tugas ujian

34
PENDAHULUAN Pencabutan gigi dengan pembedahan harus dilakukan apabila pencabutan dengan tang tidak mungkin dilakukan, gagal atau apabila gigi mengalami impaksi ataupun terpendam. Baik untuk pencabutan gigi erupsi yang menimbulkan masalah, atau impaksi molar ketiga, prinsip-prinsip pembedahan biasanya relatif serupa. Diawali dengan pembuatan flap mukoperiosteal untuk mencapai jalan masuk ke tulang rahang. Kemudian jalan masuk ke gigi dicapai dengan mengasah tulang secara konservatif. Akhirnya, jalan masuk yang tidak terhalang diperoleh dengan mengasah tulang atau lebih baik dengan memotong gigi secara berencana. Pada akhir prosedur ini jaringan lunak dikembalikan ke tempat semula dan distabilisasi dengan jahitan. Flap adalah suatu irisan gingiva dan atau mukosa yang secara bedah diangkat terpisah dari jaringan di bawahnya untuk memperoleh lapang pandang dan akses terhadap tulang dan permukaan akar. 1 Flap dibuat untuk mendapatkan jalan masuk. Kecenderungan yang ada selama ini adalah jarang melakukan pembuatan flap atau pembuatan flap yang terlalu kecil. Pada pencabutan gigi, suatu pendekatan dengan pembuatan flap sering lebih konservatif dan kurang traumatik dibanding dengan pencabutan berkepanjangan menggunakan tang/elevator, yang pada dasarnya mengakibatkan cedera yang cukup berat pada jaringan lunak dan jaringan keras. 2 1

Upload: chieastutiarib

Post on 07-Dec-2015

211 views

Category:

Documents


42 download

DESCRIPTION

sriayu

TRANSCRIPT

PENDAHULUAN

Pencabutan gigi dengan pembedahan harus dilakukan apabila pencabutan dengan tang

tidak mungkin dilakukan, gagal atau apabila gigi mengalami impaksi ataupun terpendam.

Baik untuk pencabutan gigi erupsi yang menimbulkan masalah, atau impaksi molar ketiga,

prinsip-prinsip pembedahan biasanya relatif serupa. Diawali dengan pembuatan flap

mukoperiosteal untuk mencapai jalan masuk ke tulang rahang. Kemudian jalan masuk ke gigi

dicapai dengan mengasah tulang secara konservatif. Akhirnya, jalan masuk yang tidak

terhalang diperoleh dengan mengasah tulang atau lebih baik dengan memotong gigi secara

berencana. Pada akhir prosedur ini jaringan lunak dikembalikan ke tempat semula dan

distabilisasi dengan jahitan.

Flap adalah suatu irisan gingiva dan atau mukosa yang secara bedah diangkat terpisah

dari jaringan di bawahnya untuk memperoleh lapang pandang dan akses terhadap tulang dan

permukaan akar.1

Flap dibuat untuk mendapatkan jalan masuk. Kecenderungan yang ada selama ini

adalah jarang melakukan pembuatan flap atau pembuatan flap yang terlalu kecil. Pada

pencabutan gigi, suatu pendekatan dengan pembuatan flap sering lebih konservatif dan

kurang traumatik dibanding dengan pencabutan berkepanjangan menggunakan tang/elevator,

yang pada dasarnya mengakibatkan cedera yang cukup berat pada jaringan lunak dan jaringan

keras.2

PERSYARATAN DESAIN FLAP

Ada beberapa persyaratan yang harus dilakukan pada prosedur flap yaitu: 2,3

a. Insisi flap harus bersifat continuous (bersambung) dan jangan terputus-putus. Prinsip

ini dilakukan dengan cara insisi menggunakan scalpel yang konstan menyentuh tulang

di bawahnya.

b. Insisi vertikal diawali pada daerah vestibulum bukalis dan diakhiri pada bagian

interdental dari gingival.

c. Persarafan

Desain insisi harus diusahakan menghindari struktur anatomi yang penting seperti

nervus mentalis, pembuluh darah palatal, foramen insisivus, nervus infraorbital,

1

nervus lingualis, kelenjar submandibular, kelenjar parotis, pleksis venous hupoglossal,

arteri bukalis, nervus fasial, arteri fasialis dan vena fasialis.

d. Perluasan flap Suplai darah

- Dasar flap harus lebih luas daripada ujung flap, hal ini dengan tujuan agar suplai

darah ke ujung flap tidak kurang, sehingga mencegah kematian flap.

