tugas resume putusan hakim (haper)

9
NAMA : MULYANA NPM : 110110080138 DOSEN : AAM SURYAMAH, S.H., M.H. EMA RACHMAWATI, S.H., M.H. BUKU : HAPER INDONESIA KARYA PROF. DR. SUDIKNO MERTOKUSUMO, S.H. RESUME BAB PUTUSAN Definisi Putusan Setelah hakim mengetahui duduknya perkara yang sebenarnya, maka pemeriksaan terhadap perkara dinyatakan selesai. Kemudian dijatuhkan putusan. Putusan hakim adalah suatu pernyataan yang oleh hakim, sebagai pejabat negara yang diberi wewenang untuk itu, diucapkan di persidangan dan bertujuan untuk mengakhiri atau menyelesaikan suatu perkara atau sengketa antara para pihak. Bukan hanya diucapkan saja yang disebut putusan, melainkan juga pernyataan yang dituangkan dalam bentuk tertulis dan kemudian diucapkan oleh hakim di persidangan. Putusan yang diucapkan di persidangan (uitspraak) tidak boleh berbeda dengan yang tertulis (vonnis). Mahkamah Agung dengan surat edarannya no.5/1959 tanggal 20 April 1959 dan no.1/1962 tanggal 7 Maret 1962 menginstruksikan antara lain agar pada waktu putusan diucapkan konsep putusan harus sudah selesai. Maksud tujuan surat edaran ini ialah untuk mencegah hambatan dalam penyelesaian perkara, tetapi dapat dicegah pula adanya perbedaan isi putusan yang diucapkan dengan yang ditulis. Jikalau ternyata ada perbedaan isi

Upload: mass-moel

Post on 19-Jun-2015

2.309 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Resume Putusan Hakim (HAPER)

NAMA : MULYANA

NPM : 110110080138

DOSEN : AAM SURYAMAH, S.H., M.H.

EMA RACHMAWATI, S.H., M.H.

BUKU : HAPER INDONESIA KARYA PROF. DR. SUDIKNO MERTOKUSUMO, S.H.

RESUME

BAB PUTUSAN

Definisi Putusan

Setelah hakim mengetahui duduknya perkara yang sebenarnya, maka

pemeriksaan terhadap perkara dinyatakan selesai. Kemudian dijatuhkan putusan.

Putusan hakim adalah suatu pernyataan yang oleh hakim, sebagai pejabat negara

yang diberi wewenang untuk itu, diucapkan di persidangan dan bertujuan untuk

mengakhiri atau menyelesaikan suatu perkara atau sengketa antara para pihak.

Bukan hanya diucapkan saja yang disebut putusan, melainkan juga pernyataan yang

dituangkan dalam bentuk tertulis dan kemudian diucapkan oleh hakim di

persidangan. Putusan yang diucapkan di persidangan (uitspraak) tidak boleh

berbeda dengan yang tertulis (vonnis). Mahkamah Agung dengan surat edarannya

no.5/1959 tanggal 20 April 1959 dan no.1/1962 tanggal 7 Maret 1962

menginstruksikan antara lain agar pada waktu putusan diucapkan konsep putusan

harus sudah selesai. Maksud tujuan surat edaran ini ialah untuk mencegah

hambatan dalam penyelesaian perkara, tetapi dapat dicegah pula adanya

perbedaan isi putusan yang diucapkan dengan yang ditulis. Jikalau ternyata ada

perbedaan isi putusan yang diucapkan dengan yang ditulis, maka yang sah adalah

yang diucapkan yaitu lahirnya putusan itu sejak diucapkan.

Akan tetapi, putusan hakim bukanlah satu-satunya bentuk untuk

menyelesaikan perkara. Disamping putusan hakim masih ada penetapan hakim.

penyelesain perkara dalam peradilan contentieus disebut putusan sedangkan

penyelesaian perkara dalam peradilan voluntair disebut penetapan.

