laporan tpp sule

29
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN ACARA III PEMBUATAN SUSU KEDELAI Disusun oleh Essix Fitriyani A1M011007 Muhayyinah Kusuma Wardhani A1M011061 Muhammad Syaifudin A1M011039 Stefanus Mega Prabawa A1M011057 Andriana Jumiharti Lestari A1M011001 Hikmah Ari Setiani A1M011063 Nurestu Hidyatiasih A1M011085 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

Upload: andriana-j-lestari

Post on 23-Oct-2015

95 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Tpp Sule

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN

ACARA III PEMBUATAN SUSU KEDELAI

Disusun olehEssix Fitriyani A1M011007Muhayyinah Kusuma Wardhani A1M011061Muhammad Syaifudin A1M011039Stefanus Mega Prabawa A1M011057Andriana Jumiharti Lestari A1M011001Hikmah Ari Setiani A1M011063Nurestu Hidyatiasih A1M011085

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO

2013

Page 2: Laporan Tpp Sule

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN

ACARA III PEMBUATAN SUSU KEDELAI

Disusun olehAndriana Jumiharti Lestari A1M011001

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO

2013

Page 3: Laporan Tpp Sule

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Susu memiliki gizi yang tinggi dan sangat dibutuhkan manusia karena zat-

zat gizinya terkandung dalam perbandingan yang sempurna, mudah dicerna, dan

tidak ada sisa yang terbuang. Susu tidak hanya berasal dari hewani saja, tetapi

terdapat susu yang berasal dari nabati seperti kacang-kacangan.

Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji

kecipir, koro, kelapa dan lain-lain merupakan bahan pangan sumber protein dan

lemak nabati yang sangat penting peranannya dalam kehidupan. Kacang-kacangan

dapat diolah menjadi berbagai macam makanan salah satunya ialah susu. Susu

nabati yang biasa dikenal oleh masyarakat umum yaitu susu kedelai dan susu

kacang hijau.

Kedelai mempunyai potensi yang sangat besar sebagai sumber protein

nabati yang utama bagi manusia, karena kedelai merupakan salah satu jenis

kacang-kacangan yang kandungan proteinnya paling tinggi. Proses pengolahan

kedelai menjadi berbagai makanan pada umumnya merupakan proses yang

sederhana, dan peralatan yang digunakan cukup dengan alat-alat yang biasa

dipakai di rumah tangga. Banyak produk makanan yang dibuat dari bahan baku

kedelai, di antaranya adalah susu kedelai yang dibuat dari ekstrak kedelai.

Selain mempunyai kandungan protein yang tinggi, susu kedelai juga

mengandung lemak, karbohidrat, kalsium, phosphor, zat besi, provitamin A,

Vitamin B kompleks (kecuali B12), dan air. Susu kedelai juga memiliki kadar

protein dan komposisi asam amino yang hampir sama dengan susu sapi. Susu

kedelai memiliki sumber protein yang mempunyai susunan asam amino yang

mendekati susunan asam amino susu sapi, sehingga dapat digunakan sebagai

pengganti susu sapi bagi mereka yang tidak toleran terhadap susu sapi.

Susu kedelai juga dikenal sebagai minuman kesehatan, karena tidak

mengandung kolesterol melainkan kandungan phytokimia, yaitu suatu senyawa

dalam bahan pangan yang mempunyai khasiat menyehatkan.

Page 4: Laporan Tpp Sule

Kandungan protein dalam susu kedelai itu sendiri dipengaruhi oleh varietas

kedelai, jumlah air yang ditambahkan, jangka waktu dan kondisi penyimpanan,

serta perlakuan panas. Semakin banyak jumlah air yang digunakan untuk

mengencerkan susu, maka akan semakin sedikit kadar protein yang diperoleh.

Namun, dalam pengolahan susu kedelai ini terdapat kendala yaitu

penyimpangan cita rasa dari susu kedelai dengan timbulnya rasa pahit, rasa

berkapur, dan bau langu. Bau langu disebabkan oleh enzim lipoksigenase yang

terdapat didalam kedelai itu sendiri yang dapat mengoksidasi lemak.

