tugas etls marasmus dan kwashiorkor.docx

15
MARASMUS Marasmus umumnya diterangkan sebagai suatu kondisi malnutrisi kronis dengan derajat berat beserta gambaran klinis tertentu. Jika kita ingin memberikan penatalaksanaan yang tepat dan mendapatkan hasil yang memuakan dari penatalaksanaan tersebut, serta profilaksis yang tepat, maka penting untuk melakukan analisis kritis mengenai etiologi dan proses perjalanannya (Pearson, 2011). Pada suatu studi yang dilakukan pada bayu dengan marasmus, diketahui bahwa etiologi marasmus meliputi : asupan nutrisi yang kurang, infeksi (seperti pyelitis, otitis media, toksemia bada neonoatus. Sifilis dan tuberkulosis juga dapat memberikan gambaran klinis fisik seperti marasmus, tetapi gambaran klinis anak berpenampilan fisik marasmik karena penyakit TB dan sifilis akan sangat berbeda dengan yang berpenampilan marasmiktipe nutrisiona (Pearson, 2011). Etiologi selanjutnya adalah kelemahan fisik yang timbul karena kongenital, seperti riwayat kelahiran

Upload: ds-putri-nastiti

Post on 22-Jan-2016

63 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

referat malnutrisi

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas ETLS Marasmus dan Kwashiorkor.docx

MARASMUS

Marasmus umumnya diterangkan sebagai suatu kondisi malnutrisi kronis

dengan derajat berat beserta gambaran klinis tertentu. Jika kita ingin memberikan

penatalaksanaan yang tepat dan mendapatkan hasil yang memuakan dari

penatalaksanaan tersebut, serta profilaksis yang tepat, maka penting untuk

melakukan analisis kritis mengenai etiologi dan proses perjalanannya (Pearson,

2011).

Pada suatu studi yang dilakukan pada bayu dengan marasmus, diketahui

bahwa etiologi marasmus meliputi : asupan nutrisi yang kurang, infeksi (seperti

pyelitis, otitis media, toksemia bada neonoatus. Sifilis dan tuberkulosis juga dapat

memberikan gambaran klinis fisik seperti marasmus, tetapi gambaran klinis anak

berpenampilan fisik marasmik karena penyakit TB dan sifilis akan sangat berbeda

dengan yang berpenampilan marasmiktipe nutrisiona (Pearson, 2011).

Etiologi selanjutnya adalah kelemahan fisik yang timbul karena

kongenital, seperti riwayat kelahiran premature dan penyakit jantung kongenital

serta higienitas defektif. Jelas bahwa salah satu dari dari etiologi tersebut di atas

bertanggung jawawb pada timbulnya marasmus. Secara umum dijumpai pada

anak marasmik ditemukan kombinasi dua dari empat faktor tersebut (Pearson,

2012).

Pada mayoritas kasus marasmus yang ditemui, faktor-faktor yang

terdapat di dalamnya adalah kelemahan fisik, kesalahan dalam memberikan

nutrisi, dan lingkungan yang buruk, atau disebut athrepsia, dekomposisi, atrofi

bayi, yang merupakan akibat dari kegagalan asimilasi makanan (Pearson, 2011).

Page 2: Tugas ETLS Marasmus dan Kwashiorkor.docx

Riwayat yangumum dijumpai pada anak marasmus adalah begitu berhenti dari

periode pemberian ASI, anak akan secara berangsur-angsur mengalami penurunan

berat badan dan keterlambatan pertumbuhan. Beberapa anak diketahui akan

mengalami gejala-gejala dispeptik sebelum emncapai kondisi marasmik, gejala

dispeptik tersebut adalah flatulens, kolik, dan diare. Disimpulkan bahwa

kesalahan pemberian nutrisi yang mengakibatkan timbulnya marasmus adalah: (1)

pemberian makanan dengan lemak dan gula berlebih, baik hanya gula berlebih

atau lemak saja maupun keduanya, (2) pemberian serat terlalu awal dan dengan

jumlah terlalu banyak, (3) defisiensi dalam pemberian makanan mengandung

protein dan vitamin (Pearson, 2011).

