tutorial

8
1 i. Apa makna kejang tidak ada dan batuk pilek tidak ada? Maknanya yaitu menunjukkan bahwa Ronald tidak memiliki penyakit lain. Tidak kejang menunjukkan bahwa demam yang dialami Ronald tidak berlanjut sampai ke tahap kejang. Tidak ada batuk pilek menunjukan bahwa demam yang dialami Ronald bukan karena infeksi pada saluran pernafasan. (Sheerwood,2011) Sumber : Sheerwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia Edisi 6. Jakarta : EGC 2 e. Bagaimana reaksi imun terhadap pemberian imunisasi DPT 1? Imunisasi DPT dengan pemberian vaksin DPT disebut juga sebagai antigen. Vaksin DPT masuk sebagai antigen antigen berasosiasi dengan MHC yang berperan sebagai mempresentasikan sel ke sel T helper melewati reseptor CD4 dengan bantuan IL-1 Sel T helper diaktivasi menjadi : Sel T Helper 1 (intraseluler) mengeluarkan sitokin dengan bantuan IL-2 kemudian sel berpoliferasi menjadi Sel T memori melalui reseptor CD8 Sel T H elper 2 (ekstraseluler) diaktivasi membentuk Sel B yang mengandung Ig berdiferensiasi menjadi sel plasma menghasilkan antibodi dan terbentuk kompleks imun, selanjutnya sel B berpoliferasi membentuk sel B memori. Sel yang telah berpoliferasi membentuk sel memori inilah yang otomatis akan mengenal antigen apabila virus campak masuk ke

Upload: vonny

Post on 11-Dec-2015

218 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: tutorial

1 i. Apa makna kejang tidak ada dan batuk pilek tidak ada?

Maknanya yaitu menunjukkan bahwa Ronald tidak memiliki penyakit lain. Tidak

kejang menunjukkan bahwa demam yang dialami Ronald tidak berlanjut sampai ke tahap

kejang. Tidak ada batuk pilek menunjukan bahwa demam yang dialami Ronald bukan

karena infeksi pada saluran pernafasan.

(Sheerwood,2011)

Sumber : Sheerwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia Edisi 6. Jakarta : EGC

2 e. Bagaimana reaksi imun terhadap pemberian imunisasi DPT 1?

Imunisasi DPT dengan pemberian vaksin DPT disebut juga sebagai antigen. Vaksin DPT

masuk sebagai antigen antigen berasosiasi dengan MHC yang berperan sebagai

mempresentasikan sel ke sel T helper melewati reseptor CD4 dengan bantuan IL-1 Sel

T helper diaktivasi menjadi :

Sel T Helper 1 (intraseluler) mengeluarkan sitokin dengan bantuan IL-2 kemudian

sel berpoliferasi menjadi Sel T memori melalui reseptor CD8

Sel T H elper 2 (ekstraseluler) diaktivasi membentuk Sel B yang mengandung Ig

berdiferensiasi menjadi sel plasma menghasilkan antibodi dan terbentuk

kompleks imun, selanjutnya sel B berpoliferasi membentuk sel B memori.

Sel yang telah berpoliferasi membentuk sel memori inilah yang otomatis akan mengenal

antigen apabila virus campak masuk ke dalam tubuh sehingga tubuh berespon secara cepat

untuk melawan virus tersebut.

Sintesis:

 Pemberian vaksin sama dengan pemberian antigen pada tubuh. Jika terpajan oleh antigen,

baik secara alamiah maupun melalui pemberian vaksin, tubuh akan bereaksiuntuk

menghilangkan antigen tersebut melalui sistem imun. Secara umum, sistem imun dibagi

menjadi 2, yaitu sistem imun non-spesifik dan sistem imun spesifik. Sistem imun non-

spesofok merupakan mekanisme pertahanan alamiah yang dibawa sejaklahir (innate) dan

dapat ditujukan untuk berbagai macam agen infeksi atau antigen.1,2,3Sistem imun non-

Page 2: tutorial

spesifik meliputi kulit, membran mukosa, sel-sel fagosit, komplemen, lisozim dan

interferon. Sistem imun ini merupakan garis pertahanan pertamayang harus dihadapi oleh

agen infeksi yang masuk kedalam tubuh. jika sistem imun non-spesifik tidak berhasil

menghilangkan antigen, barulah sistem imun spesifik berperan.1,2Sistem imun spesifik

merupakan mekanisme pertahanan adaptif yang didapatkan selama kehidupan dan

ditujukan khusus untuk satu jenis antigen. Sistem imun spesifik diperankan oleh sel T dan

sel B. Pertahanan oleh sel T dikenal sebagai imunitas selular, sedangkan pertahanan oleh

sel B dikenal sebagai imunitas humoral. Imunitas selular berperan melawan antigen di

dalam sel (intasel), sedangkan imunitas humoral berperan melawan antigen di luar sel

