tugas hipertensi

36
TUGAS MAKALAH HIPERTENSI Oleh: Prabuwinoto Setiawan G99131063 .

Upload: akbar1992

Post on 11-Jan-2016

221 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

h

TRANSCRIPT

Page 1: tugas hipertensi

TUGAS MAKALAH

HIPERTENSI

Oleh:

Prabuwinoto Setiawan

G99131063

.

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR MOEWARDI

SURAKARTA

2015

Page 2: tugas hipertensi

BAB I

PENDAHULUAN

Dewasa ini, adanya transisi penyakit mengakibatkan terjadinya beban

ganda masalah penyakit di suatu negara. Transisi penyakit yang merupakan

bagian dari masalah transisi kesehatan terjadi karena adanya transisi demografi

dan transisi epidemiologi. Dikatakan beban ganda karena, dalam hal ini tren

penyakit telah bergeser dari penyakit menular ke arah penyakit tidak menular

(penyakit degeneratif) seperti hipertensi, diabetes mellitus, jantung, stroke

dan kanker. Perubahan pola penyakit tersebut sangat dipengaruhi oleh keadaan

demografi, sosial ekonomi, dan sosial budaya. Kecenderungan perubahan ini juga

telah terjadi di negara Indonesia sehingga menjadi salah satu tantangan dalam

pembangunan bidang kesehatan (Depkes RI, 2006).

Hipertensi adalah gangguan pada sistem peredaran darah, yang cukup

mengganggu kesehatan masyarakat. Menurut The Seventh Report of the Joint

National Committee (2003) hipertensi adalah suatu keadaan di mana tekanan

darah sistolik lebih dari atau sama dengan 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih

dari atau sama dengan 90 mmHg. Hipertensi masih menjadi masalah kesehatan

karena merupakan penyakit The Silent Killer (sering kali dijumpai tanpa gejala).

Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah stroke dan

tuberkulosis, dengan perbandingan kematian wanita sebesar 55,2% dan laki-laki

44,8% di dunia (AHA, 2013). Di Indonesia, PMR (Proportional Mortality Rate)

hipertensi mencapai 6,70% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia

(Kurnia, 2007).

Page 3: tugas hipertensi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi dan Klasifikasi

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana

terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama).

Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah

yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan

darah tinggi.

Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai

hipertensi esensial, atau lebih dikenal hipertensi primer, untuk

membedakannya dengan hipertensi sekunder bahwa hipertensi sekunder

dengan sebab yang diketahui. Menurut The Seventh Report Of The Joint

Committe on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood

Pressure (JNC 7) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi

kelompok Normotensi, Prahipertensi, Hipertensi Derajat I, Hipertensi derajat

II.

Klas.Tekanan Darah TDS (mmHG) TDD (mmHg)

Normal

Prahipertensi

Hipertensi Stage I

Hipertensi Stage II

<120

120-139

140-159

≥160

<80

80-89

90-99

≥100

B. Faktor Risiko

Hipertensi esensial adalah penyakit multifalktorial yang timbul karena

interaksi antara faktor-faktor risiko tertentu. Faktor-faktor risiko tersebut

antara lain (Yogiantoro, 2006) :

1. Diet dan asupan garam, stres, ras, obesitas, merokok, dan genetik;

2. Sistem saraf simpatis : tonus simpatis, variasi diurnal;

3. Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokontriksi;

Page 4: tugas hipertensi

4. Pengaruh sistem otokrin setempat terhadap sistem renin, angiotensin, dan

aldosteron.

Selain faktor risiko di atas, pada JNC 7 dilaporkan dalam rangka

mengetahui prognosis dan pedoman terapi pada penderita hipertensi perlu

memperhatikan faktor-faktor risiko kardiovaskuler sebagai berikut :

1. Hipertensi,

2. Usia (laki-laki usia > 55 tahun, perempuan > 65 tahun),

3. Diabetes mellitus,

4. Peningkatan kadar LDL-kolesterol (atau kolesterol total) atau penurunan

kadar HDL-kolesterol,

5. Mikroalbuminuria,

6. Glomerulus Filtration Rate (GFR) < 60 ml/menit,

7. Riwayat keluarga penyakit kardiovaskuler dini ( laki-laki usia < 55 tahun

atau perempuan usia < 65 tahun),

8. Obesitas (IMT ≥ 30 kg/m2),

9. Inaktivitas fisik,

10. Perokok.

(National Institutes of Health, 2004)

