tukmat evpe kel 3-c
DESCRIPTION
ujianTRANSCRIPT
STUDI KASUS EVALUASI KEBIJAKAN DAN PROGRAM
A. Latar Belakang
Evaluasi kebijakan merupakan langkah terakhir dari suatu proses kebijakan
( Islamy 2000) dalam safi’I bahwa penelitian. Salah satu aktivitas fungsional,
evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan dengan mengikuti aktivitas-aktivitas
sebelumnya, yaitu pengesahan (formulasi) dan pelaksananan (implementasi)
kebijakan, tetapi dapat terjadi pada seluruh aktivitas-aktivitas fungsional yang lain
dalam proses kebijakan.Evaluasi kebijakan dilakukan untuk menilai sejauh mana
keefektifan kebijakan publik untuk dipertanggung jawabkan kepada publiknya
dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Secara umum evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang
menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi,
implementasi dan dampak. Dalam hal ini, evaluasi kebijakan dipandang sebagai
suatu kegiatan fungsional. Artinya, evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan pada
tahap akhir saja, melainkan dilakukan dalam seluruh proses kebijakan. Dengan
demikian, evaluasi kebijakan bisa meliputi tahap perumusan masalah-masalah
kebijakan, program-program yang diusulkan untuk menyelesaikan masalah
kebijakan, implementasi, maupun tahap dampak kebijakan.
Program merupakan sistem. dengan begitu, program terdiri dari komponen-
komponen yang saling berkaitan dan saling menunjang dalam rangka mencapai
suatu tujuan. Komponen program adalah bagian-bagian program yang saling
terkait dan merupakan faktor-faktor penentu keberhasilan program. komponen-
komponen program dapat dipandang sebagai bagian sistem dan dikenal dengan
istilah “subsistem”.Sebuah sistem, subsistem yang ada saling berkaitan dan saling
mempengaruhi. Sistem itu sendiri berada di dalam sebuah naungan yang lebih
besar yang dikenal dengan istilah “suprasistem”.
Dalam evaluasi kebijakan dan program perlu fact-value interdependence
yaitu dipastikan supaya pencapaian tujuan bukan hanya tergantung dalam
monitoring atau fakta tentang hasil, namun evaluasi atau nilai dalam kebijakan
dan program merupakan tujuan dari kebijakan. Evaluasi juga merupakan present
and past orientation yaitu berorientasi pada waktu sekarang karena tujuannya
untuk mengungkapkan yang telah digunakan. Kemudian evaluasi kebijakan
adalah value duality yang berarti memiliki dua pencapaian/keuntungan dan bukan
hanya untuk menilai tujuan untuk memecahkan suatu masalah namun evaluasi
merupakan cara untuk bgaimana melakukannya, sehingga evaluasi juga terkait
dengan rekomendasi kebijakan pada waktu yang akan datang.
Dengan demikian evaluasi kebijakan dan program adalah mengukur
kesesuaian antara rencana dan pelaksanaan dan mengukur seberapa jauh telah
terjadi penyimpangan dan ketidakpastian pada program. Kemudian evaluasi dapat
memberikan pendekatan yang lebih banyak lagi dalam memberikan informasi
kepada berbagai kebijakan atau program untuk membantu perbaikan dan atau
pengembangan dalam kegiatan-kegiatan selanjutnya.
B. Pengertian Evaluasi Kebijakan dan Evaluasi Program
1. Pengertian Evaluasi Kebijakan
Menurut Islamy (2000) dalam safi’I bahwa penelitian (evaluasi) kebijakan
adalah merupakan langkah terakhir dari suatu proses kebijakan. Salah satu
aktivitas fungsional, evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan dengan mengikuti
aktivitas-aktivitas sebelumnya, yaitu pengesahan (formulasi) dan pelaksananan
(implementasi) kebijakan, tetapi dapat terjadi pada seluruh aktivitas-aktivitas
fungsional yang lain dalam proses kebijakan.
