tugas resuman tpp

14
1. PENDAHULUAN Leguminosae dikenal sebagai kemampuannya mengikat (fiksasi) nitrogen langsung dari udara (tidak melalui cairan tanah) karena bersimbiosis dengan bakteri tertentu pada akar atau batangnya. Jaringan yang mengandung bakteri simbiotik ini biasanya menggelembung dan membentuk bintil-bintil. Setiap jenis biasanya bersimbiosis pula dengan jenis bakteri yang khas pula. Namun pada budidaya tanaman leguminose terkadang hasil produksi dirasa kurang. Salah satu usaha untuk meningkatkan produksi tanaman leguminose yakni dengan memanfaatkan kemampuannya untuk bersimbiosis dengan mikroorganisme yang mampu memfiksasi nitrogen dengan cara pemberian pupuk hayati berupa mikroorganisme sesuai dengan jenis leguminosae yang di budidayakan. Pupuk hayati sendiri merupakan pupuk yang mengandung mikroorganisme hidup yang ketika diterapkan pada benih, permukaan tanaman, atau tanah, akan mendiami rizosfer atau bagian dalam dari tanaman dan mendorong pertumbuhan dengan meningkatkan pasokan nutrisi utama dari tanaman. Pupuk mikrobiologis mirip dengan kompos teh, dan bisa dikatakan sebagai kompos teh yang direkayasa karena hanya mikroorganisme tertentu yang bermanfaat bagi tanah yang digunakan. Pupuk hayati ini tidak seperti pupuk biasa yang secara langsung meningkatkan kesuburan tanah dengan menambahkan nutrisi ke dalam tanah. Pupuk hayati bekerja melalui aktifitas mikroorganisme yang terdapat dalam pupuk hayati tersebut. pemberian pupuk hayati merupakan salah satu cara terbaik dan penting dalam upaya memperbaiki kesuburan tanah. Penggunaan pupuk hayati tidak akan meninggalkan residu pada hasil tanaman sehingga aman bagi kesehatan manusia. Selain itu penggunaan pupuk hayati diharapkan dapat meningkatkan kesehatan tanah, memacu pertumbuhan tanaman dan meningkatkan produksi tanaman

Upload: jauhar-arifin

Post on 15-Jan-2016

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

Page 1: tugas resuman tpp

1. PENDAHULUAN

Leguminosae dikenal sebagai kemampuannya mengikat (fiksasi) nitrogen langsung dari udara (tidak melalui cairan tanah) karena bersimbiosis dengan bakteri tertentu pada akar atau batangnya. Jaringan yang mengandung bakteri simbiotik ini biasanya menggelembung dan membentuk bintil-bintil. Setiap jenis biasanya bersimbiosis pula dengan jenis bakteri yang khas pula. Namun pada budidaya tanaman leguminose terkadang hasil produksi dirasa kurang.

Salah satu usaha untuk meningkatkan produksi tanaman leguminose yakni dengan memanfaatkan kemampuannya untuk bersimbiosis dengan mikroorganisme yang mampu memfiksasi nitrogen dengan cara pemberian pupuk hayati berupa mikroorganisme sesuai dengan jenis leguminosae yang di budidayakan.

Pupuk hayati sendiri merupakan pupuk yang mengandung mikroorganisme hidup yang ketika diterapkan pada benih, permukaan tanaman, atau tanah, akan mendiami rizosfer atau bagian dalam dari tanaman dan mendorong pertumbuhan dengan meningkatkan pasokan nutrisi utama dari tanaman. Pupuk mikrobiologis mirip dengan kompos teh, dan bisa dikatakan sebagai kompos teh yang direkayasa karena hanya mikroorganisme tertentu yang bermanfaat bagi tanah yang digunakan.

Pupuk hayati ini tidak seperti pupuk biasa yang secara langsung meningkatkan kesuburan tanah dengan menambahkan nutrisi ke dalam tanah. Pupuk hayati bekerja melalui aktifitas mikroorganisme yang terdapat dalam pupuk hayati tersebut. pemberian pupuk hayati merupakan salah satu cara terbaik dan penting dalam upaya memperbaiki kesuburan tanah. Penggunaan pupuk hayati tidak akan meninggalkan residu pada hasil tanaman sehingga aman bagi kesehatan manusia. Selain itu penggunaan pupuk hayati diharapkan dapat meningkatkan kesehatan tanah, memacu pertumbuhan tanaman dan meningkatkan produksi tanaman

