lafriofkalteng.files.wordpress.com …  · web viewbanjarmasin adalah ibu kota dari provinsi...

25
GEREJA SEBAGAI SASIRANGAN Dibuat untuk Memenuhi Tugas Final Test Mata Kuliah : Dogmatika II Dosen Pengampu : Pdt. Dr. Keloso S. Ugak Di Susun Oleh : Nama : Lia Afriliani NIM : 12.16.75 Semester : IV (Empat) SEKOLAH TINGGI TEOLOGI GEREJA KALIMANTAN EVANGELIS BANJARMASIN, MEI 2014

Upload: ngothien

Post on 06-Feb-2018

215 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: lafriofkalteng.files.wordpress.com …  · Web viewBanjarmasin adalah ibu kota dari provinsi Kalimantan ... yakni tugas ke dalam (internal) dan tugas keluar ... pelatihan, bantuan

GEREJA SEBAGAI SASIRANGANDibuat untuk Memenuhi Tugas Final Test

Mata Kuliah : Dogmatika II

Dosen Pengampu : Pdt. Dr. Keloso S. Ugak

Di Susun Oleh :

Nama : Lia Afriliani

NIM : 12.16.75

Semester : IV (Empat)

SEKOLAH TINGGI TEOLOGIGEREJA KALIMANTAN EVANGELIS

BANJARMASIN, MEI 2014

Page 2: lafriofkalteng.files.wordpress.com …  · Web viewBanjarmasin adalah ibu kota dari provinsi Kalimantan ... yakni tugas ke dalam (internal) dan tugas keluar ... pelatihan, bantuan

Source From : http://lafriofkalteng.wordpress.com/Lia Af anak AMPAH

Meng’’eksresi” kan pikiran dalam “ekspresi” kata nan “ekspresif”

GEREJA SEBAGAI SASIRANGAN

BAB I

PENDAHULUAN

Eklesiologi adalah bagian dari dogmatika yang membahas mengenai gereja. Pembahasan

tersebut meliputi definisi gereja, dasar gereja, cara pendirian, dan pengaturan gereja. Karena

gereja adalah sebagai alat dari Allah bagi manusia untuk terus mewartakan namaNya

keseluruh dunia, manusia juga perlu tahu mengenai misi dan sasaran gereja.1

Gereja harus memberi makna bagi dunia. Gereja tidak hanya terfokus pada

kepentingannya sendiri, namun seharusnya juga memperhatikan kebutuhan jemaat dan juga

masyarakat dimana ia berada. Gereja hadir bukan hanya secara institusional namun harus

senantiasa hadir di dalam kehidupan jemaat dan masyarakat. Namun bagaimana gereja

melaksanakan eklesiologinya ketika ia berada di dalam posisi minoritas di suatu daerah.

Bagaimana gereja bisa memberikan kontribusinya kepada daerah, jika daerah itu sendiri

menjadikan ajaran agama tertentu sebagai dasar pemerintahannya.

Dalam makalah ini, berdasarkan kerangka berpikir eklesiologi akan dirumuskan mengenai

gambaran minor gereja. Penulis sengaja mengambil konteks gereja di Banjarmasin, meskipun

terasa sulit karena tidak begitu memahami konteks dan permasalahan gereja di Banjarmasin

ini. Oleh karena itu, permasalahan yang muncul disini adalah berdasarkan pada pengamatan

secara objektif dan sepengetahuan penulis.

BAB II

LATAR BELAKANG KONTEKS

2.1 Wilayah Kota Banjarmasin

Banjarmasin adalah ibu kota dari provinsi Kalimantan Selatan. Wilayah kota

Banjarmasin sendiri memiliki luas wilayah ±98,46 km2 atau sekitar 0,26% dari total luas

Kalimantan Selatan secara keseluruhan, dengan rincian 5 kecamatan dan 52 kelurahan2.

Adapun jumlah masyarakat yang tinggal di Banjarmasin menurut data pada tahun 2011 1 Maria Prahesty, Bahan Ajar Teologi Sistematika, (Banjarmasin : STT GKE, 2012)2 _____, Materi WGA : Inventarisasi Sumber Pencemar dan Perhitungan Beban Pencemaran

di DAS Barito dan Martapura, (pdf), http://www.menlh.go.id/, diakses pada 07 Maret 2014

1

Page 3: lafriofkalteng.files.wordpress.com …  · Web viewBanjarmasin adalah ibu kota dari provinsi Kalimantan ... yakni tugas ke dalam (internal) dan tugas keluar ... pelatihan, bantuan

Source From : http://lafriofkalteng.wordpress.com/Lia Af anak AMPAH

Meng’’eksresi” kan pikiran dalam “ekspresi” kata nan “ekspresif”

adalah ±720.000 jiwa3. Sementara data pada tahun 2002 menunjukkan jika ada ± 527.415

jiwa4. Dengan demikian dapat dilihat ada penambahan jumlah yang sangat besar di setiap

tahunnya, yakni ±21.398 jiwa. Sehingga dapat diperkirakan kisaran angka jumlah masyarakat

Banjarmasin di tahun 2014 ini ±750.000 sampai dengan 780.000 jiwa. Tapi ini bukanlah

data yang akurat dan bisa dipastikan, karena hanya merupakan hasil perhitungan pribadi

berdasarkan data statistik yang ada.

