tgs diagnosa

Upload: metechapit

Post on 15-Jul-2015

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR 12/04/2009Posted by ebekunt in Psikologi. Tags: Psikologi Pendidikan trackback

Oleh: KuntjojoA. Pendahuluan Keberhasilan dalam melaksanakan suatu tugas merupakan dambaan setiap orang. Berhasil berarti terwujudnya harapan. Hal ini juga menyangkut segi efisiensi, rasa percaya diri, ataupun prestise. Lebihlebih bila keberhasian tersebut terjadi pada tugas atau aktivitas yang berskala besar. Namun perlu disadari bahwa pada dasarnya setiap tugas atau aktivitas selalu berakhir pada dua kemungkinan : berhasil atau gagal. Belajar merupakan tugas utama siswa, di samping tugas-tugas yang lain. Keberhasilan dalam belajar bukan hanya diharapkan oleh siswa yang bersangkutan, tetapi juga oleh orang tua, guru, dan juga masyarakat. Tentu saja yang diharapkan bukan hanya berhasil, tetapi berhasil secara optimal. Untuk itu diperlukan persyaratan yang memadai, yaitu persyaratan psikologis, biologis, material, dan lingkungan sosial yang kondusif. Bila keberhasilan merupakan dambaan setiap orang, maka kegagalan juga dapat terjadi pada setiap orang. Beberapa wujud ketidak berhasilan siswa dalam belajar yaitu : memperoleh nilai jelek untuk sebagian atau seluruh mata pelajaran, tidak naik kelas, putus sekolah (dropout), dan tidak lulus ujian akhir. Kegagalan dalam belajar sebagaimana contoh di atas berarti rugi waktu, tenaga, dan juga biaya. Dan tidak kalah penting adalah dampak kegagalam belajar pada rasa percaya diri. Kerugian tersebut bukan hanya dirasakan oleh yang bersangkutan tetapi juga oleh keluarga dan lembaga pendidikan. Oleh karena itu upaya mencegah atau setidak tidaknya meminimalkan, dan juga memecahkan kesulitan belajar

melalui diagnosis kesulitan belajar siswa merupakan kegiatan yang perlu dilaksanakan. B. Pengertian dan Gejala-gejala Kesulitan Belajar Ada beberapa pendapat mengenai pengertian kesulitan belajar. Blassic dan Jones, sebagaimana dikutip oleh Warkitri ddk. (1990 : 8.3), menyatakan bahwa kesulitan belajar adalah terdapatnya suatu jarak antara prestasi akademik yang diharapkan dengan prestasi akademik yang diperoleh. Mereka selanjutnya menyatakan bahwa individu yang mengalami kesulitan belajar adalah individu yang normal inteligensinya, tetapi menunjukkan satu atau beberapa kekurangan penting dalam proses belajar, baik persepsi, ingatan, perhatian, ataupun fungsi motoriknya. Sementara itu Siti Mardiyanti dkk. (1994 : 4 5) menganggap kesulitan belajar sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Hambatan tersebut mungkin disadari atau tidak disadari oleh yang bersangkutan, mungkin bersifat psikologis, sosiologis, ataupun fisiologis dalam proses belajarnya. Kesulitan atau masalah belajar dapat dikenal berdasarkan gejala yang dimanifestasikan dalam berbagai bentuk perilaku, baik secara kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Menurut Warkitri dkk. (1990 : 8.5 8.6), individu yang mengalami kesulitan belajar menunjukkan gejala sebagai berikut. 1. Hasil belajar yang dicapai rendah dibawah rata-rata kelompoknya. 2. Hasil belajar yang dicapai sekarang lebih rendah disbanding sebelumnya. 3. Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. 4. Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar.

5. Menunjukkan sikap yang kurang wajar, misalnya masa bodoh dengan proses belajar dan pembelajaran, mendapat nilai kurang tidak menyesal, dst. 6. Menunjukkan perilaku yang menyimpang dari norma, misalnya membolos, pulang sebelum waktunya, dst. 7. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, misalnya mudah tersinggung, suka menyendiri, bertindak agresif, dst. C. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar Menurut Burton, sebagaimana dikutip oleh Abin S.M. (2002 : 325326), faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar individu dapat berupa faktor internal, yaitu yang berasal dari dalam diri yang bersangkutan, dan faktor eksternal, adalah faktor yang berasal dari luar diri yang bersangkutan. 1. Faktor Internal Yang dimaksud dengan faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri mahasiswa. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor kejiwaan dan faktor kejasmanian. a. Faktor kejiwaan, antara lain : 1) minat terhadap mata kuliah kurang; 2) motif belajar rendah; 3) rasa percaya diri kurang; 4) disiplin pribadi rendah; 5) sering meremehkan persoalan; 6) sering mengalami konflik psikis; 7) integritas kepribadian lemah.

b. Faktor kejasmanian, antara lain : 1) keadaan fisik lemah (mudah terserang penyakit); 2) adanya penyakit yang sulit atau tidak dapat disembuhkan; 3) adanya gangguan pada fungsi indera; 4) kelelahan secara fisik. 2. Faktor Eksternal Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah faktor yang berada atau berasal dari luar mahasiswa. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua : faktor instrumental dan faktor lingkungan. a. Faktor instrumental Faktor-faktor instrumental yang dapat menyebabkan kesulitan belajar mahasiswa antara lain : 1) Kemampuan profesional dan kepribadian dosen yang tidak memadai; 2) Kurikulum yang terlalu berat bagi mahasiswa; 3) Program belajar dan pembelajaran yang tidak tersusun dengan baik; 4) Fasilitas belajar dan pembelajaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan. b. Faktor lingkungan Faktor lingkungan meliputi lingkungan sosial dan lingkungan fisik. Penyebab kesulitan belajar yang berupa faktor lingkungan antara lain : 1) Disintegrasi atau disharmonisasi keluarga;

2) Lingkungan sosial kampus yang tidak kondusif; 3) Teman-teman bergaul yang tidak baik; 4) Lokasi kampus yang tidak atau kurang cocok untuk pendidikan. D. Diagnosis Kesulitan Belajar Peserta Didik 1. Pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar Diagnosis merupakan istilah yang diadopsi dari bidang medis. Menurut Thorndik e dan Hagen (Abin S.M., 2002 : 307), diagnosis dapat diartikan sebagai : a. Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness, disease) apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang seksama mengenai gejalagejalanya (symtoms); b. Studi yang seksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang esensial; c. Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang saksama atas gejala-gejala atau fakta-fakta tentang suatu hal. Dari ketiga pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa di dalam konsep diagnosis, secara implisit telah tercakup pula konsep prognosisnya. Dengan demikian dalam proses diagnosis bukan hanya sekadar mengidentifikasi jenis dan karakteristiknya, serta latar belakang dari suatu kelemahan atau penyakit tertentu, melainkan juga mengimplikasikan suatu upaya untuk meramalkan kemungkinan dan menyarankan tindakan pemecahannya. Bila kegiatan diagnosis diarahkan pada masalah yang terjadi pada belajar, maka disebut sebagai diagnosis kesulitan belajar. Melalui diagnosis kesulitan belajar gejala-gejala yang menunjukkan adanya kesulitan dalam belajar diidentifikasi, dicari faktor-faktor yang

menyebabkannya, dan diupayakan jalan keluar untuk memecahkan masalah tersebut. 2. Prosedur Diagnosis Kesulitan Belajar Diganosis kesulitan belajar merupakan suatu prosedur dalam memecahkan kesulitan belajar. Sebagai prosedur maka diagnosis kesulitan belajar terdiri dari langkah-langkah yang tersusun secara sistematis. Menurut Rosss dan Stanley (Abin S.M., 2002 : 309), tahapan-tahapan diagnosis kesulitan belajar adalah jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut. a. Who are the pupils having trouble ? (Siapa siswayang mengalami gangguan ?) b. Where are the errors located ? (Di manakah kelemahankelemahan tersebut dapat dilokalisasikan ?) c. Why are the errors occur ? (Mengapa kelemahan-kelemahan itu terjadi ?) d. What are remedies are suggested? (Penyembuhan apa saja yang disarankan?) e. How can errors be prevented ? (Bagaimana kelemahankelemahan itu dapat dicegah ?) Pendapat Roos dan Stanley tersebut dapat dioperasionalisasikan dalam memecahkan masalah atau kesulitan belajar mahasiswa dengan tahapan kegiatan sebagai berikut. a. Mengidentifikasi mahasiswa yang diduga mengalami kesulitan belajar Identifikasi mahasiswa yang mengalami kesulitan belajar dilakukan dengan : 1) Menganalisis prestasi belajar

Dari segi prestasi belajar, individu dapat dinyatakan mengalami kesulitan bila : pertama, indeks prestasi (IP) yang bersangkutan lebih rendah dibanding IP rata-rata klasnya; kedua, prestasi yang dicapai sekarang lebih rendah dari sebelumnya; dan ketiga, prestasi yang dicapai berada di bawah kemampuan sebenarnya. 2) Menganalisis periaku yang berhubungan dengan proses belajar. Analisis perilaku terhadap mahasiswa yang diduga mengalami kesulitan belajar dilakukan dengan : pertama, membandingkan perilaku yang bersangkutan dengan perilaku mahasiswa lainnya yang berasal dari tingkat atau kelas yang sama; kedua, membandingkan perilaku yang bersangkutan dengan perilaku yang diharapkan oleh lembaga pendidikan. 3) Menganalisis hubungan sosial Intensitas interaksi sosial individu dengan kelompoknya dapat diketahui dengan sosiometri. Dengan sosiometri dapat diketahui individu-individu yang terisolasi dari kelompoknya. Gejala tersebut merupakan salah satu indikator kesulitan belajar. b. Melokalisasi letak kesulitan belajar Setelah mahasiswa-mahasiswa yang mengalami kesulitan belajar diidentifikasi, langkah berikutnya adalah menelaah : 1) pada mata kuliah apa yang bersangkutan mengalami kesulitan; 2) pada aspek tujuan pembelajaran yang mana kesulitan terjadi; 3) pada bagian (ruang lingkup) materi yang mana kesulitan terjadi;

4) pada segi-segi proses pembelajaran yang mana kesulitan terjadi. c. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kesulitan belajar Pada tahap ini semua faktor yang diduga sebagai penyebab kesulitan belajar diusahakan untuk dapat diungkap. Tahap ini oleh para ahli dipandang sebagai tahap yang paling sulit, mengingat penyebab kesulitan belajar itu sangat kompleks, sehingga hal tidak dapat dipahami secara sempurna, meskipun oleh seorang ahli sekalipun (Koestoer dan A. Hadisuparto, 1998 : 21). Teknik pengungkapan faktor penyebab kesulita belajar dapat dilakukan dengan : 1) observasi; 2) wawancara; 3) kuesioner; 4) skala sikap, 5) tes; dan 6) pemeriksaan secara medis. d. Memperkirakan alternatif pertolongan Hal-hal yang perlu dipertimbangkan secara matang pada tahap ini adalah sebagai berikut. 1) Apakah mahasiswa yang mengalami kesulitan belajar tersebut masih mungkin untuk ditolong ? 2) Teknik apa yang tepat untuk pertolongan tersebut ? 3) Kapan dan di mana proses pemberian bantuan tersebut dilaksanakan ? 4) Siapa saja yang terlibat dalam proses pemberian bantuan tersebut ? 5) Berapa lama waktu yang diperlukan untuk kegiatan tersebut ? e. Menetapkan kemungkinan teknik mengatasi kesulitan belajar

Tahap ini merupakan kegiatan penyusunan rencana yang meliputi : pertama, teknik-teknik yang dipilih untuk mengatasi kesulitan belajar dan kedua, teknik-teknik yang dipilih untuk mencegah agar kesulitan belajar tidak terjadi lagi. f. Pelaksanaan pemberian pertolongan Tahap keenam ini merupakan tahap terakhir dari diagnosis kesulitan belajar mahasiswa. Pada tahap apa saja yang telah ditetapkan pada tahap kelima dilaksanakan. E. Penutup Berdasarkan apa yang dipaparkan di atas dapat dinyatakan bahwa diagnosis kesulitan belajar merupakan memerlukan perencanaan yang matang, yang memerlukan waktu, tenaga, dan juga biaya. Oleh karena itu diagnosis kesulitan belajar siswa hendaknya menjadi bagian dari program kerja lembaga pendidikan. Bila hal ini dapat terlaksana dengan baik niscaya kesulitan-kesulitan belajar mahasiswa dapat dicegah dan diatasi.

