tugas-ee-1-kekurangan volume cairan tgs linda

60
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem reproduksi adalah kumpulan organ yang mendukung proses reproduksi pada manusia. Dengan sistem reproduksi yang sehat maka proses perkembangbiakan manusia dapat berjalan dengan lancar tanpa hambatan. Sayangnya dengan maraknya prostitusi, hubungan di luar nikah dan “hubungan” bebas membuat berbagai macam penyakit pada sistem reproduksi semakin menyebar dimana-mana. Oleh karena itu kita perlu prihatin dengan kondisi yang demikian meningkat remaja remaja kita rentan dengan aksi “hubungan” di luar nikah dan “hubungan” bebas. Jika kita berkeliling kota kita maka tidak sulit untuk menemukan berbagai praktisi prostitusi dan “hubungan” bebas dengan begitu terangnya dan dibiarkan begitu saja. Kegiatan “hubungan” terselubung adalah penyebab paling utama dari penularan berbagai macam masalah sistem reproduksi mengingat kegiatan “hubungan” ini juga melibatkan kedua organ intim pada pasangan. Penyakit pada sistem reproduksi laki laki juga cukup banyak ragamnya. Laki laki dapat terkena penyakit raja singa yang merupakan infeksi dari virus herpes yang menimbulkan peradangan dan gatal di area kelamin. Penyakit ini sangat menular jika tidak segera diobati. Selanjutnya yang berbahaya dan sering menyerang laki-laki yang suka bergonta-ganti pasangan dan gay adalah penyakit kencing nanah atau gonorhea. Penyebabnya adalah bakteri

Upload: egisulaeman

Post on 20-Feb-2016

18 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

cairan dan elektrolit

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas-EE-1-Kekurangan Volume Cairan Tgs Linda

1

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem reproduksi adalah kumpulan organ yang mendukung proses reproduksi pada manusia. Dengan sistem reproduksi yang sehat maka proses perkembangbiakan manusia dapat berjalan dengan lancar tanpa hambatan. Sayangnya dengan maraknya prostitusi, hubungan di luar nikah dan “hubungan” bebas membuat berbagai macam penyakit pada sistem reproduksi semakin menyebar dimana-mana.Oleh karena itu kita perlu prihatin dengan kondisi yang demikian meningkat remaja remaja kita rentan dengan aksi “hubungan” di luar nikah dan “hubungan” bebas. Jika kita berkeliling kota kita maka tidak sulit untuk menemukan berbagai praktisi prostitusi dan “hubungan” bebas dengan begitu terangnya dan dibiarkan begitu saja.

Kegiatan “hubungan” terselubung adalah penyebab paling utama dari penularan berbagai macam masalah sistem reproduksi mengingat kegiatan “hubungan” ini juga melibatkan kedua organ intim pada pasangan.

Penyakit pada sistem reproduksi laki laki juga cukup banyak ragamnya. Laki laki dapat terkena penyakit raja singa yang merupakan infeksi dari virus herpes yang menimbulkan peradangan dan gatal di area kelamin. Penyakit ini sangat menular jika tidak segera diobati.Selanjutnya yang berbahaya dan sering menyerang laki-laki yang suka bergonta-ganti pasangan dan gay adalah penyakit kencing nanah atau gonorhea. Penyebabnya adalah bakteri gonnorhea yang hanya dapat ditularkan melalui kegiatan “hubungan” semata. Penyakit lainnya seperti kanker prostat bisa terjadi pada pasien laki laki dengan gangguan pada kelenjar prostat.

B. Ruang Lingkup Masalah

1. Benigna Prostat Hiperplasia

2. Abses Skrotum

3. Proses Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Reproduksi Pria

Page 2: Tugas-EE-1-Kekurangan Volume Cairan Tgs Linda

2

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian kekurangan volume cairan,

2. Untuk mengetahui dan memahami tanda dan gejala kekurangan volume

cairan,

3. Untuk memahami patofisiologi,

4. Mengetahui pemeriksaan diagnostic yang harus dilaksanakan,

5. Mengetahui penatalaksanaan medic yang harus dilaksanakan,

6. Memahami proses keperawatan yang harus dilakukan.

Page 3: Tugas-EE-1-Kekurangan Volume Cairan Tgs Linda

3

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Benigna Prostat Hiperplasia2.1.1 Pengertian

Hyperplasia prostat atau BPH (Benign prostate Hiperplasia) adalah

pembesaran progresif dari kelenjar postat, bersipat jinak disebabkan oleh hyperplasia

beberapa atau semua komponen perostat yanga mengakibatkan uretra pars prostatika.

Hyperplasia prostatis benigna adalah pembesaran prostat yang mengenai uretra,

menyebabkan gejala urinaria (Nursalam, 2009).

2.1.2 Etiologi

Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui

secara pasti. Tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hyperplasia prostat erat

kaitannya dengan peningkatan kadar dihidrotestosteron (DHT) dan proses penuaan

(purnomo, 2005).

Selain factor tersebut ada beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab

timbulnya hyperplasia prostat yaitu sebagai berikut :

1) Dihydrotestosteron, peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen

menyebabkan epitel dan stroma dari kelenjar prostat mengalami hiperplasi.

2) Ketidakseimbangan hormone estrogen-testosteron. Pada proses penuaan pria

terjadi pningkatan hormone estrogen dan penurunan testosterone yang

mengakibatkan hiperplasi stroma.

3) Interaksi stroma-epitel. Peningkatan epidermal growth factor dan fibroblast

groth factor dan penurunan transporming growth factor beta menyebabkan

hiperplasi stroma dan epitel.

4) Berkurangnya sel yang mati. Estrogen yang meningkat menyebabkan

peningkatan lama hidup stroma dan epitel dari kelenjar prostat.

5) Teori sel stem. Sel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel transit.

Page 4: Tugas-EE-1-Kekurangan Volume Cairan Tgs Linda

4

2.1.3 PatofisiologiSejalan dengan pertambahan umur, kelenjar prostat akan mengalami

hyperplasia. Jika prostat membesar, maka akan meluas ke atas (kandung kemih)

sehingga pada bagian dalam akan mempersmpit saluran uretra prostatika dan

menyumbat saluran urine.

Keadaan ini dapat meningkatkan tekanan intravesikal. Sebagai kompensasi

terhadap tahanan uretra prostatika, maka otot destrusor dan kandung kemih

berkontraksi lebih kuat agar dapat memompa urine keluar. Kontraksi yang terus

menerus menyebabkan perubahan anatomi dari kandung kemih berupa : hipertropi

otot destrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sekula, dan divertikel kandung kemih.

Tekanan intravesikal yang tinggi diteruskan ke seluruh bagian buli-buli tidak

terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat

menimbulkan aliran balik urin dari buli-buli k ureter atau terjadi refluks vesiko-

ureter. Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter,

hidronefrosis, bahkan akhirnya dapat jauh ke dalam gagal ginjal.

2.1.4 Manifestasi klinikMenurut Smeltzer dan Bare (2001: 1625) tanda dan gejala dari BPH adalah :

1) Gejala obstruktif dan iritatif (prostatisme). Gejalanya mencakup peningkatan

frekuensi berkemih, nokturia, dorongan ingin berkemih anyang-anyangan,

abdomen tegang, volume urin menurun dan harus mengejan jika ingin

berkemih, aliran urin tidak lancar, dribbling (urin terus menetes setelah

berkemih) rasa seperti kandung kemih tidak kosong dengan baik, retensi urin

akut (bila lebih dari 60 ml urin tetap berada dalam kandung kemih setelah

berkemih), kekambuhan infeksi saluran kemih.

