kuanti antihistamin

23
MAKALAH KIMIA FARMASI ANALISIS ANALISIS KUANTITATIF ANTIHISTAMIN OLEH: KELOMPOK IV ANDRI ARIFIN ANDI IMA KUSUMAWATI ANSHARI ANSAR HARIANA HILMIATI WAHID INDAH RUKMINI NUR EKSAWATI RAHAYU ERNIWANTI SARTINI KARTIKASARI

Upload: ekzha-noctis-caeleum

Post on 15-Nov-2015

492 views

Category:

Documents


27 download

DESCRIPTION

hvkg

TRANSCRIPT

MAKALAH KIMIA FARMASI ANALISIS

ANALISIS KUANTITATIF ANTIHISTAMIN

OLEH:

KELOMPOK IV

ANDRI ARIFIN

ANDI IMA KUSUMAWATI

ANSHARI ANSAR

HARIANA

HILMIATI WAHID

INDAH RUKMINI

NUR EKSAWATI

RAHAYU ERNIWANTI

SARTINI KARTIKASARI

SAMATA GOWA

2011KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allh SWT karena berkat nikmat, karunia da hidayah-Nya makalahl ini dapat diselesaikan. Salam dan shalawat dihaturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW serta keluarga dan para sahabat yang dengan setia memperjuangkan kebenaran agama Allah kepada seluruh umat manusia yang pengruh dan manfaatnya hingga kini masih terasa.

Tak lupa juga ucapan terima kasih kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu penulisan dan penyusunan jurnal praktikum ini. Termasuk didalamnya pihak keluarga yang senantiasa mendukung dalam hal pemberian materi serta kasih sayang yang tak terhitung nilainya. Kepada dosen pengajar dan rekan rekan mahasiswa seangkatan yang ikut ambil andil dalam membantu makalah ini, baik itu berupa materil maupun non materil.

Disadari bahwa malakah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan penulis dalam rangka perbaikan jurnal ini dalam masa yang akan datang.

Samata-Gowa, 3 januari 2011

Penyusun

BAB IPENDAHULUAN

Kimia Farmasi Analisis melibatkan penggunaan sejumlah teknik dan metode untuk memperoleh aspek kualitatif, kuantitatif, dan informasi struktur dari suatu senyawa obat pada khususnya, dan bahan kimia pada umum.

Analisis kualitatif merupakan analisis untuk melakukan identifikasi elemen, spesies, dan atau senyawa-senyawa yang ada di dalam sampel. Dengan kata lain, analisis kualitatif berkaitan dengan cara untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu analit yang dituju dalam suatu sampel. Analisis kuantitatif adalah analisis untuk menentukan jumlah (kadar) absolut atau relative dari suatu elemen atau spesies yang ada di dalam sampel.

Analisis struktur adalah penentuan letak dan pengaturan ruang tempat atom dalam suatu elemen atau molekul, serta identifikasi gugus-gugus karakteristik (gugus-gugus fungsional) dalam suatu molekul.

Ada beberapa proses fisika-kimia yang dapat digunakan untuk memberikan informasi analisis. Proses ini berkaitan dengan sejumlah sifat atom dan molekul serta fenomena-fenomena yang mampu menjadikan elemen-elemen atau senyawa-senyawa tersebut dapat dideteksi atau dapat diukur secara kuantitatif pada kondisi yang dapat dikontrol. Proses-proses yang ini mendasari semua menentukan dalam berbagai macam teknik.

Ilmu kimia farmasi analisis kuantitatif dapat didefinisikan sebagai penerapan berbagai metode dan prosedur kimia analisis kuantitatif untuk melakukan analisis secara kuantitatif terhadap bahan-bahan atau sediaan yang digunakan dalam farmasi, obat dalam jaringan tubuh, dan sebagainya. Contohnya antibiotika, vitamin, antihistamin dll.

