tgs metode

70
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Indonesia di berbagai sektor khususnya sektor ekonomi yang dipengaruhi oleh naiknya harga minyak dunia, tingginya tingkat inflasi, naiknya harga barang- barang dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika serta turunnya daya beli masyarakat telah menjadi permasalahan rumit yang harus segera diselesaikan oleh pemerintah. Untuk dapat tetap bertahan dan untuk memperbaiki kondisi ekonomi yang ada, Pemerintah harus segera mengupayakan semua potensi yang ada baik penerimaan dalam negeri maupun luar negeri. Saat ini tengah digali potensi- potensi yang digunakan untuk meningkatkan penerimaan negara, baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Seiring dengan berkembangnya zaman dan kemampuan analisis para praktisi ekonomi yang menyatakan bahwa mengandalkan pinjaman dari luar negeri sebagai salah satu sumber

Upload: guzdick

Post on 10-Aug-2015

45 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

tugas metode

TRANSCRIPT

Page 1: Tgs Metode

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permasalahan Indonesia di berbagai sektor khususnya sektor ekonomi yang

dipengaruhi oleh naiknya harga minyak dunia, tingginya tingkat inflasi, naiknya harga

barang-barang dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika serta turunnya

daya beli masyarakat telah menjadi permasalahan rumit yang harus segera diselesaikan

oleh pemerintah.

Untuk dapat tetap bertahan dan untuk memperbaiki kondisi ekonomi yang ada,

Pemerintah harus segera mengupayakan semua potensi yang ada baik penerimaan dalam

negeri maupun luar negeri. Saat ini tengah digali potensi- potensi yang digunakan untuk

meningkatkan penerimaan negara, baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar

negeri. Seiring dengan berkembangnya zaman dan kemampuan analisis para praktisi

ekonomi yang menyatakan bahwa mengandalkan pinjaman dari luar negeri sebagai salah

satu sumber penerimaan negara hanya akan menjadi bumerang dikemudian hari maka

potensi penerimaan dari pinjaman luar negeri akan semakin dikurangi.

Berdasarkan hal tersebut maka Indonesia berusaha untuk lebih meningkatkan

potensi penerimaan negara dari dalam negeri, melalui pajak dan tidak dipungkiri bahwa

pajak memberikan kontribusi terbesar dalam penerimaan Negara sehingga pemerintah

mengupayakan dan meningkatkan pelaksanaan sistem yang baik dalam pemungutan

pajak. Salah satunya penggunaan sistem self assessment yang menuntut Wajib Pajak

untuk aktif dalam melaksanakan kewajiban maupun hak perpajakannya. Undang-undang

1

Page 2: Tgs Metode

perpajakan dikeluarkan untuk dapat memahami arti dari kegunaan membayar pajak bagi

wajib pajak itu sendiri dan bagi Negara, serta memberi kemudahan dalam tata cara

pelaksanaan pemungutan dan pembayaran pajak.

Wajib Pajak cenderung menghindari kewajibannya untuk membayar pajak.

Kecenderungan ini terjadi karena tingkat kesadaran masyarakat yang masih rendah

tentang pentingnya membayar pajak. Hingga sekarang kesadaran masyarakat membayar

pajak masih belum dapat mencapai tingkat yang diharapkan. Masyarakat masih kurang

percaya terhadap keberadaan pajak karena masih merasa sama dengan upeti,

memberatkan,bersifat memaksa, pembayarannya sering mengalami kesulitan, dan ketidak

tahuan masyarakat cara menghitung dan melaporkannya. Diperlukan daya dan upaya

sehingga masyarakat sadar sepenuhnya untuk membayar pajak dan bukan sesuatu yang

mustahil terjadi. Pada saat masyarakat memahami pajak maka membayar pajak akan

dilakukan secara sukarela bukan karena keterpaksaan. Kesadaran membayar pajak tidak

hanya memunculkan sikap patuh, taat dan disiplin semata tetapi juga diikuti sikap kritis.

Semakin maju masyarakat dan pemerintahannya, maka semakin tinggi kesadaran

membayar pajaknya namun tidak hanya berhenti sampai di situ justru mereka semakin

kritis dalam menyikapi masalah perpajakan, terutama terhadap materi kebijakan di

bidang perpajakannya, misalnya penerapan tarifnya, mekanisme pengenaan pajaknya,

regulasinya, benturan praktek di lapangan dan perluasan subjek dan objeknya.

Masyarakat di negara maju memang telah merasakan manfaat pajak yang mereka bayar.

Bidang kesehatan, pendidikan, sosial maupun sarana dan prasarana transportasi yang

cukup maju maupun biaya operasional aparat negara berasal dari pajak mereka.

Pelayanan medis gratis, sekolah murah, jaminan sosial maupun alat-alat transportasi

2

Page 3: Tgs Metode

modern menjadi bukti pemerintah mengelola dana pajak dengan baik. Dengan

digalakannya kesadaran akan pajak ini diharapkan Indonesia akan menuju kesejahteraan

yang selama ini diharapkan.

Menurut penjelasan UU KUP bahwa sistem pemungutan pajak tersebut

mempunyai arti bahwa penentuan penetapan besarnya pajak yang terutang dipercayakan

kepada Wajib Pajak sendiri dan melaporkannya secara teratur jumlah pajak yang terutang

dan yang telah dibayar sebagaimana ditentukan dalam peraturan perundang-undangan

perpajakan. Media atau surat yang digunakan Wajib Pajak untuk melaporkan

penghitungan dan pembayaran pajak disebut Surat Pemberitahuan, disingkat

SPT. Kepercayaan yang diberikan oleh undang-undang kepada Wajib Pajak idealnya

ditunjang dengan  :

(a.) Kesadaran Wajib Pajak tentang kewajiban perpajakan;

(b.) Keinginan untuk membayar pajak terutang walaupun terpaksa;

(c.) Kerelaan Wajib Pajak untuk menjalankan peraturan perpajakan yang berlaku;

(d.) Kejujuran Wajib Pajak untuk mengungkapkan keadaan sebenarnya.

Pasal 22 UU KUP mengatur adanya daluwarsa penagihan dalam kaitannya

dengan sistem self assesment. Aturan terakhir, UU No. 28 tahun 2007, daluwarsa

penagihan ditetapkan 5 (lima tahun). Bahwa negara tidak memiliki hak untuk menagih

atau memungut pajak setelah lewat 5 tahun. Selain itu, SPT yang dilaporkan kepada DJP

juga dianggap benar setelah 5 tahun. Secara hukum, setelah lewat 5 tahun, kewajiban

perpajakan Wajib Pajak dianggap benar. Hanya saja Pasal 22 ayat (2) UU KUP mengatur

bahwa daluwarsa tersebut akan tertangguh atau mundur dari tahun pajak yang

bersangkutan jika :

3

Page 4: Tgs Metode

(a.) Diterbitkan Surat Paksa;

(b.) Ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak baik langsung maupun tidak

langsung;

(c.) Diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 13 ayat (5), atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar

Tambahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (4); atau

(d.) Dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan.