ReferensiAbin, S.M. (2002) Psikologi Pendidikan : Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Koestoer Partowisastro dan A. Hadisuparto. (1998) Diagnosis dan Pemecahan Kesulitan Belajar : Jilid 1. Jakarta : Erlangga. Siti Mardiyati et al. (1994) Layanan Bimbingan Belajar. Surakarta : Penerbit UNS. Warkitri, H. et al. (1990) Penilaian Pencapaian Hasil Belajar. Jakarta : Karunika

Pengertian Diagnosis Kesulitan BelajarAuthor: konselor

19 Oct

Menurut Webster diagnosis yaitu proses menentukan hakekat daripada kelainan atau ketidakmampuan dengan ujian dan melalui ujian tersebut dilakukan suatu penelitian yang hati-hati terhadap fakta-fakta untuk menentukan masalahnya. Sedangkan menurut Harriman dalam bukunya Handbook of Psychological Term, diagnosis adalah suatu analisis terhadap kelainan atau salah penyesuaian dari simptom-simptomnya. Dapat disimpulkan bahwa diagnosis adalah suatu cara menganalisis suatu kelainan dengan mengamati gejala-gejala yang Nampak dan dari gejala tersebut dicari factor penyebab kelainan tadi. Kesulitan belajar adalah suatu gejala yang nampak pada anak ditandai adanya prestasi atau hasil belajar yang rendah serta berada di bawah norma yang ditetapkan. Blassic dan Jones mengatakan bahwa kesulitan belajar adalah terdapatnya suatu jarak antara prestasi akademik yan diharapkan dengan prestasi akademik yang nampak sekarang (prestasi aktual). Anak yang mengalami kesulitan belajar itu adalah anak yang mempunyai intelegensi normal, tapi menunjukkan satu atau beberapa kekurangan yang penting dalam proses belajar. Kesulitan atau hambatan dalam kegiatan belajar bersifat fisiologis, psikologis, dan sosialPengertian diagnosis Kesulitan BelajarKesulitan belajar menurut definisi ini menyangkut kesulitan- kesulitan yang dialami siswa untukmencapai tujuan pengajaran yang diberikan, dalam waktu yang sesuai dengan siswa yang memilkkecakapan rata rata.Beberapa Penyebab Kesulitan Belajar SiswaAda beberapa sumber atau faktor yang patut diduga sebagai penyebab utama kesulitan belajar siswa.Sumber itu dapat berasal dari dalam diri siswa sendiri maupun dari luar diri siswa. Dari dalam diri siswadapat disebabkan oleh faktor biologis maupun psikologis. Dari luar diri siswa, kesulitan belajar dapatbersumber dari keluarga (pendidikan orang tua, hubungan dengan keluarga, keteladanan keluarga dansebagainya), keadaan lingkungan dan masyarakat secara umum.Kesulitan belajar tidak dialami hanya oleh siswa yang berkemampuan di bawah rata-rata atau yangdikenal sungguh memiliki learning difficulties, tetapi dapat dialami oleh siswa dengan tingka Kesulitan belajar tidak dialami hanya oleh siswa yang berkemampuan di bawah rata-rata atau yangdikenal sungguh memiliki learning difficulties, tetapi dapat dialami oleh siswa dengan tingkatkemampuan manapun dari kalangan atau kelompok manapun. Tingkat dan jenis sumber kesulitannyaberagam. Mengutip Brueckner dan Bond, Cooney, Davis, dan Henderson (1975) mengelompokkansumber kesulitan itu menjadi lima faktor, yaitu:a. Faktor FisiologisHal ini antara lain ditunjukkan oleh kenyataan bahwa persentase kesulitan belajar siswa yangmempunyai gangguan penglihatan lebih dari pada yang tidak mengalaminya. Demikian pula kesulitansiswa yang mempunyai gangguan pendengaran lebih banyak dibandingkan dengan yang tidakmengalaminya. Hal yang serupa juga terjadi pada siswa yang mempunyai gangguan neurologis (sistemsyaraf). Sistem

koordinasi sistem syaraf yang terganggu merupakan kendala dalam siswa belajar. Gurudapat mengatasi hambatan tersebut dengan memberikan kesempatan kepada siswa yang memilikigangguan dalam penglihatan atau pendengara

Kamis, Juli 17, 2008DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR DAN PENGAJARAN REMEDIAL DALAM PENDIDIKAN IPA

oleh : Amrin, S.Pd., M.Pd. A. Latar Belakang Salah satu karakteristik yang penting dari proses belajar- mengajar yang efektif ialah kemampuan guru bekerja dengan subyek didik serta kemampuan mengorganisasikan pengalaman belajar sistematik. Hal ini berarti bahwa guru hendaknya mampu dan mau mengerti keadaan subyek didiknya dan atas dasar pengertian ialah mengorganisasikan pengalaman belajar yang disajikan kepada mereka. Salah satu keadaan subyek didik yang perlu mendapat perhatian guru ialah kesulitan mereka di dalam belajar. Banyak guru yang merasa aman jika skor ratarata yang dicapai para siswanya melebihi batas lulus yang ditentukan. Mereka kurang menyadari bahwa sesungguhnya skor rata- rata tidak selalu menggambarkan keberhasilan proses belajar mengajar yang langsung di kelas. Tugas guru tidak hanya sampai pada pencapaian skor rata- rata yang memadai, didik asuhannya dapat berkembang secara optimal menurut irama dan cara yang sesuai. Oleh karena subyek didik memiliki perkembangan yang unik baik dipengaruhi oleh factor- factor bawaan, lingkungan, ataupun interaksi antara keduanya, maka di dalam tiap kelas tidak mustahil akan terdapat beberapa subyek didik yang mengalami kesulitan belajar.Kesulitan kesulitan tersebut hendaknya dideteksi oleh para guru sedini mungkin agar dapat direncanakan program remedi yang sesuai dan bermanfaat. Kesulitan belajar yang mereka alami dalam suatu kelas tentu saja bervariasi baik intensitas maupun jenis atau penyebabnya, subyek didik yang mengalami kesulitan yang ekstrim biasanya tidak di temukan lagi di kelas-kelas biasa akan tetapi sudah terseleksi pada kelas-kelas awal. Sekurang-kurangnya ada dua kegiatan yang dapat di lakukan untuk medeteksi kesulitan belajar secara cermat,yakni;

(1). Melakukan observasi secara langsung, dan (2). Melakukan pengukuran hasil belajar kemudian menganlisis hasilnya . Kegiatan pertama dimasukkan sebagai pengamatan yang dilakukan oleh guru, Kepala sekolah, pihak bimbingan dan konseling sekolah, pada saat proses belajar mengajar berlangsung kegiatan ini utamanya untuk mendekati kesulitan belajar yang berhubungan dengan proses- proses IPA . Kegiatan kedua berkaitan dengan tes diagnostik kesulitan belajar ataupun tes prestasi hasil belajar.Hasil kedua kegiatan ini merupakan masukan bagi guru dalam menyususn program remedi. B. Deskripsi Masalah Adapun permasalahan dalam makalah ini yang akan dibahas pada Bab berikutnya adalah sebagai berikut: 1. Apakah yang dimaksud kesulitan belajar? 2. Apa yang melandasi mengenai kesulitan belajar siswa? 3. Yang manakah yang termasuk kesulitan belajar siswa dalam Pendidikan IPA? 4. Apa saja kesulitan belajar dalam mempelajari proses- proses IPA? 5. Bagaimana cara mengidentifikasi kesulitan belajar siswa melalui proses IPA dan menggunakan tes hasil belajar? 6. Faktor- faktor apa yang mempengaruhi timbulnya kesulitan belajar siswa? 7. Bagaimana prosedur pengajaran Remedial? 8. Bagaimana teknik pengajaran remedial ? 9. Kapan dan dimana dilakukan pengajaran remedial? 10. Bagaimana mengevaluasi hasil pengajaran Remedial ? Dari permasalahan di atas akan dibahas lebih lanjut pada bab berikutnya. II. KESULITAN BELAJAR DALAM PENGAJARAN IPA Sekurangnya ada tiga asumsi dasar yang melandasi pembahasan mengenai diagnosis kesulitan belajar ini. Kegiatan asumsi tersebut sebagai berikut. 1. Siswa yang memiliki kesulitan yang eksterim, tidak terdapat lagi dalam kelaskerlas yang ada disekolah- sekolah biasa. 2. Setiap siswa yang ada pada kelas kelas di sekolah biasa tersebut pada dasarnya mampu mempelajari setiap materi yang diajarkan dengan waktu dan kecepatan yang bervariasi. 3. Alat penilaian yang digunakan oleh guru untuk mengukur keberhasilan siswa , memilki tingkat validitas dan reabilitas yang memadai. Melalui ketiga asumsi ini, siswa- siswa yang memperoleh hasil belajar yang kurang dari kriteria yang telah ditentukan dianggap dan akan diperlakukan sebagai siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar. Berikut ini berturut- turut akan diuraikan mengenai pengertian kesulitan belajar dan macam- macam kesulitan belajar dalam pengajaran IPA. A. Pengertian Kesulitan Belajar Tugas seorang guru bukan hanya sekedar menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa belajar, akan tetapi juga mendeteksi dengan cermat apakah kegiata- kegiatan belajar itu benar- benar telah berlangsung atau belum. Jika kita beranggapan bahwa sebagai bukti berlangsungnya kegiatan belajar itu adalah