C. Patogenesis

viskositas darahjari-jari arteriol

Frekuensi denyut Vol. jantung sekuncup

Cardiac Output Resistensi Perifer

Tekanan darah sistemik

Page 5: tugas hipertensi

Tekanan darah merupakan hasil dari cardiac output dan tahanan

pembuluh darah perifer. Kedua faktor tersebut yang merupakan penyebab

langsung dari terjadinya hipertensi. Secara konstan, tekanan arteri rata-rata

dipantau oleh baroreseptor dalam sirkulasi. Reseptor terpenting dalam

pengaturan tekanan darah adalah sinus caroticus dan baroreseptor lengkung

aorta. Dalam kondisi normal, peningkatan tekanan darah akan mempercepat

pembentukan potensial aksi di neuron aferen baroreseptor sinus caroticus dan

lengkung aorta. Melalui peningkatan kecepatan pembentukan potensial aksi

tersebut, pusat kontrol kardiovaskuler mengurangi aktivitas simpatis dan

meningkatkan aktivitas parasimpatis. Sinyal-sinyal eferen tersebut akan

menurunkan kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup, merangsang

vasodilatasi arteriol dan vena sehingga curah jantung dan resistensi perifer

turun. Hasil akhirnya adalah tekanan darah kembali normal. Namun, pada

hipertensi, baroreseptor tidak berespons mengembalikan tekanan darah ke

tingkat normal karena mereka telah beradaptasi untuk bekerja pada tingkat

yang lebih tinggi (Sherwood, 2001).

Selain baroreseptor yang tidak berespons, pada hipertensi juga terjadi

penurunan eksresi Na+ yang berarti terjadi peningkatan retensi Na+. Hal itu

memicu retensi osmotik H2O sehingga volume cairan plasma meningkat.

Sehingga peningkatan volume cairan menyebabkan volume darah meningkat

kemudian curah jantung meningkat. Sebagai hasil akhirnya tekanan darah

meningkat.

Pada sebagian besar pasien hipertensi, terjadi peningkatan kadar renin

(Gray, 2005). Sistem renin-angiotensin ternyata mempengaruhi homeotasis

natrium dan resistensi perifer (Robbins, 2007). Mekanisme berikut ini

mungkin bisa menjelaskan hubungan keduanya. Renin yang dikeluarkan sel

juxtaglomerulus ginjal akan mengubah angiotensinogen plasma menjadi

angiotensin I yang selanjutnya oleh ACE (angiotensin converting enzyme)

akan diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II tersebut menyebabkan

peningkatan tekanan darah dengan cara meningkatkan resistensi perifer

Page 6: tugas hipertensi

(sebagai efek langsung pada otot polos vaskular) dan volume darah (stimulasi

sekresi aldosteron, peningkatan reabsorpsi natrium dalam tubulus distal).

Salah satu faktor risiko hipertensi adalah stress. Stress adalah semua

hal yang mengancam homeostasis tubuh. Jadi stress tidak hanya sebatas pada

stress psikologis, tetapi juga stress fisik, stress kimia, dll. Ketika tubuh

terpapar stress, saraf simpatis akan teraktifkan. Ia akan mengaktifkan juga

beberapa hormon yang memperkuat efeknya seperti epinefrin dan

kortikosteroid. Pada jantung, stimulasi saraf simpatis akan meningkatkan

kecepatan denyut dan kontraksi jantung. Hal ini berarti volume sekuncup juga

meningkat sehingga tekanan darah juga naik. Sedangkan pada arteriol,

stimulasi simpatis menyebabkan vasokontriksi yang berakibat pada

peningkatan resistensi perifer.

D. Manifestasi Klinis

Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya

gejala. Bila demikian gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada

ginjal, mata, otak, atau jantung. Gejala lain yang lebih sering ditemukan

adalah sakit kepala, epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat di

tengkuk, sukar tidur, mata berkunang –kunang dan pusing

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala;

meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan

dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya

tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung,

pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada

penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang

normal.

Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul

gejala berikut:

sakit kepala

kelelahan

mual

Page 7: tugas hipertensi

muntah

sesak nafas

gelisah

pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,

mata, jantung dan ginjal.

Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran

dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut

ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.

E. Diagnosis

Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam satu kali

pengukuran, hanya dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran

pada kunjungan yang berbeda, kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau

gejala-gejala klinis. Pengukuran pertama harus dikonfirmasikan pada

sedikitnya 2 kunjungan lagi dalam waktu satu sampai beberapa minggu.

Pengukuran tekanan darah dilakukan dalam keadaan pasien duduk bersandar,

setelah pasien beristirahat selama 5 menit, dengan ukuran pembungkus lengan

yang sesuai.

Anamnesis yang dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lamanya

menderita, riwayat dan gejala-gejala penyakit yang berkaitan dengan penyakit

jantung koroner, gagal jantung, penyakit serebrovaskuler dll. Apakah terdapat

riwayat penyakit dalam keluarga dan gejala-gejala yang berkaitan dengan

penyebab hipertensi, perubahan aktivitas/ kebiasaan merokok, konsumsi

makanan, riwayat obat-obatan bebas, faktor lingkungan, pekerjaan,

psikososial dsb.

Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk mengetahui penyerta

maupun komplikasi pada organ target. Pemeriksaan penunjang yang

dilakukan berupa:

a. test darah rutin

b. glukosa darah (sebaiknya puasa)

c. kolesterol total serum, kolesterol LDL dan HDL serum, trigliserida serum

Page 8: tugas hipertensi

d. asam urat, kreatinin, kalium dalam serum

e. hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Hct)

f. urinalisis (uji carik celup serta sedimen urin)

g. elektrokardiogram (EKG)

Evaluasi pasien hipertensi juga diperlukan untuk menentukan adanya

penyakit penyerta sistemik, yaitu :

a. aterosklerosis (melalui pemeriksaan profil lemak);

b. diabetes (terutama pemeriksaan gula darah);

c. fungsi ginjal (dengan pemeriksaan proteinuria, kreatinin serum, serta

memperkirakan laju filtrasi glomerulus).

Yang perlu diperhatikan adalah tes mendalam untuk mencari penyebab

hipertensi tidak dianjurkan kecuali jika dengan terapi memadai, target

tekanan darah tidak tercapai (Yogiantoro, 2006).

F. Kerusakan Organ Target

Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ target yang umum

ditemui pada pasien hipertensi adalah :

1. jantung

a. hipertrofi ventrikel kiri

b. angina atau infark miokardium

c. gagal jantung

2. otak

strok atau transient ischemic attack

3. penyakit ginjal kronis

4. penyakit arteri perifer

5. retinopati

G. Pengobatan

Tujuan pengobatan pada pasien hipertensi adalah :

Page 9: tugas hipertensi

a. target tekanan darah <140/90 mmHg, untuk individu beresiko tinggi

(diabetes,gagal ginjal proteinuri) <130/80 mmHg

b. penurunan morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskuler

c. mengahambat laju penyakit ginjal proteinuri

Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi nonfarmakologis dan terapi

farmakologis. Terapi nonfarmakologis harus dilaksanakan oleh semua pasien

hipertensi dengan tujuan untuk menurunkan tekanan darah dan mengendalikan

faktor-faktor resiko, serta penyakit penyerta lainnya. Adapun terapi

nonfarmakologis sbb:

a. menghentikan merokok

b. menurunkan berat badan yang berlebihan

c. menurunkan konsumsi alkohol yang berlebihan

d. latihan fisik

e. menurunkan asupan garam

f. meningkatkan konsumsi buah dan sayur

g. menurunkan asupan lemak

Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang

dianjurkan oleh JNC 7 adalah :

a. diuretika, terutaman jenis thiazid atau aldosterone antagonist

b. beta bloker (BB)

c. Calcium Channel Blocker atau Calcium Antagonist

d. Angiotensin Converting Enzym Inhibitor (ACE Inhibitor)

e. Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 receptor antagonist/blocker

(ARB)

Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara bertahap dan

target tekanan darah dicapai secara progresif dalam beberapa minggu.

Dianjurkan untuk menggunakan obat antihipertensi dengan masa kerja

panjang dan yang memberikan efikasi 24 jam dengan pemberian sekali sehari.

Jika terapi dimulai dengan satu jenis obat dan dalam dosis rendah, dan

kemudian tekanan darah belum mancapai target, maka langkah selanjutnya

adalah meningkatakan dosis obat tersebut atau berpindah ke antihipertensi

Page 10: tugas hipertensi

yang lain dengan dosis rendah baik tunggal maupun kombinasi. Kombinasi

yang terbukti dapat ditolerir pasien adalah : diuretika dan ACEI atau ARB,

CCB dan BB, CCB dan atau ARB, CCB dan diuretika, ARB dan BB,kadang

diperlukan tiga atau empat kombinasi obat.

TAHAPAN TERAPI HIPERTENSI

Modifikasi pola hidup :1. Penurunan berat badan2. Aktifitas fisik teratur3. pembatasan garam dan

alcohol4. berhenti merokok

Respons cukup(sasaran tel;ah dicapai

Respons kurang

Lanjutkan Modifikasi pola hidup :Pilihan Anti hipertensi :

1. diuretic atau beta bloker2. penghambat ACE,antagonis

CA,alfa bloker, alfa beta bloker

Respons cukup(sasaran telah dicapai

Respons kurang Respons kecil

Tingkatkan dosis pertama

Tambahkan obat kedua dari golongan lain

Ganti dengan gol. lain

Respon belum cukup

Tambahkan obat kedua atau ketiga dari gol. lain atau diuretik

Page 11: tugas hipertensi

BP classification

SBP* mmHg

DBP* mmHg

Lifestyle modification

Initial drug therapy

Without compelling indication

With compelling indications

Normal <120 and <80

Encourage

Prehypertension 120–139

or 80–89

Yes No antihypertensive drug indicated.