Marasmus sendiri adalah salah satu dari tiga bentuk malnutrisi energi

protein (MEP) berat. Dua bentuk lainnya adalah kwashiorkon dan masarmik

kwashiorkor. Bentuk-bentuk MEP berat ini membentuk suatu kondisi patologis

terkait nutria dan energi yang banyak dijumpai pada anak-anak usia pertumbuhan

di negara-negara berkembang . Marasmus adalah suatu kondisi yang terutama

disebabkan oleh defisiensi kalori dan energi, sementara kwashiorkor

mengindikasikan kondisi yang terkait dengan defisiensi protein, yang nantinya

akan menghasilkan penampilan fisik edematous. Marasmik kwashiorkor

mengindikasikan suatu kondisi yang mencakup baik marasmus maupun

kwashiorkor (Rabinowitz, 2012). Marasmik kwashiorkor akan dibahas lebih

lanjut pada bagian lain dari makalah ini.

Marasmus merupakan salah satu masalah serius di dunia yang diderita

oleh lebih dari lima puluh juta anak berusia di bawah 5 tahun. Berdasarkan survei

World Health Organization (WHO), 49% dari 10.4 juta kematian pada anak

Page 3: Tugas ETLS Marasmus dan Kwashiorkor.docx

berusia kurang dari lima tahun disebabkan oleh MEP (Rabinowitz, 2012). Di

bawah ini adalah peta malnitrisi yang dikeluarkan dari survei WHO pada 2011,

warna merah menunjukkan ada lebih dari 15% kasus malnutrisi, warna orange

menunjukkan adala lebih dari 10% kasus malnutrisi, dan warna peach

menunjukkan adala lebih dari 4% kasus malnutrisi di Negara tersebut.

Gambaran klinis anak marasmus adalah karakteristik yang khas, yaitu

tampak seperti orang tua, dengan kulit keriput, tonus lemah dan pandangan mata

yang khas. Tubuh sangat kekurangan lmah, sehingga tulang-tulang tampak

menonjol dan mengakibatkanpenderita tampak seperti mumi. Perut biasanya

Page 4: Tugas ETLS Marasmus dan Kwashiorkor.docx

tampak berdinding tipis sehingga menampakkan bentuk dan gerakan usus yang

tampak jelas dari luar. Pada bayi, karakteristik yang khas yaitu :

1. Nafsu makan sangat kurang.

2. Suhu tubuh subnormal (96o – 98oF).

3. Kurva pertumbuhan berat badan tampak menurun drastis.

4. Nadi lambat dan lemah. Pemeriksaan hapusan darah tepi menunjukkan

hipokrom hipositer. Hitung sel darah menunjukkan hemoglobin dan eritrosit

yang rendah.

5. Rigiditas otot.

6. BAB cair maupun konstipasi, tetapi diare lebih sering dijumpai pad aanak

marasmus.

(Pearson, 2011)

Studi terbaru menunjukkan adanya trend peningkatan kasus MEP di

Negara-negara maju terutama pada anak yang dirawat di Rumah Sakit. Faktor

risiko MEP antara lain diahnosis retardasi mental primer, fibrosis kistik,

keganasan, penyakit kardiovaskuler, penyakit neurologis, diagnosis multipel, san

MRS lama. Kondisi-kondisi ini mengakibatkan adanya perubahan

penatalaksanaan nutrisional pada anak sehingga menyebabkan terjadinya gagguan

bahkan makin memburuknya proses penyembuhan (Rabinowitz, 2012).

Kriteria malnutrisi akut berat (MAB) adalah adanya perubahan

mekanisme fisiologis untuk beradaptasi terhadap kekurangan nutrisi, perubahan

homeostasis, dan adaptasi terhadap penurunan respon terhadap infeksi. Pada

marasmus, gambaran klinis yang khas adalah old man’s appearance atau baggy

pants (kulit terlipat-lipat), rambut normal, respon adaptif terhadap penurunan

Page 5: Tugas ETLS Marasmus dan Kwashiorkor.docx

imunitas, ketidakseimbangan elektrolit (tanpa udem), sering disertai dengan

dehidrasi dan anak tampak gelisah serta rewel (Fenn, 2009).