terjadinya perubahan tingkah laku bagi sdiswa, maka yang penting bagi guru ialah menetapkan kriteria, seberapa jauh perubahan tingkah laku yang terjadi itu masih dapat dianggap sebagai hasil kegiatan belajar. Atas dasar asumsi bahwa setiap yang memiliki kecakapan rata- rata ( normal) akan mampu memperlihatkan terjadinya perubahan tingkah laku yang diharapkan asalkan kepada mereka diberi waktu yang sesuai dengan kecepatan belajar serta perkembangannya . Maka siswa yang belum memperlihatkan perubahan tersebut dalam waktu tertentu dianggap mengalami kesulitan belajar. Jadi kesulitan belajar menurut definisi ini menyangkut kesulitan- kesulitan yang dialami siswa untuk mencapai tujuan pengajaran yang diberikan, dalam waktu yang sesuai dengan siswa yang memilk kecakapan rata rata. Dari definisi tersebut jelaslah kiranya bahwa skor rata yang tinggi dalam sebuah kelas belum menjamin tidak adanya siswa yang mengalami kesulitan belajar, sehingga terhadap kelas seperti ini mungkin saja masih diperlukan program remedi.Program remedi tidak lagi yang diperlukan bagi kelas yang semua siswanya telah memperlihatkan bahwa mereka telah mencapai prestasi minimal sama dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. B. Macam Macam Kesulitan Belajar Jika seorang guru IPA menganggap bahwa IPA hanya merupakan kumpulan pengetahuan belaka, maka di dalam tugasnya ia akan mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan yang pertama ialah bagian mana dari sekian banyak fakta IPA yang telah terkumpul dan setiap saat bertambah itu yang akan disampaikan pada siswanya. Ia akan mengalami kesulitan di dalam melakukan seleksi dari sekian banyak pengetahuan yang telah ditemukan untuk diajarkan dalam waktu yang sangat terbatas.Kesulitan yang kedua adalah sehubungan dengan terjadinya perubahan yang terus- menerus di dalam IPA itu sendiri. Dahulu IPA mengakui bahwa elektron sebagai bagian atom dan merupakan kepingan materi yang tak terbagi terletak dalam suatu gumpalan muatan positif yang terjadi rata ( model atom Thomson). Penemuan ini kemudian berkembang dan model atom Rutherford memperlihatkan bahwa muatan positif ( proton ) di dalam atom dikelilingi oleh elektron. Ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang diperoleh sekarang lamakelamaan menjadi usang, malahan kemungkinan akam terjadi bahwa suatu perubahan belum sempat dipelajari, sudah terjadi lagi penemuan yang baru. Untuk mengatasi kesulitan kesulitan ini, aspek lain dari IPA nampaknya perlu mendapat perhatian. Di samping mempelajari fakta- fakta dan perinsip- perinsip IPA, harus pula diteliti kegiatan- kegiatan para ilmuan untuk sampai pada faktafakta yang perinsip-perinsip itu. Kesulitan belajar dalam tulisan ini mencakup kedua aspek IPA tersebut, jadi kesulitan siswa dalm mempelajari proses-proses IPA dan kesulitan mereka dalam mempelajari produk IPA berupa konsep, prinsip, dan generalisasi. Kesulitan dalam mempelajari proses-proses IPA, meliputi kesulitan- kesulitan dalam: (1) melakukan observasi, (2) melakukan klasifikasi, (3) menggunakan dan memanipulasi angka-angka, (4) berkomunikasi, (5) melakukan prediksi, (6) Menarik kesimpulan, (7) mengontrol variabel, (8) menginterpretasikan data, (9) merumuskan hipotesis, dan (10) melakukan eksperimen.

1. Kesulitan Dalam Melakukan Obsevasi Melakukan observasi adalah salah satu keterampilan proses dasar di dalam belajar IPA yang perlu dilatihkan. Tugas guru adalah membantu siswa agar mereka dapat menggunakan alat indranya dengan baik dan cermat bila mengamati suatu obyek atau peristiwa. Di dalam melakukan pengamatan , ketekunan, ketelitian dan ketepatan merupakan syarat keberhasilan, utamanya di dalam melakukan pengukuran. Adapun kesulitan kesulitan yang mungkin timbul di dalam melakukan pengamatan adalah sebagai berikut: a.Kesulitan Paralaks Kesalahan paralaks adalah kesulitan menginterpolasikan kedudukan jarum penunjuk atau kedudukan permukaan zat cair dan semacamnya di antara dua skala terdekat.Kesulitan ini muncul sehubungan dengan kekurang terampilan pengamat menempatkan mata tepat tegak lurus di atas jarum penunjuk atau permuakaan zat cair yang diamati. b.Kesulitan yang Timbul sehubungan dengan Keengganan Pengamat Melakukan Pengukuran Ulangan. Pengukuran ulangan merupakan suatu hal yang sangat penting di dalam pengamatan. Jika terhadap suatu besaran dilakukan pengukuran oleh seorang yang terampil dan dengan alat yang sempurna sekalipun, maka peluang untuk memperoleh hasil yang berbeda dalam pengukuran ualangan selalu ada sehingga pengukuran tunggal pada hakekatnya tidak banyak bermanfaat. Dengan demikian pengukuran ulangan sebanyak mungkin perlu dilakukan. c.Kesulitan Dalam Menetukan atau memiliki Suatu Nilai Yang Terbaik serta Gambaran Penyimpangnnya. Di dalam pengukuran, nilai benar hanya mungkin diperoleh apabila dilakukan pengukuran ulangan yang tidak terhingga banyaknya.Tentu saja pengulangan seperti ini tidak mungkin dilakukan. Oleh karena itu yang menjadi masalah adalah berapa kali pengulangan sebaiknya dilakukan, bagaimana memilih nilai terbaik, seberapa jauh pilihan itu dapat dipercaya. 2.Kesulitan Dalam Melakuakn Klasifikasi Berdasarkan penelitian para ahli masih banyak siswa dan bahkan mahasiswa pada tingkat persiapan masih banyak yang belum dapat melakukan operasi klasifikasi. Di dalam pelajarn IPA, klasifikasi merupakan salah satu keterampilan proses yang sangat penting> Operasi klasifikasi digunakan dalam IPA seperti halnya dalam bidang lain untuk mengidentifikasikan obyek atau peristiwa, guru memperlihatkan kesamaan- kesamaan, perbedaan- perbedaan, dan saling hubungan antara satu dengan yang lain. 3.Kesulitan Menggunakan dan Memanipulasi Angka-angka Penggunaan angka adalah salah satu proses yang penting di dalam pelajaran IPA. Sekurangnya ada dua alasan mengapa latihan penggunaan dan memanipulasi angka angka-angka diberikan dalam pelajaran IPA, diantaranya: Pertama, agar siswa menyadari bahwa kemampuan menggunakan dan

memanipulasi angka-angka adalah sutu proses yang fundamental dalam IPA. Kedua, untuk memberikan kesempatan pada mereka menggunakan dan memanipulasi angka-angka guna menjawab pertanyaan- pertanyaan di dalam situasi yang sesungguhnya. Seperti halnya dengan keterampilan proses lainnya, anak usia konkrit operasional semestinya telah mampu memahami arti bilangan, namun pada kenyataannya masih banyak di antara mereka yang melihat usianya sudah tergolong formal operasional, namun belum mengerti benar arti bilangan. 4.Kesulitan Berkomunikasi Berkomunikasi adalah suatu proses yang tidak hanya terdapat dalam IPA tetapi dalam setiap kegiatan manusia. Komunikasi yang jelas, tepat, dan tidak menimbulkan keragu- raguan sangat dibutuhkan di dalam setiap kegiatan dan merupakan hal yang fundamental di dalam IPA.Di dalam pelajaran IPA siswa diharapkan dapat: a.menjelaskan sifat- sifat benda sedemikian sehingga orang lain dapat mengidentifikannya, b.menjelaskan terjadinya perubahan sifat- sifat benda, c.membuat gambaran yang memperlihatkan posisi relatif suatu ukuran benda dan mengidentifikasikan benda- benda serta ukuran jarak pada sebuah gambar /peta, d.membuat grafik atau diagram, e.menjelaskan secara verbal hubungan dan kecenderungan yang terlihat dalam sebuah grafik. Tidak semua siswa yang memiliki alat indra yang normal mupun melakukan komunikasi dengan mudah. Untuk membuat sebuah diagram atau grafik, di perlukan kemampuan membangun model simbolik atau teoritis. Untuk itu siswa hendaknya memiliki daya abstraksi yang cukup baik. 5.Kesulitan Melakukan Prediksi Prediksi adalah suatu pendapat khusus mengenai kemungkinan hasil pengamatan yang akan datang atau yang belum dilakukan.di dalam pelajaran IPA, prediksi didasarkan pada observasi, pengukuran, dan kesimpulan tentang hubungan antara variabel- variabel yang dimati. Prediksi yang tidak didasarkan atas pengamatan lebih dari suatu terkaan. Prediksi yang cermat dihasilkan dari observasi yang luas dan teliti secara pengukuran yang tepat. Namun demikian masih banyak terdapat sejumlah siswa yang telah mampu melakukan observasi dan pengukuran dengan baik, mengalami kesulitan dan melakukan prediksi. Hal ini dapat dimengerti jika diingat bahwa untuk melakukan prediksi diperlukan daya kreativitas khususnya kemampuan melihat adanya konsekuensi serta perkiraan akan kejadian yang akan datang. 6.Kesulitan Menarik Kesimpulan Sekalipun seseorang telah dapat melakukan observasi dengan baik, namun belum tentu ia dapat dengan mudah membedakan antara observasi dengan kesimpulan. Jika hal ini berlangsung terus menerus, maka ia akan mengalami banyak kesulitan di dalam berfikir logis. Observasi adalah suatu pengalaman yang diperolaeh melalui salah satu alat indra, sedangkan kesimpulan adalah suatu penjelasan

terhadap hasil observasi. Suatu kesimplan biasanya diuji dengan pengamatan, dan apabila suatu kesimpulan tersbut tidak ditunjang oleh data pengamatan maka perlu dibuat kesimpulan baru. Ini berarti bahwa untuk setiap observasi atau sekumpulan observasi dapat dibuat lebih dari satu kesimpulan. Di dalam pelajaran IPA pada umumnya siswa dituntut agar terampil: a. membuat satu atau lebih kesimpulan dari serangkian observasi b. mengidentifikasi observasi yang menunjang kesimpulan c. menjelaskan dan mendemostrasikan observasi lain yang dibutuhkan untuk menguji alternatif kesimpulan. d. mengidentifikasi kesimpulan yang harus diterima, ditolak, atau dimodifikasi yang didasarkan pada observasi Dapat dilihat bahwa untuk kemampuan kemampuan tersebut diperlukan kemampuan dan keterampilan terpadu. Siswa yang belum memiliki kemampuan kemampuan ini pada waktu yang telah ditentukan dianggap menemui kesulitan belajar. 7.Kesulitan Dalam Mengontrol Variabel Didalam melakukan percobaan percobaan IPA siswa harus dapat mengontrol satu atau beberapa variabel untuk melihat pengaru variabel eksperimen. Keterampilan mengontrol variabel ini mencakup ketermpilan ketermpilan ; a. mengidentifikasi variabel variabel eksperimen, yakni variabel- variabel yng akan dilihat pengaruhny terhadap tingka laku atau sifat- sifat dari sistem fisik atau biologis yang diteliti b. mengidentifikasi variabel variabel yang akan dibuat tetap atau dihilangkan/ dinetralkan pengaruhnya di dalam eksperimen c. mengidentifikasi variabel variabel lainnya, seperti variabel moderator dan variabel penyela. d. membedakan antara kondisi yang dapat membuat netral pengaruh suatu variabel dengan kondisi yang dapat membuat variabel itu berpengaruh. e. menyusun suatu prosedur pengujian untuk melihat pengaruh variabel- variabel eksperimen terhadap variabel- variabel respon . f. mengidentivikasi variabek variabel yang tidak tau sangat sukar dikontrol dalam suatu penyelidikan atau eksperimen. Mengontrol vriabel adalah salah satu keterampilan proses IPA yang perlu bagi siswa yang melakukan eksperimen dimana satu atau beberapa variabel eksperimen akan diuji pengaruhnya. Mereka yang gagal mendemostrasikan keterampilan ini dalam waktu yang telah ditetapkan mengalami kesulitan belajar. 8.Kesulitan Dalam Mengintepretasikan Data Keterangan menginterpretasikan data tidak hanya diperlukan dalam IPA tetapi juga dalam pelajaran yang lain , bahkan dalam kehidupan sehari- hari. Pada saat menonton tedevisi, membaca peta cuaca, diagram kecepatan, dan sebagainya, digunakan keterampilan ini. Menginterpretasikn data biasanya diarahkan kepada tiga jenis latihan keterampilan;

