tugas ibu yastini

38
tugas Jumat, 25 Oktober 2013 makalah kerusakan hutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan sumber daya alam yang tidak ternilai karena didalamnya terkandung keanekaragaman hayati sebagai sumber plasma nutfah, sumber hasil hutan kayu dan non-kayu, pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta kesuburan tanah, perlindungan alam hayati untuk kepentingan ilmu pengetahuan, kebudayaan, rekreasi, pariwisata dan sebagainya. Karena itu pemanfaatan hutan dan perlindungannya telah diatur dalam UUD 45, UU No. 5 tahun 1990, UU No 23 tahun 1997, UU No. 41 tahun 1999, PP No 28 tahun 1985 dan beberapa keputusan Menteri Kehutanan serta beberapa keputusan Dirjen PHPA dan Dirjen Pengusahaan Hutan. Namun

Upload: ayuri-ajaa-dechh

Post on 21-Dec-2015

232 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

good

TRANSCRIPT

tugas

Jumat, 25 Oktober 2013

makalah kerusakan hutan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.         Latar Belakang

Hutan merupakan sumber daya alam yang tidak ternilai karena didalamnya terkandung

keanekaragaman hayati sebagai sumber plasma nutfah, sumber hasil hutan kayu dan non-kayu,

pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta kesuburan tanah, perlindungan alam hayati

untuk kepentingan ilmu pengetahuan, kebudayaan, rekreasi, pariwisata dan sebagainya. Karena

itu pemanfaatan hutan dan perlindungannya telah diatur dalam UUD 45, UU No. 5 tahun 1990,

UU No 23 tahun 1997, UU No. 41 tahun 1999, PP No 28 tahun 1985 dan beberapa keputusan

Menteri Kehutanan serta beberapa keputusan Dirjen PHPA dan Dirjen Pengusahaan Hutan.

Namun gangguan terhadap sumber daya hutan terus berlangsung bahkan intensitasnya makin

meningkat.

Kerusakan hutan yang meliputi : kebakaran hutan, penebangan liar dan lainnya merupakan salah

satu bentuk gangguan yang makin sering terjadi. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh

kerusakan hutan cukup besar mencakup kerusakan ekologis, menurunnya keanekaragaman

hayati, merosotnya nilai ekonomi hutan dan produktivitas tanah, perubahan iklim mikro maupun

global, dan asap dari kebakaran hutan mengganggu kesehatan masyarakat serta mengganggu

transportasi baik darat, sungai, danau, laut dan udara. Dan juga gangguan asap karena kebakaran

hutan Indonesia akhir-akhir ini telah melintasi batas negara.

Berbagai upaya pencegahan dan perlindungan kebakaran hutan dan penebangan liar telah

dilakukan termasuk mengefektifkan perangkat hukum (undang-undang, PP, dan SK Menteri

sampai Dirjen), namun belum memberikan hasil yang optimal. Intensitas kebakaran hutan makin

sering terjadi dan sebarannya makin meluas. Tercatat beberapa kebakaran cukup besar

berikutnya yaitu tahun 1987, 1991, 1994 dan 1997 hingga 2003. Oleh karena itu perlu

pengkajian yang mendalam untuk mencegah dan menanggulangi kebakaran hutan.

Penebangan liar juga dapat berdampak negatif antara lain dapan menyababkan tanah longsor dan

banjir. Oleh karena itu hutan kita perlu adanya penjagaan supaya tidak terjadi kebakaran dan

penebangan liar dan yang tidak kita inginkan.

Makalah ini merupakan sintesa dari berbagai pengetahuan tentang hutan, kebakaran hutan dan

penebangan liar penanggulangannya yang dikumpulkan dari berbagai sumber dengan harapan

dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi para peneliti, pengambil kebijakan dan

pengembangan ilmu pengetahuan bagi para pencinta lingkungan dan kehutanan.

1.2.         Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latarbelakang tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa masalah, yaitu

sebagai berikut :

1.2.1.               Apakah pengaruh kerusakan hutan tehadap ekosistem di Bukit Kemuning

1.3.         Tujuan

1.3.1.           Untuk menyelesaikan tugas yang diberikan mengenai Penelitian Geografi

1.3.2.            Mengetahui pengaruh kerusakan hutan terhadap alam sekitarnya

1.3.3.            Mengetahui cara menanggulangi hal tersebut

1.4.         Manfaat

1.4.1.            Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya hutan

1.4.2.           Untuk meminimalisir tingkat kerusakan hutan yang disebabkan oleh tangan jahil manusia

1.4.3.           Untuk memberikan opini kepada pemerintah setempat agar lebih menindak lanjuti masalah

kelestarian hutan di Provinsi Lampung

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

Kerusakan hutan hujan tropis di Indonesia tidak terlepas dari kebijakan kehutanan

Indonesia yang menjadikan hutan sebagai objek paling dragmatis memberikan

keuntungan dalam jangka waktu yang pendek. Hutan dijadikan komoditi yang

paling mudah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Pertumbuhan

ekonomi dijadikan alasan guna melakukan eksploitasi hutan tanpa

memperhitungkan daya dukung, keberlanjutan dan kelestarian hutan

(Koesmono, 1999).

