tugas penyakit berbasis lingkugan (pbl) saukani tuberculosa dan ispa

26
TUGAS PENYAKIT BERBASIS LINGKUGAN (PBL) TUBERCULOSA DAN ISPA Disusun Oleh : NAMA : S U W A N D I NIM : 140101043 MATA KULIAH : PENYAKIT BERBASIS LINGKUGAN (PBL) PROGRAM STUDI PASCASARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

Upload: denis-r-d-satria

Post on 05-Feb-2016

21 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

wow

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Penyakit Berbasis Lingkugan (Pbl) Saukani Tuberculosa Dan Ispa

TUGAS PENYAKIT BERBASIS LINGKUGAN (PBL)

TUBERCULOSA

DAN ISPA

Disusun Oleh :

NAMA : S U W A N D INIM : 140101043MATA KULIAH : PENYAKIT BERBASIS LINGKUGAN (PBL)

PROGRAM STUDI PASCASARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIAMEDAN

2015

1. TUBERCULOSA

Page 2: Tugas Penyakit Berbasis Lingkugan (Pbl) Saukani Tuberculosa Dan Ispa

Pengertian

Tuberculosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB

(Mycobacterium Tuberculosis), sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga

mengenai organ tubuh lainnya

A. Penyebab

Tuberculosis disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis. Kuman ini

berbentuk batang mempunyai sifat tahan asam pada perwarnaan. Oleh karena itu, disebut

sebagai basil tahan asam

B. Penularan Dan Faktor Resiko

Tuberculosis ditularkan dari orang ke orang oleh transmisi melalui udara. Individu

terinfeksi melalui berbicara, bersin, tertawa, atau bernyanyi dengan melepaskan droplet besar

dan kecil. Droplet yang besar menetap sementara droplet yang kecil tertahan di udara dan

terhirup oleh individu yang rentan. Individu yang berisiko tinggi untuk tertular TB Paru

adalah

1. Mereka yang kontak dengan seseorang yang mempunyai TB aktif seperti keluarga

2. Individu imunosupresif (penderita kanker yang mendapatkan terapi kortikosteroid,

penderita HIV/AIDS, lansia)

3. Perokok dan peminum alkohol

4. Individu yang tinggal diinstitusi seperti penjara, panti, rumah sakit jiwa, dll

5. Penderita yang makan obat tidak teratur

6. Masyarakat miskin yang kurang gizi.

C. Tanda Dan Gejala

1. Batuk lebih dari 3 minggu

Batuk adalah reflek paru untuk mengeluarkan sekret dan hasil proses destruksi paru.

Mengingat Tuberculosis Paru adalah penyakit menahun, keluhan ini dirasakan dengan

kecenderungan progresif walau agak lambat. Batuk pada Tuberculosis paru dapat kering

pada permulaan penyakit, karena sekret masih sedikit, tapi kemudian menjadi produktif.

2. Dahak (sputum)

Dahak awalnya bersifat mukoid dan keluar dalam jumlah sedikit, kemudian berubah

menjadi mukopurulen atau kuning, sampai purulen (kuning hijau) dan menjadi kental bila

sudah terjadi pengejuan.

3. Batuk Darah

Page 3: Tugas Penyakit Berbasis Lingkugan (Pbl) Saukani Tuberculosa Dan Ispa

Batuk darah yang terdapat dalam sputum dapat berupa titik darah sampai berupa

sejumlah besar darah yang keluar pada waktu batuk. Penyebabnya adalah akibat

peradangan pada pembuluh darah paru dan bronchus sehingga pecahnya pembuluh darah.

4. Sesak Napas

Sesak napas berkaitan dengan penyakit yang luas di dalam paru. Merupakan proses

lanjut akibat retraksi dan obstruksi saluran pernapasan.

5. Nyeri dada

Rasa nyeri dada pada waktu mengambil napas dimana terjadi gesekan pada dinding

pleura dan paru. Rasa nyeri berkaitan dengan pleuritis dan tegangan otot pada saat batuk

6. Wheezing

Wheezing terjadi karena penyempitan lumen bronkus yang disebabkan oleh sekret,

peradangan jaringan granulasi dan ulserasi.