Histamin (suatu autacoids atau hormon lokal) adalah suatu amin nabati (bioamin) yang ditemukan oleh dr. Paul Ehrlich (1878) dan merupakan produk normal dari pertukaran zat histidin melalui dekarboksilasi enzimatis. Asam amino ini masuk ke dalam tubuh terutama dalam daging yang kemudian di jaringan diubah secara enzimatis menjadi histamine. Histamin terjadi secara praktis pada semua jaringan tetapi didistribusi tidak sama, sejumlah besar terdapat di paru-paru, kulit, dan saluran cerna. Obat ini ditemukan dalam konsentrasi tinggi pada sel mast atau basofil. Pada sel mast, histamin disimpan dalam bentuk granul kompleks yang tidak aktif yang berisi histamin dan anion polisulfat, heparin, bersama dengan protein anion. Jika histamin tidak disimpan, cepat diinaktifkan oleh enzim amin oksidase BAB IIPEMBAHASANA. Pengertian antihistamin

Antihistamin adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek histamin terhadap tubuh dengn jalan memblok reseptor histamin (perhambatan saingan). Antihistamin dapat digolngkan menjadi yakni:

1) Antagonis reseptor H1 (H1 bloker atau antihistminika)Bekerja dengan cara mengantagonir histamin dengan jalan memblok reseptor H1 di otot licin dari dinding pembuluh , bronki, dan saluran cerna, kandung kemih serta rahim. Selain itu, H1 bloker bermanfaat untuk mengobati reaksi hipersensitivitas atau keadaan lain yang disertai pelepasan histamin endogen berlebihan.

Adapun contoh-contoh dan contoh obat H1 bloker adalah sebagai berikut:

a. Antihistamin Generasi I

Etanolamin (karbinoksamin, difenhidramin, dimenhidrinat (garam difenhidramin) Etilenediamin (pirilamin, tripelenamin) Piperazin (hidroksizin, siklizin, meklizin)

Alkilamin (klorfeniramin, bromfeniramin)

Derivate fenotiazin (prometazin)

Lain-lain (siproheptadin, mebhidrolin napadisilat)

b. Antihistamin generasi II

Astemizol

Feksofenadin

Lain-lain (loratadin, setrizin)

1. Antagonis reseptor H2 (H2 Bloker atau penghambat asam)Bekerja dengan cara menghambat secara selektif sekresi asam lambung yang meningkat akibat histamine, dengan jalan persaingan terhadap reseptor H2 di lambung. Adapun penghambat asam yang banyak digunakan dewasa ini adalah simetidin, ranitidine, pamotidin, nisatidin dan roksatidin yang merupakan senyawa heterosiklik dari histamine.Berangkat dari latar belakang inilah disusunnya makalah tentang identifikasi tentang golongan senyawa obat antihistamin secara kuantitatif, untuk mengetahui cara-cara atau metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi atau mengetahui kandungan senyawa obat yang mengandung senyawa obat antihistamin.B. Identifikasi beberapa antihistamin

1. Chlorpeniramini maleat

Titrasi Bebas Air

Kecuali dinyatakan lain larutkan sejumlah sampel sebanyak 500 mg yang ditimbang seksama dalam sejumlah volume asam acetat glasial p yang sebelumnya telah dinetralkan dengan asam perkloprat 0,1 N menggunakan indikator kristal violet p. bila perlu dihangatkan kemudian dinginkan. Titrasi dengan asam perklorat 0,1 N hingga perubahan warna indikator sampai sesuai dengan harga maksimum d/F/dV jika titrasi dilakukan secara potensiometrik. Jika digunakan indikator lain, indikator tersebut harus pula digunakan untuk menetralkan asam acetat glasial p. larutan raksa (II)Acetat p dan untuk pembakuan asam perklorat. Jika titik akhir titrasi ditetapkan secara potensiometri, dapat digunakan eletroda kaca sebagai eletroda indikator dan eletroda kalomel sebagai eletroda pembanding. Hasil akan lebih baik jika larutan jenuh kalium klorida pada eltroda kalomel diganti dengan larutan litium perklorat p 1 % b/v dalam asam acetat glasial p.

