tukmat evpe kel 3-c

21
STUDI KASUS EVALUASI KEBIJAKAN DAN PROGRAM A. Latar Belakang Evaluasi kebijakan merupakan langkah terakhir dari suatu proses kebijakan ( Islamy 2000) dalam safi’I bahwa penelitian. Salah satu aktivitas fungsional, evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan dengan mengikuti aktivitas-aktivitas sebelumnya, yaitu pengesahan (formulasi) dan pelaksananan (implementasi) kebijakan, tetapi dapat terjadi pada seluruh aktivitas- aktivitas fungsional yang lain dalam proses kebijakan.Evaluasi kebijakan dilakukan untuk menilai sejauh mana keefektifan kebijakan publik untuk dipertanggung jawabkan kepada publiknya dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Secara umum evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi, implementasi dan dampak. Dalam hal ini, evaluasi kebijakan dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional. Artinya, evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap akhir saja, melainkan dilakukan dalam seluruh proses kebijakan. Dengan demikian, evaluasi kebijakan bisa meliputi tahap perumusan masalah-masalah kebijakan, program-program yang diusulkan untuk menyelesaikan masalah kebijakan, implementasi, maupun tahap dampak kebijakan.

Upload: indrii-nilam-sari

Post on 03-Jan-2016

12 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ujian

TRANSCRIPT

Page 1: Tukmat Evpe Kel 3-C

STUDI KASUS EVALUASI KEBIJAKAN DAN PROGRAM

A. Latar Belakang

Evaluasi kebijakan merupakan langkah terakhir dari suatu proses kebijakan

( Islamy 2000) dalam safi’I bahwa penelitian. Salah satu aktivitas fungsional,

evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan dengan mengikuti aktivitas-aktivitas

sebelumnya, yaitu pengesahan (formulasi) dan pelaksananan (implementasi)

kebijakan, tetapi dapat terjadi pada seluruh aktivitas-aktivitas fungsional yang lain

dalam proses kebijakan.Evaluasi kebijakan dilakukan untuk menilai sejauh mana

keefektifan kebijakan publik untuk dipertanggung jawabkan kepada publiknya

dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 

Secara umum evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang

menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi,

implementasi dan dampak.  Dalam hal ini, evaluasi kebijakan dipandang sebagai

suatu kegiatan fungsional. Artinya, evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan pada

tahap akhir saja, melainkan dilakukan dalam seluruh proses kebijakan. Dengan

demikian, evaluasi kebijakan bisa meliputi tahap perumusan masalah-masalah

kebijakan, program-program yang diusulkan untuk menyelesaikan masalah

kebijakan, implementasi, maupun tahap dampak kebijakan.

Program merupakan sistem. dengan begitu, program terdiri dari komponen-

komponen yang saling berkaitan dan saling menunjang dalam rangka mencapai

suatu tujuan. Komponen program adalah bagian-bagian program yang saling

terkait dan merupakan faktor-faktor penentu keberhasilan program. komponen-

komponen program dapat dipandang sebagai bagian sistem dan dikenal dengan

istilah “subsistem”.Sebuah sistem, subsistem yang ada saling berkaitan dan saling

mempengaruhi. Sistem itu sendiri berada di dalam sebuah naungan yang lebih

besar yang dikenal dengan istilah “suprasistem”.

Dalam evaluasi kebijakan dan program perlu fact-value interdependence

yaitu dipastikan supaya pencapaian tujuan bukan hanya tergantung dalam

monitoring atau fakta tentang hasil, namun evaluasi atau nilai dalam kebijakan

dan program merupakan tujuan dari kebijakan. Evaluasi juga merupakan present

and past orientation yaitu berorientasi pada waktu sekarang karena tujuannya

Page 2: Tukmat Evpe Kel 3-C

untuk mengungkapkan yang telah digunakan. Kemudian evaluasi kebijakan

adalah value duality yang berarti memiliki dua pencapaian/keuntungan dan bukan

hanya untuk menilai tujuan untuk memecahkan suatu masalah namun evaluasi

merupakan cara untuk bgaimana melakukannya, sehingga evaluasi juga terkait

dengan rekomendasi kebijakan pada waktu yang akan datang.