7. Demam dan Menggigil

Peningkatan suhu tubuh pada saat malam, terjadi sebagai suatu reaksi umum dari proses

infeksi.

8. Penurunan Berat Badan

Penurunan berat badan merupakan manisfestasi toksemia yang timbul belakangan dan lebih

sering dikeluhkan bila proses progresif.

9. Rasa lelah dan lemah

Gejala ini disebabkan oleh kurang tidur akibat batuk.

10. Berkeringat Banyak Terutama Malam Hari

Keringat malam bukanlah gejala yang patogenesis untuk penyakit Tuberculosis paru.

Keringat malam umumnya baru timbul bila proses telah lanjut.

D. Cara Pemeriksaan

1. Pemeriksaan Laboratorium

Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif

penyakit

Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan

darah) : Positif untuk basil asam-cepat.

Tes kulit (Mantoux, potongan Vollmer) : Reaksi positif (area indurasi 10 mm atau

lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradcrmal antigen)

menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak

Page 4: Tugas Penyakit Berbasis Lingkugan (Pbl) Saukani Tuberculosa Dan Ispa

secara berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada

pasien yang secara klinik sakit berani bahwa TB aktif tidak dapat

diturunkan atau infeksi disebabkan oleh mikobakterium yang

berbeda.

Histologi atau kultur jaringan (termasuk pembersihan gaster; urine

dan cairan serebrospinal, biopsi kulit) : Positif untuk Mycobacterium

tuberculosis.

Biopsi jarum pada jaringan paru : Positif untuk granuloma TB; adanya sel raksasa

menunjukkan nekrosis.

Elektrolit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya

infeksi; contoh hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi

air dapat ditemukan pada TB paru kronis luas.

Pemeriksaan fungsi paru : Penurunan kapasitas vital, peningkatan

rasio udara residu dan kapasitas paru total, dan penurunan saturasi

oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan

jaringan paru dan penyakit pleural (Tuberkulosis paru kronis luas).

2. Pemeriksaan Radiologis

Foto thorak : Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas,

simpanan kalsium lesi sembuh primer, atau effusi cairan. Perubahan

menunjukkan lebih luas TB dapat termasuk rongga, area fibrosa.

E. Cara Penanganan

1. Terapi Farmakologi

Penderita baru : penderita diwajibkan minum obat selama 6 bulan

Penderita kambuh : penderita yang kambuh atau gagal pada pengobatan yang

pertama harus menjalani pengobatan selama 8 bulan

Akibat Tidak Minum Obat TB Paru (MDR)

Jika obat tidak diminum secara teratur maka penyakit TBC akan sukar

diobatai karena ada kemungkinan penyakit TBC tersebut akan kebal terhadap

obat yang diberikan. Sementara itu jika tanpa pengobatan, setelah 5 tahun,

50% dari penderita TBC akan meninggal, 25% akan sembuh sendiri dengan

daya tahan tubuh tinggi dan 25% sebagai “kasus kronik” yang tetap menular.

2. Konsumsi makanan bergizi

Page 5: Tugas Penyakit Berbasis Lingkugan (Pbl) Saukani Tuberculosa Dan Ispa

Syarat diet yang di anjurkan:

Tinggi Energi

Energi diberikan 40 – 45 kkal/kg BB. Oleh karena itu penderita TBC perlu

makan lebih banyak daripada orang sehat (kurang lebih 1,5 x makan orang

sehat).

Tinggi Protein

Protein diberikan 2–2,5 gram/ kg BB. Sebaiknya sering mengkonsumsi

makanan sumber protein yang berkualitas tinggi seperti putih telur, daging,

ayam, ikan, dan susu (lauk hewani). Sedangkan tempe, tahu, kacang-kacangan

dan hasil olahannya dapat diberikan sebagai tambahan, karena jenis ini

kualitas proteinnya tidak sebik pada lauk hewani.

Cukup Lemak dan Karbohidrat.

Makanlah secara cukup sumber vitamin terutama vitamin C, K dan B

Kompleks seperti buah-buahan dan kacang-kacangan.

