tugas makalah antihistamin

Upload: yermiat

Post on 07-Aug-2018

1.037 views

Category:

Documents


123 download

TRANSCRIPT

  • 8/21/2019 Tugas Makalah AntiHistamin

    1/20

  • 8/21/2019 Tugas Makalah AntiHistamin

    2/20

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A.

    Latar Belakang

    Pada tahun 1940 untuk pertama kali diperkenalkan obat antihistami. Sejak itu secara luas

    digunakan dalam pengobatan simtomatik penyakit alergi.Pada umumnya antihistamin yang beredar di

    Indonesia mempunyai spektrum luas artinya mempunyai efek lain seperti antikolinergik, anti

    serotonin, antibradikinin dan alfa adrenoreseptor bloker. Golongan obat ini disebut antihistamin

    (AH1) klasik. Penderita yang mendapat obat AH1 klasik akan menimbulkan efek

    samping,mengantuk, kadang-kadang timbul rasa gelisah, gugup dan mengalami gangguan koordinasi.

    Efek samping ini sering menghambat aktivitas sehari-hari, dan menimbulkan masalah bila obat

    antihistamin ini digunakan dalam jangka panjang.

    Antihistamin adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek histamin terhadap

    tubuh dengan jalan memblok reseptorhistamine. Alergi dan Penyebabnya Alergi merupakan suatu

    reaksi abnormal dalam tubuh yang disebabkan zat-zat yang tidak berbahaya. Alergi timbul bila ada

    kontak terhadap zat tertentu yang biasanya, pada orang normal tidak menimbulkan reaksi. Zat

    penyebab alergi ini disebut allergen. Allergen bisa berasal dari berbagai jenis dan masuk ke tubuh

    dengan berbagai cara. Bisa saja melalui saluran pernapasan, berasal dari makanan, melalui suntikan

    atau bisa juga timbul akibat adanya kontak dengan kulit seperti; kosmetik, logam perhiasan atau jam

    tangan, dll.

  • 8/21/2019 Tugas Makalah AntiHistamin

    3/20

    B. Rumusan Masalah

    Dari latar belakang diatas maka ditarik rumusan masalah yang akan dibahas didalam makalah

    ini adalah:

    1.

    Sejarah dan Struktur Kimia

    2. Farmakodinamik

    3. Kegunaan klinik

    4. Toksisitas

    5. Indikasi dan Kontraindikasi

    6. Efek samping

    7. Interaksi obat

    C. Tujuan Makalah

    Tujuan dari makalah ini adalah agar pembaca dapat mengetahui sejarah dan interaksi obat,

    farmakodinamik, kegunaan klinik, Toksisita, Indikasi dan Kontraindikasi, Efek samping dan

    Interaksi obat Antihistamin .

  • 8/21/2019 Tugas Makalah AntiHistamin

    4/20

    BAB II

    PEMBAHASAN

    Antihistamin merupakan salah satu obat yang paling banyak digunakan, karena

    antihistamin adalah obat yang paling bermanfaat untuk mengatasi penyakit alergi seperti

    rhinitis,urtikaria,pruritus,dan lain-lain. Walaupun selama ini ahtihistamin dianggap sebagai

    obat yang cukup aman, namun efek samping sedasi (rasa mengantuk) menyebabkan

    penurunan daya tangkap, terutama pada antihistamin generasi pertama, sangat mengganggu

    aktivitas sehari-hari. Oleh sebab itu, untuk penanganan penyakit alergi gunakan antihistamin

    yang aman dan efektif.

    Antihistamin (antagonis histamin) adalah zat yang mampu mencegah penglepasan atau

    kerja histamin. Istilah antihistamin dapat digunakan untuk menjelaskan antagonis histamin

    yang mana pun, namun seringkali istilah ini digunakan untuk merujuk kepada antihistamin

    klasik yang bekerja pada reseptor histamin H1.

    Antihistamin ini biasanya digunakan untuk mengobati reaksi alergi, yang disebabkan

    oleh tanggapan berlebihan tubuh terhadap alergen (penyebab alergi), seperti serbuk sari

    tanaman. Reaksi alergi ini menunjukkan penglepasan histamin dalam jumlah signifikan di

    tubuh.