2) Gejala lain yang mungkin tampak adalah keletihan, anoreksia, mual, muntah,

dan rasa tidak nyaman pada epigastrik.

Page 5: Tugas-EE-1-Kekurangan Volume Cairan Tgs Linda

5

2.1.5 Pathway

3

Hiperplaasia prostat

Penyempitan lumen uretra

Peningkatan tekanan intravesika

Respon iritasi Frekuesi

Meningkat Nokturia Urgensi Disuria

Respon obstruksi Pancaran miksi lemah Intermitensi Hesistansi Miksi tidak puas Menetes setelah miksi

Gangguan pemenuhan eliminasi urine

Perubahan pola pemenuhan eliminasi urin

Nyeri miksi

Respon perubahan pada kandung kemih Hipertrofi otot detrusor Trabekulasi Selula Disvertikel kandung kemih

Respon perubahan pada ginjal dan ureter Refluks vesiko-ureter Hidroureter Hidronefrosis Pielonefritis Gagal ginjal

Tindakan pembedahan Respon psikologis: koping maladaptif, kecemasan

Asuhan keperawatan perioperatif

Kecemasan Gangguan konsep diri

Page 6: Tugas-EE-1-Kekurangan Volume Cairan Tgs Linda

6

2.2 Abses Scrotum

2.2.1 Pengertian

Abses Skrotum merupakan salah satu kasus dalam bidang urologi yang harus

segera ditangani untuk mencegah terjadinya kerusakan pada testis dan terjadinya

Fournier’s gangrene. Abses Srotum adalah kumpulan purulen pada ruang diantara

tunika vaginalis parietalis dan viseralis yang berada mengelilingi Testis Abses

skrotum,terjadi apabila terjadi infeksi bakteri dalam skrotum. Bakteri dapat menyebar

dari kandung kemih atau uretra atau dapat berasal dari penyakit menular seksual

(PMS). Apabila bila tidak diobati, infeksi dapat mengakibatkan terjadinya abses

skrotum

Abses Skrotum terjadi akibat suatu infeksi,dan membutuhkan tindakan

pembedahan. Pembentukan abses merupakan suatu komplikasi dari abses pelvis,dan

komplikasi dari infeksi pada suatu luka. Abses Skrotum dapat terjadi superficial

maupun intraskrotal. Skrotum merupakan kelanjutan dari lapisan dinding perut. Isi

skrotum terdiri dari testis, epididimis, dan struktur korda spermatika.

2.2.2 Etiologi

Epididimitis dan epididymo-orkitis adalah dua yang paling umum penyebab

nyeri skrotum akut pada orang dewasa Infeksi biasanya berasal dari saluran

genitourinari,khususnya kandung kemih, uretra, dan prostat. yang paling patogen

adalah Neisseria gonorrhea,Chlamydia trachomatis, Escherichia coli, Proteus atau

mirabilis. Penyebab umum dari infeksi skrotum, yang dapat menyebabkan abses,

termasuk penyakit menular seksual, seperti gonore dan klamidia. Infeksi virus,juga

dapat mengakibatkan infeksi skrotum.

Pada umumnya abses skrotum merupakan komplikasi dari suatu

penyakit,seperti:appendisitis, epididimitis, orchitis, trauma, varikokel dan abses

pelvis. Abses skrotum yang superficial,biasanya berasal dari infeksi pada folokel

rambut,ataupun luka bekas operasi pada skrotum. Abses intrascrotal paling sering

Page 7: Tugas-EE-1-Kekurangan Volume Cairan Tgs Linda

7

muncul dari epididimitis bakteri, tetapi juga mungkin terkait dengan infeksi dari

epididimitis TB,selain itu dapat timbul dari abses testis yang pecah melalui tunika

albuginea, atau drainase usus buntu ke dalam skrotum melalui prosesus vaginalis.

Abses skrotum dapat juga terjadi sebagai akibat dari ekstravasasi urin yang

terinfeksi dari uretra yang terjadi pada pasien dengan striktur uretra dan kandung

kemih neurogenik menggunakan perangkat koleksi eksternal. Penyebab paling umum

adalah postneglected testis torsi atau epididymo orchitis necrotizing. penyebab lain

termasuk infeksi hidrokel atau TB infeksi.

Penyebab yang sangat jarang adalah apendisitis akut, dengan kurang dari 25

kasus yang dilaporkan dalam literatur. Kebanyakan pasien datang dengan tanda-tanda

skrotum akut akibat apendikular patologi memiliki riwayat PPV(Paten Procesus

Vaginaliss).

Pada pria yang aktif secara seksual, organisme yang utama adalah Chlamydia

trachomatis dan Neisseria gonorrhea, klamidia yang menjadi lebih umum. Pada pria

homoseksual dengan usia kurang dari 35 tahun, dan bakteri coliform yang menjadi

penyebab utama. Pada laki-laki tua yang biasanya kurang aktif secara seksual,bakteri

patogen saluran kemih adalah organisme yang paling umum, seperti: Escherichia coli

dan pseudomonas menjadi lebih umum, namun, patogen. Trauma biasanya

bermanifestasi sebagai pembengkakan skrotum dengan hematoma intratesticular dan

skrotum dan berbagai tingkat ekimosis dinding skrotum.

2.2.3 Patofisiologi

Skrotum berkembang sebagai bagian dari rongga perut, dan prosesus vaginalis

tetap paten 80-90% dari bayi yang baru lahir, dan secara bertahap menurun sampai

15-37% selama dewasa. Pada beberapa penyakit infeksi yang terjadi intraabdominal

mungkin menemukan jalan ke skrotum melalui PPV(Paten Prosesus Vaginalis)

Abses skrotum terjadi karena adanya infeksi yang menyebabkan

terkumpulnya cairan dalams tunika vaginalis. Epididimitis dan orchitis

mengakibatkan terjadinya akumulasi abses yang mengganggu suplai darah ke

Page 8: Tugas-EE-1-Kekurangan Volume Cairan Tgs Linda

8

testicular,terutama menimbulkan infeksi dan infark testicular,sehingga terjadi ruptur

pada tunika albugenia. Trauma dapat mengakibatkan terjadinya infeksi dan

menimbulkan akumulasi abses , apabila bakteri masuk dan merusak kulit sampai

terjadinya hidrocel. Setelah infeksi intra-abdomen maka terjadi ,mekanisme

pembentukan abses maka dengan cepat terjadi penyebaran bakteri dari abdomen ke

skrotum melalui prosesus vaginalis.

2.2.4 Manifestasi Klinis

Pada pasien yang mengalami abses skrotum mungkin memiliki gejala yang

berkaitan dengan etiologi abses seperti gejala infeksi saluran kemih atau penyakit

menular seksual, seperti frekuensi, urgensi, disuria,dan ukuran penis. Skrotum sering

eritema dan terjadi peradangan selain itu dapat teraba fluktuasi pada skrotum.

Apabila terjadi trauma pada skrotum maka dapat ditemukan gambaran klinis :

Nyeri akut pada skrotum, pembengkakan, memar, dan kerusakan akibat cedera kulit

skrotum yang merupakan gejala klinis utama. Bahkan dapat terjadi pada luka

terisolasi/tertutup, sakit perut, mual, muntah, dan dapat menimbulkan kesulitan

berkemih.

