tutorial sk 1
DESCRIPTION
dszheahTRANSCRIPT
DOMAIN PERILAKU KESEHATAN
Perilaku manusia itu sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku itu ke dalam 3 domain (ranah / kawasan) meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas.
Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan. Bahwa dalam tujuan suatu pendidikan adalah mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut yang terdiri dari ranah kognitif, ranah afektif, ranah psikomotor. Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan hasil pendidikan, ketiga domain ini diukur dari :
a. Pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (knowledge).
b. Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (attitude).
c. Praktek atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan materi pendidikan yang diberikan (practice).
Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai pada domain kognitif, dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau objek di luarnya. Sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada subjek tersebut dan selanjutnya menimbulkan respons batin dalam bentuk sikap si subjek terhadap objek yang diketahui itu. Akhirnya rangsangan yakni objek yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya tersebut akan menimbulkan respons lebih jauh lagi, yaitu berupa tindakan (action) terhadap atau sehubungan dengan stimulus atau objek tadi.
Namun demikian dalam kenyataannya, stimulus yang diterima oleh subjek dapat langsung menimbulkan tindakan. Artinya seseorang dapat bertindak atau berperilaku baru tanpa mengetahui terlebih dahulu makna stimulus yang diterimanya. Dengan kata lain tindakan (practice) seseorang tidak harus didasari oleh pengetahuan atau sikap.
Menurut Ki Hajar Dewantoro, tokoh pendidikan nasional kita, ketiga kawasan perilaku ini disebut cipta (kognisi), rasa (emosi) dan karsa (konasi). Tokoh pendidikan kita ini mengajarkan bahwa tujuan pendidikan adalah membentuk dan atau meningkatkan kemampuan manusia yang mencakup cipta, rasa dan karsa tersebut. Ketiga kemampuan tersebut harus dikembangkan bersama-sama secara seimbang sehingga terbentuk manusia Indonesia seutuhnya (harmonis).
1. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour). Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :
a. Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul.
c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d. Trial dimana subjek mulai mencoba untuk melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
e. Adoption dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahapan-tahapan tersebut di atas. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama. Suatu contoh dapat dikemukakan disini, ibu-ibu peserta KB yang diperintahkan oleh lurah atau ketua RT, tanpa ibu-ibu tersebut mengetahui makna dan tujuan KB, mereka akan segera keluar dari peserta KB setelah beberapa saat perintah tersebut diterima.
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya. Contoh : dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja yaitu dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya dapat membandingkan antara anak-anak yang cukup gizi dengan anak-anak yang kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya wabah diare di suatu tempat, dapat menafsirkan sebab-sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB, dan sebagainya. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas.
2. Sikap (Attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Beberapa batasan lain tentang sikap ini dapat dikutipkan sebagai berikut :
"An enduring system of positive or negative evaluations, emotional feelings and pro or conection tendencies will respect to social object" (Krech et al, 1982)
"An individual's social attitude is an syndrome of respons consistency with regard to social objects." (Cambell, 1950)
"A mental and neural state of rediness, organized through expertence, exerting derective or dynamic influence up on the individual's respons to all objects and situations with which it is related". (Allpor, 1954)
"Attitute entails an existing predisposition to respons to social abjects which in interaction with situational and other dispositional variables, guides and direct the obert behavior of the individual." (Cardno, 1955)
Dari batasan-batasan di atas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu.
Dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana
motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup bukan merupakan reaksi terbuka tingkah laku yang terbuka. Lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.
Dalam bagian lain Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yakni :
a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Suatu contoh seorang ibu telah mendengarkan penyakit polio (penyebabnya, akibatnya, pencegahannya, dan sebagainya). Pengetahuan ini akan membawa ibu untuk berpikir dan berusaha supaya anaknya tidak terkena polio. Dalam berpikir ini, komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga ibu tersebut berniat akan mengimunisasikan anaknya untuk mencegah supaya anaknya tidak terkena polio. Sehingga ibu ini mempunyai sikap tertentu terhadap objek yang berupa penyakit polio ini.
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni :
a. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap seseorang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatiannya terhadap ceramah-ceramah.
b. Merespons (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang menerima ide tersebut.
c. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya seorang ibu yang mengajak ibu lain (tetangganya, saudaranya, dan sebagainya) untuk pergi menimbangkan anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.
d. Bertanggung Jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB meskipun mendapatkan tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.
Pengukuran sikap dilakukan dengan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat
atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Misalnya bagaimana pendapat anda tentang pelayanan dokter di Rumah Sakit Cipto ?
Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden. Misalnya apabila rumah ibu luas, apakah boleh dipakai untuk kegiatan posyandu ? Atau saya akan menikah apabila sudah umur 25 tahun ? (sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju).
3. Praktek atau Tindakan (Practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam bentuk tindakan (overt behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Sikap ibu yang sudah positif terhadap imunisasi tersebut harus mendapat konfirmasi dari suaminya, dan ada fasilitas imunisasi yang mudah dicapai, agar ibu tersebut mengimunisasikan anaknya. Disamping faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain, misalnya suami atau isteri, orang tua atau mertua sangat penting untuk mendukung praktek keluarga berencana.
Tingkat-Tingkat Praktek
a. Persepsi
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil merupakan praktek tingkat pertama. Misalnya seorang ibu dapat memilih makanan yang bergizi tinggi bagi anak balitanya.
b. Respon Terpimpin (Guided Respons)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh merupakan indikator praktek tingkat kedua. Misalnya seorang ibu dapat memasak sayur dengan benar, mulai dari cara mencuci dan memotong-motongnya, lamanya memasak, menutup pancinya, dan sebagainya.
c. Mekanisme (Mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga. Misalnya seorang ibu yang sudah biasa mengimunisasi bayi pada umur-umur tertentu tanpa menunggu perintah atau ajakan orang lain.
d. Adaptasi (Adaptation)Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu
sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakannya tersebut. Misalnya ibu dapat memilih dan memasak makanan yang bergizi tinggi berdasarkan bahan-bahan murah dan sederhana.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.
Reff:
Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 2003.
JURNAL
The research was an analytical study using raw data from Indonesia Young Adult Reproductive Health Survey data in 2007 which done in 33 provinces. The respondents were young adults within age range 15-24 years old with single status, which comprised of 10.830 men and 8.481 women.
Result:
Research finding shows showed that risk behavior determinants among young adults in Indonesia were knowledge, attitude, age, sex, education level, economic status, access to information and media, communication with parents and also friends with risk behaviors. The most dominant variable was sex. Men were potentially 30 times higher to smoke, 10 times higher to drink alcohol, 20 times higher to misuse drug, and 5 times higher to do premarital sex, compared to women.
Perilaku Berisiko Remaja Di Indonesia, Menurut Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) Tahun 2007
Heny Lestary, Sugiharti Sugiharti
Jurnal Kesehatan Reproduksi, Vol 1, No.3 Agt (2011)
Badan Litbangkes Kemenkes RI
Link:
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/kespro/article/view/1389
Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :a.Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.b.Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.
Perubahan (Adopsi) Perilaku dan IndikatornyaPerubahan atau adopsi perilaku baru adalah suatu proses yang
kompleks dan memerlukan waktu yang relatif lama.Secara teori perubahan perilaku atau seseorang menerima atau mengadopsi
perilaku baru dalam kehidupannya melalui tiga tahap yaitu;1. PengetahuanSebelum seseorang mengadopsi perilaku (berperilaku baru), ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarganya. Indikator-indikator apa yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan, dapat di kelompokkan menjadi;a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi: Penyebab penyakit Gejala atau tanda-tanda penyakit Bagaimana cara pengobatan, atau kemana mencari pengobatan Bagaimana cara penularannya
Bagaimana cara pencegahannya termasuk imunisasi, dan sebagainyab.Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat, meliputi: Jenis-jenis makanan yang bergizi Manfaat makan yang bergizi bagi kesehatannya Penting olahraga bagi kesehatan Penyakit-penyakit atau bahaya-bahaya merokok, minum-minum keras, narkoba dan sebagainya.c.Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan Manfaat air bersih Cara-cara pembuangan limbah yang sehat, termasuk pembuangan kotoran yang sehat, dan sampah Manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat Akibat polusi (polusi air, udara, dan tanah) bagi kesehatan, dan sebagainya2. SikapTelah diuraikan di atas bahwa sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus atau objek (dalam hal ini adalah masalah kesehatan, termasuk penyakit). Oleh sebab itu indikator untuk sikap kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan kesehatan seperti di atas, yakni:a. Sikap terhadap sakit dan penyakitAdalah bagaimana penilaian atau pendapat seseorang terhadap: gejala atau tanda-tanda penyakit, penyebab penyakit, cara penularan penyakit, cara pencegahan penyakit, dan sebagainya. b. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehatAdalah penilaian atau pendapat seseorang terhadap cara-cara memelihara dan cara-cara(berperilaku) hidup sehat. c. Sikap terhadap kesehatan lingkunganAdalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap lingkungan dan pengaruhnya terhadap kesehatan.3.Praktek atau Tindakan (practice)Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui. Inilah yang disebut praktek (practice) kesehatan atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan (overt behavior). Indikator praktek kesehatan ini juga mencakup hal-hal tersebut di atas, yakni:a. Tindakan (praktek) sehubungan dengan penyakitTindakan atau perilaku ini mencakup:pencegahan penyakit, mengimunisasikan anaknya, melakukan pegurasan bak mandi seminggu sekali, menggunakan masker pada waktu kerja di tempat yang berdebu dan penyembuhan penyakit.b. Tindakan (praktek) pemeliharaan dan peningkatan kesehatanTindakan atau perilaku ini mencakup antara lain:mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang, melakukan olahraga secara teratur, tidak merokok,tidak minum-minuman keras dan narkoba,dan sebagainya.c. Tindakan (praktek) kesehatan lingkunganPerilaku ini antara lain mencakup:membuang air besar di jamban (WC),membuang sampah di tempat sampah, menggunakan air bersih untuk mandi,cuci,masak dan sebagainya.H. Aspek Sosio Psikologi Perilaku KesehatanDi dalam proses pembentukan dan atau perubahan perilaku dipengaruhi oleh bebarapa faktor yang berasal dari dalam individu itu sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain: Susunan saraf pusat, Persepsi, Motivasi, Emosi, dan Belaljar persepsi adalah pengalaman yang dihasilakan melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan sebagainya. Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak dan mencapai suatu tujuan tertentu. Hasil dari dorongan dan gerakan ini diwujudkan dalam bentuk perilaku.
DAFTAR PUSTAKA
Ircham Machfoedz dan Eko Suryani dan.2008.Pendidikan Kesehatan dan Promosi Kesehatan.Yogyakarta :Fitramaya. Muzaham,Fauzi.1995.Sosiologi Kesehatan.Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.Notoatmodjo,Soekidjo.2003.Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.Jakarta:Rineka Cipta.-----.2003.Ilmu Kesehatan Masyarakat.Jakarta:Rineka Cipta.
Rahim Ali,Arsad.2008.Staf Dinas Kesehatan Polewali Mandar.Polewali:http//www.arali2008.files.wordpress.com.Salan,Rudy.1988.Perilaku Kesakitan dan Peranan Sakit(suatu introduksi).Jakarta:http//www.depkes.go.id.
Indikator status kesehatan gigi dan mulut Pelayanan kesehatan gigi dan mulut sebagai bagian
integral dari pelayanan kesehatan secara kesseluruhan, telah
menetapkan indikator status kesehatan gigi dan mulut masyarakat
yang mengacu pada Global Goals for Oral Health 2020 yang
dikembangkan oleh FDI, WHO dan ADR.
Indikator Global Goals for Oral Health 2020, adalah :
1. Berkurangnya rasa sakit yang dinilai dari berkurangnya hari absen
di sekolah karena sakit
2. Peningkatan proporsi bebas karies pada usia 6 tahun
3. Penurunan komponen D dari DMF – T pada usia 12 tahun,
dengan perlhuhatian khusus pada kelompok beresiko tinggi.
4. Berkurangnya jumlah gigi diekstraksi karene kat\ries pada usia 18
tahun
(Target penurunan tidak diberikan secara spesifik karena
disesuaikan dengan faktor lokal)
Diambil dari berbagai sumber, diantaranya :
Pedoman UKGS, 2012
Tujuan dan Sasaran UKGS Tujuan UKGS secara umum tercapainya derajat
kesehatan gigi dan mulut peserta didik yang optimal.
Sedangkan tujuan UKGS adalah :
1. Meningkatnya pengetahuan, sikap dalam tindakan peserta didik
dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut.
2. Meningkatnya peran serta guru, dokter kecil, orang tua dalam upaya
promotif - preventif.
3. Terpenuhinya kebutuhan pelayanan medik gigi dan mulut bagi
peserta didik yang memerlukan.