    Terdapat beberapa jenis antihistamin, yang dikelompokkan berdasarkan sasaran kerjanya

    terhadap reseptor histamin.

    Antihistaminika adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek

    histamin terhadap tubuh dangan jalan memblokir reseptor histamin (penghambatan saingan).

    Histamin adalah suatu amin nabati yang ditemukan oleh Dr.Paul Ehrlich (1878) dan

    merupakan produk normal dan pertukaran zat histidin. Asama amino ini masuk ke dalam

  • 8/21/2019 Tugas Makalah AntiHistamin

    5/20

    tubuh terutama lewat daging dan di jaringan (juga di usus halus) di ubah secara enzimatis

    menjadi histamin (dekarboksilasi).

    Biasanya dengan istila antihistaminika selalu dimaksud H1-blokers. Selain bersifat

    antihistamin, obat-obat ini juga memiliki berbagai khasiat lainnya, yakni daya

    antikolinergis, antiemetis, dan daya menekan SSP (sodatif), sedangkan beberapa di

    antaranya mempunyai efek antiserotonin dan lokal anestetis(lemah).

    PENGGOLONGAN ANTI HISTAMIN

    Antihistamin digolongkan menjadi 4 :

    1.

    Antagonis reseptor Histamin H1

    2. Antagonis reseptor Histamin H2

    3. Antagonis reseptor Histamin H3

    4. Antagonis reseptor Histamin H4

  • 8/21/2019 Tugas Makalah AntiHistamin

    6/20

    A. ANTAGONIS RESEPTOR HISTAMIN H1 (Antihistaminika Klasik)

    Golongan ini dibagi lagi berdasarkan rumus bangun kimianya, yaitu:

    a) Senyawa Etanolamin; antara lain Difenhidramin, Dimenhidrinat Karbinoksamin

    maleat.

    b) Senyawa Etilendiamin; antara lain Antazolin, Pirilamin, dan Tripelenamin.

    c) Senyawa Alkilamin; antara lain Fenirarnin, Klorfeniramin, Bromfeniramin, dan

    Deksklorfeniramin.

    d) Senyawa Siklizin; antara lain Siklizin, Klorsiklizin, dan Homoklorsiklizin.

    e)

    Senyawa Fenotiazin; antara lain Prometazin, Metdilazin, dan Oksomemazin.

    f) Senyawa lain-lain; yaitu Dimetinden, Mebhidrolin, dan Astemizol.

    1. Diphenhydramine

    Chemical name: 2-Benzhydryloxy-NN-dimethylethylamine

    Molecular formula: C17H21NO =255.4

    2. Chlorpeniramine

    Chemical name: N-(4-Chlorobenzyl)-NN-dimethyl-N-(2

    pyridyl) ethylenediamine hydrochloride

    Molecular formula: C16H20ClN3,HCl =326.3

    3. Chlorcyclizine

    Chemical name: 1-(4-Chlorobenzhydryl)-4-methylpiperazine

    hydrochloride

    Molecular formula: C18H21ClN2,HCl =337.3

  • 8/21/2019 Tugas Makalah AntiHistamin

    7/20

    4. Promethazine

    Chemical name: Dimethyl (1-methyl-2-phenothiazin-10-ylethyl)amine

    Molecular formula: C17H20N2S =284.4

    5. Terfenadine

    Chemical name: 1-(4-tert-Butylphenyl)-4-[4-( hydroxybenzhydryl)

    piperidino] butan-1-ol

    Molecular formula: C32H41NO2=471.7

    Mekanisme ker ja :

    Menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus dan bermacam-

    macam otot polos. Selain itu AH1 bermanfaat untuk mengobati reaksi

    hipersensitivitas atau keadaan lain yang disertai pengelepasan histamin endogen

    berlebihan.