2.2.5 Pathway

Primer (kelainan bawaan)

Sekunder (trauma epididymis, infeksi,

tumor tetis)

Terganggunya system sekresi/

reabsorpsi plasma dan transudat

Page 9: Tugas-EE-1-Kekurangan Volume Cairan Tgs Linda

9

Sistem lympatic yang belum sempurna

Penutupan prosesus vaginalis yang belum

sempurna

Tehambatnya proses reabsorpsi

cairan

Keluarnya cairan dari rongga abdomen

Cairan menumpuk di lapisan pariental dan

viseral

Penumpukan cairan di tunika vaginalis

Sistem lympatic yang belum sempurna Hidrokel

Penumpukan cairan di Skrotum

Media berkembangnya

bakteri

Infeksi Testis

PK Infeksi

Skrotum Membesar

PRE OP POST OP

PRE OP

Perubahan status

kesehatan

Klien merasa tidak percaya

diri

Perasaan tidak nyaman

saat berpakaian

Kurangnya informasi tentang penyakit

Gangguan sirkulasi

testikular

Page 10: Tugas-EE-1-Kekurangan Volume Cairan Tgs Linda

10

Klen cemas dengan

kondisinya

Ansietas

Gangguan Citra Tubuh Nyaman Klien

bertanya-tanya

tentang penyakitnya

Atrofi Testis

Gangguan spermatoge

nesis

Perubahan fungsi

seksual

Disfungsi Seksual

POST OP

Penatalaksanaan pembedahan

Kemungkinan adanya pendarahan

masif

Defisit Pengetahuan

Page 11: Tugas-EE-1-Kekurangan Volume Cairan Tgs Linda

11

Adanya Luka Insisi

Pajanan Patogen

Risiko Infeksi

Klien mengeluh nyeri

Nyeri Akut

Risiko Pendarahan

Page 12: Tugas-EE-1-Kekurangan Volume Cairan Tgs Linda

12

KONSEP KEPERAWATAN

2.3 Asuhan Keperawatan kepada klien penderita benigna prostat hyperplasia

2.3.1 Pengkajian

Kaji berapa lama keluhan hesistansi (mngejan untuk memulai urine), keluhan

intermitensi (miksi berhenti dan kemudian memancar lagi), pancaran miksi melemah,

keluhan miksi tidak puas, keluhan miksi menetes, keluhan peningkatan frekuensi

miksi, keluhan miksi sering pada malam hari, keluhan sangat ingin miksi dan keluhan

rasa sakit waktu miksi mulai dirasakan.

Kaji pengaruh gangguan miksi pada respons psikologis dan perencanaan

pembedahan. Pada pengkajian sering didapatkan adanya kecemasan, gangguan

konsep diri (gambaran diri) yang merupakan respon dari adanya penyakit dan rencana

untuk dilakukan pembedahan.

2.3.1.1 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan TTV dilakukan terutama pada klien praoperatif. Nadi dapat

meningkat pada keadaan kesakitan, pada retensi urine akut, dehidrasi sampai syok

pada retensi uine, serta urosepsis sampai syok septik.

Pada pemeriksaan pengaruh penyempitan lumen uretra memberikan

manifestasi pada tanda-tanda obstruksi dan iritasi saluran kemih. Tanda obstruksi

yang didapatkan meliputi hesistansi, pancaran miksi melemah, intermitensi, dan

menetes setelah miksi. Sementara itu tanda iritasi, meliputi : adanya peningkatan

frekuensi, urgensi, nokturia dan dysuria.

Penis dan uretra juga diperiksa untuk mendeteksi kemungkinan stenosis

meatus, struktur uretra, batu uretra, karsinoma, maupun fimosis,. Pemeriksaan

skrotum untuk menentukan adanya epididymitis.

Pemeriksaan abdomen dilakukan dengan teknik bimanual untuk mngetahui

adanya hidronefrosis dan pyelonefrosis. Pada daerah supra-simfisis, keadaan retensi

Page 13: Tugas-EE-1-Kekurangan Volume Cairan Tgs Linda

13

akan menonjol. Saat palpasi terasa adanya ballottement dank lien akan trasa ingin

miksi. Perkusi dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya residual urin.

Rectal touch/pemeriksaan colok dubur bertujuan untuk mnentukan konsistensi

system persarafan unit vesiko uretra dan besarnya prostat.

2.3.1.2 Pengkajian Diagnostik

1) Urinalis untuk melihat adanya tanda infeksi pada saluran kemih.

2) Fungsi ginjal untuk menilai adanya gangguan fungsi ginjal.

3) Pemeriksaan uroflowmetri.

4) Foto polos abdomen untuk menilai adanya batu saluran kemih.

5) PIV, untuk melihat adanya komplikasi pada ureter dan ginjal, seperti

hidroureter, hidronefrosis.

2.3.1.3 Pengkajian Penatalaksanaan Medis

1) Penghambat adrenergik α, agar mengurangi resistensi otot polos prostat.

2) Teknik pembedahan :

a) Pembedahan endourologi (TURP) atau pembedahan terbuka, bertujuan

untuk reseksi prostat yang mmbesar.

b) Kriteria pembedahan dilakukan : klien yang mengalami retensi urine akut

atau pernah retensi urine akut, klien dengan residual urine >100ml. klien

dengan penyulit, terapi medikamentosa tidak berhasil dan flowmetri

menunjukan pola obstruktif.

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan pemenuhan eliminasi urine b.d retensi urine, obstruksi uretra

sekunder dari pembesaran prostat dan obstruksi uretra.

2. Nyeri b.d peregangan dari terminal saraf, dysuria, resistensi otot prostat, efek

mengejan saat miksi efek sekunder dari obstruksi uretra, nyeri pascabedah.

Page 14: Tugas-EE-1-Kekurangan Volume Cairan Tgs Linda

14

3. Resiko tinggi trauma b.d kerusakan jaringan pasca-prosedur pembedahan.

4. Resiko tinggi infeksi b.d port de entrée luka pascabedah

5. Pemenuhan informasi preoperative b.d rencana pembedahan, prognosis

penyakit

6. Kecemasan b.d prognosis pembedahan, tindakan invasif diagnostic

2.3.3 Rencana Keperawatan

Tujuan dari rencana keperawatan praoperatif adalah mengadaptasikan keluhan

nyeri, pemenuhan eliminasi urine, penurunan kecemasan dan terpenuhinya kebutuhan

informasi tentang asuhan perioperative

Gangguan pemenuhan eliminasi urine b.d retensi urine, obstruksi uretra sekunder

dari pembesaran prostat

Tujuan : dalam waktu 7 x 24 jam pola eliminasi optimal sesuai kondisi klien

Kriteria Evaluasi :

- Frekuensi miksi dalam batas 5–8 x/24 jam.

- Persiapan prapembedahan berjalan lancar.