Evaluasi kebijakan dapat mencakup tentang isi kebijakan, pelaksanaan
kebijakan, dan dampak kebijakan. Jadi evaluasi kebijakan bisa dilakukan pada
fase perumusan masalah, formulasi usulan kebijakan, implementasi kebijakan,
legitimasi kebijakan dan seterusnya. Evaluasi menurut Dunn yang dikutif oleh
Riant Nugroho dalam bukunya Kebijakan Publik (Formulasi, Implementasi, dan
Evaluasi) mendefinisikan evaluasi sebagai : “Evaluasi mempunyai arti yang
berhubungan, masing-masing menunjuk pada aplikasi beberapa skala nilai
terhadap hasil kebijakan dan program. Secara umum istilah evaluasi dapat
disamakan dengan penafsiran (appraisal), pemberian angka (Ratting) dan
penilaian (Assesment), kata-kata yang menyatakan usaha untuk menganalisis
hasil kebijakan dalam arti satuan lainnya. Dalam arti yang lebih spesifik, evaluasi
berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai atau manfaat hasil
kebijakan.
2. Pengertian Evaluasi Program
Program merupakan sistem. dengan begitu, program terdiri dari
komponen-komponen yang saling berkaitan dan saling menunjang dalam rangka
mencapai suatu tujuan. Komponen program adalah bagian-bagian program yang
saling terkait dan merupakan faktor-faktor penentu keberhasilan program.
komponen-komponen program dapat dipandang sebagai bagian sistem dan
dikenal dengan istilah “subsistem”.Sebuah sistem, subsistem yang ada saling
berkaitan dan saling mempengaruhi. Sistem itu sendiri berada di dalam sebuah
naungan yang lebih besar yang dikenal dengan istilah “suprasistem”. Dalam
suprasistem, sistem-sistem yang ada di bawah naungannya saling berkaitan dan
bekerja sama menuju pencapaian tujuan suprasistem dimaksud. Evaluasi program
adalah upaya untuk mengetahui efektivitas komponen program dalam mendukung
pencapaian tujuan program. Untuk mengetahui seberapa jauh dan bagian mana
dari tujuan yang sudah tercapai, dan bagian mana yang belum tercapai serta apa
penyebabnya, perlu adanya evaluasi program. Tanpa ada evaluasi, keberhasilan
dan kegagalan program tidak dapat diketahui. Evaluasi program adalah upaya
untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan suatu kebijakan secara cermat dengan
cara mengetahui efektivitas masing-masing komponennya.
C. STUDI KASUS
1. Evaluasi Kebijakan
Evaluasi Kebijakan Publik Tentang Pengelolaan Pemakaman di Kota
Semarang (Studi Kasus: Pengelolaan TPU Bergota Tahun 2012)
A. Pendahuluan Studi Kasus
Di Indonesia, tempat pemakaman diatur oleh Pemerintah Negara Republik
Indonesia di bawah Departemen Dalam Negeri yang diatur berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 9 Tahun 1987 tentang Penyediaan dan Penggunaan Tanah
Untuk Keperluan Tempat Pemakaman dan Keputusan Menteri Dalam Negeri
Nomor 26 Tahun 1989 tentang Pedoman Pelaksanaan peraturan Pemerintah
Nomor 9 Tahun 1987. Adanya kebijakan tersebut dapat diartikan bahwa
pemerintah telah memberikan suatu pelayanan terhadap masyarakat dengan
mengadakan lahan untuk areal pemakaman.
Di Kota Semarang, pengelolaan pemakaman dibawahi oleh Dinas
Pertamanan dan Pemakaman, dimana dinas tersebut lah yang melakukan suatu
pengelolaan yang disesuaikan oleh peraturan daerah yang mengatur tentang
pemakaman, yang diatur dalam Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 10
Tahun 2009 yang mengatur tentang penyelenggaraan dan retribusi pelayanan
pemakaman jenazah di Kota Semarang, Sampai saat ini, Pemerintah Kota
Semarang sendiri mengelola 10 TPU dengan luasan mencapai 40 hektare lebih.
B. Pembahasan Studi Kasus
TPU Bergota adalah salah satu pemakaman umum terbesar yang berada di
Kota Semarang. Bergota merupakan pemakaman umum yang terletak sangat
strategis, yaitu berada ditengah-tengah Kota Semarang tepatnya di Kelurahan
Randusari, sehingga banyak sekali masyarakat yang menggunakan areal tersebut
untuk memakamkan kerabat serta sanak saudaranya, dan tak sedikit pula
masyarakat diluar kota semarang yang menginginkan untuk dimakamkan di
pemakaman bergota tersebut. Secara keseluruhan, luas TPU Bergota sendiri
sekitar 30 hektare. Namun kondisi pemakaman saat ini justru terlihat tidak
dikelola dengan baik.