Pengusahaan hutan secara besar-besaran dengan pola HPH (Hak Pengusahaan

Hutan) dimulai sejak dikeluarkannya UU No.5 Tahun 1967 tentang ketentuan

Pokok Kehutanan dan PP No. 21 Tahun 1970 tentang HPH dan HPHH (Hak

Pemungutan Hasil Hutan). Pada PP 21 ini nilai-nilai kemanusiaan (HAM)

khususnya pada masyarakat pedesaan yang hidup di sekitar hutan hilang dan

ditindas. Semua yang ada kaitannya dengan bisnis kayu di areal hutan HPH

menjadi hak penuh pengusaha. Sementara hak-hak masyarakat lokal dan adat

ditiadakan dan dinyatakan tidak berlaku selama kegiatan eksplotasi hutan

dilaksanakan oleh pihak HPH (Awang, 2002). Persoalan penting lainnya yang dihadapi oleh

kehutanan Indonesia adalah konflik

dengan masyarakat setempat pada semua fungsi hutan. Konflik ini terjadi karena

adanya penggusuran secara besar-besaran terhadap hak kepemilikan atau karena

adanya masyarakat setempat yang tidak memiliki akses terhadap lahan pertanian

(Raja, 2003).

Seiring dengan berhembusnya reformasi, terjadi perubahan/pergeseran orientasi

pengelolaan hutan yang lebih meningkatkan peran serta masyarakat, khususnya

masyarakat sekitar hutan. Dalam kaitannya dengan hal ini, Departemen

Kehutanan mulai memberikan perhatian yang semakin besar kepada programprogram hutan

kemasyarakatan (Koesmono, 1999).

Ide pembangunan kehutanan dengan pola hutan kemasyarakatan sebenarnya mulai

dirintis sejak tahun 1995, dengan ditetapkannya SK Menhut No. 622/Kpts-II/1995

tentang Pedoman Hutan Kemasyarakatan. Namun pelaksanaannya sendiri kurang

berjalan dengan baik karena masih kurang tersosialisasinya program tersebut di

masyarakat dan belum adanya petunjuk teknis dan pelaksanaannya. Untuk

mengatasinya, ditetapkan Permenhut No: P. 37/Menhut-II/2007 tentang

penyelenggaraan hutan kemasyarakatan.

Diakui dan dikembangkannya pendekatan program Hutan Kemasyarakatan

(HKm) oleh Menteri Kehutanan adalah salah satu upaya dimana paradigma

kehutanan sosial telah mendapat tempat di percaturan politik dan kebijakan

pendayagunaan hutan di Indonesia. Pendekatan ini akan mampu memecahkan

berbagai masalah antara masyarakat dan pemerintah. Walaupun paradigma

kehutanan sosial orientasinya lebih luas, tetapi tidak berarti dasar-dasar timberbased

management ditinggalkan. Langkah yang benar adalahparadigma kehutanan

sosial tidak sepenuhnya meninggalkan timber based management tersebut,

terutama pada tingkat manajemen hutannya (Awang, 2005). tugas

Jumat, 25 Oktober 2013

makalah kerusakan hutan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.         Latar Belakang

Hutan   merupakan   sumber   daya   alam   yang   tidak   ternilai   karena   didalamnya   terkandung 

keanekaragaman   hayati   sebagai   sumber   plasma   nutfah,   sumber   hasil   hutan   kayu   dan   non-kayu, 

pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta kesuburan tanah, perlindungan alam hayati untuk 

kepentingan   ilmu   pengetahuan,   kebudayaan,   rekreasi,   pariwisata   dan   sebagainya.   Karena   itu 

pemanfaatan hutan dan perlindungannya telah diatur dalam UUD 45, UU No. 5 tahun 1990, UU No 23 

tahun 1997, UU No. 41 tahun 1999, PP No 28 tahun 1985 dan beberapa keputusan Menteri Kehutanan 

serta  beberapa  keputusan  Dirjen  PHPA dan  Dirjen  Pengusahaan  Hutan.  Namun gangguan   terhadap 

sumber daya hutan terus berlangsung bahkan intensitasnya makin meningkat.

Kerusakan hutan yang meliputi : kebakaran hutan, penebangan liar dan lainnya merupakan salah satu 

bentuk gangguan yang makin sering terjadi.  Dampak negatif yang ditimbulkan oleh kerusakan hutan 

cukup  besar  mencakup   kerusakan   ekologis,  menurunnya   keanekaragaman  hayati,  merosotnya   nilai 

ekonomi hutan dan produktivitas tanah, perubahan iklim mikro maupun global, dan asap dari kebakaran 

hutan mengganggu kesehatan masyarakat serta mengganggu transportasi baik darat, sungai, danau, laut 

dan udara. Dan juga gangguan asap karena kebakaran hutan Indonesia akhir-akhir ini telah melintasi 

batas negara.