- Respon pascabedah, meliputi kateter tetap kondisi baik, tidak ada sumbatan

aliran darah melalui kateter, dan tidak terjadi retensi pada saat irigasi

Intervensi Rasional

Kaji pola berkemih, dan catat produksi

urin tiap 6 jam

Mengetahui pengaruh iritasi kandung

kemih dengan frekuensi miksi

Menghidari minum banyak dalam

waktu singkat, menghindari alcohol dan

diuretic

Mencegah oven distensi kandung kemih

akibat tonus otot detrusor menurun

Intervensi pasca bedah

kaji urine dan sitem kateter/drainase,

khusunya selama irigasi kandung

kemih

retensi terjadi karena edema area

bedah, bekuan darah dan spasme

kandung kemih

Page 15: Tugas-EE-1-Kekurangan Volume Cairan Tgs Linda

15

perhatikan waktu, jumlah berkemih

dan ukuran aliran setelah kateter

dilepas

dorong pemasukan cairan 3.000 ml

sesuai toleransi

kateter biasanya dilepas 2–5 hari

setelah bedah, tetapi berkemih dapat

berlanjut menjadi masalah untuk

beberapa waktu karena edema uretra

dan kehilangan tonus.

Mempertahankan hidrasi adekuat dan

perfusi ginjal untuk aliran urine

Kolaborasi

Pemberian obat penghambat

adrenergik α.

Tindakan Trans Uretral reseksi

prostat

Untuk mengurangi resistensi oto

polos prostat

Tindakan endourologi adalah tindakn

invasif minimal untuk reseksi prostat.

Lebih aman apabila klien yang

mengalami risiko tinggi pembedahan

tidak perlu insisi pembedahan.

Gangguan pemenuhan eliminasi urine b.d retensi urine, obstruksi uretra sekunder

dari pembesaran prostat, respons pascabedah

Tujuan : dalam waktu 7 x 24 jam pola eliminasi optimal sesuai kondisi klien

Kriteria Evaluasi :

- Frekuensi miksi dalam batas 5–8 x/24 jam.

- Persiapan prapembedahan berjalan lancar.

Intervensi Rasional

Kaji pola berkemih, dan catat produksi

urin tiap 1 jam khususnya selam irigasi

kandung kemih

Mengetahui pengaruh iritasi kandung

kemih dengan frekuensi miksi. Pada

pascabedah, retensi dapat terjadi karena

Page 16: Tugas-EE-1-Kekurangan Volume Cairan Tgs Linda

16

edema area bedah, bekuan darah, dan

spasme kandung kemih

Menghidari minum banyak dalam

waktu singkat, menghindari alcohol dan

diuretic

Mencegah oven distensi kandung kemih

akibat tonus otot detrusor menurun

Kolaborasi

Pemberian obat penghambat

adrenergik α.

Tindakan Trans Uretral reseksi

prostat

Untuk mengurangi resistensi oto

polos prostat

Tindakan endourologi adalah tindakn

invasif minimal untuk reseksi prostat.

Lebih aman apabila klien yang

mengalami risiko tinggi pembedahan

tidak perlu insisi pembedahan.

Nyeri b.d peregangan dari terminal saraf, disuria, resistensi otot prostat, efek

mengejan saat miksi efek sekunder dari obstruksi uretra, nyeri pasca bedah.

Tujuan : dalam waktu 1x24 jam terdapat penurunan respon nyeri

Kriteria Evaluasi :

- Secara subjektif klien menyatakan penurunan rasa nyeri, skala nyeri 0-1 (0-

4) secara objektif didapatkan TTV dalam batas normal, wajah rileks.

Intervensi Rasional

Kaji nyeri dengan pendekatan PQRST Pengkajian dengan pendekatan PQRST

yang komprehensif dapat menjadi

parameter dasar dalam melaksanakan

perencanaan intervensi.

Lakukan manajemen nyeri keperawatan

Atur posisi fisiologis Posisi fisiologis akan meningkatka

asupan O2 ke jaringan yang

Page 17: Tugas-EE-1-Kekurangan Volume Cairan Tgs Linda

17

Istirahatkan klien

Manajemen lingkungan : lingkungan

tenang dan batasi pengunjung.

Ajarkan teknik relaksasi nafas

dalam.

Ajarkan teknik distraksi pada saat

nyeri

Lakukan manajemen sentuhan.

mengalami iskemia akibat respons

peradangan.

Istirahat dilakukan apabila nyeri

dirasakan sangat hebat.

Lingkungan tenang akan

menurunkan stimulus nyeri ekternal

dan pembatasan pengunjung akan

membantu meningkatkan kondisi O2

ruangan yang akan berkurang

apabila banyak pengunjung yang

berada di ruangan.

Meningkatkan asupan O2 sehiingga

akan menurunkan nyeri sekunder

dari iskemia jaringan.

Distraksi (pengalihan perhatian)

dapat menurunkan stimulus internal

dengan mekanisme peningkatan

produksi endorfin dan enkefalin

yang dapat memblok reseptor nyeri

untuk tidak dikirimkan ke korteks

serebri sehingga menurunkan

persepsi nyeri.

Manajemen sentuhan pada saat nyeri

berupa sentuhan dukungan

psikologis dapat membantu

menurunkan nyeri. Masase ringan

dapat meningkatkan aliran darah dan

dengan otomatis membantu suplai

Page 18: Tugas-EE-1-Kekurangan Volume Cairan Tgs Linda

18

darah dan oksigen ke area nyeri dan

menurunkan sensasi nyeri.

Kolaborasi untuk pemberian analgetik

narkotik

Analgetik narkotik dapat memblok

stimulus nyeri agar tidak mencapai

korteks serebri sehingga persepsi nyeri

berkurang.

Risiko tinggi trauma b.d kerusakan jaringan pasca prosedur pembedahan

Tujuan : dalam waktu 5x24 jam tidak mengalami trauma pascabedah.

Kriteria evaluasi :

- Tidak ada keluhan subjektif , seperti disuria dan urgensi.

- Eliminasi urine tanpa menggunakan kateter.

- Pascabedah tanpa ada komplikasi

Intervensi Rasional

Monitor adanya keluhan subjektif pada

saat melakukan eliminasi urine.

Parameter penting dalam mengevaluasi

intervensi yang telah dilaksanakan.

Istirahatkan pasien setelah pembedahan Pasien dianjurkan tirah baring selama

24-28 jam, tergantung pada sejauh mana

prosedur yang telah dilakukan

Lepaskan kateter pada hari ke 1-3 pasca

operasi

Menurunkan resiko cedera pada uretra.

Evaluasi pasca intervensi pelebaran

uretra

Kekambuhan struktur uretra dari

intervensi pelebaran uretra adalah

komplikasi yang paling umum.

Meskipun jarang, intervensi untuk

melebarkan uretra dapat menyebabkan

trauma uretra, kondisi ini termasuk

instrumen yang dimasukkan melalui

Page 19: Tugas-EE-1-Kekurangan Volume Cairan Tgs Linda

19

urothelium kedalam korpus spongiosum.

Resiko ini dapat diminimalisasi dengan

teknik hati-hati dan pilihan pelebaran

yang tepat untuk pasien.

Kolaborasi :

1. Antibiotik intravena pasca

operasi

2. Agen antimuskarinik

Menurunkan resiko infeksi yang akan

meningkatkan respons trauma jaringan

pascabedah.

Sering digunakan untuk mencegah

kejang kandung kemih.

Risiko tinggi infeksi b.d port de entree dari luka pembedahan

Tujuan : dalam waktu 12x24 jam tidak terjadi infeksi, terjadi perbaikan pada

integritas jaringan lunak.

Kriteria evaluasi :

- Jahitan dilepas pada hari ke – 12 tanpa adanya tanda-tanda infeksi dan

peradangan pada area luka pembedahan.

- Leukosit dalam batas normal, TTV dalam batas normal.