Page 2: Tugas Resume Putusan Hakim (HAPER)

Kekuatan Putusan

HIR tidak mengatur tentang kekuatan putusan hakim. Putusan mempunyai 3

macam kekuatan: kekuatan mengikat, kekuatan pembuktian, dan kekuatan

eksekutorial atau kekuatan untuk dilaksanakan.

1. Kekuatan mengikat

Suatu putusan pengadilan dimaksudkan untuk menyelsesaikan suatu

persoalan atau sengketa dan menetapkan hak atau hukumnya.Kalau pihak yang

bersangkutan menyerahkan dan mempercayakan sengketanya kepada pengadilan

atau hakim untuk diperiksa atau diadili, maka hal ini mengandung arti bahwa pihak-

pihak yang bersangkutan akan tunduk dan patuh pada putusan yang dijatuhkan.

Putusan yang telah dijatuhkan itu haruslah dihormati oleh kedua belah pihak. Salah

satu pihak tidak boleh bertindak bertentangan dengan putusan. Jadi putusan hakim

mempunyai kekuatan mengikat yaitu mengikat kedua belah pihak (ps.1917 BW).

Terikatnya para pihak kepada putusan menimbulkan beberapa teori yang hendak

mencoba memberi dasar tentang kekuatan mengikat daripada putusan.

a. teori hukum materiil

Menurut teori ini maka kekuatan mengikat daripada putusan yang lazimnya

disebut “gezag van gewijsde” mempunyai sifat hukum materiil oleh karena

mengadakan perubahan terhadap wewenang dan kewajiban keperdataan:

menetapkan, menghapuskan atau mengubah. Mengingat bahwa putusan itu hanya

mengikat para pihak dan tidak mengikat pihak ketiga, kiranya teori ini tidaklah tepat.

b. teori hukum acara

Menurut teori ini putusan bukanlah sumber hukum materiil, melainkan sumber

daripada wewenang prosesuil. Akibat putusan ini bersifat hukum acara, yaitu

diciptakannya atau dihapuskannya wewenang dan kewajiban prosesuil.

c. teori hukum pembuktian

Menurut teori ini putusan merupakan bukti tentang apa yang ditetapkan di

dalamnya, sehingga mempunyai kekuatan mengikat oleh karena menurut teori ini

Page 3: Tugas Resume Putusan Hakim (HAPER)

pembuktian lawan terhadap isi suatu putusan yang telah memperoleh kekuatan

hukum yang pasti tidak diperkenankan.

d. terikatnya para pihak pada putusan

Terikatnya para pihak kepada putusan dapat mempunyai arti positif dan dapat

pula mempunyai arti negatif. Arti positifnya yaitu apa yang telah diputus diantara

para pihak berlaku sebagai positif benar. Apa yang telah diputus oleh hakim harus

dianggap benar atau res judicato pro veriate habetur. Sedangkan dalam arti negatif

yaitu hakim tidak boleh memutus perkara yang pernah diputus sebelumnya antara

para pihak yang sama serta mengenai pokok perkara yang sama (nebis in idem).

Kecuali didasarkan pada asas “litis finiri oportet” yang menjadi dasar ketentuan

tentang tenggang waktu untuk mengajukan upaya hukum, maksudnya yaitu apa

yang pada suatu waktu telah diselesaikan oleh hakim tidak boleh diajukan lagi

kepada hakim.

e. kekuatan hukum yang pasti

Suatu putusan memperoleh kekuatan hukum yang pasti atau tetap (krach van

gewijsde) apabila tidak ada lagi upaya hukum biasa tersedia. Termasuk upaya

hukum biasa ialah perlawanan, banding, dan kasasi. Dengan memperoleh kekuatan

hukum yang pasti maka putusan itu tidak lagi dapat diubah, sekalipun oleh

pengadilan yang lebih tinggi, kecuali dengan upaya hukum yang khusus, yaitu

request civil dan perlawanan oleh pihak ketiga. Pasal 1917 ayat 1 BW berbunyi,

bahwa kekuatan mengikat daripada putusan itu terbatas pada pokok putusan

(onderwerp van het vonnis). Kekuatan mengikat dari putusan itu tidak meliputi

penetapan-penetapan mengenai peristiwa. Apabila hakim dalam suatu putusan telah

mengconstair suatu peristiwa tertentu berdasarkan alat-alat bukti tertentu, maka

dalam sengketa lain peristiwa tersebut masih dapat disengketakan.