Kondisi taman pemakaman umum yang ada di Kota Semarang selama ini
pada umumnya tidak dikelola dengan baik. Seperti manajemen pengelolaan yang
ada tidak dapat berjalan dengan baik, penarikan retribusi yang dilakukan kurang
maksimal bahkan cenderung rawan pungutan liar. Kemudian kondisi taman
pemakaman yang ada saat ini tidak tertata rapi sehingga pemanfaatan lahannya
tidak optimal serta menimbulkan kesan angker dan seram sehingga pemakaman
merupakan tempat yang selalu dihindari dan semakin banyaknya areal pemukiman
liar di dalam areal pemakaman yang membangun rumah-rumah permanen
semakin menambah kesemrawutan tata ruang yang ada.
Masalah yang ada terkait pentingnya Perda Kote Semarang Nomor 10 Tahun
2009 tentang Strategi Penyelenggaraan dan Retribusi Pelayanan Pemakaman
adalah sebagai berikut:
1. Kurang optimalnya penarikan retribusi pemakaman
2. Adanya pungutan liar
3. Manajemen pengelolaan yang tidak berjalan dengan baik
4. Pertambahan penduduk setiap tahun yang menyebabkan TPU menjadi
overload
5. Pertambahan penduduk setiap tahun yang berbanding lurus dengan
kebutuhan lahan untuk permukiman, sehingga mengurangi luas lahan
pemakaman
6. Kondisi pemakaman yang tidak tertata rapi, sehingga:
Timbulnya kesan seram sehingga pemakaman menjadi tempat
yang dihindari masyarakat yang berdampak pada semakin
banyaknya areal permukiman liar
Bertambahnya bangunan rumah permanen, smei permanen, dan
non permanen dalam areal permakaman yang semakin menambah
kesemrawutan permukiman
Strategi penataan pemakaman Kota Semarang, sesuai dengan Perda Kota
Semarang No 10 Tahun 2009 adalah sebagai berikut:
1. Strategi jenis dan tempat pemakaman, yang mengatur kewenangan
pengelolaan kawasan pemakaman, baik oleh pemerintah maupun instansi
sosial.
2. Strategi pengaturan bentuk dan bangunan makam, serta aturan penggunaan
tanah.
3. Strategi pengaturan usaha pelayanan makam
4. Strategi mengenai prinsip, sasaran, golongan, struktur, dan besarnya
retribusi
5. Strategi penerapan insentif disinsentif terhadap pemenuhan dan
pelanggaran yang salah satunya berupa sanksi administrasi. .
Dalam mengevaluasi dokumen terdapat beberapa kriteria. Kriteria yang
diperlukan dalam melakukan evaluasi adalah tanggung jawab, konsisten, inisiatif,
adil, efektif, responsif, pemerataan. Berikut adalah hasil analisis evaluasi yang
didasarkan pada kriteria yang telah dirumuskan.
1. Tanggung jawab pemerintah
Pemerintah bertanggung jawab terhadap kebutuhan masyarakat akan ruang
terbuka publik serta kebutuhan terhadap perumahan. Keseimbangan
pemenuhan kebutuhan dua hal tersebut tidak akan mengganggu stabilitas
satu dengan lainnya, seperti pada studi kasus pemanfaatan lahan
pemakaman di Kota Semarang untuk tempat bermukim liar. Dalam tahap
ini, pemerintah Kota Semarang telah memenuhi tanggung jawabnya untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat dengan membuat peraturan perundangan
tentang pemakaman dan permukiman, meskipun implementasi di dunia
nyata masih sangat sulit untuk dilakukan.
2. Konsisten
Konsistensi pemerintah untuk mewujudkan keselarasan bermukim dan
pengadaan pemakaman masih belum terwujud secara penuh, terbukti
dengan kondisi permasalahan awal, yaitu masih adanya pungutan liar dan
kurang tegasnya pihak pemerintah dalam mewujudkan aturan tersebut.
3. Efektifitas
Dalam Pasal 21 tentang Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif menurut
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak dan Retribusi
Daerah ditentukan sebagai berikut :
Untuk Retribusi Jasa Umum, berdasarkan kebijakan Daerah dengan
mempertimbangkan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan,
kemampuan masyarakat dan aspek keadilan.
