tutorial
TRANSCRIPT
1 i. Apa makna kejang tidak ada dan batuk pilek tidak ada?
Maknanya yaitu menunjukkan bahwa Ronald tidak memiliki penyakit lain. Tidak
kejang menunjukkan bahwa demam yang dialami Ronald tidak berlanjut sampai ke tahap
kejang. Tidak ada batuk pilek menunjukan bahwa demam yang dialami Ronald bukan
karena infeksi pada saluran pernafasan.
(Sheerwood,2011)
Sumber : Sheerwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia Edisi 6. Jakarta : EGC
2 e. Bagaimana reaksi imun terhadap pemberian imunisasi DPT 1?
Imunisasi DPT dengan pemberian vaksin DPT disebut juga sebagai antigen. Vaksin DPT
masuk sebagai antigen antigen berasosiasi dengan MHC yang berperan sebagai
mempresentasikan sel ke sel T helper melewati reseptor CD4 dengan bantuan IL-1 Sel
T helper diaktivasi menjadi :
Sel T Helper 1 (intraseluler) mengeluarkan sitokin dengan bantuan IL-2 kemudian
sel berpoliferasi menjadi Sel T memori melalui reseptor CD8
Sel T H elper 2 (ekstraseluler) diaktivasi membentuk Sel B yang mengandung Ig
berdiferensiasi menjadi sel plasma menghasilkan antibodi dan terbentuk
kompleks imun, selanjutnya sel B berpoliferasi membentuk sel B memori.
Sel yang telah berpoliferasi membentuk sel memori inilah yang otomatis akan mengenal
antigen apabila virus campak masuk ke dalam tubuh sehingga tubuh berespon secara cepat
untuk melawan virus tersebut.
Sintesis:
Pemberian vaksin sama dengan pemberian antigen pada tubuh. Jika terpajan oleh antigen,
baik secara alamiah maupun melalui pemberian vaksin, tubuh akan bereaksiuntuk
menghilangkan antigen tersebut melalui sistem imun. Secara umum, sistem imun dibagi
menjadi 2, yaitu sistem imun non-spesifik dan sistem imun spesifik. Sistem imun non-
spesofok merupakan mekanisme pertahanan alamiah yang dibawa sejaklahir (innate) dan
dapat ditujukan untuk berbagai macam agen infeksi atau antigen.1,2,3Sistem imun non-
spesifik meliputi kulit, membran mukosa, sel-sel fagosit, komplemen, lisozim dan
interferon. Sistem imun ini merupakan garis pertahanan pertamayang harus dihadapi oleh
agen infeksi yang masuk kedalam tubuh. jika sistem imun non-spesifik tidak berhasil
menghilangkan antigen, barulah sistem imun spesifik berperan.1,2Sistem imun spesifik
merupakan mekanisme pertahanan adaptif yang didapatkan selama kehidupan dan
ditujukan khusus untuk satu jenis antigen. Sistem imun spesifik diperankan oleh sel T dan
sel B. Pertahanan oleh sel T dikenal sebagai imunitas selular, sedangkan pertahanan oleh
sel B dikenal sebagai imunitas humoral. Imunitas selular berperan melawan antigen di
dalam sel (intasel), sedangkan imunitas humoral berperan melawan antigen di luar sel
(ekstrasel). dalam pemberian vaksin, sistem imun spesifik inilah yang berperan untuk
memberikan kekebalan terhadap satu jenis agen infeksi, melalui mekanisme memori.1,3Di
dalam kelenjar getah bening terdapat sel T naif, yaitu sel T yang belum pernah terpajan
oleh antigen. Jika terpajan antigen, sel naif T akan berdiferensiasimenjadi sel efektor dan
sel memori. Sel efektor akan bermigrasi ke tempat-tempat infeksi dan mengeliminasi
antigen, sedangkan sel memori akan berada di organ limfoid untuk kemudian berperan jika
terjadi pajanan antigen yang sama.1Sel B jika terpajan oleh antigen, akan mengalami
transformasi, proliferasi dan diferensiasi menjadi sel plasma yang akan memproduksi
antibodi. Antibodi akan menetralkan antigen sehingga kemampuan menginfeksinya hilang.