Dengan demikian evaluasi kebijakan dan program adalah mengukur

kesesuaian antara rencana dan pelaksanaan dan mengukur seberapa jauh telah

terjadi penyimpangan dan ketidakpastian pada program. Kemudian evaluasi dapat

memberikan pendekatan yang lebih banyak lagi dalam memberikan informasi

kepada berbagai kebijakan atau program untuk membantu perbaikan dan atau

pengembangan dalam kegiatan-kegiatan selanjutnya.

B. Pengertian Evaluasi Kebijakan dan Evaluasi Program

1. Pengertian Evaluasi Kebijakan

Menurut Islamy (2000) dalam safi’I bahwa penelitian (evaluasi) kebijakan

adalah merupakan langkah terakhir dari suatu proses kebijakan. Salah satu

aktivitas fungsional, evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan dengan mengikuti

aktivitas-aktivitas sebelumnya, yaitu pengesahan (formulasi) dan pelaksananan

(implementasi) kebijakan, tetapi dapat terjadi pada seluruh aktivitas-aktivitas

fungsional yang lain dalam proses kebijakan.

Evaluasi kebijakan dapat mencakup tentang isi kebijakan, pelaksanaan

kebijakan, dan dampak kebijakan. Jadi evaluasi kebijakan bisa dilakukan pada

fase perumusan masalah, formulasi usulan kebijakan, implementasi kebijakan,

legitimasi kebijakan dan seterusnya. Evaluasi menurut Dunn yang dikutif oleh

Riant Nugroho dalam bukunya Kebijakan Publik (Formulasi, Implementasi, dan

Evaluasi) mendefinisikan evaluasi sebagai : “Evaluasi mempunyai arti yang

berhubungan, masing-masing menunjuk pada aplikasi beberapa skala nilai

terhadap hasil kebijakan dan program. Secara umum istilah evaluasi dapat

disamakan dengan penafsiran (appraisal), pemberian angka  (Ratting) dan

penilaian  (Assesment), kata-kata yang menyatakan usaha untuk menganalisis

hasil kebijakan dalam arti satuan lainnya. Dalam arti yang lebih spesifik, evaluasi

berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai atau manfaat hasil

kebijakan.

Page 3: Tukmat Evpe Kel 3-C

2. Pengertian Evaluasi Program

Program merupakan sistem. dengan begitu, program terdiri dari

komponen-komponen yang saling berkaitan dan saling menunjang dalam rangka

mencapai suatu tujuan. Komponen program adalah bagian-bagian program yang

saling terkait dan merupakan faktor-faktor penentu keberhasilan program.

komponen-komponen program dapat dipandang sebagai bagian sistem dan

dikenal dengan istilah “subsistem”.Sebuah sistem, subsistem yang ada saling

berkaitan dan saling mempengaruhi. Sistem itu sendiri berada di dalam sebuah

naungan yang lebih besar yang dikenal dengan istilah “suprasistem”. Dalam

suprasistem, sistem-sistem yang ada di bawah naungannya saling berkaitan dan

bekerja sama menuju pencapaian tujuan suprasistem dimaksud. Evaluasi program

adalah upaya untuk mengetahui efektivitas komponen program dalam mendukung

pencapaian tujuan program. Untuk mengetahui seberapa jauh dan bagian mana

dari tujuan yang sudah tercapai, dan bagian mana yang belum tercapai serta apa

penyebabnya, perlu adanya evaluasi program. Tanpa ada evaluasi, keberhasilan

dan kegagalan program tidak dapat diketahui. Evaluasi program adalah upaya

untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan suatu kebijakan secara cermat dengan

cara mengetahui efektivitas masing-masing komponennya.