Berbagai upaya pencegahan dan perlindungan kebakaran hutan dan penebangan liar telah dilakukan 

termasuk mengefektifkan perangkat hukum (undang-undang, PP, dan SK Menteri sampai Dirjen), namun 

belum memberikan hasil yang optimal. Intensitas kebakaran hutan makin sering terjadi dan sebarannya 

makin meluas. Tercatat beberapa kebakaran cukup besar berikutnya yaitu tahun 1987, 1991, 1994 dan 

1997   hingga   2003.   Oleh   karena   itu   perlu   pengkajian   yang   mendalam   untuk   mencegah   dan 

menanggulangi kebakaran hutan.

Penebangan liar juga dapat berdampak negatif antara lain dapan menyababkan tanah longsor dan 

banjir. Oleh karena itu hutan kita perlu adanya penjagaan supaya tidak terjadi kebakaran dan 

penebangan liar dan yang tidak kita inginkan.

Makalah   ini  merupakan   sintesa   dari   berbagai   pengetahuan   tentang   hutan,   kebakaran   hutan   dan 

penebangan liar penanggulangannya yang dikumpulkan dari berbagai sumber dengan harapan dapat 

dijadikan   sebagai  bahan masukan  bagi  para  peneliti,  pengambil   kebijakan  dan  pengembangan   ilmu 

pengetahuan bagi para pencinta lingkungan dan kehutanan.

1.2.         Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latarbelakang tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa masalah, yaitu sebagai 

berikut :

1.2.1.               Apakah pengaruh kerusakan hutan tehadap ekosistem di Bukit Kemuning

1.3.         Tujuan

1.3.1.           Untuk menyelesaikan tugas yang diberikan mengenai Penelitian Geografi

1.3.2.            Mengetahui pengaruh kerusakan hutan terhadap alam sekitarnya

1.3.3.            Mengetahui cara menanggulangi hal tersebut

1.4.         Manfaat

1.4.1.            Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya hutan

1.4.2.           Untuk meminimalisir tingkat kerusakan hutan yang disebabkan oleh tangan jahil manusia 

1.4.3.           Untuk memberikan opini kepada pemerintah setempat agar lebih menindak lanjuti masalah kelestarian 

hutan di Provinsi Lampung

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

Kerusakan hutan hujan tropis di Indonesia tidak terlepas dari kebijakan kehutanan 

Indonesia yang menjadikan hutan sebagai objek paling dragmatis memberikan 

keuntungan dalam jangka waktu yang pendek. Hutan dijadikan komoditi yang 

paling mudah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Pertumbuhan 

ekonomi dijadikan alasan guna melakukan eksploitasi hutan tanpa 

memperhitungkan daya dukung, keberlanjutan dan kelestarian hutan 

(Koesmono, 1999).

Pengusahaan hutan secara besar-besaran dengan pola HPH (Hak Pengusahaan 

Hutan) dimulai sejak dikeluarkannya UU No.5 Tahun 1967 tentang ketentuan 

Pokok Kehutanan dan PP No. 21 Tahun 1970 tentang HPH dan HPHH (Hak 

Pemungutan Hasil Hutan). Pada PP 21 ini nilai-nilai kemanusiaan (HAM) 

khususnya pada masyarakat pedesaan yang hidup di sekitar hutan hilang dan 

ditindas. Semua yang ada kaitannya dengan bisnis kayu di areal hutan HPH 

menjadi hak penuh pengusaha. Sementara hak-hak masyarakat lokal dan adat 

ditiadakan dan dinyatakan tidak berlaku selama kegiatan eksplotasi hutan 

dilaksanakan oleh pihak HPH (Awang, 2002). Persoalan penting lainnya yang dihadapi oleh kehutanan 

Indonesia adalah konflik 

dengan masyarakat setempat pada semua fungsi hutan. Konflik ini terjadi karena 

adanya penggusuran secara besar-besaran terhadap hak kepemilikan atau karena 

adanya masyarakat setempat yang tidak memiliki akses terhadap lahan pertanian 

(Raja, 2003).

Seiring dengan berhembusnya reformasi, terjadi perubahan/pergeseran orientasi 

pengelolaan hutan yang lebih meningkatkan peran serta masyarakat, khususnya 

masyarakat sekitar hutan. Dalam kaitannya dengan hal ini, Departemen 

Kehutanan   mulai   memberikan   perhatian   yang   semakin   besar   kepada   programprogram   hutan 

kemasyarakatan (Koesmono, 1999).

Ide pembangunan kehutanan dengan pola hutan kemasyarakatan sebenarnya mulai 

dirintis sejak tahun 1995, dengan ditetapkannya SK Menhut No. 622/Kpts-II/1995 

tentang Pedoman Hutan Kemasyarakatan. Namun pelaksanaannya sendiri kurang 

berjalan dengan baik karena masih kurang tersosialisasinya program tersebut di 

masyarakat dan belum adanya petunjuk teknis dan pelaksanaannya. Untuk 

mengatasinya, ditetapkan Permenhut No: P. 37/Menhut-II/2007 tentang 

penyelenggaraan hutan kemasyarakatan.