Pertama, melakukan interpretasi untuk menuntun siswa kearah penarikan kesimplan, prediksi, dan perumusan hipotesis. Kedua, sehubngan dengan pengembangan keterampian dalam menggunakan data statistik, seperti harga rata rata median, varian, dan lain lain. Ketiga, untuk mengembankan keterampilan dalam menggunakan ukuran kebolehjadian atau probilitas. Kegagalan dalam menggunakan ketermpilan ini juga dianggap sebagai salah satu kesulitan belajar. 9. Kesulitan Dalam Merumuskan Hipotesis Setelah melakukan observasi para guru mencoba memikirkan fakto- faktor penyebab , yang mempengaruhi, atau kaitan antara peristiwa itu dengan peristiwa lainnya.Untuk itu mereka menyusun generalisasi yang didasarkan atas pengetahuan yang dimiliki dengan melihat hasil observasi yang tekah dilakukan Proses generalisasi tersebut dikenal sebagai hipotesis. Keterampilan dalam merumuskan hipotesis ini mencakup: a. keterampilan membangun hipotesis yang merupakan generalisasi b. ketermpilan menyusun alat dan melakukan pengujian hipotesis c. keterampilan membedakan antara observasi yang menunjang hipotesis dengan observasi yang tidak menunjang hipotesis d. keteranmpilan melakukan revisi hipotesis yang didasarkan pada observasiobservasi yang dilakukan untuk menguji hipotesis tersebut. Sekalipun keterampilan ini nampaknya saling berkaitan satu dengan yang lain dan juga berhubungan dengan keterampilan keterampilan yang diuraikan sebelumnya . namun masih juga terjadi peluang untuk melakukan kesalahan. Inipun salah satu jenis kesulitan belajar 10.Kesulitan Dalam Melakukan Eksperimen Melakukn eksperiman adalah proses yang mencakup semua keterampilan proses yang ada. Seseorang yang ingin melakukan eksperimen biasanya mulai dengan masalah dan observasi yang mewujudkan pertanyaan- pertanyaan yang perlu dijawab. Untuk itu dilakukanlah eksperimen , mulai dari yang paling sederhana sampai dengan eksperimen yang rumit melibatkan banyak variabel. Keterampilan ini meliputi: a. Keterampilan mengidentifikasikan variabel- variabel yang akan dikontrol serta merumuskan definisi operasional variabel variabel yang dilibatkan b. keterampilan munyusun tes dan mengumpulkan data yang relevan dengan tes tersebut c. keterampilan menyusun laporan eksperimen yang menyatakan seberepa jauh data yang dikumpulkan mendukung hipotesys yang telah dirumuskan Sekalipun keterampilan melakukan eksperimen merupakan integrasi dari semua keterampilan proses lainnya, namun penguasaan keterampilan keterampilan itu belum menjamin seorang dapat melakukan eksperimen dengan baik. Di samping kesulitan kesulitan belajar yang berhubungan dengan proses IPA,

juga dijumpai siswa siswa yang mengalami kesulitan dalam mempelajari produk IPA, berupa konsep, prinsip , dan generalisasi. III. IDENTIFIKASI KESULITAN BELAJAR DALAM PENGAJARAN IPA Untuk mengidentifikasi kesulitan belajar dalm pengajaran IPA, dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu (a). Identifikasi pada saat siswa melakukan proses IPA, dan (b). Identifikasi dengan menggunakan tes hasil belajar. A. Identifikasi Pada Saat Siswa Sedang Melakukan Proses IPA Pada saat siswa sedang melakukan proses, guru dapat mengidentifikasikan keterampilan mana yang sulit dilakukan oleh mereka. Identifikasi ini dapat dilakukan dengan memperhatikan keterampilan- keterampilan dasar dan keterampilan- keterampila terpadu.Jika seorang siswa mengalami kesulitan dalam melakukan salah satu keterampilan terpadu, guru hendaknya memeriksa apakah keterampilan- keterampilan dasar yang mendukung keterampilan terpadu tersebut sudah dikuasai. Sebagai contoh, keterampilan dalam melakukan eksperimen sangat tergantung kepada keterampilan siswa melakukan pengamatan atau melakukan pengukuran yang termasuk sebagai keterampilan proses dasar adalah keterampilan keterampilan dalam melakukan observasi, manipulasi angka, predikasi, dan menarik kesimpulan. Selebihnya, yaitu keterampilan mengontrol variabel, menginterpretasikan data, merumuskan hipotesis dan melakukan eksperimen termasuk sebagai keterampilan proses terpadu. Dengan jalan melakukan observasi secara langsung terhadap siswa sedang melakukan proses IPA, guru dapat mengidentifikasi kesulitan- kesulitan belajar yang mana yang dialami oleh para siswanya. B.Mengidentifikasi Dengan Menggunakan Tes Hasil Belajar Dengan menganalisis jawaban para siswa dalam tes hasil belajar, guru dapat mengidentifikasi kesulitan belajar yang dialami mereka. Langkah pertama yang dapat ditempuh adalah mengidentifikasi siswa siswa yang mengalami kesulitan belajar sehubungan dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai atau materi yang terkandung dalam tes. Untuk maksud tersebut, dapat ditempuh dua cara, tergantung pada pola penilaian yang digunakan di dalam menilai jawaban siswa. Jika pola yang digunakan adalah penilaian acuan patokan , maka siswa yang mengalami kesulitan belajar diidentifikasikan berdasarkan tingkat penguasaan kompetensi yang diharapkan yang telah ditetapkan lebih dahulu IV. PENGAJARAN REMEDIAL DALAM PENDIDIKAN IPA A. Faktor Yang Mempengaruhi Timbulnya Kesulitan Belajar Setelah guru dapat menidentifikasi kesulitan kesulitan belajar yang dialami para siswanya, hendaknya guru dapat menemukan faktor faktor yang diperkirakan memberikan pengaruh terhadap timbulnya kesulitan- keslitan tersebut. Menurut M.Endang ada tiga faktor yang mempengaruhi,diantaranya: a. Yang berkenaan dengan proses IPA b. Yang berkenaan dengan Produk IPA

c. Faktor kematangan siswa 1. Yang berkenaan denga proses IPA Jika kesulitan yang dialami, berkenaan dengan keterampilan proses dasar, maka faktor yang paling berpengaruh adalah latihan.Keterampilan proses dasar tidak dapat dikuasai tanpa latihan yang intensif. Selanjutnya, jika kesulitan yang dialami berkenaan dengan keterampilan proses terpadu, maka disamping faktor latihan, penguasaan keterampilan proses dasar yang merupakan prasyarat juga memegang peranan yang penting. 2. Yang berkenaan dengan Produk IPA Jika kesulitan belajar yang dialami berkenaan dengan produk IPA, seperti kesulitan mempelajari dan memahami konsep, prinsip, dan generalisasi, maka faktor yang paling berpengaruh adalah penguasaan konsep, prinsip, dan generalisasi dasar yang mendahuluinya atau yang berkaitan dengannya. Sebagai contoh, seorang siswa pasti akan mengalami kesulitan dalam mempelajari hukum kekekalan energi jika konsep usaha dan energi belu dikuasai. Begitu pula konsep mengenai gaya dan momentum hendaknya telah difahami sebelum mempelajari prinsip kekekalam momentum. 3. Faktor Kematangan Siswa Faktor dari dalam diri siswa yang juga berpengaruh baik terhadap penguasaan keterampilan proses maupun terhadap produk-produk IPA, yaitu kematangan siswa. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa tingkat perkembangan kognitif siswa sangat berpengaruh terhadap pemahaman berbagai konsep di dalam IPA. Kemampuan sisw melakukan operasi logik, yang merupakan pencerminan dan tingkat perkembangan kognitif sangat dibutuhkan baik di dalam kegiatan proses, maupun di dalam mempelajari prodik IPA. Informasi tentang faktor faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar yang diuraikan di atas sangat bermanfaat bagi guru untuk merencanakan pengajaran remedial dalam usaha membantu siswa mengatasi kesulitan belajar yang dialaminya. Penjelasan lebih lanjut tentang pengajaran remedial akan diberikan pada bagian berikut. B. Prosedur Pengajaran Remedial Identifikasi kasus dan faktor- faktor yang mempengaruhi timbulnya kesulitan belajar tidak akan bermanfaat apabila tidak diikuti dengan tindakan- tindakan yang dapat membantu para siswa yang mengalami kesulitan belajar. Sebelum mengambil tindakan tindakan tersebut seorang guru perlu merencanakan cara yang menurut pertimbangannya akan dapat membantu siswa. Rencana yang disusun hendaknya didasarkan pada hasil identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya kesulita belajar. Di samping itu, guru perlu mempertimbangkan apakah pengajaran remedial yang direncanakan itu akan diberikan kepada masing- masing siswa secara individual atau kepada kelompokkelomok siswa. Perencanaan seperti ini juga meliputi pertimbangan tentang waktu dan tempat pelaksanaan pengajaran remedial. Pengajaran remedial hendaknya

diakhiri dengan tes untuk mengetahui sampai berapa jauh usaha yang telah direncanakan dan dilaksanakan dapat membantu siswa. Apabila beberapa kali diremedi ternyata masih ada juga siswa yang tidak berhasil mengatasi kesulitan belajarnya, maka guru perlu berkonsultasi dengan bahagian bimbingan dan konseling sekolah. C. Teknik Pengajaran Remedial Untuk membahas teknik pengajaran remedial dalam pengajaran IPA, dapat dilihat kembali kesulitan kesulitan yang dialami siswa tabel 1,2 dan 3. Guru harus mampu mengidentifikasi kesulitan- kesulitan yang dialami siswa baik tingkat penguasaan kompetensi,hasil analis butir tes maupun pencapaian tujuan instruksional. Setelah itu guru memilih beberapa alternatif, diantaranya: 1. Guru dapat mengulangi lagi pelajaran dengan cara yang sama tetapi dengan penyajian yang lebih lambat. 2. Guru mengulangi pelajaran itu tetapi dengan cara yang lain, yaitu membahas materi yang lebih sederhana kemudian dianjurkan siswa untuk mempelajarinya. 3. Guru memulai pengajaran remedi dengan mengulangi materi yang diduga merupakan materi prasyarat yang telah diajarkan. Dari uraian di atas dpat disimpulkan bahwa dalam merencanakan pengajaran remedial guru harus memikirkan berbagai alternatif yang mungkin dan diikuti dengan pertimbangan- pertimbangan yang lebih lanjut tentang kesesuaian masingmasing alternatif dengan kadar kesulitan serta jenis kesulitan yang dialami. D. Waktu Dan Tempat Pengajaran Remedial Kapan pengajaran remedial dapat dilaksanakan, sangat bergantung kepada waktu yang tersedia, bukan saja bagi guru tetapi juga bagi siswa yang bersangkutan. Kalau kasus yang akan diremedi merupakan kelompok siswa yang cukup besar maka kemungkinan perlu ditentukan waktu-waktu yang khusus selama kegiatan sekolah berlansung. Bila kasus yang akan diremedi beberapa orang siswa saja maka kemungkinan pelaksanaan remedial dapat dilakukan di rumah siswa pada jam diluar jam sekolah. Tempat pelaksanaan pengajaran remedial sangat ditentukan oleh jenis kesulitan yang dialami siswa. Apabila kesulitan siswa berhubungan dengan keterampilan proses IPA, program remedial sebaiknya dilakukan di laboratorium sekolah atau diluar sekolah seperti di kebun binatang atau ditempat- tempat lainnya. Jika kesulitan siswa berkenaan dengan produk IPA , kemungkinan pelaksaan program remedi dapat dilakukan dikelas- kelas biasa. Jika kesulitan yng dialami berkaitan dengan tingkat perkembangan kognitif mereka tempat pelaksanan program remedi dapat dilakukan di sekolah, di luar sekolah ataupun di rumah. E. Evaluasi Hasil Pengajaran Remedial Evaluasi hasil pengajaran remedial dapat dilakukan dengan menggunakan tes. Syarat- syarat penyususnan tes untuk pengajaran remedi pada dasarnya sama dengan syarat- syarat penyusunan tes untuk pengukuran prestasi hasil belajar. Perbedaannya terletak pada tingkat kesulitan butir- butir tersebut. Untuk tes hasil pengajaran remedial, tingkat kesulitan butir tes tidak merupakan syarat utama.

