tugs metpen
TRANSCRIPT
![Page 1: Tugs Metpen](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082519/563dba8a550346aa9aa686d3/html5/thumbnails/1.jpg)
ANI NUR FIRMAN
090210103058
KELAS B
Teoritical Mapping
1.Pisang termasuk famili Musaceae dari ordo Seitaminae dan terdiri dari dua genus, yitu
genus Musa dan Ensete.
2.Secara umum pohon pisang terdiri akar, umbi dan batang semu, daun, dan buah perakaran
pisang tidak memiliki akar utama.
3.Kulit pisang adalah lapisan yang terluar dari buah pisang.
4.Pada kulit pisang terdapat jaringan-jaringan yang melindungi buah didalamnya sehingga
membungkus seluruh badan pisang (Kurniawan, 2012).
5.Kulit pisang selama ini masih di anggap sebagai limbah yang hanya dibuang begitu saja
oleh sebagian besar masyarakat.
6.Unsur-unsur gizi yang terkandung dalam kulit pisang dapat digunakan sebagai pembuatan
nata.
7.Pembuatan nata merupakan salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah
limbah rumah tangga (kulit pisang, kulit nanas) dengan bantuan bakteri Acetobacter xylinum.
8.Bakteri Acetobacter xylinum adalah bakteri gram negatif yang dapat mensintesis selulosa
dari fruktosa.
9.Nata adalah biomassa yang sebagian besar terdiri dari selulosa, berbentuk gar dan berwarna
putih.
10.Proses fermentasi dalam pembuatan nata membutuhkan waktu selama 2-4 minggu dengan
bantuan bakteri Acetobacter xylinum.
![Page 2: Tugs Metpen](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082519/563dba8a550346aa9aa686d3/html5/thumbnails/2.jpg)
Selama ini masyarakat hanya mengetahui bahwa nata hanya bisa dibuat dari air kelapa
yang disebut Nata de coco. Nata merupakan produk makanan yang berasal dari proses
fermentasi, namun nata tidak hanya bisa dibuat dari air kelapa. Melalui proses fermentasi,
limbah kulit pisang pun bisa dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan nata, baik rasa
maupun teksturnya, sama persis dengan Nata de coco yang sudah lebih dulu popular
(Puspitasari, 2010).
Penelitian mengenai pengaruh jenis kulit pisang terhadap kualitas nata pernah
dilakukan oleh beberapa peneliti dengan hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan adanya
perbedaan kualitas nata menggunakan jenis kulit pisang yang berbeda-beda. Kulit pisang
yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah jenis kulit pisang raja nangka, kulit pisang
ambon kuning, dan kulit pisang kepok putih. Susanti (2006), menyatakan medium kulit
pisang yang paling baik untuk dijadikan nata adalah yng bersal dari kulit pisang raja nangka,
dengan kriteria nata yang dihasilkan yaitu mendekati kriteria nata yang ideal yang memiliki
warna putih (cenderung transparan), beraroma khas, rasa manis, tekstur kenyal dan tebal
Pengolahan limbah kulit pisang selain dapat meningkatkan nilai ekonomis dapat juga
digunakan untuk memperbaiki nilai gizi masyarakat. Hal ini berkaitan dengan adanya
kandungan gizi yang masih belum diketahui oleh masyarakat banyak pada produk makanan
berupa nata de banana. Jadi untuk membedakan dengan penelitian sebelumnya, peneliti
menambahkan aspek analisis kandungan gizi pada produk nata de banana untuk
meningkatkan minat masyarakat terhadap produk tersebut.
Dari latar belakang di atas, peneliti berinisiatif mengadakan penelitian lebih lanjut
tentang pembuatan nata dari limbah kulit pisang dengan judul “Pengaruh Berbagai Jenis Kulit
Pisang terhadap Kulitas Nata de Banana”.