tugas etika kesehatan

19
Tugas Makalah ETIKA KEDOKTERAN DALAM PELAYANAN KESEHATAN PASIEN TERHADAP PANDANGAN HUKUM KESEHATAN Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah : ETIKA KESEHATAN Dosen : Tri Listiani Prihatinah, SH., M.A., Ph.D. Disusun oleh : RONNY JUNAIDY KASALANG P2EA09066 0

Upload: anton-christian

Post on 15-Sep-2015

20 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

hukum

TRANSCRIPT

Tugas Makalah

ETIKA KEDOKTERAN DALAM PELAYANAN KESEHATAN PASIEN TERHADAP PANDANGAN HUKUM KESEHATANDisusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : ETIKA KESEHATANDosen : Tri Listiani Prihatinah, SH., M.A., Ph.D.

Disusun oleh :

RONNY JUNAIDY KASALANG

P2EA09066

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU HUKUM

KONSENTRASI HUKUM KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2010

I. PENDAHULUANSebagaimana telah menjadi karakter umum seorang sarjana di bidang-bidang ilmu pengetahuan lainnya, ahli-ahli medis adalh merupakan salah satu juga bidang ilmu yang di emban adalah suatu profesi yang sangat berhubungan langsung dengan masyarakat. Ilmu pengetahuan medis adalah suatu ilmu yang hampir sama tuanya dengan manusia memiliki prinsip-prinsip moral yang dalam menjalankan tugasnya, dalam mempelajari pengembangan ilmu pengetahuan medis di jaman modern ini secara kreatif sering juga bertentangan dengan nilai-nilai etika kemasyarakatan maupun agama.Pada jaman yang kian berkembang ini telah banyak terjadi berbagai macam kasus yang memperburuk nama tenaga medis/dokter. Beberapa diantaranya mungkin dikarenakan oleh sikap dan perilaku seorang tenaga medis/dokter dalam menghadapi atau melayani pasiennya. Oleh karena itu, dalam bertugas dan bekerja, seorang tenaga medis/dokter memerlukan suatu etika untuk menjalankan profesinya. Agar dapat tercapai suatu keserasian, kecocokan dan komunikasi yang baik antara dokter dengan pasien dan lingkungannya.

Etika berasal dari bahasa Yunani Ethos yang berarti adat, budi pekerti (bahasa Inggris = ethics). Di sini etika dapat dipahami sebagai ilmu mengenai kesusilaan. Dalam filsafat pengertian etika adalah telaah dan penilaian kelakuan manusia di tinjau dari kesusilaanya. Kesusilaan yang baik merupakan ukuran kesusilaan yang disusun bagi diri seseorang atau merupakan kumpulan keseharusan, kumpulan kewajiban yang dibutuhkan oleh masyarakat atau golongan masyarakat tertentu bagi anggota-anggotanya. Dalam hal ini etika bagi ilmuwan terlebih khusus di bidang kedokteran mengacu pada sumpah Hipokrates sebagai bapak kedokteran dunia.Banyak cara yang dapat dipakai untuk sarana pengendalian potensi penyimpangan tugas profesi tergantung pada permasalahan yang timbul dari konflik yang tumbuh dan terjadinya ketidak-seimbangan antara aspek kepentingan, aspek manfaat dan aspek dampak yang menyertainya. Salah satu cara pengendalian tersebut diantaranya adalah sudut pandang tatanan sosial dan berupa kaidah hukum yang tumbuh dan berkembang secara dinamis.

Perkembangan ilmu pengetahuan di bidang hukum telah tumbuh dari pola pikir konservatif tentang hukum berubah kearah pola pikir yang dinamik tentang hukum untuk menyesuaikan dengan kemajuan zaman yang ditandai dengan tumbuhnya berbagai ilmu pengetahuan terutama kemajuan ilmu-lmu sosial dan humaniora. Pengaruh kemajuan ilmu-ilmu sosial dan humaniora terhadap hukum semakin besar, dan dalam kepustakaan ilmu hukum dinyatakan sebagai hubungan antar hukum dengan social behavioral sciences yang menghasilkan pola pikir tentang sistem hukum terbuka.