Intervensi Rasional

Kaji jenis pembedahan, hari

pembedahan, dan apakah adanya order

khusus dari tim dokter bedah dalam

melakukan perawatan luka.

Mengidentifikasi kemajuan atau

penyimpangan dari tujuan yang

diharapkan.

Lakukan mobilisasi miring kiri-kanan

tiap 2 jam.

Mencegah penekanan setempat yang

berlanjut pada nekrosis jaringan lunak.

Lakukan perawatan luka :

Lakukan perawatan luka steril pada

hari ke 3 operasi dan diulang setiap

Perawatan luka sebaiknya tidak

setiap hari untuk menurunkan kontak

Page 20: Tugas-EE-1-Kekurangan Volume Cairan Tgs Linda

20

2 hari sekali.

Bersihkan luka dengan cairan

antiseptik jenis iodine providum

dengan cara swabbing dari arah

dalam ke luar.

Bersihkan bekas sisa iodine

providum dengan alkohol 70% atau

normal salin dengan cara swabbing

dari arah dalam keluar.

Tutup luka dengan kasa steril dan

tutup dengan plester adhesif yang

menyeluruh menutupi kasa.

tindakan dengan luka yang dalam

kondisi steril sehingga mencegah

kontaminasi kuman ke luka bedah.

Pembersihan debris (sisa fagositosis,

jaringan mati) dan kuman sekitar

luka dengan mengoptimalkan

kelebihan dari iodine providum

sebgai antiseptik dan dengan arah

dari dalam keluar agar dapat

mencegah kontaminasi kuman ke

jaringan luka.

Antiseptik iodine providum

mempunyai kelemahan dalam

menurunkan proses epitelisasi

jaringan sehinggga memperlambat

pertumbuhan luka, maka harus

dibersihkan dengan alkohol atau

normal salin.

Penutupan secara menyeluruh dapat

menghindari kontaminasi dari benda

atau udara yang bersentuhan dengan

luka bedah.

Monitor adanya tanda-tanda infeksi dan

peradangan disekitar luka operasi

Infeksi luka operasi memberikan

manifestasi adanya tanda-tanda

peradangan disekitar luka seperti

kemerahan, bengkak, panas lokal dan

nyeri. Tanda-tanda infeksi seperti

keluarnya pus pada permukaan luka

Page 21: Tugas-EE-1-Kekurangan Volume Cairan Tgs Linda

21

operasi, peningkatan suhu tubuh, dan

nilai laboratorium didapatkan

leukositosis yang menjadi parameter

penting bagi perawat dalam memonitor

kondisi luka operasi.

Evaluasi kondisi luka setiap melakukan

perawatan luka

Peran perawat utama dalam memelihara

tujuan 12x24 jam jahitan pasca bedah

dapat dilepas yang berarti penyembuhan

luka operasi sudah selesai.

Pemenuhan informasi preopratif b.d rencana pembedahan pembedahan, prognosis

penyakit

Tujuan : dalam waktu 1x24 jam terpenuhinya pengetahuan pasien dan keluarga

tentang pembedahan.

Kriteria evaluasi :

- Pasien dan keluarga mengetahui jadwal pembedahan

- Pasien dan keluarga kooperatif pada setiap intervensi keperawatan

- Pasien dan keluarga secara subjektife menyatakan bersedia dan termotivasi

untuk melakukan aturan atau prosedur prabedah yang telah dijelaskan.

- Pasien dan keluarga memahami tahap-tahap intraoperatif dan pascaanastesi

- Pasien dan keluarga mampu mengulang kembali secara narasi intervensi

prosedur pascaanestesi atau perencanaan pasien pulang.

- Pasien dan keluarga memahami respon pembedahan scara fisiologis dan

psikologis.

- Secara subjektif pasien menyatakan rasa nyaman dan relaksasi emosional.

Intervensi Rasional

Kaji tingkat pengetahuan dan sumber

informasi yang telah diterima

Menjadi data dasar untuk memberikan

pendidikan kesehatan dan

Page 22: Tugas-EE-1-Kekurangan Volume Cairan Tgs Linda

22

mengklarifikasi sumber yang tidak jelas.

Diskusikan jadwal tindakan diagnostik

dan pembedahan

Pasien dan keluarga harus diberitahu

waktu dimulainya tindakan diagnostik

dan pembedahan. Apabila rumah sakit

mempunyai jadwal kamar operasi yang

padat, lebih baik pasien dan keluarga

diberitahukan tentang banyaknya jadwal

operasi yang telah ditetapkan sebelum

pasien.

Diskusikan lamanya pembedahan Kurang bijaksana bila memberitahukan

pasien dan keluarganya tentang lamanya

waktu tindakan diagnostik dan operasi

dan akan dijalani. Penundaan yang tidak

diantisipasi dapat terjadi karena berbagai

alasan. Apabila pasien tidak kembali

pada waktu yang diharapkan, keluarga

akan menjadi sangat cemas.anggota

keluarga harus menunggu dalam ruang

tunggu bedah untuk mendapat berita

yang terbaru dari staf.

Lakukan pendidikan kesehatan

preoperative

Manfaat dari instruksi preoperatif telah

dikenal sejak lama. Setiap pasien

diajarkan sebagai seorang individu,

dengan mempertibangan segala keunikan

ansietas, kebutuhan dan harapan-

harapannya.

Programkan instruksi yang didasarkan

pada kebutuhan individu direncanakan

Jika sesi penyuluhan dilakukan beberapa

hari sebelum tindakan diagnostik dan

Page 23: Tugas-EE-1-Kekurangan Volume Cairan Tgs Linda

23

dan diimplementasikan pada waktu

yang tepat.

pembedahan, pasien mungkin tidak ingat

tentang apa yang telah dikatakan. Jika

instruksi diberikan terlalu dekat dengan

waktu pembedahan, pasien mungkin

tidak dapat berkonsentrasi atau belajar

karena ansietas atau efek dari medikasi

praanestesi

Beritahu persiapan pembedahan

meliputi :

- Persiapan Intestinal

- Persiapan kulit

Pembersihan dengan enema atau laktasif

mugkin dilakkan pada malam sebelum

operasi dan mungkin diulang jika tidak

efektif. Pembersihan ini adalah untuk

mencegah defekasi selama anestesi atau

mencegah trauma yang tidak diinginkan

pada intestinalselama pembedahan

abdomen.

Tujuan dari persiapan kulit preoperative

adalah untuk mengurangi sumber bakteri

tanpa mencederai kulit.

Bila ada waktu, seperti pada bedah

elektif, pasien dapat diintruksikan untuk

mengenakan sabun yang mengandung

deterjen germisida untuk membersihkan

area kulit selama beberapa hari sebelum

pembedahan, untuk mengurangi jumlah

organisme kulit; persiapan ini dapat

dilakukan dirumah

Page 24: Tugas-EE-1-Kekurangan Volume Cairan Tgs Linda

24

- Pencukuran area operasi

Sebelum pembedahan, pasien harus

mandi air hangat dan merelakskan, serta

menggunakan sabun betadin, meskipun

hal ini lebih disukai dilakukan pada hari

pembedahan, waktu yang dijadwalkan

untuk pembedahan dapat mengharuskan

bahwa hal tersebut dilakukan pada

malam sebelumnya

Tujuan penjadwalan mandi pembersihan

sedekat mungkin dengan waktu

pembedahan adalah untu mengurangi

risiko kontaminasi kulit terhadap luka

bedah.