Dalam jangka waktu 5 tahun tersebut, DJP dapat melakukan koreksi terhadap SPT

yang dilaporkan oleh Wajib Pajak melalui pemeriksaan. Menurut UU KUP, pemeriksaan

adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti

yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan

untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain

dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Pemeriksaan pajak merupakan salah satu instrumen yang baik untuk

meningkatkan tingkat kepatuhan Wajib Pajak, baik formal maupun material dari

peraturan perpajakan, yang tujuan utamanya untuk menguji dan meningkatkan kepatuhan

perpajakan seorang wajib pajak. Kepatuhan ini akan berdampak baik secara langsung

maupun tak langsung pada penerimaan pajak. Sehingga penulis mengambil skripsi yang

berjudul “Pengaruh Persepsi Tentang Sanksi Perpajakan Dan Kesadaran Wajib Pajak

Pada Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor PT Bank Pembanguan

Daerah Bali Cab. Denpasar

4

Page 5: Tgs Metode

1.2 Pokok Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi pokok permasalahan dalam

penelitian ini adalah

1. Apakah kesadaran wajib pajak berpengaruh pada kepatuhan pelaporan wajib pajak di

Kantor PT Bank Pembanguan Daerah Bali Cab. Denpasar ?

2. Apakah persepsi tentang sanksi perpajakan berpengaruh pada kepatuhan pelaporan

wajib pajak di Kantor PT Bank Pembanguan Daerah Bali Cab. Denpasar ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan menganalisis secara parsial pengaruh kesadaran wajib

pajak terhadap kepatuhan pelaporan wajib pajak di Kantor PT Bank Pembanguan

Daerah Bali Cab. Denpasar

2. Untuk mengetahui dan menganalisis secara parsial pengaruh persepsi tentang

sanksi perpajakan pada kepatuhan pelaporan wajib pajak di Kantor PT Bank

Pembanguan Daerah Bali Cab. Denpasar

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan dan gambaran yang

lebih luas dan mengaplikasikan teori-teori khususnya di bidang perpajakan

yang diperoleh di bangku perkuliahan tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi kepatuhan pelaporan wajib pajak orang pribadi dan memenuhi

salah satu syarat dalam mencapai gelar Sarjana Ekonomi (S1) pada Fakultas

Ekonomi Prodi Akuntansi Universitas Mahasaraswati. Dan hasil penelitian ini

dapat dipakai sebagai bahan bacaan ilmiah di perpustakaan dan juga bisa

5

Page 6: Tgs Metode

dipakai sebagai referensi bagi mahasiswa yang akan melaksanakan penelitian

selanjutnya.

2. Kegunaan Praktis

Secara tidak langsung penelitian ini juga membantu Kantor Pelayanan

Pajak untuk memberikan penyuluhan kepada wajib pajak terhadap pentingnya

kepatuhan dan taat pajak sehingga wajib pajak orang pribadi sadar akan

pentingnya taat dalam pelaporan pajak.

6

Page 7: Tgs Metode

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Umum Pajak

Menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani, pajak adalah iuran masyarakat kepada negara

(yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-

peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang

langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-

pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH, pajak adalah iuran rakyat kepada

Kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat

jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk

membayar pengeluaran umum. Definisi tersebut kemudian dikoreksinya yang berbunyi

sebagai berikut: Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas Negara

untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang

merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.

Menurut Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., & Brock Horace R, pajak

adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat

pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan

lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah

dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahan.

7

Page 8: Tgs Metode

Sedangkan Sumitro dalam Mardiasmo (2006 : 1), mengemukakan bahwa pajak

adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang dengan tiada

mendapat imbalan jasa untuk membiayai pengeluaran umum. Jadi makna tentang ciri-ciri

dari pengertian pajak :

1. Pajak dipungut oleh suatu Negara (baik pemerintah pusat maupun pemerintah

daerah) berdasarkan dengan kekuatan undang-undang serta peraturan

pelaksanaannya.

2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi individual

oleh pemerintah.

Pajak dari perspektif ekonomi dipahami sebagai beralihnya sumber daya dari

sector privat kepada sektor publik. Pemahaman ini memberikan gambaran bahwa adanya

pajak menyebabkan dua situasi menjadi berubah. Pertama, berkurangnya kemampuan

individu dalam menguasai sumber daya untuk kepentingan penguasaan barang dan jasa.

Kedua, bertambahnya kemampuan keuangan negara dalam penyediaan barang dan jasa

publik yang merupakan kebutuhan masyarakat.

Sementara pemahaman pajak dari perspektif hukum menurut Soemitro merupakan

suatu perikatan yang timbul karena adanya undang-undang yang menyebabkan timbulnya

kewajiban warga negara untuk menyetorkan sejumlah penghasilan tertentu kepada

negara, negara mempunyai kekuatan untuk memaksa dan uang pajak tersebut harus

dipergunakan untuk penyelenggaraan pemerintahan. Dari pendekatan hukum ini

memperlihatkan bahwa pajak yang dipungut harus berdasarkan undang-undang sehingga

menjamin adanya kepastian hukum, baik bagi fiskus sebagai pengumpul pajak maupun

wajib pajak sebagai pembayar pajak.

8

Page 9: Tgs Metode

Pajak menurut Pasal 1 angka 1 UU No 6 Tahun 1983 sebagaimana telah

disempurnakan terakhir dengan UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan umum dan tata

cara perpajakan adalah "kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang

pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan tidak

mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

2.1.2 Fungsi Pajak

Fungsi pajak lebih kepada manfaat pokok atau kegunaaan pokok dari pajak itu

sendiri, pajak mempunyai peranan yang sangat penting untuk kehidupan bernegara,

karena pajak merupakan sumber pendapatan negara dan pajak akan digunakan untuk

membiayai APBN, maka beberapa fungsi pajak antara lain,

1. Fungsi Anggaran (Budgertair)

Kegunaan pajak sebagai alat untuk memasukan dana secara optimal ke kas

negara berdasarkan undang-undang perpajakan yang berlaku, jadi pajak

berfungsi untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara terkait proses

pemerintahan.

2. Fungsi Mengatur (Regulered)

Yaitu suatu fungsi dimana pajak diperguanakan oleh pemerintah sebagai alat

untuk mencapai tujuan tertentu, dan merupakan fungsi tambahan, jadi sebagai

pelengkap dari fungsi utama pajak.

3. Fungsi Stabilitas

Yaitu dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan

kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat

9

Page 10: Tgs Metode

dikendalikan, hal ini bisa dilakukan dengan mengatur peredaran uang

dimasyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien.

4. Fungsi retribusi pendapatan

Pajak  yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai

semua kepentingan umum, termasuk untuk membiayai pembangunan.

2.1.3 Sistem Pemungutan Pajak

Dalam melakukan pemungutan pajak tersebut Indonesia menganut tiga sistem

yaitu :

1. Official Assessment System

Pada sistem ini, besarnya pajak yang seharusnya terutang ditetapkan sepenuhnya oleh

Fiskus (aparat pajak). Kriteria dari Official Assesment system adalah :

1. Wewenang untuk menetapkan besarnya pajak yang terutang ada pada fiskus

2. Wajib Pajak bersifat pasif

3. Utang pajak timbul setelah dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh fiskus.

2. Self Assessment System

Kriteria Self Assesment System antara lain :

1. Wewenang untuk menetapkan besarnya pajak yang terutang ada pada WP

sendiri

2. Wajib Pajak Aktif mulai dari menghitung, memperhitungkan, menyetorkan dan

melaporkan sendiri pajak yang terutang

3. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi

10

Page 11: Tgs Metode

3. Withholding System

Sistem pemungutan pajak yang memberikan kepercayaan kepada pihak ketiga

(bukan fiskus atau wajib pajak) untuk memenuhi kewajiban perpajakannya.

