Download - Uji pre
Uji pre-klinik
Nodiar memiliki khasiat sebagai anti diare nonspesifik.
Fitofarmaka ini mengandung
Attapulgite 300 mg,
ekstrak Psidii folium (daun jambu biji) 50 mg,
ekstrak Rhizoma Curcuma domesticae (rimpang kunyit) 7,5 mg.
Dosis yang digunakan adalah 2 kapsul sesudah buang air besar, maksimal 3x sehari.
Jika dosis sebanyak 2 kapsul dikonversikan ke dosis hewan uji berupa tikus dengan berat 200 g, maka:
dosis=(70 kg)/(60 kg)×715 mg×0,018=15,015 mg/200g tikus. =0,075 mg/gBB tikus.
Jika diketahui berat tikus adalah 210 g, maka dosisnya menjadi: dosis=(0,075 mg)⁄g×210 g=15,75 mgkapsul=(15,75 mg)/(357,5 mg)×1 kapsul=0,044 kapsul
Jadi, dosis 15,75 mg setara dengan 0,044 kapsul. Maka, tikus dengan berat 210 g memerlukan 0,044 kapsul.
Daun jambu biji merupakan komposisi utama pada fitofarmaka ini karena berdasarkan pengalaman empiric, tanaman ini dapat menghentikan diare. Dosis empiriknya sebanyak 9 lembar daun jambu biji dibuat infusa bersama dengan kunyit sebanyak 1 jari, 4 butir biji kedawung (disangrai), 4 g rasuk angin, 110 ml air. Diminum 2 kali sehari, yaitu pagi dan sore. Setiap kali minum 100 ml, dan diulang selama 4 hari.
Berdasarkan penelitian, daun jambu biji mengandung total minyak 6% dan minyak atsiri 0,365%; 3,15% resin; 8,5% tannin, dan lain-lain. Komposisi utama minyak atsiri yaitu pinene limonene, menthol, terpenyl acetate, isopropyl alcohol, longicyclene, caryophyllene, bisabolene, caryophyllene oxide, copanene, farnesene, humulene, selinene, cardinene dan curcumene. Minyak atsiri dari daun jambu biji juga mengandung nerolidiol, sitosterol, ursolic, crategolic, dan guayavolic acids. Selain itu juga mengandung minyak atsiri yang kaya akan cineol dan empat triterpenic acids sebaik ketiga jenis flavonoid yaitu; quercetin, 3-L-4-4- arabinofuranoside (avicularin). Kuersetin menunjukkan efek antibakteri dan antidiare dengan mengendurkan otot polos usus dan menghambat kontraksi usus. Berdasarkan studi mengenai ekstrak daun jambu biji, adanya kuersetin dapat menghambat pelepasan asetilkolin di saluran cerna.
Uji pra klinik psidii folium sebagai Antidiare
Efek Ekstrak Daun Jambu Biji Daging Buah Putih dan Jambu Biji Daging Buah Merah
Sebagai Antidiare
I Ketut Adnyana*, Elin Yulinah, Joseph I. Sigit, Neng Fisheri K., Muhamad Insanu
Unit Bidang Ilmu Farmakologi-Toksikologi, Departemen Farmasi, Institut Teknologi Bandung,
Jl. Ganesha 10 Bandung 40132
(Diterima 10 Maret 2004, disetujui 28 April 2004)
Telah duji aktivitas antibakteri (penyebab diare) ekstrak etanol daun jambu biji daging
buah putih dan jambu biji daging buah merah (Psidium guajava L., Myrtaceae) terhadap bakteri
Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Shigella flexneri, dan Salmonella typhi dan uji antidiare
dengan metode proteksi terhadap diare imbasan-minyak jarak dan metode transit intestinal pada
mencit. Ekstrak etanol daun jambu biji daging buah putih memiliki kemampuan hambat bakteri
yang lebih besar daripada jambu biji daging buah merah (KHM terhadap Escherichia coli (60
mg/ml vs >100 mg/ml), Shigella dysenteriae (30 mg/ml vs 70 mg/ml), Shigella flexneri (40
mg/ml vs 60 mg/ml), dan Salmonella typhi (40 mg/ml vs 60 mg/ml). Tidak terdapat perbedaan
bermakna pada konsistensi feses, berat total feses, waktu munculnya diare, lamanya diare, dan
kecepatan transit usus untuk kedua ekstrak uji dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Frekuensi defekasi mencit yang diberi ekstrak etanol daun jambu biji daging buah putih 150
mg/kg bb pada menit ke180-240 menunjukkan perbedaan bermakna dibanding kelompok kontrol
(p<0,05).
Pengujian aktivitas antibakteri
Aktivitas antibakteri diuji dengan metode difusi agar menggunakan cakram kertas dan metode
pengenceran agar. (i) Metode difusi agar dilakukan dengan cara mencampur sebanyak 50 μl
masing-masing suspensi bakteri ke dalam 15 ml media agar yang telah di cairkan dalam cawan
petri steril dan kemudian dibiarkan menjadi padat. Cakram kertas dengan diameter 6 mm
diletakkan pada permukaan media padat. Pada cakram diteteskan 20 μl masing-masing zat uji
kemudian dibarkan selama 30 menit pada suhu kamar sebelum dimasukkan ke inkubator 37° C.
(ii) Pengujian dengan metode pengenceran agar dilakukan dengan cara mele-takkan 0,5 ml
ekstrak uji pada cawan petri ditambah 14,5 ml media agar hangat yang masih cair, dibiarkan
mendingin, lalu digoreskan suspensi bakteri uji ke atas permukaan agar.