Mencuci rambut sehari sebelum

pembedahan sangat disarankan kecuali

kondisi pasien tidak memungkinkan hal

tersebut

Pencukuran area operasi dilakukan

apabila protocol dicukur atau ahli bedah

mengharuskan kulit untuk dicukur,

pasien diberitahukan tentang prosedur

mencukur, dibaringkan dalam posisi

yang nyaman, dan tidak memajan bagian

yang tidak perlu

Beritahu persiapan pembedahan,

meliputi:

- Persiapan istirahat dan tidur Istirahat merupakan hal yang penting

untuk penyembuhan normal. Kecemasan

Page 25: Tugas-EE-1-Kekurangan Volume Cairan Tgs Linda

25

- Persiapan rambut dan kosmetik

tentang pembedahan dapat dengan

mudah menggangu kemampuan untuk

istirahat atau tidur, kondisi penyakit

yang membutuhkan tindakan

pembedahan mungkin akan

menimbulkan rasa nyeri yang hebat

sehingga mengganggu istirahat.

Perawata harus memberi lingkungan

yang tenang dan nyaman untuk pasien.

Dokter sering memberi obat hipnotik-

sedatif atau antiansietas pada malam hari

sebelum pembedahan. Obat-obatan

hipnotik-sedatif (misalnya: flurazepam

[Dalmane]) sehingga dapat mempercepat

pasien tidur. Obat-obatan antiansietas

(misalnya: alprazolam [Xanax],

diazepam [Valium]) bekerja pada

korteks serebraldan system limbic untuk

menghilangkan ansietas

Untuk menghindari cedera, perawat

meminta melepaskan jepit rambutnya

sebelum masuk ke ruang operasi.

Rambut palsu juga harus dilepas.

Rambut panjang dapat dikepang agar

tetap pada tempatnya. Pasien akan

memakai tutup kepala sebelum

memasuki ruang operasi.

Selama dan setelah pembedahan, ahli

Page 26: Tugas-EE-1-Kekurangan Volume Cairan Tgs Linda

26

- Persiapan alat bantu (prostese) dan

perhiasan

- Persiapan administrasi dan informed

consent

anestesi dan perawat mengkaji kulit dan

membrane mukosa untuk menentukan

kadar oksigenasi dan sirkulasi pasien.

Oleh Karena itu, seluruh riasan muka

(lipstick, bedak, pemerah muka, dan cat

kuku) harus dihilangkan untuk

memperlihatkan warna kulit dan kuku

yang normal.

Pasien harus melepaskan semua

prostese, termasuk gigi palsuu lengkap

atau sebagian, kaki palsu, mata palsu,

dan lensa kontak, alat bantu dengar, bulu

mata palsu dan kacamata harus dilepas.

Apabila pasien memiliki brace (alat

penopang) atau bidai, perawat meminta

dokter untuk menentukan alat-alat

tersebut harus dilepas atau tidak.

Pada banyak lembaga, perawat harus

mendokumentasikan daftar seluruh alat

prostese atau barang – barang pribadi

termasuk perhiassan dan menyimpannya

sesuai dengan kebijakan lembaga.

Perawat juga bolem memberikan

prostese dan perhiasan pada anggota

keluarga.

Pasien sudah menyelesaikan administrasi

dan mengetahui secara finansial biaya

pembedahan. Pasien sudah mendapat

Page 27: Tugas-EE-1-Kekurangan Volume Cairan Tgs Linda

27

penjelasan dan menandatangani

informed consent.

Kecemasan b.d prognosis pembedahan, tindakan invasive diagnostik

Tujuan : dalam waktu 1x24 jam kecemasan pasien berkurang atau hilang

Kriteria evaluasi :

- Pasien menyatakan kecemasan berkurang, mengenal perasaanya, dapat

mengidentifikasi penyebab atau faktor mempengaruhinya, kooperatif

tehadap tindakan, dan wajah rileks

Intervensi Rasional

Bantu pasien mengekspresikan perasaan

marah, kehilangan, dan takut

Cemas berkelajutan memberikan

dampak serangan jantung berkelanjutan

Beri dukungan prabedah Hubungan emosional yang baik antara

perawat dan pasien akan mempengaruhi

penerimaan pasien dengan pembedahan.

Aktif mendengar semua kekhawatiran

dan keprihatinan pasien adalah bagian

penting dari evaluasi praoperatif

keterbukaan mengenai tindakan bedah

yang akan dilakukan, pilihan anestesi,

dan perubahan atau kejadian

pascaoperatif yang diharapkan akan

menghilangkan banyak ketakutan tak

berdasar terhadap anestesi. Bagi

sebagian besar pasien pembedahan

adalah suatu peristiwa hidup yang

bermakna.

Kemampuan perawat dan dokter untuk

Page 28: Tugas-EE-1-Kekurangan Volume Cairan Tgs Linda

28

memandang pasien dan keluarganya

sebagai manusia yang layak untuk

didengarkan dan diminta pendapat, ikut

menentukan hasil pembedahan. Egbert et

al. (1963, dalam Gruendemann, 2006)

memperlihatkan bahwa kecemasan

pasien yang dikunjungi dan diminta

pendapat sebelum dioperasi akan

berkurang saat tiba dikamar operasi

dibandingkan mereka yang hanya

sekadar diberi pramedikasi dengan

fenobarbital

Hindari konfrontasi Konfrontasi dapat menimbulkan rasa

marah, menurunkan kerja sama dan

mungkin memperlambat penyembuhan.

Beri lingkungan yang tenang dengan

suasana penuh istirahat

Mengurangi rangsangan eksternal yang

tidak perlu.

Beri kesempatan kepada pasien untuk

mengungkapkan ansietasnya

Dapat menghilangkan ketegangan

terhadap kekhawatiran yang tidak

diekspresikan

Berikan privasi untuk pasien dan orang

terdekat

Memberikan waktu untuk

mengekspresikan perasaan,

menghilangkan cemas, dan perilaku

adaptasi. Adanya keluarga dan teman-

teman yang diilih pasien untuk melayani

aktivitas dan pengalihan (misalnya:

membaca) akan menurunkan perasaan

terisolasi

Page 29: Tugas-EE-1-Kekurangan Volume Cairan Tgs Linda

29

Kolaborasi: berikan anti-cemas sesuai

indikasi, contohnya diazepam

Meningkatkan relaksasi dan menurunkan

kecemasan

2.3.4 Evaluasi

Hasil yang diharapkan setelah dilakukan intervensi keperawatan adalah

sebagai berikut.

1. Gangguan pemenuhan eliminasi urine teratasi

2. Penurunan skala nyeri

3. Tidak mengalami trauma pascabedah

4. Tidak terjadi infeksi luka pascabedah

5. Informasi kesehatan terpenuhi

6. Penurunan tingkat cemas

2.4 Asuhan Keperawatan kepada klien penderita abses skrotum

2.4.1 Pengkajian

Berkaitan tentang lamanya pembengkakan skrotum dan apakah ukuran

pembengkakan itu bervariasi baik pada waktu istirahat maupun pada keadaan

emosional (menangis dan ketakutan)

Dari anamnesis dapat di temukan: pasien yang baru menderita epididimitis

atau orchitis namun tidak menjalani pengobatan secara teratur,komplikasi dari

perforasi appendisitis, komplikasi dari operasi, sirkumsisi, vasektomi dan Chron’s

disease. Pasien datang dengan keluhan nyeri dan dapat pula disertai dengan demam.