C. STUDI KASUS

1. Evaluasi Kebijakan

Evaluasi Kebijakan Publik Tentang Pengelolaan Pemakaman di Kota

Semarang (Studi Kasus: Pengelolaan TPU Bergota Tahun 2012)

A. Pendahuluan Studi Kasus

Di Indonesia, tempat pemakaman diatur oleh Pemerintah Negara Republik

Indonesia di bawah Departemen Dalam Negeri yang diatur berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 9 Tahun 1987 tentang Penyediaan dan Penggunaan Tanah

Untuk Keperluan Tempat Pemakaman dan Keputusan Menteri Dalam Negeri

Nomor 26 Tahun 1989 tentang Pedoman Pelaksanaan peraturan Pemerintah

Nomor 9 Tahun 1987. Adanya kebijakan tersebut dapat diartikan bahwa

pemerintah telah memberikan suatu pelayanan terhadap masyarakat dengan

mengadakan lahan untuk areal pemakaman.

Page 4: Tukmat Evpe Kel 3-C

Di Kota Semarang, pengelolaan pemakaman dibawahi oleh Dinas

Pertamanan dan Pemakaman, dimana dinas tersebut lah yang melakukan suatu

pengelolaan yang disesuaikan oleh peraturan daerah yang mengatur tentang

pemakaman, yang diatur dalam Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 10

Tahun 2009 yang mengatur tentang penyelenggaraan dan retribusi pelayanan

pemakaman jenazah di Kota Semarang, Sampai saat ini, Pemerintah Kota

Semarang sendiri mengelola 10 TPU dengan luasan mencapai 40 hektare lebih.

B. Pembahasan Studi Kasus

TPU Bergota adalah salah satu pemakaman umum terbesar yang berada di

Kota Semarang. Bergota merupakan pemakaman umum yang terletak sangat

strategis, yaitu berada ditengah-tengah Kota Semarang tepatnya di Kelurahan

Randusari, sehingga banyak sekali masyarakat yang menggunakan areal tersebut

untuk memakamkan kerabat serta sanak saudaranya, dan tak sedikit pula

masyarakat diluar kota semarang yang menginginkan untuk dimakamkan di

pemakaman bergota tersebut. Secara keseluruhan, luas TPU Bergota sendiri

sekitar 30 hektare. Namun kondisi pemakaman saat ini justru terlihat tidak

dikelola dengan baik.

Kondisi taman pemakaman umum yang ada di Kota Semarang selama ini

pada umumnya tidak dikelola dengan baik. Seperti manajemen pengelolaan yang

ada tidak dapat berjalan dengan baik, penarikan retribusi yang dilakukan kurang

maksimal bahkan cenderung rawan pungutan liar. Kemudian kondisi taman

pemakaman yang ada saat ini tidak tertata rapi sehingga pemanfaatan lahannya

tidak optimal serta menimbulkan kesan angker dan seram sehingga pemakaman

merupakan tempat yang selalu dihindari dan semakin banyaknya areal pemukiman

liar di dalam areal pemakaman yang membangun rumah-rumah permanen

semakin menambah kesemrawutan tata ruang yang ada.

Masalah yang ada terkait pentingnya Perda Kote Semarang Nomor 10 Tahun

2009 tentang Strategi Penyelenggaraan dan Retribusi Pelayanan Pemakaman

adalah sebagai berikut:

1. Kurang optimalnya penarikan retribusi pemakaman

2. Adanya pungutan liar

3. Manajemen pengelolaan yang tidak berjalan dengan baik

Page 5: Tukmat Evpe Kel 3-C

4. Pertambahan penduduk setiap tahun yang menyebabkan TPU menjadi

overload

5. Pertambahan penduduk setiap tahun yang berbanding lurus dengan

kebutuhan lahan untuk permukiman, sehingga mengurangi luas lahan

pemakaman

6. Kondisi pemakaman yang tidak tertata rapi, sehingga:

Timbulnya kesan seram sehingga pemakaman menjadi tempat

yang dihindari masyarakat yang berdampak pada semakin

banyaknya areal permukiman liar

Bertambahnya bangunan rumah permanen, smei permanen, dan

non permanen dalam areal permakaman yang semakin menambah

kesemrawutan permukiman

Strategi penataan pemakaman Kota Semarang, sesuai dengan Perda Kota

Semarang No 10 Tahun 2009 adalah sebagai berikut:

1. Strategi jenis dan tempat pemakaman, yang mengatur kewenangan

pengelolaan kawasan pemakaman, baik oleh pemerintah maupun instansi

sosial.