    Farmakokinetik :

    Setelah pemberian oral atau parenteral, AH1 diabsorpsi secara baik. Efeknya

    timbul 15-30 menit dan minimal 1-2 jam. Lama kerja AH1 setelah pemberian dosis

  • 8/21/2019 Tugas Makalah AntiHistamin

    8/20

    tunggal kira-kira 4-6jam. Untuk gol. klorsiklizir 8-12 jam, Difenhidramin yang

    diberikan secara oral akan mencapai kadar maksimal dalam darah setelah kira-kira

    2jam berikutnya. Kadar tertinggi terdapat pada paru-paru. Tempat utama

    biotransformasi AH1 adalah hati, tetapi dapat juga pada paru-paru dan ginjal. AH1

    diekskresi melalui urin setelah 24jam, terutama dalam bentuk metabolitnya.

    Farmakodinamik :

    yang memblock reseptor H1,dengan efek terhadap penciutan bronchi, usus, dan

    rahim, terhadap ujung saraf (vasodilatasi, naiknya permeabilitas).

    I nteraksi :

    Diphenhydramine menghalangi CYTOCHROME P450 ISOENZYME CYP2D6

    yang bertanggung jawab untuk metabolisme beberapa beta blockers termasuk

    metoprolol dan antidepressant venlafaxine.

    Efek toksik :

    Keracunan akut AH1 terjadi karena obat golongan ini sering terdapat sebagai

    obat persediaan rumah tangga. Pada anak, keracunan terjadi karena kecelakaan,

    sedangkan pada orang dewasa akibat usaha bunuh diri. Dosis 20-30 tablet AH1

    sudah bersifat letal bagi anak.

    Efek sentral AH1 merupakan efek yang berbahaya. Pada anak kecil efek yang

    dominan ialah perangsangan dengan manifestasi halusinasi, eksitasi, ataksia,

    inkoordinasi, atetosis dan kejang. Kejang ini kadang-kadang disertai tremor dan

    pergerakan atetoid yang bersifat tonik-klonik yang sukar dikontrol. Gejala lain mirip

    gejala keracunan atropin misalnya midriasis, kemerahan dimuka dan sering timbul

    demam. Akhirnya terjadi koma dalam dengan kolaps kardiorespiratoar yang disusul

    kematian dalam 2-18 jam. Pada orang dewasa, manifestasi keracunan biasanya

  • 8/21/2019 Tugas Makalah AntiHistamin

    9/20

    berupa depresi pada pemulaan, kemudian eksitasi dan akhirnya depresi SSP lebih

    lanjut.

    B. ANTAGONIS RESEPTOR HISTAMIN H2 (Penghambat Asma)

    Reseptor histamin H2 berperan dalam efek histamin terhadap sekresi cairan

    lambung, perangsangan jantung serta relaksasi uterus tikus dan bronkus domba.

    Beberapa jaringan seperti otot polos, pembuluh darah mempuntai kedua reseptor yaitu

    H1 dan H2.

    Sejak tahun 1978 di Amerika Serikat telah diteliti peran potensial H2 cemitidine

    untuk penyakit kulit. Pada tahun 1983, ranitidine ditemukan pula sebagai antihistamin

    H2. Baik simetidine dan ratidine diberikan dalam bentuk oral untuk mengobati penyakit

    kulit

    Struktur kimia

    Antihistamin H2 secara struktur hampir mirip dengan histamin. Simetidin

    mengandung komponen imidazole, dan ranitidin mengandung komponen

    aminomethylfuran moiety.

    Farmakodinamik

    Simetidine dan ranitidine menghambat reseptor H2 secara selektif dan reversibel.

    Perangsangan reseptor H2 akan merangsang sekresi cairan lambung, sehingga pada

    pemberian simetidin atau ranitidin sekresi cairan lambung dihambat.

    Farmakokinetik

    Bioavaibilitas oral simetidin sekitar 70%, sama dengan setelah pemberian IV atau

    IM. Absorpsi simetidin diperlambat oleh makanan. Absorpsi terjadi pada menit ke 60-90.