Maka dari itu, didalam pengolahan susu kedelai harus diberikan beberapa

perlakuan untuk menginaktifkan enzim lipoksigenase tersebut yaitu dengan cara

pemanasan biji kedelai sebelum dikupas dan ekstrasi biji kedelai sebelum digiling.

B. Tujuan

Mempelajari proses pembuatan susu kedelai dan membandingkan susu yang

dibuat dari biji kedelai yang direbus dahulu dan tidak direbus, serta ekstraksi

menggunakan air dingin dan air panas.

Page 5: Laporan Tpp Sule

II. TINJAUAN PUSTAKA

Kedelai sebagai bahan makanan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Di

antara jenis kacang-kacangan, kedelai merupakan sumber protein (35-45%),

lemak (18-32 %), karbohidrat (12-30 %), air (7 %), vitamin, mineral dan serat

yang paling baik. Dalam lemak kedelai terkandung beberapa fosfolipida penting,

yaitu lesitin, sepalin dan lipositol (Mudjajanto dan Kusuma, 2005).

Menurut Suhardjo (1996) dibanding protein hewani, protein nabati kedelai

lebih murah dan terjangkau oleh kebanyakan masyarakat. Kedelai merupakan

sumber protein rendah kolesterol, kedelai juga diketahui memiliki pengaruh

positif untuk pencegahaan beberapa penyakit seperti jantung koroner dan kanker.

Susu kedelai adalah minuman padat gizi yang diperoleh dari biji kedelai

berkualitas yang dibudidayakan secara alami tanpa rekayasa genetik (Uransyah,

2011). Susu kedelai juga merupakan sari kedelai yang diproses dengan

menghancurkan biji kedelai dalam air dingin atau panas. Kedelai yang digunakan

adalah yang berkulit kuning. Tahap pengolahannya meliputi pembersihan,

perendaman, penghancuran, penyaringan, pemanasan, serta penambahan rasa dan

aroma. Perendaman dimaksudkan untuk menghilangkan zat-zat yang rasanya

tidak enak atau yang menimbulkan bau langu (Hermana, 1993).

Perendaman kedelai sebelum proses penggilingan dilakukan dengan tujuan

untuk melarutkan oligosakarida penyebab flatulensi, mengurangi kadar trypsin

inhibitor, mengurangi bau langu dari kedelai, memudahkan dispersi dan suspensi

padatan selama ekstraksi, meningkatkan rendemen, melunakkan biji kedelai untuk

mempermudah penggilingan dan mengurangi waktu pemasakan akhir (Shurtleff

dan Aoyagi, 1984). Serta perendaman juga dapat memudahkan pengupasan biji

kedelai dengan kulit arinya, dan apabila dalam perendaman ditambahkan senyawa

seperti soda kue dapat merenggangkan kulit luar kedelai dengan bijinya.

Ada 2 macam susu kedelai yaitu berbentuk cairan dan berbentuk bubuk,

cairan susu dipanaskan kemudian dikeringkan dengan menggunakan spray dryer.

Sedangkan untuk memperoleh susu kedelai cair, setelah selesai penyaringan

Page 6: Laporan Tpp Sule

biasanya dimasak sampai mendidih atau disterilkan dalam botol (Winarno dan

Rahman, 1974).

Pada kedelai terdapat senyawa-senyawa anti gizi dan senyawa penyebab

off–flavor yaitu penyimpangan cita rasa dan aroma pada produk pengolahan

kedelai. Diantara senyawa anti gizi yang sangat mempengaruhi mutu produk

olahan kedelai ialah antitripsin, hemaglutinin, asam fitat, oligosakarida penyebab

flatulensi (timbulnya gas dalam perut sehingga perut menjadi kembung).

Sedangkan senyawa penyebab "off flavor" pada kedelai ialah glukosida,

saponin, estrogen dan senyawa-senyawa penyebab alergi. Dalam pengolahan,

senyawa-senyawa tersebut harus dihilangkan, atau diinaktifkan, sehingga akan

dihasilkan produk olahan kedelai dengan mutu terbaik dan aman untuk

dikonsumsi manusia (Cahyadi, 2007).