Tidak seperti kwashiorkor, sekuele klinis marasmus adalah anya

adapatasi yang muncul dari insufisensi asupan energi pada anak. Marasmus

muncul sebagai akibat dari ketidakseimbangan energi. Ketidakseimbangan itu

sendiri muncul sebagai akibat dari penurunan asupan energi, peningkatan

kehilangan energi dari makanan (misalnya kaena muntah, diare, dan luka bakar),

peningkatan penggunaan energi atau kombinasi dari ketiga faktor (Rabinowitz,

2012).

Secara global, 30% dari keseluruhan populasi di dunia mengalami

berbagai tipe malnutrisi. Hampir sebesar 50 juta anak balita di dunia mengalami

undernutrition, dan sebesar lima persennya meninggal. Mayoritas kasus

malnutrisi ditemukan di Asia, 15% Afrika, dan 5% di Amerika Latin (Rabinowitz,

2012).

Marasmus disebut juga PEM nonedematus, karakteristik khasnya asalah

gagal tumbuh dan rewel, diikuti dengan penurunan berat badan. Turgor kulit akan

hilang, tampak keriput, dan kehilangan lemak subkutan. Abdomen tampak

distended dan datar serta tampak pola dan pergerakan usus. Terdapat atrofi otot

dan hipotonis otot. SUhu tubuh subnormal dengan nadi lemah. Anak biasanya

konstipasi, tetapi dapat juga mengalami starvation diarrhea denga lender pada

feses (Heird, 2011).

Pedoman WHO untuk penatalaksanaan marasmus adalah sesuai dengan

10 langkah penatalaksanaan malnutrisi, yaitu mengatasi hipoglikemia, hipotermia,

dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, infeksi, dan defisiensi mikronutrien.

Page 6: Tugas ETLS Marasmus dan Kwashiorkor.docx

Berikan perawatan tersebut sesuai dengan jadwal untuk stabilisasi inisial, Catch-

up growth, stimulasi kasih saying, dan persiapan untuk observasi serta monitoring

setelah keluar dari RS (Heird, 2011).

Page 7: Tugas ETLS Marasmus dan Kwashiorkor.docx

KWASHIORKOR

Kwashiorkor merupakan bentuk malnutrisi energi protein yang

disebabkan oleh kurangnya asupan protein dengan asupan kalori (energi) yang

masuh adequate. Kwashiorkor disebut juga sebagai malnutrisi protein (New

Zealand Dermatological Society, 2008). WHO mendefinisikan malnutrisi sebagai

suatu keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan seluler antara suplai nutrien dan

energi dengan kebutuhan tubuh akan nutrient dan energi untuk tumbuh,

maintenance, dan fungsi-fungsi spesifik. Istilah kwashiorkor diambil dari bahasa

suku Ga di Ghana yang berarti penyakit pertumbuhan. Istilah ini pertama kali

digunakan oleh William pada 1933 dan kemudian diterjemahkan sebagai asupan

protein yang tidak adekuat dengan asupan kalori (energi) yang masih cukup

( Scheinfeld, 2012).

Berbagai studi menunjukkan bahwa apabila marasmus menunjukkan

adanya respon adaptif terhadap kondisi kelaparan (starvation) maka sebaliknya

kwashiorkor menunjukkan respon maladaptif (Scheinfeld, 2012). Anak-anak

banyak menunjukkan tipe kombinasi marasmus kwashiorkor yang akan dibahan

pada bagian lain dari makalah ini.

Pada tahun 2007, penelitian di Malawi oleh Lin et al melaporkan bahwa

tidak ada hubungan antara kwashiorkor dan konsumsi nutrient atau makanan.

Baik marasmus maupun kwashiorkor akan disertai dengan gangguan klirens

glukosa yang terkait dengan disfungsi sel beta pancreas (Scheinfeld, 2012).

