tugas ekonomi internasional

14
EKONOMI INTERNASIONAL 1 “Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia” Andika Putra Trijayanto 12020113120046 ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN

Upload: andikaputra

Post on 26-Sep-2015

14 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Ekonomi internasional

TRANSCRIPT

EKONOMI INTERNASIONAL 1

Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia

Andika Putra Trijayanto

12020113120046ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS DIPONEGORO2014

EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA

Perdagangan internasional juga dipengaruhi oleh faktor kebutuhan akan devisa suatu negara. Dalam memenuhi segala kebutuhannya setiap negara harus memiliki cadangan devisa yang digunakan dalam melakukan pembangunan, salah satu sumber devisa adalah pemasukan dari perdagangan internasional.Berikut adalah data ekspor dan impor Indonesia dari tahun 2005-2013:

Tabel Ekspor - Impor Tahun 2005 -2013

TahunEksporImporMargin(defisit / surplus)Presentase

2013133,947,108,478140,349,457,743-6,402,349,265-0.04

2012190,031,845,244191,691,001,109-1,659,155,865-0.01

2011203,496,620,060177,435,555,73626,061,064,3240.15

2010157,779,103,470135,663,284,04822,115,819,4220.13

2009116,510,026,08196,829,244,98119,680,781,1000.11

2008137,020,424,402129,197,306,2247,823,118,1780.04

2007114,100,890,75174,473,430,11839,627,460,6330.23

2006100,798,624,28061,065,465,53639,733,158,7440.23

200585,659,952,61557,700,882,61627,959,069,9990.16

Sumber: BPS

Dari data ekspor dan impor pada tahun 2005 sampai dengan 2013 diatas, dapat terlihat bahwa Indonesia mengalami fluktuasi dari tahun ke tahunnya.

Untuk sektor ekspor dari tahun 2005 hingga 2008 mengalami pertumbuhan yang konstan tetapi ekspor pada tahun tersebut jauh lebih besar jumlahnya daripada impor, dengan selisih pertambahan sebesar 15 23 juta USD per tahunnya.

Impor pada tahun 2013 ini lebih besar daripada ekspor, hal ini karena akan banyak realisasi dari kesepakatan investasi kurun 2012-2013 seperti pembangunan pabrik (mesin, bahan baku, bahan penolong dan lain-lain) yang masih berjalan hingga tahun depan. Implementasi dari investasi tersebut akan membuat tekanan yang cukup tinggi terhadap impor sehingga mau tidak mau harus dilakukan.

Sumber: BPS

TANTANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA

ASEAN Free Trade Area (AFTA) merupakan wujud dari kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia serta menciptakan pasar regional bagi 500 juta penduduknya. AFTA dibentuk pada waktu Konferensi

Peluang, Tantangan, dan AncamanDengan dibentuknya AFTA dan Masyarakat Ekonomi ASEAN pada 2015, tentu berdampak pada munculnya peluang, tantangan, dan ancaman bagi Indonesia. Diantaranya adalah sebagai berikut :

Peluang :Manfaat integrasi ekonomiKesediaan Indonesia bersama-sama dengan 9 Negara ASEAN lainnya membentuk Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun 2015 tentu saja didasarkan pada keyakinan atas manfaatnya yang secara konseptual akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dan kawasan ASEAN.

Pasar potensial duniaPewujudan MEA di tahun 2015 akan menempatkan ASEAN sebagai kawasan pasar terbesar ke-3 di dunia yang didukung oleh jumlah penduduk ke-3 terbesar (8% dari total penduduk dunia) di dunia setelah China dan India.

Negara pengeksporNegara-negara di kawasan ASEAN juga dikenal sebagai negara-negara pengekspor baik produk berbasis sumber daya alam (seperti agro-based products) maupun berbagai produk elektronik.

Negara tujuan investorUraian tersebut di atas merupakan fakta yang menunjukkan bahwa ASEAN merupakan pasar dan memiliki basis produksi. Fakta-fakta tersebut merupakan faktor yang mendorong meningkatnya investasi di dalam dalam negeri masing-masing anggota dan intra-ASEAN serta masuknya investasi asing ke kawasan.