Makanlah secara cukup sumber mineral terutama zat besi dan kalsium seperti

hati, susu, ikan, daging, dsb.

3. Pencegahan Penularan TB Paru

Jaga kebersihan diri dan lingkungan hidup

Kebersihan adalah salah satu tanda dari keadaan higiene yang baik. Manusia

perlu menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan diri agar sehat, tidak bau,

tidak malu, tidak menyebarkan kotoran, atau menularkan kuman penyakit bagi

diri sendiri maupun orang lain. Kebersihan badan meliputi kebersihan diri

sendiri, seperti mandi, menyikat gigi, mencuci tangan, dan memakai pakaian

yang bersih.

Mencuci adalah salah satu cara menjaga kebersihan dengan memakai air dan

sejenis sabun atau deterjen. Mencuci tangan dengan sabun atau menggunakan

produk kebersihan tangan merupakan cara terbaik dalam mencegah penularan

virus.

Kebersihan lingkungan adalah kebersihan tempat tinggal, tempat bekerja, dan

berbagai sarana umum. Kebersihan tempat tinggal dilakukan dengan cara

melap jendela dan perabot rumah tangga, menyapu dan mengepel lantai,

mencuci peralatan masak dan peralatan makan (misalnya dengan abu gosok),

membersihkan kamar mandi dan jamban, serta membuang sampah.

Page 6: Tugas Penyakit Berbasis Lingkugan (Pbl) Saukani Tuberculosa Dan Ispa

Kebersihan lingkungan dimulai dari menjaga kebersihan halaman dan selokan,

dan membersihkan jalan di depan rumah dari sampah.

Rumah harus memiliki sirkulasi udara dan sinar matahari yang cukup.

Ventilasi rumah yang baik dengan membuka jendela lebar-lebar agar udara

segar & sinar matahari dapat masuk, kuman TBC akan mati bila terkena sinar

matahari.

Menutup mulut waktu batuk.

Perpindahan virus yang disebarkan oleh batuk, terjadi dalam jarak satu meter.

Virus pun dapat pula berpindah akibat kontak langsung dengan benda-benda

yang telah terkena virus. Cara yang paling mudah mencegah penyebaran virus

adalah dengan menggunakan masker atau menutup mulut ketika batuk atau

bersin.

Tidak membuang dahak sembarangan.

Jika yang membuang dahak adalah penderita TB maka awasi agar terhindar

dari penularan kepada orang lain. Dahak penderita TB apabila yang terkena itu

tidak memiliki kekebalan tubuh kuat, maka akan tertular penyakitnya.

Setelah memakai alat makan/ minum/ mandi disiram dengan air panas.

Page 7: Tugas Penyakit Berbasis Lingkugan (Pbl) Saukani Tuberculosa Dan Ispa

2. ISPA ( Infeksi Saluran Pernafasan Akut )

A. Definisi ISPA

ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi

saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah.

ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang

dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung

paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti: sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru.

Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk

pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan

menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat

kematian.

Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2

golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat

beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek

seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan

sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini

ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang

ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua

radang telinga akut harus mendapat antibiotik.

ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang

mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya.

3. Etiologi ISPA

Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri

penyebabnya antara lain dari genus Streptokokus, Stafilokokus, Pnemokokus, Hemofilus,

Bordetella dan Korinebakterium. Virus penyebabnya antara lain golongan Miksovirus,

Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus.

Page 8: Tugas Penyakit Berbasis Lingkugan (Pbl) Saukani Tuberculosa Dan Ispa

4. Faktor Resiko

1. Faktor resiko yang meningkatkan insiden pneumonia

Umur < 2 bulan

Laki-laki

Gizi kurang

Berat badan lahir rendah

Tidak mendapat ASI memadai

Polusi udara

Kepadatan tempat tinggal

Imunisasi yang tidak memadai

Membedong anak (menyelimuti berlebihan)

Defisiensi vitamin A

2. Faktor resiko yang meningkatkan angka kematian pneumonia

Umur < 2 bulan

Tingkat sosial ekonomi rendah

Gizi kurang

Berat badan lahir rendah

Tingkat pendidikan ibu yang rendah

Tingkat jangkauan pelayanan kesehatan yang rendah

Kepadatan tempat tinggal

Imunisasi yang tidak memadai

Menderita penyakit kronis

Secara umum terdapat 3 (tiga) faktor resiko terjadinya ISPA yaitu faktor lingkungan,

faktor individu anak , serta faktor perilaku.