    Masa paruh eliminasi sekitar 2jam. Bioavaibilitas ranitidin yang diberikan secara oral

    sekitar 50% dan meningkat pada pasien penyakit hati. Pada pasien penyakit hati masa

    paruh ranitidin juga memanjang meskipun tidak sebesar pada gagal ginjal. Kadar puncak

  • 8/21/2019 Tugas Makalah AntiHistamin

    10/20

    plasma dicapai dalam 1-3 jam setelah pengguanaan 150 mg ranitidin secara oral, dan

    yang terikat protein plasma hanya 15%.Sekitar 70% dari ranitidin yang diberikan IV dan

    30% dari yang diberikan secara oral diekskresi dalam urin.

    Mekanisme aksi

    Walaupun simetidin dan ranitidin berfungsi sama yaitu menghambat reseptor H2,

    namun ranitidin lebih poten. Simetidin juga menghambat histamin N-methyl transferase,

    suatu enzim yang berperan dalam degrasi histamin. Tidak seperti ranitidin, simetidin

    menunjukkan aktivitas antiandrogen, suatu efek yang diketahui tidak berhubungan

    dengan kemampuan menghambat raseptor H2. Simetidin tampak meningkatkan sistem

    imun dengan menghambat aktivitas sel T supresor. Hal ini disebabkan oleh blokade

    resptor H2 yang dapat dilihat dari supresor limfosit T. Imunitas humoral dan sel dapat

    dipengaruhi.

    Penggunaan klinis

    Indikasi :

    Simetidin dan ranitidin diindikasikan untuk tukak peptik. Antihistamin H2 sama

    efektif dengan pengobatan itensif dengan antasid untuk penyembuhan awal tukak

    lambung dan duodenum. Antihistamin H2 juga bermanfaat untuk hipersekresi asam

    lambung pada sindrom Zollinger-Ellison.

    Penggunaan antihistamin H2 dalam bidang dermatologi seringkali digunakan

    ranitidin atau simetidin untuk pengobatan gejala dari mastocytosis sistematik, sperti

    urtikaria dan pruritus. Pada beberapa pasien pengobatan digunakan dosis tinggi.

    Efek samping

    Insiden efek samping kedua obat ini rendah dan umumnya berhubungan dengan

    pemhambatan terhadap reseptor H2, beberapa efek samping lain tidak berhubungan

    dengan penghambatan reseptor. Efek samping ini antara lain : Nyeri kepala, Pusing,

  • 8/21/2019 Tugas Makalah AntiHistamin

    11/20

    Malaise, Mialgia, Mual, Diare, Konstipasi, Ruam kulit, Pruritus, Kehilangan libido,

    Impoten

    1. Simetidin Dan Ranitidin

    Farmakodinamik

    Simetidin dan ranitidin menghambat reseptor H2 secara selektif dan reversibel.

    Perangsangan H2 akan merangsang sekresi cairan lambung, sehingga pada

    pemberian simetidin atau ranitidin sekresi cairan lambung dihambat. Pengaruh

    fisiologi simetidin dan ranitidin terhadap reseptor H2 lainnya, tidak begitu penting.

    Walau tidak lengkap simetidin dan renitidin dapat menghambat sekresi cairan

    lambung akibat perangsangan obat muskarinik atau gastrin. Semitisin dan ranitidin

    mengurangi volume dan kadar ion hidrogen cairan lambung. Penurunan sekresi

    asam lambung mengakibatkan perubahan pepsinogen menjadi pepsin juga menurun.

    Farmakokinetik

    Biovailabilitas oral simetidin sekitar 70%. Ikatan protein plasmanya hanya 20%.

    Absorpsi simetidin diberikan bersama atau segera setelah makan dengan maksud

    untuk memperpanjang efek pada periode pasca makan. Absorpsi simetidin terutama

    terjadi pada menit ke 60-90. Simetidin masuk kedalam SSP dan kadarnya dalam

    cairan spinal 10-20% dari kadar serum. Sekitar 50-80% dari dosis IV dan 40% dari

    dosis oral simetidin diekskresi dalam bentuk asal dalam urin. Masa paruh eliminasi

    sekitar 2jam.