Hal ini juga dapat terjadi pada pasien yang telah di drainase atau pada pasien dengan

gejala massa pada testis. Pasien biasanya mengeluh rasa sakit skrotum yang hebat,

kemerahan, panas, nyeri dan toksisitas sistemik termasuk demam dan leukositosis.

Pasien mungkin atau tidak mengeluh muntah.

2.4.1.1 Pemeriksaan Fisik

Page 30: Tugas-EE-1-Kekurangan Volume Cairan Tgs Linda

30

Pemeriksaan ini sangat membantu karena ditemukan skrotum teraba lembut

atau kenyal. Pada pemeriksan fisik dapat ditemukan: bengkak pada skrotum,tidak

keras,dan merah pada skrotum,dan dapat menjadi fluktuan.

Selain itu palpasi pada testis untuk menentukan epididimo-orchitis dan gejala

karsinoma testis. Pada pemeriksaan skrotum dapat juga menggambarkan

ukuran,karakteristik,dan massa yang terjadi pada testis.

Adanya pembesaran pasa skrotum bisa berhubungan dengan pembesaran

testis atau epididimis, hernia, varikokel, spermatokel, dan hidrokel. Pembesaran pada

testis dapat disebabkan oleh tumor atau peradangan. Pembesaran pada skrotum yang

nyeri dapat disebabkan oleh peradangan akut epididimis atau testis,torsio korda

spermatika,atau hernia strangulata. Apabila skrotum membesar dan dicurigai hidrokel

maka dapat dilakukan tes transluminasi.

2.4.1.2 Pengkajian Diagnostik

A. Laboratorium

1. Pada pemeriksaan laboratorium biasanya ditemukan peningkatan sel darah

putih(leukosit) yang diakibatkan oleh terjadinnya inflamasi atau infeksi pada

skrotum.

2. Selain itu dapat dilakukan Kultur urin dan pewarnaan gram untuk mengetahui

kuman penyebab infeksi.

3. Analisa urin untuk melihat apakah disertai pyuria atau tidak

4. Tes penyaringan untuk klamidia dan gonorhoeae.

5. Kultur darah bila dicurigai telah terjadi infeksi sistemik pada penderita

B. Ultrasonografi

Pada pemeriksaan Ultrasonografi pyocele akan memberikan gambaran yang

lebih parah, Hal itu membedakan dari hidrocele. Septa atau lokulasi, level cairan

menggambarkan permukaan dari hidrocele /pyocele,dan gas pada pembentukan

Page 31: Tugas-EE-1-Kekurangan Volume Cairan Tgs Linda

31

organisme. Pemeriksaan USG biasanya menunjukankan akumulasi cairan ringan

dengan gambaran internal atau lesi hypoechoic yang diserai dengan isi skrotum

normal atau bengkak.

USG skrotum sangat membantu dalam mendiagnosis abses intraskrotal

terutama jika ada massa inflamasi. USG skrotum dapat menggambarkan perluasan

abses ke dinding skrotum, epididimis, dan atau testis. USG skrotum adalah tambahan

yang berguna untuk mendiagnosis dan pemeriksaan fisik dalam penilaian abses

skrotum. Hal ini memungkinkan untuk lokalisasi abses skrotum serta evaluasi

vaskularisasi dari epididimis dan testis, yang mungkin terlibat.

C. CT-Scan

CT Scan juga dapat digunakan untuk melihat adanya penyebaran abses.

Pemeriksaan Real-time ultrasound harus dilakukan jika terjadi fraktur,dan harus

ditangani dengan eksplorasi skrotal. Testis yang mengalami kontusio biasanya

memberikan respon yang baik terhadap istirahat dan analgesia.

2.4.2 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri b.d peregangan terminal saraf sekunder dari pembengkakan skrotum

2. Gangguan konsep diri (gambaran diri) b.d penurunan fungsi tubuh, koping

maladaptif

3. Kecemasan b.d prognosis penyakit, ancaman, kondisi sakit, dan perubahan

kesehatan

2.4.3 Rencana Keperawatan

Tujuan dari rencana keperawatan adalah diharapkan pada evaluasi didapatkan

penurunan stimulus nyeri, penurunan kecemasan dan terpenuhinya kebutuhan

informasi

Nyeri b.d peregangan dari terminal saraf dari pembengkakan skrotum

Tujuan : dalam waktu 1x24 jam terdapat penurunan respon nyeri

Kriteria Evaluasi :

Page 32: Tugas-EE-1-Kekurangan Volume Cairan Tgs Linda

32

- Secara subjektif klien menyatakan penurunan rasa nyeri, skala nyeri 0-1 (0-

4) secara objektif didapatkan TTV dalam batas normal, wajah rileks.

Intervensi Rasional

Kaji nyeri dengan pendekatan PQRST Pengkajian dengan pendekatan PQRST

yang komprehensif dapat menjadi

parameter dasar dalam melaksanakan

perencanaan intervensi.

Lakukan manajemen nyeri keperawatan

Atur posisi fisiologis

Istirahatkan klien

Manajemen lingkungan : lingkungan

tenang dan batasi pengunjung.

Ajarkan teknik relaksasi nafas

dalam.

Ajarkan teknik distraksi pada saat

nyeri

Posisi fisiologis akan meningkatka

asupan O2 ke jaringan yang

mengalami iskemia akibat respons

peradangan.

Istirahat dilakukan apabila nyeri

dirasakan sangat hebat.

Lingkungan tenang akan

menurunkan stimulus nyeri ekternal

dan pembatasan pengunjung akan

membantu meningkatkan kondisi O2

ruangan yang akan berkurang

apabila banyak pengunjung yang

berada di ruangan.

Meningkatkan asupan O2 sehiingga

akan menurunkan nyeri sekunder

dari iskemia jaringan.

Distraksi (pengalihan perhatian)

dapat menurunkan stimulus internal

dengan mekanisme peningkatan

produksi endorfin dan enkefalin

Page 33: Tugas-EE-1-Kekurangan Volume Cairan Tgs Linda

33

Lakukan manajemen sentuhan.

yang dapat memblok reseptor nyeri

untuk tidak dikirimkan ke korteks

serebri sehingga menurunkan

persepsi nyeri.

Manajemen sentuhan pada saat nyeri

berupa sentuhan dukungan

psikologis dapat membantu

menurunkan nyeri. Masase ringan

dapat meningkatkan aliran darah dan

dengan otomatis membantu suplai

darah dan oksigen ke area nyeri dan

menurunkan sensasi nyeri.

Kolaborasi untuk pemberian analgetik

narkotik

Analgetik narkotik dapat memblok

stimulus nyeri agar tidak mencapai

korteks serebri sehingga persepsi nyeri

berkurang.

Gangguan konsep diri (gambaran diri) b.d penurunan fungsi tubuh, koping

maladaptif.

Tujuan : dalam waktu 1 jam pasien mampu mengembangkan koping yang positif.

Kriteria :

- Pasien kooperatif pada setiap intervensi keperawatan

- Mampu menyatakan atau mengkomunikasikan dengan orang terdekat

tentang situasi dan perubahan yang sedang terjadi

- Mampu menyatakan penerimaan diri terhadap situasi

- Mengakui dan menggabungkan perubahan ke dalam konsep diri dengan

cara yang akurattanpa harga diri yang negatif.