Diakui dan dikembangkannya pendekatan program Hutan Kemasyarakatan 

(HKm) oleh Menteri Kehutanan adalah salah satu upaya dimana paradigma 

kehutanan sosial telah mendapat tempat di percaturan politik dan kebijakan 

pendayagunaan hutan di Indonesia. Pendekatan ini akan mampu memecahkan 

berbagai masalah antara masyarakat dan pemerintah. Walaupun paradigma 

kehutanan   sosial  orientasinya   lebih   luas,   tetapi  tidak  berarti  dasar-dasar  timberbased  management 

ditinggalkan. Langkah yang benar adalahparadigma kehutanan 

sosial tidak sepenuhnya meninggalkan timber based management tersebut, 

terutama pada tingkat manajemen hutannya (Awang, 2005).

Bab III3.1 Penyebab Kerusakan Hutan

Kerusakan yang terjadi di hutan indonesia merupakan suatu kejadian yang sangat tiddak menyenangkan 

bagi warga negara indonesia karena Hutan merupakan sumber daya alam yang tidak ternilai  karena 

didalamnya  terkandung  keanekaragaman hayati sebagai   sumber  plasma nutfah,  sumber  hasil  hutan 

kayu dan non-kayu, pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta kesuburan tanah, perlindungan 

alam hayati untuk kepentingan ilmu pengetahuan,  kebudayaan,  rekreasi,  pariwisata dan sebagainya. 

Karena itu pemanfaatan hutan dan perlindungannya telah diatur dalam UUD 45, UU No. 5 tahun 1990, 

UU No 23 tahun 1997, UU No. 41 tahun 1999, PP No 28 tahun 1985 dan beberapa keputusan Menteri 

Kehutanan serta beberapa keputusan Dirjen PHPA dan Dirjen Pengusahaan Hutan. Namun gangguan 

terhadap sumber daya hutan terus berlangsung bahkan intensitasnya makin meningkat.

3.2 Kebakaran Hutan

Penyebab kebakaran hutan samapai saat ini masih menjadi topikperdenatan, apakan karena alam atau 

karena kegiatan manusia. Namun berdasarkan beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa penyebab 

utama kebakaran hutan adalah faktor manusia yang berawal dari kegiatan atau permasalahan sebagai 

berikut:

a. Sistem perladangan tradisional dari penduduk setempatyang berpindah-pindah

b.   Pembukaan   hutan   oeh   para   pemegang   Hak   Pengusahaan   Hutan   untuk   insdustri   kayu   maupun 

perkebunan kelapa sawit

c.   Penyebab   struklural,   yaitu   kombinasi   antara   kemiskinan,   kebijakan   pembangunan   dan   tata 

pemerintahan, sehingga menimbulkan konflik antar hukum adat dan hukum positif negara.

Perladangan berpindah merupakan upaya pertanian tradisional di kawasan hutan dimana pembukaan 

lahannya   selalu   dilakukan   dengan   cara   pembakaran   karena   cepat   mudah   dan   praktis.   Namun 

pembukaan lahan untuk perladangan tersebut umumnya sangat terbatas dan terkendali karena telah 

mengikuti aturan turun menurun.  

3.3 Penebangan Hutan Sembarangan

Menebang hutan sembarangan akan menyebabkan hutan menjadi gundul. Ditambah lagi akhir-akhir ini 

penebangan hutan liar semakain marak terjadi.

Penegakan Hukum yang Lemah

Menteri  Kehutanan Republik   Indonesia M.S.Kaban,SE.MSI  menyebutkan bahwa lemahnya penegakan 

hukum di Indonesia telah turut memperparah kerusakan hutan Indonesia. Menurut Kaban penegakan 

hukum barulah menjangkau para pelaku di lapangan saja. Biasanya mereka hanya orang-orang upahan 

yang bekerja untuk mencukupi  kebutuhan hidup mereka sehari-harinya.  Mereka hanya suruhan dan 

bukan   orang   yang   paling   bertangggungjawab.   Orang   yang   menyuruh   mereka   dan   paling 

bertanggungjawab sering belum disentuh hukum. Mereka biasanya mempunyai modal yang besar dan 

memiliki  jaringan kepada penguasa. Kejahatan seprti ini sering juga melibatkan aparat pemerintahan 

yang berwenang dan seharusnya menjadi benteng pertahanan untuk menjaga kelestarian hutan seperti 

polisi kehutanan dan dinas kehutanan. Keadaan ini sering menimbukan tidak adanya koordinasi yang 

maksimal  baik antara kepolisian,  kejaksaan dan pengadilan sehingga banyak kasus yang tidak dapat 

diungkap dan penegakan hukum menjadi sangat lemah.

2.2.2.Akibat Kerusakan Hutan

Kerusakan hutan akan menimbulkan beberapa dampak negatif yang besar di bumi:

Efek Rumah Kaca (Green house effect)

Hutan merupakan paru-paru bumi yang mempunyai fungsi mengabsorsi gas Co2. Berkurangnya hutan 

dan meningkatnya pemakaian energi fosil (minyak, batubara dll) akan menyebabkan kenaikan gas Co2 di 

atmosfer yang menyelebungi bumi. Gas ini makin lama akan semakin banyak, yang akhirnya membentuk 

satu lapisan yang mempunyai sifat seperti kaca yang mampu meneruskan pancaran sinar matahari yang 

berupa energi cahaya ke permukaan bumi, tetapi tidak dapat dilewati oleh pancaran energi panas dari 

permukaan bumi. Akibatnya energi panas akan dipantulkan kembali kepermukaan bumi oleh lapisan 

Co2 tersebut, sehingga terjadi pemanasan di permukaan bumi. Inilah yang disebut efek rumah kaca. 