2. Strategi pengaturan bentuk dan bangunan makam, serta aturan penggunaan

tanah.

3. Strategi pengaturan usaha pelayanan makam

4. Strategi mengenai prinsip, sasaran, golongan, struktur, dan besarnya

retribusi

5. Strategi penerapan insentif disinsentif terhadap pemenuhan dan

pelanggaran yang salah satunya berupa sanksi administrasi. .

Dalam mengevaluasi dokumen terdapat beberapa kriteria. Kriteria yang

diperlukan dalam melakukan evaluasi adalah tanggung jawab, konsisten, inisiatif,

adil, efektif, responsif, pemerataan. Berikut adalah hasil analisis evaluasi yang

didasarkan pada kriteria yang telah dirumuskan.

1. Tanggung jawab pemerintah

Pemerintah bertanggung jawab terhadap kebutuhan masyarakat akan ruang

terbuka publik serta kebutuhan terhadap perumahan. Keseimbangan

Page 6: Tukmat Evpe Kel 3-C

pemenuhan kebutuhan dua hal tersebut tidak akan mengganggu stabilitas

satu dengan lainnya, seperti pada studi kasus pemanfaatan lahan

pemakaman di Kota Semarang untuk tempat bermukim liar. Dalam tahap

ini, pemerintah Kota Semarang telah memenuhi tanggung jawabnya untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat dengan membuat peraturan perundangan

tentang pemakaman dan permukiman, meskipun implementasi di dunia

nyata masih sangat sulit untuk dilakukan.

2. Konsisten

Konsistensi pemerintah untuk mewujudkan keselarasan bermukim dan

pengadaan pemakaman masih belum terwujud secara penuh, terbukti

dengan kondisi permasalahan awal, yaitu masih adanya pungutan liar dan

kurang tegasnya pihak pemerintah dalam mewujudkan aturan tersebut.

3. Efektifitas

Dalam Pasal 21 tentang Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif menurut

Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak dan Retribusi

Daerah ditentukan sebagai berikut :

Untuk Retribusi Jasa Umum, berdasarkan kebijakan Daerah dengan

mempertimbangkan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan,

kemampuan masyarakat dan aspek keadilan.

Untuk Retribusi Jasa Usaha, didasarkan pada tujuan untuk

memperoleh tujuan yang layak.

Untuk Retribusi Perijinan Tertentu, didasarkan pada tujuan untuk menutup

sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberian ijin yang

bersangkutan. Penentuan retribusi Kota Semarang dinilai sudah sesuai

dengan peraturan tersebut karena pertimbangan penentuan besarnya

retribusi yg harus dibayar telah digolongkan sebagai retribusi jasa umum.

Sehingga biaya penyediaan jasa disesuaikan dengan kemampuan

masyarakat dan aspek keadilan.

4. Efisiensi

Usaha yang telah dilakukan untuk merelokasi permukiman liar di areal

permakaman Kota Semarang salah satunya dengan mencanangkan

program perumahan layak huni untuk masyarakat kelas menengah ke

Page 7: Tukmat Evpe Kel 3-C

bawah. Selain itu, dilakukan penataan kawasan pemakaman untuk

memperbaiki estetika serta mengurangi kesan angker agar tidak

berdampak terhadap semakin sepinya areal sehingga memudahkan

meningkatnya pembangunan permukiman liar karena kurang pengawasan

dari pihak pemerintah dan masyarakat sekitar.

5. Responsivitas

Perhatian akan penataan areal permakaman, ketertiban retribusi, dan

penerapan sanksi terhadap pihak pihak yang melanggar.