Untuk Retribusi Jasa Usaha, didasarkan pada tujuan untuk
memperoleh tujuan yang layak.
Untuk Retribusi Perijinan Tertentu, didasarkan pada tujuan untuk menutup
sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberian ijin yang
bersangkutan. Penentuan retribusi Kota Semarang dinilai sudah sesuai
dengan peraturan tersebut karena pertimbangan penentuan besarnya
retribusi yg harus dibayar telah digolongkan sebagai retribusi jasa umum.
Sehingga biaya penyediaan jasa disesuaikan dengan kemampuan
masyarakat dan aspek keadilan.
4. Efisiensi
Usaha yang telah dilakukan untuk merelokasi permukiman liar di areal
permakaman Kota Semarang salah satunya dengan mencanangkan
program perumahan layak huni untuk masyarakat kelas menengah ke
bawah. Selain itu, dilakukan penataan kawasan pemakaman untuk
memperbaiki estetika serta mengurangi kesan angker agar tidak
berdampak terhadap semakin sepinya areal sehingga memudahkan
meningkatnya pembangunan permukiman liar karena kurang pengawasan
dari pihak pemerintah dan masyarakat sekitar.
5. Responsivitas
Perhatian akan penataan areal permakaman, ketertiban retribusi, dan
penerapan sanksi terhadap pihak pihak yang melanggar.
6. Inisiatif
Diperlukan adanya sosialisasi kepada masyarakat mengetahui peraturan
yang telah ada, serta menghimpun keinginan dan saran dari masyarakat
untuk penanganan permukiman liar dalam pemakaman Kota Semarang,
agar ke depannya memudahkan pelaksanaan pengaturan RTH publik
tersebut
Berdasarkan hasil penelitian tentang Evaluasi Kebijakan Pengelolaan
Pemakaman Di Kota Semarang (Studi Kasus Pengelolaan TPU Bergota Tahun
2012) , maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
penyelenggaraan dan retribusi pemakaman jenazah menjadi landasan hukum
yang mengatur tentang pemakaman di Kota Semarang. Adanya kebijakan ini
dinilai sudah tepat meskipun dalam berjalannya suatu peraturan mengalami
hambatan-hambatan. Kebijakan ini adalah kebijakan yang termasuk salah satu
dari kebijakan yang berdasarkan atas kebutuhan masyarakat. Pemakaman dinilai
sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
2. Pemerintaha mempunyai upaya agar kebijakan tersebut berjalan dengan
baik dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat pada setiap Kecamatan di
Kota Semarang, dalam hal ini pemerintah mengadakan forum terbuka,
3. Masih banyaknya ketidaksesuaian yang terjadi terhadap perda Kota
Semarang No 10 Tahun 2009 dianggap bahwa upaya pemerintah yang dilakukan
merupakan upaya yang sudah tepat, namun dalam pelaksanaan upaya dan proses
dinilai kurang optimal. Hal ini dikarenakan masih banyaknya masyarakat yang
beum memahamai mengenai Perda tersebut.
4. Mengenai keberlanjutan kebijakan ini secara keseluruhan masyarakat
masih membutuhkan, karena mengingat adanya manfaat dan nilai kepuasan dari
masyarakat atas kebutuhan masyarakat. Selain itu program ini juga menjawab
kebutuhan masyarakat akan pelayanan publik yang prima. Namun keberlanjutan
kebijakan ini akan disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang terkadang ada
perubahan.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, maka diperlukan rekomendasi
langkah–langkah yang mungkin diambil untuk mencapai keberhasilan Kebijakan
Pengelolaan Pemakaman di Kota Semarang. Rekomendasi langkah–langkah yang
mungkin diambil adalah sebagai berikut :
1. Pemerintah secara berkala melakukan evaluasi atau melakukan jejak
pendapat mengenai kebijakan ini kepada masyarakat, agar mengetahui bagaimana
yang dirasakan dan diharapkan oleh masyarakat. Sehingga pemerintah dapat
mengatasi hal tersebut dikemudian hari agar kebijakan ini berjalan dengan baik
dan dapat berlanjut untuk periode– periode berikutnya. Selain itu melakukan
evaluasi rutin terhadap kinerja pemerintah untuk diketahui tingkat produktivitas
kinerja pegawai pemerintah khususnya yang berada pada bidang pemakaman.