Keadaan ini menimbulkan kenaikan suhu atau

perubahan iklim bumi pada umumnya. Kalau ini berlangsung terus maka suhu bumi akan semakin 

meningkat, sehingga gumpalan es di kutub utara dan selatan akan mencair. Hal ini akhirnya akan 

berakibat naiknya permukaan air laut, sehingga beberapa kota dan wilayah di pinggir pantai akan 

terbenam air, sementara daerah yang kering karena kenaikan suhu akan menjadi semakin kering.

Kerusakan Lapisan Ozon

Lapisan Ozon (O3) yang menyelimuti bumi berfungsi menahan radiasi sinar ultraviolet yang berbahaya 

bagi kehidupan di bumi. Di tengah-tengah kerusakan hutan, meningkatnya zat-zat kimia di bumi akan 

dapat menimbulkan rusaknya lapisan ozon. Kerusakan itu akan menimbulkan lubang-lubang pada 

lapisan ozon yang makin lama dapat semakin bertambah besar. Melalui lubang-lubang itu sinar 

ultraviolet akan menembus sampai ke bumi, sehingga dapat menyebabkan kanker kulit dan kerusakan 

pada tanaman-tanaman di bumi.

Kepunahan Species

Hutan di Indonesia dikenal dengan keanekaragaman hayati di dalamnya. Dengan rusaknya hutan sudah 

pasti keanekaragaman ini tidak lagi dapat dipertahankan bahkan akan mengalami kepunahan. Dalam 

peringatan Hari Keragaman Hayati Sedunia dua tahun yang lalu Departemen Kehutanan mengumumkan 

bahwa setiap harinya Indonesia kehilangan satu species (punah) dan kehilangan hampir 70% habitat 

alami pada sepuluh

tahun terakhir ini.

Merugikan Keuangan Negara

Sebenarnya bila pemerintah mau mengelola hutan dengan lebih baik, jujur dan adil, pendapatan dari 

sektor kehutanan sangat besar. Tetapi yang terjadi adalah sebaliknya. Misalnya tahun 2003 jumlah 

produksi kayu bulat yang legal (ada ijinnya) adalah sebesar 12 juta m3/tahun. Padahal kebutuhan 

konsumsi kayu keseluruhan sebanyak 98 juta m3/tahun. Data ini menunjukkan terdapat kesenjangan 

antara pasokan dan permintaan kayu bulat sebesar 86 juta m3. Kesenjangan teramat besar ini dipenuhi 

dari pencurian kayu (illegal loging). Dari praktek tersebut diperkirakan kerugian yang dialami Indonesia 

mencapai Rp.30 trilyun/tahun. Hal inilah yang menyebabkan pendapatan sektor kehutanan dianggap 

masih kecil yang akhirnya mempengaruhi pengembangan program pemerintah untuk masyarakat 

Indonesia.

Banjir

Dalam peristiwa banjir yang sering melanda Indonesia akhir-akhir ini, disebutkan bahwa salah satu akar 

penyebabnya adalah karena rusaknya hutan yang berfungsi sebagai daerah resapan dan tangkapan air 

(catchment area). Hutan yang berfungsi untuk mengendalikan banjir di waktu musim hujan dan 

menjamin ketersediaan air di waktu musim kemarau, akibat kerusakan hutan makin hari makin 

berkurang luasnya. Tempat-tempat untuk meresapnya air hujan (infiltrasi) sangat berkurang, sehingga 

air hujan yang mengalir di permukaan tanah jumlahnya semakin besar dan mengerosi daerah yang 

dilaluinya. Limpahannya akan menuju ke tempat yang lebih rendah sehingga menyebabkan banjir.

Bencana banjir dapat akan semakin bertambah dan akan berulang apabila hutan semakin mengalami 

kerusakan yang parah. Tidak hanya akan menimbulkan kerugian materi, tetapi nyawa manusia akan 

menjadi taruhannya. Banjir di Jawatimur dan Jawa tengah adalah contoh nyata. 

2.3. Metode Penelitian

Laporan  ini  dibuat  berdasarkan metode dokumentasi  dari  berbagai  sumber  informasi.  Seperti buku-

buku, internet dan pendapat dari beberapa masyarakat dan teman-teman. Sehingga dapat kami tarik 

kesimpulan   dari   berbagai   sumber   tersebut   untuk  melengkapi   laporan   penelitian   geografi   ini.   Yang 

membahas mengenai kerusakan hutan terhadap lingkugan sekitar Bukit Kemuning, Lampung Utara.

BAB IV

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Sebagai penutup tulisan ini dapat dikemukakan beberapa hal sebagai berikut:

3.1.1. Hutan merupakan sumberdaya alam yang tidak ternilai harganya karena didalamnya terkandung 

keanekaragaman hayati sebagai sumber plasma nutfah, sumber hasil hutan kayu dan non-kayu, 

pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta kesuburan tanah, dan sebagainya. Karena itu 

pemanfaatan dan perlindungannya diatur oleh Undang-undang dan peraturan pemerintah.