Drug(s) for compelling indications. ‡

Stage 1 Hypertensi-on

140–159

or 90–99

Yes Thiazide-type diuretics for most. May consider ACEI, ARB, BB, CCB, or combination.

Drug(s) for the compelling indications.‡Other antihypertensive drugs (diuretics, ACEI, ARB, BB, CCB) as needed.

Stage 2 Hypertensi-on

>160 or >100

Yes Two-drug combination for most† (usually thiazide-type diuretic and ACEI or ARB or BB or CCB).

Page 12: tugas hipertensi

Sumber : JNC-VII

H. Pemantauan

Pasien yang telah mulai mendapatkan pengobatan harus datang

kembali untuk evaluasi lanjutan dan pengaturan dosis samapi target tekanan

darah tercapai. Setelah tekanan darah tercapai dan stabil, kunjungan

selanjutnya dengan interval 3-6 bulan, tetapi frekuensi ini juga ditentukkan

oleh ada tidaknya komorbiditas seperti gagal jantung, diabetes, dan kebutuhan

akan pemeriksaan laboratorium.

Strategi untuk meningkatkan kepatuhan pasien adalah; empati dokter

akan meningkatkan kepercayaan, motivasi dan kepatuhan pasien, dokter harus

mempertimbangkan latar belakang budaya, kepercayaan pasien serta sikap

pasien terhadap pengobatan, pasien diberi tahu hasil pengukuran tekanan

darah, target yang masih harus dicapai, rencana pengobatan selanjutnya serta

pentingnya mengikuti rencana tersebut.

Pengobatan antihipertensi umumnya untuk selama hidup. Penghentian

pengobatan cepat atau lambat akan diikuti oleh naiknya tekanan darah sampai

seperti sebelum dimulai pengobatan antihipertensi. Walaupun demikian, ada

Page 13: tugas hipertensi

kemungkinan untuk menurunkan dosis dan jumlah obat antihipertensi secara

bertahap bagi pasien yang diagnosis hipertensinya sudah pasti serta tetap

patuh terhadap pengobatan nonfarmakologis. Tindakan ini harus disertai

dengan pengawasan tekanan darah yang ketat.

BAB III

KASUS

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PENDERITA

Nama : Tn. S

Umur : 44 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan : Guru SMA

Alamat : Jaten Karanganyar

No. CM : 00110900

Tanggal Pemeriksaan : 3 Februari 2015

B. ANAMNESIS

1. Keluhan Utama : Nyeri kepala

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Page 14: tugas hipertensi

Kurang lebih sejak 2 minggu yang lalu pasien mengeluh nyeri

kepala. Nyeri kepala dirasakan cekot-cekot terutama pada kepala bagian

belakang. Cekot-cekot dirasakan hilang timbul terutama jika malamnya

susah tidur. Keluhan ini telah dirasakan hilang timbul sejak 6 bulan yang

lalu. Keluhan sering muncul saat musim ujian dan berkurang jika pasien

beristirahat. Dua minggu yang lalu pasien pergi ke Puskesmas dan

memeriksakan tekanan darahnya. Tekanan darah pasien saat itu 170/90.

Pasien diberi dua macam obat, namun pasien lupa nama obatnya.

Keduanya diminum tiga kali sehari dan habis dalam 3 hari. Pasien diminta

untuk kembali lagi seminggu kemudian. Keluhan pasien membaik dan

pasien tidak kembali ke Puskesmas. Sekitar 3 hari yang lalu keluhan

muncul kembali. Karena mengganggu aktivitas, maka pasien

memeriksakan diri ke RSDM.

Pasien tidak mengeluhkan pandangan kabur, nyeri dada,

berdebar-debar, sesak napas, maupun kesemutan. BAB dan BAK dalam

batas normal.

3. Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat keluhan sama : (+)

Riwayat trauma kepala : disangkal

Riwayat penyakit jantung : disangkal

Riwayat sakit darah tinggi : disangkal

Riwayat mondok : disangkal

Riwayat sakit gula : disangkal

Riwayat alergi : disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga :

Riwayat sakit darah tinggi : (+) ayah dan kakak pasien

Riwayat sakit gula : disangkal

Riwayat sakit jantung : disangkal

Page 15: tugas hipertensi

5. Riwayat Kebiasaan

Pasien makan sehari 2-3 kali dengan sayur dan lauk, pasien adalah

penggemar makanan asin dan pedas.

Pasien bekerja sebagai guru SMA, masuk 6 hari dalam seminggu,

berangkat kerja dengan motor. Pasien mengaku jarang berolahraga di

luar aktivitas hariannya.