Sebagai suatu pendidikan profesi, pendidikan kedokteran atau profesi apa saja pada dasarnya harus memiliki etika yang diharapkan dapat mengatur kehidupan setiap orang atau organisasi atau kelompok masyarakat yang berkecimpung dalam dunianya. Dalam dunia kedokteran setiap orang wajib untuk menguasai keilmuan yang di ajarkan sehingga dalam menjalankan tugasnya dalam melayani masyarakat tidak seenaknya, hal ini tanpa adanya etika yang mengatur maka seseorang dapat bertindak sekehendaknya. Sehingga setiap perkumpulan masyarakat memiliki peraturan internal di dalamnya adalah kode etik, contohnya : Rumah Sakit, tentunya dalam institusi tersebut juga memiliki etika dan kalau seorang dokter bekerja di dalam institusi tersebut harus bisa mengamalkan etika yang ada dalam institusi tersebut. Seorang dokter sebelum di sumpah dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang dokter dia harus mengikrarkan sumpah kedokteran yang di dalamnya memiliki nilai-nilai etika, sehingga dalam menjalankan tugasnya dokter tersebut menjadi dokter yang beretika mulia, bertanggungjawab dan taat pada hukum yang berlaku.II. PERMASALAHAN

Dengan hadirnya bidang ilmu pengetahuan baru membawa khasanah dalam dunia pendidikan terlebih khusus dari dua bidang ilmu pengetahuan tertua di dunia. Hal ini menyebabkan penggabungan dua bidang ilmu pengetahuan yang sama-sama mempunyai karakter tersendiri, sehingga menjadi permasalahan baru dalam bidang ilmu tersebut, adapun yang menjadi permasalahan dalam penulisan ini adalah Bagaimana Etika Kedokteran Dalam Pelayanan Kesehatan Pasien terhadap Pandangan Hukum Kesehatan ?.III. LANDASAN TEORIDalam etika kedokteran tercantum nilai-nilai adalah sumber segala macam etika yang dibutuhkan untuk mencapai hidup yang bahagia. Etika kedokteran mengatur kehidupan, tingkah laku seorang dokter dalam mengabadikan dirinya terhadap manusia baik yang sakit maupun yang sehat. Kemajuan di bidang ilmu kesehatan nampaknya telah memberikan harapan hidup yang lebih baik pada manusia. Namun terlepas dari keberhasilan ilmu kesehatan mengatasi berbagai masalah kesehatan. Masalah lain yang berkaitan pun muncul. Dengan meningkatnya teknologi, perawatan dan pelayanan kesehatan, maka penyakit-penyakit yang menimbulkan wabah dalam skala besar dapat di cegah, sehingga penyakit-penyakit degeneratiflah yang mulai memerlukan penangganan serius. Etika adalah suatu norma dalam kehidupan manusia dalam pergaulannya sehari-hari pandangan etika sutau peraturan yang harus ditaati oleh sekelompok orang atau profesi merupakan suatu keharusan yang tidak lepas dari profesi yang di emban oleh sekumpulan orang-orang tersebut. Hubungan moral dan etika sangat erat, mengingat etika membutuhkan moral sebagai landasan atau pijakan di dalam melahirkan sikat tertentu. Banyak ahli yang membuat analogi seperti apa sebenarnya hubungan moral dan etika. Secara estimologis moral dan etika tidak ada perbedaan yaitu suatu norma atau nilai yang menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok.