2.1.4 Persepsi Wajib Pajak tentang Sanksi Perpajakan

Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/ditaati/dipatuhi, dengan kata lain

sanksi perpajakan merupakan alat pencegah agar wajib pajak tidak melanggar norma

perpajakan (Mardiasmo, 2006:39). Wajib pajak akan memenuhi kewajiban

perpajakannya bila memandang bahwa sanksi perpajakan akan lebih banyak

merugikannya (Nugroho, 2006). Pandangan tentang sanksi perpajakan tersebut diukur

dengan indikator (Yadnyana, 2009) sebagai berikut :

(1) Sanksi pidana yang dikenakan bagi pelanggar aturan pajak cukup berat.

(2) Sanksi administrasi yang dikenakan bagi pelanggar aturan pajak sangat

ringan.

(3) Pengenaan sanksi yang cukup berat merupakan salah satu sarana untuk

mendidik wajib pajak.

(4) Sanksi pajak harus dikenakan kepada pelanggarnya tanpa toleransi.

(5) Pengenaan sanksi atas pelanggaran pajak dapat dinegosiasikan.

Landasan hukum mengenai sanksi perpajakan diatur dalam masing-masing pasal

Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan. Sanksi perpajakan dapat dijatuhkan

apabila wajib pajak melakukan pelanggaran terutama atas kewajiban yang ditentukan

dalam Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan. Dalam undang-undang perpajakan

dikenal dua macam sanksi, yaitu sanksi administrasi dan sanksi pidana. Ancaman terhadap

11

Page 12: Tgs Metode

suatu norma perpajakan ada yang diancam dengan sanksi administrasi saja, ada yang

diancam dengan sanksi pidana saja, dan ada pula yang diancam dengan sanksi administrasi dan

sanksi pidana.

1. Sanksi Administrasi

Untuk lebih jelasnya mengenai pengertian sanksi administrasi berikut akan

diuraikan pengertian sanksi menurut beberapa pendapat para ahli perpajakan. Pengertian

sanksi administrasi menurut Mardiasmo (2009:57) adalah sebagai berikut : “Sanksi

administrasi merupakan pembayaran kepada negara khususnya yang berupa bunga dan

kenaikan.”

Dapat disimpulkan bahwa pada intinya yang dimaksud dengan sanksi administrasi

merupakan pembayaran atas kerugian kepada negara dan pembayaran atas kerugian ini

dapat berupa denda, bunga, dan kenaikan. Sanksi administrasi dapat dibedakan menjadi 3

(tiga). Adapun jenis-jenis sanksi menurut Devano dan Rahayu (2006:198) adalah sebagai

berikut :

a. Denda adalah sanksi administrasi yang dikenakan terhadap pelanggaran yang

berkaitan dengan kewajiban pelaporan.

b. Bunga adalah sanksi administrasi yang dikenakan terhadap pelanggaran yang berkaitan

dengan kewajiban pembayaran pajak.

c. Kenaikan adalah sanksi administrasi yang berupa kenaikan jumlah pajak yang

harus dibayar, terhadap pelanggaran berkaitan dengan kewajiban yang diatur

dalam ketentuan material.

Berdasarkan pengertian diatas maka maka penulis dapat menyimpulkan bahwa

sanksi administrasi dapat dibagi menjadi tiga yaitu denda yang dikenakan karena

12

Page 13: Tgs Metode

pelanggaran yang dilakukan oleh wajib pajak yang berkaitan dengan pelaporan dalam hal

ini berkaitan dengan pelaporan SPT, bunga yang dikenakan karena pelanggaran yang

dilakukan oleh wajib pajak yang berkaitan dengan pembayaran pajak, dan kenaikan yang

dikenakan karena pelanggaran yang berkaitan dengan kewajiban yang telah diatur dalam

ketentuan material.

Dalam pelaksanaan pengenaan sanksi ini Direktorat Jenderal Pajak telah

menetapkan besarnya tarif sanksi yang dapat diberikan kepada Wajib Pajak dan

penetapan besarnya tarif sanksi ini tentunya telah dilakukan dengan pertimbangan-

pertimbangan yang matang. Ketentuan besarnya tarif sanksi administrasi diatur dalam Undang-

Undang Perpajakan. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi penyalahgunaan wewenang oleh

aparat pajak, sehingga mereka tidak menetapkan sanksi sewenang-wenang dan yang pada

akhirnya justru memberatkan bahkan mungkin merugikan Wajib Pajak. Sanksi perpajakan

yang diatur dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Perubahan

Ketiga atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata

Cara Perpajakan

Tabel 2.1

SANKSI-SANKSI PERPAJAKAN

1. Sanksi Bunga

No Masalah Besar/lamanya sanksiCara

menagih

Dasar Hukum

1 Pembetulan sendiri SPT Tahunan yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar

2% perbulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak saat penyampaian SPT

STP Pasal 8 ayat (2) UU

KUP

13

Page 14: Tgs Metode

berakhir s.d tanggal pembayaran karena pembetulan SPT itu

2 Pembetulan sendiri Surat Pemberitahuan Masa yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar,

2% (dua persen) per bulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran.

STP Pasal 8 ayat (3) UU

KUP

3 Pembayaran atau penyetoran pajak SPT Masa , yang dilakukan setelah tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak

2% (dua persen) per bulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran.

STP Pasal 9 ayat (2a)

UU KUP

4 Pembayaran atau penyetoran pajak SPT Tahunan, yang dilakukan setelah tanggal jatuh tempo pembayaran pajak

2% (dua persen) per bulan yang dihitung mulai dari berakhirnya batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan sampai dengan tanggal pembayaran,

STP Pasal 9 ayat (2b)

UU KUP

5 Berdasarkan pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar

2% sebulan untuk selama-lamanya 24 bulan sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa/bagian tahun/tahun pajak s.d. diterbitkannya SKPKB

SKP Pasal 13 ayat (2)

UU KUP

6 Apabila kepada Wajib Pajak diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak secara jabatan

2% sebulan untuk selama-lamanya 24 bulan sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa/bagian tahun/tahun pajak s.d. diterbitkannya SKPKB

SKP Pasal 13 ayat (2)

UU KUP

7 Pada saat jatuh tempo pembayaran pajak yang

2% (dua persen) sebulan untuk seluruh

STP Pasal 19 ayat (1) 14

Page 15: Tgs Metode

terutang tidak atau kurang dibayar

masa, yang dihitung dari tanggal jatuh tempo sampai dengan tanggal pembayaran atau tanggal diterbitkannya Surat Tagihan Pajak, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.

UU KUP

8 Wajib Pajak yang diperbolehkan mengangsur atau menunda pembayaran pajak

2% sebulan dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.