(ekstrasel). dalam pemberian vaksin, sistem imun spesifik inilah yang berperan untuk

memberikan kekebalan terhadap satu jenis agen infeksi, melalui mekanisme memori.1,3Di

dalam kelenjar getah bening terdapat sel T naif, yaitu sel T yang belum pernah terpajan

oleh antigen. Jika terpajan antigen, sel naif T akan berdiferensiasimenjadi sel efektor dan

sel memori. Sel efektor akan bermigrasi ke tempat-tempat infeksi dan mengeliminasi

antigen, sedangkan sel memori akan berada di organ limfoid untuk kemudian berperan jika

terjadi pajanan antigen yang sama.1Sel B jika terpajan oleh antigen, akan mengalami

transformasi, proliferasi dan diferensiasi menjadi sel plasma yang akan memproduksi

antibodi. Antibodi akan menetralkan antigen sehingga kemampuan menginfeksinya hilang.

Proliferasi dan diferensiasi sel B tidak hanya menjadi sel plasma tetapi juga sebagian akan

menjadi sel B memori. Sel B memori akan berada dalam sirkulasi. Bila sel B memori

terpajan pada antigen serupa, akan terjadi proliferasi dan diferensiasi seperti smeuladan

akan menghasilkan antibodi yang lebih banyak.1Adanya sel memori akan memudahkan

pengenalan antigen pada pajanan yang kedua. Artinya, jika seseorang yang sudah

divaksinasi (artinya sudah pernah terpajan oleh antigen) terinfeksi atau terpajan oleh

antigen yang sama, akan lebih mudah bagi sistem imun untuk mengenali antigen tersebut.

Selain itu, respon imun pada pajanan yang kedua (respon imun sekunder) lebih baik

daripada respon imun pada pajanan antigen yang pertama (respon imun primer). Sel T

dan sel B yang terlibat lebih banyak, pembentukan antibodi lebih cepat dan bertahan lebih

lama, titer antibodi lebih banyak (terutama IgG) dan afinitasnya lebih tinggi.2,3Dengan

demikian, diharapkan seseorang yang sudah pernah divaksinasi tidak akan mengalami

Page 3: tutorial

penyakit akibat pajanan antigen yang sama karena sistem imunnya memiliki kemampuan

yang lebih dibanding mereka yang tidak divaksinasi. (Hadinegoro, 2000)

(Sumber: Hadinegoro, Sri Rezeki. 2000. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi Jurnal Sari

Pediatri, Vol. 2, Jakarta.)

3 e. Bagaimana dampak pemberian imunisasi (KIPI)?

Orangtua atau pengantar perlu diberi tahu bahwa setelah imunisasi dapat timbul

reaksi lokal di tempat penyuntikan atau reaksi umum berupa keluhan dan gejala tertentu,

tergantung pada jenis vaksinnya. Reaksi tersebut umumnya ringan , mudah diatasi oleh

orangtua atau pengasuh, dan akan hilang dalam 1-2 hari. Di tempak suntuikan kadang-

kadang timbul kemerahan, pembengkakan, gatal, nyeri selama 1 sampai 2 hari. Kompres

hangat dapat mengurangi keadaan tersebut. Kadang-kadang teraba benjolan kecil yang agak

keras selama beberapa minggu atau lebih, tetapi umumnya tidak perlu dilakukan tindakan

apapun.

Sintesis :

Beberapa KIPI pada imunisasi dasar, antara lain :

1. BCG

Orangtua atau pengantar perlu diberi tahu bahwa 2-6 minggu setelah imunisasi BCG

dapat timbul bisul kecil (papula) yang semakin membesar dan dapat terjadi ulserasi selama 2-

4 bulan, kemudian menyembuh perlahan dengan menimbulkan jaringan parut. Bila ulkus

mengeluarkan cairan, orangtua dapat mengompres dengan cairan antiseptik. Bila cairan

bertambah banyak, koreng semakin membesar atau timbul pembesaran kelenjar

regional(aksila), orangtua harus membawanya ke dokter.