1 ml asam perklorat 0,1N setara dengan 19,54 mg chlorpheniramini Maleat 2. Deksametason

Spektrofotometri massaLarutkan sejumlah zat dalam etanol mutlak babas aldehid P secukupnya hingga kadar antara 340 g dan 360 g dalam 10 mL. Masukkan 10 mL dalam labu tentuukur 25 mL, tambahkan 2,0 mL larutan trifeniltetrazolium klorida P, hilangkan udara dalam labu dengan nitrogen bebas oksigen P. tambahkan segera 2,0 mL larutan tetrametilamonium hidroksida encer P, hilangkan udara dalam labu dengan nitrogen bebas oksigen P. tutup labu, goyangkan perlahan-lahan , biarkan dalam tangas air pada suhu 30 selama 1 jam. Dinginkan segera, tambahkan etanol mutlak bebas aldehida P secukupnya hingga 25,0 mL, campur. Ukur serapan 1 cm pada maksimum lebih kurang 485 nm terhadap blanko 10 mL etanol mutlak bebas aldehida P. hitung jumlah deksametason dari serapan yang diperoleh dengan mengulangi pengujian menggunakan deksametason PK sebagai pengganti zat uji.

Gas chromatographymass spectrometry.In plasma, synovial fluid and tissues: limit of detection 0.1g/LJ. Girault et al.,Biomed. Env. Mass Spectrom.,1990, 195, 295302 High performance liquid chromatography.In serum and urineB. C. McWhinney et al.,Clin. Chem.,1996, 42, 979981. In plasma: limit of quantification 15g/L, UV detection (=240nm)P. N. Schild and B. G. Charles,J. Chromatogr. B Biomed. Sci. Appl.,1994, 6581, 189192. In plasma or tissues: limit of detection 10ng in plasma, UV detectionB. Cham et al.,Ther. Drug Monit.,1980, 2, 373377.a. Fase GerakBuat campuran air asetonitril P ( 7:3) sedemikian hingga pada laju aliran 2 ml/ menit, waktu retensi deksametason 7 menit.b. Larutan bakuTimbang seksama sejumlah deksametason BPFI, larutkan dalam metanol P hingga kadar 7,5 mg/ml. encerkan sejumlah volume yang diukur seksama dengan fase gerak hingga kadar 0,3 mg/ml.c. Larutan UjiTimbang seksama 30 mg (lakukan seperti yang tertera pada larutan baku.d. Prosedur suntikanSuntikkan secara terpisah masing masing sejumlah volume sama (antara 15l dan 30l) larutan baku dan larutan uji kedalam kromatograf yang dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L7, dengan tekanan 1000 psi. atur parameter hingga respons puncak larutan baku 60 % skala penuh, simpangan baku relatif pad 5 kali penyuntikan ulang tidak lebih dari 3,0 %. Ukur respons puncak larutan baku dan larutan uji hitung jumlah dalam mg deksametason dengan rumus100 C ( ru/rs )

C adalah kadar deksametason BPFI dalam mg/ml larutan baku ; ru dan rs berturut-turut adalah respons puncak larutan uji dan larutan baku.3. Difenhidramin

Titrasi

Lebih kurang 750 mg yang ditimbang seksama, larutkan dalam campuran 80 mL asam asetat glacial P dan 15 mL benzene P. Tambahkan 10 mL larutan raksa (III) asetat P dan 2 tetes larutan Kristal violet P, titrasi dengan asam perklorat 0,1 N hingga warna hijau zaitun, lakukan titrasi blanko

Tiap 1 mL asam perklorat 0,1 N setara dengan 29,18 mg difenhidamini4. Siklizin

5. Siproheptadin

Titrasi Bebas AirTimbang seksama 650 mg zat yang telah dikeringkan, larutkan dalam 50 ml asam asetat glacial P panaskan hingga larut. Dinginkan, tambahkan 10 ml raksa (II) asetat LP, 0,5 ml anhidraida asetat P dan 1 tetes krital violet LP, titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV hingga warna hijau. Lakukan penetapan blanko.