Page 2: tugas resuman tpp

2. METODOLOGI

Pengamatan pertama yang dilakukan di lahan kering non masam, di Desa Bolo, kecamatan Ujung Pangkah, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Pupuk hayati yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis yang mengandung mikroba penyedia hara bagi tanaman, yang tersedia di pasar komersial. Ada 6 (enam) jenis pupuk hayati komersial yang digunakan, yang masing-masing mempunyai karakteristik tertentu, yaitu: (1) T, mengandung spora mikoriza vesikular arbuskular, (2) L, yang mengandung bakteri Rhizobium, (3) B, yang mengandung bakteri pelarut fosfat, (4) E, yang mengandung mixed culture, (5) O, yang mengandung mikroba penambat N non simbiotik, bakteri pelarut fosfat dan mikroba dekomposer dan (6) N, yang komponen utamanya Rhizobium dan bakteri pelarutfosfat. Perlakuan yang diuji adalah (1) Kontrol (tanpa mikroba), (2) aplikasi T, (3) aplikasi L, (4) aplikasi B, (5) Aplikasi E, (6) aplikasi O, (7) aplikasi N, (8) Kombinasi (2 + 3), (9) Kombinasi (2 + 4), (10) Kombinasi (5 + 7), (11) Kombinasi (5 + 6) dan (12) Kombinasi (4 + 7). Varietas kacang tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah varietas Jerapah, ditanam dalam plot 4x4 m, dengan jarak tanam 40x10 cm, 1 biji/lubang. Rancangan percobaan adalah acak kelompok dengan tiga ulangan.

Pengamatan kedua dilakukan di Laboratorium Botani, Laboratorium Mikologi, dan green house Kebun Bibit Jalan Kendalsari milik Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Surabaya. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan dosis mikoriza yang terdiri dari 7 level, yaitu perlakuan dengan tanpa pemberian patogen Sclerotium rolfsii dan tanpa pemberian mikoriza (kontrol negatif) ; perlakuan dengan pemberian patogen Sclerotium rolfsii namun tanpa pemberian mikoriza (kontrol positif) ; perlakuan dengan pemberian patogen Sclerotium rolfsii dan dosis mikoriza 10 gram ; perlakuan dengan pemberian patogen Sclerotium rolfsii dan dosis mikoriza 20 gram ; perlakuan dengan pemberian patogen Sclerotium rolfsii dan dosis mikoriza 30 gram ; perlakuan dengan pemberian patogen Sclerotium rolfsii dan dosis mikoriza 40 gram ; serta perlakuan dengan pemberian patogen Sclerotium rolfsii dan dosis mikoriza 50 gram. Masing – masing level tersebut diulang sebanyak 4 kali ulangan. Parameter yang diukur adalah tinggi tanaman, berat kering akar, dan berat kering tajuk tanaman.

Pengamatan ketiga dilaksanakan di green house Dinas Pertanian UPT Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Holtikultura, Desa Lebo – Sidoarjo. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 13 perlakuan setiap perlakuan diulang 3 kali. Terdapat 4 macam konsentrasi pupuk hayati (0, 5, 10, 15 mL/tanaman) dan NPK 5 g/tanaman dengan 3 waktu pemupukan yaitu 5 HBT, 25 HST, dan 45 HST. Sehingga perlakuan pada penelitian ini adalah P0, P5(1x), P5(2x), P5(3x), P10(1x), P10(2x), P10(3x), P15(1x), P15(2x), P15(3x), NPK(1x), NPK(2x), dan NPK(3x).

Pengamatan keempat dilakukan di rumah kaca Bidang Mikrobio-logi, Pusat Penelitian Biologi-LIPI, pada tahun 2004. Biakan mikroba yang digunakan antara lain (i) Bio 199R (isolat dari Acacia villosa), (ii) Bio 203 R (isolat dari Albizia sinensis), (iii) Bio 205R (isolat dari Albizia saponaria), (iv) Bio 238R (isolat dari Erythrina fusca), (v) Bio 251R (isolat dari Pterocarpus indicus), (vi) Bio 7R (isolat dari Vigna silindrica), dan (vii) biakancampuran (Bio 199R+Bio 203R+Bio 205R+Bio 238R+Bio 251R+Bio7R). Sebagai

Page 3: tugas resuman tpp

kontrol tanaman tanpa diinokulasi dan tanpa ditambah pupuk N (K1), dan tanaman tanpa diinokulasi dan ditambah pupuk N setara dengan 100 kg/ha (K2). Menggunakan rancangan acak lengkap dan parameter yang diamati adalah bobot kering tajuk, akar, bintil akar, tanaman total, dan jumlah bintil.