Sasaran UKGS :
Sasaran pelaksanaan dan pembinaan UKGS meliputi :
1. Sasaran primer ; peserta didik (murid sekolah) TK, SD, SMP,
SMA dan sederajat.
2. Sasaran sekunder ; guru, petugas kesehatan, pengelola pendidikan,
orang tua murid serta TP UKS disetiap jenjang.
3. Sasaran skundekur ;
a. Lembaga pendidikan dari tingkat pra sekolah sampai pada sekolah
lanjutan tingkat atas, terma.suk perguruan agama serta pondok
pesantren beserta lingkungannya.
b. Sarana dan prasarana pendidikan kesehatan dan pelayanan
kesehatan.
c. Lingkungan ;
· Lingkungan sekolah
· Lingkungan keluarga
· Lingkungan masyarakat
Diambil dari berbagai sumber, diantaranya :
Pedoman UKGS, 2012
Perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yakni :
1. Faktor-faktor Predisposing (predisposing faktor)
Faktor-faktor predisposing adalah faktor-faktor yang
mempermudah atau mempredisposisikan terjadinya perilaku
seseorang. Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap
masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan
masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan,
sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat
sosial ekonomi, dan sebagainya.
2. Faktor-faktor Pemungkin (enabling faktor)
Faktor-faktor pemungkin adalah faktor-faktor yang
memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan.
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau
fasilitas kesehatan bagi masyarakat. Fasilitas ini pada hakikatnya
mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan,
maka faktor-faktor ini disebut juga faktor pendukung. Misalnya
Puskesmas, Posyandu, Rumah Sakit, tempat pembuangan air,
tempat pembuangan sampah, dan sebagainya.
3. Faktor-faktor Penguat (reinforcing faktor)
Faktor-faktor penguat adalah faktor-faktor yang
mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang
meskipun orang mengetahui untuk berperilaku sehat, tetapi tidak
melakukannya. Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku
tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku
para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga disini
undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun dari
pemerintah daerah terkait dengan kesehatan.
Wujud atau indikator dari masing-masing tersebut dalam
kesehata individu antara lain sebagai berikut.
1. Kesehatan fisik terwujud apabila seseorang tidak merasa sakit dan
memang secara klinis tidak sakit.Semua organ tubuh normal dan
berfungsi normal atau tidak ada gangguan fungsi tubuh.
2. Kesehatan mental(jiwa) mencakup dua komponen yakni pikiran
dan emosional.
a. Pikiranyang sehat tercermin dari cara berfikir seseorang yakni
mampu berfikir logis (masuk akal) atau berpikir secara runtut.
b. Emosionalyang sehat tercermin dari kemanpuan seseorang untuk
mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, khawatir,
sedih dan sebagainya.
3. Kesehatan Spiritualtercermin dari cara seseorang dari cara
mengekspresikan rasa syukur, pujian atau penyembahan terhadap
Sang Pencipta Alam dan seisinya (Allah Yang Maha Kuasa) secara
mudah spiritual yang sehat itu dapat dilihat dari praktek keagamaan
atau kepercayaannya serta perbuatan baik yang sesuai dengan
norma-norma masyarakat.
4. Kesehatan Sosialterwujud apabila seseorang mampu berhubungan
dengan orang lain secara baik, atau mampu berinteraksi dengan
orang atau kelompok lain tanpa membeda-bedakan ras, suku,
agama atau kepercayaan status sosial, ekonomi, politik dan
sebagainya ;saling menghargai dan toleransi.
Faktor-faktor yang memengaruhi pengetahuan seseorang :
1) Faktor Internal : faktor dari dalam diri sendiri, misalnya
intelegensia, minat, kondisi fisik.
2) Faktor Eksternal : faktor dari luar diri, misalnya keluarga,
masyarakat, sarana.
3) Faktor pendekatan belajar : faktor upaya belajar, misalnya strategi
dan metode dalam pembelajaran.
Beberapa rangsangan dapat menyebabkan orang merubah perilaku
mereka :
a. Faktor sosial, sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi
perilaku antara lain sktruktur sosial, pranata-pranata sosial dan
permasalahan-permasalahan sosial yang lain. Pada faktor sosial ini
bila seseorang berada pada lingkungan yang baik yang maka orang
tersebut akan memiliki perilaku sehat yang baik sedangkan
sebaliknya bila seseorang berada pada lingkungan yang kurang
baik maka orang tersebut akan memiliki perilaku sehat yang
kurang baik juga. Dukungan sosial (keluarga, teman) mendorong
perubaha perubahan sehat. Contohnya konsumsi alkohol, kebiasaan
merokok, dan perilaku seksual.
b. Faktor kepribadian, faktor ini yang mempengaruhi perubahan
perilaku salah satunya adalah perilaku itu sendiri (kepribadian)
yang dimana dipengaruhi oleh karakteristik individu, penilaian
individu terhadap perubahan yang ditawarkan, interaksi dengan
petugas kesehatan yang merekomen-dasikan perubahan perilaku,
dan pengalaman mencoba merubah perilaku yang serupa.
Contohnya yang berhubungan adalah rasa kehatian-hatian,
membatasi porsi pemakaian internet pada waktu-waktu tertentu
agar tidak menjadi addicted, ini akan membantu individu agar
dengan tidak menjadikan hal tersebut suatu kebiasaan ( habbit)
yang dapat merubah perilaku.
c. Faktor Sosial, rangsangan yang bersumber dari rasa takut, cinta,
atau harapan-harapan yang dimiliki yang bersangkutan. Contohnya
berhubungan dengan stress yang mendorong melakukan perilaku
tidak sehat seperti merokok.
Beberapa strategi untuk memperoleh perubahan perilaku bisa
dikelompokkan menjadi tiga bagian :
1. Menggunakan kekuatan / kekuasaan atau dorongan
Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran
sehingga ia mau melakukan perilaku yang diharapkan. Misalnya
dengan peraturan – peraturan / undang – undang yang harus
dipatuhi oleh masyarakat. Cara ini menyebabkan perubahan yang
cepat akan tetapi biasanya tidak berlangsung lama karena
perubahan terjadi bukan berdasarkan kesadaran sendiri. Sebagai
contoh adanya perubahan di masyarakat untuk menata rumahnya
dengan membuat pagar rumah pada saat akan ada lomba desa tetapi
begitu lomba / penilaian selesai banyak pagar yang kurang terawat.
2. Pemberian informasi
Adanya informasi tentang cara mencapai hidup sehat, pemeliharaan
kesehatan, cara menghindari penyakit dan sebagainya akan
meningkatkan pengetahuan masyarakat. Selanjutnya diharapkan
pengetahuan tadi menimbulkan kesadaran masyarakat yang pada
akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai pengetahuan
yang dimilikinya. Perubahan semacam ini akan memakan waktu
lama tapi perubahan yang dicapai akan bersifat lebih langgeng.
3. Diskusi partisipatif
Cara ini merupakan pengembangan dari cara kedua dimana
penyampaian informasi kesehatan bukan hanya searah tetapi
dilakukan secara partisipatif. Hal ini berarti bahwa masyarakat
bukan hanya penerima yang pasif tapi juga ikut aktif berpartisipasi
di dalam diskusi tentang informasi yang diterimanya. Cara ini
memakan waktu yang lebih lama dibanding cara kedua ataupun
pertama akan tetapi pengetahuan kesehatan sebagai dasar perilaku
akan lebih mantap dan mendalam sehingga perilaku mereka juga
akan lebih mantap.
Apapun cara yang dilakukan harus jelas bahwa perubahan perilaku
akan terjadi ketika ada partisipasi sukarela dari masyarakat,
pemaksaan, propaganda politis yang mengancam akan tidak
banyak berguna untuk mewujutkan perubahan yang langgeng.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori &
Aplikasi.Jakarta : Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu
Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta
Notoatmodjo,Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta
Pendekatan yang dilakukan dapat dilakukan dengan dua cara:
1. Pendekatan secara sugestif kita melakukan pendekatan pada penduduk di wilayah kumuh tersebut dengan cara menakut-nakuti mereka secara halus agar mereka memiliki keinginan, motivasi, dorongan ataupun kemauan untuk menjaga dan merawat kebersihan gigi dan mulut mereka supaya terhindar dari penyakit-penyakit yang mereka takuti.
1. Pendekatan secara persuasif kita melakukan pendekatan pada penduduk tersebut dengan cara memberikan pengetahuan kepada mereka mengenai kesehatan gigi dan mulut. Bisa dilakukan dengan mengadakan penyuluhan-penyuluhan.
Proses pembelajaran ada empat:
Kognitif (Pengetahuan)
Sikap seseorang bisa berubah karena adanya informasi, dipaksa dari lingkungan, dan keinginan untuk berubah.
Proses belajar (ada lupa dan ingat) mencakupi :
Trial dan error – ilmu yang didapat tidak bisa langsung masuk.
Gestal – dari bagian gambar yang sama tetapi pengertiang yang berbeda.
Jembatan keledai (singkatan) – khusus untuk pembelajaran mengingat.
Pembanjiran – pembelajaran secara terus menerus.
Ada 5 macam pengetahuan :
Pengetahuan Pemahaman
Analisa
Aplikasi
Sintesa
Afektif
Sikap yaitu segala sesuatu yang mendorong manusia untuk melakukan sesuatu. Misalnya motivasi dan disiplin. Sikap bukan merupakan perilaku, tidak dapat ditangkap oleh pancaindera tapi bisa diukur menggunakan skala tertentu.
Sikap yang positif:
– cenderung disiplin
– cenderung motivasi
– cenderung minat baik
Motivasi – intrinsik: melakukan sesuatu untuk mencapai cita-cita.
– ekstrinsik: melakukan sesuatu untuk dapat imbalan.
Perilaku / behaviour
Perilaku adalah tindakan dari pengetahuan/sikap yang dapat diamati oleh indera kita. (pengetahuan – sikap – perilaku). Sikap yang positif menghasilkan perilaku yang positif.
Perilaku sehat – orang yang mendapat informasi agar dirinya tetap sehat.
Perilaku sakit – orang yang sangat ekstrim. Kalau sakit harus mencari tahu dan mencari cara bagaimana harus mengobatinya.
Psikomotorik/keterampilan
Dalam memberi penyuluhan kita harus fokus pada orang yang dekat dengan objek (tokoh masyarakat).
Tokoh masyarakat sangat berpengaruh makanya kita harus mendekatkan diri agar masyarakat mulai ikutin tokoh (perilaku yang baik.)
Komunikasi
Satu arah
Komunikasi satu arah yaitu komunikasi yang berlangsung secara tidak aktif. Jadi hanya pembicara yang aktif, pendengar hanya mendengarkan saja (ceramah, pidato).
Dua arah
Yaitu komunikasi yang memiliki tujuan tertentu dan memiliki hubungan timbal balik (misalnya tanya jawab).
Dalam hal ini, untuk melakukan pendekatan kepada masyarakat di wilayah padat penduduk dan wilayah kumuh daerah aliran sungai, sebagai tenaga medis kita menggunakan pendekatan sugestif. Hal ini dilakukan karena bila kita hanya memberikan informasi tentang apa itu kesehatan gigi dan mulut, apa pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut, kemungkinan besar masyarakat tersebut hanya sebatas mengetahuitetapi tidak mengerti/memahami apa yang sebaiknya mereka lakukan. Jadi kita harus mempengaruhi emosi mereka dengan hal-hal yang nantinya akan menberikan dampak positif bagi mereka. Sebagai contoh kita dapat mengatakan bahwa sakit gigi bisa menyebabkan penyakit jantung dan kencing manis karena banyak orang yang berpikiran bahwa penyakit tersebut adalah penyakit yang sangat menakutkan/mengerikan sehingga mereka akan mencoba dan berusaha menghindari penyakit tersebut dengan cara mulai menjaga dan merawat kesehatan gigi dan mulut mereka.
Program-program yang dilakukan untuk memperbaiki perilaku kesehatan gigi dan mulut dapat berupa penyuluhan, pelatihan kader-kader kesehatan gigi dan mulut, dan lain-lain. Setalah program berjalan dengan baik, kita tidak boleh lepas tangan begitu saja. Kita harus tetap memantau secara berkala kondisi kesehatan gigi dan mulut masyarakat di daerah tersebut dengan melakukan survey ulang dalam jangka waktu tertentu dan tetap melanjutkan pelatihan kader kesehatan supaya tidak berhenti pada satu titik saja (kader kesehatannya bukan itu-itu saja), tapi berkelanjutan. Diberikan penyuluhan juga harus secara bertahap sampai tingkat kesadaran warga terhadap kesehatan mereka meningkat. Hal ini juga harus di dukung dengan pengadaan fasilitas yang memadai agar tingkat kesehatan mereka meningkat meskipun kondisi lingkungan tempat mereka tinggal tidak mendukung.Untuk jangka panjang masyarakat ini harus tetap di pantau agar tingkat kesadaran mereka tidak menurun.