Dalam teori-teori etika kontemporer menyatakan akibat dari kenyataan, bahwa sebenarnya teori etika kewajiban (Kantianisme) dan teori etika utilitarianisme yang kontroversial sama-sama tidak memberika jalan keluar untuk memecahkan secara praktis dilema etika pelayanan kesehatan. Sehingga dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan banyak terjadi hal-hal yang dapat saja merugikan diri pasien. Disinilah bagaimana etika kedokteran menjadi tidak penting atau saja menjadi dapat dijalankan.IV. PEMBAHASANPelayanan kesehatan (health care services) merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan baik perseorangan, maupun kelompok atau masyarakat secara keseluruhan. Menurut Alexandria I. Dewi bahwa yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan ialah setiap upaya baik yang diselenggarakan sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan, mencegah penyakit, mengobati penyakit dan memulihkan kesehatan yang ditujukan terhadap perseorangan, kelompok atau masyarakat. Mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat diperlukan wewenang kesehatan yang berhubungan dengan 4 pendekatan kesehatan dan 15 penyelenggaraan kesehatan. Pendekatan kesehatan masa sekarang berorientasi pada hasil kongres kesehatan dunia, yang meliputi penyelenggaraan kesehatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Kegiatan pelayanan kesehatan atau pengobatan bagi masyarakat yang semakin maju ternyata menumbuhkan kebutuhan hukum dalam berbagai urusan kesehatan. Pelayanan kesehatan pada dasarnya merupakan hubungan antara pasien atau keluarganya dan dokter/tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit. Masyarakat menganggap pelayanan kesehatan pada khususnya pengobatan merupakan suatu therapeutic miracle (mujizat), namun harus diingat bahwa tindakan medis itu mengandung suatu therapeutic risk. Ajaran tentang resiko ini dimungkinkan menjadi resiko pasien, atau resiko dokter/rumah sakit atau kedua belah pihak menanggung resiko.

Dengan adanya Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran serta Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan yang telah di ganti dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan adalah merupakan bagian dari upaya pemerintah dalam mewujudkan suatu pelayanan kesehatan yang lebih baik bagi masyarakat akan tetapi hal demikian belumlah kesemuanya diatur secara terinci dalam undang-undang tersebut dampak dari pelayanan kesehatan disamping itu kedua undang-undang tersebut masih membahas seputar tentang persyaratan-persyaratan secara administrasi saja. Pelayanan kesehatan adalah sangat penting bagi setiap orang memasuki era globalisasi saat ini begitu banyak penyakit yang menyebar sehingga dalam upaya pencegahan sangat diperlukan kesiapan dari pemerintah dan masyarakat untuk menanggulagi hal tersebut. Untuk itu sangat diharapkan peran pemerintah dalam hal ini pengupayaan hukum yang lebih baik dan lebih mengatur tentang pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

Sehubungan dengan penengakan hukum yang bersifat khusus tersebut diperlukan pengembangan peradilan profesi medis sesuai dengan semakin berkembangnya upaya pelayanan kesehatan dalam rangka sistem kesehatan nasional untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Perangkat hukum dan palayanan hukum jika harus sedemikian rupa sesuai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi hukum, agar tidak menghambat sistem kesehatan dan pelayanan kesehatan. Untuk itu perlu diperluas jaminan atau perlindungan bagi profesi kesehatan beserta sarana kesehatannya agar tidak muncul defensive medicen yang dapat merugikan masyarakat dari akibat kelemahan hukum yang kurang memadai terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan.Hubungan antara dokter dengan pasien adalah hubungan antar manusia dan manusia. Dalam hubungan ini mungkin timbul pertentangan antara dokter dan pasien, karena masing-masing mempunyai nilai yang berbeda. Masalah semacam ini akan dihadapi oleh dokter yang bekerja di lingkungan dengan suatu sistem yang berbeda dengan kebudayaan profesinya. Untuk melaksanakan tugasnya sebagai pelayanan kesehatan dokter harus bekerja dengan sebaik-baiknya, tidak jarang dokter harus berjuang lebih dulu melawan tradisi yang telah tertanam dengan kuat. Dalam hal ini, seorang dokter tidak mungkin memaksakan kebudayaan profesi yang selama ini dianutnya. Mengenai etika kedokteran terhadap orang sakit antara lain disebutkan bahwa seorang dokter wajib : Memperlihatkan jenis penyakit, sebab musabab timbulnya penyakit, kekuatan tubuh orang sakit, keadaan resam tubuh yang tidak sewajarnya, umur si sakit dan obat yang cocok deangan musim itu, keadaan iklim dan daya penyembuhan obat itu.

Di samping itu dokter harus memperhatikan mengenai tujuan pengobatan, obat yang dapat melawan penyakit itu, cara yang mudah dalam pengobatan penyakit.