1. Faktor lingkungan

a. Pencemaran udara dalam rumah

Asap rokok dan asap hasil pembakaran bahan bakar untuk memasak

dengan konsentrasi tinggi dapat merusak mekanisme pertahan paru

sehingga akan memudahkan timbulnya ISPA. Hal ini dapat terjadi pada

rumah yang keadaan ventilasinya kurang dan dapur terletak di dalam

rumah, bersatu dengan kamar tidur, ruang tempat bayi dan anak balita

bermain. Hal ini lebih dimungkinkan karena bayi dan anak balita lebih

Page 9: Tugas Penyakit Berbasis Lingkugan (Pbl) Saukani Tuberculosa Dan Ispa

lama berada di rumah bersama-sama ibunya sehingga dosis pencemaran

tentunya akan lebih tinggi.

Hasil penelitian diperoleh adanya hubungan antara ISPA dan polusi udara,

diantaranya ada peningkatan resiko bronchitis, pneumonia pada anak-anak

yang tinggal di daerah lebih terpolusi, dimana efek ini terjadi pada

kelompok umur 9 bulan dan 6 – 10 tahun.

b. Ventilasi rumah

Ventilasi yaitu proses penyediaan udara atau pengerahan udara ke atau dari

ruangan baik secara alami maupun secara mekanis. Fungsi dari ventilasi

dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Mensuplai udara bersih yaitu udara yang mengandung kadar oksigen

yang optimum bagi pernapasan.

2. Membebaskan udara ruangan dari bau-bauan, asap ataupun debu dan

zat-zat pencemar lain dengan cara pengenceran udara.

3. Mensuplai panas agar hilangnya panas badan seimbang.

4. Mensuplai panas akibat hilangnya panas ruangan dan bangunan.

5. Mengeluakan kelebihan udara panas yang disebabkan oleh radiasi

tubuh, kondisi, evaporasi ataupun keadaan eksternal.

6. Mendisfungsikan suhu udara secara merata.

c. Kepadatan hunian rumah

Kepadatan hunian dalam rumah menurut keputusan menteri kesehatan

nomor 829/MENKES/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan rumah,

satu orang minimal menempati luas rumah 8m². Dengan kriteria tersebut

diharapkan dapat mencegah penularan penyakit dan melancarkan aktivitas.

Keadaan tempat tinggal yang padat dapat meningkatkan faktor polusi

dalam rumah yang telah ada. Penelitian menunjukkan ada hubungan

bermakna antara kepadatan dan kematian dari bronkopneumonia pada

bayi, tetapi disebutkan bahwa polusi udara, tingkat sosial, dan pendidikan

memberi korelasi yang tinggi pada faktor ini.

2. Faktor individu anak

Page 10: Tugas Penyakit Berbasis Lingkugan (Pbl) Saukani Tuberculosa Dan Ispa

a. Umur anak

Sejumlah studi yang besar menunjukkan bahwa insiden penyakit

pernapasan oleh virus melonjak pada bayi dan usia dini anak-anak dan

tetap menurun terhadap usia. Insiden ISPA tertinggi pada umur 6 –12

bulan.

b. Berat badan lahir

Berat badan lahir menentukan pertumbuhan dan perkembangan fisik dan

mental pada masa balita. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)

mempunyai resiko kematian yang lebih besar dibandingkan dengan berat

badan lahir normal, terutama pada bulan-bulan pertama kelahiran karena

pembentukan zat anti kekebalan kurang sempurna sehingga lebih mudah

terkena penyakit infeksi, terutama pneumonia dan sakit saluran pernapasan

lainnya.