Proliferasi dan diferensiasi sel B tidak hanya menjadi sel plasma tetapi juga sebagian akan
menjadi sel B memori. Sel B memori akan berada dalam sirkulasi. Bila sel B memori
terpajan pada antigen serupa, akan terjadi proliferasi dan diferensiasi seperti smeuladan
akan menghasilkan antibodi yang lebih banyak.1Adanya sel memori akan memudahkan
pengenalan antigen pada pajanan yang kedua. Artinya, jika seseorang yang sudah
divaksinasi (artinya sudah pernah terpajan oleh antigen) terinfeksi atau terpajan oleh
antigen yang sama, akan lebih mudah bagi sistem imun untuk mengenali antigen tersebut.
Selain itu, respon imun pada pajanan yang kedua (respon imun sekunder) lebih baik
daripada respon imun pada pajanan antigen yang pertama (respon imun primer). Sel T
dan sel B yang terlibat lebih banyak, pembentukan antibodi lebih cepat dan bertahan lebih
lama, titer antibodi lebih banyak (terutama IgG) dan afinitasnya lebih tinggi.2,3Dengan
demikian, diharapkan seseorang yang sudah pernah divaksinasi tidak akan mengalami
penyakit akibat pajanan antigen yang sama karena sistem imunnya memiliki kemampuan
yang lebih dibanding mereka yang tidak divaksinasi. (Hadinegoro, 2000)
(Sumber: Hadinegoro, Sri Rezeki. 2000. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi Jurnal Sari
Pediatri, Vol. 2, Jakarta.)
3 e. Bagaimana dampak pemberian imunisasi (KIPI)?
Orangtua atau pengantar perlu diberi tahu bahwa setelah imunisasi dapat timbul
reaksi lokal di tempat penyuntikan atau reaksi umum berupa keluhan dan gejala tertentu,
tergantung pada jenis vaksinnya. Reaksi tersebut umumnya ringan , mudah diatasi oleh
orangtua atau pengasuh, dan akan hilang dalam 1-2 hari. Di tempak suntuikan kadang-
kadang timbul kemerahan, pembengkakan, gatal, nyeri selama 1 sampai 2 hari. Kompres
hangat dapat mengurangi keadaan tersebut. Kadang-kadang teraba benjolan kecil yang agak
keras selama beberapa minggu atau lebih, tetapi umumnya tidak perlu dilakukan tindakan
apapun.
Sintesis :
Beberapa KIPI pada imunisasi dasar, antara lain :
1. BCG
Orangtua atau pengantar perlu diberi tahu bahwa 2-6 minggu setelah imunisasi BCG
dapat timbul bisul kecil (papula) yang semakin membesar dan dapat terjadi ulserasi selama 2-
4 bulan, kemudian menyembuh perlahan dengan menimbulkan jaringan parut. Bila ulkus
mengeluarkan cairan, orangtua dapat mengompres dengan cairan antiseptik. Bila cairan
bertambah banyak, koreng semakin membesar atau timbul pembesaran kelenjar
regional(aksila), orangtua harus membawanya ke dokter.
2. Hepatitis B
Kejadian ikutan pasca imunisasi pada hepatitis B jarang terjadi, segera setelah
imunisasi dapat timbul demam yang tidak tinggi, pada tempat penyuntikan timbul
kemerahan, pembengkakan, nyeri, rasa mual, dan nyeri sendi. Orangtua/pengasuh dianjurkan
untuk memberikan minum yang lebih banyak (ASI atau air buah), jika demam pakailah
pakaian yang tipis, bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres dengan air dingin , jika
demam diberikan parasetamol 15 mg/kgbb setiap 3-4 jam bila diperlukan, maksimal 6 kali
dalam 24 jam, boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat. Jika reaksi tersebut menjadi
berat dan menetap, atau jika orang tua merasa khawatir, bawalah bayi atau nak ke dokter.
