tugas laporan kasus kecil
DESCRIPTION
GlaukomaTRANSCRIPT
TUGAS LAPORAN KASUS KECILKEPANITERAAN BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA
Oleh: Monica Permatasari Wijaya (406148060)
Pembimbing: dr. Djoko Heru S, Sp. M
STATUS OFTALMOLOGI
OCULI DEXTRA (OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA (OS)
6/30 Visus Jarak Jauh 6/15
6/21 Pinhole 6/9
Tidak dikoreksi Koreksi Tidak dikoreksi
S: (-)1,50 Riwayat Kacamata
(2015)
S: (-)1,50
Tidak menyempit Tes Lapang Pandang
Sederhana (Tes
Konfrontasi)
Tidak menyempit
(+) Proyeksi Sinar (+)
(-) Persepsi Warna (-)
Gerak bola mata normal,
enoftalmus (-),
eksoftalmus (-),
strabismus (-)
Bulbus okuli
Gerak bola mata normal,
enoftalmus (-),
eksoftalmus (-),
strabismus (-)
Edema (-),
hiperemis(-),
nyeri tekan(-),
Palpebra Edema (-),
hiperemis(-),
nyeri tekan (-),
1 | P a g e
blefarospasme (-),
lagoftalmus (-),
ektropion (-),
entropion (-)
blefarospasme (-),
lagoftalmus (-),
ektropion (-),
entropion (-)
Edema (-),
injeksi konjungtiva (-),
injeksi siliar (-),
infiltrat (-),
hiperemis (-)
Konjungtiva
Edema (-),
injeksi konjungtiva (-),
injeksi siliar (-),
infiltrat (-),
hiperemis (-)
Putih Sklera Putih
Jernih,
Bulat,
edema (-),
infiltrat (-),
sikatriks (-),
arkus senilis (-)
Kornea
Jernih
Bulat,
edema (-),
infiltrat (+),
sikatriks (-),
arkus senilis (-)
Kedalaman cukup
hipopion (-),
hifema (-)
Camera Oculi Anterior
(COA)
Kedalaman cukup
hipopion (-)
hifema (-)
Kripta(-), warna coklat (+),
edema(-), sinekia (-), atrofi (-)
Iris Kripta(-), warna coklat (+),
edema(-), sinekia (-), atrofi (-)
bulat, diameter: ± 3mm, letak
sentral,
Pupil bulat, diameter: ± 3mm, letak
sentral,
2 | P a g e
refleks pupil langsung (+),
refleks pupil tak langsung (+)
refleks pupil langsung (+),
refleks pupil tak langsung (+)
Jernih Lensa Jernih
Jernih Vitreus Humour Jernih
Dalam batas normal Retina Dalam batas normal
bulat, batas tegas, warna
kuning kemerahan, refleks
fundus (+), A/V ratio 2/3,
C/D ratio 0,4
Optic disc Bulat, batas tegas, warna
kuning kemerahan, refleks
fundus (+), A/V ratio 2/3,
C/D ratio 0,4
15 TIO 14
Epifora (-), lakrimasi (-) Sistem Lakrimasi Epifora (-), lakrimasi (-)
3 | P a g e
PEMERIKSAAN GONIOSKOPI
Identifikasi struktur sudut COA
a. Schwalbe Line merupakan struktur sudut yang paling depan, berupa garis berwarna
opak. Secara anatomi daerah ini merupakan batas antara membrana descemet perifer
dan batas anterior trabekula.
b. Pangka kornea merupakan daerah yang berguna untuk menentukan schwalne line,
sebagai berikut :
Menggunakan sinar slit yang lebar akan terlihat dua bayangan yang
sejajar, satu dari permukaan eksternal kornea dan perlengketannya
dengan sklera. Garis lain dibentuk oleh permukaan dalam kornea.
Kedua bentuk sinar tersebut bertemu di apek pangkal kornea yang
sejajar dengan schwalne line.
c. Trabekukum berada antara schwalbe line dengan scleral spur dan mempunyai lebar
600 um. Secara gonioskopi tampak seperti dasar kaca dan seolah mempunyai
kedalaman. Bagian anterior yang tidak berfungsi berada dekat schwalbe line dan
berwarna keputih-putihan, sedangkan bagian fungsional posterior berpigmen. Bagian
yang berpigmen berada di sclera spur berwarna biru keabu – abuan. Pada saat laser
trabekulektomi bagian yang dibakar adalah pada daerah sambungan trabekula pigmen
dengan yang non pigmen. Pada mata orang tua, pigmentasi trabekula melibatkan
trabekula posterior dengan luas yang bemacam – macam sebagian besar berada di
inferior dan kadang – kadang mempunyai meridian hotizontal.
d. Kanal schlem, dapat terlihat pada sudut non pigmented. Berupa garis yang sidikit
gelap yang berada di posterior trabekula.