Daya saingLiberalisasi perdagangan barang ASEAN akan menjamin kelancaran arus barang untuk pasokan bahan baku maupun bahan jadi di kawasan ASEAN karena hambatan tarif dan non-tarif yang berarti sudah tidak ada lagi.

Sektor jasa yang terbukaDi bidang jasa, ASEAN juga memiliki kondisi yang memungkinkan agar pengembangan sektor jasa dapat dibuka seluas-luasnya. Sektor-sektor jasa prioritas yang telah ditetapkan yaitu pariwisata, kesehatan, penerbangan dan kemudian akan disusul dengan logistik.

Aliran modalDari sisi penarikan aliran modal asing, ASEAN sebagai kawasan dikenal sebagai tujuan penanaman modal global.

Tantangan :Laju peningkatan ekspor dan imporTantangan yang dihadapi oleh Indonesia memasuki integrasi ekonomi ASEAN tidak hanya yang bersifat internal di dalam negeri tetapi terlebih lagi persaingan dengan negara sesama ASEAN dan negara lain di luar ASEAN seperti China dan India.

Laju inflasiTantangan lainnya adalah laju inflasi Indonesia yang masih tergolong tinggi bila dibandingkan dengan negara lain di kawasan ASEAN.

Dampak negatif arus modal yang lebih bebasProses liberalisasi arus modal dapat menimbulkan ketidakstabilan melalui dampak langsungnya pada kemungkinan pembalikan arus modal yang tiba-tiba maupun dampak tidak langsungnya pada peningkatan permintaaan domestik yang akhirnya berujung pada tekanan inflasi.

Kesamaan produkKesamaan jenis produk ekspor unggulan ini merupakan salah satu penyebab pangsa perdagangan intra-ASEAN yang hanya berkisar 20-25 persen dari total perdagangan ASEAN.

Daya saing sektor prioritas integrasiSaat ini Indonesia memiliki keunggulan di sektor/komoditi seperti produk berbasis kayu, pertanian, minyak sawit, perikanan, produk karet dan elektronik, sedangkan untuk tekstil, elektronik, mineral (tembaga, batu bara, nikel), mesin-mesin, produk kimia, karet dan kertas masih dengan tingkat keunggulan yang terbatas.

Daya saing SDMKemapuan bersaing SDM tenaga kerja Indonesia harus ditingkatkan baik secara formal maupun informal.

Tingkat perkembangan ekonomiTingkat perkembangan ekonomi Negara-negara Anggota ASEAN hingga saat ini masih beragam.

Kepentingan nasionalDisadari bahwa dalam rangka integrasi ekonomi, kepentingan nasional merupakan yang utama yang harus diamankan oleh Negara Anggota ASEAN. Kepentingan kawasan, apabila tidak sejalan dengan kepentingan nasional, merupakan prioritas kedua.

Kedaulatan negaraIntegrasi ekonomi ASEAN membatasi kewenangan suatu negara untuk menggunakan kebijakan fiskal, keuangan dan moneter untuk mendorong kinerja ekonomi dalam negeri.

Ancaman :Sumber daya manusia Indonesia sedang terancam dari berbagai sisi, antara lain integrasi mobilitas tenaga kerja kawasan ASEAN melalui kesepakatan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), teknologi yang semakin berkembang dan perdagangan bebas yang menyebabkan membanjirnya produk luar di Indonesia.

Rendahnya kualitas tenaga kerja Indonesia disebabkan karena sistem diklat yang masih berorientasi pada pendekatan supply driven. Program diklat yang dikembangkan oleh lembaga diklat pemerintah dan swasta belum mengacu kepada kebutuhan pasar kerja. Akibatnya terjadi kesenjangan yang semakin lebar antara kualitas tenaga kerja yang dihasilkan oleh lembaga diklat dengan kualitas yang dibutuhkan oleh dunia usaha/industri.

Selain masalah itu, dengan adanya pasar tunggal ASEAN ini juga mengancam eksistensi usaha sekaligus SDM lokal. Selama ini Indonesia lebih banyak berperan sebagai pasar empuk bagi produk-produk luar. Berbagai produk negara lain membanjiri Indonesia mulai dari makanan, fashion, otomotif dan elektronik. Produk-produk itu sangat kompetitif baik dari segi kualitas maupun harga sehingga produk dalam negeri menjadi kurang berkembang akibat kalah bersaing.

