tugas ujian

6
1. Perbedaan Ketuban Pecah dini dengan Ketuban Pecah Sebelum Waktunya Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat ada tanda-tanda persalinan dan satu jam sebelum terjadi inpartu. Sebagian KPD terjadi pada kehamilan aterm, lebih dari 37 minggu. (Manuaba, 2009) Ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW) adalah pecahnya ketuban sebelum terjadi partu, pada pembukaan primipara kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. (Mochtar, 1998) 2. Fungsi Skor APGAR Skor APGAR dapat dinilai pada menit pertama kelahiran dan diulang pada menit kelima. Dalam situasi tertentu, skor APGAR juga dinilai pada menit ke 10, 15 dan 20. Penilaian skor APGAR digunakan untuk mengkaji kesehatan neonatus dalam 1 sapai 5 menit setelah lahir. Penilaian menit pertama adalah menentukan tindakan, sedangkan menit kelima adalah menentukan prognosa. (Wahab, 1996) 3. Alasan Skor APGAR diperiksa sampai menit ke 10 Jumlah skor rendah pada tes menit pertama dapat menunjukkan bahwa bayi yang baru lahir ini membutuhkan perhatian medis lebih lanjut tetapi belum tentu mengindikasikan akan terjadi masalah jangka panjang, khususnya jika terdapat peningkatan skor pada tes menit kelima. Jika skor Apgar tetap dibawah 3 dalam tes berikutnya (10, 15, atau 20 menit), maka ada risiko bahwa anak tersebut dapat mengalami

Upload: hafiz-arqursoy

Post on 09-Dec-2015

216 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

asdada

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Ujian

1. Perbedaan Ketuban Pecah dini dengan Ketuban Pecah Sebelum Waktunya

Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat ada tanda-tanda

persalinan dan satu jam sebelum terjadi inpartu. Sebagian KPD terjadi pada kehamilan

aterm, lebih dari 37 minggu. (Manuaba, 2009)

Ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW) adalah pecahnya ketuban sebelum terjadi

partu, pada pembukaan primipara kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm.

(Mochtar, 1998)

2. Fungsi Skor APGAR

Skor APGAR dapat dinilai pada menit pertama kelahiran dan diulang pada menit kelima.

Dalam situasi tertentu, skor APGAR juga dinilai pada menit ke 10, 15 dan 20. Penilaian

skor APGAR digunakan untuk mengkaji kesehatan neonatus dalam 1 sapai 5 menit

setelah lahir. Penilaian menit pertama adalah menentukan tindakan, sedangkan menit

kelima adalah menentukan prognosa. (Wahab, 1996)

3. Alasan Skor APGAR diperiksa sampai menit ke 10

Jumlah skor rendah pada tes menit pertama dapat menunjukkan bahwa bayi yang baru

lahir ini membutuhkan perhatian medis lebih lanjut tetapi belum tentu mengindikasikan

akan terjadi masalah jangka panjang, khususnya jika terdapat peningkatan skor pada tes

menit kelima. Jika skor Apgar tetap dibawah 3 dalam tes berikutnya (10, 15, atau 20

menit), maka ada risiko bahwa anak tersebut dapat mengalami kerusakan saraf jangka

panjang dan  kerusakan otak. (Wahab, 1996)

4. Dosis imunisasi Tetanus Toxoid (TT) untuk ibu hamil

Imunisasi TT untuk ibu hamil diberikan 2 kali (BKKBN, 2005; Saifuddin dkk, 2001),

dengan dosis 0,5 cc di injeksikan intramuskuler/subkutan dalam (Depkes RI, 2000).

5. Imunisasi Hepatitis B pada bayi baru lahir

Vaksin hepatitis B paling baik diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir dan didahului

pemberian suntikan vitamin K. Bayi lahir dari ibu HBsAg positif, diberikan vaksin

hepatitis B dan imunoglobulin hepatitis B (HBIg) pada ekstremitas yang berbeda.

Vaksinasi hepatitis B selanjutnya dapat menggunakan vaksin hepatitis B monovalen atau

vaksin kombinasi. (IDAI, 2014)

Page 2: Tugas Ujian

6. Imunisasi pada bayi baru lahir

Jenis vaksin yang dilakukan untuk kelompok umur baru lahir sampai 1 tahun, yaitu

BCG, Polio, Hepatitis B, DPT, Campak, Hib, Pneumokokus, dan Rotavirus. Jadwal

imunisasi yang dianjurkan oleh Kementerian Kesehatan pada bayi baru lahir adalah HB-

0, Polio-1, dan BCG. (IDAI, 2014)

7. Dosis imunisasi pada bayi baru lahir

a. Vaksin Hepatitis B : Imunisasi aktif dilakukan dengan suntikan 3 kali dengan

jarak waktu satu bulan antara suntikan 1 dan 2, lima bulan antara suntikan 2 dan

3. Dosis pemberian 0,5 ml.

b. Vaksin Polio : Pemberian 4 kali, dengan dosis 2 tetes oral.

c. BCG : Pemberian 1 kali, dengan dosis 0,05 ml. (IDAI, 2014)

8. Pemberian imunisasi BCG yang terlambat

Dilakukan tes mantoux terlebih dahulu untuk mendeteksi terinfeksi TB atau belum.