Telah dikemukakan di muka bahwa pada asasnya putusan hakim hanyalah

mengikat para pihak (ps.1917 BW). Yang dimaksudkan dengan pihak bukanlah

hanya penggugat dan tergugat saja, tetapi juga pihak ketiga yang ikut serta dalam

suatu sengketa antara penggugat dan tergugat, baik dengan jalan interventie

maupun pembebasan (vrijwaring) atau mereka yang diwakili dalam proses.

Terhadap pihak ketiga putusan tidak mempunyai kekuatan mengikat. Tetapi pihak

Page 4: Tugas Resume Putusan Hakim (HAPER)

ketiga ini dapat mengajukan perlawanan terhadap putusan yang telah mempunyai

kekuatan hukum yang pasti (ps.378 Rv). Dalam hal ini perlu mendapat perhatian

bahwa hanya pihak ketiga yang dirugikan oleh putusan itulah yang dapat

mengajukan perlawanan.

2. Kekuatan Pembuktian

Dituangkan putusan dalam bentuk tertulis, yang merupakan akta otentik, tidak

lain bertujuan untuk dapat digunakan sebagai alat bukti bagi para pihak, yang

mungkin diperlukannya untuk mengajukan banding, kasasi, atau pelaksanaannya.

Arti putusan itu sendiri dalam hukum pembuktian ialah bahwa dengan putusan itu

telah diperoleh suatu kepastian tentang sesuatu. Pasal 1918 dan 1919 BW

mengatur tentang kekuatan pembuktian putusan pidana. Putusan pidana yang isinya

menghukum dan telah memperoleh kekuatan hukum yang pasti, dapat digunakan

sebagai bukti dalam perkara perdata mengenai peristiwa yang telah terjadi, kecuali

apabila ada bukti lawan: kekuatan pembuktiannya mengikat (ps.1918 BW).

Putusan perdata pun mempunyai kekuatan pembuktian. Menurut pasal 1916

ayat 2 no.3 BW maka putusan hakim adalah persangkaan. Putusan hakim

merupakan persangkaan bahwa isinya benar: apa yang telah diputus oleh hakim

harus dianggap benar (res judicata proveritate habetur). Hakim mempunyai

kebebasan untuk menggunakan kekuatan pembuktian putusan terdahulu. Putusan

verstek tidak atau sama sekali tidak mempunyai nilai untuk mengikat.

3. Kekuatan Eksekutorial

Suatu putusan dimaksudkan untuk menyelesaikan suatu persoalan atau

sengketa dan menetapkan hak atau hukumnya. Ini tidak berarti semata-mata hanya

menetapkan hak atau hukumnya saja, melainkan juga realisasi atau

pelaksanaannya (eksekusinya) secara paksa. Oleh karena putusan itu menetapkan

dengan tegas hak atau hukumnya untuk kemudian direalisir, maka putusan hakim

mempunyai kekuatan eksekutorial, yaitu kekuatan untuk dilaksanakannya apa yang

ditetapkan dalam putusan itu secara paksa oleh alat-alat negara.

