu, perlu diterapkan kebiasaan makanan

yang  seimbang sejak usia dini dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu agar tercapai kondisi kesehatan yang prima.Dimana ini merupakan faktor penting sebagai zat pembangun atau protein ini penting

untuk pertumbuhan dan mengganti sel-sel rusak yang didapatkan dari bahan makanan hewani atau tumbuh-tumbuhan (nabati).Sehingga ini  sebagai penunjang untuk membantu menyiapkan makanan khusus serta

mengingatkan kepada penderita, makanan yang harus dihindari/dibatasi.

d. Faktor psikokultural Penyakit Hipertensi ada banyak hubungan antara psiko-kultural, tetapi belum dapat diambil

kesimpulan.Namun pada dasarnya dapat berpengaruh apabaila terjadi stres, psikososial akut menaikkan tekanan

darah secara tiba-tiba yang mana ini merupakan penyebab utama  terjadinya penyakit hipertensi dan merupakan

masalah kesehatan yang layak untuk perlu diperhatikan . 

B.  Place (tempat)

Tempat yang dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kasus hipertensi adalah merupakan wilayah yang

berdominan dipesisir dari pada dipegunungan. Yang dimana penduduk yang berdomisil didaerah pesisir lebih rentan

terhadap penyakit hipertensi karena tingkat mengkonsumsi garam lebih tinggi atau berlebihan dibanding daerah

pegunungan yang kemungkinan lebih banyak mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan.   

3. Determinan

Determinan atau faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit Hipertensi adalah :

a). Faktor herediter didapat pada keluarga yang umumnya hidup dalam lingkungan dan kebiasaan makan yang sama.

b)  Konsumsi garam : telah jelas ada hubungan, tetapi data pe-nelitian pada daerah-daerah dimana konsumsi garam

tinggi tidak selalu mempunyai prevalensi tinggic)   Obesitas : telah diketahui adanya korelasi timbal balik antara

obesitas dan hipertensi . 

B. Program Departemen Kesehatan Dalam Penanggulangn Hipertensi.    Program yang dilakukan oleh

departeman kesehatan dalam  pengendalian penyakit hipertensi yang dikemukan oleh Dr. Siti Fadilah, pengendalian

hipertensi juga belum memuaskan, bahkan di banyak negara pengendalian tekanan darah hanya 8% karena

menyangkut banyak faktor baik dari penderita, tenaga kesehatan, obat-obatan maupun pelayanan kesehatan. Dr. Siti

Fadilah Supari yang juga ahli jantung menyatakan, hipertensi sebenarnya merupakan penyakit yang dapat dicegah

bila faktor risiko dapat dikendalikan. Upaya tersebut meliputi monitoring tekanan darah secara teratur, program

hidup sehat tanpa asap rokok, Untuk peningkatan aktivitas fisik/gerak badan, diet yang sehat dengan kalori

seimbang melalui konsumsi tinggi serat, rendah lemak dan rendah garam. Sedangkan Dr. Budi Setianto

menganjurkan kontrol ke dokter, minum obat teratur, olah raga terukur dan teratur, timbang berat badan dan ukur

lingkar perut, hati-hati makan dan minum, berhenti merokok dan menjaga kesehatan mental.                    

Page 15: Pre Valensi

Hal ini merupakan kombinasi upaya mandiri oleh individu/masyarakat dan didukung oleh program pelayanan

kesehatan yang ada dan harus dilakukan sedini mungkin. Menkes Dr. Siti Fadilah mendukung kampanye ”120/180”

yang dilakukan RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, Yayasan Jantung Indonesia, Indonesia Society of

Hypertension (INA-SH) dan Novartis Indonesia. Hal ini merupakan salah satu upaya meningkatkan kesadaran

masyarakat tentang bahaya penyakit hipertensi sekaligus memperingati Hari Hipertensi Sedunia (World

Hypertension Day) ke-3 yang jatuh pada tanggal 17 Mei 2007 dengan tema ”Better Diet for Better Blood Pressure ”.

Di Indonesia, peringatan Hari Hipertensi merupakan yang pertama dilakukan dengan tema Jagalah Tekanan Darah

Anda pada Batas yang Aman merupakan kerja sama Depkes, Dinas Kesehatan di 8 propinsi, Yayasan Jantung

Indonesia, RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita serta INA-SH ditandai dengan serangkaian kegiatan

talkshow, pameran, pemeriksaan tekanan darah di 8 propinsi yaitu Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, Sumatera

Utara, Sumatera Selatan, Riau, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Kalimantan Timur serta seminar Talkshow dan

pemeriksaan tekanan darah yang diselenggarakan Pusat Komunikasi Publik Depkes tanggal 28 Mei 2007 mendapat

sambutan yang antusias dari para karyawan Depkes.  