Pengamatan kelima dilakukan di belakang rumah kaca di Cibinong Science Centre berupa lahan datar. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap, perlakuan yang digunakan ada 7 macam, yaitu: (1) Bakteri Penambat Nitrogen dalam kompos steril (Pupuk N), (2) Mikroba Pelarut Posfat dalam kompos steril (Pupuk P), (3) Jamur pengurai lignoselulosa dalam kompos steril (Pupuk C), (4) Pupuk hayati kalbar berisi semua mikroba dalam kompos steril, (5) Kompos steril, (6) Pupuk Kimia berisi Urea dan TSP, (7) Kontrol. Jumlah ulangan 100 buah. Parameter yang diamati meliputi: Kandungan kimia tanah, Tinggi tanaman, Jumlah daun, Bobot tanaman segar, Jumlah polong, Bobot kedelai

Page 4: tugas resuman tpp

3. HASIL

Hasil pengamatan beragam dikarenakan bahan dan tanaman yang dijadikan objek pengamatan berbeda-beda, namun hasilnya sama-sama meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan lebih baik dibandingkan tanpa penambahan pupuk hayati.

Pada pengamatan pertama didapati bahwa pupuk hayati T yang berisi mikoriza vesikular arbuskular belum mampu meningkatkan total populasi mikroba tanah pada usia tanaman kacang tanah 45 hst (dari 49 x 106 cfu/g tanah menjadi 99 x 106 cfu/g tanah). Keadaan ini menunjukkan bahwa pupuk hayati dengan komponen utama mikoriza vesikular arbuskular kurang sesuai untuk tanaman kacang tanah di lahan kering non masam. Namun tidak berkembangnya spora mikoriza vesikular arbuskular di lahan ini, kemungkinan juga disebabkan oleh belum terjadinya proses infeksi akar yang mengalami proses perkembangan jenis mikroba tanah ini (Prihastuti dan Sudaryono, 2008). Oleh karena belum terjadi perkembangan mikoriza vesikular arbuskular dalam jaringan akar tanaman kacang tanah, maka belum terjadi pula interaksi biologis terhadap tanah sebagai lingkungan tumbuhnya.

Penggunaan pupuk hayati E yang mengandung mixed culture, lebih mampu meningkatkan total populasi mikroba tanah (dari 49 x 106cfu/g tanah menjadi 58 x 107 cfu/g tanah). Pada perlakuan sinergisme dengan jenis pupuk hayati lainnya, terlihat pupuk hayati E mampu mempertahankan kemampuannya adaptasi di lahan kering non masam, yang terlihat pada total populasi mikroba menjadi 53 x 107 cfu/g tanah pada perlakuan 10 (sinergisme E dan N) dan 55 x 107 cfu/g tanah pada perlakuan 11 (sinergisme E dan O).

Adanya ketersediaan P yang tergolong rendah di lahan kering non masam ini, maka kehadiran pupuk hayati B yang mengandung bakteri pelarut P cukup memberikan respon positif dalam meningkatkan total populasi mikroba tanah (mampu meningkatkan total populasi mikroba dari 49 x 106 cfu/g tanah menjadi 42 x 107 cfu/g tanah).

Pada pemberian pupuk hayati B bersinergi dengan T yang komponen utamanya mikoriza vesikular arbuskular, mampu meningkatkan total populasi mikroba tanah menjadi 47 x 107 cfu/g tanah.

Berbeda pada aplikasi pupuk hayati B bersinergi dengan N, peningkatan total populasi mikroba tanah tidak setinggi pada perlakuan B secara tunggal atau B bersinergi dengan T, juga pada perlakuan N tunggal.

Pupuk hayati N dengan komponen bakteri penambat nitrogen simbiotik, kurang berkolaborasi dengan pupuk hayati B dengan komponen utama bakteri pelarut P dalam meningkatkan total mikroba tanah. Keadaan ini berbeda pada perlakuan pupuk hayati E dan N secara bersinergi.