    Biovailabilitas ranitidin yang diberikan secara oral sekitar 50% dan meningkat

    pada pasien penyakit hati.Masa paruhnya kira-kira 1,7-3 jam pada orang dewasa dan

    memanjang pada orang tua dan pada pasien gagal ginjal. Pada pasien penyakit hati

    masa paruh ranitidin juga memanjang meskipun tidak sebesar pada gagal ginjal.

    Kadar puncak plasma dicapai dalam 1-3 jam setelah penggunaan 150 mg ranitidin

  • 8/21/2019 Tugas Makalah AntiHistamin

    12/20

    secara oral dan yang terikat protein plasma hanya 15%. Ranitidin dan metabolitnya

    diekskresi terutama melalui ginjal sisanya melalui tinja. Sekitar 70% dari ranitidin

    yang diberikan IV dan 30% dari yang diberikan secara oral diekskresi dalam urin

    dalam bentuk asal.

    Efek Samping

    Insidens efek samping kedua obat ini rendah dan umumnya berhubungan dengan

    penghambatan terhadap reseptor H2. Beberapa efek samping lain tidak berhubungan

    dengan penghambatan reseptor. Efek samping ini antara lain : nyeri kepala, pusing,

    malaise, mialgia, mula, diare, konstipasi, ruam kulit, pruritus, kehilangan libido dan

    impoten.

    Simetidin mengikat reseptor androgen dengan akibat disfungsi seksual dan

    ginekomastia. Ranitidin tidak berefek antiandrogenik sehingga penggantian terapi

    dengan ranitidin mungkin akan menghilangkan impotensi dan ginekomastia akibat

    simetidin. Simetidin IV akan merangsang sekresi prolaktin, tetapi hal ini pernah pula

    dilaporkan setelah pemberian simetidin kronik secara oral. Pengaruh ranitidin

    terhadap peninggian prolaktin ini kecil.

    I nteraksi Obat

    Antasid dan metoklopramid mengurangi biovailabilitas oral simetidin sebanyak

    20-30%. Ketakonazol harus diberikan 2jam sebelum pemberian simetidin karena

    absorpsi ketakonazol berkurang sekitar 50% bila diberikan bersama simetidin. Selain

    itu ketakonazol membutuhkan pH lebih tinggi yang terjadi pada pasien yang juga

    mendapat AH2

    Simetidin terikat sitokrom P-450 sehingga menurunkan aktivitas enzim

    mikrosom hati, jadi obat lain akan terakumulasi bila diberikan bersama simetidin.

  • 8/21/2019 Tugas Makalah AntiHistamin

    13/20

    Obat yang metabolismenya dipengaruhi simetidin adalah arfarin, karbamazepin,

    diazepam, propranolol, metaprolol dan imipramin.

    Ranitidin jarang berinteraksi dengan obat lain dibandingkan dengan simetidin

    akan tetapi makin banyak obat dilaporkan berinteaksi dengan ranitidin yaitu

    nifedifin warfarin, teofilin, dan metaprolol. Ranitidin dapat menghambat absorbsi

    diazepam dan dapat mengurangi kadar plasmanya sejumlah 25%. Obat-obat ini

    diberikan dengan selang waktu minimal 1 jam sam a dengan penggunaan ranitidin

    bersama abtasid atau antikolinergik.

    Simetidin dan ranitidin cenderung menurunkan aliran darah hati sehingga akan

    memperlambat bersihan obat lain. Simetidin dapata menghambat alkohol

    dehidrigenase dalam mukosa lambung dan menyebabkan peningkatan kadar alkohol

    serum. Simetidin juga mengganggu disposisi dan meningkatkan kadar lidokoin serta

    meningkatkan antagonis kalsium dalam serum. Simetidin dapat menyebabkan

    berbagai gangguan SSP terutama pada pasien usia lanjut atau dengan penyakit hati

    atau ginjal. Gejala ganggua slurredspeech, somnolen, letargi, gelisah, bingung,

    disorentasi, agitasi, halusinasi, dan kejang. Gejala seperti demensia dapat timbul

    pada penggunaan simetidin bersama obat psikotropik atau sebagai efek samping

    simetidin. Ranitidin menyebabkan gangguan SSP ringan karena sukarnya melewati

    sawar darah otak.