6. Inisiatif

Diperlukan adanya sosialisasi kepada masyarakat mengetahui peraturan

yang telah ada, serta menghimpun keinginan dan saran dari masyarakat

untuk penanganan permukiman liar dalam pemakaman Kota Semarang,

agar ke depannya memudahkan pelaksanaan pengaturan RTH publik

tersebut

Berdasarkan hasil penelitian tentang Evaluasi Kebijakan Pengelolaan

Pemakaman Di Kota Semarang (Studi Kasus Pengelolaan TPU Bergota Tahun

2012) , maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 10 Tahun 2009 tentang

penyelenggaraan dan retribusi pemakaman jenazah menjadi landasan hukum

yang mengatur tentang pemakaman di Kota Semarang. Adanya kebijakan ini

dinilai sudah tepat meskipun dalam berjalannya suatu peraturan mengalami

hambatan-hambatan. Kebijakan ini adalah kebijakan yang termasuk salah satu

dari kebijakan yang berdasarkan atas kebutuhan masyarakat. Pemakaman dinilai

sangat dibutuhkan oleh masyarakat.

2. Pemerintaha mempunyai upaya agar kebijakan tersebut berjalan dengan

baik dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat pada setiap Kecamatan di

Kota Semarang, dalam hal ini pemerintah mengadakan forum terbuka,

3. Masih banyaknya ketidaksesuaian yang terjadi terhadap perda Kota

Semarang No 10 Tahun 2009 dianggap bahwa upaya pemerintah yang dilakukan

merupakan upaya yang sudah tepat, namun dalam pelaksanaan upaya dan proses

Page 8: Tukmat Evpe Kel 3-C

dinilai kurang optimal. Hal ini dikarenakan masih banyaknya masyarakat yang

beum memahamai mengenai Perda tersebut.

4. Mengenai keberlanjutan kebijakan ini secara keseluruhan masyarakat

masih membutuhkan, karena mengingat adanya manfaat dan nilai kepuasan dari

masyarakat atas kebutuhan masyarakat. Selain itu program ini juga menjawab

kebutuhan masyarakat akan pelayanan publik yang prima. Namun keberlanjutan

kebijakan ini akan disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang terkadang ada

perubahan.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, maka diperlukan rekomendasi

langkah–langkah yang mungkin diambil untuk mencapai keberhasilan Kebijakan

Pengelolaan Pemakaman di Kota Semarang. Rekomendasi langkah–langkah yang

mungkin diambil adalah sebagai berikut :

1. Pemerintah secara berkala melakukan evaluasi atau melakukan jejak

pendapat mengenai kebijakan ini kepada masyarakat, agar mengetahui bagaimana

yang dirasakan dan diharapkan oleh masyarakat. Sehingga pemerintah dapat

mengatasi hal tersebut dikemudian hari agar kebijakan ini berjalan dengan baik

dan dapat berlanjut untuk periode– periode berikutnya. Selain itu melakukan

evaluasi rutin terhadap kinerja pemerintah untuk diketahui tingkat produktivitas

kinerja pegawai pemerintah khususnya yang berada pada bidang pemakaman.

2. Adanya kendala dalam sumberdaya manusia yang dimiliki oleh

masyarakat. Maka secepatnya pemerintah harus memberikan pelatihan dan

sosialisasi kepada masyarakat yang belum mumpuni ini dan memberikan fasilitas

pendukung yang mudah dijangkau oleh masyarakat akan mempercepat proses

sosialisasi.

3. Masyarakat juga kedepannya akan memberikan tuntutan–tuntutan kepada

pemerintah yang harus bisa dipenuhi kedepannya karena adanya perkembangan

secara dinamis kondisi sosial, politik, budaya dan ekonomi. Maka dengan

pelaksanaan Kebijakan ini diharapkan ada ketepatan dalam memenuhi kebutuhan

masyarakat yang semakin banyak dan menuntut serba cepat. Pemerintah juga

harus dengan cepat dan tanggap dalam mengatasi tuntutan tersebut dengan

Page 9: Tukmat Evpe Kel 3-C

pemecahan masalah yang tepat pula agar kebijakan ini dapat terus dikembangkan

dan berlanjut dengan lebih baik.