- Basis lebih lebih lebar dibanding tepi bebasnya (insisi tambahan pada bukal harus

serong).

- Mempertahankan suplai darah (insisi harus sejajar dengan pembuluh darah guna

mempertahankan suplai darah).

- Hindari retraksi flap yang terlalu lama.

- Hindari ketegangan, jahitan yang berlebih atau keduanya

e. Ukuran

Kesalahan yang umum pada desain flap adalah ukurannya terlalu kecil, sehingga

mengakibatkan jalan masuk terhalang, visualisasi yang kurang, luka yang tak

menguntungkan. Perluasan harus memberikan lapang pandang yang sesuai. Agar

memudahkan akses pembedahan, atau ukurannya harus lebih besar dan jangan terlalu

kecil. Dan juga tidak boleh menimbulkan tegangan dan trauma saat dimanipulasi.

Perluasan yang berlebihan dari insisi serong tambahan dan penyibakan periosteum

yang berlebihan mengakibatkan invasi yang tidak perlu pada tempat perlekatan otot,

misalnya m. buccinator dan meningkatkan morbiditas pasca-pencabutan misalnya

perdarahan, rasa sakit dan pembengkakan. Waktu yang digunakan untuk

merencanakan pembuatan desain flap merupakan simpanan yang memberikan

keuntungan jangka panjang, termanifestasi berupa berkurangnya komplikasi dan

morbiditas.

INDIKASI FLAP RONGGA MULUT

Untuk memperoleh jalan masuk ke dalam struktur yang lebih dalam:2

- Tulang (untuk mencapai jalan masuk ke gigi, mengurangi terjadinya fraktur,

perbaikan kontur)

- Gigi (pencabutan gigi dengan pembedahan, pengambilan ujung akar atau frakmen

akar, bedah periradikular)

2

- Patologi (biopsi, kuret, eksisi, enukleasi)

- Prosedur praprostetik (alveoplasti, pengambilan torus, vestibuloplasti, implantologi)

- Prosedur korektif atau rekonstruktif (koreksi/perbaikan kelainan kongenital atau

dapatan).

KLASIFIKASI FLAP

Flap diidentifikasi berdasarkan komposisi jaringan, lokasi, dan desain atau bentuknya.

Pembuatan flap harus memperhatikan bentuk dan letak insisi pada gingiva. Bentuk dan letak

insisi harus sedemikian rupa sehingga dapat menjamin penyembuhan luka dengan baik.

1. Berdasarkan Ketebalan

Berdasarkan komponen jaringan yang membentuknya atau ketebalannya, flap dibagi

menjadi 2 (dua) yaitu, full thickness flap (berketebalan penuh) atau flap mukoperiosteal

dan partial thickness flap (berketebalan sebagian) atau flap mukosa. 2

a. Flap Berketebalan Penuh (Flap Mukoperiosteal / Full-Thickness Flap)

Flap berketebalan penuh (flap mukoperiosteal) terbentuk atas gingival, mukosa,

submukosa, dan periosteum. Flap ini dibuat dengan cara memisahkan jaringan lunak

dari tulang dengan pemotongan tumpul.Tekniknya sebagai berikut. Buatlah insisi

serong ke dalam (internal bevel), dari dekat tepi gingiva ke arah puncak tulang

alveolar, dengan mempertahankan gingiva berkeratin sebanyak mungkin. Mata pisau

No.11,12b,15 atau 15c biasa digunakan untuk membuat insisi awal ini. Pisau No.11

atau 15c dengan tangkai yang telah dimodifikasi dapat digunakan dengan baik untuk

membuat insisi di daerah lingual atau palatal. Insisi awal ini sebaiknya diperluas ke

sekeliling leher gigi dan daerah interproksimal untuk mempertahankan tinggi jaringan

papilla interdental untuk penjahitan.Kemudian pisahkan jaringan dari tulang dengan

elevator periosteal (rasparatorium) atau chisel (blunt dissection), agar flap dapat

dibuka dan mudah digerakkan, serta memberi akses yang cukup ke struktur–struktur

di bawahnya, seperti puncak tulang, daerah cacat tulang, sementum nekrotik, dll.