Penelitian menunjukkan bahwa berat bayi kurang dari 2500 gram

dihubungkan dengan meningkatnya kematian akibat infeksi saluran

pernafasan dan hubungan ini menetap setelah dilakukan adjusted terhadap

status pekerjaan, pendapatan, pendidikan. Data ini mengingatkan bahwa

anak-anak dengan riwayat berat badan lahir rendah tidak mengalami rate

lebih tinggi terhadap penyakit saluran pernapasan, tetapi mengalami lebih

berat infeksinya.

c. Status gizi

Masukan zat-zat gizi yang diperoleh pada tahap pertumbuhan dan

perkembangan anak dipengaruhi oleh : umur, keadaan fisik, kondisi

kesehatannya, kesehatan fisiologis pencernaannya, tersedianya makanan

dan aktivitas dari si anak itu sendiri. Penilaian status gizi dapat dilakukan

antara lain berdasarkan antopometri : berat badan lahir, panjang badan,

tinggi badan, lingkar lengan atas.

Keadaan gizi yang buruk muncul sebagai faktor resiko yang penting untuk

terjadinya ISPA. Beberapa penelitian telah membuktikan tentang adanya

hubungan antara gizi buruk dan infeksi paru, sehingga anak-anak yang

bergizi buruk sering mendapat pneumonia. Disamping itu adanya

hubungan antara gizi buruk dan terjadinya campak dan infeksi virus berat

lainnya serta menurunnya daya tahan tubuh anak terhadap infeksi.

Page 11: Tugas Penyakit Berbasis Lingkugan (Pbl) Saukani Tuberculosa Dan Ispa

Balita dengan gizi yang kurang akan lebih mudah terserang ISPA

dibandingkan balita dengan gizi normal karena faktor daya tahan tubuh

yang kurang. Penyakit infeksi sendiri akan menyebabkan balita tidak

mempunyai nafsu makan dan mengakibatkan kekurangan gizi. Pada

keadaan gizi kurang, balita lebih mudah terserang “ISPA berat” bahkan

serangannya lebih lama.

d. Vitamin A

Sejak tahun 1985 setiap enam bulan Posyandu memberikan kapsul

200.000 IU vitamin A pada balita dari umur satu sampai dengan empat

tahun. Balita yang mendapat vitamin A lebih dari 6 bulan sebelum sakit

maupun yang tidak pernah mendapatkannya adalah sebagai resiko

terjadinya suatu penyakit sebesar 96,6% pada kelompok kasus dan 93,5%

pada kelompok kontrol.

Pemberian vitamin A yang dilakukan bersamaan dengan imunisasi akan

menyebabkan peningkatan titer antibodi yang spesifik dan tampaknya

tetap berada dalam nilai yang cukup tinggi. Bila antibodi yang ditujukan

terhadap bibit penyakit dan bukan sekedar antigen asing yang tidak

berbahaya, niscaya dapatlah diharapkan adanya perlindungan terhadap

bibit penyakit yang bersangkutan untuk jangka yang tidak terlalu singkat.

Karena itu usaha massal pemberian vitamin A dan imunisasi secara

berkala terhadap anak-anal prasekolah seharusnya tidak dilihat sebagai dua

kegiatan terpisah. Keduanya haruslah dipandang dalam suatu kesatuan

yang utuh, yaitu meningkatkan daya tahan tubuh dan perlindungan

terhadap anak Indonesia sehingga mereka dapat tumbuh, berkembang dan

berangkat dewasa dalam keadaan yang sebaik-baiknya.

e. Status Imunisasi

Bayi dan balita yang pernah terserang campak dan selamat akan mendapat

kekebalan alami terhadap pneumonia sebagai komplikasi campak.

Sebagian besar kematian ISPA berasal dari jenis ISPA yang berkembang

dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti difteri, pertusis,

campak, maka peningkatan cakupan imunisasi akan berperan besar dalam

upaya pemberantasan ISPA. Untuk mengurangi faktor yang meningkatkan

mortalitas ISPA, diupayakan imunisasi lengkap. Bayi dan balita yang

Page 12: Tugas Penyakit Berbasis Lingkugan (Pbl) Saukani Tuberculosa Dan Ispa

mempunyai status imunisasi lengkap bila menderita ISPA dapat

diharapkan perkenbangan penyakitnya tidak akan menjadi lebih berat.