SSP/STP

Pasal 19 ayat (2)

UU KUP

9 Wajib Pajak diperbolehkan menunda penyampaian SPT Tahunan

2% sebulan yang dihitung dari saat berakhirnya kewajiban menyampaikan Surat Pemberitahuan sampai dengan tanggal dibayarnya kekurangan pembayaran tersebut, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan

SSP/STP

Pasal 19 ayat (3)

UU KUP

10 a. Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar

b. Dari hasil penelitian Surat Pemberitahuan terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan atau salah hitung

2% (dua persen) sebulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak atau Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Tagihan Pajak

STP Pasal 14 ayat (3)

UU KUP

11 Pengusaha Kena Pajak yang gagal berproduksi dan telah diberikan pengembalian Pajak Masukan

2% (dua persen) per bulan dari jumlah pajak yang ditagih kembali, dihitung dari tanggal penerbitan Surat Keputusan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak sampai dengan tanggal penerbitan

STP Pasal 14 ayat (5)

UU KUP

15

Page 16: Tgs Metode

Surat Tagihan Pajak12 Wajib Pajak dipidana karena

melakukan tindak pidana perpajakan setelah lewat waktu 5 tahun

48% dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar yang ditambahkan dalam SKPKB

SKP Pasal 13 ayat (5)

UU KUP

13 Wajib Pajak dipidana karena melakukan tindak pidana perpajakn setelah lewat waktu 5 tahun

48% dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar yang ditambahkan dalam SKPKBT

SKP Pasal 15 ayat (4)

UU KUP

2. Denda

No MasalahBesar/lamanya

sanksi

Cara membaya

r atau menagih

Dasar Hukum

1 SPT tidak disampaikan atau disampaikan melebihi batas waktu

a.Rp 100.000,00 untuk SPT Masa PPh

b.Rp 500.000,00 untuk SPT PPN

c.Rp.100.000,00 untuk SPT Tahunan OP

d. Rp. 1.000.000 untuk SPT Tahunan Badan

STP Pasal 7 UU KUP UU KUP

2 a.pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, tetapi tidak membuat faktur pajak atau membuat faktur pajak, tetapi tidak tepat waktu;

b.pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak yang tidak mengisi faktur pajak secara

2% dari Dasar Pengenaan Pajak

STP Pasal 14 ayat (4) UU KUP

16

Page 17: Tgs Metode

lengkapc.Pengusaha Kena Pajak

melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa penerbitan faktur pajak;

3 Wajib Pajak yang mengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya sebelum dilakukan penyidikan

sebesar 150% (seratus lima puluh persen) dari jumlah pajak yang kurang dibayar.

SSP Pasal 8 ayat (3) UU KUP

4 Keberatan Wajib Pajak ditolak atau dikabulkan sebagian,

50% (lima puluh persen) dari jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan

SSP Pasal 25 ayat (9) UU KUP

5 Permohonan banding ditolak atau dikabulkan sebagian

100% (seratus persen) dari jumlah pajak berdasarkan Putusan Banding dikurangi dengan pembayaran pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan

SSP Pasal 27 ayat

(5d) UU KUP

6 Penghentian penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan atas permintaan Menteri Keuangan untuk kepentingan penerimaan Negara

empat kali jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar, atau yang tidak seharusnya dikembalikan

SKP Pasal 44B ayat

(2) UU KUP

3. Kenaikan

1 Pajak yang kurang dibayar yang timbul sebagai akibat dari pengungkapan ketidak-benaran pengisian Surat Pemberitahuan, walaupun telah dilakukan pemeriksaan dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum

50% dari jumlah pajak yang kurang bayar

SKP Pasal 8 ayat (5) UU KUP

17

Page 18: Tgs Metode

menerbitkan surat ketetapan pajak,

2 SPT tidak disampaikan dalam jangka waktunya dan setelah ditegur tidak disampaikan pada waktunya

a. 50% dari PPh yang tidak atau kurang dibayar dalam satu Tahun Pajak

b. 100% dari PPh yang tidak atau kurang dipotong atau atau kurang dipungut, tidak atau kurang disetorkan, dan dipotong atau dipungut tetapi tidak atau kurang disetorkan;

SKP Pasal 13 ayat (3) UU KUP

3 Berdasarkan hasil pemeriksaan PPN dan PPnBM ternyata tidak seharusnya dikompensasi selisih lebih pajak atau tidak seharusnya dikenakan tarif 0%

100% dari PPN dan PPnBM yang tidak atau kurang dibayar

SKP Pasal 13 ayat (3) UU KUP

4 Kewajiban Pasal 28, 29 tidak dipenuhi

a. 50% dari PPh yang tidak atau kurang dibayar dalam satu Tahun Pajak

b. 100% dari PPh yang tidak atau kurang dipotong atau kurang dipungut, tidak atau kurang disetorkan

c. 100% dari PPN dan PPnBM yang tidak atau kurang dibayar

SKP Pasal 13 ayat (3) UU KUP

5 Kealpaannya untuk pertama kali tidak menyampaikan Surat

200% (dua ratus persen) dari jumlah

SKP Pasal 13A UU KUP

18

Page 19: Tgs Metode

Pemberitahuan atau menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara

pajak yang kurang dibayar

6 Ditemukan data baru dan/atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang

100% dari jumlah kekurangan pajak

SKP Pasal 15 ayat (2) UU KUP

7 Diterbitkan SKPKB atas Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak

100% dari jumlah kekurangan pembayaran pajak

SKP Pasal 17C ayat (5) UU KUP

4. Pidana Penjara

1 Setiap orang yang dengan sengaja: pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.

Pasal 39 ayat (1) UU KUP

a) tidak mendaftarkan diri untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak atau tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak

b) menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

c) tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan;

d) menyampaikan Surat Pemberitahuan dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap;

e) menolak untuk dilakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29;

f) memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar, atau tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya;

g) tidak menyelenggarakan pembukuan

19

Page 20: Tgs Metode

atau pencatatan di Indonesia, tidak memperlihatkan atau tidak meminjamkan buku, catatan, atau dokumen lain;

h) tidak menyimpan buku, catatan, atau dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara elektronik atau diselenggarakan secara program aplikasi on-line di Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (11); atau

i) tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut

2 Melakukan lagi tindak pidana perpajakan sebelum lewat waktu 1 tahun, terhitung sejak selesainya pidana penjara

Pidana ditambahkan 1 (satu) kali menjadi 2 (dua) kali sanksi pidana

Pasal 39 ayat (2) UU KUP

3 Setiap orang yang melakukan percobaan untuk melakukan tindak pidana menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, atau menyampaikan Surat Pemberitahuan dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, dalam rangka mengajukan permohonan restitusi atau melakukan kompensasi pajak atau pengkreditan pajak

dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah restitusi yang dimohonkan dan/atau kompensasi atau pengkreditan yang dilakukan dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah restitusi yang dimohonkan dan/atau kompensasi atau pengkreditan yang dilakukan

Pasal 39 ayat (3) UU KUP

4 Setiap orang yang dengan sengaja: a. menerbitkan dan/atau menggunakan

faktur pajak, bukti pemungutan pajak, bukti pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran pajak yang tidak berdasarkan transaksi yang sebenarnya; atau

b. menerbitkan faktur pajak tetapi belum dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena

pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 6 (enam) tahun serta denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak dalam faktur pajak, bukti pemungutan pajak, bukti

Pasal 39a UU KUP

20

Page 21: Tgs Metode

Pajak pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran pajak dan paling banyak 6 (enam) kali jumlah pajak dalam faktur pajak, bukti pemungutan pajak, bukti pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran pajak.

5 Pejabat yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau seseorang yang menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ,

dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

Pasal 41 ayat (2) UU KUP

6 Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi atau mempersulit penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan,

dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta rupiah).

Pasal 41B UU KUP

7 Wakil, kuasa, atau pegawai dari Wajib Pajak, yang menyuruh melakukan, yang turut serta melakukan, yang menganjurkan, atau yang membantu melakukan tindak pidana di bidang perpajakan sebagaimana dimaksud Pasal 39A

pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 6 (enam) tahun serta denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak dalam faktur pajak, bukti pemungutan pajak, bukti pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran pajak dan paling banyak 6 (enam) kali jumlah pajak dalam faktur pajak, bukti pemungutan pajak, bukti pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran pajak.