Susunan dan Isi Putusan

Page 5: Tugas Resume Putusan Hakim (HAPER)

Suatu putusan hakim terdiri dari 4 bagian, yaitu:

1.kepala putusan;

2. identitas para pihak

3. pertimbangan

4. amar

Jenis-jenis Putusan

Pasal 185 ayat 1 HIR membedakan antara putusan akhir dan putusan yang

bukan putusan akhir. Putusan akhir adalah putusan yang mengakhiri suatu sengketa

atau perkara dalam suatu tingkatan peradilan tertentu. Putusan akhir ini ada yang

bersifat menghukum (condemnatoir), ada yang bersifat menciptakan (constitutif) dan

ada pula yang bersifat menerangkan atau menyatakan (declaratoir).

Putusan condemnatoir adalah putusan yang bersifat menghukum pihak yang

dikalahkan untuk memenuhi prestasi. Dalam putusan condemnatoir diakui hak

penggugat atas prestasi yang dituntutnya. Hukuman semacam itu hanya terjadi

berhubung dengan perikatan yang bersumber pada persetujuan atau undang-

undang, yang prestasinya dapat terdiri dari memberi, berbuat, dan tidak berbuat.

Putusan constitutif adalah putusan yang meniadakan atau menciptakan suatu

keadaan hukum, misalnya pemutusan perkawinan, pengangkatan wali, pemberian

pengampunan, pernyataan pailit, pemutusan perjanjian (ps.1266, 1267) dan

sebagainya.

Putusan declaratoir adalah putusan yang isinya bersifat menerangkan atau

menyatakan apa yang sah, misalnya bahwa anak yang menjadi sengketa adalah

anak yang dilahirkan dari perkawinan yang sah. Juga tiap putusan yang bersifat

menolak gugatan merupakan putusan declaratoir.

Pada hakekatnya semua putusan yang condemnatoir maupun yang constitutif

bersifat declaratoir. Disamping putusan akhir masih dikenal putusan yang bukan

putusan akhir atau disebut juga putusan sela atau putusan antara, yang fungsinya

tidak lain untuk memperlancar pemeriksaan perkara. Putusan sela ini menurut pasal

185 ayat 1 HIR sekalipun harus diucapkan di dalam persidangan tidak dibuat secara

Page 6: Tugas Resume Putusan Hakim (HAPER)

terpisah, tetapi ditulis dalam berita acara persidangan. Disamping pasal 185 ayat 1

HIR yang membedakan antara putusan akhir dan putusan yang bukan putusan

akhir, pasal 48 Rv membedakan antara putusan praeparatoir dan putusan

interlocutoir.

Putusan praeparatoir adalah putusan sebagai persiapan putusan akhir, tanpa

mempunyai pengaruh atas pokok perkara atau putusan akhir. Contohnya yaitu

putusan untuk menggabungkan dua perkara atau untuk menolak diundurkannya

pemeriksaan saksi.

Putusan interlocutoir adalah putusan yang isinya memerintahkan pembuktian,

misalnya pemeriksaan untuk pemeriksaan saksi atau pemeriksaan setempat. Kalau

putusan praeparatoir tidak mempengaruhi putusan akhir, maka putusan interlocutoir

ini dapat mempengaruhi putusan akhir.

Rv masih mengenal 2 putusan lainnya yang bukan putusan akhir, yaitu

putusan insidentil dan putusan provisionil (ps.332 Rv). Putusan Insidentil adalah

putusan yang berhubungan dengan insiden, yaitu peristiwa yang menghentikan

prosedur peradilan biasa. Putusan insidentil ini belum berhubungan dengan pokok

perkara. Sedangkan putusan provisionil adalah putusan yang menjawab tuntutan

provisionil, yaitu permintaan pihak yang bersangkutan agar sementara diadakan

tindakan pendahuluan guna kepentingan salah satu pihak, sebelum putusan akhir

dijatuhkan.

Upaya Hukum terhadap Putusan

1. Perlawanan (verzet)

2. Banding

3. Prorogasi

4. Kasasi

5. Peninjauan Kembali (PK)

6. Perlawanan Pihak Ketiga (derdenverzet)