Kota Banjarmasin memiliki banyak anak sungai yang masih dimanfaatkan oleh

masyarakat sebagai sarana transportasi. Banjarmasin juga merupakan sebuah kota yang

sangat stategis letaknya yakni di sekitar muara Sungai Barito, sehingga menjadi pusat

persinggahan kapal-kapal besar. Sebagai ibukota propinsi, kota Banjarmasin menjadi sebuah

ibu kota yang memiliki tingkat pluralitas yang tinggi dengan kemajuan di berbagai bidang.

Meskipun masalah-masalah sosial dan ekonomi tampaknya masih menjadi tugas utama yang

harus dibereskan oleh pemerintah. Masih adanya pengangguran. Banyaknya pengemis di

tempat-tempat seperti pasar, lampu merah, jembatan, warung dan lain sebagainya

menandakan kemiskinan masih menjadi hal yang utama di kota ini. Kriminalitas juga kerap

terjadi mulai dari mencopet, merampok, sampai pembunuhan. Gaya hidup khas orang-orang

yang tinggal di tepian sungai pun sangat nampak, banyak rumah-rumah yang dibangun secara

sembarangan di pinggir sungai sehingga tampak kumuh. Sampah-sampah yang dibuang

sembarangan baik di jalanan maupun di sungai ikut merusak pemandangan kota Kayuh

Baimbai ini.

Masyarakat Banjarmasin secara umum dapat dibagi menjadi dua. Yang pertama adalah

masyarakat pribumi asli yakni etnik Banjar. Hampir semua orang Banjar dapat dipastikan

memeluk agama Islam. Hanya sedikit orang Banjar yang berpindah kepercayaan. Ajaran

agama sangat diprioritaskan oleh mereka dan sangat ditaati. Sejak kecil anak-anak dididik

dalam ajaran Islam yang kental dan seringkali orang tua lebih memilih untuk menyekolahkan

anaknya di pesantren atau sekolah madrasah. Sehingga dapat dikatakan jika Banjarmasin

sendiri telah menjadi sebuah kota yang berlandaskan pada ajaran Islam karena agama inilah

yang menjadi mayoritas di kota –bahkan Propinsi Kalimantan Selatan secara keseluruhan.

3 _____, Materi WGA : Inventarisasi Sumber Pencemar dan Perhitungan Beban Pencemaran di DAS Barito dan Martapura, (pdf), http://www.menlh.go.id/, diakses pada 07 Maret 2014

4 _____, Profil Kabupaten/Kota Banjarmasin, (pdf), http://ciptakarya.pu.go.id, diakses paada 07 Maret 2014

2

Page 4: lafriofkalteng.files.wordpress.com …  · Web viewBanjarmasin adalah ibu kota dari provinsi Kalimantan ... yakni tugas ke dalam (internal) dan tugas keluar ... pelatihan, bantuan

Source From : http://lafriofkalteng.wordpress.com/Lia Af anak AMPAH

Meng’’eksresi” kan pikiran dalam “ekspresi” kata nan “ekspresif”

Mengenai masyarakat yang kedua adalah masyarakat pendatang. Untuk masyarakat yang

satu ini tidak terlalu banyak hal yang bisa dijelaskan. Oleh karena masyarakat pendatang ini

terdiri dari berbagai latar belakang suku dan agama. Masyarakat pendatang ini adalah kaum

minoritas yang mau tidak mau harus menghargai aturan-aturan yang diberlakukan di

Banjarmasin, termasuk yang berkaitan dengan aturan yang dibuat atas dasar kepentingan

umat beragama Islam.

2.2 Gambaran Singkat Gereja di Banjarmasin

Di Banjarmasin ada gereja-gereja yang didirikan, seperti GKE, GKKA, Katolik, HKBP,

GpdI, dan lain-lain. Meskipun demikian, secara nominal pemeluk agama Kristen di

Banjarmasin merupakan suatu kelompok minoritas dari total keseluruhan penduduk

Banjarmasin. Apalagi jika ruang lingkup itu hanya dibatasi dalam ruang lingkup pemeluk

agama Kristen Protestan yang terdaftar sebagai anggota GKE. Kemungkinan besar tidak lebih

dari 20% dari total penduduk kota Banjarmasin.

Sekedar perbandingan, berikut data statisik tahun 2012 khusus jemaat Banjarmasin :5

Jumlah

BangunanJumlah Jemaat Jumlah Anggota

Grj Def Cln KK Sidi Jiwa

15 12 1 2.323 4.037 8.597

Bandingkan dengan data statistik tahun 2013 berikut ini :6

Jumlah

BangunanJumlah Jemaat Jumlah Anggota

Grj Def Cln KK Sidi Jiwa

16 12 1 1.792 4.037 6.646

Entah apa penyebabnya, namun kita bisa melihat bahwa ada penurunan jumlah anggota di

tahun 2013, meskipun ada penambahan bangunan gereja.