Pasien adalah seorang perokok sejak usia 25 tahun dengan konsumsi

2-3 batang per hari.

C. PEMERIKSAAN FISIK

1 Keadaan Umum : CM GCS=E4V5M6, gizi kesan berlebih

BB : 70 kg

TB : 156 cm

IMT: 29,70 (overweight)

2 Tanda Vital : Tensi : 160/90 mmHg

Nadi : 96 x/ menit

Frekuensi Respirasi : 18 x/menit

Suhu : 36,6 0C

3 Kepala : Bentuk kepala normal, mata konjungtiva pucat,

pupil isokor, reflek cahaya +/+

4 Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)

5 Jantung :

Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak, pulsasi tidak tampak

Palpasi : Iktus kordis tidak kuat angkat

Perkusi : Kesan batas jantung tidak melebar

Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, regular, bising (-)

6 Pulmo :

Inspeksi : Pengembangan dada simetris kanan=kiri

Palpasi : Fremitus raba kanan=kiri

Perkusi : Sonor/sonor

Page 16: tugas hipertensi

Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan

(-/-)

7 Abdomen

Inspeksi : Distended (-), sikatrik (-), striae (-), caput medusae (-)

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Perkusi : Pekak alih (-), pekak sisi (-), undulasi (-)

Palpasi : supel, hepar lien tak teraba

D. DIAGNOSIS

Hipertensi stage II

E. TUJUAN PENGOBATAN

1. Menurunkan tekanan darah sampai <140/90 mmHg.

Modifikasi gaya hidup

a) Berhenti merokok.

b) Menurunkan berat badan hingga IMT normal. Setiap penurunan 10

kgBB dapat menurunkan tekanan darah sistolik kurang lebih 5-20

mmHg.

c) Konsumsi makanan kaya buah, sayur, susu rendah lemak dapat

menurunkan tekanan sistol sebesar 8-14 mmHg.

d) Mengurangi asupan natrium sampai kurang dari 2,4 g/hari atau

NaCl 6 g/hari, dapat menurunkan tekanan sistol 2-8 mmHg.

e) Berolahraga aerobik teratur misalnya berjalan kaki (30 menit/hari

selama 4-5 hari seminggu) dapat menurunkan tekanan sistol

sebesar 4-9 mmHg.

Obat antihipertensi

a) Diuretik. Misalnya hidroklortiazid 1 tablet dengan dosis 12,5 mg

diberikan sehari sekali setiap hari hingga tekanan sistolik pasien

mencapai kurang dari 100 mmHg. Jika angka ini tercapai maka

pemberian obat dihentikan dan dilakukan monitoring.

Page 17: tugas hipertensi

b) ACE inhibitor. Misalnya tenapril 1 kaplet dengan dosis 2,5 mg

diberikan sehari sekali setiap hari atau captopril tablet dengan dosis

12,5 mg diberikan 2 kali sehari setiap hari hingga tekanan sistolik

pasien mencapai kurang dari 100 mmHg. Jika angka ini tercapai

maka pemberian obat dihentikan dan dilakukan monitoring.

2. Penurunan morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskuler.

Dilakukan dengan mempertahankan tekanan darah normal.

3. Mengahambat laju nefropati hipertensi.

Obat-obatan golongan ACE inhibitor memiliki efek nefroprotektor,

misalnya captopril tablet dengan dosis 12,5 mg diberikan 2 kali sehari setiap

hari dengan monitoring fungsi ginjal rutin.

F. PENGOBATAN

1. Nonmedikamentosa

a. menurunkan berat badan yang berlebihan

b. latihan fisik

c. menurunkan asupan garam

d. meningkatkan konsumsi buah dan sayur

e. berhenti merokok

2. Medikamentosa

R/ HCT tab mg 12,5 No.XV

S 1 dd tab 1 mane

R/ Captopril tab mg 12,5 No.XXX

S 2 dd tab 1 ac

Pro : Tn. S (44 tahun)

Page 18: tugas hipertensi

BAB IV

PEMBAHASAN OBAT

a. Diuretik

Diuretik menurunkan tekanan darah terutama dengan cara mendeplesikan

simpanan natrium tubuh. Awalnya, diuretik menurunkan tekanan darah dengan

menurunkan volume darah dan curah jantung, tahanan vaskuler perifer.

Penurunan tekanan darah dapat terlihat dengan terjadinya diuresis. Diuresis

menyebabkan penurunan volume plasma dan stroke volume yang akan

menurunkan curah jantung dan akhirnya menurunkan tekanan darah. Obat-obat

diuretik yang digunakan dalam terapi hipertensi yaitu : diuretik  golongan tiazid,

diuretik kuat, dan diuretik hemat kalium.