Sejauh ini mayoritas pemerintah daerah tidak mengetahui mengenai rencana diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean sehingga banyak pengusaha di daerah lebih kesulitan mempersiapkan diri. Di sisi lain, para pengusaha asal Malaysia, Vietnam, dan Thailand saat ini aktif memperkenalkan produknya kepada pasar Indonesia.

BALANCE OF PAYMENTS INDONESIA

I. Neraca Perdagangan Indonesia

NOUraian20092010201120122013okt 2014

IE X P O R T116.510,0157.779,1203.496,6190.020,1182.551,8148.057,0

- OIL & GAS19.018,328.039,641.477,036.977,332.633,025.871,6

- NON OIL & GAS97.491,7129.739,5162.019,6153.042,8149.918,8122.185,4

III M P O R T **)96.829,2135.663,3177.435,6191.689,5186.628,7149.702,4

- OIL & GAS18.980,727.412,740.701,542.564,245.266,436.597,4

- NON OIL & GAS77.848,5108.250,6136.734,0149.125,3141.362,3113.105,0

IIITOTAL213.339,3293.442,4380.932,2381.709,6369.180,5297.759,4

- OIL & GAS37.999,055.452,382.178,679.541,477.899,462.469,0

- NON OIL & GAS175.340,2237.990,1298.753,6302.168,1291.281,1235.290,4

IVBALANCE19.680,822.115,826.061,1-1.669,4-4.076,9-1.645,4

- OIL & GAS37,6626,9775,5-5.586,9-12.633,4-10.725,8

- NON OIL & GAS19.643,221.488,925.285,53.917,68.556,59.080,4

Sumber: BPS, Processed by Trade Data and Information Center

Saat ini lebih tepatnya September lalu BPS mengumumkan bahwa Kinerja neraca perdagangan menunjukkan perbaikan turut berkontribusi pada pemulihan keseimbangan eksternal Indonesia. neraca perdagangan nonmigas mencatatkan surplus yang lebih besar dibanding bulan sebelumnya. Kenaikan surplus neraca nonmigas terutama didukung oleh kenaikan ekspor bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan/nabati, karet dan barang dari karet, serta produk manufaktur berupa mesin/peralatan listrik dan mesin/pesawat mekanik

Perkembangan neraca perdagangan hingga September 2014 tersebut diyakini akan memberikan kontribusi positif dalam mendukung perbaikan kinerja transaksi berjalan triwulan III-2014 dan keseluruhan tahun 2014. Bank Indonesia memperkirakan perbaikan kinerja neraca perdagangan ke depan akan didukung oleh peningkatan aktivitas ekspor seiring dengan perbaikan ekonomi global, meskipun defisit neraca migas diperkirakan masih berlanjut,

Pada Oktober 2014, neraca perdagangan tercatat mengalami surplus setelah dalam dua bulan bertutur-turut mengalami defisit. surplus didorong oleh kenaikan ekspor produk nomigas. Di sektor nonmigas, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus. Peningkatan terbesar ekspor nonmigas terjadi pada komoditas lemak dan minyak hewan/nabati Sedangkan untuk bahan bakar mineral terjadi penurunan. Penurunan ekspor bahan bakar mineral tersebut disebabkan adanya Undang-Undang 4 tahun 2009 yang melarang ekspor barang mentah. Berdasarkan data BPS, selama periode Januari-Oktober 2014 neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit hingga US$1,6 miliar. Defisit ini masih lebih rendah daripada periode yang sama tahun lalu yang mencapai US$ 6,4 miliar.

KESIMPULAN :

Dalam upaya mengurangi defisit neraca perdagangan pemerintah perlu melakukan pengereman impor terutama impor barang modal. Impor barang modal alias produksi yang tinggi harus bisa direm. Sebut saja impor mesin dan peralatan mekanik. Kebijakan Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga tinggi, di sisi lain juga akan membantu mengerem impor. Pengereman ini penting sebagai upaya mengempiskan defisit transaksi berjalan

DAFTAR PUSTAKA :

www.kemendag.go.idwww.kemenperin.go.id

www.bps.go.id