2.3 Deskripsi Permasalahan Gereja di Banjarmasin

5 BPH Majelis Sinode, Almanak Nas GKE 2013, (Banjarmasin : BPH Majelis Sinode GKE, 2012), hl 63, 75

6 BPH Majelis Sinode , Almanak Nas GKE 2014, (Banjarmasin : BPH Majelis Sinode GKE, 2013), hl 62, 74

3

Page 5: lafriofkalteng.files.wordpress.com …  · Web viewBanjarmasin adalah ibu kota dari provinsi Kalimantan ... yakni tugas ke dalam (internal) dan tugas keluar ... pelatihan, bantuan

Source From : http://lafriofkalteng.wordpress.com/Lia Af anak AMPAH

Meng’’eksresi” kan pikiran dalam “ekspresi” kata nan “ekspresif”

Penulis mengakui jika tidak begitu mengetahui permasalahan yang ada di dalam gereja di

Banjarmasin, namun di dalam makalah ini penulis hendak menyoroti bagaiamna

permasalahan yang ada diantara gereja dan masyarakat diluar gereja. Arinya dalam hal ini,

permasalahan yang dimunculkan merupakan hasil pengamatan secara objektif dan

sepengetahuan penulis. Tentunya juga setelah mempertimbangkan posisi gereja di kota

Banjarmasin. Selain itu juga karena gambaran minor gereja yang hendak diangkat dalam

makalah ini lebih tepat atau lebih sesuai konteksnya mengenai upaya eklesiologi yang

dilakukan gereja ke luar dirinya, artinya kepada masyarakat Banjarmasin secara umum.

Permasalahan yang muncul adalah bagaimana gereja di Banjarmasin masih belum bisa

memberikan makna kehadirannya bagi masyarakat Banjarmasin. Memang jika kita lihat,

gereja atau orang Kristen hanyalah kelompok minoritas yang sangat kecil jika dibandingkan

dengan pemeluk agama lainnya. namun itu bukan berarti bahwa gereja tidak berkuasa atau

tidak berkewajiban untuk berpartisipasi dan berkontribusi aktif untuk kemajuan kota

Banjarmasin.

Pengangguran, kemiskinan, kriminalitas, lingkungan hidup, dan lain sebagainya, adalah

permasalahan-permasalahan di kota Banjarmasin ini. Seyogyanya gereja menyadari bahwa

ini bukan hanya tugas pemerintah kota saja, namun juga menjadi tugas dari gereja. Gereja

tidak memberikan strategi, metode, dan solusi untuk membantu pemerintah dalam mengatasi

permasalahan ini. Kota Banjarmasin adalah suatu wilayah yang pluralistik, baik dari sisi latar

belakang penduduk, bahasa, agama, dan sebagainya. Itu juga berarti bahwa gereja yang ada

di Banjarmasin juga merupakan bagian dari kepluralistikan itu. Di dalam wilayah yang plural,

selalu ada kemungkinan akan terjadinya kesenjangan sosial, bahkan mungkin saja terjadi

konflik.

Jadi, yang menjadi inti dari permasalahan yang hendak diangkat adalah kurangnya

perhatian, peranan, keikutsertaan, dan kontribusi gereja dalam rangka mengatasi

permasalahan-permasalahan sosial di Banjarmasin.

BAB III

SASIRANGAN

3.1 Sasirangan

4

Page 6: lafriofkalteng.files.wordpress.com …  · Web viewBanjarmasin adalah ibu kota dari provinsi Kalimantan ... yakni tugas ke dalam (internal) dan tugas keluar ... pelatihan, bantuan

Source From : http://lafriofkalteng.wordpress.com/Lia Af anak AMPAH

Meng’’eksresi” kan pikiran dalam “ekspresi” kata nan “ekspresif”

Kain sasirangan ini sudah digunakan sejak dulu kala, yakni sejak zaman Kerajaan Negara

Dipa. Ada banyak warga negara Kerajaan Negara Dipa yang menekuni kerajinan ini sebagai

pekerjaan utama. Menurut cerita, kain sasirangan ini pertama kali dibuat ketika Lambung

Mangkurat menjadi patih di Kerajaan Negara Dipa ini. Pada waktu itu, Patih Lambung

Mangkurat bertapa selama 40 hari 40 malam di atas rakit balarut banyu. Menjelang akhir

pertapaannya, rakit tersebut tiba di daerah Rantau. Di tempat itu Patih Lambung Mangkurat

melihat seonggok buih yang dari dalamnya terdengar suara seorang perempuan. Perempuan

tersebut adalah Putri Junjung Buih. Putri tersebut mengatakan bahwa ia akan menjadi

manusia jika syarat-syarat yang dimintainya berhasil dipenuhi. Syarat tersebut adalah sebuah

istana dan selembar kain yang ditenun dan dicalap (diwarnai) oleh 40 orang gadis dengan

motif padiwaringin. Dua hal ini harus diselesaikan dalam waktu dua hari.7

“Kain sasirangan pada mulanya dikenal sebagai kain pamintan, yaitu selembar kain putih yang diberi warna dan motif tertentu atas permintaan seseorang yang berobat kepada perajin kain pamintan.”8

Kain sasirangan ini memang memiliki beberapa nama, ada yang menyebutnya sebagai

calapan, pamintan, dan langgundi. Kain sasirangan yang selama ini kita kenal sebagai kain

khas urang Banjar ternyata memiliki fungsi yang sangat berbeda dengan fungsi yang ada

pada saat ini. Kain pamintan merupakan suatu media untuk batatamba (pengobatan alternatif

non medis) dan sangat dipercaya oleh masyarakat Banjar. Pada masa dulu, kain ini dibuat

hanya ketika ada seseorang yang sakit dan membutuhkan kain ini sebagai media pengobatan.