Bau dan rasa langu merupakan salah satu masalah dalam pengolahan susu

kedelai. Rasa langu yang tidak disukai ini dihasilkan oleh adanya enzim

lipoksidase pada kedelai. Hal ini terjadi karena enzim lipoksidase menghidrolisis

atau menguraikan lemak kedelai menjadi senyawa- senyawa penyebab bau langu,

yang tergolong pada kelompok heksanal dan heksanol. Senyawa-senyawa tersebut

dalam kosentrasi rendah sudah dapat menyebabkan bau langu. Disamping bau

langu, faktor penyebab "off-flavor" yang lain dalam kedelai adalah rasa pahit dan

rasa kapur yang disebabkan oleh adanya senyawa-senyawa glikosida dalam biji

kedelai. Diantara glikosida-glikosida tersebut, soyasaponin dan sapogenol

merupakan penyebab rasa pahit yang utama dalam kedelai dan produk-produk non

fermentasinya. Senyawa glikosida lain yang menyebabkan "off-flavor" pada

kedelai adalah isoflavon dan gugus aglikonya. Glikosida tersebut menyebabkan

timbulnya rasa kapur pada susu kedelai dan produk nonfermentasi lainnya.

Senyawa isoflavon dalam kedelai terdiri dari genistin dan daidzin, sedangkan

gugus aglikonnya masing-masing disebut genistein dan daidzein (Koswara, 1992).

Semakin tinggi kandungan protein susu kedelai, maka semakin tinggi pula

viskositas yang dihasilkan (Tamime dan Robinson, 1989). Viskositas berbanding

terbalik dengan suhu, semakin tinggi suhu maka viskositas semakin rendah.

Tetapi berbanding lurus dengan jumlah partikel dan konsentrasi, semakin banyak

Page 7: Laporan Tpp Sule

partikel terlarut maka semakin tinggi viskositasnya dan semakin tinggi

konsentrasi maka semakin tinggi pula viskositas susunya.

Protein pada susu kedelai tersusun oleh sejumlah asam amino, yaitu arginin,

lisin, glisin, leusin, isoleusin, treonin, triptofan, fenilalanin, metionin, sistin, valin,

histidin, dan alanin. Protein yang terkandung dalam kedelai diketahui kaya akan

asam amino arginin dan glisin yang merupakan komponen penyusun hormon

insulin dan glukagon yang disekresi oleh kelenjar pankreas dalam tubuh kita

(Efendi 2008).

Kandungan nutrisi susu kedelai yang sangat bermanfaat bagi kesehatan

selain protein adalah karbohidrat dan lemak. Kandungan energi pada susu kedelai

lebih rendah daripada susu sapi karena komponen laktosa yang dimiliki susu

kedelai lebih sedikit. Tetapi dengan kandungan laktosa yang sedikit, susu kedelai

dapat dikonsumsi oleh orang yang tidak mempunyai enzim laktase. Susu kedelai

juga mengandung vitamin A, B1, dan E. Selain itu, susu kedelai juga mengandung

mineral-mineral (Ca, P, dan Fe) (Almatsier 2009).

Page 8: Laporan Tpp Sule

III. METODE PRAKTIKUM

A. Bahan

Biji kedelai

Gula pasir

Garam

B. Alat

Blender

Kain saring

Panci’

Kompor

Timbangan analitik

Termometer

C. Prosedur Praktikum

Page 9: Laporan Tpp Sule

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel hasil Pengamatan Bau Langu

PanelisBau Langu

R1E1 R2E1 R3E1 R1E2 R2E2 R3E2

1 2 2 4 3 4 4

2 2 2 4 2 4 4

3 3 4 4 2 3 4

4 2 3 3 2 3 3

5 3 3 4 2 3 4

6 2 3 4 3 3 4

7 3 4 4 3 2 4

8 3 3 4 4 4 4

9 2 3 4 2 3 3

10 3 4 4 3 4 4

11 3 3 4 3 4 4

12 1 2 3 2 2 4

13 2 3 4 3 3 4

14 2 3 4 3 3 4

15 3 2 4 2 3 3

Total 36 44 58 39 48 57

Rata-rata 2 3 4 3 3 4

Keterangan:

1 = Sangat langu

2 = Langu

3 = Agak langu

4 = Tidak langu

Page 10: Laporan Tpp Sule

Keterangan kode:

R1E1 = tidak direbus, ekstraksi dengan air dingin (matang)

R2E1 = direbus 5 menit, ekstraksi dengan air dingin (matang)

R3E1 = direbus 15 menit, ekstraksi dengan air dingin (matang)

R1E2 = tidak direbus, ekstraksi dengan air panas (suhu ± 85°C)

R2E2 = direbus 5 menit, ekstraksi dengan air panas (suhu ± 85°C)

R3E2 = direbus 15 menit, ekstraksi dengan air panas (suhu ± 85°C)

Tabel hasil Pengamatan Viskositas

Panelis Viskositas

R1E1 R2E1 R3E1 R1E2 R2E2 R3E2

1 2 1 1 2 2 1

2 3 2 1 3 2 1

3 3 2 3 3 3 1

4 3 2 1 2 2 1

5 3 2 2 3 3 1

6 3 2 1 3 2 1

7 3 1 1 3 1 1

8 3 1 1 2 1 1

9 3 2 1 3 3 1

10 2 1 1 1 1 1

11 2 1 2 1 2 1

12 3 1 2 3 2 1

13 3 1 2 1 2 1

14 3 2 2 2 1 1

15 3 2 1 3 3 2

Total 42 23 22 35 30 16

Rata-rata 3 2 1 2 2 1

Page 11: Laporan Tpp Sule

Keterangan:

1 = Sangat kental

2 = Kental

3 = Agak encer

4 = Encer

Keterangan kode:

R1E1 = tidak direbus, ekstraksi dengan air dingin (matang)

R2E1 = direbus 5 menit, ekstraksi dengan air dingin (matang)

R3E1 = direbus 15 menit, ekstraksi dengan air dingin (matang)

R1E2 = tidak direbus, ekstraksi dengan air panas (suhu ± 85°C)

R2E2 = direbus 5 menit, ekstraksi dengan air panas (suhu ± 85°C)

R3E2 = direbus 15 menit, ekstraksi dengan air panas (suhu ± 85°C)

B. Pembahasan

Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan kacang kedelai yang

diambil ekstraknya. Selain mempunyai kandungan protein yang tinggi dan

komposisi asam amino yang hampir sama dengan susu sapi, susu kedelai juga

mengandung lemak, karbohidrat, kalsium, phosphor, zat besi, provitamin A,

Vitamin B kompleks (kecuali B12), dan air.

Pada praktikum yang dilakukan, tahap pembuatan susu kedelai yaitu biji

kedelai disortasi, dicuci, dilakukan perebusan dengan beberapa perlakuan yang

berbeda diantaranya R1 yaitu tidak direbus, R2 yaitu direbus selama 5 menit, dan

R3 yaitu direbus selama 15 menit. Lalu dilakukan perendaman selama 3-4 jam,

pengupasan kulit biji kedelai yang hasil biji kedelai kupasnya diberi beberapa

perlakuan ekstraksi diantaranya E1 diekstrasi dengan air dingin (matang) dan E2

diekstraksi dengan air panas (suhu ± 85°C). Setelah itu biji kedelai digiling

dengan blender dan ditambahkan air dengan perbandingan biji kedelai kupas dan

air 1:3, penggilingan biji kedelai ini bertujuan untuk mengekstrak protein globulin

pada susu yang akan diambil sarinya. Kemudian disaring untuk diambil filtratnya.

Selanjutnya filtrat yang dihasilkan dimasak sambil diaduk-aduk hingga mendidih

Page 12: Laporan Tpp Sule

dan ditambahkan gula pasir sebanyak (7-10%) serta garam (0,2%) pada saat filtrat

dimasak. Lalu didinginkan dan diamati bau langu dan viskositasnya oleh 15 orang

panelis.