Pada perlakuan L dan O memberikan respon yang hampir sama untuk meningkatkan total populasi mikroba tanah. Tetapi pada perlakuan sinergisme L dan T memberikan respon yang berbeda daripada perlakuan sinergisme O dan E. Perlu dimengerti adanya perbedaan mekanisme masing-masing jenis mikroba dalam pertumbuhan dan aktivitasnya.

Page 5: tugas resuman tpp

Dari beberapa jenis mikroba yang terdapat dalam berbagai jenis pupuk hayati komersial, ada 2 jenis mikroba yang mempunyai karakter khusus, yaitu Rhizobium dan mikoriza vesikular arbuskular. Rhizobium dapat tumbuh melalui pembelahan sel seperti mikroba jenis lainnya dan dapat dikulturkan dalam media agar ataupun cair, sedangkan mikoriza vesikular arbuskular dapat tumbuh dan berkembang setelah melalui mekanisme infeksi akar tanaman inang.

Tampak dengan jelas bahwa pada aplikasi pupuk hayati E menunjukkan respon paling baik untuk tanaman kedelai di lahan kering non masam. Demikian pula dari timbulnya bintil akar dalam sistem perakaran tanaman, pupuk hayati E masih menunjukkan respon positif. Bintil akar paling banyak terbentuk pada perlakuan 12 (sinergisme B dan N).

Tingkat infeksi akar oleh mikoriza vesikular arbuskular tidak menunjukkan perbedaan nyata. Pada perlakuan yang diintroduksi mikoriza vesikular arbuskular menunjukkan tingkat infeksi akar yang lebih rendah daripada yang tidak diintroduksi, dengan demikian dapat dikatakan bahwa terjadinya infeksi akar lebih disebabkan oleh kemampuan mikoriza vesikular arbuskular indigenous yang sudah ada di lahan kering non masam, atau barangkali jenis mikoriza vesikular arbuskular yang diintroduksikan kurang kompatibel terhadap tanaman kacang tanah. Keragaan fisik tinggi tanaman pada waktu panen menunjukkan tidak berbeda nyata pada masing-masing perlakuan, namun menunjukkan perbedaan pada berat kering biji yang dihasilkan pada masing-masing plot. Jumlah tanaman pada masing-masing plot yang mampu tumbuh hampir rata-rata sama dan tidak berbanding lurus terhadap hasil biji.

Pada pengamatn kedua hasil yang didapat adalah Kolonisasi mikoriza pada akar tanaman dapat memperluas bidang penyerapan akar dengan adanya hifa eksternal yang tumbuh dan berkembang melalui bulu–bulu akar. Hifa yang mempenetrasi tanaman inang akan membantu mendekatkan unsur hara dari zona rhizosfer pada tanaman inang, sehingga pertumbuhan dan perkembangan tanaman menjadi lebih cepat [4], sehingga semakin banyaknya perlakuan dosis mikoriza yang diberikan, maka pertumbuhan tinggi tanaman menjadi lebih cepat dan lebih besar.

Peningkatan tinggi tanaman kacang tanah akan berpengaruh juga terhadap berat kering akar dan tajuk tanaman.

Seperti terlihat pada table :

Page 6: tugas resuman tpp

Mekanisme interaksi antara mikoriza dan patogen, baik interaksi secara antagonis maupun antibiosis tidak terjadi secara langsung, melainkan melalui tanaman inang dengan perubahan-perubahan morfologi ataupun fisiologi zat kimia tertentu. Perubahan-perubahan pada tanaman inang ini distimulus oleh adanya kolonisasi mikoriza di dalam zona rhizosfer, sehingga tanaman dapat membentuk pertahanan dalam menghadapi serangan pathogen.

Pada pengamatan ketiga hasil yang didapat secara keseluruhan menunjukkan bahwa jenis perlakuan menggunakan pupuk hayati baik pemupukan satu kali, dua kali, maupun tiga kali pada konsentrasi 15 mL/tanaman, memberikan hasil lebih baik pada pertambahan tinggi tanaman kacang hijau (V.radiata) dibandingkan denganperlakuan menggunakan NPK (kontrol positif) dan kontrol negatif. Perlakuan terbaik dicapai oleh P15(3x) pada umur tanaman 8 minggu daripada perlakuan lainnya.

Berdasarkan analisis statistik dari data pertumbuhan vegetatif tanaman kacang hijau, hanya parameter tinggi tanaman, biomassa akar dan jumlah bintil akar yang berpengaruh nyata. Hasil tertinggi dicapai oleh perlakuan P15(3x) dengan rata-rata tinggi tanaman 41,10 cm/tanaman, biomassa akar 0,53 g/tanaman, dan jumlah bintil akar 10 bintil/tanaman. Sedangkan parameter biomassa tanaman, jumlah bunga, jumlah cabang, dan panjang akar tidak berpengaruh nyata menurut statistik.