Buletin PPSDM Kesehatan Edisi 5/X/200
Dinkes Provinsi Jawa Timur DIPA PROGRAM Perbaikan Gizi Masyarakat (2006)
http://cintalestari.wordpress.com/2010/02/14/manajemen-puskesmas-dan-posyandu/
NN.Buku Pegangan Lembaga Pembina Posyandu, 2006.Pemkab Probolinggo:Pusat Promosi Kesehatan
Persatuan Dokter Gigi Indonesia dalam Kompas.Jumat, 06 Juli 2007
2. Teori yang berhubungan dengan determinan
perilaku.
1. Teori Laurence Green
Green menganalisis prilaku manusia dari tingkat
kesehatan. Menurut Green kesehatan individu maupun masyarakat
dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu :
1. Factor perilaku (behaviour cause)
Prilaku dibentuk oleh 3 faktor antara lain :
Faktor-faktor predisposisi
(predisposing factors) yang
terwujud dalam
pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan,
nilai-nilai, dan sebagainya.
Faktor-faktor pendukung
( enebling factors), yang
terwujud dalam lingkungan
fisik, tersedia atau tidak
tersedianya fasilitas-
fasilitas atau sarana-sarana
kesehatan, misalnya
puskesmas, obat-obatan,
alat-alat kontrasepsi,
jamban, dan sebagainya.
Faktor-faktor pendorong
(renforcing factors), yang
terwujud dalam sikap dan
perilaku petugas kesehatan
atau petugas lain, yang
merupakan kelompok
referensi dari perilaku
masyarakat.
Model ini dapat digambar sebagai berikut :
B = f (PF,EF,RF)
Dimana :
B = behaviour
PF = predisposing factors
EF = enebling factors
RF = reinforcing factors
f = fungsi
Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat
tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap,
kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat
yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan fasilitas, sikap,
dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan
mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.
Seseorang yang tidak mau mengimunisasikan anaknya di
posyandu dapat disebabkan karena orang tersebut tidak atau belum
mengetahui manfaat imunisasi bagi anaknya. (predisposing factor)
Atau barangkali juga karena rumahnya jauh dari
posyandu atau puskesmas tempat mengimunisasikan anaknya
( enebling factor).
Sebab lain, mungkin karena para petugas kesehatan atau
tokoh masyarakat lain disekitarnya tidak pernah mengimunisasikan
anaknya ( reinforcing factors).
1. Factor diluar perilaku (non-behaviour
cause)
2. Teori Snehandu B. Kar
Kar menganalisis perilaku kesehatan dengan bertitik tolak
bahwa perilaku itu merupakan fungsi dari :
Niat seseorang untuk
bertindak sehubungan
dengan kesehatan atau
perawatan kesehatannya
(behaviour intention)
Dukungan social dari
masyarakat sekitarnya
(social-support)
Ada atau tidak adanya
informasi tentang
kesehatan atau fasilitas
kesehatan ( accessibility of
information)
Otonomi pribadi yang
bersangkutan dalam hal ini
mengambil tindakan atau
keputusan (personal
autonomy)
Situasi yang
memungkinkan untuk
bertindak atau tidak
bertindak (action situation).
Uraian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
B = f (BI, SS, AL, PA, AS)
Dimana :
B = behaviour
f = fungsi
BI = behaviour intention
SS = social support
AI = accessibility of information
PA = personal autonomy
AS = action situation.
Seorang ibu yang tidak mau ikut KB, mungkin karena ia tidak
ada minat dan niat terhadap KB (behaviour intention), atau
barangkali juga karena tidak ada dukungan dari masyarakat
sekitarnya ( social support). Mungkin juga karena kurang atau tidak
memperoleh informasi yang kuat tentang KB (accessibility of
information), atau mungkin ia tidak mempunyai kebebasan untuk
menentukan, misalnya harus tunduk kepada suaminya, mertuanya
atau orang lain yang ia segani 9personal autonomy). Factor lain
yang mungkin menyebabkan ibu ini tidak ikut KB adalah karena
situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan, misalnya alasan
kesehatan (action situation)
3. Teori WHO
Tim kerja dari WHO mengenalisis bahwa yang menyebabkan
seseorang itu berprilaku tertentu karena adanya 4 alasan pokok.
yaitu :
1. Sikap akan terwujud didalam suatu tindakan tergantung
pada situasi saat itu.
2. Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang
mengacu kepada pengalaman orang lain.
3. Sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan
berdasarkan pada banyak atau sedikitnya pengalaman
seseorang.
4. Nilai (value).
Pemikiran dan perasaan (thoughts and felling), yakni
dalambentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-
kepercayaan, dan penilaian-penilaian seseorang terhadap objek
(dalam hal ini adalah objek kesehatan).
1. Pengetahuan
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau
pengalaman orang lain. Seorang anak memperoleh
pengetahuan bahwa api itu panas setelah memperoleh
pengetahuan bahwa api itu panas setelah memperoleh
pengalaman, tangan atau kakinya kena api. Seorang ibu akan
mengimunisasikan anaknya setelah melihat anak tetangganya
kena penyakit polio sehingga cacat, karena anak tetangganya
tersebut belum pernah memperoleh imunisasi polio.
2. Kepercayaan
Kepercayaan sering di peroleh dari orang tua, kakek, atau
nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan
keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.
Misalnya wanita hamil tidak boleh makan telur agar tidak
kesulitan waktu melahirkan.
3. Sikap
Sikap mengambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap
objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau
orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang
mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap
positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud
dalam suatu tindakan yang nyata. Hal ini disebabkan oleh
beberapa alasan yang telah disebutkan diatas.
1. Sikap akan terwujud didalam suatu tindakan
tergantung pada situasi saat itu. Misalnya,
seorang ibu yang anaknya sakit, segera ingin
membewanya ke puskesmas, tetapi pada saat
itu tidak mempunyai uang sepeserpun sehingga
ia gagal membawa anaknya ke puskesmas.
2. Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh
tindakan yang mengacu kepada pengalaman
orang lain. Seorang ibu tidak mau membawa
anaknya yang sakit keras kerumah sakit,
meskipun ia mempunyai sikap yang positif
terhadap RS, sebab ia teringat akan anak
tetangganya yang meninggal setelah beberapa
hari di RS.
3. Sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu
tindakan berdasarkan pada banyak atau
sedikitnya pengalaman seseorang. Seorang
akseptor KB dengan alat kontrasepsi IUD
mengalami perdarahan. Meskipun sikapnya
sudah positif terhadap KB, tetapi ia kemudian
tetap tidak mau ikut KB dengan alat
kontrasepsi apapun.
4. Nilai (value). Di dalam suatu masyarakat
apapun selalu berlaku nilai-nilai yang menjadi
pegangan setiap orang dalam
menyelenggarakan hidup bermasyarakat.
Misalnya, gotong royong adalah suatu nilai
yang selalu hidup di masyarakat.
4. Orang penting sebagai referensi
Perilaku orang lebih-lebih prilaku anak kecil, lebih
banyak dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggap penting.
Apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa yang ia
katakan atau perbuatan cenderung untuk dicontoh. Untuk
anak-anak sekolah misalnya, maka gurulah yang menjadi
panutan perilaku mereka. Orang-orang yang dianggap penting
ini sering disebut kelompok referensi (reference group), antara
lain guru, para ulama, kepala adapt (suku), kepala desa, dan
sebagainya.
4. Sumber-sumber daya (resource)
Sumber daya disini mencakup fasilitas, uang, waktu,
tenaga, dan sebagainya. Semua itu berpengaruh terhadap
perilaku seseorang atau sekelompok masyarakat. Pengaruh
sumber daya terhadap perilaku dapat bersifat positif maupun
negative. Misalnya pelayanan puskesmas, dapat berpengaruh
positif terhadap perilaku penggunaan puskesmas tetapi juga
dapat berpengaruh sebaliknya.
4. Perilaku normal, kebiasaan, nilai-
nilai, dan penggunaan sumber-
sumber didalam suatu masyarakat
akan menghasilkan suatu pola hidup
(way of life) yang pada umumnya
disebut kebudayaan.
Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama
sebagai akibat dari kehidupan suatu masyarakat bersama.
Kebudayaan selalu berubah, baik lambat ataupun cepat, sesuai
dengan peradaban umat manusia. Kebudayaan atau pola hidup
masyarakatdi sini merupakan kombinasi dari semua yang telah
disebutkan diatas.
Perilaku yang normal adalah salah satu aspek dari
kebudayaan, dan selanjutnya kebudayaan mempunyai pengaruh
yang dalam terhadap perilaku ini.
Perilaku yang sama diantara beberapa orang dapat
disebabkan oleh sebab atau latarbelakang yang berbeda-beda.
Misalnya, alasan masyarakat tidak mau berobat kepuskesmas.
Mungkin karena tidak percaya terhadap puskesmas, mungkin takut
pada dokternya, mungkin tidak tahu fungsinya puskesmas, dan lain
sebagainya.
Secara sederhana dapat diilustrasikan sebagai berikut :
B = f (TF, PR, R, C)
Di mana :
B = behaviour
f = fungsi
TF = thoughts and feeling
PR = personal reference
R = resources
C = culture
Disimpulkan bahwa prilaku kesehatan seseorang atau
masyarakat ditentukan oleh pemikiran dan perasaan seseorang,
adanya orang lain yang dijadikan referensi dan sumber-sumber atau
fasilitas-fasilitas yang dapat mendukung perilaku dan kebudayaan
masyarakat. Seseorang yang tidak mau membuat jamban keluarga,
atau tidak mau buang air besar dijamban, mungkin karena ia
mempunyai pemikiran dan perasaan yang tidak enak kalau buang
air besar dijamban (thought and feeling). Atau barangkali karena
tokoh idolanya juga tidak membuat jamban keluarga sehingga tidak
ada orang yang menjadi referensinya (personal reference). Factor
lain juga mungkin karena langkah sumber-sumber yang diperlukan
atau tidak mempunyai biaya untuk membuat jamban keluarga
(resource). Factor lain lagi mungkin karena kebudayaan (culture),
bahwa jamban keluarga belum merupakan budaya masyarakat.
3. Teori Perubahan Perilaku
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus
atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi
spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak.
Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling
berinteraksi. Sering tidak disadari bahwa interaksi tersebut amat
kompleks sehingga kadang-kadang kita tidak sempat memikirkan
penyebab seseorang menerap-kan perilaku tertentu. Karena itu
amat penting untuk dapat menelaah alasan dibalik perilaku
individu, sebelum ia mampu mengubah perilaku tersebut.
1. Health Belief Model
Model perilaku ini dikembangkan pada tahun 50�an dan
didasarkan atas partisipasi masyarakat pada program deteksi dini
tuberculosis. Analisis terhadap berbagai faktor yang mempengaruhi
partisipasi masyarakat pada program tersebut kemudian
dikembangkan sebagai model perilaku. Health belief Model
didasarkan atas 3 faktor esensial ;
1. Kesiapan individu intuk merubah perilaku dalam rangka
menghindari suatu penyakit atau memperkecil risiko
kesehatan.
2. Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang
membuatnya merubah perilaku.
3. Perilaku itu sendiri.
Ketiga faktor diatas dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang
berhubungan dengan kepribadian dan lingkungan individu, serta
pengalaman berhubungan dengan sarana & petugas kesehatan.
Kesiapan individu dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti
persepsi tentang kerentanan terhadap penyakit, potensi ancaman,
motivasi untuk memperkecil kerentanan terhadap penyakit, potensi
ancaman, dan adanya kepercayaan bahwa perubahan perilaku akan
memberikan keuntungan.
Faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku adalah
perilaku itu sendiri yang dipengaruhi oleh karakteristik individu,
penilaian individu terhadap perubahan yang di tawarkan, interaksi
dengan petugas kesehatan yang merekomen-dasikan perubahan
perilaku, dan pengalaman mencoba merubah perilaku yang serupa.
2. Konsep Perilaku
Sebelum kita membicarakan tentang perilaku kesehatan,
terlebih dahulu akan dibuat batasan tentang perilaku itu
sendiri. Perilaku dari pandangan biologis adalah
merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang
bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakekatnya
adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Oleh
sebab itu, perilaku manusia itu mempunyai bentangan
yang sangat luas, mencakup berjalan, berbicara, bereaksi,
berpakaian, dan sebagainya. Bahkan kegiatan internal
(internal activity) seperti berpikir, persepsi dan emosi
juga merupakan perilaku manusia. Untuk kepentingan
kerangka analisis dapat dikatakan bahwa perilaku adalah
apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat
diamati secara langsung atau secara tidak langsung.
Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan
organisme tersebut dipengaruhi baik oleh faktor genetik
(keturunan) dan lingkungan. Secara umum dapat
dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan ini
merupakan penentu dari perilaku makhluk hidup
termasuk perilaku manusia.