Pada kedelai terdapat senyawa-senyawa anti gizi dan senyawa penyebab

off–flavor yaitu penyimpangan cita rasa dan aroma pada produk pengolahan

kedelai diantaranya adalah bau langu. Bau langu dapat dihindari dengan

perendaman dengan air panas untuk menginaktifkan enzim lipoksigenase dan juga

dapat dihindari dengan cara penggilingan dengan air mendidih dapat mengurangi

rasa langu karena terjadinya inaktifasi enzim lipoksigenase oleh panas (Susanto

dan Saneto, 1994). Selain itu, pemanasan juga bertujuan untuk membunuh

mikroba patogen. Disamping bau langu, faktor penyebab "off-flavor" yang lain

dalam kedelai adalah rasa pahit dan rasa kapur yang disebabkan oleh adanya

senyawa-senyawa glikosida dalam biji kedelai. Senyawa tersebut ialah saponin

yang terdapat pada kulit biji kedelai dengan konsentrasi yang tinggi, untuk

menghindari rasa pahit tersebut maka dilakukan pengupasan biji kedelai dengan

memisahkan biji kedelai dari kulit arinya.

Pada parameter bau langu, hasil pengamatan yang diperoleh yaitu pada

perlakuan R1E1 yaitu biji kedelai tidak direbus dan ekstraksi dengan air dingin

(matang) didapat skor 2 yaitu langu, hal ini disebabkan oleh tidak adanya

pemanasan (perebusan biji kedelai) dan ekstraksi yang menggunakan air dingin

sehingga enzim lipoksigenase yang terdapat didalam kedelai aktif mengakibatkan

protein dan lemak terhidrolisis dan menghasilkan senyawa-senyawa bau langu

pada produk akhir susu kedelai tersebut yang tergolong pada kelompok heksanal

dan heksanol.

Pada perlakuan R2E1 yaitu biji kedelai direbus 5 menit dan ekstraksi dengan

air dingin (matang) dan R1E2 yaitu biji kedelai tidak direbus dan ekstraksi dengan

air panas (suhu ± 85°C) didapat skor 3 yaitu agak langu. Hal ini disebabkan oleh

enzim lipoksigenase yang terdapat didalam kedelai tidak seluruhnya inaktif dan

masih terjadi hidrolisis protein dan lemak karena adanya pemanasan yang tidak

cukup lama dan ekstraksi menggunakan air dingin pada perlakuan R2E1 dan tidak

Page 13: Laporan Tpp Sule

adanya pemanasan tetapi hanya ekstraksi dengan air panas saja pada perlakuan

R1E2.

Pada perlakuan R3E1 yaitu biji kedelai direbus 15 menit dan ekstraksi

dengan air dingin (matang) didapat skor 4 yaitu tidak langu, karena enzim

lipoksigenase yang terdapat pada kedelai inaktif pada saat pemanasan dengan

waktu yang cukup lama yaitu 15 menit sehingga senyawa-senyawa penyebab bau

langu tidak terbentuk.

Pada perlakuan R2E2 yaitu biji kedelai direbus 5 menit dan ekstraksi dengan

air panas (suhu ± 85°C) didapat skor 3 yaitu agak langu karena enzim

lipoksigenase tidak aktif secara keseluruhan sehingga senyawa-senyawa heksanol

dan heksanal yang dihasilkan sedikit, meskipun konsentrasi yang dihasilkan

rendah tetap saja dapat menyebabkan bau langu pada produk akhir susu kedelai

tersebut.

Pada perlakuan R3E2 yaitu biji kedelai direbus 15 menit dan ekstrasi dengan

air panas (suhu ± 85°C) didapat skor 4 yaitu tidak langu, karena enzim

lipoksigenase yang terdapat pada kedelai inaktif seluruhnya pada saat pemanasan

dengan waktu yang cukup lama dan dibantu dengan ekstraksi menggunakan air

panas. Sehingga senyawa heksanal dan heksanol tidak terbentuk karena tidak

terjadinya hidrolisis protein dan lemak yang mengakibatkan bau langu.

Semakin tinggi kandungan protein susu kedelai, maka semakin tinggi pula

viskositas yang dihasilkan. (Tamime dan Robinson, 1989). Viskositas berbanding

terbalik dengan suhu, semakin tinggi suhu maka viskositas semakin rendah.