Hal yang sangat menarik adalah ada pengrajin yang mampu membuat kain pamintan

berdasarkan jenis penyakit yang diderita si pemesan. Bukan hanya dalam hal sakit-penyakit,

kain ini juga dipercaya dapat mengusir roh-roh jahat dan menjadi alat perlindungan roh-roh

tersebut. Pada masa itu, kain pamintan menjadi sebuah kain yang memiliki makna yang

sangat tinggi di kalangan masyarakat Banjar dan dianggap sebagai kain yang sakral.

Pada masa kini, kain ini sudah jarang digunakan sebagai media batatamba. Kain

sasirangan sudah menjadi suatu fashion dengan beragam corak dan warna. Cara

pembuatannya pun sudah modern, terutama dalam hal warna, tidak lagi menggunakan

pewarna alami, namun sudah menggunakan pewarna kain dengan berbagai macam pilihan

warna. Kain khas urang Banjar ini umumnya tersusun secara vertikal dengan motif-motif

yang khas, seperti motif gelombang, hiris gagatas, dan lain-lain. Masing-masing motif

tersebut memiliki maknanya tersendiri. Melihat kemajuan ini, kain ini tidak lagi disebut

7 _____, Kain Sasirangan, http://m.melayuonline.com/, diakses pada 02 Mei 20148 _____, Sejarah Sasirangan, http://tilikbjm.wordpress.com/, diakses pada 02 Mei 2014

5

Page 7: lafriofkalteng.files.wordpress.com …  · Web viewBanjarmasin adalah ibu kota dari provinsi Kalimantan ... yakni tugas ke dalam (internal) dan tugas keluar ... pelatihan, bantuan

Source From : http://lafriofkalteng.wordpress.com/Lia Af anak AMPAH

Meng’’eksresi” kan pikiran dalam “ekspresi” kata nan “ekspresif”

sebagai kain pamintan namun sebagai kain sasirangan. Sebagai pengganti kain pamintan

adalah kain sarigading. Kain ini memang agak kurang terkenal dibandingkan dengan kain

sasirangan, tapi sebagian masyarakat Banjar masih percaya bahwa kain ini memiliki khasiat.

Saat ini, kain sasirangan sudah dapat dipakai oleh siapa saja dan menjadi khas serta

kebanggaan dari Kalimantan Selatan.

3.3 Nilai Penting dari Sasirangan

Dari sasirangan ini, ditilik baik dari fungsinya pada zaman dulu hingga masa kini, ada

beberapa nilai penting yang dapat diambil :

a. Sasirangan sebagai pemersatu

Sebagai kain khas Kalimantan Selatan, sasirangan adalah pemersatu semua orang

Banjar. Ketika mengenakan sasirangan, mereka menjadi merasa suatu ikatan historis

budaya, dan kekeluargaan yang sangat kuat. Di sini juga berarti bahwa sasirangan

juga memiliki nilai identitas bagi orang Banjar. “Di dalam sasirangan terdapat image yang mencerminkan kepribadian yang selalu

mengembangkan kebudayaan orang lain karena di dalam makna corak batik dari sasirangan terkandung nuansanya dalam makna corak batik itu sendiri.”9

Kain sasirangan adalah identitas bagi orang-orang Banjar. Kemanapun mereka

pergi, mereka akan dengan bangganya mengenakan baju atau apapun yang berasal

dari kain ini. Sasirangan adalah suatu kebanggaan akan karya cipta masyarakat

Kalimantan Selatan.

Dilihat dari asal katanya, sasirangan berasal dari kata “sa” yang berarti satu dan

“sirang” yang berarti jelujur10. Hal ini tampak dari bagaimana motif dari kain ini.

Namun ternyata ini juga memiliki makna atau nilai, yakni sebagaimana sasirangan itu

satu jelujur, demikian juga orang Banjar hendaknya tetap berada dalam satu jelujur

antara satu dengan yang lainnya. Seia sekata dan sepenanggungan, sehingga tidak

terjadi perpecahan diantara mereka.

b. Sasirangan sebagai media

Ketika dikatakan sasirangan atau yang dahulunya dikenal dengan pamintan

merupakan salah satu media dalam batatamba. Kain sasirangan dipercaya memiliki

9 Hery, Kain Sasirangan, http://herykita.wordpress.com/, diakses pada 02 Mei 201410 Ahmad Harisuddin, Asal Usul Kain Sasirangan Banjar dan Nilai Magisnya,

http://banjarhulu.wordpress.com/, diakses pada 03 Mei 2014

6

Page 8: lafriofkalteng.files.wordpress.com …  · Web viewBanjarmasin adalah ibu kota dari provinsi Kalimantan ... yakni tugas ke dalam (internal) dan tugas keluar ... pelatihan, bantuan

Source From : http://lafriofkalteng.wordpress.com/Lia Af anak AMPAH

Meng’’eksresi” kan pikiran dalam “ekspresi” kata nan “ekspresif”

daya magis, kita boleh percaya ataupun tidak. Namun itulah keyakinan masyarakat

Banjar, sasirangan sangat bermakna bagi mereka.

c. Sasirangan sebagai kain multiguna

Maksud dari poin ini adalah sasirangan merupakan suatu budaya atau warisan dari

nenek moyang yang terus ada hingga saat ini. Sasirangan adalah suatu budaya yang

berhasil dihilangkan unsur kesakralan atau kemagisannya dan berhasil pula

ditransformasikan menjadi kain yang memiliki keindahan, kekhasan, dan terlebih lagi

sasirangan telah menjadi kain yang multiguna. Sehingga pada masa sekarang, bukan

hanya orang Kalimantan Selatan yang bangga mengenakan baju, laung, kakamban,

atau lainnya dengan bahan dasar sasirangan ini, melainkan juga orang dari luar.