Hereditas atau faktor keturunan adalah konsepsi dasar atau
modal untuk perkembangan perilaku makhluk hidup itu untuk
selanjutnya. Sedangkan lingkungan adalah suatu kondisi atau
merupakan lahan untuk perkembangan perilaku tersebut. Suatu
mekanisme
pertemuan antara kedua faktor tersebut dalam rangka
terbentuknya perilaku disebut proses belajar (learning process).
Skinner (1938) seorang ahli perilaku mengemukakan bahwa
perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus)
dan tanggapan (respon) dan respons. Ia membedakan adanya 2
respons, yakni :
a. Respondent Respons atau Reflexive Respons
Adalah respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan
tertentu. Perangsangan-perangsangan semacam ini disebut
eliciting stimuli karena menimbulkan respons-respons yang
relatif tetap, misalnya makanan lezat menimbulkan keluarnya air
liur, cahaya yang kuat akan menyebabkan mata tertutup, dan
sebagainya. Pada umumnya perangsangan-perangsangan yang
demikian itu mendahului respons yang ditimbulkan. Respondent
respons (respondent behaviour) ini mencakup juga emosi
respons atau emotional behaviour. Emotional respons ini timbul
karena hal yang kurang mengenakkan organisme yang
bersangkutan, misalnya menangis karena sedih atau sakit, muka
merah (tekanan darah meningkat karena marah). Sebaliknya hal-
hal yang mengenakkan pun dapat menimbulkan perilaku
emosional misalnya tertawa, berjingkat-jingkat karena senang
dan sebagainya.
b. Operant Respons atau Instrumental Respons
Adalah respons yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh
perangsang tertentu. Perangsang semacam ini disebut reinforcing
stimuli atau reinforcer karena perangsangan-perangsangan
tersebut memperkuat respons yang telah dilakukan oleh
organisme. Oleh sebab itu, perangsang yang demikian itu
mengikuti atau memperkuat suatu perilaku yang telah dilakukan.
Apabila seorang anak belajar atau telah melakukan suatu
perbuatan kemudian memperoleh hadiah maka ia akan menjadi
lebih giat belajar atau akan lebih baik lagi melakukan perbuatan
tersebut. Dengan kata lain responnya akan lebih intensif atau
lebih kuat lagi. Didalam kehidupan sehari-hari, respons jenis
pertama (responden respons atau respondent behaviour) sangat
terbatas keberadaannya pada manusia. Hal ini disebabkan karena
hubungan yang pasti antara stimulus dan respons, kemungkinan
untuk memodifikasinya adalah sangat kecil. Sebaliknya operant
respons atau instrumental behaviour merupakan bagian terbesar
dari perilaku manusia dan kemungkinan untuk memodifikasi
sangat besar bahkan dapat dikatakan tidak terbatas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku
dibedakan menjadi 2, yakni
faktor intern.
Faktor intern mencakup pengetahuan, kecerdasan,
persepsi, emosi, motivasi dan sebagainya yang berfungsi
untuk mengolah rangsangan dari luar. Sedangkan faktor
ekstern meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun
non fisik seperti iklim, manusia, sosial ekonomi,
kebudayaan dan sebagainya. Dari uraian di atas tampak
jelas bahwa perilaku merupakan konsepsi yang tidak
sederhana, sesuatu yang kompleks, yakni suatu
pengorganisasian proses-proses psikologis oleh
seseorang yang memberikan predisposisi untuk
melakukan responsi menurut cara tertentu terhadap suatu
objek.
Saparinah Sadli (1982) menggambarkan individu dengan
lingkungan social yang saling mempengaruhi didalam suatu
diagram. Keterangan :
a. Perilaku kesehatan individu; sikap dan kebiasaan individu
yang erat kaitannya dengan lingkungan.
b. Lingkungan keluarga; kebiasaan-kebiasaan tiap anggota
keluarga mengenai kesehatan.
c. Lingkungan terbatas; tradisi, adat-istiadat dan kepercayaan
masyarakat sehubungan dengan kesehatan.
d. Lingkungan umum; kebijakan-kebijakan pemerintah dibidang
kesehatan, undang-undang kesehatan, program-program
kesehatan, dan sebagainya.
Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. 2006. Prinsip-Prinsip
Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei.
Jakarta : Rineka Cipta. 2003.
Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. 2007. Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta
II.3. Komponen dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Menurut Allport ( 1954 cit. Notoatmodjo 2005 ), sikap terdiri dari 3 komponen pokok, dimana ketiga komponen ini secara bersamasama membentuk sikap yang utuh. Ketiga komponen tersebut yaitu :
1. Kepercayaan atau keyakinan dan konsep terhadap objek. Artinya, bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana penilaian orang tersebut terhadap objek.
3. Kecenderungan dalam bertindak, artinya sikap adalah komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah ancang – ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka.
Sedangkan menurut Herijulianti, dkk.( 2002 ), ada beberapa hal yang dapat ikut menyebabkan terjadinya suatu sikap. Hal-hal tersebut terdiri dari 5 faktor yang mempengaruhi sikap masyarakat, yaitu :
1. Kesadaran
Seseorang perlu mengetahui terlebih dahulu tentang suatu hal tersebut. Pada tingkat ini seseorang baru menyadari akan adanya suatu gagasan yangbaru, misalnya seseorang sadar bahwa gigi yang berlubang dapat dirawat dengan penambalan.
2. Perhatian Settlah seseorang sadar ia mempunyai keinginan untuk mengetahui apa gagasan itu, bagaimana gagasan tersebut, dan adakah keuntungannya bila gagasan tersebut diterima untuk dirinya maupun keluarganya. Dalam tingkat ini diperlukan data dan informasi yang lebih lengkap sehingga ia akan mencari keterangan atau informasi lebih lanjut tentang, apakah jika giginya ditambal, giginya akan sakit.
3. Evaluasi
Dalam tingkat ini apabila seseorang merasa bahwa gagasan itu baik, ia akan mempertimbangkan keuntungan dan kerugiannya, serta bagaimana kessan atau pandangan orang terhadap tindakannya itu. Dalam tingkat ini seseorang perlu dukungan moril dari orang lain yang lebih berpengalaman serta perlu contoh nyata untuk mencapai tingkat selanjutnya. Untuk meyakinkan gagasan tersebut baik baginya ia akan pergi ke tempat praktek dokter gigi.
4. Percobaan
Melalui tingkat percobaan ia akan mencoba gagasan baru tersebut. Misalnya orang tersebut setelah pergi ke tempat praktek dokter gigi dan mencoba untuk mendapatkan perawatan giginya.Dalam tingkat ini diperlukan informasi berupa pengalaman positif dan adanya komunikasi yang baik antara personal.
5. Adopsi
Bila pengalaman dalam tingkat percobaan cukup menyenangkan, ia akan menerima gagsan tersebut. Pembinaan yang teratur sangat diperlukan
agar makin mantap dengan gagasan serta memperkuat keyakinannya.Misalnya seseorang tersebut mau mengikuti tingkah laku yang baru dengan tidak segan – segan lagi dating ke tempat praktek dokter gigi bila ada kelainan lagi yang ada pada gigi atau mulutnya. Menurut pendapat lain, ada beberapa faktor lain juga yang mempengaruhi sikap Azwar ( 2007 ), yaitu; 1. Pengalaman pribadi, 2.Pengaruh orang lain yang dianggap penting 3. Pengaruh budaya, 4.Media massa, 5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama, 6.Pengaruh faktor emosional. Berasaskan bahwa status kesehatan gigi adalah interaksi dari 3 kondisi di atas, dalam menganalisis faktor yang mempengaruhi kualitas kesehatan gigi seseorang tidak terlepas ke-3 aspek di bawah ini, yaitu :
a. Aspek Fisik
Aspek fisik merupakan aspek yang mempengaruhi kualitas kesehatan gigi dan mulut yang disebabkan oleh keadaan yang terdapat di dalam mulutnya sendiri, misalnya keadaan gigi yang berjejal, mengakibatkan mudahnya penumpukan plak dan sisa-sisa makanan sehingga mempermudah timbulnya karies maupun radang gusi.
b. Aspek Mental
Aspek mental dapat mempengaruhi kualitas kesehatan gigi dan mulut karena sikap kepercayaan dan keyakinan seseorang akan mempengaruhi tingkah laku orang tersebut misalnya, bila seseorang percaya bahwa penyakit gigi dan mulut disebabkan oleh pengaruh guna-guna, tentu orang tersebut tidak akan pergi ke dokter gigi melainkan akan pergi ke dukun.
c. Aspek Sosial
Aspek sosial yang mempengaruhi kualitas kesehatan gigi dan mulut biasanya disebabkan oleh nilai budaya yang berkembang di daerahnya.Selain itu, dapat pula disebabkan oleh pengaruh sosial ekonomi yang kurang. Keadaan inipun akan mempengaruhi tingkah laku orang tersebut.
Zuyina Lukluk A. dan Siti Bandiyah. 2011, Psikologi Kesehatan, Ed. Ke-1, Nuha Medika., Yogyakarta
Perilaku manusia yang sangat dipengaruhi oleh karakteristik individu danlingkungannya. Faktor lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukanperilaku atau kebiasaan individu. Kebiasan dilakukan dalam kehidupan seseorangsehari-hari tanpa adanya perasaan terpaksa.9 Definisi lain menyebutkan bahwaperilaku adalah kegiatan individu atas sesuatu yang berkaitan dengan individutersebut, yang diwujudkan dalam bentuk gerak atau ucapan.10 Dari kedua definisiterlihat bahwa banyak faktor-faktor yang membentuk perilaku seseorang. Perilakusetiap orang akan berbeda dengan orang lain, namun perlu diingat bahwa perilakudapat dibentuk sejak kecil. Lingkungan rumah terdekat yaitu orang tua, saudarakandung, dan pengasuh merupakan pembentuk tingkah laku utama pada anak.Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasilpenggunaan panca indera dan sangat berbeda dengan kepercayaan (beliefs),
takhyul (spersititious) dan penerangan yang keliru (misinformation). 11Pengetahuan juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang diketahui,12terbentuk dari pengalaman yang berulang-ulang, yang dapat menerangkan korelasiantara suatu peristiwa dengan peristiwa lainnya. 13 Pengetahuan merupakan salahsatu penentu di dalam membentuk perilaku. Semakin besar usia anak maka peran pengetahuan akan semakin terlihat. Pendidikan formal merupakan tempat utamaseorang anak meningkatkan pengetahuan, para guru serta teman-teman sebayaadalah sumber informasi yang mudah diperoleh oleh anak, sehingga peranseorang guru dan teman adalah sangat besar.Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang yaitupikiran dan perasaan, orang yang amat berarti, sumber daya, dan budaya. Pikirandan perasaan dibentuk oleh pengetahuan yang umumnya diperoleh daripengalaman dan juga dari informasi, kepercayaan umumnya diajarkan oleh orangtua dan orang yang dihormat dan diterima tanpa mencoba untuk membuktikanbahwa hal itu benar, sikap mencerminkan kesenangan atau ketidaksenanganseseorang terhadap sesuatu dan berasal dari pengalaman atau dari orang lain, nilaiyang sebenarnya merupakan kepercayaan dan bakuan yang dianut dan amatpenting. Perilaku dapat juga ditumbuhkan oleh orang yang amat berarti dalamhidup. Bila seseorang amat berarti, maka orang tersebut akan mendengarkanpetuahnya dan akan berusaha meneladaninya. Orang yang berarti ini misalnyaorang tua, tokoh agama, pemimpin masyarakat, teman dekat, rekan kerja, orangyang berpengalaman luas dan mempunyai keahlian khusus, dan orang yang sudimembantu ketika seseorang tertimpa kesusahan. Sumber daya meliputi sarana,dana, waktu, tenaga pelayanan, keterampilan, dan bahan. Budaya atau pola hidupmerupakan kombinasi dari berbagai hal yang dibicarakan oleh seseorang. Perilakuadalah salah satu dari budaya, sedangkan budaya itu sendiri berpengaruh padaperilaku.Usia anak merupakan masa untuk meniru segala sesuatu yang dilihatnya,baik tingkah laku orang dewasa maupun sebaya. Anak belum dapat membedakan mana yang baik dan tidak, penjelasan mengenai segala sesuatu yang dilarangmaupun yang diperbolehkan harus disertai dengan penjelasan-penjelasan yangmudah dimengerti. Anak akan menyukai hal-hal yang sering dilihatnya seharihari,oleh karena itu pemberian contoh hendaknya dilakukan dengan mencari darikehidupan sehari-hari.