Obat-Obat Pilihan:

A. Golongan Tiazid

1. Bendroflazid/bendroflumetazid ( Corzide® )

- Indikasi: edema, hipertensi

Page 19: tugas hipertensi

- Kontra indikasi: hipokalemia yang refraktur, hiponatremia,

hiperkalsemia, , gangguan ginjal dan hati yang berat, hiperurikemia

yang simptomatik, penyakit adison.

- Bentuk sediaan obat: tablet

- Dosis: edema dosis awal 5-10 mg sehari atau berselang sehari pada

pagi hari; dosis pemeliharaan 5-10 mg 1-3 kali

semingguHipertensi, 2,5 mg pada pagi hari

- Efek samping:hipotensi postural dan gangguan saluran cerna yang

ringan; impotensi (reversibel bila obat dihentikan); hipokalemia,

hipomagnesemia,  hiponatremia, hiperkalsemia, alkalosis

hipokloremanik, hiperurisemia, pirai, hiperglikemia, dan

peningkatan kadar kolesterol plasma; jarang terjadi ruam kulit,

fotosensitivitas, ganggan darah (termasuk neutropenia dan

trombositopenia, bila diberikan pada masa kehamilan akhir);

pankreatitis, kolestasis intrahepatik dan reaksi hipersensitivitas.

- Peringatan : dapat menyebabkan hipokalemia, memperburuk

diabetes dan pirai; mungkin memperburuk SLE ( eritema lupus

sistemik ); usia lanjut; kehamilan dan menyusui; gangguan hati dan

ginjal yang berat;porfiria.  

2. Chlortalidone ( Hygroton®, Tenoret 50®, Tenoretic® )

- Indikasi : edema, hipertensi, diabetes insipidus

- Peringatan,Kontra indikasi, dan efek samping: lihat pada

Bendrofluazid

- Dosis : edema, dosis awal 50 mg pada pagi hari atau 100-200 mg

selang sehari, kurangi untuk pemeliharaan jika

mungkin.Hipertensi, 25 mg; jika perlu ditingkatkan sampai 50 mg

pada pagi hari

- Bentuk sediaan obat: tablet

3. hidroklorotiazid

- Indikasi: edema, hipertensi

Page 20: tugas hipertensi

- Peringatan,Kontra indikasi, dan efek samping: lihat pada

Bendrofluazid

- Dosis : edema, dosis awal 12,5-25 mg, kurangi untuk pemeliharaan

jika mungkin; untuk pasien dengan edema yang berat dosis

awalnya 75 mg sehariHipertensi, dosis awal 12,5 mg sehari; jika

perlu ditingkatkan sampai 25 mg pada pagi hari

- Bentuk sediaan obat: tablet.

 

B. Diuretik kuat

1. Furosemide ( Lasix®, uresix®, impugan® )

- Indikasi: edema pada jantung, hipertensi

- Kontra indikasi: gangguan ginjal dan hati yang berat.

- Bentuk sediaan obat: tablet, injeksi, infus

- Dosis: oral , dewasa 20-40 mg pada pagi hari, anak 1-3 mg/kg bb;

Injeksi, dewasa dosis awal 20-50 mg im, anak 0,5-1,5mg/kg

sampai dosis maksimal sehari 20 mg; infus IV disesuaikan dengan

keadaan pasien

- Efek samping: Gangguan saluran cerna dan kadang-kadang reaksi

alergi seperti ruam kulit

- Peringatan : dapat menyebabkan hipokalemia dan hiponatremia;

kehamilan dan menyusui; gangguan hati dan ginjal; memperburuk

diabetes mellitus; perbesaran prostat; porfiria. 

C. Diuretik hemat kalium

1. Amilorid HCL ( Amiloride®, puritrid®, lorinid® )

- Indikasi: edema, hipertensi, konservasi kalium dengan kalium dan

tiazid

- Kontra indikasi: gangguan ginjal, hiperkalemia.

- Bentuk sediaan obat: tablet

- Dosis: dosis tunggal, dosis awal 10 mg sehari atau 5 mg dua kali

sehari maksimal 20 mg sehari. Kombinasi dengan diuretik lain 5-

10 mg sehari

Page 21: tugas hipertensi

- Efek samping: Gangguan saluran cerna dan kadang-kadang reaksi

alergi seperti ruam kulit, bingung, hiponatremia.

- Peringatan : dapat menyebabkan hipokalemia dan hiponatremia;

kehamilan dan menyusui; gangguan hati dan ginjal; memperburuk

diabetes mellitus; usia lanjut.

2. Spironolakton ( Spirolactone®, Letonal®, Sotacor®, Carpiaton® )

- Indikasi: edema, hipertensi

- Kontra indikasi: gangguan ginjal, hiperkalemia, hipernatremia,

kehamilan dan menyusui, penyakit adison.