3.1.2. Kebakaran dan penebangan liar merupakan salah satu bentuk gangguan terhadap sumberdaya hutan 

dan akhir-akhir ini makin sering terjadi. Kebakaran dan penebangan hutan menimbulkan kerugian yang 

sangat besar dan dampaknya sangat luas, bahkan melintasi batas negara. Di sisi lain upaya pencegahan 

dan pengendalian yang dilakukan selama ini masih belum memberikan hasil yang optimal. Oleh karena 

itu perlu perbaikan secara menyeluruh, terutama yang terkait dengan kesejahteraan masyarakat 

pinggiran atau dalam kawasan hutan.

3.1.3. Berbagai upaya perbaikan yang perlu dilakukan antara lain dibidang penyuluhan kepada masyarakat 

khususnya yang berkaitan dengan faktor-faktor penyebab kebakaran hutan, peningkatan kemampuan 

aparatur pemerintah terutama dari Departemen Kehutanan, peningkatan fasilitas untuk mencegah dan 

menanggulagi kebakaran hutan, dan penebangan liar ,pembenahan bidang hukum dan penerapan 

sangsi secara tegas

3.1.4. Akibat penebangan hutan,2100 mata air mengering dan akibat dari penebangan juga mengakibatkan 

kerusakan sumber air (mata air) akan semakin cepat.

3.2. Saran

Bagi para pembaca makalah ini dan juga semua orang bahwa hutan merupakan sumber kehidupan bagi 

manusia apabila hutan sudah tidak ada lagi maka kehidupan manusia akan berubah dan kemiskinan 

akan terjadi. Maka dari itu menjaga kelestarian hutan jangan lah dianggap mudah.

Dan bagi para pecinta alam ,teruskanlah usaha penjagaan itu dengan sebaik-baiknya dan juga tingkatkan 

kewaspadaan terhadap orang-orang yang mau merusaknya, cegah agar tidak terjadi kerusakan dihutan 

kita ini..

Daftar pustaka

http://hydrast88.blogspot.com/2011/07/contoh-proposal-penelitian-geografi.html

http://www.irwantoshut.net/kerusakan_hutan_indonesia.html

http://watala.org/new/?p=128

Yulir,Yulmadia.2013.Geografi 1 SMA:Penelitian Geografi.Jakarta:Yudistira

Diposkan oleh Ni Kadek Dwi Ardha Narisswari di 04.50 

Kirimkan Ini lewat Email   BlogThis!   Berbagi ke Twitter   Berbagi ke Facebook   Bagikan ke Pinterest   

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Poskan Komentar 

Posting Lebih Baru Beranda 

Langganan: Poskan Komentar (Atom) 

Arsip Blog

▼     2013  (2) o ▼     Oktober  (2) 

makalah sejarah agama hindu    makalah kerusakan hutan   

Mengenai Saya

Ni Kadek Dwi Ardha Narisswari 

Lihat profil lengkapku 

Template Watermark. Diberdayakan oleh Blogger. 

Bab III

2.2.1. Penyebab Kerusakan Hutan  

Kerusakan yang terjadi di hutan indonesia merupakan suatu kejadian yang sangat tiddak

menyenangkan bagi warga negara indonesia karena Hutan merupakan sumber daya alam yang

tidak ternilai karena didalamnya terkandung keanekaragaman hayati sebagai sumber plasma

nutfah, sumber hasil hutan kayu dan non-kayu, pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta

kesuburan tanah, perlindungan alam hayati untuk kepentingan ilmu pengetahuan, kebudayaan,

rekreasi, pariwisata dan sebagainya. Karena itu pemanfaatan hutan dan perlindungannya telah

diatur dalam UUD 45, UU No. 5 tahun 1990, UU No 23 tahun 1997, UU No. 41 tahun 1999, PP

No 28 tahun 1985 dan beberapa keputusan Menteri Kehutanan serta beberapa keputusan Dirjen

PHPA dan Dirjen Pengusahaan Hutan. Namun gangguan terhadap sumber daya hutan terus

berlangsung bahkan intensitasnya makin meningkat.

Kebakaran Hutan

Penyebab kebakaran hutan samapai saat ini masih menjadi topikperdenatan, apakan karena alam

atau karena kegiatan manusia. Namun berdasarkan beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa

penyebab utama kebakaran hutan adalah faktor manusia yang berawal dari kegiatan atau

permasalahan sebagai berikut:

a. Sistem perladangan tradisional dari penduduk setempatyang berpindah-pindah

b. Pembukaan hutan oeh para pemegang Hak Pengusahaan Hutan untuk insdustri kayu maupun

perkebunan kelapa sawit

c. Penyebab struklural, yaitu kombinasi antara kemiskinan, kebijakan pembangunan dan tata

pemerintahan, sehingga menimbulkan konflik antar hukum adat dan hukum positif negara.