Yang penting adal;ah penguasaan materi atau keterampilan yang telah diremedial. KESIMPULAN Sekurang-kurangnya ada dua kegiatan yang dapat di lakukan untuk medeteksi kesulitan belajar SISWA secara cermat,yakni; (1). Melakukan observasi secara langsung, yaitu dimasukkan sebagai pengamatan yang dilakukan oleh guru, Kepala sekolah, pihak bimbingan dan konseling sekolah, pada saat proses belajar mengajar berlangsung, kegiatan ini utamanya untuk mendekati kesulitan belajar yang berhubungan dengan proses- proses IPA (2). Melakukan pengukuran hasil belajar kemudian menganlisis hasilnya,yaitu: kegiatan berkaitan dengan tes diagnostik kesulitan belajar ataupun tes prestasi hasil belajar.Hasil kedua kegiatan ini merupakan masukan bagi guru dalam menyususn program remedi Adapaun kesulitan kesulitan belajar yang sering dihadapi siswa adalah sebagai berikut: 1) melakukan observasi, (2) melakukan klasifikasi, (3) menggunakan dan memanipulasi angka-angka, (4) berkomunikasi, (5) melakukan prediksi, (6) Menarik kesimpulan, (7) mengontrol variabel, (8) menginterpretasikan data, (9) merumuskan hipotesis, dan (10) melakukan eksperimen DAFTAR PUSTAKA Dimyati, dkk. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta Arikunto Suharsimi.1987. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Bumi Aksara. Jakarta Slameto. 2003 . Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya . Jakarta: Rineka Cipta Loekmono, J.T Lobby. 1994 . Belajar Bagaimana Belajar. Jakarta : Gunung Mulia. Muh.Entang.1983. Diagnosis kesulitan belajar dan penajaran remedial, Jakarta: Proyek pengembangan lembaga pendidikan tenaga kependidikan (P2LPTK) Seumahu,J.G.1984, Diagnosis kesulitan belajar dan pengajaran remedial dalam pendidikan IPA, Jakarta: Proyek pengembangan lembaga pendidikan tenaga kependidikan (P2LPTK)

List Presentasi Pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar

Permasalahan Anak Berkesulitan Belajar Cara Mengenal Kesulitan Belajar Pelaksanaan Diagnosis Kesulitan Belajar DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR DAN PENGAJARAN REMEDIAL Pengertian Diagnosis 1. Proses pemeriksaan terhadap hal-hal yang tidak beres atau bermasalah 2. Kegiatan untuk menentukan jenis penyakit dengan meneliti gejala-gejalanya 3. Proses menentukan hakekat kelainan atau ketidakmampuan melalui penelitian terhadap fakta yang dijumpai, selanjutnya untuk menentukan permasalahan yang dihadapi 4. Diagnosis adl penentuan jenis masalah, kelainan atau ketidakmampuan dengan meneliti latar belakang penyebabnya atau dengan cara menganalisis gejala yang tampak

B. Kesulitan Belajar 1. Gejala yang tampak pada peserta didik yang ditandai dengan prestasi belajar yang rendah atau dibawah kriteria yang telah ditetapkan atau kriteria minimal. Prestasi belajarnya lebih rendah dibandingkan prestasi teman-temannya, atau lebih rendah dibandingkan prestasi belajar sebelumnya. 2. Menunjukkan adanya jarak antara prestasi belajar yang diharapkan dengan presiasi yang dicapai 3. Prestasi belajar yang dicapai tidak sesuai dengan kapasitas inteligensinya. Kesulitan belajar peserta didik tidak selalu disebabkan oleh inteligensinya yang rendah C. Kesimpulan Diagnosis Kesulitan Belajar adalah proses menentukan masalah atau ketidakmampuan peserta didik dalam belajar dengan meneliti latar belakang penyebabnya dan ataiu dengan cara menganalisis gejala-gejala kesulitan atau hambatan belajar yang tampak C. PERMASALAHAN BELAJAR PESERTA DIDIK

Menurut Warkitri dkk. 1. Kekacauan belajar (Learning disorder) : Belajar anak terganggu karena adanya respon yang bertentangan sehingga anak bingung untuk memahami bahan belajar 2. Ketidakmampuan belajar (Learning disability) Atau anak tidak mampu belajar atau menghindari kegiatan belajar dg berbagai sebab atau alasan 3. Learning disfunctions: proses belajar anak tidak berfungsi dengan baik meskipun anak normal 4. Under achiever: prestesi belajar anak rerndah tetapi potensi intelektualnya diatas normal 5. Lambat belajar (Slow learner): anak lambat dalam proses belajarnya sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama Menurut Sumadi Suryobrata 1. Grade level: anak tidak naik kelas sampai dua kali 2. Age level: umur anak tidak sesuai dengan kelasnya 3. Inteligence level : anak mengalami under achiever 4. General level: anak mengalami gangguan dalam beberapa mata pelajaran Kesimpulan Ciri anak yang mengalami kesulitan belajar 1. Prestasi belajarnya rendah 2. Usaha yang dilakukan tidak sebanding dengan hasilnya 3. Lamban mengerjakan tugas 4. Sikap ach dalam mengkiuti pelajaran 5. Menunjukkan perilaku menyimpang 6. Emosional (mudah marah, tersinggung, rendah diri dll D. CARA MENGENAL ANAK BERKESULITAN BELAJAR 1. Teknik non-tes a. Wawancara b. Observasi

c. Angket d. Sosiometri e. Biografi f. Pemeriksaan g. Dokumentasi 2. Teknik tes a. Psikotes b. Achievement tes E. PELAKSANAAN DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR 1. Mengidentifikasi anak yang mengalami kesulitan belajar 2. Mengumpulkan data dan analisis data 3. Menentukan masalah belajar yang dirasakan / dialami (diagniosis) 4. Saran pemberian bantuan (prognosis) 5. Penanganan / mengatasi kesulitan belajar 6. Evaluasi dan Tindak lanjut F. PENGAJARAN REMEDIAL 1. Pengertian Pengajaran Remedial a. Pengajaran remedial bersifat kuratif atau korektif b. Pengajaran khusus yang bertujuan untuk menyembuhkan atau memperbaiki proses pembelajaran yang jadi penghambat atau yang dapat menimbulkan masalah atau kesulitan belajar anak c. Pengajaran individual yang diberikan kepada anak yang mengalami kesulitab belajar, agar anak mampu mengikuti pembelajaran secara klasikal sedhingga hasil belajarnya optimal d. Pelaksanaan pengajaran remedial harus disesuaikan dengan karakteristik kesulitan belajar yang dialami anak 2. Pentingnya Pengajaran Remedial kesehatan

a. Dalam proses pembelajaran tidak semua anak didik mencapai hasil belajar sesuai dengan kemampuan-nya. Jadi dalam setiap pembelajaran pasti ada anak yang mengalami kesulitan belajar b. Adanya kresulitan belajar anak berarti belum tercapai perubahan tingkahlaku sebagai hasil belajar c. Untuk mengatasi kesulitan belajar diperlukan teknik bimbingan balajar salah satu diantaranya pengajaran remedial

3. Tujuan Pengajaran Remedial Membantu anak mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Secara khusus tujuan pengajaran remedial membantu anak yang mengalami kesulitan belajar agar mencapai prestasi belajar yang diharapkan melalui penyembuhan atau perbaikkan dalam aspek kepribadian atau dalam proses belajar mengajar 4. Fungsi Pengajaran Remedial a. Fungsi Korektif b. Fungsi Pemahaman c. Fungsi Penyesuaian d. Fungsi Pengayaan e. Fungsi Akselerasi f. Fungsi Terapeutik 5. Pendekatan Pengajaran Remedial a. Pendekatan Kuratif 1) Pengulangan 2) Pengayaan dan Penguatan 3) Percepatan b. Pendekatan Preventif

1) Kelompok belajar homogen

2) Layanan Individual 3) Pengajaran Kelas Khusus 4) Pendekatan pengembangan 6. Metode Pembelajaran Remedial a. Metode Pemberian Tugas b. Metode Diskusi c. Metode Tanya jawab d. Metode Kerja Kelompok e. Metode Tutor Sebaya f. Metode Pengajaran Individual 7. Pelaksanaan Pengajaran Remedial a. Penelaahan kembali kasus b. Pemilihan alternatif tindakan c. Pemberian layanan khusus d. Pengukuran kembali hasil belajar e. Re-evaluasi dan Re-diagnostik STUDI KASUS KESULITAN BALAJAR A. PENGERTIAN 1. Studi kasus merupakan penelitian awal terhadap siswa yang diduga emngalami kesulitan belajar, sebelum tindakan perbaikan dilakukan 2. Teknik mempelajari siswa yang berkesulitan belajar secara mendalam untuk membantun penyesuaian dirinya menjadi lebih baik 3. Ciri khas studi kasus, dalam mengumpulkan data harus lengkap, dip[eroleh dari berbagai fihak, bersifat rahasia, kontinyu, dan ilmiah 4. Dalam mengumpulkan data harus integratif dan komprehensif. Integratif artinya menmggunakan berbagai teknik pengumpulan data. Komprehensif artinya data yang dikumpulkan harus lengkap meliputi seluruh aspek pribadi siswa

B. Data yang Diperlukan 1. Identitas siswa 2. Data kesehatan 3. Hasil belajar 4. Hasil psiokotes 5. Cita-cita 6. Data keluarga 7. Lingkungan 8. Pendidikan 9. Ekstra kurikuler 10. Kebiasaan dll 11. Data aktual mengenai permasalahan yang dirasakan siswa saaat kini C. Metode Pengumpulan Data 1. Wawancara 2. Observasi 3. Angket 4. Sosiometri 5. Tes 6. Otobiografi 7. Dokumentasi D.Langkah- Langkah Penyembuhan/Perbaikan 1. Identitas siswa 2. Pengumpulan dan analisis data 3. Menentukan masalah (diagnosis) 4. Saran pemecahan masalah (prognosis)

5. Pelaksanaan pemecahan masalah (konseling) 6. Evaluasi dan Tindak lanjut

BAB II TINJAUAN TEORITIS DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA

A. PENGERTIAN MATEMATIKA Pengertian matematika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh tim penyusun kamus Pusat Pembinaan dan Perkembangan Bahasa disebutkan bahwa Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah bilangan. 1

Dalam buku Metodek Matematika, yang diterbitkan oleh Bagian Proyek Pengembangan Mutu Pendidikan Guru Agama Islam disebutkan bahwa matematika merupakan suatu pengetahuan yang di peroleh melalui belajar baik yang berkenaan dengan jumlah, ukuran-ukuran, perhitungan dan sebagainya yang dinyatakan dengan angka-angka atau simbol- simbol tertentu. 2

Berdasarkan beberapa pengertian yang telah dikemukakan diatas dapatlah disimpulkan bahwa Matematika merupakan suatu ilmu yang mempelajari jumlahjumlah yang diketahui melalui proses perhitungan dan pengukuran yang dinyatakan dengan angka-angka atau simbol-simbol.