Setelah itu dibuat insisi kedua mengelilingi setiap gigi ke arah puncak tulang atau

aspek koronal dari ligamen periodontium dengan pisau bedah, chisel Fedi atau chisel

Ochsenbein. Insisi kedua ini memutuskan serabut gingiva suprakrestal dari

3

permukaan gigi.Pisau bedah digunakan untuk membuang jaringan yang tertinggal,

dengan cara memotong secara horizontal tepat di atas puncak tulang (gambar 1).2

Penggunan disain flap dengan berketebalan penuh, diindikasi untuk perawatan

alveoplasti multiple dan fistula oroantral.

b. Flap Berketebalan Sebagian (Flap Mukosa/Partial-Thickness Flap)

Flap berketebalan sebagian terdiri atas gingiva, mukosa atau submukosa, tetapi

tidak termasuk periosteum. Flap ini dibuat dengan membuat insisi tajam sampai ke

dekat tulang alveolar, tetapi periosteum dan jaringan ikat tetap dibiarkan melekat ke

tulang dan menutupi tulang.

Teknik untuk melakukan flap ini hampir sama dengan teknik flap berketebalan

penuh, kecuali insisi awal dan cara merefleksi atau membuka flap yang berbeda.

Langkah – langkahnya adalah sebagai berikut :

Buat insisi serong ke dalam (internal bevel) menggunakan pisau bedah, mulai

dari tepi gingival, sejajar dan dekat ke permukaan luar tulang, tetapi biarkan jaringan

lunak setebal kurang lebih 0,5-1 mm tetap utuh dan melekat ke tulang. Pisau bedah

yang biasa digunakan adalah No.11, 12b, 15, atau 15c.

Kemudian pemotongan dilakukan menggunakan pisau bedah (sharp dissection),

bukan elevator (blunt dissection). Hal ini sering menyebabkan perdarahan yang

banyak selama pembedahan. Pada prinsipnya sama dengan yang dilakukan pada

pembuatan flap berketebalan penuh.

Teknik ini dipertimbangkan apabila flap akan digeser atau ditransfer sehingga

menghindari daerah tulang yang terdedak.

4

2. Berdasarkan Outline (Desain/Bentuk)

Telah diuraikan berbagai jenis flap pada prosedur bedah mulut, dimana nama dari flap

itu sendiri berasal dari bentuk flapnya. Oleh karena itu banyak sekali bentuk flap pada

perawatan bedah mulut, akan tetapi yang terpenting pada pembuatan flap adalah desain

dasar pembuatan flap yang harus dipahami. 2,3

2.1 Flap Trapezoid

Bentuk trapesium ini dibentuk oleh suatu insisi horizontal sepanjang tepi

gingiva yang mengikuti alur tepi gingiva, dan ditambah dua insisi vertikal yang

menyerong pada bagian bukal. Ujung dari insisi vertikal berujung pada interdental

gingiva tepi. Agar tidak merusak servikal gigi tetangga pada saat penyembuhan.

Keuntungan: perluasan akses yang sempurna, memungkinkan untuk melakukan

pencabutan satu atau dua gigi, tidak menghasilkan tegangan jaringan, dan penutupan

kembali lebih mudah ke posisi awal, yang akan membantu penyembuhan yang

cepat.

Kerugian: dapat menyebabkan resesi gingiva

2.2 Flap Triangular

Bentuk flap jenis ini lebih dikenal sebagai flap bentuk L. Flap ini mirip dengan

jenis trapesium, tetapi perbedaannya terletak pada insisi vertikal pada bagian

bukalnya. Pada tipe triangular ini insisi vertikalnya hanya membutuhkan satu insisi

saja, yaitu bisa berbentuk bidang vertikal lurus dan juga bisa bentuk serong. Tipe ini

digunakan pada bagian bukal dan labial pada kedua rahang. Indikasi tipe ini adalah

pembedahan pada sisa akar yang terpendam, kista kecil, dan apikoektomi.

5

Keuntungan: persediaan darah yang cukup, visualisasi yang baik, penyembuhan

dan stabilitas sangat baik, mudah dimodifikasi bila memerlukan insisi vertikal

tambahan.

Kerugian: akses yang terbatas untuk melihat akar yang panjang, dan menimbulkan

ketegangan yang berlebih pada saat aplikasi flap retractor sehingga menyebakan

kecacatan pada gingiva pada saat penyembuhan.

2.3 Flap Envelope

Flap envelope ini merupakan hasil dari insisi horizontal sepanjang garis

servikal gigi. Insisi pada flap envelope ini dibuat pada bagian sulcus gingiva yang

diperluas sepanjang 4 – 5 gigi. Indikasi dari flap jenis ini adalah untuk bedah gigi

insisivus, premolar, dan molar, di permukaan labial atau bukal dan palatal atau

lingual, dan juga diindikasikan pada perawatan apikoektomi, kista, dan gigi impaksi.