e. Darah kadang juga terlihat dalam saluran ini jika lensa gonioskopi menekan vena
episklera sehingga tekanan episklera meningkatkan tekanan intra okuler.1,5
f. Sclera spur adalah projeksi bagian sclera yang paling anterior dan merupakan tempat
melekatnya otot - otot longitudinal gonioskopi badan siliar. Secara gonioskopi
scleral spur berada dibelakang trabekula, terlihat sebagai suatu pita yang bewarna
sempit yang berwarna keputihan dan padat mengkilat. Scleral spur merupakan daerah
penanda yang sangat penting karena relatif sama pada setiap mata. Pada laser
trabekuloplasti sangat penting untuk mengidentifikasi scleral spur karena jika proses
pembakaran mengenai bagian belakang scleral spur akan menimbulkan inflamasi
4 | P a g e
yang besar sehingga meningkatkan terjadinya resiko peningkatan tekanan intra okuker
paska laser karena pembentukan peripheral anterior sinekia.
g. Badan siliar, berada tepat dibelakang scleral spur berupa pita berwarna merah muda
kecoklatan, gelap keabu – abuan. Lebarnya tergantung pada posisi insersi iris dan
cendrung lebih sempit pada mata hipermetrop dan lebih lebar pada mata miop. Angle
resess terlihat sebagai terbentuknya iris ke posterior seolah – olah berinsersi pada
corpus siliare.
h. Prosesus iris, adalah perluasan permukaan anterior iris yang masuk hingga kedaerah
scleral spur dan menutupi corpus siliaris. Prosesus iris ini dapat ditemukan pada
sepertiga mata normal terutama pada anak – anak dan pada mata orang berwarna
coklat. Prosesus iris ini meningkat dengan pertambahan umur, cendrung untuk
mengecil dan putus atau hilangnya kontunitasnya. Prosesus iris harus dibedakan
dengan PAS (Periferal Anterior Sinekia ) dimana PAS lebih lebar dan terdapat
perlengketan iris dengan struktur sudutnya. Namun PAS stelata yang halus diinduksi
oleh laser trabekuloplasti yang kurang tepat sering salah dianggap sebagai prosesus
iris.
i. Pembuluh darah berjalan dalam pola melingkar didasar angle resess dan sering
terlihat pada mata orang normal. Kelainan pembuluh darah yang bejalan secara acak
dapat ditemukan pada keadaan sebagai berikut :
Glaukoma neovaskular, sindroma fuchs uveitis dan uveitis anterior
kronik.1,2,3,6,7
Gonioskopi
Untuk menegakkan diagnosa suatu glaukoma diperlukan beberapa pemeriksaan,
salah satunya yaitu gonioskopi, digunakan untuk :
1. Diagnostik : Gonioskopi memfasilitasi kita mengidentifikasikan struktur sudut
yang abnormal dan menilai lebar sudut COA. Khususnya penting pada
penatalaksanaan mata sudut sempit.
2. Bedah : Gonioskopi membantu kita melihat sudut pada saat dilakukan laser
trabekuloplasti dan goniotomi.
Prinisip optikal gonioskopi
5 | P a g e
1. Lensa Gonioskopi indirek (goniomirrors) memberikan pantulan bayangan sudut
yang berseberangan dan hanya dapat digunakan bersamaan dengan slit lamp.
2. Lensa Gonioskopi direk ( gonioprisms) menghasilkan gambaran sudut secara
langsung. Tidak membutuhkan slit lamp dan biasanya digunakan untuk pasien
dengan posisi supine (telentang ).
Lensa – lensa Gonioskopi
1. Goldman three mirror.
Gonioskopi ini merupakan salah satu lensa gonioskopi indirek dengan diameter
permukaan kontak lebih kurang 12 mm. Gonioskopi ini relatif mudah digunakan dan
memberikan gambaran sudut yang bagus. Lensa ini stabil dan lengket pada bola mata
dan dapat digunakan pada laser trabekuloplasti argon. Karena kelengkungannya
lebih cembung diperlukan cairan viskous yang mempunyai indeks bias yang sama
untuk mengisi celah antrara lensa dan kornea. Setelah penggunaan zat ini
menyebabkan pandangan pasien menjadi kabur dan viskus sukar dinilai. Jadi
pemeriksaan perimetri, oftalmoskop, foto fundus harus dilakukan sebelum
pemeriksaan gonioskopi ini. Modifikasi lensa Goldman dengan 1 atau 2 kaca
cermin dan dilapisi anti reflektif dibuat untuk digunakan pada laser trabekuloplasti.
Memberikan gambaran simultan yang luas pada sudut COA.
Gambar.1. Jalannya cahaya pada lensa Goldman7,8,9,10
6 | P a g e
2. Zeiss
Sama dengan lensa posner dan sussman merupakan lensa kontak gonioskopi indirek
yang memiliki 4 cermin dengan pegangan. Permukaan kontak lensa lebih kurang 9
mm dan memiliki kelengkungan lebih datar dibandingkan kornea dan tidak
membutuhkan zat tambahan. Air mata cukup sebagai zat kontrol dan lubrikan lensa.
Sehingga pemeriksaan lebih cepat dan nyaman, yang penting tidak mempengaruhi
pemeriksaan fundus. Dengan adanya keempat cermin ini kita bisa memeriksa
sekeliling sudut dengan putaran yang minimal. Lensa ini penting untuk gonioskopi
indentasi namun karena tidak stabil di permukaan bola mata, lensa ini tidak dapat
digunakan pada laser trabekulektomi.