Banyak orang yang mempertukarkan antara Matematika dengan Aritmatika atau berhitung. Padahal, matematika memiliki cakupan yang lebih luas

1 Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta : Balai Pustaka, 1991),h. 637.

2 Departemen Agama RI, Metodek Matematika, Bagian Proyek Peningkatan Mutu Pendidikan Agama,(Jakarta : Dirjen Binbaga Islam, 1982/1983), h.31.

10

dari pada aritmatika. Aritmatika merupakan bagian dari Matematika. Dari berbagai bidang studi yang diajarkan disekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa, baik yang tidak berkesulitan belajar dan lebih- lebih yang mempunyai kesulitan dalam belajarnya. Menurut Johnson dan Myklebust (1967:244), Matematika adalah simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan kuantitatif dan keruangan yaitu menunjukan kemampuan strategi dalam merumuskan , menafsirkan dan menyelesaikan model matematika dalam pemecahan masalah, sedangkan fungsi teoritisnya untuk memudahkan berfikir. Dalam hal ini menunjukan pemahaman konsep matematika yang dipelajari, mengkominikasikan gagasan dengan simbol, tabel, grafik, atau diagram untuk menjelaskan keadaan

atau masalah. Menurut Paling, matematika adalah suatu cara untuk menemukan suatu jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan pengetahuan tentang menghitung dan yang paling penting adalah memikirkan dalam manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan- hubungan. Berdasarkan pendapat Paling tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk menemukan jawaban atas tiap masalah yang dihadapinya, manusia menggunakan: 1. Informasi yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi 2. Pengetahuan tentang bilangan, bentuk dan ukuran 3. Kemampuan untuk menghitung 4. kemampuan untuk mengingat dan menggunakan hubunganhubungan

11

Dari berbagai pendapat tentang hakikat matematika yang telah dikemukakan menunjukkan bahwa secara kontemporer pandangan tentang hakikat matematika lebih ditekankan pada metodenya dari pada pokok persoalan matematika itu sendiri. 3

B. PENGAJARAN MATEMATIKA DI MADRASAH ALIYAH Pengajaran matematika adalah proses membantu siswa mempelajari matematika dengan menggunakan perencanaan yang tepat, mewujudkannya

sesuai kondisi yang tepat pula sehingga tercapai hasil yang memuaskan. Hasil tersebut merupakan tujuan yang telah dirumuskan yang merupakan akibat dari interaksi antara guru yang mengajar dan murid yang belajar matematika. 4

Untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika secara tuntas guru harus bisa merencanakan pembelajaran dengan tepat, mewujudkannya dalam kondisi yang tepat, metode mengajar yang tepat, serta didukung oleh media pembelajaran yang tepat pula. Pendekatan dan strategi pembelajaran hendaknya mengikuti kaidah pedagogi secara umum, yaitu pembelajaran diawali dari kongkret ke abstrak, dari sederhana kekompleks, dari yang mudah kesulit dengan menggunakan berbagai sumber belajar. Belajar akan bermakna bagi peserta didik apabila mereka aktif dengan berbagai cara untuk mengkonstruksi atau membangun sendiri

3 Mulyono Abdurrahman,Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar,(Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 252

4 Nana Sudjana, Dasar- dasar Proses Belajar Mengajar Cet. IV, (Bandung: Sinar baru Algesindo, 1998), h. 43

12

pengetahuannya. Dengan demikian, suatu rumus, konsep atau prinsip dalam matematika, seyogyanya dapat ditemukan oleh peserta didik dengan bimbingan guru. Pembelajaran yang mengkondisikan peserta didik untuk menemukan kembali membuat mereka terbiasa melakukan penyelidikan dan menemukan sesuatu. Secara khusus, pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika. Masalah tak harus tertutup atau mempunyai solusi tunggal, tetapi dapat terbuka atau dicoba diselesaikan dengan berbagai cara misalnya dengan mengumpulkan dan menganalisis data, dengan metode cobacoba atau dengan cara induktif dan deduktif. Masalah matematika dapat diklasifikasikan kedalam dua jenis, yaitu: 1. Soal mencari (Problem to find), yaitu mencari, menentukan atau mendapatkan nilai atau objek tertentu yang tidak diketahui dalam soal dan memberi kondisi atau syarat yang sesuai dengan soal. Objek yang ditanyakan atau dicari , syarat- syarat yang memenuhi soal, data atau informasi yang diberikan merupakan bagian terpenting atau pokok dari sebuah soal mencari dan harus dipahami serta dikenali dengan baik pada saat awal memecahkan masalah. 2. Soal membuktikan (problem to prove), yaitu prosedur untuk menentukan apakah suatu pernyataan benar atau tidak benar. Soal membuktikan terdiri atas bagian hipotesis dan kesimpulan. Pembuktian dilakukan dengan membuat atau memproses pernyataan yang logis dari hipotesis menuju kesimpulan, sedangkan untuk membuktikan bahwa suatu pernyataan tidak

13

benar cukup diberikan contoh penyangkalnya sehingga pernyataan tersebut menjadi tidak benar. 5

Berbagai ketrampilan diperlukan untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah antara lain: 1. Memahami soal: memahami dan mengidentifikasi apa fakta atau informasi yang diberikan, apa yang ditanyakan, diminta untuk dicari atau dibuktikan. 2. Memilih pendekatan atau strategi pemecahan. Misalnya menggambarkan masalah dalam bentuk diagram, memilih dan menggunakan pengetahuan aljabar yang diketahui dan konsep yang relevan untuk membentuk model atau kalimat matematika. 3. Menyelesaikan model: melakukan operasi hitung secara benar dalam menerapkan strategi untuk mendapatkan solusi dan masalah. 4. Menafsirkan solusi: memperkirakan dan memeriksa kebenaran jawaban, masuk akalnya jawaban, dan apakah memberikan pemecahan terhadap masalah semula. 6

Dalam pembelajaran, guru dapat mengkombinasikan berbagai strategi belajar mengajar di dalam kelas, seperti: 1. Ekspositori dan ceramah, yaitu suatu metode mengajar dalam penyajian pelajaran yang dilakukan oleh guru dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung terhadap siswa. Metode ini tidak efektif sehingga perlu

diimbangi dengan bentuk kegiatan lainnya.

5 Departemen Agama RI, Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Matematika Madrasah Aliyah, (Jakarta : Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2004), h. 260.

6 Ibidi, h. 264.

14

2. Penyelidikan atau penemuan sendiri (inquiry), melatih peserta didik untuk menemukan konsep dan menyelesaikan sendiri berbagai konsep dan pemecahan masalah matematika, misalnya menyelidiki pola, meyesuaikan soal dengan berbagai cara memecahkan soal- soal yang dibuat sendiri. 3. Pengelolaan peserta didik, kerja perseorangan mendorong peserta didik untuk belajar sendiri, kelompok kecil dapat dilakukan dengan bekerja secara bersama- sama. 4. Penugasan, misalnya memberi tugas kepada peserta didik untuk mencari sumber informasi keperpustakaan, memproduksi sumber belajar sendiri, menerapkan sistem kelompok kerja peserta didik dan menata bentuk kelas yang sesuai. 5. Permainan, yaitu mengenalkan atau menggunakan konsep matematika melalui berbagai bentuk permainan.

7 Metode ini digunakan agar siswa dalam belajar tidak mengalami kejenuhan. Setiap madrasah mempunyai ciri khas lingkungan belajar, kelompok peserta didik, dan orang tua (sebagai anggota masyarakat) yang berbeda-beda. Untuk itu para guru diharapkan mengenali hal ini untuk bisa menetapkan strategi pembelajaran, organisasi kelas, dan pemanfaatan sumber belajar yang efektif.

C. PENGERTIAN BELAJAR DAN KESULITAN BELAJAR Ada beberapa teori yang mengungkapkan pengertian belajar dengan meninjau dari bermacam-macam sudut,diantaranya menurut Moh. Uzer Usman

7 Ibid, h. 265.

15

dan Lilis Setiawati mengemukakan belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku atau kecakapan manusia. Perubahan yang terjadi karena belajar dapat berupa perubahan dalam kebiasaan, kecakapan atau dalam ketiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. 8

Cronbach berpendapat bahwa Learning is shown by change in behavior, as

a result of experience. Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Menurut Dr. Slameto, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. 9

Sedangkan Sadirman dalam bukunya mengemukakan tentang pengertian belajar adalah berubah. Dalam hal ini yang dimaksud belajar adalah usaha merubah segala aspek organisme dan tingkah laku seseorang. 10

Dari beberapa pendapat oleh para ahli tentang pengertian belajar yang telah dikemukakan diatas dapat dipahami bahwa belajar merupakan suatu kegiatan atau aktifitas seseorang melalui proses pendidikan dan latihan, sehingga menimbulkan terjadinya beberapa perubahan dan perkembangan pada dirinya baik

8 Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Remaja Rosdakarya, 1993), h.5.

9 Slameto, Belajar dan Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi,(Jakarta: PT. Rineka

Cipta,1995), h.2.

10 Sadirman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar: Pedoman Guru Dan Calon Guru,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,1996), h.10.

16

pengetahuan, tingkah laku, dan keterampilan untuk menuju kearah yang lebih baik. Dalam proses belajar mengajar disekolah, baik Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, maupun Perguruan Tinggi sering kali ada dijumpai beberapa siswa/mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Dengan demikian masalah kesulitan dalam belajar itu sudah merupakan problema umum yang khas dalam proses pembelajaran11 . Aktifitas belajar bagi setiap individu tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar. Kadang-kadang lancar, kadang- kadang tidak. Kadang-kadang dapat dengan cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa amat sulit. Dalam hal semangat, terkadang semangatnya tinggi, tetapi terkadang juga sulit mengadakan konsentrasi. Karena setiap individu memang tidak ada yang sama. Perbedaan individual inilah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar dikalangan anak didik. Dalam keadaan dimana anak didik/ siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut kesulitan belajar.

12

Kesulitan belajar tidak selalu disebabkan oleh faktor inteligensi yang rendah (kelainan mental), akan tetapi juga disebabkan oleh faktor- faktor noninteligensi. Dengan demikian, IQ yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan belajar. 13

11 M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional IAIN Fakultas Tarbiyah,(Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h.88.

12 Abu Ahmadi, Widodo Supriyono,Psikologi Belajar,(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), h.77.

13 Ibid , h.77.

17

Disetiap sekolah dalam berbagai jenis dan tingkatan pasti memiliki anak

didik yang berkesulitan belajar. Setiap kali kesulitan belajar anak didik yang satu dapat diatasi, tetapi pada waktu yang lain muncul lagi kesulitan belajar anak didik yang lain. Warkitri dkk mengemukakan kesulitan belajar adalah suatu gejala yang nampak pada siswa yang ditandai adanya hasil belajar rendah dibanding dengan prestasi yang dicapai sebelumnya. Jadi, kesulitan belajar itu merupakan suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan- hambatan tertentu dalam mencapai hasil belajar. 14

M. Alisuf Sabri mengemukakan bahwa kesulitan belajar adalah kesukaran siswa dalam menerima atau menyerap pelajaran disekolah, kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa ini terjadi pada waktu mengikuti pelajaran yang disampaikan atau ditugaskan oleh seorang Guru. 15

Berhubungan dengan pelajaran matematika, siswa yang mengalami kesulitan belajar antara lain disebabkan oleh hal- hal sebagai berikut: 1. Siswa tidak bisa menangkap konsep dengan benar. Siswa belum sampai keproses abstraksi dan masih dalam dunia konkret. Dia belum sampai kepemahaman yang hanya tahu contoh- contoh, tetapi tidak dapat mendeskripsikannya.