    Efek samping simetidin yang jarang terjadi adalah trombositopenia,

    granulositopenia, toksisitas terhadap ginajal atau hati. Pemberian simetidin dan

    ranitidin IV sesekali menyebabkan bradikardi dan efek kardiotoksik lain.

    Indikasi

    Simetidin dan ranitidin diindikasikan untuk tukak peptik. Penghambatan 50%

    sekresi asam lambung dicapai bila kadar simetidin plasma 800ng/ml atau kadar

  • 8/21/2019 Tugas Makalah AntiHistamin

    14/20

    renitidin plasma 100 ng/ml. Tetapi yang lebih penting adalah efek penghambatannya

    selama 24jam. Simetidin ranitidin atau antagonis reseptor H2 mempercepat

    penyembuhan tungkak duodenum. Pada sebagian besar pasien pemberian obat-

    obatan tersebut sebelum tidur dapat mencegah kekambuhan tukak duodeni bila obat

    diberikan sebagai terapi pemeliharaan.

    AH2 sama efektif dengan pengobatan intensif dengan antasid untuk

    penyembuhan awal tukak lambung dan duodenum. Untuk refluks esofagitis seperti

    halnya dengan antasid antagonis reseptor H2 menghilangkan gejalanya tetapi tidak

    menyembuhkan lesi.

    Terhadap tukak peptikem yang diinduksi oleh obat AINS, AH2 dapat

    mempercepat penyembuhan tetapi tidak dapat mencegah terbentuknya tukak. Pada

    pasien yang sedang mendapat AINS antagonis reseptor H2 dapat mencegah

    kekambuhan tukak duodenum tetapi tidak bermanfaat untuk tukak lambung.

    Simetidin dan ranitidin talah digunakan dalam penelitian untuk stress ulcer dan

    perdarahan, dan ternyata obat-obat tersebut lebih bermanfaat untuk profilaksis

    daripada untuk pengobatan. AH2 juga bermanfaat untuk hipersekresi asam lambung

    pada sindrom Zollinger-Ellison . Dalam hal in i mungkin lebih baik digunakan

    ranitidin untuk mengurangi kemungkinan timbulnya efek samping obat akibat

    besarnya dosis simetidin yang diperlukan. Ranitidin juga lebih baik dari simetidin

    untuk pasien yang mendapat banyak obat, pasien yang refrakter terhadap simetidin,

    pasien yang tidak tahan efek samping simetidin dan pada pasien usia lanjut.

  • 8/21/2019 Tugas Makalah AntiHistamin

    15/20

    2. Famotidin

    Farmakodinamik

    Famotidin merupakan AH2 sehingga dapat menghambat sekresi asam lambung

    pada keadaan basal, malam dan akiabt distimulasi oleh pentagastrin. Famotidin tiga

    kali lebih poten daripada ranitidin dan 20 kali lebih poten daripada simetidin.

    Indikasi

    Efektivitas obat ini untuk tukak duodenum dan tukak lambung setelah 8 minggu

    pengobatan sebanding dengan ranitidin dan simetidin. Pada penelitian selama 6 bula

    famotidin juga mengurangi kekambuhan tukak duodenum yang secara klinis

    bermakna. Famotidin kira-kira sama efektif dengan AH2 lainnya pada pasien

    sindrom Zollinger-Ellison meskipun untuk keadaan ini omeprazol merupakan obat

    terpilih. Efektivitas famotidin untuk profilaksis tukak lambung, refluks esofagitis

    dan pencegahan tukak stres pada saat ini sedang diteliti.

    Efek Samping

    Efek samping biasanya ringan dan jarng terjadi misalnya sakit kepala, pusing,

    konstipasi, dan diare. Seperti halnya dengan ranitidin, famotidin nampaknya lebih

    baik daripada simetidin karena belum pernah dilaporkan terjadinya efek

    antiandrogenik. Famotidin harus digunakan hati-hati pada ibu menyusui karena obat

    ini belum diketahui apakah obat ini diekskresi kedalam air susu ibu.