2. Adanya kendala dalam sumberdaya manusia yang dimiliki oleh
masyarakat. Maka secepatnya pemerintah harus memberikan pelatihan dan
sosialisasi kepada masyarakat yang belum mumpuni ini dan memberikan fasilitas
pendukung yang mudah dijangkau oleh masyarakat akan mempercepat proses
sosialisasi.
3. Masyarakat juga kedepannya akan memberikan tuntutan–tuntutan kepada
pemerintah yang harus bisa dipenuhi kedepannya karena adanya perkembangan
secara dinamis kondisi sosial, politik, budaya dan ekonomi. Maka dengan
pelaksanaan Kebijakan ini diharapkan ada ketepatan dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat yang semakin banyak dan menuntut serba cepat. Pemerintah juga
harus dengan cepat dan tanggap dalam mengatasi tuntutan tersebut dengan
pemecahan masalah yang tepat pula agar kebijakan ini dapat terus dikembangkan
dan berlanjut dengan lebih baik.
2. Evaluasi Program
Evaluasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Kelautan Perikanan terhadap Pemberdayaan Masyarakat Pesisir
(Studi kasus: Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone Sulawesi
Selatan)
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri)
merupakan program nasional yang menjadi kerangka kebijakan dan acuan
pelaksaan berbagai program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan
masyarakat. PNPM Mandiri
KP memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan
kerja masyarakat, memberdayakan kelembagaan masyarakat untuk pengembangan
kegiatan usaha, meningkatkan kemampuan usaha kelompok masyarakat,
meningkatkan produksi kelautan dan perikanan, meningkatkan infrastruktur
lingkungan san rehabilitas ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil, meningkatkan
kemitraan kelembagaan masyarakat dengan sumber permodalan, pemasaran,
informasi, serta ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pelaksaan program PNPM di Kecamatan Awangpone merupakan program
pemerintah yang bertujuan untuk dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat
pesisir yang ada di Kecamatan Awangpone melalui penguatan kelembagaan sosial
ekonomi dengan mendayagunakan sumber daya laut dan pesisir secara
berkelanjutan. Dinas perikanan sebagai penanggung jawab dari PNPM M-KP di
Kecamatan Awangpone berkoordinasi dengan instansi terkait seperti KPKN,
TKPKD Propinsi dan lembaga-lembaga terkati lainnya seperti pihak LSM dan
juga mitra-mitra kerja lainnya. Tujuan dari penelitan erikanan sudah sesuai
dengan prosedur atau mekanisme di masyarkat pesisir, mengetahui pelaksaan
PNPM Mandiri Kelautan Perikanan sudan tepat sasaran, waktu, dan jumlah,
mengetahui sehauh mana tingkat pengembalian dana PNPM Manrisi Kelautan
Perikanan, dan mengetahu manfaat adanya PNPM Mandiri Kelautan Perikanan
bagi masyarakat sasaran di Kecamatan Awangponen Kabupaten Bone.
Pelaksanaan PNPM Mandiri KP di Kecamatan Awangpone melalui dua tahapan,
yiatu sosialisasi program dan kegiatan jasa konsultasi. Dalam pelaksaannya
PNPM Mandiri Kelautan Perikanan memiliki 5 komponen program sebagai input
program dengan beberapa kegiatan yiatu:
1. Pengembangan masyarakat
2. Bantuan langsung masyarakat
3. Bantuan pengelolaan dan pengembangan program
4. Publikasi
5. Monitoring dan evaluasi
Evaluasi program dilakukan untuk mengetahui tingkat penyaluran dana,
tahap pelaksanaan dan tingkat pengendalian dana, setelah itu akan diperoleh
manfaat dari PNPM mandrisi dan dari evaluasi tersebut akan diberikan
rekomendasi-rekomendasi.