Pasal 43 ayat (1) UU KUP

Jo Pasal 39A

8 Yang menyeluruh melakukan, yang turut serta melakukan, yang menganjurkan, atau yang membantu melakukan tindak

pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak

Pasal 43 ayat (2) UU KUP

21

Page 22: Tgs Metode

pidana di bidang perpajakan sebagaimana dimaksud Pasal 41B

Rp75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta rupiah). Jo Pasal 41B

5. Pidana Kurungan

1 Setiap orang yang karena kealpaannya:

a. Tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; atau

b. Menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar, sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara,

Didenda paling sedikit 1 (satu) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar, atau dipidana kurungan paling singkat 3 (tiga) bulan atau paling lama 1 (satu) tahun.

Pasal 38 UU KUP

2 Pejabat yang karena kealpaannya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34,

dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).

Pasal 41 ayat (1) UU KUP

3 Setiap orang yang wajib memberikan keterangan atau bukti yang diminta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 tetapi dengan sengaja tidak memberi keterangan atau bukti, atau memberi keterangan atau bukti yang tidak benar

dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).

Pasal 41a UU KUP

4 Setiap orang yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35A ayat (1)

pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Pasal 41C ayat (1) UU KUP

5 Setiap orang yang dengan sengaja menyebabkan tidak terpenuhinya kewajiban pejabat dan pihak lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35A ayat (1)

pidana kurungan paling lama 10 (sepuluh) bulan atau denda paling banyak Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).

Pasal 41C ayat (2) UU KUP

6 Setiap orang yang dengan sengaja tidak memberikan data dan informasi yang diminta oleh Direktur Jenderal Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35A ayat (2)

pidana kurungan paling lama 10 (sepuluh) bulan atau denda paling banyak Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta

Pasal 41C ayat (3) UU KUP

22

Page 23: Tgs Metode

rupiah).7 Setiap orang yang dengan sengaja

menyalahgunakan data dan informasi perpajakan sehingga menimbulkan kerugian kepada negara

pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Pasal 41C ayat (4) UU KUP

8 Wakil, kuasa, atau pegawai dari Wajib Pajak, yang menyuruh melakukan, yang turut melakukan, yang menganjurkan, atau yang membantu melakukan tindak pidana di bidang perpajakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38

didenda paling sedikit 1 (satu) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar, atau dipidana kurungan paling singkat 3 (tiga) bulan atau paling lama 1 (satu) tahun

Pasal 43 ayat (1) Jo Pasal 38 UU KUP

9 yang menyuruh melakukan, yang menganjurkan, atau yang membantu melakukan tindak pidana di bidang perpajakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41a

pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).

Pasal 43 ayat (2) Jo Pasal 41a UU KUP

2.1.6 Kesadaran Wajib Pajak

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, kesadaran adalah keadaan tahu,

mengerti, dan merasa. Kesadaran untuk mematuhi ketentuan (hukum pajak) yang berlaku

tentu menyangkut faktor–faktor apakah ketentuan tersebut telah diketahui, diakui, dihargai,

dan ditaati. Bila seseorang hanya mengetahui berarti kesadaran wajib pajak tersebut masih

rendah. Kesadaran wajib pajak adalah suatu kondisi dimana wajib pajak mengetahui,

memahami dan melaksanakan ketentuan perpajakan dengan benar dan sukarela.

Pengetahuan dan pemahaman tentang perpajakan sangat penting karena dapat

membantu wajib pajak dalam mematuhi aturan perpajakan. wajib pajak harus

melaksanakan aturan itu dengan benar dan sukarela. Jadi, kesadaran wajib pajak adalah

suatu kondisi dimana wajib pajak mengetahui, mengakui, menghargai dan menaati

23

Page 24: Tgs Metode

ketentuan perpajakan yang berlaku serta memiliki kesungguhan dan keinginan untuk

memenuhi kewajiban pajaknya. Wajib pajak dikatakan memiliki kesadaran apabila (Manik

Asri, 2009) :

1)      Mengetahui adanya Undang-Undang dan ketentuan perpajakan.

2)      Mengetahui fungsi pajak untuk pembiayaan negara.

3)      Memahami bahwa kewajiban perpajakan harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

yang berlaku.

4)      Memahami fungsi pajak untuk pembiayaan negara.

5)      Menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan sukarela.

6)      Menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan benar.

2.1.7 Kepatuhan Perpajakan

Kepatuhan Wajib Pajak dikemukakan oleh Norman D.Nowak ( Moh. Zain:2004 )

sebagai “Suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan, tercermin

dalam situasi dimana:

1. Wajib Pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan,

2. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas,

3. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar

4. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.

Kriteria wajib pajak patuh menurut Keputusan Menteri Keuangan

No.544/KMK.04/2000, wajib pajak patuh adalah sebagai berikut.

(1) Tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis pajak dalam dua tahun

terakhir.

24

Page 25: Tgs Metode

(2) Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah

memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak.

(3) Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan

dalam jangka waktu 10 tahun terakhir.

(4) Dalam dua tahun terakhir menyelenggarakan pembukuan dan dalam hal terhadap

wajib pajak pernah dilakukan pemeriksaan, koreksi pada pemeriksaan yang terakhir

untuk tiap-tiap jenis pajak yang terutang paling banyak lima persen.

(5) Wajib pajak yang laporan keuangannya untuk dua tahun terakhir diaudit oleh akuntan

publik dengan pendapat wajar tanpa pengecualian atau pendapat dengan pengecualian

sepanjang tidak memengaruhi laba rugi fiskal.

Indikator yang digunakan untuk mengukur kepatuhan wajib pajak (Handayani,

2009), yakni: wajib pajak mengisi formulir SPT dengan benar, lengkap dan jelas,

melakukan perhitungan dengan benar, melakukan pembayaran tepat waktu, dan tidak

pernah menerima surat teguran.

2.1.8 Pengertian Pemeriksaan Pajak

Pengertian pemeriksaan pajak menurut Mardiasmo (2009:50) adalah serangkaian

kegiatan mencari, mengumpulkan,mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk

menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan tujuan lain dalam rangka

melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undang perpajakan.

Sedangkan definisi pemeriksaan dijelaskan pada Peraturan Menteri Keuangan

tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak Pasal 1 ayat (2) yang berbunyi: “Pemeriksaan

adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, daya/bukti

yang dilaksanakan secara obyektif danprofessional berdasarkan suatu standar

25

Page 26: Tgs Metode

pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk

tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan”

Dari kedua definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan pajak

adalah serangkaian kegiatan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan

dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan.Menurut Mardiasmo (2009:51) yang menjadi sasaran pemeriksaan maupun

penyelidikan adalah untuk mencari adanya :

a. Interpretasi undang-undang yang tidak benar.

b. Kesalahan hitung.

c. Penggelapan secara khusus dari penghasilan.

d. Pemotongan dan pengurangan tidak sesungguhnya, yang dilakukan wajib pajak

dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

Audit pajak yang dilakukan secara professional oleh aparat pajak dalam kerangka

self assessment system merupakan bentuk penegakan hukum perpajakan.Dalam pelaksanaan

undang-undang perpajakan, fungsi pengawasan sekaligus pembinaan merupakan konsekuensi dari

pemberian kepercayaan kepada Wajib Pajak. Oleh karena itu selain fungsi pengawasan

dan pembinaan yang harus dijalankan oleh pemerintah perlu juga dibarengi dengan upaya

penegakan hokum ( tax enforcement )