- Bentuk sediaan obat: tablet

- Dosis: 100-200 mg sehari, jika perlu tingkatkan sampai 400 mg;

anak, dosis awal 3 mg/kg dalam dosis terbagi.

- Efek samping: Gangguan saluran cerna dan kadang-kadang reaksi

alergi seperti ruam kulit, sakit kepala, bingung, hiponatremia,

hiperkalemia, hepatotoksisita, impotensi.

- Peringatan : dapat menyebabkan hipokalemia dan hiponatremia;

kehamilan dan menyusui; gangguan hati dan ginjal; usia lanjut.  

B. ACE Inibitor

ACE inhibitor memiliki mekanisme aksi menghambat sistem renin-

angiotensin-aldosteron dengan menghambat perubahan Angiotensin I menjadi

Angiotensin II sehingga menyebabkan vasodilatasi dan mengurangi retensi

sodium dengan mengurangi sekresi aldosteron. Oleh karena ACE juga terlibat

dalam degradasi bradikinin maka ACE inhibitor menyebabkan peningkatan

bradikinin, suatu vasodilator kuat dan menstimulus pelepasan prostaglandin dan

nitric oxide. Peningkatan bradikinin meningkatkan efek penurunan tekanan darah

dari ACE inhibitor, tetapi juga bertanggungjawab terhadap efek samping berupa

batuk kering. ACE inhibitor mengurangi mortalitas hampir 20% pada pasien

dengan gagal jantung yang simtomatik dan telah terbukti mencegah pasien harus

dirawat di rumah sakit (hospitalization), meningkatkan ketahanan tubuh dalam

beraktivitas, dan mengurangi gejala.

Page 22: tugas hipertensi

ACE inhibitor harus diberikan pertama kali dalam dosis yang rendah untuk

menghindari resiko hipotensi dan ketidakmampuan ginjal. Fungsi ginjal dan

serum potassium harus diawasi dalam 1-2 minggu setelah terapi dilaksanakan

terutama setelah dilakukan peningkatan dosis. Salah satu obat yang tergolong

dalam ACE inhibitor adalah Captopril yang merupakan ACE inhibitor pertama

yang digunakan secara klinis.

1. Nama Generik : Captopril

2. Nama Dagang :

- Acepress : Tab 12,5mg, 25mg

- Capoten : Tab 12,5mg, 25mg

- Captensin : Tab 12,5mg, 25mg

- Captopril Hexpharm : Tab 12,5mg, 25mg, 50mg

- Casipril : Tab 12,5mg, 25mg

- Dexacap : Tab 12,5mg, 25mg, 50mg

- Farmoten : Tab 12,5mg, 25mg

- Forten : Tab 12,5mg, 25mg, 50mg

- Locap : Tab 25mg

- Lotensin : Kapl 12,5mg, 25mg

- Metopril : Tab salut selaput 12,5mg, 25mg; Kapl salut selaput 50mg

- Otoryl : Tab 25mg

- Praten : Kapl 12,5mg

- Scantensin : Tab 12,5mg, 25mg

- Tenofax : Tab 12,5mg, 25mg

- Tensicap : Tab 12,5mg, 25mg

- Tensobon : Tab 25mg

3. Indikasi :

- Hipertensi esensial (ringan sampai sedang) dan hipertensi yang parah.

- Hipertensi berkaitan dengan gangguan ginjal (renal hypertension).

- Diabetic nephropathy dan albuminuria.

Page 23: tugas hipertensi

- Gagal jantung (Congestive Heart Failure).

- Postmyocardial infarction

- Terapi pada krisis scleroderma renal.

- Kontraindikasi :

- Hipersensitif terhadap ACE inhibitor.

- Kehamilan.

- Wanita menyusui.

- Angioneurotic edema yang berkaitan dengan penggunaan ACE

inhibitor sebelumnya.

- Penyempitan arteri pada salah satu atau kedua ginjal.

4. Bentuk sediaan : Tablet, Tablet salut selaput, Kaplet, Kaplet salut selaput.

5. Dosis dan aturan pakai captopril pada pasien hipertensi dengan gagal

jantung :

6. Dosis inisial : 6,25-12,5mg 2-3 kali/hari dan diberikan dengan pengawasan

yang tepat. Dosis ini perlu ditingkatkan secara bertingkat sampai tercapai

target dosis.

7. Target dosis : 50mg 3 kali/hari (150mg sehari)

8. Aturan pakai : captopril diberikan 3 kali sehari dan pada saat perut kosong

yaitu setengah jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan. Hal ini

dikarenakan absorbsi captopril akan berkurang 30%-40% apabila

diberikan bersamaan dengan makanan.