Penyuluhan merupakan metoda yang sering digunakan di dalampendidikan kesehatan gigi dan mulut. Metode penyuluhan yang umum digunakanadalah metode didaktik (one way method) dan metode sokratik (two way method).Pada metode didaktik pendidik cenderung aktif sedangkan siswa sebagai sasaranpendidik tidak diberi kesempatan mengemukakan pendapat. Ceramah merupakan
salah satu metode didaktik yang baik digunakan pada pendidikan kesehatan gigidan mulut untuk anak-anak sekolah dasar. Tujuan metode ini adalah pemberianpengetahuan sebanyak mungkin. Keuntungannya adalah dapat diterima oleh siswayang tidak mau membaca, mudah, serta murah. Kerugiannya adalah tidakmemberi kesempatan kepada pendengarnya untuk berpartisipasi serta kurangdiketahui umpan baliknya, karena ide hanya timbul dari satu orang.Metode sokratik dilakukan dengan komunikasi dua arah antara siswa danpendidik. Peserta didik diberikan kesempatan mengemukakan pendapat dan duaorang atau lebih dengan latar belakang berbeda bekerja sama saling memberikanketerangan dan ikut serta dalam menyatakan pendapat. Salah satu metode sokratikyang tepat digunakan pada pendidikan kesehatan gigi dan mulut pada anak-anaksekolah dasar adalah demonstrasi. Pada metode demonstrasi materi pendidikandisajikan dengan memperlihatkan cara melakukan suatu tindakan atau prosedur.Diberikan penerangan-penerangan secara lisan, gambar-gambar, dan ilustrasi.Tujuan metode demonstrasi yaitu untuk mengajar seseorang atau siswa bagaimanamelakukan suatu tindakan atau memakai suatu produksi baru. Keuntungannya dapat menjelaskan suatu prosedur secara visual, sehingga mudah dimengerti dansiswa dapat mencoba pengetahuan yang diterimanya. Kerugian pada metode inidiperlukan alat-alat dan biaya yang besar serta perencanaannya memakan waktuyang lama.6Pemakaian alat bantu dalam merubah perilaku anak merupakan hal yangsangat penting. Alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang dipakai oleh pendidikdi dalam menyampaikan bahan pendidikan. Alat bantu ini lebih sering disebut alatperaga, karena berfungsi untuk membantu memperagakan sesuatu di dalam prosespendidikan. Alat peraga ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yangada pada setiap siswa dapaat diterima atau ditangkap melalui panca indera. 6Alat bantu dalam pendidikan mempunyai peran dalam mempertinggikemampuan belajar, memperkuat daya ingat, mempe rbesar minat, danmempermudah penghayatan. Alat peraga yang bisa dipergunakan adalah alatperaga visual. Alat peraga didengar (audio), alat peraga proyeksi, dan alat peragalangsung atau alamiah. Alat peraga yang paling efektif pada pendidikan yaitu alatperaga langsung. Alat peraga langsung yang dianggap paling efektif untuk anakanakadalah model. Model yaitu alat peraga yang dapat dilihat dan diamati, yangdapat berupa alat yang sebenarnya ataupun dibuat meniru aslinya. Siswa yangdiberi pendidikan dapat melihat, merasakan, dan menelitinya. Alat peragalangsung membantu para siswa dalam mengartikan atau mempelajari suatu bahanpendidikan sehingga para siswa lebih banyak kemungkinan untuk belajar.Keberhasilan suatu proses pendidikan kesehatan dapat diukur melalui
beberapa indikator seperti pada keberhasilan proses pendidikan pada umumnya,yaitu pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (knowledge). Pengetahuan adalah merupakan hasil ‘tahu’ dan ini terjadi setelahorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Perilaku yangdidasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidakdidasari oleh pengetahuan. Indikator kedua yaitu sikap atau tanggapan pesertadidik terhadap materi pendidikan yang diberikan (attitude). Sikap adalahmerupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatustimulus atau objek. Indikator ketiga adalah praktek atau tindakan yang dilakukanoleh peserta didik sehubungan dengan materi pendidikan yang diberikan(practice)/
Sudarsana, N. Pendidikan kesehatan masyarakat. Bandung: FKG Unpad.1991.Azwar, A. Pengantar pendidikan kesehatan. Jakarta : Sastra Hudaya. 1983.p.43-46.Kartono, K. Psikologi anak psikologi perkembangan. Bandung: Mandar Maju.1990: 133-146.
Djuwita, I., dan Sridadi. Pendidikan kesehatan gigi. Jakarta: DepartemenKesehatan. 1993.
Soekidjo, N. Ilmu kesehatan masyarakat (Prinsip-prinsip dasar). Edisi ke-2.Jakarta: PT Rineka Cipta. 2003.
KONSEP PROMOSI KESEHATAN Definisi8 Promosi Kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. Promosi kesehatan adalah suatu program perubahan perilaku masyarakat yang menyeluruh, dalam konteks masyarakatnya. Bukan hanya perubahan perilaku (within people), tetapi juga perubahan lingkungannya. Visi8 Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat baik, fisik, mental dan social sehingga produktif secara ekonomi dan social. Empat Kata Kunci Visi Promkes8
1. Wilingnes (mau)
2. Ability (mampu)
3. Memelihara kesehatan mau dan mampu mencegah penyakit, melindungi diri dari kesehatan dan mencari pertolongan pengobatan yang profesional bila sakit.
4. Meningkatkan kesehatan mau dan mampu mencegah penyakit, kesehatan perlu ditingkatkan.
Misi8
• Advocasi (Advocate)
Meyakinkan para penentu kebijakan/pengambil keputusan
• Menyembatani (mediase)
Antara ssektor kesehatan dengan sektor lain sebagai mitra.
• Memampukan (enamble)
Memelihara dan meningkatkan kesehatannya secara langsung. Ruang lingkup promkes8
1. Aspek promotif pada orang sehat seperti :
Makan seimbang
Olahraga
Tidak merokok/ alkohol
2. Aspek pencegahan/ penyembuhan :
Pencegahan primer
Pencegahan sekunder Penderita penyakit kronis
Pencegahan tersier
Pasien yang baru sembuh. Macam-macam promosi kesehatan antara lain :
1. Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)
2. Dinamika kelompok
3. Pengorganisasian masyarakat
4. Pengembangan kesehatan masyarakat desa (PKMD)
5. Pendidikan/pelatihan
Langkah-langkah dalam promosi kesehatan:
1. Persiapan: segala keerluan sebelum pelaksanaan promosi kesehatan, meliputi:
Pemilihan objek
Pemilihan jadwal
Metode penyampaian
Alat yang digunakan, dll
2. Pelaksanaan: kegiatan yang dilakukan saat promosi kesehatan
3. Evaluasi: penilaian terhadap hasil kerja
Sasaran dalam promosi kesehatan
1. Sasaran Primer
Sasaran ini dapat dikelompokkan menjadi: kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu hamil dan menyusui untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), anak sekolah untuk kesehatan remaja, dan sebagainya. Upaya promosi yang dilakukan terhadap sasaran primer ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat (empowerment).2. Sasaran Sekunder Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan sebagainya. Disebut sasaran sekunder, karena dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada kelompok ini diharapkan untuk selanjutnya kelompok ini akan memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat di sekitarnya. Di saming itu, dengan perilaku sehat para tokoh masyarakat ini akan memberikan contoh atau acuan perilaku sehat bagi masyarakat sekitarnya. Upaya promosi kesehatan yang
ditujukan kepada sasaran sekunder adalah sejalan dengan strategi dukungan sosial (social support).
3. Sasaran Tersier
Para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik di tingkat pusat, maupun daerah adalah sasaran tersier promosi kesehatan. Dengan kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok ini akan mempunyai dampak terhadap perilaku para tokoh masyarakat umum (sasaran primer). Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran tersier ini sejalan dengan strategi advokasi. Tujuan dilakukannya promosi kesehatan berupa:
Untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan.
Untuk membawa perubahan yang lebih baik dalam masyarakat dan lingkungan terhada kesehatan.
Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan baik dari segi fisik, mental, dan sosial sehingga produktif secara ekonomi dan sosial.
Manfaat yang diperoleh dari promosi kesehatan adalah:
Agar meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan.
Mengubah perilaku hidup masyarakat menjadi perilaku hidu sehat.
Meningkatkan atau memperbaiki lingkungan (baik fisik mauun non-fisik) dalam rangka memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat.
Agar meningkatnya derajat kesehatan masyarakat.
Tempat-tempat yang dapat digunakan untuk promosi kesehatan terdiri dari:
Keluarga
Sekolah
Tempat kerja
Tempat umum
Tempat pelayanan kesehatan seperti: Posyandu (Meja 4), Puskesmas, Rumah Sakit, Praktek swasta Pada umumnya hambatan yang dijumpai dalam promosi kesehatan adalah:
SDM (sumber daya manusia) baik dari yang mempromosikan kesehatan (promoter kesehatan) kurang semangat untuk menyampaikan informasi maupun dari peserta yang tidak termotivasi atau kurang tertarik terhadap promosi kesehatan tersebut.
Pendanaan/ biaya untuk membeli alat bantu atau media promosi kesehatan tidak mencukupi.
Sarana dan prasarana yang tersedia tidak memadai.
Notoadmodjo, S. Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta. 2007. Muninjaya. A. Manajemen Kesehatan. Jakarta: EGC. 2008. Notoadmodjo, S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. 2007.
1. Perilaku merupakan suatau objek kehidupan yang sangat
mudah berubah , serta paling mudah dipengaruhi. Hal-hal yang
mampu memberikan pengaruh terhadap perilaku dan menyebabkan
perubahan perilaku disebut dengan faktor. Banyak sekali faktor
yang mempengaruhi perubahan perilaku, diantaranya:
A. Menurut J.Guilbert dan beberapa pakar lainnya
menyatakan bahwa ada 4 faktor yang berpengaruh terhadap proses
belajar. Perubahan proses belajar ini juga mampu berdampak pada
perubahan perilaku, terkait hal ini akan di bahas lebih jelas
hubungan analoginya pada pembahasan determinan dan domain. 4
faktor yang dimaksud adalah:
a. Materi
Materi adalah hal yang dipelajari. Baik belajar
tentang sikap, berkaitan dengan pengetahuan,
ataupun berkaitan dengan ketrampilan. Ketiganya
adalah aspek yang dalam pembelajarannya
membutuhkan materi. Dan variasi dari materi dari
ketiga sub diatas juga akan berpengaruh terhadap
terbentuknya perilaku.
b. Linkungan
Untuk aspek lingkungan ini masih dibagi menjadi 2
subbagian, yakni:
(i) Lingkungan fisik : berkaitan
dengan lingkungan fisik disekitarnya seperti
suhu dan kondisi belajar
(ii) Lingkungan Sosial : berkaitan
dengan segala bentuk manusia dan interaksi
yang dilakukannya
c. Instrumen
Untuk aspek instrument ini juga masih dibagi
menjadi 2 subbagian , yakni:
(i) Perangkat keras (Hardware) :
adalah aspek yang mempengaruhi perilaku
manusia lewat alat-alat ataupun
perlengkapan belajarnya (fasilitas)
(ii) Perangkat Lunak (Software) :
adalah aspek yang mempengaruhi perilaku
manusia dari system yang membentuknya,
seperti kurikulum, penyediaanfasilitator
pembelajaran serta metode belajar dan
mengajarnya.
d. Kondisi individual
Seperti yang telah kita pahami pula bahwa kondisi
seseorang itu paling umum terbagi dalam 2 aspek,
yakni:
(i) Kondisi fisiologi : kondisi ini berkaitan
dengan keadaan fisik serta keadaan
kesehatan tubuh dari masing-masing
individu tersebut. Seperti gizi, ataupun
keadaan panca indra.
(ii) Kondisi psikologi : kondisi ini
berkaitan dengan kondisi psikis dari masing-
masing individu tersebut, seperti intelegensi,
pengamatan individu terhadap suatu
objeck,motivasi, daya tangkap dan
sebagainya.
B. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku
kesehatan (dalam Taylor 2003) antara lain:
a. Faktor demografik
Perilaku kesehatan berbeda berdasarkan pada faktor demografik. Individu yang masih muda, lebih makmur, memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dan berada dalam kondisi stress yang rendah dengan dukungan sosial yang tinggi memiliki perilaku sehat yang lebih baik dari pada orang yang memiliki resources yang lebih sedikit (Gottlieb & Green, 1984)
b. Usia
Perilaku kesehatan bervariasi berdasarkan usia. Secara tipikal perilaku kesehatan pada anak-anak dapat dikatakan baik, memburuk pada remaja dan orang dewasa, namun meningkat kembali pada orang yang lebih tua (Leventhal, dkk., 1985).
c. Nilai
Nilai-nilai sangat mempengaruhi kebiasaan perilaku sehat individu. Misalnya latihan bagi wanita sangat diinginkan bagi budaya tertentu tetapi tidak bagi budaya lain (Donovan, Jessor & Costa, 1991).
d. Personal Control
Persepsi bahwa kesehatan individu dibawah personal control juga menentukan perilaku sehat seseorang. Misalnya penelitian yang dilakukan padaHealth locus of control scale (Wallstone, Wallstone & DeVellis, 1978) yang mengukur derajat sejauh mana persepsi individu dapat mengontrol kesehatan mereka.
e. Pengaruh Sosial
Pengaruh sosial juga dapat mempengaruhi perilaku sehat individu. Keluarga, teman, dan lingkungan kerja dapat mempengaruhi perilaku sehat (Broman, 1993; Lau, Quadrel & Hartman, 1990).
f. Personal Goal
Kebiasan perilaku sehat juga memiliki hubungan dengan tujuan personal (Eiser & Gentle, 1988). Jika tujuan menjadi atlet berprestasi merupakan tujuan yang penting,
individu akan cenderung olah raga secara teratur dibandingkan jika hal itu bukan tujuan personal.
g. Perceived Symptoms
Kebiasaan sehat dikontrol oleh perceived symptoms. Misalnya perokok mungkin mengontrol perilaku merokok mereka berdasarkan sensasi pada paruparu mereka.
h. Akses ke Health Care Delivery system
Akses ke Health care juga mempengaruhi perilaku kesehatan. Menggunakan program screen tuberkolosis, pap smear yang teratur, mamogram, imunisasi, merupakan contoh perilaku kesehatan yang secara langsung berhubungan dengan health care systemi. Faktor kognisi Perilaku kesehatan memiliki hubungan dengan faktor kognisi, seperti keyakinan bahwa perilaku tertentu dapat mempengaruhi kesehatan.
C. Ada pula faktor yang mempengaruhi perilaku lewat
pengaruhnya terhadap proses pendidikan kesehatannya,
yakni dibagi dalam 3 faktor:
a. Faktor predisposisi (predisposing factor)
Faktor ini berpengaruh dalam memberikan efek
kecenderungan untuk berperilaku. Sebagai
contoh,kebiasaan,kepercayaan,tradisi, dan
pengetahuan. Dimana pada suatu individu yang
menganut suatu kepercayaan tertentu akan member
kecendurang indicvidu itu bersikap.
b. Faktor yang memungkinkan (enabling factor)
Faktor ini akan berpengaruh dalam memungkinkan
individu untuk berperilaku. Faktor yang termasuk
dalam enabling factor adalah ketersediaan fasilitas
dan ketercapaian fasilitas. Anallogi yang terjadi
adalah ketika fasilitas kesehatan tidak tersedia
makan individu akan sangat mungkin enggap
memeriksakan kesehatannya, jika hal itu percuma
apabila fasilitas perawatannya tidak tersedia.
c. Faktor yang memperkuat (reinforcing factor)
Faktor ini berpengaruh dalam mendorong seorang
individu untuk berperilaku. Sebagai contohnya
adalah sikap/perilaku pertugas kesehatan yang
kurang ramah akan mendorong seorang individu
enggan juga untuk memeriksakan kesehatannya.
D. Ada pula faktor yang mempengaruh terbentuknya
kebiasaan dan berujung terhadap perubahan perilaku,
yakni:
a. Disebabkan oleh providernya, yakni dikarenakan
sector pelayanannya.
Sebagai contoh adalah adanya pelayanan yang
kurang ramah
b. Disebabkan oleh pihak dari masyarakatnya sendiri
Dimana 5 kondisi ini berpengaruh terhadap
karakteristik individunya
(i) Pengetahuannya
(ii) Sikapnya
(iii) Sarana yang diperlukan
(iv) Norma masyarakat
(v) Motivasi
c. Disebabkan diluar dari keduannya
Adalah faktor yang terjadi diluar dari provider
maupun consumer, dan kita tidak mampu
merubahnya. Sebagai contoh adalah kondisi
geografi suatu wilayah, yang berkaitan dengan
kesehatan gigi dan mulut adalah kadar yodium dan
fluor pada suatu daerah.
E. Perilaku seseorang merupakan faktor yang berpengaruh
terhadap status kesehatan gigi dan mulut, namun menurut
Bloom, selain perilaku ada faktor faktor lain yang juga
berpengaruh pada status kesehatan gigi dan mulut
tersebut, yaitu lingkungan yang terdiri dari lingkungan
fisik, biologi, dan sosial.
- Perilaku
Perilaku disini mempunyai peranan yang sangat besar
terhadap status kesehatan gigi dan mulut individu,
kelompok, maupun masyarakat. Perilaku dapat
mencakup pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku
dipengaruhi oleh beberapa hal salah satunya tingkat
pendidikan.
Tingkat pendidikan tentu sangatberpengaruh terhadap
pengetahuan, sikap, dan perilaku hidup sehat.
Seseorangdengan tingkat pendidikan tinggi akan
memiliki pengetahuan dan sikap yang lebihbaik tentang
kesehatan yang akan mempengaruhi perilakunya untuk
hidup sehat. Olehkarena besarnya pengaruh pendidikan
terhadap status kesehatan manusia, diperlukan adanya
pendidikan kesehatan gigi yang dimulai sejak dini.
Selain tingkat pendidikan manusia bertingkah laku
tertentu karena didorong olehkeinginan untuk mencapai
tujuan yang berguna baginya atau adanya
motivasi.Motivasi manusia untuk berperilaku tertentu
dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor internal
(daridalam diri) dan faktor eksternal (dari luar
diri/lingkungan). Orang tua merupakansalah satu faktor
eksternal yang dapat mempengaruhi anak untuk
berperilaku.
- Lingkungan
Selain itu, perilaku juga dipengaruhi oleh lingkungan
yang dihadapi. Baik itu lingkungan fisik (sarana layanan
kesehatan dan fasilitas/sumber air bersih) maupun sosial
budaya (mata pencaharian, dan pendapatan)
2. DETERMINAN
Perilaku adalah suatu bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang) ,namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan.Hal ini berarti meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang,namun respons tiap-tiap orang berbeda.Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut dengan determinan perilaku.Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu
1. Determinan yang berlatarbelakang dari faktor
internal ,yaitu karakteristik orang yang bersangkutan
misalnya kecerdasan,tingkat emosional,jenis kelamin dan
lain sebagainya
2. Determinan yang berlatar belakang dari faktor
eksternal,yaitu lingkungan fisik berupa
(cuaca,iklim,sarana dan prasarana layanan kesehatan)
dan lingkungan non fisik ( budaya setempat dan nilai
ekonomi suatu masyarakat pada daerah tertentu)
Menurut notoatmojo (2005) dia mengidentifikasi adanya lima
determinan perilaku, yaitu :
1. Adanya niat (intention), sesuatu yang baru semuanya
harus diawali dengan niat dari dalam diri seseorang
tersebut. Sebelum mendapatkan dorongan dari orang lain
maka yang pertama harus niat dari dalam diri orang
tersebut.
2. Adanya dukungan dari masyarakat (social support),
selanjutnya yang mempengaruhi prilaku seseorang selain
niat dari dalam diri seseorang tersebut yaitu adanya
dorongan dari masyarakat. Di dalam kehidupan
masyarakat, perilaku seseorang cenderung melakukan
legitimasi dari masyarakat sekitar. Apabila perilaku
tersebut bertentangan dan tidak memperoleh dukungan
dari masyarakat, maka ia akan berasa kurang atau tidak
nyaman, paling tidak untuk berperilaku kesehatan tidak
menjadi gunjingan atau bahan pembicaraan masyarakat.
3. Terjangkaunya informasi ( accessibility of information ),
adalah tersedianya informasi-informasi terkait dengan
tindakan yang akan diambil seseorang.
4. Adanya kebebasan pribadi (personal autonomy) untuk
mengambil keputusan. Di indonesia kebebasan pribadi
masih terbatas maka dibutuhkan suatu kebebasan pribadi
di lingkungan indonesia ini.
5. Adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan (action
situation).
Dan menurut teori Snehandu sebenarnya determinan perilaku ini adalah, disimpulkan dalam 5 poin penting.
1. Faktor Individu,ada atau tidaknya niat seseorang untuk
bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan
kesehatannya
2. Faktor lingkungan sosial-budaya, dimana masih banyak
masyarakat bersuku suku yang masih menerapkan nilai
nilai dan kaidah sosial-budaya dalam mengatur kesehatan
masyarakatnya.Bila kaidah itu dirasa didalam koridor
kesehatan mungkin masih bisa diterima namun jika
kaidah tersebut sudah jauh dari nalar tentang arahan
kesehatan maka tidak enggan juga insidensi penyakit
pada suatu suku tersebut meningkat.
3. Ada atau tidaknya atau kurang memadainya informasi
kesehatan,sarana dan prasarana kesehatan atau bahkan
tenaga kesehatan yang berada pada suatu daerah tersebut
4. Faktor kepribadian <faktor ini lebih mengacu pada
pengalaman pengalaman yang pernah diterima seseorang
selama melakukan tindakan kesehatan.
5. Situasi yang mendukung tindakan tersebut terjadi atau
tidak.
Dan menurut teori Blum terdapat 4 determinan yang mempengaruhi perilaku kesehatan masyarakat
1. Lingkungan fisik (meliputi cuaca,iklim,suhu, sarana dan
prasarana layanan kesehatan)
2. Lingkungan non fisik (meliputi kondisi sosial –budaya
masyarakat tersebut,kondisi ekonomi ,politik dll)
3. Pelayanan kesehatan masyarakat
4. Genetika
Namun ,disamping determinan determinan yang dirumuskan derajat kesehatan tersebut masih belum sepenuhnya tercapai.Karena disamping itu masih terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi atau menentukan terwujudnya kesehatan seseorang ,kelompok,masyarakat.Faktor-faktor tersebut meliputi ,
1. Perdamaian dan keamanan negara
Perdamaian negara memang andil dalam berjalannya
sektor sektor kehidupan didalam negara.Sehingga kita
misalkan saja apabila perdamaian dan keamanan negara
mampu membuat sektor ekonomi dan kesehatan negara
berjalan dengan baik,maka penduduk mampu mencari
nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan
memelihara kesehatan.Apabila mereka menderita
penyakit maka dengan pendapatan yang dirasa cukup ia
mampu berkunjung ke rumah sakit.Begitu juga dengan
rumah sakit dengan adanya perdamaian dan keamanan
negara mereka mampu beroperasi dengan baik dan
pemenuhan sarana dan prasarananya yang tercapai untuk
penduduk yang menderita penyakit.Bisa dibayangkan
tidak bila perang terjadi pada negara kita,tidak menutup
kemungkinan semua sektor kehidupan negara akan
vacum karena berusaha untuk diamnkan agar tidak
terpecah belah oleh penjajah.
2. Tempat tinggal (rumah)
Tempat tinggal merupakan tempat utama pendidikan
kesehatan ditanamkan pada anak-anak oleh karena itu
pendidikan kesehatan yang minim pun mempengaruhi
kesehatan dan pola kehidupan keluarga yang terdapat
dalam satu rumah tersebut
3. Pendidikan
Sebenarnya ada 3 rantai yang tidak pernah terputus ,yaitu
rantai kemiskinan ,kebodohan dan penyakit.Coba kita
ulas dari aspek kemiskinan.
1. Kemiskinan, membuat seseorang tidak mampu
untuk mengenyam bangku pendidikan, dengan
begitu seseorang tersebut tidak mendapat
pendidikan kesehatan dan informasi tentang
pemeliharaan kesehatan otomatis dengan tidak
bersekolah ia mengalami suatu kebodohan yang
berpengaruh dalam tidak mampunya ia mengatasi
penyakit apabila iya menderita suatu penyakit
2. Kebodohan ,membuat seseorang tidak mampu
mencari pekerjaan otomatis ia akan tidak mendapat
pendapatan dalam memenuhi kesehatan
hidup.Sehingga nutrisi yang di dalam tubuh pun
sangat tidak terjaga sehingga ia akan menderita
penyakit dan bagaimana juga ia mau berobat jika
uang yang ada saja tidak ia dapatkan,sehingga
penyakit tersebut akan mengalami stadium kronis yg
membahayakan.
4. Makanan
makanan yang sehat tentu makanan yang mengandung
vitamin,mineral dan cukup kalori untuk membantu
metabolisme zat-zat sinergi dalam tubuh manusia
5. Pendapatan
Pendapatan adalah sesuatu nafkah yang diterima
olehsuatu kelurga untuk memenuhi kebutuhn
hidupnya,sehingga keikut sertaan pendapatan juga
berpengaruh terhadap kesehatan keluarga
6. Ekosistem yang stabil
Kita ambil contoh hutan yang gundul,maka siapa yang
akan menyerap air saat hujan dan siapa yang akan
menyaring karbondioksida,maka dari itu banjir dimana
mana dan terjadi polusi yang berlebihan dan menjadi
suatu masalah kronis.