2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya

Penelitian tentang Pengaruh Persepsi Tentang Sanksi Perpajakan Dan Kesadaran

Wajib Pajak Pada Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Gianyar ini termotivasi dengan beberapa penelitian terdahulu, yaitu :

Page 27: Tgs Metode

1. Tranggono (2011), Pengaruh Penyuluhan Pajak Dan Sanksi Pajak Terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Jakarta Tamansari Dua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

penyuluhan pajak dan sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak (WP) di

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Tamansari Dua Pada Tahun 2011

serta untuk mengetahui kaitannya dengan penelitian terdahulu. Penelitian

lapangan dan kepustakaan telah dilakukan untuk mengetahui pegaruh penyuluhan

pajak dan sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak. Penelitian ini mengambil

sampel sebanyak 100 WP OP yang datang ke KPP Pratama Jakarta Tamansari

Dua. Keseluruhan data dalam penelitian ini merupakan data primer yang

diperoleh dari kuesioner yang disebarkan di KPP Pratama Jakarta Tamansari Dua.

Dalam penelitian ini dilakukan tiga pengujian, yaitu uji kualitas data, uji asumsi

klasik, dan uji hipotesis. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

SPSS versi 17. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan

antara penyuluhan pajak dan sanksi pajak dengan kepatuhan WP. Sedangkan

untuk pengujian secara bersama-sama seluruh variabel independen terhadap

kepatuhanWP, diperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara

penyuluhan pajak dan sanksi pajak secara simultan, pada tingkat keyakinan 95%.

2. Lusiana Dewi (2011) yang berjudul Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam

Membayar PPh Pasal 21 di KPP Pratama Surabaya Krembangan. Penelitian ini

meneliti kepatuhan wajib pajak dalam membayar PPh pasal 21dengan

menggunakan kuisioner 195 responden dengan 5 kategori yaitu tidak patuh

sebanyak 30 responden dengan hasil 15,4%, kurang patuh sebanyak 58 responden

27

Page 28: Tgs Metode

dengan hasil 29,7%, cukup patuh sebanyak 36 responden dengan hasil 18,5%,

patuh sebanyak 35 responden dengan hasil 17,9% dan sangat patuh sebanyak 36

responden dengan hasil 18,5% dan metode yang digunakan adalah deskriptif

kuantitatif.

3. Penelitian Ariani (2012) yang berjudul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Keamuan Untuk Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan

Pekerjaan Bebas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap wajib pajak terhadap

kesadaran dalam membayar pajak dan pengetahuan dan pemahaman akan

perpajakan berpengaruh signifikan terhadap kemauan membayar pajak, sikap

wajib pajak terhadap persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan dan

sanksi denda berpengaruh tidak signifikan terhadap kemauan membayar pajak.

Tabel 2.2

Hasill Penelitian Sebelumnya

No Nama Judul penelitian

Perbedaan Variabel Penelitian

Hasil Analisis

1 Tranggono( 2011)

Pengaruh Penyuluhan Pajak Dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Tamansari Dua

Variabel independen : penyuluhan pajak dan memakai uji kualitas data

Seluruh variabel independen terhadap kepatuhanWP

Pengaruh signifikan antara penyuluhan pajak dan sanksi pajak dengan kepatuhan WP. Sedangkan untuk pengujian secara bersama-sama seluruh variabel independen

29

Page 29: Tgs Metode

terhadap kepatuhanWP,diperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara penyuluhan pajak dan sanksi pajak secara simultan, pada tingkat keyakinan 95%.

2 Lusiana Dewi(2011)

Tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar PPh pasal 21 di KPP Pratama Surabaya Krembangan

Menggunakan 1 variabel, menggunakan metode deskriptif kuantitatif

Satu variabel yaitu kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar PPh ps 21

Adanya perbedaan kepatuhan wajib pajak dalam membayar PPh ps 21 yaitu :Tidak patuh 15,4 %, kurang patuh 29,7%, cukup patuh 18,5%, patuh 17,9%, dan sangat patuh 18,5%

3 Ariani(2012)

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keamuan Untuk Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Pekerjaan

Variabel : pengetahuan dan pemahaman akan perpajakan

Seluruh variabel independen terhadap kepatuhanWP

Menunjukkan bahwa sikap wajib pajak terhadap kesadaran dalam membayar pajak dan pengetahuan dan pemahaman

30

Page 30: Tgs Metode

Bebas akan perpajakan berpengaruh signifikan terhadap kemauan membayar pajak, sikap wajib pajak terhadap persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan dan sanksi denda berpengaruh tidak signifikan terhadap kemauan membayar pajak.

Page 31: Tgs Metode

BAB III

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Berpikir

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang

dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik yang langsung dapat

ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Dari pengertian

tersebut pajak harus berdasarkan Undang-undang yang disusun dan dibahas bersama antara

pemerintah dan DPR sehingga pajak merupakan ketentuan berdasarkan kehendak rakyat,

bukan kehendak penguasa semata. Pembayar pajak tidak akan mendapat imbalan langsung.

Manfaat dari pajak akan dirasakan oleh seluruh masyarakat baik yang membayar pajak

maupun yang tidak membayar pajak. Fungsi penerimaan adalah fungsi utama pajak. Pajak

ditarik terutama untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah dalam rangka

menyediakan barang dan jasa publik. Saat ini sekitar 70% APBN Indonesia dibiayai oleh

pajak.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi kepatuhan Wajib pajak untuk memenuhi

kewajiban, diantaranya sanksi perpajakan dan kesadaran wajib pajak. Aturan terakhir

perpajakan yaitu UU No.28 Tahun 2007 yang mengatur tentang Ketentuan umum dan

tata cara perpajakan serta sanksi perpajakan. Sanksi perpajakan merupakan jaminan

bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan

dituruti/ditaati/dipatuhi. Sehingga Wajib pajak akan memenuhi kewajiban perpajakannya

31

Page 32: Tgs Metode

bila memandang bahwa sanksi perpajakan akan lebih banyak merugikannya (Nugroho,

2006). Kesadaran untuk mematuhi ketentuan (hukum pajak) yang berlaku tentu

menyangkut faktor–faktor apakah ketentuan tersebut telah diketahui, diakui, dihargai, dan

ditaati. Bila seseorang hanya mengetahui berarti kesadaran wajib pajak tersebut masih

rendah. Kesadaran wajib pajak adalah suatu kondisi dimana wajib pajak mengetahui,

memahami dan melaksanakan ketentuan perpajakan dengan benar dan sukarela.

Gambar 3.1 Kerangka Berpikir

3.2 Hipotesis

Kesadaran wajib pajak adalah suatu kondisi di mana wajib pajak mengetahui, memahami,

dan melaksanakan ketentuan perpajakan dengan benar dan sukarela. Semakin tinggi tingkat

kesadaran wajib pajak maka kewajiban perpajakan semakin baik sehingga dapat meningkatkan

kepatuhan yaitu kesadaran membayar pajak, pengetahuan dan pemahaman terhadap peraturan

Undang-undang No. 28Tahun 2007

Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak Karyawan PT Bank Pembangunan

Daerah Bali Cab Denpasar

Persepsi Tentang Sanksi Perpajakan

Kesadaran Wajib Pajak

33

Page 33: Tgs Metode

perpajakan, dan persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan. Apabila Wajib Pajak telah

mempunyai kesadaran membayar pajak, maka dalam melaksanakan kewajiban membayar pajak

dengan sukarela dan sadar. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang diajukan pada

penelitian ini adalah sebagai berikut.