2. Hepatitis B

Kejadian ikutan pasca imunisasi pada hepatitis B jarang terjadi, segera setelah

imunisasi dapat timbul demam yang tidak tinggi, pada tempat penyuntikan timbul

kemerahan, pembengkakan, nyeri, rasa mual, dan nyeri sendi. Orangtua/pengasuh dianjurkan

Page 4: tutorial

untuk memberikan minum yang lebih banyak (ASI atau air buah), jika demam pakailah

pakaian yang tipis, bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres dengan air dingin , jika

demam diberikan parasetamol 15 mg/kgbb setiap 3-4 jam bila diperlukan, maksimal 6 kali

dalam 24 jam, boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat. Jika reaksi tersebut menjadi

berat dan menetap, atau jika orang tua merasa khawatir, bawalah bayi atau nak ke dokter.

3. DPT

Reaksi yang dapat terjadi segera setelah vaksinasi DPT antara lain demam tinggi,

rewel, di tempat suntikan timbul kemerahan, nyeri dan pembengkakan, yang akan hilang

dalam 2 hari. Orangtua/pengasuh dianjurkan untuk memberikan minum yang lebih banyak

(ASI atau air buah), jika demam pakailah pakaian yang tipis, bekas suntikan yang nyeri dapat

dikompres dengan air dingin, jika demam diberikan parasetamol 15 mg/kgbb setiap 3-4 jam

bila diperlukan, maksimal 6 kali dalam 24 jam, boleh mandi atau cukup diseka dengan air

hangat. Jika reaksi tersebut menjadi berat dan menetap, atau jika orang tua merasa khawatir,

bawalah bayi atau nak ke dokter.

4. Polio oral

Sangat jarang terjadi reaksi sesudah imunisasi polio, oleh karena itu

orangtua/pengasuh tidak perlu melakukan tindakan apapun.

5. Campak

Reaksi KIPI imunisasi campak yang banyak dijumpai terjadi pada imunisasi ulang

pada seseorang yang telah memiliki imunitas sebagian akibat imunnisasi vaksin campak dari

virus yang dimatikan. Gejala kipi berupa demam yang lebih tinggi sari 39,5o yang terjad

pada 5-15% kasus,demam mulai dijumpai pada hari ke 5-6 sesudah imunisasi dan

berlangsung selama 2 hari.

(Ranuh, 2008)

Sumber : Ranuh, I.G.N. 2008. Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi 3. Jakarta : IDAI

3 i. Apakah imunisasi Ronald sudah lengkap?

Page 5: tutorial

Imunisasi Ronald belum lengkap, dikarenakan imunisasi polio 2 belum

dilaksanakan. Dimana Ronald sudah diberikan imunisasi polio 1 sebelumnya, maka

kurang dari 4 minggu maka imunisasi polio 2 harus dilakukan. Namun, pada kasus

diketahui bahwa Ronald hanya baru mendapatkan imunisasi polio 1 saja.

(Ranuh, 2008)

Sumber : Ranuh, I.G.N. 2008. Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi 3. Jakarta : IDAI

3 l. Bagaimana dampak jika imunisasi tidak lengkap?

Pada keadaan tertentu imunisasi tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan jadwal

yang sudah disepakati. Keadaan ini tidak merupakan hambatan untuk melanjutkan

imunisasi. Vaksin yang sudah diterima oleh anak tidak menjadi hilang manfaatnya tetapi

sudah menghasilkan respon imunologis sebagaimana yang diharapkan tetapi belum

mencapai hasil yang optimal. Dengan perkatan lain anak belum mempunyai antibodi

yang optimal karena belum mendapat imunisasi yang lengkap, sehingga kadar antibodi

yang dihasilkan masih di bawah kadar ambang perlindungan (protective level) atau

belum mencapaki kadar antibodi yang bisa memberikan perlindungan untuk kurun waktu

yang panjang (life long immunity) sebagaimana bila imunisasinya lengkap.

(Ranuh, 2008)

Sumber : Ranuh, I.G.N. 2008. Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi 3. Jakarta : IDAI

Pandangan islam

Dari pada Amr bin Maimun r.a mengatakan bahwa rasulullah

SAW bersabda pada seorang laki-laki yang dinasehatinya: “Jagalah lima

perkara sebelum lima perkara muda sebelum tua, sehat sebelum sakit,

kaya sebelum miskin, lapang sebelum sulit dan hidup sebelum mati”

Sintesis :

Page 6: tutorial

Hadist ini menjelaskan bawasannya kita harus memperhatikan hal-

hal yang akan datang dikemudian hari agar kita beruntung. Dalam kasus

ini yaitu mengenai imunisasi, dimana kita dianjurkan untuk mencegah hal-

hal buruk yang akan terjadi dengan cara yang baik dan halal.