7. Keadilan sosial dan pemerataan
Dimaksudkan dimana semua pihak pelayanan kesehatan
memberikan kesempatan dan mengutaman rasa empati
pada masyarakat tanpa memperkirakan berapa upah yg
didapat.Pemerataan ini bertujuan agar semua penduduk
mampu berobat tanpa ada batasan pendapatan.Hal ini
sangat mempengaruhi sikap pasien untuk kembali lagi
pada pelayan kesehatan jika sakit dan menjaga
kesehatanannya agar tidak terserang penyakit.Rasa
empati itulah yang diperlukan dalam mendukung
determinan perilaku kesehatan agar terealisasi dengan
bangus.
DOMAIN
Pembagian domain menjadi tiga kawasan (Benyakin Bloom, 1908) yaitu :
a. Ranah Kognitif (Cognitive domain)
b. Ranah Afektif (Affective domain)
c. Ranah Psikomotor (Psychomotor domain)
Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan hasil pendidikan, ketiga domain ini diukur dari :
1. Pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang
diberikan (knowledge).
Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya. Contoh: dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus
statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) didalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja yaitu dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya dapat membandingkan antara anak-anak yang cukup gizi dengan anak-anak yang kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya wabah diare di suatu tempat, dapat menafsirkan sebab-sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB, dan sebagainya.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas.
2. Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi
pendidikan yang diberikan (attitude).
Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Dari batasan-batasan diatas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu.
Dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu.
Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup bukan merupakan reaksi terbuka tingkah laku yang terbuka. Lebih dapat
dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.
Dalam bagian lain Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yakni :
a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.
c. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave)
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting.
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni:
a. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap seseorang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatiannya terhadap ceramah-ceramah.
b. Merespons (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang menerima ide tersebut.
c. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya seorang ibu yang mengajak ibu lain (tetangganya, saudaranya, dan sebagainya) untuk pergi menimbangkan anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.
d. Bertanggung Jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
3. Praktek atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik
sehubungan dengan materi pendidikan yang diberikan
(practice).
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam bentuk tindakan (overt behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.
Tingkat-Tingkat Praktek
a. Persepsi
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil merupakan praktek tingkat pertama. Misalnya seorang ibu dapat memilih makanan yang bergizi tinggi bagi anak balitanya.
b. Respon Terpimpin (Giuded Respons)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh merupakan indikator praktek tingkat kedua. Misalnya seorang ibu dapat memasak sayur dengan benar, mulai dari cara mencuci dan memotong-motongnya, lamanya memasak, menutup pancinya, dan sebagainya.
c. Mekanisme (Mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga. Misalnya seorang ibu yang sudah biasa mengimunisasi bayi pada umur-umur tertentu tanpa menunggu perintah atau ajakan orang lain.
d. Adaptasi (Adaptation)
Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakannya tersebut. Misalnya ibu dapat memilih dan memasak makanan yang bergizi tinggi berdasarkan bahan-bahan murah dan sederhana.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.
Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai pada domain kognitif, dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau objek di luarnya sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada subjek tersebut dan selanjutnya menimbulkan respons batin dalam bentuk sikap subjek terhadap objek yang diketahui itu. Akhirnya rangsangan yakni objek yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya tersebut akan menimbulkan respons lebih jauh lagi, yaitu berupa tindakan (action) terhadap atau sehubungan dengan stimulus atau objek tadi. Namun semikian didalam kenyataannya, stimulus yang diterima oleh subjek dapat langsung menimbulkan tindakan. Artinya seseorang dapat betindak dan berperilaku baru tanpa mengetahui terlebih dahulu makna stimulus yang diterimanya. Dengan kata lain tindakan (practice) seseorang tidak ahrus didasari oleh pengetahuan atau sikap.
3. METODE
Hal yang penting di dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan kesehatan atau
penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program kesehatan lainnya. Perubahan yang dimaksud bukan hanya sekedar covert behaviour tapi juga overt behaviour.
Di dalam program – program kesehatan, agar diperoleh perubahan perilaku yang sesuai dengan norma – norma kesehatan diperlukan usaha – usaha yang konkrit dan positip. Beberapa strategi untuk memperoleh perubahan perilaku bisa dikelompokkan menjadi tiga bagian :
1. Menggunakan kekuatan / kekuasaan atau dorongan.
Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran sehingga ia mau melakukan perilaku yang diharapkan. Misalnya dengan peraturan – peraturan / undang – undang yang harus dipatuhi oleh masyarakat. Cara ini menyebabkan perubahan yang cepat akan tetapi biasanya tidak berlangsung lama karena perubahan terjadi bukan berdasarkan kesadaran sendiri. Sebagai contoh adanya perubahan di masyarakat untuk menata rumahnya dengan membuat pagar rumah pada saat akan ada lomba desa tetapi begitu lomba / penilaian selesai banyak pagar yang kurang terawat.
2. Pemberian Informasi
Adanya informasi tentang cara mencapai hidup sehat, pemeliharaan kesehatan , cara menghindari penyakit dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat. Selanjutnya diharapkan pengetahuan tadi menimbulkan kesadaran masyarakat yang pada akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai pengetahuan yang dimilikinya. Perubahan semacam ini akan memakan waktu lama tapi perubahan yang dicapai akan bersifat lebih langgeng.
3. Diskusi partisipatif
Cara ini merupakan pengembangan dari cara kedua dimana penyampaian informasi kesehatan bukan hanya searah tetapi dilakukan secara partisipatif. Hal ini berarti bahwa masyarakat bukan hanya penerima yang pasif tapi juga ikut aktif berpartisipasi di dalam diskusi tentang informasi yang diterimanya. Cara ini memakan waktu yang lebih lama dibanding cara kedua ataupun pertama akan tetapi pengetahuan kesehatan sebagai dasar perilaku akan lebih mantap dan mendalam sehingga perilaku mereka juga akan lebih mantap.
Bentuk pendekatan massa antara lain:
1) Ceramah umum, metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah, biasanya sering digunakan pada acara hari kesehatan nasional, pejabat berpidato dihadapan massa rakyat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan.
Kelebihan:
a) Dapat dipakai pada sasaran orang dewasa;
b) Dapat dipakai pada kelompok yang lebih besar;
c) Tidak terlalu banyak melibatkan alat bantu pengajaran; serta
d) Dapat menyampaikan pesan atau informasi dengan baik.
Kekurangan:
a) Pembicara harus menguasai topik pembicaraan;
b) Peserta menjadi pasif;
c) Dapat menjadi kurang menarik;
d) Daya ingat biasanya terbatas; serta
e) Mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
2) Tulisan-tulisan di majalah atau surat kabar, misalnya dalam bentuk artikel, tanya jawab atau konsultasi tentang kesehatan dan penyakit.
Kelebihan:
a) Tahan lama;
b) Mencakup banyak orang;
c) Biaya rendah;
d) Dapat dibawa kemana-mana;
e) Tidak perlu listrik; serta
f) Mempermudah pemahaman dan dapat meningkatkan gairah belajar.
Kekurangan:
a) Tidak dapat menstimulir efek gerak dan efek suara; dan
b) Mudah terlipat.
3) Siaran berprogram adalah penyampaian informasi secara terprogram melalui siaranradio dan televisi yang bertujuan untuk merubah sikap, pengetahuan, dan tindakan masyarakat.
Kelebihan:
a) Dapat mencakup sasaran yang lebih luas;
b) Dapat dipakai secara efektif untuk menambah pengetahuan umum; dan
c) Sumber tanaga pengajar dapat dikurangi seminimal mungkin.
Kekurangan:
a) Pesawat penerima siaran belum merata dimikki oleh sasaran;
b) Memerlukan perencanaan dan desain yang matang dan memakan waktu lama;dan
c) Memerlukan penyiar yang telah mahir dibidang siaran.
4) Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan, tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan.
Kelebihan:
a. Simulasi dapat memberikan wawasan yang lebih luas
melalui memainkan peran dan diskusi kelompok;
b. Simulasi adalah metode kelompok kecil yang unik,
menarik, lengkap, padat dan jelas;
c. Dapat mengatasi rasa jenuh atau bosan;
d. Meningkatkan keterampilan bicara;
e. Dapat menciptakan sesuatu yang ber-atmosphere
sehingga menghasilkan kesan yang baik;
f. Permainan simulasi dapat memberikan kesenangan yang
bermanfaat;
g. Permainan simulasi dapat membangkitkan ketenangan
dalam menyampaikan dan mendengarkan penyampaian
serta mengurangi ketegangan;
h. Simulasi membangkitkan rasa percaya diri dan
keberanian;
i. Simulasi meningkatkan kualitas bahasa seseorang;
j. Simulasi dapat membuat anggota kelompok lebih aktif;
k. Simulasi bisa jadi obat mujarab mengatasi rasa takut;
l. Simulasi merangsang imajinasi dan kemampuan verbal
dalam kelompok; serta
m. Simulasi dapat memberikan kemudahan dalam
menangkap pesan – pesan yang ada
Kekurangan:
a) Rumit dalam pelaksanaannya;
b) Perlu persiapan matang;
c) Waktu yang dibutuhkan cukup banyak;
d) Perlu keterampilan dalam mengkoordinasi pelaksanaannya; serta
e) Tidak dapat dilaksanakan secara langsung, butuh perencanaan atau strategi yang kompleks.
5) Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster, pamflet, leaflet, booklet dan sebagainya.
Kelebihan :
a) Tahan lama;
b) Jangkauannya mencakup banyak orang;
c) Biaya tidak terlalu tinggi;
d) Tidak perlu menggunakan listrik;
e) Dapat mengungkit rasa keindahan; serta
f) Mempermudah pemahaman mengenai masalah kesehatan yang diinformasikan.
Kekurangan :
a) Media ini tidak dapat menstimulir efek suara dan efek gerak;
b) Mudah terlipat, kecuali Billboard; serta
c) Tidak dapat menjangkau semua orang khususnya bagi masyarakat yang buta huruf.
6) Pidato atau diskusi melalui media elektronik. Pada dasarnya metode ini merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan yang dikemas dalam suatu acara dengandipandu oleh penyiar/presenter yang telah mahir dibidang kesehatan.
Kelebihan:
a) Jangkauan relatif lebih besar;
b) Efektif karena media elektronik sudah dikenal masyarakat;
c) Mengikutsertakan semua pancaindera;
d) Lebih mudah dipahami;
e) Lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak;
f) Bertatap muka;
g) Penyajian dapat dikendalikan; serta
h) Dapat diulang-ulang.
Kekurangan:
a) Biaya lebih tinggi;
b) Sedikit rumit;
c) Perlu listrik;
d) Perlu alat canggih untuk produksinya;
e) Perlu persiapan matang;
f) Peralatan selalu berkembang dan berubah;
g) Perlu keterampilan penyimpanan; serta
h) Perlu terampil dalam pengoperasian.
7) Kampanye adalah tindakan yang mempengaruhi dengan cara apapun untuk membuat orang berpihak pada kita. Sasaran dari kampanye ini tidak memihak apakah dari masyarakat menengah ke bawah atau menengah ke atas.
Kelebihan:
a) Dapat menjangkau banyak orang dari semua kalangan; dan
b) Memiliki unsur persuasive yang kuat.
Kekurangan:
a) Media atau cara yang digunakan untuk mempromosikan kampanye butuh dana yang tidak sedikit;
b) Butuh waktu yang lama untuk mempersiapkan kampanye; dan
c) Harus dikemas secara menarik agar banyak orang yang ikut berpartisipasi.
Media Pendidikan Kesehatan
1) Media yang dapat digunakan dalam pendidikan kesehatan untuk massa adalah:
1. Media elektronik, seperti radio, televisi, dan internet.
Kelebihan:
a) Dari segi waktu, media elektronik tergolong cepat dalam menyebarkan berita kemasyarakat;
b) Media elektronik mempunyai audio visual yang memudahkan para audiensnya untuk memahami berita, khususnya pada media elektronik televisi;
c) Media elektronik menjangkau masyarakat secara luas;
d) Dapat menyampaikan berita secara langsung dari tempat kejadian;
e) Dapat menampilkan proses terjadinya suatu peristiwa; serta
f) Dapat dinikmati oleh semau orang, baik itu yang mengalami keterbelakangan mental.
Kekurangan :
a) Biaya lebih tinggi;
b) Sedikit rumit;
c) Perlu listrik;
d) Perlu alat canggih untuk produksinya;
e) Perlu persiapan matang;
f) Peralatan selalu berkembang dan berubah;
g) Perlu keterampilan penyimpanan; serta
h) Perlu terampil dalam pengoperasian.
2) Media cetak: Koran, majalah, poster dan spanduk
Kelebihan:
a) Dapat dibaca berkali-kali dengan cara menyimpannya;
b) Dapat membuat orang yang berfikir lebih spesifik tentang isi tulisan;
c) Bisa disimpan atau dicollect isi informasinya;
d) Harganya lebih terjangkau maupun dalam distribusinya; serta
e) Lebih mampu menjelaskan hal-hal yang bersifat kompleks atau rigid.