Berdasarkan analisis statistik dari data pertumbuhan generatif atau produksi tanaman kacang hijau, hanya parameter berat polong dan berat biji total kacang hijau yang berpengaruh nyata. Hasil tertinggi dicapai oleh perlakuan P15(3x) dengan rata-rata berat polong 0,82 g/tanaman dan berat biji total 5,41 g/tanaman. Sedangkan parameter jumlah polong dan berat 100 biji tidak berpengaruh nyata menurut statistik.

Perlakuan P15(3x) juga memiliki nilai efektivitas pupuk hayati (RAE) tertinggi 347,47% dan produktivitas lahan tertinggi 9 Kw/Ha daripada perlakuan pupuk hayati lainnya. Pertambahan tinggi tanaman kacang hijau (V. radiata) pada umur tanaman ke-2, 4, 6, dan 8 minggu ST (Setelah Tanam) lebih cepat terjadi pada perlakuan menggunakan pupuk hayati dengan konsentrasi 5 mL (P5), 10 mL (P10), dan 15 mL (P15) bila dibandingkan dengan perlakuan kontrol positif (NPK) dan kontrol negatif (P0).

Perlakuan terbaik dicapai oleh pupuk hayati dengan konsentrasi 15 mL dan jumlah pemupukan tiga kali (P15(3x)). Pemberian pupuk hayati dengan konsenrasi 15 mL sebanyak tiga kali tidak hanya berpengaruh terhadap tinggi tanaman kacang hijau (V. radiata) saja, namun juga mempengaruhi biomassa akar, jumlah bintil akar, berat polong, dan berat biji total.

Sesuai dengan penelitian Risnawati (2010) bahwa formula pupuk hayati pelet ILeTRIsoy-2 yang diberikan saat tanam mampu meningkatkan berat kering biji 5,73 g/tanaman dibandingkan dengan kontrol 3,51 g/tanaman. Semakin tinggi dosis yang diberikan maka semakin tinggi pula berat biji tanaman. Begitu juga dengan penelitian Muslifa (2009) konsentrasi tertinggi dengan pupuk konsorsium mikroba 30 mL (M0P30) mempengaruhi berat polong (700 ± 154,11 g/tanaman) dan berat kering biji (188,00 ± 53,57 g/tanaman).

Page 7: tugas resuman tpp

Hal ini dapat disebabkan oleh konsentrasi 30 mL merupakan dosis yang optimum untuk menyediakan unsur hara bagi tanaman. Berbedanya kemampuan diantara inokulasi pupuk hayati karena berbedanya kemampuan strain Rhizobium mengikat N bebas dari udara (Wahyuni, 2009).

Efektivitas pupuk hayati pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan P15(3x) menghasilkan nilai tertinggi bila dibandingkan dengan jenis perlakuan pupuk hayati lainnya, yaitu sebesar 347,37 %. Dengan produktivitas lahan tertinggi yaitu sebesar 9 Kw/Ha. Hasil panen kacang hijau nasional atau di Indonesia tahun 2011 (Anonimus, 2012) menghasilkan produktivitas 11,48 kw/Ha. Bila dibandingkan dengan produktivitas pupuk hayati perlakuan P15(3x) 9 Kw/Ha yang tepaut jauh.

Simarmata (1995) mengemukakan bahwa penggunaan berbagai pupuk hayati pada lahan marginal di Indonesia ternyata mampu meningkatkan ketersediaan hara dan hasil berbagai tanaman antara 20-100%, serta dapat menekan pemakaian pupuk hayati buatan dan meningkatkan efisiensi pemupukan. Sehingga, konsentrasi pupuk hayati 15 mL/tanaman dengan tiga kali pemupukan merupakan pupuk hayati yang paling efektif untuk diaplikasikan terhadap tanaman kacang hijau (V.radiata) sebagai alternatif pengganti pupuk kimia.