Keuntungan: untuk menghindari pembuatan flap vertikal, dan juga meningkatkan

prognosis pada pengembalian dan penyembuhan flapnya dengan baik.

6

Kerugian: kesusahan pada saat merefleksikan flapnya (khususnya pada palatum),

tegangan flap baik tetapi memiliki resiko akhir robek pada flapnya, visualisasi yang

terbatas pada apikoektomi, akses yang terbatas, memungkinkan untuk terjadinya

kerusakan pembuluh darah dan saraf pada bagian palatal, mengalami kerusakan pada

gingiva cekat

2.4 Flap Semilunar

Flap jenis ini merupakan hasil dari insisi yang membengkok. Insisi ini dimulai

dari lipatan vestibular dan membentuk seperti busur dengan bagian yang cembung

mengarah ke gingiva cekat. Penjahitan akan lebih baik apabila tepi bawah dari flap

ini berada pada 2-3 mm di atas pertemuan mukosa bergerak dan cekat. Akhir dari

masing – masing sisi yang diinsisi ini harus meluas minimal satu gigi dari area

pengurangan tulang. Flap semilunar digunakan untuk apikoektomi, penghilangan

kista berukuran kecil, dan sisa ujung akar.

Keuntungan: insisi yang kecil, refleksi yang mudah, tidak menyebabkan resesi

gingiva, tidak mengintervensi jaringan periodontal, oral higiene yang tinggi bila

dibandingkan dengan tipe flap lainnya.

Kerugian: kemungkinan salah perhitungan lokasi flapnya tinggi, karena flap diawali

pada bagian yang menjauhi tepi gingiva, akses dan visualisasi yang terbatas,

pengembalian flap yang susah.

2.5 Flap Tipe Lain

Tipe lain dari flaps adalah hasil dari insisi bentuk-Y dan bentuk-X. Flap ini

digunakan dalam prosedur pembedahan langit-langit, terutama untuk menghilangkan

eksostesi (torus palatina).

7

a. Flap bentuk Y

Insisi dibuat sepanjang midline palatum, ditambah dua insisi anterolateral,

dimana kedua cabang flap diinsisi mengarah ke gigi kaninus kanan dan kiri. Prosedur

flap ini diindikasikan untuk perawatan pembedahan eksositosis yang kecil pada

palatum.

b. Flap bentuk X

Jenis flap ini digunakan untuk pembedahan eksositosis yang besar. Yang

memiliki desain dasar seperti pada flap bentuk Y. Perbedaannya dari flap bentuk Y

adalah ditambah dua insisi arah posterolateral. Flap jenis ini akan mendapatkan akses

yang lebih baik dan luas daripada bentuk Y. Flap jenis ini didesain untuk

menghindari terpotongnya arteri pada palatum karena sejajar dengan pembuluh darah

arteri.

2.6 Flap Pedikel

Pada flap jenis ini terdapat 3 bentuk flap yang digunakan untuk menutup oroantral

yaitu bukal, palatal, dan bridge.

a. Flap bukal

Flap tipe ini merupakan flap trapesium pada bukal, yang disesuaikan dengan

daerah yang akan ditutup. Flap jenis ini biasanya digunakan pada pasien yang

memiliki daerah tidak bergigi. Flap ini dihasilkan dari 2 insisi serong pada bagian

bukal. Setela flap dibuat, periosteum diinsisi secara melintang, hal ini bertujuan agar

flap semakin elastis untuk ditarik menutupi socket gigi pasca pencabutan.

b. Flap palatal

Flap jenis ini dilakukan bila vestibulum bukal dari daerah socket gigi tidak

memungkinkan untuk dilakukan flap bukal. Flap jenis ini menggunakan bagian

mukoperiosteal palatum yang dari posterior dibawa ke bukal dari socket gigi. Flap ini

8

selalu diikuti oleh pembuluh darah palatum (arteri palatina mayor). Setelah dirotasi ke

bukal, flap di jahit. Lalu daerah insisi ditutup dengan gingival pack selama beberapa

hari, agar daerah palatum bekas insisi tertutup oleh jaringan granulasi atau epitelisasi

ulang.

a. flap bukal b. flap palatal

c. Flap bridge

Flap jenis ini adalah flap palatobukal dan perpendicular pada alveolar ridge.

Setelah diinsisi, flap dibawa ke posterior atau anterior tergantung dari kasusnya. Flap

ini digunakan untuk menutup lubang oroantral dengan tanpa melibatkan bagian

vestibular, dan digunakan hanya pada daerah sebelahnya yang kosong atau

edentulous.