Perladangan berpindah merupakan upaya pertanian tradisional di kawasan hutan dimana

pembukaan lahannya selalu dilakukan dengan cara pembakaran karena cepat mudah dan praktis.

Namun pembukaan lahan untuk perladangan tersebut umumnya sangat terbatas dan terkendali

karena telah mengikuti aturan turun menurun. 

 Penebangan Hutan Sembarangan

Menebang hutan sembarangan akan menyebabkan hutan menjadi gundul. Ditambah lagi akhir-

akhir ini penebangan hutan liar semakain marak terjadi.

Penegakan Hukum yang Lemah

Menteri Kehutanan Republik Indonesia M.S.Kaban,SE.MSI menyebutkan bahwa lemahnya

penegakan hukum di Indonesia telah turut memperparah kerusakan hutan Indonesia. Menurut

Kaban penegakan hukum barulah menjangkau para pelaku di lapangan saja. Biasanya mereka

hanya orang-orang upahan yang bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka sehari-

harinya. Mereka hanya suruhan dan bukan orang yang paling bertangggungjawab. Orang yang

menyuruh mereka dan paling bertanggungjawab sering belum disentuh hukum. Mereka biasanya

mempunyai modal yang besar dan memiliki jaringan kepada penguasa. Kejahatan seprti ini

sering juga melibatkan aparat pemerintahan yang berwenang dan seharusnya menjadi benteng

pertahanan untuk menjaga kelestarian hutan seperti polisi kehutanan dan dinas kehutanan.

Keadaan ini sering menimbukan tidak adanya koordinasi yang maksimal baik antara kepolisian,

kejaksaan dan pengadilan sehingga banyak kasus yang tidak dapat diungkap dan penegakan

hukum menjadi sangat lemah.

2.2.2.Akibat Kerusakan Hutan

Kerusakan hutan akan menimbulkan beberapa dampak negatif yang besar di bumi:

Efek Rumah Kaca (Green house effect)

Hutan merupakan paru-paru bumi yang mempunyai fungsi mengabsorsi gas Co2. Berkurangnya

hutan dan meningkatnya pemakaian energi fosil (minyak, batubara dll) akan menyebabkan

kenaikan gas Co2 di atmosfer yang menyelebungi bumi. Gas ini makin lama akan semakin

banyak, yang akhirnya membentuk satu lapisan yang mempunyai sifat seperti kaca yang mampu

meneruskan pancaran sinar matahari yang berupa energi cahaya ke permukaan bumi, tetapi tidak

dapat dilewati oleh pancaran energi panas dari permukaan bumi. Akibatnya energi panas akan

dipantulkan kembali kepermukaan bumi oleh lapisan Co2 tersebut, sehingga terjadi pemanasan

di permukaan bumi. Inilah yang disebut efek rumah kaca. Keadaan ini menimbulkan kenaikan

suhu atau

perubahan iklim bumi pada umumnya. Kalau ini berlangsung terus maka suhu bumi akan

semakin meningkat, sehingga gumpalan es di kutub utara dan selatan akan mencair. Hal ini

akhirnya akan berakibat naiknya permukaan air laut, sehingga beberapa kota dan wilayah di

pinggir pantai akan terbenam air, sementara daerah yang kering karena kenaikan suhu akan

menjadi semakin kering.

Kerusakan Lapisan Ozon

Lapisan Ozon (O3) yang menyelimuti bumi berfungsi menahan radiasi sinar ultraviolet yang

berbahaya bagi kehidupan di bumi. Di tengah-tengah kerusakan hutan, meningkatnya zat-zat

kimia di bumi akan dapat menimbulkan rusaknya lapisan ozon. Kerusakan itu akan

menimbulkan lubang-lubang pada lapisan ozon yang makin lama dapat semakin bertambah

besar. Melalui lubang-lubang itu sinar ultraviolet akan menembus sampai ke bumi, sehingga

dapat menyebabkan kanker kulit dan kerusakan pada tanaman-tanaman di bumi.

Kepunahan Species

Hutan di Indonesia dikenal dengan keanekaragaman hayati di dalamnya. Dengan rusaknya hutan

sudah pasti keanekaragaman ini tidak lagi dapat dipertahankan bahkan akan mengalami

kepunahan. Dalam peringatan Hari Keragaman Hayati Sedunia dua tahun yang lalu Departemen

Kehutanan mengumumkan bahwa setiap harinya Indonesia kehilangan satu species (punah) dan

kehilangan hampir 70% habitat alami pada sepuluh

tahun terakhir ini.

Merugikan Keuangan Negara

Sebenarnya bila pemerintah mau mengelola hutan dengan lebih baik, jujur dan adil, pendapatan

dari sektor kehutanan sangat besar. Tetapi yang terjadi adalah sebaliknya. Misalnya tahun 2003

jumlah produksi kayu bulat yang legal (ada ijinnya) adalah sebesar 12 juta m3/tahun. Padahal

kebutuhan konsumsi kayu keseluruhan sebanyak 98 juta m3/tahun. Data ini menunjukkan

terdapat kesenjangan antara pasokan dan permintaan kayu bulat sebesar 86 juta m3. Kesenjangan

teramat besar ini dipenuhi dari pencurian kayu (illegal loging). Dari praktek tersebut

diperkirakan kerugian yang dialami Indonesia mencapai Rp.30 trilyun/tahun. Hal inilah yang

menyebabkan pendapatan sektor kehutanan dianggap masih kecil yang akhirnya mempengaruhi

pengembangan program pemerintah untuk masyarakat Indonesia.