Selanjutnya seorang dokter hendaknya membuat campuran obat yang sempurna, mempunyai pengalaman mengenai penyakit jiwa dan pengobatanya, berlaku lemah lembut, menggunakan cara keagamaan dan sugesti dari tugasnya.Ada banyak kasus yang menyangkut dengan pelanggaran etika kedokteran dalam melaksanakan tugas pelayanan kesehatan diantaranya adalah Penggunaan Jarum Suntik Bekas dalam Mengijeksi Pasien. Dalam kasus tersebut dimana seorang dokter yang bertugas di sebuah daerah kepulauan dalam melaksanakan tugasnya banyak menggunakan jarum suntik bekas dalam mengijeksi pasiennya dengan berbagai alasan diantaranya karena lokasi jauh atau kondisi lingkungan akan tetapi hal tersebut tidak dibenarkan karena seharusnya seorang dokter harusnya mempersiapkan perlengkapan medisnya dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasiennya, karena dengan adanya hal akan berakibat buruk bagi pasien karena dengan menggunakan jarum suntik bekas secara bergantian dapat berakibat terinfeksi penyakit dari orang kepada pasien lainnya. Dengan kasus tersebut di atas secara etika kedokteran ini melanggar etika dalam pelayanan kesehatan.V. KESIMPULANDari penjelasan kasus diatas maka dapat di tarik kesimpulan bahwa etika bisa dapat saja dilanggar demi kepentingan sesuatu akan tetapi apabila terjadi hal yang berakibat merugikan bagi orang lain, hal ini sangat berpengaruh dalam suatu tugas profesi, terlebih khusus dalam bidang medis/kedokteran, oleh karena itu dalam etika profesi perlu ditegaskan hal-hal mana yang dapat dipertahankan dan mana yang dapat diperbaharui.Dari contoh kasus diatas itu menggambarkan bagaimana seorang tenaga kesehatan/dokter dapat mengambil tindakan yang bertentangan dengan etika profesinya maupun dengan peraturan perundang-undangan yang ada.

VI. KEPUSTAKAAN

Dewi, Alexandra Indriyanti, 2008., Etika dan Hukum Kesehatan, Pinus Book Publisher, Yogyakarta.

Jacobalis, Samsi., 2005., Pengantar Tentang Perkembangan Ilmu Kedokteran, Etika Medis dan Bioetika, CV. Sagung Seto, Jakarta.

Poernomo, Bambang., 2007., Hukum Kesehatan Pertumbuhan Hukum Eksepsional di Bidang Pelayanan Kesehatan, Aditya Media, Yogyakarta.

Suseno, Franz Magnis., 1987., Etika Dasar Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral, Pustaka Filsafat Kanisius, Yogyakarta.Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Nuha Medika, YogyakartaUndang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran, Nuha Medika, Yogyakarta.DAFTAR ISIDAFTAR ISI

i

I. PENDAHULUAN

1

II. RUMUSAN MASALAH

3III. LANDASAN TEORTIS

3IV. PEMBAHASAN

5V. PENUTUP

8

VI. KEPUSTAKAAN

9

Email : [email protected] i

. Franz Magnis Suseno, Etika Dasar Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral Pustaka Filsafat Kanisius, Yogyakarta, 1987, hal. 101.

. Alexandra Indriyanti D., Etika dan Hukum Kesehatan, Pinus Book Publisher, Yogyakarta, 2008, hal. 20.

. Samsi Jacobalis, Pengantar Tentang Perkembangan Ilmu Kedokteran, Etika Medis dan Bioetika, CV. Sagung Seto, Jakarta, 2005, hal. 77.

. Alexandria I. Dewi, SH., M.Hum, Etika dan Hukum Kesehatan, Pustaka Publiseher, Yogyakarta, 2008, hlm. 283.

. Prof. Bambang Poernomo, SH, Hukum Kesehatan Pertumbuhan Hukum Eksepsional di Bidang Pelayanan Kesehatan, Aditya Media, Yogyakarta, 2008 . hlm. 164.

3