Tetapi berbanding lurus dengan jumlah partikel dan konsentrasi, semakin banyak

partikel terlarut maka semakin tinggi viskositasnya dan semakin tinggi

konsentrasi maka semakin tinggi pula viskositas susunya.

Pada parameter viskositas, hasil pengamatan yang diperoleh yaitu pada

perlakuan R1E1 yaitu biji kedelai tidak direbus dan ekstraksi dengan air dingin

(matang) didapat skor 3 yaitu agak encer, karena kandungan protein susu kedelai

pada perlakuan ini rendah sebab terjadi hidrolisis protein oleh enzim

lipoksigenase sehingga viskositas yang dihasilkanpun juga rendah.

Page 14: Laporan Tpp Sule

Sedangkan pada perlakuan R2E2 yaitu biji kedelai direbus 5 menit dan

ekstraksi dengan air panas (suhu ± 85°C), R1E2 yaitu biji kedelai tidak direbus dan

ekstraksi dengan air panas (suhu ± 85°C), dan R2E1 yaitu biji kedelai direbus 5

menit dan ekstraksi dengan air dingin (matang) didapat skor 2 yaitu kental, karena

kandungan protein susu kedelai pada perlakuan ketiga tersebut tinggi sebab

hidrolisis protein yang terjadi tidak secara keseluruhan dan hanya sedikit sehingga

jumlah partikel yang terlarut cukup banyak dan konsentrasi yang dimiliki juga

cukup tinggi.

Pada perlakuan R3E1 yaitu biji kedelai direbus 15 menit dan ekstraksi

dengan air dingin (matang) dan R3E2 yaitu biji kedelai direbus 15 menit dan

ekstraksi dengan air panas (suhu ± 85°C) didapatkan skor 1 yaitu sangat kental

karena kandungan protein susu kedelai pada perlakuan ini sangat tinggi sebab

tidak terjadi hidrolisis protein oleh enzim lipoksigenase, serta jumlah partikel

terlarut yang terkandung banyak dengan konsentrasi yang tinggi sehingga

viskositas yang dihasilkan sangat tinggi.

Penambahan gula dalam susu kedelai bukanlah hanya untuk menghasilkan

rasa manis saja tetapi gula juga dapat memberikan kekentalan pada susu kedelai.

Karena daya larut yang tinggi dari gula dan mempunyai kemampuan mengurangi

kelembaban relatif serta daya mengikat air adalah sifat-sifat yang menyebabkan

gula dipakai dalam pengawetan pangan (Buckle,et al., 1987).

Semakin kental viskositas susu maka suhu membekunya susu akan semakin

tinggi, dan semakin rendah viskositas susu maka suhu membekunya susu akan

semakin rendah. Perbedaan suhu pembekuan susu tidak selalu mutlak bahwa susu

yang memiliki viskositas tinggi maka suhu pembekuan akan semakin tinggi,

banyak faktor yang mempengaruhinya seperti wujud beku dari susu, susu beku

berbentuk padatan atau hanya sekedar dingin saja tetapi tidak membentuk

padatan.

Page 15: Laporan Tpp Sule

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Proses pembuatan susu kedelai pada praktikum ini yaitu biji kedelai

disortasi, dicuci, dilakukan perebusan dengan beberapa perlakuan yang berbeda

diantaranya yaitu tidak direbus dan direbus. Lalu dilakukan perendaman selama 3-

4 jam, pengupasan kulit biji kedelai lalu dilakukan ekstraksi dengan air dingin

(matang) dan air panas (suhu ± 85°C). Setelah itu biji kedelai digiling dengan

blender dan ditambahkan air dengan perbandingan biji kedelai kupas dan air 1:3,

kemudian disaring. Selanjutnya filtrat yang dihasilkan dimasak sambil diaduk-

aduk hingga mendidih dan ditambahkan gula pasir sebanyak (7-10%) serta garam

(0,2%). Susu kedelai yang sudah matang didinginkan.