9

ARMAMENTARIUM BEDAH 3,4

1. Instrumen Untuk Insisi Jaringan

Scalpel terdiri dari handle dan disposable mata pisau steril yang tajam. Paling banyak

digunakan handle scalpel no. 3 dan no. 7 yang lebih besar dan tipis

Mata pisau scalpel yang untuk bedah intraoral: pisau no. 15 (relatif kecil dan dapat

digunakan untuk membuat insisi di sekitar gigi terus kemukoperiosteum). Selain itu,

mata pisau no. 11 dan 12 juga seringdigunakan untuk intraoral. Mata pisau no. 11

memiliki ujung yang tajamyang biasa digunakan untuk membuat tusukan kecil insisi

seperti padainsisi abses. Mata pisau no. 12 yang bengkok berguna untuk

prosedur mukogingival dimana insisi harus dibuat dari aspek posterior gigi atau diarea

tuberositas maksila.

Mata pisau scalpel dipasang dengan hati-hati ke pegangannya dengan needle

holder untuk mencegah sayatan pada jari operator. Mata pisau dipegang di tepi superior

dan dipasang dengan bagian penahan pada handle mengarah ke atas. Mata pisau digeser

pada handle sampai ke posisi klik. Cara melepaskan mata pisaunya pun demikian.

Mata pisau scalpel dirancang untuk penggunaan satu pasien. Mata pisau ini akan

menjadi tumpul dengan mudah ketika dia berkontak dengan jaringan keras seperti tulang

dan gigi. Jika beberapa insisi darimukoperiosteum sampai ke tulang diperlukan,

dibutuhkan mata pisaukedua selama operasi tersebut. Mata pisau yang tumpul tidak akan

10

SCALPEL HANDLE NO 3

MACAM-MACAM BLADE

No 15 No 12

No 11 No 10

membuat insisi yang bersih dan tajam pada jaringan lunak, oleh karena ituharus diganti

ketika mata pisau sudah menjadi tumpul.

Cara memasang dan melepas pisau ke pegangannya

2. Instrumen Untuk Mengangkat Periosteum

Setelah insisi melewati mukoperiosteum sudah dibuat, mukosa dan periosteum harus

di refleksikan dari tulang dibawahnya dengan periosteal elevator. Instrumen yang umum

digunakan adalah Molt periosteal elevator no. 9. Instrumen ini memiliki ujung yang

tajam-lancip dan rata-lebar.

Periosteal elevator dapat digunakan untuk mereflek jaringan lunak dengan 3 cara:

Pertama, ujung lancip digunakan pada gerakan membongkar untuk mengangkat jaringan

lunak. Ini paling sering digunakan untuk mengangkat papila dental. Metode kedua adalah

gaya dorongan, dimana ujung yang lebar meluncur dibawah flap, memisahkan

periosteum dari tulang di bawahnya. Ini lebih efisien dan menghasilkan refleksi paling

bersih dari periosteum. Metode ketiga adalah gaya tarikan, atau mengikis. Ini kadang

berguna pada beberapa area tapi lebih ke menyobek atau menoreh periosteum jika tidak

digunakan hati-hati. Periosteal elevator juga dapat digunakan sebagai retraktor.

11

Ketika gigi sudah diekstraksi, jaringan lunak yang menempel disekeliling gigi harus

dilepaskan. Instrumen yang sering digunakan adalah Woodson periosteal elevator no.1.

Instrumen ini relatif kecil dan lembut dan dapat digunakan untuk menghilangkan

jaringan lunak melewati sulkus gingival.

3. Instrumen untuk meretraksi jaringan lunak

Sangat dibutuhkan sekali pengelihatan dan akses yang baik untuk melakukan

pembedahan yang baik. Oleh karena itu, terdapat bermacam retraktor untuk menarik pipi,

lidah, dan flap mukoperiosteal.

Retraktor pipi:

right-angle Austin retractor dan

offset broad Minnesota retractor

Kedua retraktor ini dapat menarik pipi dan flap mukoperiosteal secara stimultan.

Sebelum flap dibuat, retraktor menahan pada pipi dan ketika akan menyentuh flap,

retraktor ditempatkan pada tulang dan selanjutnya digunakan untuk menarik flap.

Retraktor lidah: Kaca mulut, Weider tongue retractor (retraktor yang lebar, berbentuk

hati yang bergigi tajam pada satu sisi sehingga dapat melawan lidah lebih kuat serta

menarik secara medial dan anterior), towel clip (biasa digunakan saat biopsi,

memerlukan anestesi lokal.