2. Evaluasi Program

Evaluasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

Kelautan Perikanan terhadap Pemberdayaan Masyarakat Pesisir

(Studi kasus: Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone Sulawesi

Selatan)

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri)

merupakan program nasional yang menjadi kerangka kebijakan dan acuan

pelaksaan berbagai program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan

masyarakat. PNPM Mandiri

KP memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan

kerja masyarakat, memberdayakan kelembagaan masyarakat untuk pengembangan

kegiatan usaha, meningkatkan kemampuan usaha kelompok masyarakat,

meningkatkan produksi kelautan dan perikanan, meningkatkan infrastruktur

lingkungan san rehabilitas ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil, meningkatkan

kemitraan kelembagaan masyarakat dengan sumber permodalan, pemasaran,

informasi, serta ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pelaksaan program PNPM di Kecamatan Awangpone merupakan program

pemerintah yang bertujuan untuk dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat

pesisir yang ada di Kecamatan Awangpone melalui penguatan kelembagaan sosial

ekonomi dengan mendayagunakan sumber daya laut dan pesisir secara

berkelanjutan. Dinas perikanan sebagai penanggung jawab dari PNPM M-KP di

Kecamatan Awangpone berkoordinasi dengan instansi terkait seperti KPKN,

TKPKD Propinsi dan lembaga-lembaga terkati lainnya seperti pihak LSM dan

juga mitra-mitra kerja lainnya. Tujuan dari penelitan erikanan sudah sesuai

dengan prosedur atau mekanisme di masyarkat pesisir, mengetahui pelaksaan

PNPM Mandiri Kelautan Perikanan sudan tepat sasaran, waktu, dan jumlah,

mengetahui sehauh mana tingkat pengembalian dana PNPM Manrisi Kelautan

Perikanan, dan mengetahu manfaat adanya PNPM Mandiri Kelautan Perikanan

bagi masyarakat sasaran di Kecamatan Awangponen Kabupaten Bone.

Pelaksanaan PNPM Mandiri KP di Kecamatan Awangpone melalui dua tahapan,

Page 10: Tukmat Evpe Kel 3-C

yiatu sosialisasi program dan kegiatan jasa konsultasi. Dalam pelaksaannya

PNPM Mandiri Kelautan Perikanan memiliki 5 komponen program sebagai input

program dengan beberapa kegiatan yiatu:

1. Pengembangan masyarakat

2. Bantuan langsung masyarakat

3. Bantuan pengelolaan dan pengembangan program

4. Publikasi

5. Monitoring dan evaluasi

Evaluasi program dilakukan untuk mengetahui tingkat penyaluran dana,

tahap pelaksanaan dan tingkat pengendalian dana, setelah itu akan diperoleh

manfaat dari PNPM mandrisi dan dari evaluasi tersebut akan diberikan

rekomendasi-rekomendasi.

Evaluasi program pada studi kasus evaluasi program nasional

pemberdayaan masyarakat mandiri kelautan perikanan terhadap pemberdayaan

masyarakat pesisir (studi kasus: Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone

Sulawesi Selatan) dilakukan dengan melihat input dan output, dimana input dari

studi kasus berikut ini yaitu:

a. Input program

Dalam evaluasi program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri

kelautan perikanan PNPM Mandiri-KP, yang merupakan inputan program yaitu:

1) Pemberdayaan masyarakat

2) Pemanfaatan modal

3) Pendapatan masyarakat

Evaluasi program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri kelautan

perikanan PNPM Mandiri-KP terdiri dari 3 tahapan, yaitu

1. Prosedur atau mekanisme penyaluran dana PNPM Mandiri-KP

Pada prosedur atau mekanisme penyaluran dana PNPM Mandiri-KP,

menunjukkan efektifitas penyaluran dana telah berjalan sesuai denga

perecanaan, dimana setiap kelompok telah melalui tahap identifikasi,

seleksi, verifikasi dalam penentuan penyaluran dana

2. Pelaksanaan program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri kelautan

perikanan PNPM Mandiri-KP

Page 11: Tukmat Evpe Kel 3-C

Pada pelaksanaan program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri

kelautan perikanan PNPM Mandiri-KP,menunjukkan efektifitas dan

efisiensi penggunaan anggaran program. Kelompok yang menjadi sasaran

prioritas adalah masyarakat pesisir yang membutuhkan dana untuk

pengembangan usaha kelautan dan perikanan. Efektifitas program diukur

dengan variabel tepat sasaran, tepat waktu, dan tepat jumlah.