C.  Issue Mutakhir

Issue mutakhir tentang penyakit hipertensi

1. Departemen kesehatan bekerja sama dengan Indonesia Society of Hypertension (INA-SH) dan Novartis Indonesia bersosialisasi mendukung kampanye ”120/80” yang dilakukan RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, Yayasan Jantung Indonesia, Indonesia Society of Hypertension (INA-SH) dan Novartis Indonesia yang mana 1 dari setiap 7 kematian (7 juta pertahun) untuk itu diperlukan kesadaran masyarakat dengan tema Jagalah Tekanan Darah Anda pada Batas yang Aman .(Irfan arief,2007)

2. Dalam upaya mengatasi hipertensi WHO telah membuat pedoman (1978) yang kemudian direvisi pleb US Joint National Commitee (1984) . Dalam pedoman tersebut disebutkan bahwa HCT atau beta-blocker merupakan upaya tahap awal (tahap 1) mengatasi hipertensi.(Umi kadarwati,et al,2000)

3.  Untuk mencegah penderita datang berobat untuk pertama kalinya datang terlambat maka perlu ditingkatkan

upaya penyuluhan agar dari case-finding maupun pendidikan kesehatan dan penatalaksanaan pengobatannya yang

belum terjangkau masih sangat terbatas dimana sebagian besar penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan agar

sedini mungkin diberi pengobatan. (Kartari, 2000)4.   The National Heart, Lung, and Blood Institute”,  Program

Deteksi   dan Follow-up Hipertensi (HDFP) yang mana dengan menggunakan obat antihipertensi dilakukan survey

secara acak obat anti hipertensi yang diberikan terapi secara intensif dan cermat pada tekanan darah dengan tingkat

yang lebih rendah dapat mengurangi mortalitas secara statistic pada penderita hipertensi ringan (E.Nugroho,et al

1999)

5. Perlunya dilakukan pemberian informasi yang lebih intensif kepada penderita dimana menurut RS jantung Pembuluh Darah Harapan Kita, Yayasan Jantung Indonesia, Novartis &ndash; Hari Hipertensi Sedunia, 2007 National Cardiovascular Center Harapan Kita yaitu menggunakan obat sesuai dengan anjuran, Obat mempunyai efek samping dan apabila anda mengalami harap berkonsultasi dengan dokter, selalu memonitor tekanan darah secara rutin (Irfan Arief,2007)

BAB IVPENUTUP 

1. Kesimpulan1. Penyakit Hipertensi merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat yang mana dapat dihadapi baik itu

dibeberapa negara yang ada didunia maupun di Indonesia.

Page 16: Pre Valensi

2. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan hipertensi itu adalah dari kebiasaan atau gaya hidup masyarakat yaitu faktor herediter yang didapat pada keluarga, faktor usia, jenis kelamin, konsumsi garam yang berlebihan, kurang berolahraga, dan obesitas.

3. Pelaksanaan program penanggulangan yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan yang bekerjasama mendukung kampanye “120/180” yang dilakukan RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, Yayasan Jantung Indonesia, Indonesia Society of Hypertension (INA-SH) dan Novartis Indonesia dengan tema Jagalah Tekanan Darah Anda pada Batas yang Aman.

1. Saran1. Menggalakkannya kampanye “120/80” dengan tema Jagalah Tekanan Darah Anda pada Batas yang Aman

dapat memacu dalam peningkatan kesadaran masyarakat akan bahaya penyakit hipertensi.

2. Perlunya upaya penyuluhan agar dari case-finding maupun pendidikan kesehatan dan penatalaksanaan pengobatannya yang belum terjangkau masih sangat terbatas Untuk penderita datang berobat untuk

pertama kalinya datang terlambat dimana sebagian besar penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan agar sedini msungkin diberi pengobatan.

 

DAFTAR PUSTAKA 1.      Arief, Irfan. 2007. Hipertensi Penyebab Utama Penyakit Jantung. 2.      ————-.

2007.  Jagalah Tekanan Darah Anda pada Batas yang Aman.3.      Kartari. 2000. Pusat Penelitian Penyakit Tidak

Menular, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,Departemen Kesehatan R..I. , Jakarta.4.      Kurniawan,

Anie. 2002. Direktorat Gizi Masyarakat. 5.      Oceandy. Delvac. 1998. Alumnus Fakultas Kedokteran Universitas

Airlangga,    Surabaya.6.      Pinzon, Rizaldy 2000. .Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 7.      Santi

Martini, Lucia Y. 2004. Hendrati Perbedaan Risiko Kejadian Hipertensi Menurut Pola Merokok.

8. Sulistia, Gan. 1998. Farmakologi dan Terapi. Bagian Farmakologi. FKUL

9. Sunarti, Sri. 2002. Hubungan Antara Stres Dengan Kejadian Hipertensi Di RSUI Kustati. Surakarta.

Lain-lain

1. Karnadi, J. 2007. Medical dictionary definition of hypertension.

(http;//www.CerminDuniaKedokteran.com/index.php?option=com_content&task=view&id=38&Itemid=12). Diakses tanggal 1 Oktober 2007, pukul 20.00 WITA.