Demikianlah gambaran dari kain sasirangan, baik dari segi sejarah maupun fungsinya.

Juga telah dipaparkan beberapa hal penting yang dapat diambil dari kain sasirangan sebagai

bekal untuk melanjutkan upaya perumusan eklesiologi pada bab selanjutnya.

BAB IV

GAMBARAN GEREJA SEBAGAI SASIRANGAN

“Dasar pertama yang memungkinkan terbentuknya ecclesia(e) adalah Allah dalam Yesus Kristus melalui

Roh Kudus yang berkarya membentuk dan menguduskan persekutuan tersebut. “11

Ini berarti bahwa gereja adalah suatu persekutuan yang lahir dari Allah. Gereja merupakan

buah tangan dari pekerjaan Roh Kudus. Yang terpenting di dalam gereja adalah penyataan

Allah, pemilihan oleh Allah, dan kehendak Allah untuk mengumpulkan orang-orang

beriman.12

Gereja hadir bukan hanya untuk dirinya sendiri, namun juga untuk dunia dimana ia berada.

Gereja bukan hanya hadir sebagai suatu institusional semata, namun mewujud dalam

persekutuan yang hidup, bukan hanya bagi jemaatnya, namun juga bagi masyarakat luas. Hal

ini sebagaimana yang terdapat dalam Kisah Para Rasul 13:47

11 Keloso, S. Ugak, Bahan Ajar Eklesiologi, (Banjarmasin : STT GKE, 2014)12 J. Verkuyl, Aku Percaya, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1978), hl 219

7

Page 9: lafriofkalteng.files.wordpress.com …  · Web viewBanjarmasin adalah ibu kota dari provinsi Kalimantan ... yakni tugas ke dalam (internal) dan tugas keluar ... pelatihan, bantuan

Source From : http://lafriofkalteng.wordpress.com/Lia Af anak AMPAH

Meng’’eksresi” kan pikiran dalam “ekspresi” kata nan “ekspresif”

“Sebab inilah yang diperintahkan kepada kami: Aku telah menentukan engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya engkau membawa keselamatan sampai ke ujung bumi."Gereja harus menyadari kewajiban dirinya sebagai pembawa syalom kepada dunia yang

telah ditetapkan dan diutus oleh Allah, melalui Yesus Kristus dengan pertolongan Roh

Kudus13. Artinya memang sejak semula, gereja telah ditetapkan untuk melakukan

pelayanannya secara universal, bukan hanya kepada segolongan orang tertentu saja.

Berangkat dari kenyataan itulah kita akan melihat bagaimana gambaran eksistensi dan makna

khusus gereja berdasarkan gambaran minor yang diajukan.

4.1 Gambaran Eksistensi Gereja Sebagai Sasirangan

Beberapa gambaran eksistensi gereja sebagai sasirangan :

a. Gereja adalah alat Allah

Gereja adalah persekutuan orang percaya yang menempatkan Yesus Kristus

sebagai kepalanya. Hal ini karena gereja menyadari bahwa Yesus Kristus adalah

pendiri, batu penjuru, dan dasar gereja (Mat 16:16; 1 Kor 3:10-11; Ef 2:20)14. “Yesus Kristus memanggil-melengkapi-memerintah para murid atau Gereja agar menjadi alat

damai sejahtera Allah di dalam dunia.”15

Dalam kesadarannya tersebut, gereja harus menjadi alat Allah di dalam dunia ini

untuk menjadi saksi-Nya. Gereja sebagai sasirangan menempatkan gereja pada

kesadaran bahwa ia adalah alat Allah atau media yang harus memberikan sesuatu

yang berguna atau bermanfaat bagi siapa saja yang membutuhkannya.

b. Persekutuan adalah kesatuan

Yang dimaksudkan disini adalah gereja merupakan suatu persekutuan yang

sebenarnya terdiri dari keberagaman. Dalam kenyataannya juga, gereja sendiri berada

dalam dunia yang juga memiliki keberagaman. Artinya adalah gereja harus menjadi

alat untuk mempersatukan keberagaman yang ada di masyarakat. Selain itu, sebagai

sasirangan, itu artinya gereja berperan dalam menyatukan setiap orang. Memang tidak

mungkin bagi gereja untuk menyatukan semua masyarakat ke dalam gereja, namun

13 Sanon, Bahan Ajar Misi Kontemporer, (Banjarmasin : STT GKE, 2014)14 Tony Tedjo, Anda Bertanya Saya Menjawab : 101 Tanya Jawab Praktis Seputar Iman dan

Kehidupan Kristen, (Yogyakarta : Penerbit Andi, 2012), hl 4015 Keloso S. Ugak, Bahan Ajar Eklesiologi. (Banjarmasin : STT GKE, 2014)