9. Hipotermi pada bayi baru lahir

Hipotermi pada bayi baru lahir terjadi penurunan suhu tubuh yang disebabkan oleh

berbagai keadaan terutama karena tingginya konsumsi oksigen dan penurunan suhu

ruangan dengan mekanisme evaporasi, konduksi, konveksi, dan radiasi. Pengaturan suhu

tubuh tergantung pada faktor penghasil panas dan pengeluarannya, sedang produksi

panas sangat tergantung pada oksidasi biologis dan aktifitas metabolisme dari sel-sel

tubuh waktu istirahat (Lubis, 2007).

10. CPAP

Continuos Positive Airway Pressure (CPAP) merupakan alat untuk mempertahankan

tekanan positif pada saluran napas bayi baru lahir selama pernafasan spontan dan sebagai

tatalaksana respiratory distress pada bayi baru lahir.

Cara pemasangan CPAP adalah sebagai berikut :

1. Tempelkan selang oksigen dan udara ke pencampur dan flow meter, lalu hubungkan

ke alat pengatur kelembapan. Pasang flow meter antara 5-10 liter

2. Tempelkan satu selang ringan , lemas dan berkerut ke alat pengatur kelembapan.

Hubungkan probe kelembapan, dan suhu ke selang kerut yang masuk ke bayi.

Page 3: Tugas Ujian

Pastikan probe suhu tetap diluar inkubator atau tidak di dekat sumber panas dari

penghangat.

3. Siapkan satu botol air steril di dekat alat pengatur kelembapan

4. Jaga kebersihan ujung selang

Untuk menghubungkan sistem ini ke bayi, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

1. Posisikan bayi dan naikkan kepala tempat tidur 30°

2. Hisap lendir dari mulut, hidung, dan faring. Pastikan bayi tidak mengalami atresia

choana

3. Letakkan gulungan kain dibawah bahu bayi, sehingga leher bayi dalam posisi ekstensi

untuk menjaga jalan nafas tetap terbuka.

4. Lembabkan prong dengan air steril atau Nacl 0,9% sebelum memasukkannya kedalam

hidung bayi. Masukkan dengan posisi lengkungan kebawah. Sesuaikan sudut prong

dan kemudian sesuaikan selang kerut dengan posisi yang sesuai.

5. Masukkan pipa Orogastrik (OGT) dan lakukan aspirasi isi perut, kita boleh

membiarkan pipa lambung tetap ditempatnya untuk mencegah distensi lambung

6. Pergunakan topi untuk menjaga kehangatan bayi

7. Setelah bayi nyaman dan stabil dengan CPAP, barulah kita melakukan fiksasi agar

nasal prong tidak bergeser dari tempatnya. (Kosim, 2014)

11. Batas ubun-ubun

Ubun-ubun atau Fontanel anterior dibatasi Sutura Sagitalis dan Sutura Lamboidea.

(Manuaba, 2003)

12. Cara mengukur Lingkar Kepala

Diukur dari lingkaran kepala terbesar dengan cara meletakan pita meteran melingkari

kepala melalui glabela pada dahi, bagian atas alis mata, dan bagian belakang kepala

pasien yang paling menonjol yaitu protuberansia oksipitalis. (Corry, 2003)

13. Batas antara Cerebrum dan Cerebellum

Tentorium Cerebelli. (Sabotta Atlas)

14. Sklera menjadi parameter untuk melihat ikterik

Sklera mengandung air, kolagen serta elastin, dengan adanya peningkatan bilirubin tak

terkonyugasi pada darah dapat dengan mudah melihat adanya ikterik. (Surasmi, 2002)

Page 4: Tugas Ujian

15. Kelainan bawaan pada bayi yang mengganggu reflek hisap

Pada sindrom down's, bayi memiliki lidah yang pendek sehingga reflek hisap

kurang kuat.Penyakit kongenital yang sering dialami pada bayi baru lahir yang dapat

mengganggu proses menyusui antara lain bibir dan palatum sumbing (cleft lip and

palate)dan choanal atresia.  Penyakit kongenital lain yang juga dialami bayi baru lahir

adalah kelainan jantung bawaan seperti VSD, ASD, TOF, PDA, dan lain-lain.  Pada

bayi yang mengalami kelainan jantung bawaan akan mudah lelah, mengalami

peningkatan kerja jantung sehingga heart rate dan respirasi rate meningkat, dan

kadang-kadang mengalami sianosis. Pada bayi-bayi ini mungkin mengalami

gangguan refleks hisap, sehingga proses menyusui terganggu. (Kosim, 2014)

16. Early Neonatal Infection dan Late Neonatal Infection

Early Neonatal Infection, adalah infeksi pada bayi baru lahir yang terjadi 24 jam

kelahiran. Late Neonatal Infection terjadi setelah bayi berusia 8 hari. (WHO, 2014)