H1 : Kesadaran wajib pajak berpengaruh pada kepatuhan pelaporan wajib pajak orang pribadi

di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gianyar.

Sanksi perpajakan merupakan Wajib pajak akan memenuhi kewajiban perpajakannya bila

memandang bahwa sanksi perpajakan akan lebih banyak merugikannya (Nugroho, 2006).

Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah sebagai

berikut :

H2 : Persepsi tentang sanksi perpajakan berpengaruh pada kepatuhan pelaporan wajib pajak

orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gianyar.

Gambar 3.2Hipotesis Penelitian

uji parsial

uji parsial

Kesadaran Wajib Pajak (X1)

Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak

(Y)

Persepsi Tentang Sanksi Perpajakan

(X2)

Page 34: Tgs Metode

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi Penelitian

Tempat Penelitian ini adalah Kantor PT Bank Pembanguan Daerah Bali Cab.

Denpasar yang berlokasi di Jalan Gajah Mada no 6 Denpasar Bali, Telp : 0361-

263578, Fax : 0361-234865

4.2 Obyek Penelitian

Obyek Penelitian ini adalah Faktor – faktor yang mempengaruhi kepatuhan

pelaporan wajib pajak yaitu persepsi tentang sanksi dan kesadaran wajib pajak di

Kantor PT Bank Pembanguan Daerah Bali Cab. Denpasar

4.3 Identifikasi Variabel

Penelitian ini menggunakan dua jenis variabel, yaitu variabel bebas dan variabel

terikat :

1. Variabel Bebas (X)

Variabel independent atau variabel bebas, atau peubah bebas   sering juga

disebut dengan variabel stimulus, atau predictor, atau variabel antecedent. Jika

diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, variabel independent disebut juga sebagai

peubah bebas. Peubah bebas ini adalah merupakan peubah yang mempengaruhi

atau yang menjadi sebab terjadinya perubahan terhadap peubah tak bebas. Atau

yang menyebabkan terjadinya variasi bagi peubah tak bebas (variabel dependent).

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah :

34

Page 35: Tgs Metode

a. Kesadaran Wajib Pajak (X1)

b. Persepsi Tentang Sanksi Perpajakan (X2)

2. Variabel Terikat (Y)

Variabel dependen, dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai peubah

tak bebas, variabel output, criteria, atau konsekuen. Variabel ini sering disebut

sebagai peubah tak bebas, atau  variabel terikat. Variabel terikat atau peubah tak

bebas ini merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena

adanya variabel sebab atau peubah bebas. Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini

adalah Kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar Pajak Orang Pribadi.

4.4 Definisi Operasional Variabel

Dalam bahasa sehari-hari, variabel penelitian sering diartikan sebagai ”faktor-

faktor yang dikaji dalam penelitian”. Menurut konsep aslinya yang dimaksud variabel

adalah konsep yang memiliki keragaman nilai. Meskipun demikian pemahaman yang

mengartikan variabel sebagai faktor-faktor yang akan dikaji dalam penelitian juga dapat

diterima mengingat bahwa kegiatan penelitian memang terpusat pada upaya memahami,

mengukur, dan menilai keterkaitan antar variabel-variabel tersebut. Tentang hal ini perlu

diperhatikan bahwa variabel penelitian bukanlah dikembangkan atau dirumuskan

berdasarkan angan-angan atau intuisi peneliti, tetapi harus ditetapkan berdasarkan kajian

pustaka. Itu juga berlaku pada penelitian Grounded maupun Penelitian Partisipatif.

Variabel penelitian ini pada dasarnya adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

tersebut, kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2006 : 31).

35

Page 36: Tgs Metode

Definisi operasional variabel yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Kesadaran Wajib Pajak (X1)

Wajib pajak dikatakan memiliki kesadaran (Manik Asri, 2009) apabila sesuai

dengan hal-hal berikut.

(1) Mengetahui adanya undang-undang dan ketentuan perpajakan.

(2) Mengetahui fungsi pajak untuk pembiayaan negara.

(3) Memahami bahwa kewajiban perpajakan harus dilaksanakan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

(4) Memahami fungsi pajak untuk pembiayaan negara.

(5) Menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan suka rela.

(6) Menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan benar.

2. Persepsi Tentang Sanksi Perpajakan (X2)

Pajak akan memenuhi kewajiban perpajakannya bila memandang bahwa sanksi

perpajakan akan lebih banyak merugikannya (Nugroho, 2006). Pandangan tentang sanksi

perpajakan tersebut diukur dengan indikator (Yadnyana, 2009) sebagai berikut.

(1) Sanksi pidana yang dikenakan bagi pelanggar aturan pajak cukup berat.

(2) Sanksi administrasi yang dikenakan bagi pelanggar aturan pajak sangat ringan.

(3) Pengenaan sanksi yang cukup berat merupakan salah satu sarana untuk

mendidik wajib pajak.

(4) Sanksi pajak harus dikenakan kepada pelanggarnya tanpa toleransi.

(5) Pengenaan sanksi atas pelanggaran pajak dapat dinegosiasikan

36

Page 37: Tgs Metode

4.5 Jenis dan Sumber Data

4.5.1 Berdasarkan sifatnya

1. Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka-angka dan dapat dinyatakan

dengan satuan hitung ( Sugiono, 2000 : 14 ), dalam penelitian ini meliputi perhitungan

data-data kuesioner yang terdiri dari 21 pertanyaan.

2. Data Kualitatif

Data kualitatif adalah data yang tidak berbentuk angka-angka dan tidak dapat

dihitung ( Sugiono, 2000 : 14 ), dalam penelitian ini meliputi sejarah singkat perusahaan,

visi dan misi perusahaan.

4.5.2 Berdasarkan Sumbernya

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dan dicatat secara langsung dari

sumbernya melalui wawancara ( Sugiyono, 2006 : 130 ), dalam penelitian ini meliputi :

data-data responden melalui kuesioner yang dibagikan.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang bukan dari pengumpulan dan pengolahan sendiri

tetapi dilakukan oleh pihak-pihak lain dalam perusahaan dimana penelitian dilakukan

( Sugiyono, 2006 : 130), dalam penelitian ini meliputi : sejarah berdirinya perusahaan dan

visi dan misi perusahaan.

37

Page 38: Tgs Metode

4.6 Metode Penentuan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan

benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada

objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh

objek/subjek itu. Populasi dalam penelitian ini adalah 153 wajib pajak orang pribadi yang

bekerja di Kantor PT Bank Pembanguan Daerah Bali Cab. Denpasar

2. Sampel

Penelitian ini menggunakan 100 sampel dari populasi yang berjumlah 153. Untuk

menentukan ukuran sampel wajib pajak orang pribadi efektif yang terdaftar di Kantor PT

Bank Pembanguan Daerah Bali Cab. Denpasar digunakan rumus Slovin, yaitu sebagai

berikut.