Cara yang terbukti paling efektif saat ini adalah dengan pemberian

imunisasi campak dan pertusis (DPT). Dengan imunisasi campak yang

efektif sekitar 11% kematian pneumonia balita dapat dicegah dan dengan

imunisasi pertusis (DPT) 6% kematian pneumonia dapat dicegah.

3. Faktor perilaku

Faktor perilaku dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit ISPA pada

bayi dan balita dalam hal ini adalah praktek penanganan ISPA di keluarga baik

yang dilakukan oleh ibu ataupun anggota keluarga lainnya. Keluarga

merupakan unit terkecil dari masyarakat yang berkumpul dan tinggal dalam

suatu rumah tangga, satu dengan lainnya saling tergantung dan berinteraksi.

Bila salah satu atau beberapa anggota keluarga mempunyai masalah

kesehatan, maka akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya.

Peran aktif keluarga/masyarakat dalam menangani ISPA sangat penting karena

penyakit ISPA merupakan penyakit yang ada sehari-hari di dalam masyarakat

atau keluarga. Hal ini perlu mendapat perhatian serius oleh kita semua karena

penyakit ini banyak menyerang balita, sehingga ibu balita dan anggota

keluarga yang sebagian besar dekat dengan balita mengetahui dan terampil

menangani penyakit ISPA ini ketika anaknya sakit.

Keluarga perlu mengetahui serta mengamati tanda keluhan dini pneumonia

dan kapan mencari pertolongan dan rujukan pada sistem pelayanan kesehatan

agar penyakit anak balitanya tidak menjadi lebih berat. Berdasarkan hal

tersebut dapat diartikan dengan jelas bahwa peran keluarga dalam praktek

penanganan dini bagi balita sakit ISPA sangatlah penting, sebab bila praktek

penanganan ISPA tingkat keluarga yang kurang/buruk akan berpengaruh pada

perjalanan penyakit dari yang ringan menjadi bertambah berat.

Dalam penanganan ISPA tingkat keluarga keseluruhannya dapat digolongkan

menjadi 3 (tiga) kategori yaitu: perawatan penunjang oleh ibu balita; tindakan

yang segera dan pengamatan tentang perkembangan penyakit balita; pencarian

pertolongan pada pelayanan kesehatan.

5. Tanda-Tanda Bahaya

Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan

dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi

Page 13: Tugas Penyakit Berbasis Lingkugan (Pbl) Saukani Tuberculosa Dan Ispa

lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan

mungkin meninggal. Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan

penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu

diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat

ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan.

Tanda dan gejala umum

a. Ringan : batuk, pilek dan demam

b. Sedang : batuk, pilek, demam, dan sesak nafas.

c. Berat : batuk, pilek, demam, sesak nafas dan tarikan dinding dada.

Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda

laboratoris.

Tanda-tanda klinis

Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding

thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting

expiratoir dan wheezing.

Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan

cardiac arrest.

Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil

bendung, kejang dan coma.

Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.

Tanda-tanda laboratoris

Hypoxemia

Hypercapnia

Acydosis (metabolik dan atau respiratorik).

Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah: tidak

bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan tanda bahaya

pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa minum (kemampuan

minumnya menurun ampai kurang dari setengah volume yang biasa diminumnya), kejang,

kesadaran menurun, stridor, Wheezing, demam dan dingin.

6. Klasifikasi ISPA

Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:

Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam

(chest indrawing).

Page 14: Tugas Penyakit Berbasis Lingkugan (Pbl) Saukani Tuberculosa Dan Ispa

Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.

Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa

tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan

tonsilitis tergolong bukan pneumonia.

Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA.

Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2

bulan sampai 5 tahun.

Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :

Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada bagian

bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu

60 kali per menit atau lebih.

Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding

dada bagian bawah atau napas cepat.

Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :

Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian

bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus

dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta).

Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan

adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit

atau lebih.

Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada

bagian bawah dan tidak ada napas cepat.

7. Pengobatan

Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral, oksigendan

sebagainya.

Pneumonia: diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita tidak mungkin

diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian kontrmoksasol keadaan

penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin,

amoksisilin atau penisilin prokain.

Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di rumah,

untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak

mengandung zat yang merugikan seperti kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin.

Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala

batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah

Page 15: Tugas Penyakit Berbasis Lingkugan (Pbl) Saukani Tuberculosa Dan Ispa

(eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang

tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik (penisilin) selama

10 hari.

8. Perawatan dirumah

Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang

menderita ISPA.

Mengatasi panas (demam)

Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 tahun demam diatasi dengan memberikan

parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera

dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara

pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan

diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada

air (tidak perlu air es).

Mengatasi batuk

Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis

½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali

sehari.

Pemberian makanan

Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu lebih

sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi yang

menyusu tetap diteruskan.

Pemberian minuman

Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak dari

biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan

menambah parah sakit yang diderita.

Lain-lain

Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat, lebih-

lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna untuk

mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah. Usahakan

lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak berasap.

Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk

Page 16: Tugas Penyakit Berbasis Lingkugan (Pbl) Saukani Tuberculosa Dan Ispa

membawa kedokter atau petugas kesehatan. Untuk penderita yang mendapat obat

antibiotik, selain tindakan diatas usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan

dengan benar selama 5 hari penuh. Dan untuk penderita yang mendapatkan antibiotik,

usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa kembali kepetugas kesehatan untuk

pemeriksaan ulang.

9. Pencegahan dan Pemberantasan

Pencegahan dapat dilakukan dengan:

Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.

Immunisasi.

Menjaga kebersihan prorangan dan lingkungan.

Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.

Pemberantasan yang dilakukan adalah :

Penyuluhan kesehatan yang terutama di tuj ukan pada para ibu.

Pengelolaan kasus yang disempurnakan.

Immunisasi.

DAFTAR PUSTAKA

10. Alsagaff, Hood. 2005. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press :

Surabaya.

11. Brunner and suddarth (2002). Keperawatan Medikal Bedah, vol 1, edisi 8. Jakarta :

EGC

Page 17: Tugas Penyakit Berbasis Lingkugan (Pbl) Saukani Tuberculosa Dan Ispa

12. Danang. 2008. Konsep Dasar Tuberkulosis. Diakses pada tanggal 27 April 2011 di

http://masdanang.co.cc/?p=16.

13. Khaidir Munaj. 2008. Askep TB Paru. Diakses pada tanggal 27 April 2011 di

http//www.khaidirmunaj.blogger

14. Price & Wilson (2006). Patofisiologi, vol 2, edisi 6. Jakarta : EGC

15. Tabrani (1996). Ilmu Penyakit Paru. Jakarta : Hipocrates

16. Wirawan (2008). Pengaturan Makan Untuk Penderita Tbc Paru. Diakses pada tanggal

27 April 2011 di http://www.rspaw.or.id/mktbc.htm

17. Depkes RI. 2001. “Pedoman Pemberantasan Penyakit ISPA”. Jakarta.

18. Depkes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. 1991. “Bimbingan Ketrampilan Dalam

Penatalaksanaan Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada Anak”. Jakarta.

19. Dimas. 2011. “Pengenalan tentang ISPA atau Infeksi Saluran Pernafasan Akut”.

Diakses pada tanggal 18 Juni 2011 di http://omdimas.com/pengenalan-tentang-ispa-

atau-infeksi-saluran-pernafasan-akut/

20. Hendra R. 2011. “ISPA”. Diakses pada tanggal 18 Juni 2011 di http://hendra-

r.blogspot.com/2011/06/ispa.html

21. Rendie, J, et.al . 1994. “Ikhtisar Penyakit Anak”. Alih bahasa: Eric Gultom. Binarupa

Aksara. Jakarta. 1994.

22. Santosa, G. 1987. “Gawat Darurat Dibidang Pulmonologi. Simposium Gawat Darurat

Pada Anak”. Surabaya.