Gambar.2. Jalannya cahaya pada lensa Zeiss. 7,8,9,10
3. Koeppe
Merupakan lensa gonioskopi direk yang berbentuk kubah dengan ukuran yang
bermacam – macam. Mudah digunakan dan memberikan gambaran sudut yang lebih
luas. Lensa ini berguna khususnya untuk membandingkan gambaran sudut yang
lainnya. Dengan posisi pasien telentang COA akan lebih dalam dan sudut lebih
mudah terlihat. Jika digunakan bersama dengan mikroskop akan memberikan
gambaran yang detail, baik dengan penyinaran langsung maupun tidak langsung.
Lensa ini dapat digunakan dengan slit lamp.
7 | P a g e
Gambar. 3. Jalannya cahaya pada lensa Koepe. 7,8,9,10
4. Swan Jacob
Merupakan lensa gonioskopi direct untuk operasi yang memiliki pegangan diletakkan
dipermukaan kornea. 4,5,8,9
Klasifikasi teknik gonioskopi
a. Kedalamanan COA sentral (CAC)
1. Kedalaman COA sentral dibanding dengan ketebalan kornea ( CT = Corneal
Thickness ).
2. Grade :
Dalam : 6 CT (3,0 mm)
Moderate : 4 -5 CT ( 2,0 – 2,5 mm)
Dangkal : 3 CT ( 1,5 mm)
b. Tehnik Van Herick, kedalaman COA perifer :
1. Kedalaman COA perifer (PAC) dibandingkan ketebalan kornea (CT) pada
limbus kornea temporal dengan sudut sinar 60 0.
2. Grade :
Grade 4 : PAC > 1 CT
Grade 3 : PAC > ¼ - ½ CT
Grade 2 : PAC = ¼ CT
Grade 1 : PAC ¼ CT.
3. PAC = ¼ CT : Sudut sempit (kedalaman sudut 20 o).
8 | P a g e
4. Pemeriksaan grade ini bukan merupakan pengganti Gonioskopi.
c. Sistem Scheide ( 1957 ) :
Berdasarkan pada struktur sudut COA yang dapat dilihat.
Klasifikasi Struktur yang terlihat
Terbuka lebar Semua struktur terlihat
Grade I Susah untuk melihat akar iris
Grade II Pita pada badan siliar tertutup
Grade III Trabekula posterior tertutup
Grade IV Hanya Schwalbe’s line yang terlihat
d. Sistem shaffer ( 1960 ) : berdasarkan kedalaman sudut
Klasifikasi Tertutup Interprestasi
Grade O Tertutup
Grade slit Hanya terbuka beberapa derajat Kemungkinan beresiko tertutup
Grade I 10o Beresiko tertutup
Grade II 20o Observasi
Grade III 30o Tidak ada resiko sudut tertutup
Grade IV 40o atau lebih Tidak ada resiko sudut tertutup
e. Sistem Spacth (1971)
Dibedakan atas 3 variabel : Lokasi insersi iris, kedalaman sudut , kelengkungan iris perifer.
1. Tempat insersi iris :
Kode A : Berada dianterior trabekula meshwork schwalbe line
Kode B : Berada pada schwalbe line, trabekula meshwork
Kode C : Scleral spur
Kode D : Angle resess dalam, pita korpus siliare anterior
Kode E : Sangat dalam dibelakang korpus siliare.
9 | P a g e
2. Kedalaman sudut.
Derajat sudut 0O - 40 o.
Menunjukkan sudut yang mungkin menimbulkan recess.
Garis tangential permukaan iris anterior kira – kira 1/3 dari bagian iris
perifer.1,10,11,12
3. Kelengkungan iris Perifer :
Kode q : concove / gambaran lengkung
Kode r : reguler/ gambaran flat/ datar
Kode s : konvek/ gambaran steep / curam
Derajat kelengkungan iris (IB) : 0 ke 4 +
4. Pigmentasi dari Trabekula Meshwork (PTM).
a. Pada posisi : inferior > nasal > temporal > superior
b. Grade :
Kabur
Rata – rata
Berat
Sangat berat
Sistem Shaffer pada Glaukoma Primer Sudut Tertutup
Berdasarkan deskripsi anatominya, derajat kedalaman sudut dan interprestasi kliniknya :
1. Grade 2 (20 0)
Merupakan sudut yang sempit dimana trabekula dapat terlihat
2. Grade 1 (10 0)
Sudut yang sangat sempit dimana schwalbe line terlihat dan mungkin juga terlihat
puncak trabekula dan merupakan suatu resiko tinggi tertutup.
3. Sudut Slip.
Tidak terlihatnya kontak iridocorneal sehingga tidak satupun sudut dapat
diidentifikasi. Sudut ini memiliki resiko tinggi untuk ancaman tertutup.
10 | P a g e
4. Grade 0 ( 0 0 )
Merupakan sudut tertutup akibat kontak antara iridocornea dan dapat dikenali dengan
tidak terlihatnya puncak pangkal kornea.
11 | P a g e