Gejala dan tanda-tanda kwashiorkor meliputi gagal tumbuh (failure to

thrive), hilangnya masa otot, oedema general, perut membesar (pot belly), fatty

Page 8: Tugas ETLS Marasmus dan Kwashiorkor.docx

liver, turunnya respon imun terhadap infeksi, dan perubahan rambut serta kuku.

Perubahan pada kulit dapat muncul dalam hitungan hari, perubahan yang tampak

pertama adalah tampak eritematus, kemudian berubah menjadi ungu dan coklat

kemerahan dengan eksfoliasi yang jelas. Kulit menjadi gelap dan kering, mudah

terkelupas dan tampak area pucat di antara pecahan-pecahan kulit (crazy

pavement, flaky paint). Gangguan pigmentasi mengakibatkan adanya noktah-

noktah ireguler pada kulit. Rambut menjadi kering dan kemerahan, rapuh, mudah

patah, sementara kuku menjadi tipis, lunak, dan mudah patah (New Zealand

Dermatological Society, 2008).

Kwashiorkor merupakan gangguan nutrisi yang paling umum dijumpai di

Negara-negara berkembang, terutama ditemukan pada area-area yang mengalami

kelaparan dengan suplai makanan kurang serta di Negara dengan makanan

utamanya hanya terdiri salah satu dari jagung, padi, atau kedelai. Kondisi ini lebih

banyak dijumpai pada anak. Awitan umumnya terjadi pada periode infant dengan

kebutuhan protein yang kurang. Diagnosis laboratorium kwashiorkor adalah GDA

rendah, protein darah rendah, kortisol dan hormon pertumbuhan tinggi, rendahnya

kadar garam terutama kalium dan magnesium, penuruna produk urea dalam urin,

anemia defisiensi besi, asidosis metabolik, penurunan hidroksiprolin dalam urin,

serta pertumbuha dan penyembuhan luka yang buruk. Pemeriksaan lainnya

meliputi riwayat diet, pengukuran antropometri, BMI, dan pemeriksaan fisik

lengkap. (New Zealand Dermatological Society, 2008).

Penatalaksanaan kwashiorkor dilakukan sesuai dengan petunjuk WHO

untuk penatalaksanaan malnutrisi (Heird, 2011). Diawali dengan koreksi cairan

dan elektrolit serta mengatasi infeksi yang ada. Dalam 48 jam setelah pasien

Page 9: Tugas ETLS Marasmus dan Kwashiorkor.docx

masuk, pasien sudah harus distabilkan, dan sudah harus diberikan makanan dalam

porsi kecil. Makanan harus diberikan dengan perlahan, karbohidrat terlebih

dahulu, untuk memberikan energi diikuti dengan protein. Penatalaksanaan

dilakukan sesuai dengan kondisi pasien saat datang. Prinsipnya adalah dengan

memberikan penatalaksanaan inisial untuk memastikan penyembuhan optimal,

walaupun pertumbuha potensial nantinya akan sulit dicapai oleh anak degan

kwashiorkor.

Page 10: Tugas ETLS Marasmus dan Kwashiorkor.docx

DAFTAR PUSTAKA

Fenn, B. (2009) Malnutrition in Humanitarian Emergencies. London School of Hygiene and Tropical Medicine. pp 11

Heird, W. (2011) Food Insecurity, Hunger, and Undernutrition. In Kliegman et al (2011) Nelson Textbook of Pediatrics, 19th Ed Philadelphia : Elsevier Saunders, pp 167-168.

New Zealand Dermatological Society (2008). Kwashiorkor. Auckland : New Zealand.

Pearson, W. (2011) Marasmus. Postgraduate Medical Journals. Vol 129 No. 31. Pp 129-131.

Rabinowitz, S (2012) Marasmus. EMedicine Mdscape Drugs, Diseases, and Procedures. Diakses pada 30 September 2012http://emedicine.medscape.com/article/984496-overview#showall

Scheinfeld, N (2012) Protein Energy Malnutrition. EMedicine Mdscape Drugs, Diseases, and Procedures. Diakses pada 30 September 2012http://emedicine.medscape.com/article/1104623-overview#showall