    I nteraksi Obat

    Sampai saat ini interaksi yang bermakna dengan obat lain belum belum

    dilaporkan meskipun baru diteliti terhadap sejumlah kecil obat. Famotidin tidak

    mengganggu oksidasi diazepam feofilin, warfarin atau fenitoin di hati. Ketokonazol

    membutuhkan pH asam untuk bekerja sehingga kurang efektif bial diberikan

    bersama AH2.

  • 8/21/2019 Tugas Makalah AntiHistamin

    16/20

    Farmakokinetik

    Famotidin mencapai kadar puncak diplasma kira-kira dalam 2jam setelah

    penggunaan secara oral. masa paruh eliminasi 3-8jam dan biovaibilitas 40-50%,

    Metabolit utama adalah famotidin-S-oksida. Setelah dosis oral tunggal sekitar 25%

    dari dosis ditemukan dalam bentuk asal di urin. Pada pasien gagal ginjal berat masa

    paruh eliminasi dapat melebihi 20 jam.

    Intravena

    Pada pasien hipersekresi asam lambung tertentu atau pada pasien yang tidak

    dapat diberikan sediaan oral, faotidin diberikan intravena 20 mg tiap 12 jam. Dosis

    obat untuk pasien harus ditritasi berdasarkan jumlah asam lambung yang disekresi.

    3. Nizatidin

    Farmakodinamik

    Potensi nitazidin dalam menghambat sekresi asam lambung kurang lebih sama

    dengan ranitidin.

    Indikasi

    Efektvitas untuk pengobatan gangguan asam lambung sebanding dengan

    ranitidin dan simetidin. Dengan pemberian satu atau dua kali sehari biasanya dapat

    menyembuhkan tukak duodeni dalam 8 minggu dan dengan pemberian satu kali

    sehari nizatidin mencegah kekambuhan. Pada refluks esofagitis, sindrom Zollinger-

    Ellison dan gangguan asam lambung lainnyan nizatidin siperkirakan sama efektif

    dengan ranitidin meskipun masih diperlukan pembuktian lanjut.

    Efek Samping

    Nizatidin umumnya jarang menimbulkan efek smaping. Efek samping ringan

    saluran cerna dapat terjadi. Peningkatan kadar asam urat dan transaminase serum

    ditemukan pada beberapa pasien dan nampaknya tidak menimbulkan gejala klinik

  • 8/21/2019 Tugas Makalah AntiHistamin

    17/20

    yang bermakna. Pada tikus nizatidin dosis besar berefek antiandrogrnik, tetapi efek

    tersebut belum terlihat pada uji klinik. Nizatidin dapat menghambat alkohol

    dehidrogenase pada mukosa lambung dan menyebabkan kadar alkohol yang lebih

    tinggi dalam serum. Dalam dosis ekuivalen simetidin, nizatidin tidak menghambat

    enzim mikrosom hati yang metabolisme obat. Pada sukarelawan sehat tidak

    dilaporkan terjadinya interaksi obat bila nitazidin diberikan bersama feofilin,

    lidokain, warfarin, klordiazepoksid, diazepam atau lorezepam. Ketakonazol yang

    membetuhkan pH asam menjadi kurang efektiftif bila pH lambung lebih tinggi pada

    pasien yang mendapat AH2.

    Farmakokinetik

    Biovailabilitas oral nizatidin lebih dari 90% dan tidak dipengaruhi oleh

    makanan atau antikolinergik. Bersihan menurun pada pasien uremik dan usia lanjut.

    Kadar puncak dalam serum setelah pemberian oral dicapai dalam 1jam, masa paruh

    plasma sekitar 2 1/2 jam dan lama kerja sampai dengan 10 jam. Nizatidin diekskresi

    terutama melalui ginjal 90% dari dosisi yang digunakann ditemukan di urin dalam

    16 jam.