8

Page 10: lafriofkalteng.files.wordpress.com …  · Web viewBanjarmasin adalah ibu kota dari provinsi Kalimantan ... yakni tugas ke dalam (internal) dan tugas keluar ... pelatihan, bantuan

Source From : http://lafriofkalteng.wordpress.com/Lia Af anak AMPAH

Meng’’eksresi” kan pikiran dalam “ekspresi” kata nan “ekspresif”

paling tidak gereja bisa memepersatukan masyarakat dengan rasa nasionalisme dan

identitas kebangsaan.

c. Hadir dan menyatukan

Persekutuan dalam gereja akan jelas terbukti ketika gereja hadir secara nyata,

bukan hanya untuk jemaatnya namun juga untuk masyarakat. Gereja sebagai

sasirangan adalah gereja menyadari dirinya sebagai identitas orang Kristen. Namun

kesadaran itu tidaklah cukup untuk mewujudnyatakan persekutuannya kepada orang

luar. Oleh karena itu, gereja harus bisa menempatkan dirinya, selain sebagai identitas

Kristen juga sebagai sesuatu yang memiliki makna bagi masyarakat luar.

4.2 Makna Khusus Gereja Sebagai Sasirangan

Beberapa makna khusus yang dapat diambil dari gagasan minor gereja sebagai

sasirangan :

a. Eksistensi gereja terletak dari bagaimana gereja bisa menjadi media atau perantara

yang Ilahi dengan manusia.

b. Sebagai sasirangan, itu artinya gereja berada dalam posisi yang sangat penting dan

dituntut untuk bisa bersifat multiguna. Gereja sebagai sasirangan artinya gereja harus

hadir dan memberi makna kehadirannya di tengah masyarakat.

c. Dipandang dari persekutuan bagaimana yang bisa dibentuk dari gereja sebagai

sasirangan ini adalah persekutuan yang mampu untuk mempersatukan semua orang.

d. Gereja sebagai sasirangan adalah gereja yang bisa untuk ditransformasikan dan

dikontekstualisasikan sesuai dengan tuntutan zaman. Sebagaimana pamintan

bertransformasi menjadi sasirangan (disertai perubahan fungsi), demikian pula

hendaknya gereja bisa ditransformasikan.

BAB V

RELEVANSI KONTESKTUAL

Pada bab sebelumnya telah diajukan suatu gagasan gambaran minor gereja, yakni gereja

sebagai sasirangan. Pada poin selanjutnya juga telah berusaha dipaparkan hal-hal yang dapat

diambil berdasarkan dari cara berpikir eklesiologi. Kemudian dalam bab ini, akan dilakukan

9

Page 11: lafriofkalteng.files.wordpress.com …  · Web viewBanjarmasin adalah ibu kota dari provinsi Kalimantan ... yakni tugas ke dalam (internal) dan tugas keluar ... pelatihan, bantuan

Source From : http://lafriofkalteng.wordpress.com/Lia Af anak AMPAH

Meng’’eksresi” kan pikiran dalam “ekspresi” kata nan “ekspresif”

upaya relevansi kontekstual gambaran minor gereja sebagai sasirangan dalam rangka

menjawab permasalahan yang ada di dalam konteks Banjarmasin sebagaimana yang sudah

dipaparkan dalam bab II tadi.

Dalam konteks Banjarmasin adalah hal yang sangat mudah untuk memahami nilai-nilai

dari Sasirangan ini. Hal ini jelas karena sasirangan merupakan ciri khas dari Kalimantan

Selatan. Sasirangan sudah cukup terkenal, baik di kalangan orang Banjar sendiri, maupun di

kalangan para pendatang. Gereja yang ada di Banjarmasin sebaiknya bisa mengambil nilai-

nilai penting dari sasirangan ini sebagai caranya dalam bereklesiologi, bukan hanya di dalam

gereja namun di luar gereja. “Gereja bertanggung jawab penuh untuk ambil bagian menghadirkan dan memelihara damai sejahtera di

Indonesia (Kalimantan), baik tertuju kepada masyarakat manusia maupun lingkungan hidup.”16

Di sini terlihat bahwa gereja memiliki tanggung jawab yang sangat besar. Ia memiliki dua

tugas, yakni tugas ke dalam (internal) dan tugas keluar (eksternal). Kedua tugas ini harus

dilakukan secara seimbang.“[...] kita harus selalu memperjuangkan kemerdekaan agama dengan arti yang seluas-luasnya. Tidak

hanya perbuatan-perbuatan di dalam lingkungan anggota-anggota gereja saja harus bebas, tetapi [...] keluar pun harus dapat berjalan. Di mana gereja dipaksa untuk bekerja hanya dalam lingkungannya sendiri saja, di situ gereja dipaksa untuk lambat laun menghembuskan nafasnya yang terakhir.”17

Gereja sebaiknya jangan selalu memikirkan atau beranggapan bahwa segala pelayanan

yang dilakukannya keluar merupakan misi, penginjilan, church planting, dan lain sebagainya.