Evaluasi program pada studi kasus evaluasi program nasional
pemberdayaan masyarakat mandiri kelautan perikanan terhadap pemberdayaan
masyarakat pesisir (studi kasus: Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone
Sulawesi Selatan) dilakukan dengan melihat input dan output, dimana input dari
studi kasus berikut ini yaitu:
a. Input program
Dalam evaluasi program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri
kelautan perikanan PNPM Mandiri-KP, yang merupakan inputan program yaitu:
1) Pemberdayaan masyarakat
2) Pemanfaatan modal
3) Pendapatan masyarakat
Evaluasi program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri kelautan
perikanan PNPM Mandiri-KP terdiri dari 3 tahapan, yaitu
1. Prosedur atau mekanisme penyaluran dana PNPM Mandiri-KP
Pada prosedur atau mekanisme penyaluran dana PNPM Mandiri-KP,
menunjukkan efektifitas penyaluran dana telah berjalan sesuai denga
perecanaan, dimana setiap kelompok telah melalui tahap identifikasi,
seleksi, verifikasi dalam penentuan penyaluran dana
2. Pelaksanaan program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri kelautan
perikanan PNPM Mandiri-KP
Pada pelaksanaan program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri
kelautan perikanan PNPM Mandiri-KP,menunjukkan efektifitas dan
efisiensi penggunaan anggaran program. Kelompok yang menjadi sasaran
prioritas adalah masyarakat pesisir yang membutuhkan dana untuk
pengembangan usaha kelautan dan perikanan. Efektifitas program diukur
dengan variabel tepat sasaran, tepat waktu, dan tepat jumlah.
3. Mekanisme pengembalian dana program nasional pemberdayaan
masyarakat mandiri kelautan perikanan PNPM Mandiri-KP
Masyarakat penerima manfaat tidak tepat waktu dalam pengembalian dana
dikarenakan kurang optimalnya pengawasan dan pendampingan oleh
pihak-pihak terkait program. Hal tersebut menunjukkan bahwa kurangnya
kepedulian dan dukungan masyrakat terhadap program pemerintah dalam
pengentasan kemiskinan.
b. Output program
Evaluasi program dilakukan dengan membandingkan output yang dihasilkan
dengan indikator pencapaian sehingga menghasilkan analisis pencapaian output.
Indikator pencapaian program pelaksaan program PNPM Mandiri-KP terdiri dari
3 indicator yaitu tepat sasaran, tepat waktu, dan tepat jumlah.
Dari hasil evaluasi program PNPM Mandiri-KP, dapat diberikan
rekomendasi untuk program tersebut kedepan, adalah sebagai berikut:
a. Dalam penyusunan program pelaksanaan maka harus dikerjakan dengan
menyesuaikan dengan kondisi lapangan, karena bila tidak ada
penyesuaian maka pelaksanaan tidak akan berjalan dengan optimal dan
dapat gagal
b. Dalam pelaksanaan program, pemerintah harus terus melakukan
pendampingan kepada masyarakat, sehingga masyarakat dapat siap dan
memahami isi dari program. Tanpa adanya pendampingan dari
pemerintah maka program tersebut tidak akan berjalan dengan optimal
c. Pemerintah harus lebih melakukan pengawasan struktural, fungsional,
dan partisipatir pada penggunaan dana, karena tanpa adanya
pengawasan maka penggunaan anggaran tidak efisien
d. Program yang ada harus lebih diutamakan pada peningkatan kreativitas
dan pengetahuan akan sumberdaya pesisir sehingga masyarakat pesisir
mampu berkembang dengan sendirinya, serta dalam pemanfaatan
sumberdaya nantinya tetap bisa menjaga kondisi lingkungan pesisir.
Kesimpulan dari evaluasi program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri
kelautan perikanan PNPM Mandiri-KP, yaitu
1. Prosedur atau mekanise penyaluran dana PNPM Mandiri KP,
menunjukkan efektifitas penyaluran dana telah berjalan sesuai denga
perecanaan, dimana setiap kelompok telah melalui tahap identifikasi,
seleksi, verifikasi dalam penentuan penyaluran dana
2. Tahap pelaksanaan program PNPM menunjukkan efektifitas dan efiensi
penggunaan anggran program.
3. Pengembilan dana bantuan PNPM M-KP tidak sesuai dengan yagn
diharapkan dan tidak optimal
4. Manfaat adanya PNPM M-KP yaitu meningkatkan pendapatan kelompok
masyarakat program berkembang skala usaha kelompok masyarakat,
adanya peningkatan produksi, dan pemanfaatan modal yagn berjalan
cukup baik denga adanya PNPM mandiri dapat mengubah pandangan
masyarakat.
MAKALAH TUKAR MATERI
EVALUASI PERENCANAAN
Kelompok 3
1. Ainun rahmawati 105060607111038
1. Agil Dewangga 105060600111046
2. Mirza Faika 105060607111036
3. Yulita Uri Ata 105060607111033
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2013