Intervensi Rasional

Page 34: Tugas-EE-1-Kekurangan Volume Cairan Tgs Linda

34

Kaji perubahan dari gangguan persepsi

dan hubungan dengan derajat

ketidakmampuan

Menentukan bantuan individual dalam

menyususn rencana perawatan atau

pemilihan intervensi

Identifikasi arti dari kehilangan atau

disfungsi pada pasien

Mekanisme koping pada beberapa pasien

dapat menerima dan mengatur

perubahan fungsi secara efektif dengan

sedikit penyesuaian diri, sedangkan yang

lain mengalami koping maladaptif dan

mempunyai kesulitan dalam

membandingkan, mengenal, dan

mengatur kekurangan yang terdapat pada

dirinya.

Anjurkan pasien untuk

mengekspresikan perasaan

Menunjukan penerimaan, membantu

pasien untuk mengenal dan mulai

menyesuaikan dengan perasaan tersebut.

Catat ketika pasien menyatakan

terpengaruh seperti sekarat atau

mengingkari dan menyatakan inilah

kematian.

Mendukung penolakan terhadap bagian

tubuh atau perasaan negatif terhadap

gambaran tubuh dan kemampuan yang

menunjukan kebutuhan dan intervensi,

serta dukungan emosional

Pernyataan pengakuan terhadap

penolakan tubuh, mengingatkan

kembali fakta kejadian tentang realitas

bahwa masih dapat menggunakan sisi

yang sakit dan belajar mengontrol sisi

yang sehat.

Membantu pasien untuk melihat bahwa

perawat menerima kedua bagian sebagai

bagian dari seluruh tubuh. Mengijinkan

pasien untuk merasakan adanya harapan

dan mulai menerima situasi baru.

Bantu dan anjurkan perawatan yang

baik dan memperbaiki kebiasaan

Membantu meningkatkan perasaan harga

diri dan mengontrol lebih dari satu area

Page 35: Tugas-EE-1-Kekurangan Volume Cairan Tgs Linda

35

kehidupan.

Anjurkan orang yang terdekat untuk

mengijinkan pasien melakukan

sebanyak-banyaknya hal-hal untuk

dirinya.

Menghidupkan kembali perasaan

kemandirian dan membantu

perkembangan harga diri, serta

meperngaruhi proses rehabilitasi.

Dukung perilaku atau usaha seperti

meningkatkan minat atau partisipasi

dalam aktivitas rehabilitasi

Pasien dapat beradaptasi terhadap

perubahan dan pengertian tentang peran

individu masa mendatang

Monitor gangguan tidur, peningkatan

kesulitan konsentrasi, letargi dan

withdrawl

Dapat mengindikasikan terjadinya

depresi. Umumnya depresi terjadi

sebagai pengaruh dari stroke dimana

memerlukan intervensi dan evaluasi

lebih lanjur.

Kolaborasi : rujuk pada ahli

neuropsikologi dan konseling bila ada

indikasi

Dapat memfasilitasi perubahan peran

yang penting untuk perkembangan

perasaan.

Kecemasan b.d prognosis penyakit, ancaman, kondisi sakit, dan perubahan

kesehatan

Tujuan : dalam waktu 1x24 jam kecemasan pasien berkurang

Kriteria evaluasi :

- Pasien menyatakan kecemasan berkurang, mengenal perasaanya, dapat

mengidentifikasi penyebab atau faktor mempengaruhinya, kooperatif

tehadap tindakan, wajah rileks

Page 36: Tugas-EE-1-Kekurangan Volume Cairan Tgs Linda

36

Intervensi Rasional

Kaji tanda verbal dan nonverbal

kecemasan, damping pasien dan

lakukan tindakan bila menunjukan

perilaku merusak

Reaksi verbal/nonverbal dapat

menunjukan rasa agitasi, marah, dan

gelisah.

Hindari konfrontasi Konfrontasi dapat menimbulkan rasa

marah, menurunkan kerja sama dan

mungkin memperlambat penyembuhan.

Mulai melakukan tindakan untuk

mengurangi kecemasan. Beri

lingkungan yang tenang dengan

suasana penuh istirahat

Mengurangi rangsangan eksternal yang

tidak perlu.

Tingkatkan control sensasi pasien Kontrol sensasi pasien (dan dalam

menurunkan ketakutan )dengan cara

memberikan informasi tentang keadaan

pasien, menekankan pada penghargaan

terhadap sumber sumber koping

(pertahanan diri) yang positif, membantu

melatih relaksasi dan teknik-teknik

pengalihan serta memberikan respon

balik yang positif

Orientasikan pasien tehadap prosedur

rutin dan aktivits yang diharapkan

Orientasi dapat menurunkan kecemasan

Beri kesempatan kepada pasien untuk

mengungkapkan ansietasnya

Dapat menghilangkan ketegangan

terhadap kekhawatiran yang tidak

diekspresikan

Page 37: Tugas-EE-1-Kekurangan Volume Cairan Tgs Linda

37

Berikan privasi untuk pasien dan orang

terdekat

Memberikan waktu untuk

mengekspresikan perasaan,

menghilangkan cemas, dan perilaku

adaptasi. Adanya keluarga dan teman-

teman yang diilih pasien untuk melayani

aktivitas dan pengalihan (misalnya:

membaca) akan menurunkan perasaan

terisolasi

Kolaborasi: berikan anti-cemas sesuai

indikasi, contohnya diazepam

Meningkatkan relaksasi dan menurunkan

kecemasan

2.4.4 Evaluasi

Hasil yang diharapkan setelah dilakukan intervensi keperawatan adalah

sebagai berikut.

1. Terjadi penuruna skala nyeri

2. Mekanisme koping yang diterapkan positif

3. Terjadi Penurunan tingkat kecemasan

Page 38: Tugas-EE-1-Kekurangan Volume Cairan Tgs Linda

38

BAB III

PENUTUP

3.1Kesimpulan

Dari pembahasan makalah di atas, kita semua dapat mengetahui bahwasanya

Kesehatan Sistem Reproduksi Manusia  adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan

sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran, dan sistem

reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Kesehatan reproduksi haruslah tetap dijaga

dengan merawat organ atau alat reproduksi. Alat reproduksi akan mengalami

pematangan pada masa pubertas yang ditandai dengan gejala-gejala klinis baik pada

laki-laki maupun perempuan. Kurangnya pemahaman tentang seks akan dapat

menimbulkan kegiatan seks pranikah atau seks bebas. Konsekuensi dari seks

pranikah atau seks bebas adalah adanya rasa bersalah, punya perasaan cemas,

terinfeksi penyakit menular seksual, tidak siap untuk berumah tangga, tanggung

jawab besar untuk berkeluarga, terburu-buru, kehamilan yang tak diinginkan, dan

aborsi.

3.2 Saran

Diharapkan kepada mahasiswa/i agar dapat memahami dan mempelajari lebih

dalam tentang gangguan sistem reproduksi pada manusia khususnya pada pria karena

sistem reproduksi ini sangat penting bagi kelangsungan hidup agar tetap lestari.

Diharapkan kepada pengajar materi ini agar bisa membimbing mahasiswa/i

dengan baik agar mahasiswa/i dapat memahami dengan mudah tentang konsep materi

ini. Dan yang paling penting adalah setelah mempelajari materi ini mahasiswa/i tidak

mengarah kepada hal-hal yang negatif.