Jangan pula mengasumsikan bahwa segala yang gereja lakukan merupakan upaya untuk

mendapati jiwa-jiwa baru. Memang tidak salah dan sah-sah saja, namun jika ini yang menjadi

motivasi maka pelayanan gereja kepada masyarakat tidak benar-benar tulus. Akibatnya jelas,

masyarakat yang mungkin pada awalnya sangat senang dengan pelayanan dari gereja, setelah

mengetahui apa tujuan pelayanan tersebut, menjadi enggan untuk menerimanya. Hal ini

memberikan efek rasa tidak percaya dan anggapan-anggapan buruk tentang gereja –bahkan

orang Kristen secara umum.

Apalagi ketika melihat konteks Banjarmasin. Keislaman adalah hal yang sangat mereka

junjung tinggi. Bahkan hal itu tampak juga dari beberapa perda yang mereka terapkan.

Memang gereja sulit untuk menjadi pihak yang berpengaruh di kota ini karena

keminoritasannya, namun bukan berarti gereja tidak memiliki hak untuk ikut serta dalam

memajukan kota Banjarmasin.

16 Keloso, S. Ugak, Bahan Ajar Eklesiologi, (Banjarmasin : STT GKE, 2014)17 R. Soedarmo, Ikhtisar Dogmatika, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1985), hl 175

10

Page 12: lafriofkalteng.files.wordpress.com …  · Web viewBanjarmasin adalah ibu kota dari provinsi Kalimantan ... yakni tugas ke dalam (internal) dan tugas keluar ... pelatihan, bantuan

Source From : http://lafriofkalteng.wordpress.com/Lia Af anak AMPAH

Meng’’eksresi” kan pikiran dalam “ekspresi” kata nan “ekspresif”

“Gereja harus memikirkan metode yang tepat ketika akan melaksanakan tugasnya di antara

masyarakat sekitar (luar jemaat). Metode penginjilan yan efektif adalah metode yang tepat guna,

menjawab kebutuhan, dan fleksibel untuk diterapkan dalam konteks masyarakat [dimana ia

berada].”18

Beberapa contoh keterlibatan aktif gereja sesuai dengan konteks :

a. Gereja di Banjarmasin harus terlibat aktif dalam pemecahan masalah yang ada di kota

ini, misalnya saja gereja berupaya untuk ikut serta membuka lapangan pekerjaan bagi

masyarakat yang menganggur. Kalaupun misalnya gereja tidak mampu untuk

membuka lapangan pekerjaan tersebut, paling tidak gereja harus memberikan

semacam pelatihan keterampilan bagi masyarakat yang memerlukannya, sehingga

nantinya mereka mampu berwirausaha dengan keterampilan tersebut.

b. Pdt. Kinurung Maleh Maden, M.Th, MA mengatakan bahwa misi gereja selama ini

lebih bersifat anthropocentric19. Artinya perhatian gereja kepada masalah alam dan

lingkungan hidup masih kurang. Sementara kita tahu bahwa Banjarmasin memiliki

masalah lingkungan hidup yang sangat besar. Terbukti dari sampah yang berserakan,

sungai yang tercemar, pemukiman kumuh, dan lain sebagainya. Gereja harus mulai

menampakkan kepeduliannya terhadap masalah lingkungan hidup ini.

c. Sebagai sebuah wilayah yang plural, Banjarmasin selalu memiliki kemungkinan akan

terjadinya kesenjangan sosial dan konflik antar anggota masyarakat. Di sinilah

bagaimana gereja bisa menunjukkan bahwa ia mampu berpartisipasi dalam rangka

menjaga kestabilan suasana kota Banjarmasin.

d. Gereja hadir secara multiguna. Ini bukan berarti gereja meninggalkan tugas utamanya,

yakni pelayanan kepada jemaatnya. Namun ini hendak menyatakan bahwa

seyogyanya apa yang dilakukan oleh gereja kepada masyarakat luar tidak hanya

berpihak pada satu bidang saja, namun jika bisa sebaiknya mencakup berbagai

bidang, seperti pendidikan, pelatihan, bantuan sosial, kesehatan dan lainnya. Dengan

kata lain, pelayanan yang dilakukan oleh gereja adalah pelayanan yang holistik.

18 Manto Manurung, Penginjilan Di Tengah Masyarakat Majemuk : “Tantangan dan Solusinya”, Jakarta : STT Ekklesia, 2005, (pdf), http://memberfiles.freewebs.com/

19 Kinurung Maleh Maden, Membangun Eko-Teologi Berkeadilan Bagi Misi Gereja, dalam Prapatriotis H. Oedoy, J.J Songan, dkk, Mengasihi Tuhan & Sesama Ciptaan, (Banjarmasin : Unit Publikasi STT GKE, 2008) hal 22

11

Page 13: lafriofkalteng.files.wordpress.com …  · Web viewBanjarmasin adalah ibu kota dari provinsi Kalimantan ... yakni tugas ke dalam (internal) dan tugas keluar ... pelatihan, bantuan

Source From : http://lafriofkalteng.wordpress.com/Lia Af anak AMPAH

Meng’’eksresi” kan pikiran dalam “ekspresi” kata nan “ekspresif”

Ini bukan berarti juga bahwa gereja memonopoli atau menguasai semuanya. Gereja

bisa menempatkan dirinya dalam pelayanan kepada masyarakat secara universal,

tepat, multiguna, dan tentunya tidak melanggar batasan yang ada.