12

4. Instrumen Untuk Mengatur Hemorragi

Hemostat memiliki bermacam bentuk, dapat berupa relatif kecil, dan halus

(delicate) atau lebih besar, dan bisa lurus atau melengkung. Hemostat yang biasa

digunakan pada bedah mulut adalah hemostat lengkung.

Hemostat memiliki sebuah paruh yang panjang dan halus, digunakan untuk

menggenggam jaringan, dan sebuah pegangan yang mengunci. Hemostat juga sangat

berguna pada bedah mulut untuk menghilangkan jaringan granulasi pada soket gigi dan

untuk mengambil ujung akar yang kecil, serpihan kalkulus, fragmen restorasi amalgam,

dan partikel kecil lainnya yang jatuh ke area mulut atau luka.

5. Instrumen Untuk Menggenggam Jaringan

Dalam melakukan pembedahan jaringan lunak operator harus menstabilkan flap

jaringan lunak untuk melewatkan jarum jahit bedah.

a. Adson forceps, tang yang lembut (delicate) dengan geligi yang kecil yang dapat

digunakan untuk memegang jaringan dengan hati-hati dengan cara menstabilkannya.

b. Stillies forceps, tang ini 7-9 inci lebih panjang dan dapat dengan mudah

menggenggam jaringan pada bagian posterior mulut.

13

c. Allis forceps yang memiliki pegangan yang dapat mengunci, yang biasanya

digunakan untuk mengambil jaringan yang lebih besar seperti epulis fissuratum.

d. Tang jaringan Russian memiliki bentuk besar dan berujung bundar yang sangat

berguna untuk mengambil gigi yang sudah diangkat dari soketnya. Ujungnya yang

bundar ini mencegah tergelincirnya benda yang dipegang.

6. Instrumen Untuk Pengambilan Tulang

a. Rongeur forcep

Memiliki pegas diantara pegangannya sehingga ketika tekanan tangan dilepaskan,

instrumen akan terbuka. Terdiri dari side-cutting forceps, side-cutting and end-

cutting forceps.

b. Blumenthal rongeurs

Memiliki kedua ujung side-cutting and end-cutting. Tang ini tidak boleh digunakan

untuk mengambil gigi karena dapat menumpulkan dan merusaknya.

14

c. Surgical chisel dan mallet

Tulang biasanya diambil dengan monobevel chisel, dan gigi biasanya dipotong dengan

bibeveled chisel. Penting untuk menajamkan dan sterilkan chisel sebelum digunakan

untuk pasien selanjutnya

d. Bone file

Digunakan untuk menghaluskan permukaan tulang sebelum menutup kembali flap

mukoperiosteal. Hindari menekan bone file ini karena akan menyebabkan kerusakan

pada tulangnya.

e. Bur dan Handpiece

Digunakan handpiece high-speed dengan carbide bur fissure no.557 atau no.703 atau

bur bundar no.8 untuk mengambil tulang kortikal. Untuk mengangkat tulang yang

besar seperti pengurangan torus, digunakan bur akrilik. Handpiece harus di strelilisasi

di dalam autoclave, dan tidak boleh membuang udara ke daera operatif seperti bor

dental.

7. Instrumen Untuk Mengambil Jaringan Lunak dari Kerusakan Tulang

Kuret periapikal memiliki bentuk bersudut, berujung ganda, dan digunakan untuk

mengambil jaringan lunak dari kerusakan tulang. Kegunaan utamanya untuk mengangkat

15

granuloma atau kista kecil dari lesi periapikal, dapat juga untuk mengambil jaringan

granulasi debris kecil dari soket gigi.

8. Instrumen Untuk Menjahit Mukosa

8.1. Needle Holder

Pengangannya mengunci, berparuh pendek dan kuat. Untuk penjahitan

intraoral digunakan needle holder 6 inci (15 cm). Paruh dari needle holder lebih

pendek dan kuat daripada hemostat. Needle holder dipegang dengan ibu jari dan jari

manis. Jari telunjuk dan jari tengah untuk mengontrol pergerakan.

8.2. Needle

Untuk menutup mukosa insisi -> jarum kecil setengah bulat atau three eights –

circle. Jarum dipegang pada 2/3 jarak antara ujung depan dan akhir jarum.