14

Warkitri, dkk., Penilaian Pencapaian Hasil Belajar,(Jakarta : Karunika UT, 1990), h.8

15 M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,1995), h. 88

18

2. Siswa tidak mengerti arti lambang- lambang Siswa hanya menuliskan/ mengucapkan tanpa dapat menggunakannya. Akibatnya, semua kalimat matematika menjadi tidak berarti baginya. 3. Siswa tidak dapat memahami asal- usul suatu prinsip Siswa tahu apa rumusnya dan menggunakannya, tetapi tidak mengetahui dimana atau dalam konteks apa prinsip itu digunakan. 4. Siswa tidak lancar menggunakan operasi dan prosedur. Ketidaksamaan menggunakan operasi dan prosedur terdahulu berpengaruh kepada pemahaman prosedur lainnya. 5. Ketidaklengkapan pengetahuan Ketidaklengkapan pengetahuan akan menghambat kemampuan siswa untuk memecahkan masalah matematika, sementara itu pelajaran terus berlanjut secara berjenjang.

16

D. DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR Sebelum menetapkan alternatif pemecahan masalah kesultan belajar siswa, guru sangat dianjur untuk terlebih dahulu melakukan identifikasi (upaya mengenali gejala dengan cermat) terhadap fenomena yang menunjukkan kemungkinan adanya kesulitan belajar yang melanda siswa tersebut. Upaya seperti ini disebut diagnosis yang bertujuan menetapkan jenis penyakit yakni jenis kesulitan belajar siswa.

16 M. Sholeh, Pokok- pokok Pengajaran Matematika di Sekolah, (Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1998),h. 39- 40.

19

Dalam melakukan diagnosis diperlukan adanya prosedur yang terdiri atas langkah-langkah tertentu yang diorentasikan pada ditemukannya kesulitan belajar jenis tertentu yang dialami siswa. Prosedur seperti ini dikenal sebagai diagnostik kesulitan belajar. 17

Banyak langkah-langkah diagnostik yang dapat ditempuh guru antara lain yang cukup terkenal adalah prosedur Weener dan Senf (1982) sebagaimana yang dikutip Wardani (1991) sebagai berikut: 1. Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika mengikuti pelajaran. 2. Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa, khususnya yang diduga mengalami kesulitan belajar. 3. Mewawancarai orang tua/ wali siswa untuk mengetahui hal ihwal keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar. 4. Memberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakikat kesulitan belajar yang dialami siswa. 5. Memberikan tes kemampuan inteligensi (IQ) khususnya kepada siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar. Sedangkan menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono,diagnosis pun dapat berupa hal-hal sebagai berikut: 1. Keputusan mengenai jenis- jenis kesulitan belajar anak (berat dan ringannya).

17 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar,(Jakarta : PT. Logos Wacana Ilmu, 1999), h.167.

20

2. Keputusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi penyebab kesulitan belajar.

3. Keputusan mengenai faktor utama penyebab kesulitan belajar.

E. FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR Banyak sudah para ahli yang mengemukakan faktor- faktor penyebab kesulitan belajar dengan sudut pandang mereka masing- masing. Ada yang meninjau dari sudut intern anak didik dan ada yang meninjau dari sudut ekstern anak didik. 18

Menurut Muhibbin Syah faktor- faktor anak didik meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik anak didik, yaitu sebagai berikut: 1. Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/inteligensi anak didik. 2. Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap. 3. Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat- alat indera penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga). Sedangkan faktor- faktor ekstern anak didik meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar anak didik, sebagai berikut:

18 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Rineka Cipta,2002), h.201.

21

1. Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara ayah dan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga. 2. Lingkungan masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh (slum area) dan teman sepermainan (peer group) yang nakal. 3. Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk, kondisi guru serta alat- alat belajar yang berkualitas rendah. Adapun faktor- faktor penyebab kesulitan belajar yang bersifat khusus, seperti sindrom psikologis berupa Learning Disability (ketidakmampuan belajar). Sindrom adalah suatu gejala yang timbul sebagai indikator adanya keabnormalan psikis yang menimbulkan kesulitan belajar anak didik. Misalnya: disleksia yaitu ketidakmampuan dalam belajar membaca, disgrafia yaitu ketidakmampuan menulis, diskalkulia yaitu ketidakmampuan belajar matematika. Menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya menjelaskan faktor kesulitan belajar dari anak didik meliputi: 1. Faktor anak didik Anak didik adalah subjek dalam belajar. Dialah yang merasakan langsung penderitaan akibat kesulitan belajar. Kesulitan belajar yang dialami oleh anak didik tidak hanya bersifat menetap, tetapi juga yang bisa dihilangkan dengan usaha- usaha tertentu. 19

Faktor penyebab kesulitan belajar anak didik ini adalah:

a. Inteligensi (IQ) yang kurang baik

19 Ibid, h. 203

22

b. Bakat yang kurang atau tidak sesuai dengan bahan pelajaran yang diberikan oleh guru c. Aktifitas belajar yang kurang, lebih banyak malas daripada melakukan aktifitas belajar d. Kebiasaan belajar yang kurang baik, belajar dengan penguasaan ilmu pengetahuan pada tingkat hafalan tidak dengan pengertian. e. Tidak ada motivasi dalam belajar, sehingga materi pelajaran sukar diterima dan diserap oleh anak didik. 2. Faktor Sekolah Sekolah adalah lembaga pendidikan formal tempat pengabdian guru dan rumah rehabilitasi anak didik. Sebagai lembaga pendidikan yang besar tentunya sekolah juga mempunyai dampak yang besar bagi anak didik. Kenyamanan dan ketenangan anak didik dalam belajar sangat ditentukan oleh kondisi dan sistem sosial dalam menyeiakan lingkungan yang kondusif. Bila tidak, sekolah akan ikut terlibat menimbulkan kesulitan belajar bagi anak didik. Faktor- faktor penyebab kesulitan belajar dari sekolah seperti a. Pribadi guru yang tidak baik b. Guru yang tidak berkualitas dalam pengambilan metode yang digunakan

dalam mengajar c. Suasana sekolah yang kurang mnyenangkan, misalnya bising karena letak sekolah berdekatan dengan jalan raya d. Waktu sekolah dan disiplin yang kurang20

20 Ibid, h. 207.

23

e. Perpustakaan belum lengkap dengan buku- buku pelajarannya untuk anak didik Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono dalam bukunya menjelaskan bahwa faktor penyebab kesulitan belajar meliputi: 1. Faktor Intern (faktor dari dalam diri manusia itu sendiri ) yang meliputi: a. Faktor fisiologi 1. Karena Sakit Seorang yang sakit akan mengalami kelemahan fisiknya, sehingga saraf sensoris dan motorisnya lemah. Akibatnya rangsangan yang diterima melalui indranya tidak dapat diteruskan ke otak. Lebih- lebih sakitnya lama, sarafnya akan bertambah lemah. 2. Karena kurang sehat Anak yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar, sebab ia mudah capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang kurang semangat,

pikiran terganggu. Karena hal- hal tersebut maka dalam penerimaan pelajaran pun kurang karena saraf otak tidak mampu bekerja secara optimal memproses, mengelola, menginterpretasi dan mengorganisasi baha pelajaran melalui indranya. Oleh karena itu, seorang guru atau petugas diagnistik harus meneliti kadar gizi makanan dari anak. 3. Sebab karena cacat Cacat tubuh dibedakan atas: a) Cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan dan gangguan psikomotor.

24

b) Cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu, hilang tangannya dan kakinya. b. Faktor psikologi 1. Inteligensi Inteligensi ialah kemampuan yang dibawa sejak lahir yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Dalam hubungannya dengan anak didik, hal ini sering dikaitkan dengan berhasil tidaknya anak dalam belajar di sekolah. Anak yang IQ-nya tinggi dapat menyelesaikan segala persoalan yang dihadapi. Semakin tinggi IQ seseorang akan makin cerdas pula. Mereka yang mempunyai IQ kurang dari 90 tergolong lemah mental (mentally defective).Anak inilah yang mengalami kesulitan belajar. 2. Bakat

Bakat adalah kemampua potensial yang dimiliki oleh seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap individu mempunyai bakat yang berbeda- beda. Bakat dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar anak didik. Seseorang akan mudah mempelajari sesuatu sesuai dengan bakatnya. Apabila seorang anak harus mempelajari bahan yang lain dari bakatnya akan cepat bosan, mudah putus asa, tidak senang. Hal- hal tersebut akan tampak pada anak yang suka mengganggu kelas, berbuat gaduh, tidak mau belajar sehingga nilainya rendah.

25

3. Minat Tidak adanya minat seseorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan bakat nya, tidak sesuai dengan kebutuhannya, tidak sesuai dengan kecakapan, tidak sesuai dengan tipe-tipe khusus anak banyak menimbulkan problem pada dirinya. Karena itu pelajaran pun tidak pernah terjadi proses dalam otak, akibatnya timbul kesulitan belajar. 21

4. Motivasi Motivasi sebagai faktor inner (batin) berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya

akan semakin besar kesuksesan belajarnya. Seorang yang besar motivasinya akan giat berusaha, tampak gigih, tidak menyerah, giat membaca buku untuk meningkatkan prestasinya. Sebaliknya mereka yang motivasinya lemah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran, suka mengganggu kelas, sering meninggalkan pelajaran akibatnya banyak mengalami kesulitan belajar. 2. Faktor ekstern a. Faktor keluarga

21 Abu Ahmadi, Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 83.

26

Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama. Keluarga juga merupakan salah satu penyebab kesulitan belajar. Yang termasuk dalam faktor keluarga ini adalah : a) Orang tua Kewajiban dari orang tua adalah mendidik anaknya. Orang tua yang kurang/ tidak memperhatikan pendidikan anaknya, mungkin acuh tak acuh, tidak memperhatikan kemajuan belajar anak- anaknya akan menjadi penyebab kesulitan belajarnya. Hubungan antara orang tua dengan anak juga harus harmonis. Karena hal ini juga membantu keberhasilan dalam belajar mereka.

b) Suasana rumah / keluarga Suasana rumah yang ramai atau gaduh tidak mungkin membuat anak akan dapat belajar dengan baik. Anak akan terganggu konsentrasinya, sehingga sukar untuk belajar. Oleh karena itu suasana rumah harus dibuat menyenangkan, tentram, damai dan harmonis. c) Keadaan ekonomi keluarga Biaya merupakan faktor yang sangat penting bagi kelangsungan pendidikan anak. Misalnya untuk membeli peralatan sekolah seperti buku, pensil dan lain sebagainya. Karena kurangnya biaya maka pendidikan mereka juga akan terhambat. b. Sekolah Sekolah merupakan salah satu tempat anak- anak dalam menuntut ilmu. Unsur- unsur yang ada didalamnya pun juga berpengaruh dalam

27

keberhasilan belajar siswa. Diantaranya guru, sarana/ prasarana, kondisi gedung sekolah, kurikulum yang digunakan, waktu yang kurang disiplin. 22

c. Media massa dan lingkungan sosial a) Media Massa Media massa seperti TV, bioskop, tabloid, komik sangat mempengaruhi proses belajar anak. Semakin seringnya anak

menonton TV/ bioskop, membaca komik dan lain sebagainya membuat anak akan semakin malas untk belajar. b) Lingkungan sosial Lingkungan social seperti teman bergaul, keadaan masyarakat, pengaruhnya sangat besar dan lebih cepat masuk dalam jiwa anak. Hal ini juga merupakan penyebab anak mengalami kesulitan belajar serta akan menghambat proses hasil belajar anak.