3. DPT
Reaksi yang dapat terjadi segera setelah vaksinasi DPT antara lain demam tinggi,
rewel, di tempat suntikan timbul kemerahan, nyeri dan pembengkakan, yang akan hilang
dalam 2 hari. Orangtua/pengasuh dianjurkan untuk memberikan minum yang lebih banyak
(ASI atau air buah), jika demam pakailah pakaian yang tipis, bekas suntikan yang nyeri dapat
dikompres dengan air dingin, jika demam diberikan parasetamol 15 mg/kgbb setiap 3-4 jam
bila diperlukan, maksimal 6 kali dalam 24 jam, boleh mandi atau cukup diseka dengan air
hangat. Jika reaksi tersebut menjadi berat dan menetap, atau jika orang tua merasa khawatir,
bawalah bayi atau nak ke dokter.
4. Polio oral
Sangat jarang terjadi reaksi sesudah imunisasi polio, oleh karena itu
orangtua/pengasuh tidak perlu melakukan tindakan apapun.
5. Campak
Reaksi KIPI imunisasi campak yang banyak dijumpai terjadi pada imunisasi ulang
pada seseorang yang telah memiliki imunitas sebagian akibat imunnisasi vaksin campak dari
virus yang dimatikan. Gejala kipi berupa demam yang lebih tinggi sari 39,5o yang terjad
pada 5-15% kasus,demam mulai dijumpai pada hari ke 5-6 sesudah imunisasi dan
berlangsung selama 2 hari.
(Ranuh, 2008)
Sumber : Ranuh, I.G.N. 2008. Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi 3. Jakarta : IDAI
3 i. Apakah imunisasi Ronald sudah lengkap?
Imunisasi Ronald belum lengkap, dikarenakan imunisasi polio 2 belum
dilaksanakan. Dimana Ronald sudah diberikan imunisasi polio 1 sebelumnya, maka
kurang dari 4 minggu maka imunisasi polio 2 harus dilakukan. Namun, pada kasus
diketahui bahwa Ronald hanya baru mendapatkan imunisasi polio 1 saja.
(Ranuh, 2008)
Sumber : Ranuh, I.G.N. 2008. Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi 3. Jakarta : IDAI
3 l. Bagaimana dampak jika imunisasi tidak lengkap?
Pada keadaan tertentu imunisasi tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan jadwal
yang sudah disepakati. Keadaan ini tidak merupakan hambatan untuk melanjutkan
imunisasi. Vaksin yang sudah diterima oleh anak tidak menjadi hilang manfaatnya tetapi
sudah menghasilkan respon imunologis sebagaimana yang diharapkan tetapi belum
mencapai hasil yang optimal. Dengan perkatan lain anak belum mempunyai antibodi
yang optimal karena belum mendapat imunisasi yang lengkap, sehingga kadar antibodi
yang dihasilkan masih di bawah kadar ambang perlindungan (protective level) atau
belum mencapaki kadar antibodi yang bisa memberikan perlindungan untuk kurun waktu
yang panjang (life long immunity) sebagaimana bila imunisasinya lengkap.
(Ranuh, 2008)
Sumber : Ranuh, I.G.N. 2008. Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi 3. Jakarta : IDAI
Pandangan islam
Dari pada Amr bin Maimun r.a mengatakan bahwa rasulullah
SAW bersabda pada seorang laki-laki yang dinasehatinya: “Jagalah lima
perkara sebelum lima perkara muda sebelum tua, sehat sebelum sakit,
kaya sebelum miskin, lapang sebelum sulit dan hidup sebelum mati”
Sintesis :
Hadist ini menjelaskan bawasannya kita harus memperhatikan hal-
hal yang akan datang dikemudian hari agar kita beruntung. Dalam kasus
ini yaitu mengenai imunisasi, dimana kita dianjurkan untuk mencegah hal-
hal buruk yang akan terjadi dengan cara yang baik dan halal.