    C. ANTAGONIS RESEPTOR HISTAMIN H3

    Antagonis H3 memiliki khasiat sebagai stimulan dan memperkuat kemampuan

    kognitif. Penggunaannya sedang diteliti untuk mengobati penyakit Alzheimer's, dan

    schizophrenia. Contoh obatnya adalah ciproxifan, dan clobenpropit.

  • 8/21/2019 Tugas Makalah AntiHistamin

    18/20

    D. ANTAGONIS RESEPTOR HISTAMIN H4

    Memiliki khasiat imunomodulator, sedang diteliti khasiatnya sebagai antiinflamasi

    dan analgesik. Contohnya adalah tioperamida. Beberapa obat lainnya juga memiliki

    khasiat antihistamin. Contohnya adalah obat antidepresan trisiklik dan antipsikotik.

    Prometazina adalah obat yang awalnya ditujukan sebagai antipsikotik, namun kini

    digunakan sebagai antihistamin. Senyawa-senyawa lain seperti cromoglicate dan

    nedocromil, mampu mencegah penglepasan histamin dengan cara menstabilkan sel mast,

    sehingga mencegah degranulasinya.

  • 8/21/2019 Tugas Makalah AntiHistamin

    19/20

    BAB III

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Alergi merupakan suatu reaksi abnormal yang terjadi di tubuh akibat masuknya suatu

    zat asing. Saat alergen masuk ke dalam tubuh, sistem imunitas atau kekebalan tubuh bereaksi

    secara berlebihan dengan membuat antibodi yang disebut Imunoglobulin E. Imunoglobulin E

    tersebut kemudian menempel pada sel mast. Pada tahap berikutnya, alergen akan mengikat

    Imunoglobulin E yang sudah menempel pada sel mast. Ikatan tersebut memicu pelepasan

    senyawa Histamin dalam darah. Peningkatan Histamin menstimulasi rasa gatal melalui

    mediasi ujung saraf sensorik. Senyawa Histamin yang teramat banyak juga bisa disebabkan

    oleh stress dan depresi.

    Pengobatan gatal-gatal karena alergi dilakukan dengan jalan pemberian obat

    antihistamin yang banyak dijual secara bebas. Sesungguhnya pemakaian obat antihistamin

    hanya menghilangkan gejala alergi dan menghindari serangan yang lebih besar di masa

    mendatang, tidak menyembuhkan alergi.

    B. Saran

    Sebaiknya, alergi dapat dihindari dengan cara-cara berikut ini. Hindari pemicu alergi,

    misalnya makanan atau obat. Cari tahu komposisi atau kandungan makanan atau obat.

    Biasakan membaca label yang tertera di luar kemasan.

    Jika anak Anda alergi makanan tertentu, kenalkan jenis makanan baru dalam porsi

    kecil sehingga Anda dapat mengetahui reaksi alerginya. Penderita alergi sebaiknya selalu

    membawa kartu atau daftar jenis alergi atau alergen yang dideritanya. Simpan dalam dompet

    untuk keadaan darurat.Selalu bawa obat anti alergi sesuai rekomendasi dokter Anda.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Katzung & Trevors. Pharmacology Examination & Board Review 9thEdition

  • 8/21/2019 Tugas Makalah AntiHistamin

    20/20

    2. Katzung, Bertram. 2007. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 8. Salemba

    Medika:Jakarta.

    3. Setiawati A. Adrenergik. Dalam : Ganiswarna SG. Farmakologi Dan Terapi. Edisi 4.

    Jakarta; Bagian Farmakologi FKUI, 1995: 57-76

    4. Ganiswarna. S. A. 2005. Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. Bagian Farmakologi

    Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Hal.332

    5. Goodman & Gilman. The Pharmacological Basisi of Therapeutics 12thEdition

    6. Richard A. Harvey. Lippincotts Illustrated Reviews Pharmacology 5thEdition

    7.

    http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3405/1/08E00605

    8. http://digilib.ubaya.ac.id/skripsi/farmasi/F_204_1860028/F_204_Bab%20V