22 Ibid, h. 91

28

Subyek: Pengertian dan latar belakang terjadinya kesulitan belajar Sun Jan 17, 2010 7:51 pm

1. Pengertian Kesulitan Belajar Pada dasarnya kesulitan belajar tidak hanya dialami oleh siswa yang berkemampuan renadah saj, tetapi juga dialami oleh siswa berkampuan tinggi. selain itu, kesulitan belajar juga dapat dialami oleh siswa yang berkampuan rata rata ( normal ) disebabkan oleh faktor faktor tertentu yang menghambat tercapainya kinerja akademik sesuai dengan harapan.Dalam referensi lain juga dijelaskan mengenai pengertian kesulitan belajar. Kesulitan belajar adalah suatu kondisi proses belajar yang ditandai hambatan hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan karena faktor intelegensi yang rendah (kelain mental ), akan tetapi dapat juga disebabkan oelh faktor faktor non intekgensi. Dengan demkian, IQ yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan belajar, karena itu dalam rangka memberikan bimbingan yang tepat kepada setiap anak didik, maka para pendidik perlu memahami masalah masalah yang berhubungan dengan kesulitan belajar.

2.

Latar Belakang Terjadinya Kesulitan Belajar.Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari nenurunya kinerja akademik atau belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan denga munculnya kelainan prilaku (Misbehavior) siswa seperti kesukaan berteriak di dalam kelas, megusik teman, berkelahi,

sering tidak masuk sekolah dan sering minggat dari sekolah.Menurut para ahli pendidikan, hasil belajar yang dicapai oleh para peserta didik dipengaruhi oleh dua faktor utama, yakni faktor yang terdapat dalam diri peserta didik itu sendiri yang disebut faktor internal, dan yang terdapat diluar diri peserta didik yang disebut dengan eksternal.

MENGATASI KESULITAN BELAJAR MELALUI KLINIK PEMBELAJARAN

MAKALAH

(Disampaikan pada Workshop Evaluasi dan Pengembangan Teaching Klinik bagi dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang, Pada tanggal, 21 sd. 26 Januari 2008)

Oleh: Suwatno, Dr, M.Si.

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI PADANG PADANG 2008

KESULITAN BELAJAR SISWA DAN BIMBINGAN BELAJAR MELALUI KLINIK PEMBELAJARAN

Oleh : Suwatno, Dr., M.Si1 A. Latar BelakangDunia pendidikan mengartikan diagnosis kesulitan belajar sebagai segala usaha yang dilakukan untuk memahami dan menetapkan jenis dan sifat kesulitan belajar. Juga mempelajari faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar serta cara menetapkan dan kemungkinan mengatasinya, baik secara kuratif (penyembuhan) maupun secara preventif (pencegahan) berdasarkan data dan informasi yang seobyektif mungkin. Dengan demikian, semua kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menemukan kesulitan belajar termasuk kegiatan diagnosa. Perlunya diadakan diagnosis belajar karena berbagai hal. Pertama, setiap siswa hendaknya mendapat kesempatan dan pelayanan untuk berkembang secara maksimal, kedua; adanya perbedaan kemampuan, kecerdasan, bakat, minat dan latar belakang lingkungan masing-masing siswa. Ketiga, sistem pengajaran di sekolah seharusnya memberi kesempatan pada siswa untuk maju sesuai dengan kemampuannya. Dan, keempat, untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi oleh siswa, hendaknya guru beserta BP lebih intensif dalam menangani siswa dengan menambah pengetahuan, sikap yang terbuka dan mengasah ketrampilan dalam mengidentifikasi kesulitan belajar siswa. Berkait dengan kegiatan diagnosis, secara garis besar dapat diklasifikasikan ragam diagnosis ada dua macam, yaitu diagnosis untuk mengerti masalah dan diagnosis yang mengklasifikasi masalah. Diagnosa untuk mengerti masalah merupakan usaha untuk dapat lebih banyak mengerti masalah secara menyeluruh. Sedangkan diagnosis yang mengklasifikasi masalahmerupakan pengelompokan masalah sesuai ragam dan sifatnya. Ada masalah yang digolongkan kedalam masalah yang bersifat vokasional, pendidikan, keuangan, kesehatan, keluarga dan kepribadian. Kesulitan belajar merupakan problem yang nyaris dialami oleh semua siswa. Kesulitan belajar dapat diartikan suatu kondisi

1

Dosen Jurusan Pendidikan Ekonomi, Program Studi Manajemen Perkantoran UPI Bandung, Konsultan Pengembangan SDM, Ditjen Manajemen Dikdasmen, Jakarta

dalam suatu proses belajar yang ditandai adanya hambatan-hambatan tertentu untuk menggapai hasil belajar.

B. Tujuan PembahasanTujuan pembahasan dalam makalah ini adalah : a. Mengidintifikasi berbagai permasalahan kesulitan pembelajaran. b. Mengkaji berbagai persoalan tentang permasalahan belajar. c. Alternatif mengatasi permasalahan pembelajaran.

C. Lingkup PembahasanRuang lingkup pembahasan dalam makalah ini difokuskan pada kesulitan belajar, bimbingan belajar, model pembelajaran yang bisa diaterapkan dan bagaimana mengatasi masalah kesulitan belajar.

D. Kajian Teori a. Kesulitan Belajar Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatanhambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya. Kesulitan belajar siswa mencakup pengetian yang luas, diantaranya : (a) learning disorder; (b) learning disfunction; (c) underachiever; (d) slow learner, dan (e) learning diasbilities. Di bawah ini akan diuraikan dari masing-masing pengertian tersebut.1. Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang

dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai. 2. Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik. 3. Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 biasa-biasa saja atau malah sangat rendah. 4. Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama. 5. Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya. 140), namun prestasi belajarnya

Bila diamati, ada sejumlah siswa yang mendapat kesulitan dalam mencapai hasil belajar secara tuntas dengan variasi dua kelompok besar. Kelompok pertama merupakan sekelompok siswa yang belum mencapai tingkat ketuntasan, akan tetapi sudah hampir mencapainya. Siswa tersebut mendapat kesulitan dalam menetapkan penguasaan bagian-bagian yang sulit dari seluruh bahan yang harus dipelajari. Kelompok yang lain, adalah sekelompok siswa yang belum mencapai tingkat ketuntasan yang diharapkan karena ada konsep dasar yang belum dikuasai. Bisa pula ketuntasan belajar tak bisa dicapai karena proses belajar yang sudah ditempuh tidak sesuai dengan karakteristik murid yang bersangkutan. Jenis dan tingkat kesulitan yang dialami oleh siswa tidak sama karena secara konseptual berbeda dalam memahami bahan yang dipelajari secara menyeluruh.

Perbedaan tingkat kesulitan ini bisa disebabkan tingkat pengusaan bahan sangat rendah, konsep dasar tidak dikuasai, bahkan tidak hanya bagian yang sulit tidak dipahami, mungkin juga bagian yang sedang dan mudah tidak dapat dukuasai dengan baik. Siswa yang mengalami kesulitan belajar seperti tergolong dalam pengertian

di atas akan tampak dari berbagai

gejala

yang dimanifestasikan

dalam perilakunya, baik aspek psikomotorik, kognitif, konatif maupun afektif . Beberapa perilaku yang merupakan manifestasi gejala kesulitan belajar, antara lain :1. Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya. 2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada siswa yang sudah berusaha giat belajar, tapi nilai yang diperolehnya selalu rendah 3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal dari kawan-kawannya dari waktu yang disediakan. 4. Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya. 5. Menunjukkan perilaku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau pun di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, dan sebagainya. 6. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti : pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu. Misalnya dalam menghadapi nilai rendah, tidak menunjukkan perasaan sedih atau menyesal, dan sebagainya.

Sementara itu, Burton (Abin Syamsuddin. 2003) mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar, yang ditunjukkan oleh adanya kegagalan siswa dalam mencapai tujuan-tujuan belajar. Menurut dia bahwa siswa dikatakan gagal dalam belajar apabila :1. Dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan materi (mastery level) minimal dalam pelajaran tertentu yang telah ditetapkan oleh guru (criterion reference).

2. Tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi semestinya, dilihat berdasarkan ukuran tingkat kemampuan, bakat, atau kecerdasan yang dimilikinya. Siswa ini dapat digolongkan ke dalam under achiever. 3. Tidak berhasil tingkat penguasaan materi (mastery level) yang diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan tingkat pelajaran berikutnya. Siswa ini dapat digolongkan ke dalam slow learner atau belum matang (immature), sehingga harus menjadi pengulang (repeater)

Untuk dapat menetapkan gejala kesulitan belajar dan menandai siswa yang mengalami kesulitan belajar, maka diperlukan kriteria sebagai batas atau patokan, sehingga dengan kriteria ini dapat ditetapkan batas dimana siswa dapat diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Terdapat empat ukuran dapat menentukan kegagalan atau kemajuan belajar siswa : (1) tujuan pendidikan; (2) kedudukan dalam kelompok; (3) tingkat pencapaian hasil belajar dibandinngkan dengan potensi; dan (4) kepribadian. 1. Tujuan pendidikan Dalam keseluruhan sistem pendidikan, tujuan pendidikan merupakan salah satu komponen pendidikan yang penting, karena akan memberikan arah proses kegiatan pendidikan. Segenap kegiatan pendidikan atau kegiatan pembelajaran diarahkan guna mencapai tujuan pembelajaran. Siswa yang dapat mencapai target tujuan-tujuan tersebut dapat dianggap sebagai siswa yang berhasil. Sedangkan, apabila siswa tidak mampu mencapai tujuan-tujuan tersebut dapat dikatakan mengalami kesulitan belajar. Untuk menandai mereka yang mendapat hambatan pencapaian tujuan pembelajaran, maka sebelum proses belajar dimulai, tujuan harus dirumuskan secara jelas dan operasional. Selanjutnya, hasil belajar yang dicapai dijadikan sebagai tingkat pencapaian tujuan tersebut. Secara statistik, berdasarkan distribusi normal, seseorang dikatakan berhasil jika siswa telah dapat menguasai sekurang-kurangnya 60% dari seluruh tujuan yang harus dicapai. Namun jika menggunakan konsep pembelajaran tuntas (mastery learning) dengan menggunakan penilaian acuan patokan, seseorang dikatakan telah berhasil dalam belajar apabila telah menguasai standar minimal ketuntasan yang telah ditentukan sebelumnya atau sekarang lazim disebut Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Sebaliknya, jika penguasaan ketuntasan di bawah kriteria minimal maka siswa

tersebut dikatakan mengalami kegagalan dalam belajar. Teknik yang dapat digunakan ialah dengan cara menganalisis prestasi belajar dalam bentuk nilai hasil belajar.

2. Kedudukan dalam Kelompok Kedudukan seorang siswa dalam kelompoknya akan menjadi ukuran dalam pencapaian hasil belajarnya. Siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar, apabila memperoleh prestasi belajar di bawah prestasi rata-rata kelompok secara keseluruhan. Misalnya, rata-rata prestasi belajar kelompok 8, siswa yang mendapat nilai di bawah angka 8, diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Dengan demikian, nilai yang dicapai seorang akan memberikan arti yang lebih jelas setelah dibandingkan dengan prestasi yang lain dalam kelompoknya. Dengan norma ini, guru akan dapat menandai siswa-siswa yang diperkirakan mendapat kesulitan belajar, yaitu siswa yang mendapat prestasi di bawah prestasi kelompok secara keseluruhan. Secara statistik, mereka yang diperkirakan mengalami kesulitan adalah mereka yang menduduki 25 % di bawah urutan kelompok, yang biasa disebut dengan lower group. Dengan teknik ini, kita mengurutkan siswa berdasarkan nilai nilai yang dicapainya. dari yang paling tinggi hingga yang paling rend