8.3. Suture Material

(1) Ukuran untuk mukosa oral: 3.0, (2.0 > 3.0), 6.0 biasanya digunakan untuk

penjahitan kulit muka

16

(2) Resorbabilitas: Resorbable (Catgut: <5hari; Chromic gut: 10-12 hari; asam

poligilokolik dan poliaktitik: 4 mg); Nonresorbable ( sutra, nilon, dan stainless

steel)

(3) Mono/polifilamen: Monofilamen (Gut atau chromic gut, nilon, dan stanless

steel); Polifilamen (Sutra, asam poligilokolik dan poliaktitik)

Karena berupa multipel filamen, cairan oral dapat terjebak diantaranya dan

menyimpan bakteri yang ada pada saliva. Benang monofilamen tidak

menyebabkan hal seperti pada polifilamen ini, tetapi dia lebih sulit untuk

diikat dan lebih mengiritasi lidah dan jaringan lunak.

Benang jahit yang umum untuk kavitas oral adalah sutra hitam no.3-0. Ukuran

ini sangat pas untuk kekuatannya, bahan dari sutra alami membuatnya mudah

untuk diikat dan ditoleransi oleh jaringan lunak sekitarnya

9. Gunting

9.1 Dean Scissor

Gunting benang jahit yang memiliki tepi pemotong yang pendek dan bergerigi

tajam, pegangannya yang cukup panjang dan meliku

9.2 Iris Scissor

Gunting jaringan lunak yang berbentuk kecil, berujung lancip dan tajam, merupakan

alat yang lembut (delicate) untuk pekerjaan yang halus

17

9.3 Metzembaum Scissor

Gunting jaringan lunak yang kasar, digunakan untuk menggali jaringan lunak dan

juga memotong-motong benang.

10. Instrumen Untuk Menahan Mulut Tetap Terbuka

10.1 Bite block

Digunakan untuk menahan rahang pasien saat akan mengekstraksi gigi, mencegah

terjadinya stress pada TMJ. Terbuat dari karet

10.2 Molt mouth prop

Digunakan apabila operator membutuhkan mulut untuk dibuka lebih lebar,

terutama pada pasien yang diberi sedasi kuat. Harus digunakan hati-hati karena

dapat memberikan tekanan yang besar pada gigi dan TMJ.

11. Instrumen Untuk Penghisapan

Untuk memberikan pengelihatan yang cukup, darah, saliva, dan larutan irigasi harus

dihisap dari daerah operasi. Kebanyakan alat penghisap didesain dengan beberapa jenis

lubang sehingga jaringan lunak tidak akan terhisap dan menyebabkan kerusakan

jaringan. Alat penghisap Fraser memiliki lubang pada bagian gagang yang dapat ditutup

sesuai dengan keperluan. Saat jaringan keras dipotong dengan larutan irigasi yang

banyak, lubang ditutup sehingga larutan dapat dibuang dengan cepat. Ketika melakukan

penghisapan pada jaringan lunak, lubang tidak ditutup untuk menghindari terjadinya

cedera jaringan.

12. Instrumen Untuk Memindahkan Instrumen Steril

18

Transfer forceps adalah tang yang digunakan untuk memindahkan instrument dari

satu area steril ke area steril lainnya. Tang ini biasanya memiliki jepitan yang berat dan

membelok ke kanan, sehingga instrument lain seperti tang ekstraksi dapat dipindahkan

dari satu area ke area lainnya dan alat-alat yang kecil dapat dipindahkan tanpa

menjatuhkannya. Tang ini disimpan dalam wadah yang berisi larutan antibakteri, seperti

glutaraldehide. Wadahnya harus dikosongkan dan diisi dengan larutan yang baru tiap

harinya. Dan wadahnya harus dicuci dan diautoklaf paling tidak seminggu sekali.

13. Instrumen Untuk Irigasi

Ketika handpiece dan bur sedang digunakan pada tulang, penting untuk mengirigasi

area tersebut dengan aliran larutan irigasi terus-menerus. Irigasi akan mendinginkan bur

dan mencegah kerusakan pada tulang karena panas yang tinggi. Sebagai tambahan, saat

prosedur bedah selesai dan sebelum flap mukoperiosteal dijahit kemballi ke posisinya,

daerah pembedahan sebaiknya diirigasi dengan saline steril. Syringe plastik yang besar

dengan jarum 18-gauge tumpul biasanya digunakan untuk irigasi. Jarumnya harus

tumpul dan halus sehingga tidak melukai jaringan lunak, serta memiliki sudut untuk

mengarahkan aliran irigasi supaya lebih efisien.