Banjir

Dalam peristiwa banjir yang sering melanda Indonesia akhir-akhir ini, disebutkan bahwa salah

satu akar penyebabnya adalah karena rusaknya hutan yang berfungsi sebagai daerah resapan dan

tangkapan air (catchment area). Hutan yang berfungsi untuk mengendalikan banjir di waktu

musim hujan dan menjamin ketersediaan air di waktu musim kemarau, akibat kerusakan hutan

makin hari makin berkurang luasnya. Tempat-tempat untuk meresapnya air hujan (infiltrasi)

sangat berkurang, sehingga air hujan yang mengalir di permukaan tanah jumlahnya semakin

besar dan mengerosi daerah yang dilaluinya. Limpahannya akan menuju ke tempat yang lebih

rendah sehingga menyebabkan banjir.

Bencana banjir dapat akan semakin bertambah dan akan berulang apabila hutan semakin

mengalami kerusakan yang parah. Tidak hanya akan menimbulkan kerugian materi, tetapi nyawa

manusia akan menjadi taruhannya. Banjir di Jawatimur dan Jawa tengah adalah contoh nyata.

2.3. Metode Penelitian

Laporan ini dibuat berdasarkan metode dokumentasi dari berbagai sumber informasi. Seperti

buku-buku, internet dan pendapat dari beberapa masyarakat dan teman-teman. Sehingga dapat

kami tarik kesimpulan dari berbagai sumber tersebut untuk melengkapi laporan penelitian

geografi ini. Yang membahas mengenai kerusakan hutan terhadap lingkugan sekitar Bukit

Kemuning, Lampung Utara.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Sebagai penutup tulisan ini dapat dikemukakan beberapa hal sebagai berikut:

3.1.1. Hutan merupakan sumberdaya alam yang tidak ternilai harganya karena didalamnya terkandung

keanekaragaman hayati sebagai sumber plasma nutfah, sumber hasil hutan kayu dan non-kayu,

pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta kesuburan tanah, dan sebagainya. Karena itu

pemanfaatan dan perlindungannya diatur oleh Undang-undang dan peraturan pemerintah.

3.1.2. Kebakaran dan penebangan liar merupakan salah satu bentuk gangguan terhadap sumberdaya

hutan dan akhir-akhir ini makin sering terjadi. Kebakaran dan penebangan hutan menimbulkan

kerugian yang sangat besar dan dampaknya sangat luas, bahkan melintasi batas negara. Di sisi

lain upaya pencegahan dan pengendalian yang dilakukan selama ini masih belum memberikan

hasil yang optimal. Oleh karena itu perlu perbaikan secara menyeluruh, terutama yang terkait

dengan kesejahteraan masyarakat pinggiran atau dalam kawasan hutan.

3.1.3. Berbagai upaya perbaikan yang perlu dilakukan antara lain dibidang penyuluhan kepada

masyarakat khususnya yang berkaitan dengan faktor-faktor penyebab kebakaran hutan,

peningkatan kemampuan aparatur pemerintah terutama dari Departemen Kehutanan, peningkatan

fasilitas untuk mencegah dan menanggulagi kebakaran hutan, dan penebangan liar ,pembenahan

bidang hukum dan penerapan sangsi secara tegas

3.1.4. Akibat penebangan hutan,2100 mata air mengering dan akibat dari penebangan juga

mengakibatkan kerusakan sumber air (mata air) akan semakin cepat.

3.2. Saran

Bagi para pembaca makalah ini dan juga semua orang bahwa hutan merupakan sumber

kehidupan bagi manusia apabila hutan sudah tidak ada lagi maka kehidupan manusia akan

berubah dan kemiskinan akan terjadi. Maka dari itu menjaga kelestarian hutan jangan lah

dianggap mudah.

Dan bagi para pecinta alam ,teruskanlah usaha penjagaan itu dengan sebaik-baiknya dan juga

tingkatkan kewaspadaan terhadap orang-orang yang mau merusaknya, cegah agar tidak terjadi

kerusakan dihutan kita ini.

3.3. Daftar Pustaka

http://hydrast88.blogspot.com/2011/07/contoh-proposal-penelitian-geografi.html

http://www.irwantoshut.net/kerusakan_hutan_indonesia.html

http://watala.org/new/?p=128

Yulir,Yulmadia.2013.Geografi 1 SMA:Penelitian Geografi.Jakarta:Yudistira

Diposkan oleh Ni Kadek Dwi Ardha Narisswari di 04.50 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Poskan Komentar Posting Lebih Baru Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Arsip Blog

▼   2013 (2) o ▼   Oktober (2)

makalah sejarah agama hindu makalah kerusakan hutan

Mengenai Saya

Ni Kadek Dwi Ardha Narisswari Lihat profil lengkapku

Template Watermark. Diberdayakan oleh Blogger.