Dari gambaran minor yang diusung dalam makalah ini, gereja sebagai sasirangan artinya

sebagaimana makna dari sasirangan itu sendiri yakni memberi makna, manfaat, identitas, dan

rasa kesatuan, demikian pula hendaknya gereja yang ada di Banjarmasin ini. Mampu

menegaskan identitasnya dengan cara memberi makna, manfaat, dan mempersatukan

masyarakat. Di sinilah gereja harus mulai menampakkan diri dan melakukan tugasnya

sebagai duta Kristus kepada masyarakat, tanpa mempertimbangkan apakah yang ia layani itu

Kristen atau non-Kristen, jemaatnya atau bukan, serta apakah mendatangkan keuntungan atau

tidak bagi pemasukan gereja.

12

Page 14: lafriofkalteng.files.wordpress.com …  · Web viewBanjarmasin adalah ibu kota dari provinsi Kalimantan ... yakni tugas ke dalam (internal) dan tugas keluar ... pelatihan, bantuan

Source From : http://lafriofkalteng.wordpress.com/Lia Af anak AMPAH

Meng’’eksresi” kan pikiran dalam “ekspresi” kata nan “ekspresif”

BAB VI

PENUTUP

Gambaran minor gereja sebagai sasirangan hanyalah salah satu dari banyak gambaran

minor yang bisa diajukan. Namun di dalam konteks Banjarmasin, penulis merasa sasirangan

merupakan alat bantu yang tepat untuk menggambarkan bagaimana cara gereja bereklesiologi

di kota ini. Merupakan hal yang sangat disayangkan ketika kita mengetahui kenyataan bahwa

gereja kita masih sangat kurang dalam hal pelayanan kepada masyarakat dan lingkungan

dimana ia berada. Hal ini membuat kita harus menggaris bawahi dan mempertanyakan

mengenai persekutuan macam apakah yang telah kita bangun selama ini di gereja? Apa

makna pembicaraan dan pengajaran kita tentang isi Alkitab dan kehendak Allah ketika pada

kenyataannya gereja tidak bergerak untuk melaksanakannya. Jika demikian, gereja tidak

ubahnya bagaikan Yunus yang nyaman tertidur, sementara orang lain sedang dalam

pergumulan dan ketakutan yang mendalam.

Kita harus menempatkan gereja bukan hanya sebagai The Religious Institution semata,

namun lebih daripada itu, kita harus menempatkan gereja sebagai The Real Social Religious

Institution. Gereja yang sejati tidak hanya bersentuhan dengan persoalan agama, iman, dan

surga semata, namun harus terbuka dan mampu menyentuh kehidupan sosial. Bahkan disaat

ia berada dalam posisi minoritas, dengan pertolongan Roh Kudus, ia pasti dimampukan untuk

menjadi minoritas yang melayani mayoritas.

13

Page 15: lafriofkalteng.files.wordpress.com …  · Web viewBanjarmasin adalah ibu kota dari provinsi Kalimantan ... yakni tugas ke dalam (internal) dan tugas keluar ... pelatihan, bantuan

Source From : http://lafriofkalteng.wordpress.com/Lia Af anak AMPAH

Meng’’eksresi” kan pikiran dalam “ekspresi” kata nan “ekspresif”

DAFTAR PUSTAKA

Buku

________, Alkitab Terjemahan Baru. Jakarta : LAI, 2009.

BPH Majelis Sinode, Almanak Nas GKE 2013,

Banjarmasin : BPH Majelis Sinode GKE, 2012

________, Almanak Nas GKE 2014,

Banjarmasin : BPH Majelis Sinode GKE, 2013

Maden, Kinurung Maleh. Membangun Eko-Teologi Berkeadilan Bagi Misi Gereja,

Banjarmasin : Unit Publikasi STT GKE, 2008

Maria Prahesty, Bahan Ajar Teologi Sistematika, Banjarmasin : STT GKE, 2012

Sanon. Bahan Ajar Misi Kontemporer, Banjarmasin : STT GKE, 2014

Soedarmo, R. Ikhtisar Dogmatika, Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1985

Tedjo, Tony. Anda Bertanya Saya Menjawab : 101 Tanya Jawab Praktis Seputar Iman dan

Kehidupan Kristen, Yogyakarta : Penerbit Andi, 2012

Ugak, Keloso, S. Bahan Ajar Eklesiologi, Banjarmasin : STT GKE, 2014

Verkuyl, J. Aku Percaya, Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1978

Internet

_____, Kain Sasirangan, http://m.melayuonline.com/

_____, Materi WGA : Inventarisasi Sumber Pencemar dan Perhitungan Beban Pencemaran

di DAS Barito dan Martapura, (pdf), http://www.menlh.go.id/

_____, Profil Kabupaten/Kota Banjarmasin, (pdf), http://ciptakarya.pu.go.id

_____, Sejarah Sasirangan, http://tilikbjm.wordpress.com/

Ahmad Harisuddin, Asal Usul Kain Sasirangan Banjar dan Nilai Magisnya,

http://banjarhulu.wordpress.com/

Hery, Kain Sasirangan, http://herykita.wordpress.com/

Manto Manurung, Penginjilan Di Tengah Masyarakat Majemuk : “Tantangan dan

Solusinya”, Jakarta : STT Ekklesia, 2005, (pdf), http://memberfiles.freewebs.com/

14