N - ------------------- ...................................................... (1)

1 + Ne2

153 153 = 100 ------------------------ -------------- 1+ 153.0,12 1.53

.

n =

= =n =

38

Page 39: Tgs Metode

Keterangan:

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel

yang masih dapat ditolerir atau diinginkan, dalam penelitian ini adalah 0,1

Dengan ukuran populasi (N) sebanyak 20.503 dan dengan persen kelonggaran

ketidaktelitian(e) 0,1 karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolerir dengan

menggunakan 100 sampel. Penentuan wajib pajak orang pribadi mana saja yang akan

dipilih adalah dengan menggunakan teknik simple random sampling yaitu suatu tipe

sampling probabilitas, di mana peneliti dalam memilih sampel dengan memberikan

kesempatan yang sama kepada semua anggota populasi untuk ditetapkan sebagai anggota

sampel.

Tabel 4.1Menunjukkan Tabel Penentuan Sampel

Keterangan Status Umur Tingkat

Pendidikan

Pria

Wanita

TK

K/0

K/1

K/2

K/3

20 – 35 Tahun

36 – 50 Tahun

> 51 Tahun

SMA/SMK

Diploma/S1

Strata-1

Strata-2

Dan

Lainnya

39

Page 40: Tgs Metode

K/4

Total Sampel 100

4.7 Metode Pengumpulan Data

Metode Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuisioner, yaitu teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau

pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuisioner tersebut telah

dikelompokkan secara jelas dengan 21 buah pertanyaan yang diajukan pada 100

responden. Jawaban-jawaban diukur menggunakann skala likert. Skala likert suatu skala

psikometrik (ukur) yang umum digunakan dalam kuesioner, dan merupakan skala yang

paling banyak digunakan dalam riset berupa survei. Dalam penelitian ini responden diberi

nilai/skor menggunakan yaitu : Sangat setuju = skor 4, Setuju = skor 3, Tidak Setuju =

Skor 2, Sangat Tidak Setuju = 1.

Hasil kuisioner dikumpulkan dan ditabulasi serta diberi skor masing-masing

sesuai dengan jawaban dari responden. Data dari hasil tabulasi diolah menggunakan

program windows SPSS versi17.0

4.8 Uji Instrumen

Dalam penelitian ini kesungguhan responden dalam menjawab pertanyaan

merupakan hal yang penting karena keabsahan (validitas) suatu hasil penelitian sangat di

tentukan oleh alat pengukur instrumen yang digunakan dan data yang di peroleh.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, dalam penelitian ini dilakukan pengujian apakah

40

Page 41: Tgs Metode

instrumen dan data penelitian berupa jawaban responden telah di jawab dengan benar

atau tidak. Pengujian tersebut meliputi pengujian validitas dan pengujian reliabilitas

1. Uji Validitas

Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya di

ukur (Sugiyono, 2009:172). Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya

kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan kuesioner mengungkapkan

suatu yang diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas dapat dilakukan dengan

menghitung korelasi antara skor masing-masing butir pertanyaan dengan skor total.

Apabila koefisien korelasi positif dan lebih besar dari 0,3 dengan tingkat kepatuhan alpha

0,05 maka indikator tersebut dikatakan valid (Sugiyono, 2009:178).

2. Uji Realibilitas

Reliabel berarti seberapa besar suatu pengukuran dapat dipercaya. Instrumen yang

reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang

sama (Sugiyono, 2009:184). Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai

cronbach alpha lebih besar dari 0,6 (Ghozali, 2009).

4.9 Teknik Analisis Data

1. Analisis Deskriptif

Statistik deskriptif dalam penelitian ini disajikan untuk memberikan informasi dan

menggambarkan seluruh variabel yang dideskripsikan dengan nilai minimum, nilai

maksimun, nilai rata-rata dan simpangan baku dari variabel independen dan dependen.

2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan untuk menguji ada tidaknya penyimpangan asumsi klasik

pada persamaan regresi yang diperoleh. Adapun pengujian asumsi klasik yang

41

Page 42: Tgs Metode

dilakukan yaitu uji normalitas untuk menguji apakah residual dari model regresi yang

dibuat berdistribusi normal atau tidak, uji multikolinearitas yang dilakukan untuk

menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas,

dan uji heteroskedasitas adalah untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual atau pengamatan yang lain. Hasil uji asumsi

klasik yang diolah dengan bantuan program Statistical Package of Social Science

(SPSS) 17.0 for windows disajikan sebagai berikut :

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel-variabel yang

digunakan dalam penelitian ini telah berdistribusi normal. Jika Sig (2-tailed) lebih

besar dari level of significant yang dipakai, maka Ho diterima, selanjutnya

disimpulkan bahwa residual yang dianalisis berdistribusi normal.

b. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk membuktikan atau menguji adanya

hubungan linier (Multikolinearitas) antara variabel bebas yang satu dengan yang lain.

Pedoman untuk mengetahui apakah antara variabel bebas yang lain tidak terjadi

Multikolinearitas apabila mempunyai nilai Varians Inflation Factor (VIF) kurang dari

10 dan angka tolerance lebih dari 0,10

4.10 Pengujian Hipotesis

1. Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear

berganda yang diuji dengan tingkat signifikansi 0,05. Analisis linear berganda

digunakan untuk mengetahui atau memperoleh gambaran mengenai pengaruh

Page 43: Tgs Metode

variabel bebas terhadap variabel terikat. Model regresi linear berganda ini

dirumuskan sebagai berikut (Sugiyono, 2007:277) :

Y = α + β1X1 + β2X2 + e ....................................... (2)

Keterangan:

Y = kepatuhan pelaporan wajib pajak orang pribadi

α = konstanta

β = koefisien regresi

X1 = kesadaran wajib pajak

X2 = persepsi tentang sanksi perpajakan

e = tingkat kesalahan atau tingkat gangguan

2). Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam

menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2009:87). Nilai koefisien

determinasi adalah antara nol dan satu. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien

determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke

dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2 pasti akan

meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan

terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, banyak peneliti menganjurkan untuk

menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat mengevaluasi model regresi. Tidak seperti

R2, nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen

ditambahkan ke dalam model ( Ghozali 2009:87). Nilai adjusted R2 yang mendekati

satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. nilai adjusted R2 yang

43

Page 44: Tgs Metode

kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi

variabel dependen amat terbatas

3). Uji Statistik F

Uji F atau Annova digunakan untuk pengujian lebih dari dua sampel secara simultan

mempengaruhi variabel dependen. Keduanya sama-sama menguji perbedaan mean

dari kelompok sampel.Uji F bertujuan untuk mengetahui kelayakan model regresi

linear berganda sebagai alat analisis yang menguji pengaruh variabel independen

terhadap variabel dependen. Bila nilai signifikansi annova < α = 0,05, maka model ini

layak atau fit.

4). Uji Statistik T

Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas (independen) secara

parsial (individual) mempengaruhi variabel dependen. Secara parsial, pengujian

hipotesis dilakukan dengan uji t-test. Menurut Ghozali (2005:84) : uji statistik t pada

dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/ independen

secara individual dalam menerangkan variabel dependen. Uji ini dilakukan dengan

membandingkan signifikansi t hitung dengan ketentuan:

a) Apabila tingkat signifikansi t ≤ α = 0,05 maka Ho ditolak.

Jika nilai signifikansi t lebih kecil dari atau sama dengan α=0,05 maka hipotesis

nol ditolak (koefisien regresi signifikan). Hal ini berarti secara parsial variabel

independen tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel

dependen.

b) Apabila tingkat signifikansi t > α = 0,05 maka Ho diterima

44

Page 45: Tgs Metode

Jika nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis nol diterima (koefisien regresi tidak

signifikan). Hal ini berarti bahwa secara parsial variabel independen tersebut

tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

45