Pada praktikum ini bau langu dan viskositas yang diamati pada 6

perlakuan yang berbeda yaitu pada perlakuan R1E1 yaitu biji kedelai tidak direbus

dan ekstraksi dengan air dingin (matang) didapatkan bau langu dan agak encer.

Pada perlakuan R2E1 yaitu biji kedelai direbus 5 menit dan ekstraksi dengan air

dingin (matang), R2E2 yaitu biji kedelai direbus 5 menit dan ekstraksi dengan air

panas (suhu ± 85°C), dan R1E2 yaitu biji kedelai tidak direbus dan ekstraksi

dengan air panas (suhu ± 85°C) didapatkan bau agak langu dan kental. Pada

perlakuan R3E2 yaitu biji kedelai direbus 15 menit dan ekstrasi dengan air panas

(suhu ± 85°C) dan R3E1 yaitu biji kedelai direbus 15 menit dan ekstraksi dengan

air dingin (matang) didapatkan bau tidak langu dan sangat kental.

B. Saran

Berhati-hatilah dalam memilih panelis, jangan memaksakan orang lain

apabila ia tidak mau menjadi panelis karena dapat menimbulkan bias pada saat

pengujian dilakukan.

Pada pengupasan kulit dari biji kedelai harus teliti agar tidak ada kulit

yang terbawa pada saat digiling sehingga susu kedelai yang dihasilkan rasanya

tidak pahit.

Page 16: Laporan Tpp Sule

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia.

Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet and M. Wootton. 1987. Ilmu Pangan. Penerjemah H. Purnomo dan Adiono. Jakarta: UI-Press.

Cahyadi, W. 2007. Kedelai Khasiat dan Teknologi. Jakarta: Bumi Aksara.

Efendi. 2008. “Manfaat mengkonsumsi susu kedelai”. (on-line).http://efendi.blogspot.com/2008/01/manfaat mengkonsumsi susukedelai.html, diakses pada 8 Mei 2013.

Hermana. 1993. “Pengolahan kedelai menjadi berbagai bahan makanan”. hlm. 441-469. Dalam Kedelai. Cetakan II. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.

Koswara, M. 1992. Teknologi Pengolahan Kedelai. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Mudjajanto, E.S. dan F.R. Kusuma. 2005. Susu Kedelai: Susu Nabati yang Menyehatkan. Jakarta: AgroMedia Pustaka.

Shurtleff, W. dan A. Aoyagi. 1984. Tofu and Soymilk Production: The Book of

Tofu Vol. II. California: The Soyfoods Center Lafayette.

Suhardjo. 1996. Perencanaan Pangan dan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara.

Susanto, T. dan B. Saneto. 1994. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian. Surabaya: Bina Ilmu.

Uransyah MP. 2011. “Manfaat kedelai”. (on-line).http://www.deptan.go.id/bpsdm/bbppbinuang/index.php?option=com_content&task=view&id=95&Itemid=1, diakses pada 8 Mei 2013.

Tamime, A.Y. dan R.K. Robinson. 1989. Yoghurt Science and Technology.Oxford: Pergamon press.

Winarno, F.G. dan A. Rahman. 1974. Protein Sumber dan Peranannya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Page 17: Laporan Tpp Sule

LAMPIRAN

Kedelai setelah dikupas dengan perlakuan tidak direbus, didiamkanselama 3 – 4 jam dan diekstraksi menggunakan air panas.

Biji kedelai digiling dengan blender.

Page 18: Laporan Tpp Sule

Biji kedelai setelah digiling.

Biji kedelai yang telah digiling lalu disaring.

Page 19: Laporan Tpp Sule

Hasil filtrat dari biji kedelai giling setelah disaring.

Gula pasir ditimbang.

Garam ditimbang.

Page 20: Laporan Tpp Sule

Filtrat dimasak lalu gula dan garam ditambahkan kedalam filtrat.

Hasil dari filtrat setelah dimasak.

Susu kedelai siap dikonsumsi dari perlakuan biji kedelai tidak direbus dan diekstraksi menggunakan air panas.

Page 21: Laporan Tpp Sule

Susu kedelai dari semua perlakuan yang siap diamati oleh panelis.