14. Dental Elevator

Instrument ini digunakan untuk meluksasi gigi (melonggarkan) dari tulang di

sekelilingnya. Dengan meluksasikan gigi sebelum penggunaan tang dapat meminimalisir

19

insidensi dari patahnya akar atau gigi dan juga memfasilitasi pengangkatan patahan akar

jika terjadi, karena akar yang tertinggal sudah longgar dalam soket gigi. Sebagai

tambahan dalam perannya untuk melonggarkan gigi dari tulang diisekitarnya, dental

elevator juga digunakan untuk melebarkan tulang alveolar. Dengan memperluas lempeng

tulang bucocortical, operator memfasilitasi pengangkatan gigi yang memiliki jalur

pengangkatan yang terbatas. Elevator didesain dengan bentuk yang spesifik untuk

memfasilitasi pengambilan akar dari soketnya.

14.1. Komponen

Tiga komponen utama dari elevator adalah pegangan (handle), shank, mata

pisau (blade). Pegangan ini memiliki ukuran yang bermacam-macam, terdapat juga

bentuk cross-bar atau T-shaped. Penggunaannya harus hati-hati agar tidak

menghasilkan tenaga yang berlebih. Shank menghubungkan gagang dengan blade,

secara umum memiliki ukuran yang cukup besar dan kuat untuk mentransmisikan

gaya dari gagang menuju blade. Blade merupakan ujung yang bekerja untuk

mentransmisikan gaya ke gigi, tulang, atau keduanya.

14.2. Tipe

Tiga tipe dasar dari elevator adalah (1) tipe lurus atau gouge type

(mencungkil); (2) tipe triangle atau pennant-shape type; (3) pick-type.

Tipe lurus merupakan elevator yang paling sering digunakan untuk meluksasi

gigi, mata pisaunya memiliki permukaan yang cekung pada satu sisi. Elevator

lurus berukuran kecil, no. 301, seringkali digunakan untuk meluksasi gigi yang

sudah erupsi. Elevator lurus yang lebih besar digunakan untuk memindahkan akar

20

dari soketnya dan juga digunakan untuk meluksasi gigi yang memiliki ruang yang

lebar (ukuran: No. 34S, no. 46 dan no. 77R).

A. Straight elevator, B&C. Mata pisau dari straight elevator yang konkaf

Elevator kedua yang paling banyak digunakan adalah elevator triangular atau

pennent-shape. Elevator triangular berguna ketika patahan akar gigi tertinggal

dalam soket. Contohnya adalah ketika molar pertama mandibula mengalami fraktur

dan meninggalkan akar distal dalam soket tetapi akar mesial ikut lepas bersama

mahkota, Ujung dari elevator triangular ditempatkan dalam soket, dengan bagian

shank bersandar pada lempeng tulang bagian bukal. Kemudian diputar dengan tipe

rotasi wheel-and-axle, dengan ujung elevator yang tajam meengikat sementum dari

akar distal yang tersisa; kemudian elevator diputar dan akar dikeluarkan. Elevator

triangular memiliki banyak tipe dan angulasi, tetapi tipe yang paling sering

digunakan adalah Cryer.

Elevator tipe ketiga yang

jarang digunakan adalah pick-

type. Elevator tipe ini digunakan untuk memindahkan akar. Elevator pick-type yang

21

berat adalah Crane pick. Biasanya dibutuhkan pengeboran untuk membuat lubang,

kira-kira dengan kedalaman 3mm menuju akar. Ujung dari elevator pick

dimasukkan ke dalam lubang, dengan lempeng tulang bukal dianggap sebagai titik

tumpu, akar diangkat dari soket gigi.

Tipe kedua dari pick adalah root tip pick, atau elevator apeks. Elevator apeks

adalah instrument yang sulit karena digunakan untuk mengeluarkan ujung akar

yang kecil dari soketnya.

Ditekankan bahwa instrument ini merupakan instrument yang tipis dan tidak

dapat digunakan sebagai elevator tipe wheel-and-axle atau pengungkit seperti

elevator Cryer atau Crane pick.

DAFTAR PUSTAKA

22

1. Carranza FA, Takei HH. The Periodontal Flap, Dalam Carranza’s Clinical

Periodontology, Newman MG, Carranza FA, Takei HH.  Ed ke-10, W.B. Saunders Co.

Philadelphia; 2002. H:795-800.

2. Pedersen GW. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Alih bahasa: Purwanto. Jakata: EGC.

1993. H: 47-51.

3. Fragiskos FD. Oral Surgery. Berlin: Springer; 2007. P: 33-39.

4. Balaji. 2007. Textbook Of Oral And Maxillofaxial Surgery. New Delhi: Elsevier. P: 62-

79. 112-3.

23