3. Mekanisme pengembalian dana program nasional pemberdayaan

masyarakat mandiri kelautan perikanan PNPM Mandiri-KP

Masyarakat penerima manfaat tidak tepat waktu dalam pengembalian dana

dikarenakan kurang optimalnya pengawasan dan pendampingan oleh

pihak-pihak terkait program. Hal tersebut menunjukkan bahwa kurangnya

kepedulian dan dukungan masyrakat terhadap program pemerintah dalam

pengentasan kemiskinan.

b. Output program

Evaluasi program dilakukan dengan membandingkan output yang dihasilkan

dengan indikator pencapaian sehingga menghasilkan analisis pencapaian output.

Indikator pencapaian program pelaksaan program PNPM Mandiri-KP terdiri dari

3 indicator yaitu tepat sasaran, tepat waktu, dan tepat jumlah.

Dari hasil evaluasi program PNPM Mandiri-KP, dapat diberikan

rekomendasi untuk program tersebut kedepan, adalah sebagai berikut:

a. Dalam penyusunan program pelaksanaan maka harus dikerjakan dengan

menyesuaikan dengan kondisi lapangan, karena bila tidak ada

penyesuaian maka pelaksanaan tidak akan berjalan dengan optimal dan

dapat gagal

b. Dalam pelaksanaan program, pemerintah harus terus melakukan

pendampingan kepada masyarakat, sehingga masyarakat dapat siap dan

memahami isi dari program. Tanpa adanya pendampingan dari

pemerintah maka program tersebut tidak akan berjalan dengan optimal

c. Pemerintah harus lebih melakukan pengawasan struktural, fungsional,

dan partisipatir pada penggunaan dana, karena tanpa adanya

pengawasan maka penggunaan anggaran tidak efisien

Page 12: Tukmat Evpe Kel 3-C

d. Program yang ada harus lebih diutamakan pada peningkatan kreativitas

dan pengetahuan akan sumberdaya pesisir sehingga masyarakat pesisir

mampu berkembang dengan sendirinya, serta dalam pemanfaatan

sumberdaya nantinya tetap bisa menjaga kondisi lingkungan pesisir.

Kesimpulan dari evaluasi program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri

kelautan perikanan PNPM Mandiri-KP, yaitu

1. Prosedur atau mekanise penyaluran dana PNPM Mandiri KP,

menunjukkan efektifitas penyaluran dana telah berjalan sesuai denga

perecanaan, dimana setiap kelompok telah melalui tahap identifikasi,

seleksi, verifikasi dalam penentuan penyaluran dana

2. Tahap pelaksanaan program PNPM menunjukkan efektifitas dan efiensi

penggunaan anggran program.

3. Pengembilan dana bantuan PNPM M-KP tidak sesuai dengan yagn

diharapkan dan tidak optimal

4. Manfaat adanya PNPM M-KP yaitu meningkatkan pendapatan kelompok

masyarakat program berkembang skala usaha kelompok masyarakat,

adanya peningkatan produksi, dan pemanfaatan modal yagn berjalan

cukup baik denga adanya PNPM mandiri dapat mengubah pandangan

masyarakat.

Page 13: Tukmat Evpe Kel 3-C

MAKALAH TUKAR MATERI

EVALUASI PERENCANAAN

Kelompok 3

1. Ainun rahmawati 105060607111038

1. Agil Dewangga 105060600111046

2. Mirza Faika 105060607111036

3. Yulita Uri Ata 105060607111033

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2013