1 ml asam perklorat 0,1 N setara dengan 32,39 siproheptadin hidroklorida

6. Hidroxizin

Titrasi

Timbang seksama lebih kurang 150 ng zat yang telah dikeringkan larutkan dalam 10 ml kloroform P. tambahkan 50 ml asam asetat glacial P, 5 ml raksa (II) asetat P dan merah kuinaldin LP. Titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV. Lakukan penetapan blanko. 1 ml asam perklorat 0,1 N setara dengan 22,39 hidroxizin hidroklorida

7. Ranitidin

HPLCFase Gerak, buat campuran metanol P amonium asetat 0,1 M ( 70:30 ) saring dan bebas udarakan.

Larutan Baku, timbang seksama ranitidin hidroklorida BPFI, larutkan dalam fase gerak, jika perlu encerkan bertahap dengan fase gerak hingga kadar 0,112 mg (setara dengan 0,100 mg ranitidin basa) per ml.

Larutan kesesuaian sistem, timbang seksama ranitidin hidroklorida BPFI dan senyawa sejenis C ranitidin BPFI larutkan dalam fase gerak jika perlu encerkan bertahap dengan fase gerak hingga kadar 0,112 mg/ml dan 0,01 mg/ml.

Larutan Uji, timbang seksama 112 mg, masukkan dalam labu tentukur 100 ml, larutkan dan encerkan dengan fase gerak sampai tanda. Masukkan 0,1 ml larutan kedalam labu tentukur 10 ml, encerkan dengan fase gerak sampai tanda. Prosedur, masukkan dan suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama ( 10 l ) larutan baku dan larutan uji kedalam mikrograf, ukur luas puncak utama. Hitung jumlah dalam mg ranitidin HCl dengan rumus :

1000 C ( ru/rs )

C adalah kadar ranitidin HCl BPFI dalam mg/ml larutan baku ; ru dan rs berturut-turut adalah respons puncak larutan uji dan larutan baku.8. Simetidin

HPLCFase Gerak, masukkan 200 ml metanol p dan 0,3 ml asam fosfat P kedalam labu tentukur 1000 ml, encerkan dengan air sampai tanda, campur, saring dan bebas udarakan.

Larutan Baku, timbang seksama simetidin BPFI, larutkan dalam campuran air dan metanol P (4:1) hingga kadar lebih kurang 0,4 mg/ml, diawali dengan melarutkan baku pembanding dalam satu bagian metanol, dan encerkan dengan 4 bagian air sampai tanda. Masukkan 5,0 ml larutan ini kedalam labu tentukur 200 ml encerkan dengan fase gerak sampai tanda hingga kadar lebih kurang 10 g/mlLarutan Uji, timbang seksama lebih kurang 100 mg, masukkan dalam labu tentukur 250 ml, larutkan dalam 50 ml metanol P, encerkan dengan air sampai tanda. Pipet 5 ml larutan ini kedalam labu tentukur 200 ml encerkan dengan fase gerak sampai tanda.

Prosedur, suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama ( 50l) larutan baku dan larutan uji kedalam kromatograf, ukur respons puncak. Hitung jumlah mg simetidin dengan rumus:

10 C ( ru/rs )

C adalah kadar simetidin BPFI dalam mg/ml larutan baku ; ru dan rs berturut-turut adalah respons puncak larutan uji dan larutan baku.9. Terfenadin

10. Dexklorfeniramin

TitrasiTimbang seksama 400 mg zat yang telah dikeringkan, larutkan dalam 50 ml asam asetat glacial P, tambahkan 1 tetes kristal violet titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV hingga warna hijau. Larutan penetapan blanko.1 ml asam perklorat 0,1 N setara dengan 19,54 mg dexklorfeniramin maleat

DAFTAR PUSTAKADirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Depkes RI

Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Depkes RI

Clarke. 2005. Analysis of Drugs and Poisons Third Edition. London: Pharmaceuticals Press.Sweetman, Sean. 2009. Martindale The Complete Drug Reference Thirty-sixth edition. London: Pharmaceuticals Press