TINDAKAN
PENYULUHAN
a. Pengertian Penyuluhan
Semua petugas kesehatan telah mengakui bahwa pendidikan kesehatan itu penting untuk menunjang program-program kesehatan yang lain (Notoatmodjo, 2003). Penyuluhan kesehatan masyarakat di dalam bahasa inggris disebut Education for Health. Sedangkan di Indonesia disebut dengan komunikasi, informasi, dan eduksi (KIE). Pendidikan kesehatan atau penyuluhan kesehatan adalah semua kegiatan untuk memberikan dan atau meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktek masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2003).
Penyuluhan kesehatan dapat dilakukan di sekolah-sekolah dan juga di lapangan. Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan menebarkan pesan, menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak hanya tahu, sadar, dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan.
b. Pengertian penyuluhan kesehatan gigi dan mulut
Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk merubah perilaku seseorang, sekelompok orang atau masyarakat sehingga mempunyai kemampuan dan kebiasaan untuk berperilaku hidup sehat di bidang kesehatan gigi dan mulut.
Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut adalah bukan hanya sekedar memberitahukan kepada orang-orang bagaimana caranya untuk mempertinggi kesehatan yang akan dicapai tetapi seharusnya menciptakan suasana atau keadaan di mana mereka mendapat kesempatan untuk belajar dengan orang lain dan untuk mereka sendiri sehingga mereka dapat merubah cara hidupnya yang kurang baik untuk kesehatan pribadinya dan untuk masyarakat dengan cara hidup sehat.
c. Tujuan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut
Tujuan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut adalah mengubah perilaku masyarakat ke arah perilaku sehat sehingga tercapai derajat kesehatan gigi dan mulut yang optimal. Adapun tujuan dari penyuluhan kesehatan gigi dan mulut adalah :
1) Meningkatkan pengetahuan kesehatan sasaran di bidang kesehatan gigi dan mulut.
2) Membangkitkan kemauan dan membimbing masyarakat dan individu untuk meningkatkan dan melestarikan kebiasaan pelihara diri di dalam bidang kesehatan gigi dan mulut.
3) Mampu memelihara kesehatan gigi dan mulut baik sendiri maupun kesehatan keluarga.
4) Mampu menjalankan upaya mencegah terjadinya penyakit gigi dan mulut serta menjelaskan kepada keluarganya tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.
5) Mampu mengenal adanya kelainan dalam mulut sedini mungkin kemudian mencari sarana pengobatan yang tepat dan benar.
6) Mengenalkan kepada masyarakat tentang kesehatan gigi dan mulut dan pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut.
7) Menjelaskan akibat-akibat yang ditimbulkan dari kelalaian menjaga kesehatan gigi dan mulut.
8) Menanamkan perilaku sehat sejak dini melalui kunjungan ke sekolah.
d. Komponen penyuluhan
Berhasil atau tidaknya penyuluhan ditentukan oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang dimaksud adalah kondisi dari interaksi antara komponen-komponen penyuluhan. Komponen tersebut adalah : penyuluh, sasaran, pesan, dan media.
1) Penyuluh
Penyuluh adalah pihak yang memberikan informasi terhadap sasaran. Penyuluh dapat terdiri dari seseorang, beberapa orang maupun lembaga. Menyuluh tentang kesehatan membutuhkan komunikasi yang baik, juga membutuhkan kompetensi educational tambahan sehingga seorang penyuluh kesehatan dapat bekerja dengan setting yang berbeda dan menggunakan strategi-strategi yang tepat untuk tujuan educational.
2) Sasaran
Sasaran adalah pihak yang menerima informasi dari pihak penyuluh. Dalam penyuluhan kesehatan gigi dan mulut perlu diperhatikan tingkat kemampuan masing-masing sasaran sesuai dengan kriteria sasaran yang dikehendaki. Sehingga agar tujuan dari penyuluhan kesehatan di Sekolah Dasar berhasil, maka penyuluhan kesehatan gigi dan mulut memerlukan strategi tertentu pada anak-anak Sekolah Dasar.
3) Pesan
Pesan adalah informasi atau materi yang disampaikan oleh penyuluh kepada sasaran. Pesan dapat berbentuk lisan maupun tulisan. Pesan penyuluhan terdiri atas isi penyuluhan dan lambang. Isi pesan penyuluhn bisa satu tetapi lambang yang dipergunakan untuk menyampaikan penyuluhan bermacam-macam seperti gambar, warna, bahasa, dan sebagainya. Lambang yang paling banyak dipergunakan dalam penyuluhan adalah bahasa karena bahasa dapat mengungkapkan pikiran, perasan fakta dan opini, hal-hal yang konkret dan abstrak, karena itu dalam penyuluhan, bahasa memegang peranan yang penting.
4) Media
Media merupakan alat Bantu pendidikan yang digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat oleh sasaran (Notoatmodjo, 2003). Disebut media pendidikan karena alat-alat tersebut merupakan alat saluran untuk menyampaikan karena alat-alat tersebut digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat ataupun klien (Machfoedz, 2005).
Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur pesan-pesan kesehatan, media dibagi menjadi tiga yaitu :
a) Media cetak
1. Booklet ialah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dan berbentuk buku, baik tulisan maupun gambar.
2. Leaflet ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui lembaran yang dlipat. Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat maupun gambar atau kombinasi
3. Flyer atau selebaran ialah seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan.
4. Flipchart (Lembar balik) ialah media penyampaian pesan atau informasi-informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik.
Biasanya dalam bentuk buku, dimana tiap lembar (halaman) berisi gambaran peragaan dan dibaliknya berisi kalimat sebagai informasi yang berhubungan dengan gambar tersebut.
5. Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah mengenai bahasan suatu masalah kesehatan atau hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan.
6. Poster ialah bentuk media ceak berisi pesan-pesan atau informasi kesehatan yang biasanya ditempel di tembok-tembok, di tempat-tempat umum atau di kendaraan umum
7. Foto yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.
b) Media elektronik
1. Televisi. Penyampaian pesan atau informasi –informasi kesehatan melalui media televisi dapat dalam bentuk : sandiwara, sinetron, forum diskusi atau hanya tanya jawab seputar masalah kesehatan. Pidato atau ceramah, sport, quiz ,atau cerdas cermat dan sebagainya.
2. Radio. Penyampaian informasi kesehatan melalui radio juga dapat berbentuk macam-macam antara lain : obrolan (tanya jawab), sandiwara radio, ceramah, dan sebagainya.
3. Video. Penyampaian informasi kesehatan juga dapat melalui video yang di dalamnya berisi pesan-pesan kesehatan yang ingin disampaikan kepada masyarakat.
4. Slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan.
c) Media papan
Papan atau billboard yang dipasang di tempat-tempat umum dapat dipakai dan diisi pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan. Media papan di sini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan-kendaraan umum.
Hendaknya penggunaan media dalam penyuluhan harus disesuaikan dengan keadaan sasaran didik. Misalnya adalah usia dan tingkatan pendidikan dari sasaran didik. Hal ini ditujukan agar media dapat menunjang kualitas penyuluhan secara maksimal. Selain itu, tujuan utama dilakukannya penyuluhan adalah perubahan perilaku. Dalam proses perubahan perilaku terdapat beberapa tahapan yaitu aware, interest, evaluation, trial, adoption. Penggunaan media dan teknik dalam penyuluhan, hendaknya juga disesuaikan dengan keadaan masyarakat pada tahapan mana kah tingkat perubahan perilakunya, hal ini bertujuan agar informasi yang diberikan dapat efektif dan tepat sasaran.
1. Tahap aware (sadar)
Pada tahap ini media yang digunakan hendaknya media –
media yang dapat merangsang indera. Dilakukan dengan
tujuan agar sasaran didik menjadi lebih sadar dan mulai
tertarik dengan materi yang akan diberikan.
2. Tahap interest
Pada tahap ini diperlukan media yang lebih nyata seperti alat peraga sekaligus pemberian informasi – informasi yang penting dan semakin mendorong sasaran didik untuk masuk ke tahap selanjutnya.
3. Tahap Evaluasi
Pada tahap ini diberikan bukti – bukti konkrit ,
dukungan, motivasi harus diberikan lebih seiring dengan
bertambahnya informasi – informasi yang diberikan.
4. Tahap Trial (mencoba)
Pada tahap ini sasaran didik masih mencoba – coba
sekaligus merasakan apakah terjadi dampak positif pada
dirinya apabila melakukan perubahan perilaku. Apabila
dampak positif begitu terasa, maka proses ini akan
berlanjut menjadi proses adopsi perilaku. Pada tahap ini
diperlukan dukungan yang lebih, lingkungan sosial yang
mendukung dan bukti – bukti nyata yang ditunjukkan
pada sasaran didik disertai informasi yang lebih dari
tahap – tahap sebelumnya.
5. Tahap Adopsi
Pada tahap ini diberikan informasi yang lebih selain itu
dapat juga diberikan reward atau pernghargaan dapat
berupa pujian atau hadiah kepada sasaran didik karena
telah melakukan perubahan perilaku kesehatan menuju
yang lebih baik.
e. Metode Penyuluhan
Metode atau cara penyuluhan tergantung pada tujuan yang ingin dicapai. Tujuan bisa dikelompokkan menjadi tiga bidang, yaitu : pengertian atau pengetahuan, sikap dan keyrampilan atau tindakan. Jadi metode tergantung dari bidang apa yang ingin dicapai. Apakah bidang pengertian atau pengetahian, sikap dan ketrampilan atau tindakan (Machfoedz, 2005).
1 ) Ceramah
Ceramah asalah satu cara memberikan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut di mana menjelaskan sesuatu dengan lisan disertai dengan Tanya jawab dengan dibantu beberapa alat peraga yang dianggap perlu. Selain ceramah metode yang digunakan juga bisa dengan diskusi. Kedua metode ini dapat digunakan jika tujuan yang ingin dicapai adalah bidang pengertian atau pengetahuan. (Machfoedz, 2005).
2) Simulasi
Merupakan metode penyuluhan yang dalam pelaksanaannya penyuluh dapat melakukan suatu kegiatan belajar mengajar yang berorientasi pada penghayatan ketrampilan dan praktek dalam situasi sebenarnya, sesuai dengan tujuan belajarnya. Metode ini dapat digunakan bila tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengembangkan sikap positif sehingga sasaran perlu menyaksikan kejadian tersebut. Contoh : menciptakan sikap simpati kepada korban bencana alam perlu sasaran penyuluhan melihat kejadian atau korban bencana alam secara langsung ataupun melalui film, slides, atau foto-foto biasa. (Machfoedz, 2005).
3) Demonstrasi
Suatu cara penyampaian penyuluhan atau penyajian informasi , pengertian dan ide yang dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan secara langsung objek atau bagaimana cara menjalankan suatu prosedur atau proses yaitu dengan melibatkan peserta di dalamnya, sasaran harus diberi kesempatan untuk mencoba sendiri. Pada metode ini proses penerimaan sasaran terhadap materi penyuluhan akan lebih berkesan secara mendalam
sehingga mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan sempurna. Metode ini dapat digunakan bila tujuan yang ingin dicapai adalah pada tahap perkembangan ketrampilan. (Machfoedz, 2005).
DAFTAR PUSTAKA
1. Maulana H.2007.Promosi Kesehatan.jakarta:EGC
2. Budiharto. 2008. Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan dan
Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta: Kedokteran EGC
Pendekatan dalam Pendidikan Kesehatan Gigi. Pendekatan PKG, dibagi dalam 4 (empat) macam :
1. Pendekatan secara persuasif
Pendekatan dengan tujuan membuat perubahan perilaku
yang lestari dalam diri sasaran pendidikan, meskipun prosesnya
memakan waktu relatif lebih lama.
Pada pendekatan secara persuasif ini dapat dilakukan
pemberian imbalan positif bagi sasaran pendidikan yang telah
berubah perilakunya seperti yang kita kehendaki, yaitu dengan
memberikan hadiah, pujian, maupun insentif tertentu.
2. Pendekatan secara pervasif.
Pendekatan dengan cara memberikan contoh nyata dan
pengulangan setiap peristiwa yang perlu dipelajari atau diteladani
oleh sasaran pendidikan. Disini terjadi proses imitasi yaitu
perubahan perilaku yang terjadi akibat pengulangan peristiwa atau
perbuatan. Pendekatan pendidikan ini sangat cocok unutk sasaran
pendidikan dengan tingkat pendidikan yang rendah atau anak
balita.
3. Pendekatan secara kompulsif
Pendekatan secara tidak langsung pada sasaran
pendidikan yang kita maksud.
4. Pendekatan secara koersif
Pendekatan dengan cara pemaksaan, instruktif atau
dengan ancaman atau sangsi tertentu apabila tidak melaksanakan
perilaku yang dikehendaki.
Diambil dari berbagai sumber, diantaranya :
Budiharto, 2010., Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan dan Pendidikan Kesehatan Gigi.