Pengamatan keempat yang dilakukan pada pohon acacia untuk meningkatkan pertumbuhannya memberikan hasil Pada tinggi tanaman, nilai tertinggi diperoleh pada tanaman yang diinokulasi dengan biakan campuran pada pengukuran umur 4, 6, dan 8 minggu, masingmasing mengalami peningkatan sebesar 85, 83%, 69,93%, dan 76,9% serta biakan Bio 7R dan biakan campuran pada umur 10 minggu, keduanya mengalami peningkatan sebesar 59,01% dibandingkan dengan tanaman tanpa diinokulasi dan tanpa dipupuk N (K1). Untuk jumlah daun, nilai tertinggi diperoleh pada tanaman yang diinokulasi dengan biakan campuran pada pengamatan umur 4, 6 dan 8 minggu, masing-masing mengalami peningkatan sebesar 128,75%, 46,18%, 53,2% dibandingkan dengan tanaman tanpa diinokulasi dan tanpa dipupuk N (K1). Untuk bobot kering tajuk, akar, bintil akar dan tanaman total nilai tertinggi pada tanaman yang diinokulasi dengan biakan campuran, masing-masing mengalami peningkatan sebesar 70,37%, 60%, 0%, 68,22% dibandingkan dengan tanaman tanpa diinokulasi dan tanpa dipupuk N (K1). Dari hasil pengujian kemampuan bersimbiosis dapat diketahui juga bahwa walaupun biakan-biakan Rhizobium yang diinokulasikan mampu menginfeksi suatu tanaman, namun belum tentu biakan tersebut efektif terhadap tanaman inangnya (A. mangium). Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa untuk semua parameter pertumbuhan yang diamati terdapat perbedaan yang nyata antar biakan, hal ini menunjukkan bahwa biakan tersebut mempunyai kemampuan simbiosis yang efektif yang mana mampu menambat nitrogen dari udara secara maksimal, sehingga pertumbuhan tanaman lebih baik. Ke-7 biakan Rhizobium yang diinokulasikan terhadap tanaman A. mangium menunjukkan kemampuan bersimbiosis. Biakan Bio 238R, Bio 251R, Bio 7R dan campuran menunjukkan nilai Sc yang sangat efektif dan biakan Bio 199R dan Bio 205R menunjukkan efektif, hal ini berarti bahwa simbiosis ke-6 biakan tersebut dengan tanaman A. mangium cukup efektif, sedangkan biakan Bio 203R menunjukkan hasil yang kurang efektif. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya faktor ketidakcocokan antara biakan dengan tanaman inang, misalnya tanaman yang diinokulasi dengan biakan Bio 203R hasilnya tidak efektif karena biakan tersebut dari tanaman Acacia sinensis.