9. Efek samping :

- Batuk kering

- Hipotensi

- Pusing

- Disfungsi ginjal

- Hiperkalemia

- Angioedema

- Ruam kulit

- Takikardi

- Proteinuria

Page 24: tugas hipertensi

- Resiko khusus :

- Wanita hamil.

Captopril tidak disarankan untuk digunakan pada wanita yang sedang

hamil karena dapat menembus plasenta dan dapat mengakibatkan

teratogenik. Hal ini juga dapat menyebabkan kematian janin.

Morbiditas fetal berkaitan dengan penggunaan ACE inhibitor pada

seluruh masa trisemester kehamilan. Captopril beresiko pada

kehamilan yaitu pada level C (semester pertama) dan D (semester

kedua dan ketiga).

- Wanita menyusui.

Captopril tidak direkomendasikan untuk wanita yang sedang menyusui

karena bentuk awal captopril dapat menembus masuk dalam ASI

sekitar 1% dari konsentrasi plasma. Akan tetapi tidak diketahui apakah

metabolit dari captopril juga dapat menembus masuk dalam ASI.

- Penyakit ginjal.

Penggunaan captopril (ACE inhibitor) pada pasien dengan gangguan

ginjal akan memperparah kerusakan ginjal karena hampir 85%

diekskresikan lewat ginjal (hampir 45% dalam bentuk yang tidak

berubah) sehingga akan memperparah kerja ginjal dan meningkatkan

resiko neutropenia. Apabila captopril digunakan pada pasien dengan

gangguan ginjal maka perlu dilakukan penyesuaian dosis dimana

berfungsi untuk menurunkan klirens kreatininnya.

C. Beta-blocker (Misal : propanolol, bisoprolol)

Merupakan obat utama pada penderita hipertensi ringan sampai moderat

dengan penyakit jantung koroner atau dengan aritmia. Bekerja dengan

menghambat reseptor β1 di otak, ginjal dan neuron adrenergik perifer, di mana β1

merupakan reseptor yang bertanggung jawab untuk menstimulasi produksi

katekolamin yang akan menstimulasi produksi renin. Dengan berkurangnya

produksi renin, maka cardiac output akan berkurang yang disertai dengan

turunnya tekanan darah.

Page 25: tugas hipertensi

D. Alfa-blocker (Misal : Doxazosin, Prazosin).

Bekerja dengan menghambat reseptor α1 di pembuluh darah sehingga

terjadi dilatasi arteriol dan vena. Dilatasi arteriol akan menurunkan resistensi

perifer.

E. Calcium channel blocker (Cth: Nifedipin, Amlodipin).

Bekerja dengan menghambat masuknya kalsium ke dalam otot polos

pembuluh darah sehingga mengurangi tahanan perifer. Merupakan antihipertensi

yang dapat bekerja pula sebagai obat angina dan antiaritmia, sehingga merupakan

obat utama bagi penderita hipertensi yang juga penderita angina.

DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansjoer, Kuspuji Triyanti, Rakhmi Savitri, et al, eds. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, jilid I. Jakarta: Penerbit Media Aesculapius, 2001; 518-522

Kementrian Kesehatan RI. 2010. Hipertensi Penyebab Kematian Nomor Tiga. http://www.depkes.go.id/index.html

Kurnia, R. 2007. Karakteristik Penderita Hipertensi yang Dirawat Inap di Bagian Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Kota Padang Panjang Sumatera Barat Tahun 2002-2006. FKM USU. Medan

Ganiswara, G. Sulistia. 1995. Farmakologi dan Terapi, edisi 4. Jakarta : Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Gray, H. Huon; Dawkins, D. Keith; Morgan, M. John; Simpson, A. Iain. 2005. Lecture Notes on Cardiology Fourth Edition. Alih Bahasa : Prof. Dr. H. Azwar Agoes, DAFK, SpFK dan dr. Asri Dwi R. Jakarta : Erlangga

National Institutes of Health. 2004. Complete Report : The Seventh Report of The Hoint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. New York: NIH Publications. August 2004. No 04-5230

Page 26: tugas hipertensi

Robbins, Stanley; Kumar, Vinay; Cotran, S. Ramzi. 2007. Basic Pathology Seventh Edition. Alih Bahasa : dr. Braham U. Pendit. Jakarta : EGC

Sherwood, Lauralee. 2001. Human Physiology : From Cells to System. Alih bahasa: Brahm U. Pendit. Jakarta: EGC

Supandiman, I., Fadjari, H. 2006. Anemia pada Penyakit Kronik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid II. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. Pp: 651-652

World Health Organization (WHO). 2003. International Society of Hypertension

Statement on Management of Hypertension. J Hypertens 2003;21:1983-1992

Yogiantoro, M. Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simardibrata K. M., Setiati, S. 2006. Hipertensi Esensial. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid I. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. Pp: 610-614