Metode proteksi terhadap diare oleh Minyak jarak
Hewan percobaan berupa mencit putih jantan Swiss Webster sehat dengan bobot 20-25 g dan
memiliki feses normal dikelompokkan secara acak menjadi 9 kelompok. Mencit dipuasakan
selama satu jam sebelum percobaan dimulai, tiap kelompok diberi sediaan per oral 0,5 ml/20 g
bb, kemudian ditempatkan di dalam bejana individual yang beralaskan kertas saring pengamatan
yang terlebih dahulu dikeringkan dan ditimbang. Satu jam setelah perlakuan, tiap mencit kecuali
dari kelompok normal diberi 0,75 ml minyak jarak. Respon tiap mencit diamati selang 30 menit
sampai 4 jam, dan pada 5 jam setelah pemberian minyak jarak, meliputi waktu terjadinya diare,
frekuensi diare, konsistensi dan jumlah atau bobot feses serta jangka waktu berlangsungnya
diare.
Metode transit intestinal
Hewan percobaan berupa mencit putih Swiss Webster jantan dewasa sehat dengan berat 20-25 g
dipuasakan selama lebih kurang 18 jam namun tetap diberi minuman. dikelompokkan secara
acak ke dalam 8 kelompok. Pemberian ekstrak uji, pembawa atau pembanding diberikan pada
saat t = 0. Setelah t = 45 menit, mencit diberi suspensi norit sebanyak 0,1 ml/10 g secara oral.
Pada t = 65 menit, mencit dikorbankan secara dislokasi tulang leher. Usus mencit dikeluarkan
secara hati-hati jangan sampai terenggang. Panjang seluruh usus dan bagian usus yang yang
dilalui marker norit mulai dari pilorus sampai ujung akhir (berwarna hitam) diukur dari masing-
masing hewan kemudian dihitung perbandingan jarak yang ditempuh marker terhadap panjang
usus keseluruhan.
Hasil dan Pembahasan
Hasil percobaan in vitro menunjukkan bahwa ekstrak etanol jambu biji daging buah putih
memiliki konsentrasi hambat minimum (KHM) 40 mg/ml terhadap bakteri Shigella flexneri, 30
mg/ml terhadap bakteri Shigella dysenteriae, 40 mg/ml terhadap Escherichia coli, dan 60 mg/ml
terhadap bakteri Salmonella typhi.
Ekstrak etanol jambu biji daging buah merah memiliki KHM 50 mg/ml terhadap bakteri Shigella
flexneri, 40 mg/ml terhadap bakteri Shigella dysenteriae, 40 mg/ml terhadap Escherichia coli,
dan tidak terdapat hambatan hingga konsentrasi 100 mg/ml terhadap bakteri Salmonella typhi
(Tabel 1).
Ekstrak etanol jambu biji daging buah putih memiliki aktivitas lebih kuat terhadap Salmonella
typhi dibandingkan dengan ekstrak etanol jambu biji daging buah merah, dengan demikian
ekstrak etanol jambu biji daging buah putih dapat lebih manjur untuk mengobati diare yang
disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi.
Percobaan in vivo menunjukkan bahwa ekstrak jambu biji daging buah merah 150 mg/kg
bobot badan mampu menekan frekuensi defekasi yang berbeda secara bermakna dari kontrol
positif, namun pada dosis 300 mg/kg bobot badan dan 600 mg/kg bobot badan tidak menekan
frekuensi defekasi secara berarti (p<0,05). Hal ini diperkirakan karena konsentrasi ekstrak yang
kental sehingga mempengaruhi fisiologis hewan uji yang mengakibatkan efek obat tidak begitu
terlihat. Pengaruh serupa juga terjadi pada konsistensi feses, pada dosis 150 mg/kg bobot badan
mampu meningkatkan konsistensi sehingga feses tidak berada dalam keadaan cair pada menit ke-
210. Tidak terdapat perbedaan bermakna pada waktu diare, lama diare, berat total feses, dan
transit usus.
Ekstrak daun jambu biji daging buah merah 150, 300, dan 600 mg/kg bobot badan tidak
menunjukkan terjadinya penekanan frekuensi defekasi pada mencit diare yang diinduksi dengan
minyak jarak. Ekstrak uji juga tidak memberikan perbedaan bermakna pada konsistensi feses,
waktu diare, lama diare, berat total feses pada mencit diare dan waktu transit usus pada mencit
normal.
Kesimpulan
Ekstrak etanol daun jambu biji daging buah putih dan ekstrak etanol daun jambu biji daging buah
merah menghambat pertumbuhan Shigella dysenteriae masing-masing pada konsentrasi 40
mg/ml dan 50 mg/ml, terhadap Shigella flexneri masing-masing pada konsentrasi 30 mg/ml dan
40 mg/ml, terhadap Escherichia coli masing-masing pada konsentrasi 40 mg/ml, dan terhadap
Salmonella typhi hanya ekstrak etanol daun jambu biji daging buah putih pada konsentrasi 60
mg/ml. Ekstrak etanol daun jambu biji daging buah putih menunjukkan aktivitas antibakteri yang
lebih kuat dibandingkan ekstrak etanol daun jambu biji daging buah merah. Kedua ekstrak uji
tidak menunjukkan perbedaan efek yang bermakna terhadap konsistensi feses, berat total feses,
waktu munculnya diare, lamanya diare, dan transit usus. Frekuensi defekasi ekstrak etanol daun
jambu biji daging buah putih 150 mg/kg bb pada menit ke-180 sampai 240 berbeda bermakna
dibandingkan dengan kelompok kontrol (p<0,05).