Page 8: tugas resuman tpp

Pengamatan terakhir dilakukan pada tanaman kacang kedelai dengan pemberian pupuk hayati kalbar dan pupuk lainnya ternyata dapat meningkatkan kandungan unsur N, P dan C tanah. Pemakaian pupuk hayati kalbar meningkatkan kandungan N tanah dalam bentuk nitrit 0,09 ppm, kandungan C organik 2,87% dan kandungan P tersedia 86,15% sedangkan nitrat dan amonium mengalami penurunan 7,57% dan 5,84 ppm. Kandungan nitrit tanah sebelum perlakuan 0,02 ppm, nitrat 13,36 ppm, NH4 14,26 ppm, P tersedia 1,86% dan C organik 0,76%. Dari hasil panen terlihat bahwa masing-masing perlakuan menghasilkan tinggi tanaman yang berbeda. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh pemberian perlakuan yang berbeda. Pemberian kompos menghasilkan tinggi tanaman paling besar (66,064 cm), kemudian diikuti perlakuan pupuk hayati, pupuk P, Pupuk C, pupuk N, perlakuan pupuk kimia dan terakhir kontrol (54,464 cm). Perbedaan rataratatinggi tanaman antar perlakuan ini hanya sedikit, bahkan secara statistik tidak berbeda nyata. Namun perbedaan ini juga disebabkan oleh perlakuan yang berbeda. jumlah daun tanaman kedelai yang dihasilkan tiap perlakuan ternyata juga berbeda. Jumlah daun mengindikasikan pertumbuhan tanaman, semakin banyak jumlah daun yang dihasilkan maka pertumbuhan tanaman tersebut semakin baik. Dari 7 perlakuan yang dicoba pada tanaman kedelai varietas Baluran, ternyata jumlah daun yang paling besar dihasilkan oleh perlakuan pupuk hayati kalbar yaitu 29,464 helai kemudian perlakuan Kompos kemudian Pupuk P, Pupuk N, Pupuk kimia, Pupuk C dan terakhir perlakuan kontrol (24,398 helai). Perbedaan jumlah daun masing-masing perlakuan kecil sehingga secara statistik tidak berbeda nyata. Variabel selanjutnya adalah bobot tanaman segar, ini juga merupakan variabel pertumbuhan vegetativ. Dari 7 perlakuan ternyata menghasilkan bobot tanaman yang berbeda pada masing-masing perlakuan. Bobot paling besar diperoleh tanaman dengan perlakuan Pupuk hayati kalbar yaitu 118,73 g/tanaman kemudian perlakuan pupuk P, perlakuan pupuk N, pupuk C, pupuk kimia, pupuk kompos dan terakhir kontrol (87,062 g). Perbedaan bobot tanaman antar perlakuan juga kecil sehingga secara statistik juga menunjukkan tidak berbeda nyata. Variabel berikutnya adalam jumlah polong. Tanaman yang menghasilkan jumlah polong banyak berarti pertumbuhan tanaman tersebut baik. Dari 7 perlakuan yang dicoba ternyata menghasilkan jumlah polong yang berbeda, paling besar dihasilkan oleh tanaman dengan perlakuan pupuk hayati yaitu 90,796 buah, kemudian pupuk kompos, pupuk N, pupuk P, pupuk kimia, kontrol dan terakhir pupuk C (73,662 buah). Perbedaan jumlah polong antar masing-masing perlakuan juga kecil, secara statistik tidak beda nyata. Namun kecenderungan Pengujian Pupuk Hayati Kalbar perbedaan jumlah polong ini juga disebabkan oleh perbedaan perlakuan. Variabel berikutnya adalah Bobot kacang kedelai, untuk bobot kacang kedelai dihitung per petak yaitu sekitar 20 tanaman. Dari 7 perlakuan yang dicoba ternyata menghasilkan bobot kacang kedelai yang berbeda. Bobot kacang kedelai paling besar dihasilkan perlakuan pupuk hayati kalbar yaitu 561,6 g, kemudian perlakuan kompos, kontrol, pupuk C, pupuk kimia, pupuk P dan terakhir pupuk N (41,6 g) (Tabel 4). Perbedaan bobot kacang kedelai antar masingmasing perlakuan cukup besar dan secara statistik menunjukkan beda nyata.

Page 9: tugas resuman tpp

4. KESIMPULAN

Pemberian pupuk hayati pada tiap tanaman leguminosa menghasilkan hasil yang berbeda-beda seperti pada pengamatan pertama Aplikasi agensia hayati secara ganda di lahan kering non masam tidak menunjukan hasil yang lebih baik daripada yang diberikan secara tungal, baik dalam peningkatan populasi mikroba tanah maupun hasil bij kacang tanah. Pada pengamatan kedua perlakuan mikoriza Glomus fasciculatum berpengaruh terhadap tinggi tanaman, berat kering akar, dan berat kering tajuk pada tanaman kacang tanah varietas Domba yang terserang patogen Sclerotium rolfsii. Perlakuan dosis mikoriza sebesar 50 gram memberikan pengaruh tertinggi terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman kacang tanah, baik pada tinggi tanaman maupun berat kering tanaman. Pada pengamatan ketiga Pemberian pupuk hayati dengan konsentrasi dan waktu pemupukan berbeda berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman dengan perlakuan P15(3x) atau konsentrasi pupuk hayati 15 mL dengan 3 kali pemupukan pertanaman, memberikan nilai tertinggi untuk tinggi, jumlah bintil akar, biomassa akar, berat polong, dan berat biji total kacang hijau (V. radiata). Pada pengamatan keempat Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa semua biakan yang diinokulasikan mampu membentuk bintil akar, namun tidak semua biakan efektif untuk tanaman A. mangium. Hasil terbaik diperlihatkan oleh biakan campuran (yang terdiri dari biakan Bio199R+Bio203R+Bio205R+Bio238R+Bio251R+Bio7R). Biakan tersebut dapat dikembangkan sebagai inokulum pupuk hayati untuk tanaman A. mangium. Pada pengamatan terakhir Pemberian pupuk hayati kalbar dapat meningkatkan kandungan unsur N , unsur P dan unsur C tanah. Pemakaian pupuk hayati kalbar juga meningkatkan bobot tanaman segar 22%, jumlah polong 11,11% dan bobot kacang kedelai 12,2%.