tugas dbd

Upload: nuryati-zahra

Post on 13-Oct-2015

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB 1

PENDAHULUAN1.1. Latar belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia, terutama negara-negara tropis dan subtropis termasuk Indonesia. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit menular yang mempengaruhi angka kematian anak dan dewasa serta dapat menurunkan produktifitas tenaga kerja (Harijanto,2000).

Penyakit demam berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes albopictus betina. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat yang ketinggiannya lebih dari 1000 meter diatas permukaan laut (Isminah,2004)

Penyebaran penyakit demam berdarah di Indonesia masih cukup luas. Masih banyak daerah di Indonesia yang merupakan daerah endemis Demam berdarah. Untuk itu diperlukan pengetahuan masyarakat mengenai perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegyptidan Aedes albopictus serta cara mencegah nyamuk tersebut berkembang biak. Pola siklus peningkatan penularan bersamaan dengan musim hujan . Interaksi antara kebersihan lingkungan, pengetahuan masyarakat tentang demam berdarah dengue dan turunnya hujan adalah determinan penting dari penularan, karena dinginnya suhu mempengaruhi ketahanan hidup nyamuk dewasa. Lebih jauh lagi, turunnya hujan dan kebersihan lingkungan dapat mempengaruhi reproduksi nyamuk dan meningkatkan kepadatan populasi nyamuk vektor (WHO,2002) Hampir setiap tahun, di bulan-bulan tertentu, selalu saja ada berita tentang kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia. Penyakit ini tiap tahun telah membawa banyak korban jiwa, bahkan jumlah kasus serta korban jiwa meningkat tiap tahunnya.DBD terjadi berulang-ulang setiap tahun. DBD merupakan salah satu penyakit penting di Indonesia dan memerlukan penanganan yang menyeluruh dan integral, agar penyakit ini tidak lagi menimbulkan banyak korban jiwa.

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Demam Berdarah Dengue ( DBD )

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) {bahasa medisnya disebut Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)} adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dengan genusnya adalah favivirus. Virus ini mempunyai empat serotipe yang di kenal dengan DEN- 1, DEN- 2, DEN- 3, dan DEN- 4, yang di tularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang mana menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan perdarahan.

B. Mengenal nyamuk Ae.Aegypti

Mengenali nyamum Ae. aegypti sangat mudah. Beberapa ciri khusus untuk mengenali nyamuk ini antara lain dari pola hitam putih di tubuhnya, sepeti di kaki dan diperutnya.

Tetapi perlu hati-hati, tidak semua nyamuk yang belang-belang adalah nyamuk Ae. aegypti. Masih ada beberapa ciri khusus lagi yang membedakkannya dengan nyamuk jenis lain. Perhatikan pola di punggungnya. Ae. aegypti memiliki dua garis putih di tengah dan di sisinya ada dua garis melengkung. Perhatikan baik-baik di bagian punggung nyamuk ini. Cara nunggingnya pun bisa digunakan untuk membedakan nyamuk ini dengan jenis nyamuk yang lain. Perhatikan kembali gambar skema di bawah ini.

Kalau diperhatikan lebih jauh lagi ada perbedaan penting pada bentuk larva Ae. aegypti. Larva nyamuk, kita sering menyebutnya jentik nyamuk, memiliki bentuk khusus pada sipon-nya. Sipon adalah alat pernafasan larva yang letaknya di bagian ekor. Perhatikan gambar di bawah ini. Sipon jentik Ae. aegypti berukuran sedang dibandingkan dengan sipon jenis lain.

Pupa larva ini juga sangat khas. Pupa Ae. aegypti berbeda dengan pupa serangga lain. Kalau kupu-kupu biasanya bertapa ketika menjadi pupa, nyamuk justru aktif ke sana ke mari ketika berbentuk pupa. Punya nyamuk seperti gambar di bawah ini.

C. Siklus hidup Ae.Aegypti

Sedangkan siklus hidup nyamuk ini seperti gambar di bawah ini. Nyamuk Ae. aegypti bertelur di air. Pertama nyamuk bertelur, telur menetas menjadi larva instar ke-1, instar ke-2, instar ke-3, instar ke-4, pupa, dan akhirnya menjelma menjadi nyamuk dewasa.

D. Masa inkubasi dan Gejala Penyakit Demam Berdarah Dengue

Masa tunas / inkubasi selama 3 15 hari sejak seseorang terserang virus dengue, Selanjutnya penderita akan menampakkan berbagai tanda dan gejala demam berdarah sebagai berikut :

1. Demam tinggi yang mendadak 2 7 hari ( 38 40 derajat Celsius ).

2. Pada pemeriksaan uji tourniquet, tampak adanya jentik (puspura) perdarahan.

3. Terjadi pembesaran hati ( Hepatomegali ).

4. Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.

5. Terjadi penurunan trombosit di bawah 100.000 / mm3 (Trombositopeni)

6. timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual,muntah penurunan nafsu makan ( anoreksia ),sakit perut diare,menggigil kejang, sakit kepala, mimisan ( epitaksis ) pada hidung dan gusi, feces berlendir dan campur darah ( malena ).

7. Demam yang di rasakan penderita menyebabkan pegal / sakit pada persendian.

8. Munculnya bintik bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah

9. Pada kasus berat gejala klinis di tambah dengan terjadinya akumulasi cairan pada rongga tubuh

E. Diagnosis

Diagnosis demam berdarah biasa dilakukan secara klinis. Biasanya yang terjadi adalah demam tanpa adanya sumber infeksi, ruam petekial dengan trombositopenia dan leukopenia relatif. Serologi dan reaksi berantai polimerase tersedia untuk memastikan diagnosa demam berdarah jika terindikasi secara klinis. Mendiagnosis demam berdarah secara dini dapat mengurangi risiko kematian dari pada menunggu akut.

F. Penularan

Ditularkan melalui gigitan nyamuk yang infektif, terutama Aedes aegypti. Ini adalah spesies nyamuk yang menggigit pada siang hari, dengan peningkatan aktivitas menggigit sekitar 2 jam sesudah matahari terbit dan beberapa jam sebelum matahari tenggelam. Aedes aegypti maupun Aedes albopictus ditemukan di daerah perkotaan; kedua species nyamuk ini ditemukan juga di AS. Aedes Albopictus, sangat banyak ditemukan di Asia, tidak begitu antropofilik dibandingkan dengan Aedes Aegypti sehingga merupakan vector yang kurang efisien. Di Polinesia, salah satu jenis dari Aedes Aegypti Scutellaris spp, bertindak sebagai vector. Di Malaysia, vectornya adalah kompleks Aedes Aegypti Niveus dan di Afrika Barat adalah kompleks nyamuk Aedes Aegypti furcifer-taylori berperan sebagai vector penularan nyamuk-monyet.

G. Penyebaran

Kasus penyait ini pertama kali di temukan di Manila, Filipina pada tahun 1953. kasus pertama kali di laporakan terjadi di Surabaya dan Jakarta dengan jumlah kematian sebanya 24 orang. Beberapa tahun kemudian penyakit ini menyebar ke beberapa propinsi di Indonesia, dengan jumlah kasus sbagai berikut :

- Tahun 1996 : jumlah kasus 45.548 orang, dengan jumlah ematian sebanya 1.234

- Tahun 1998 : jumlah kasus 72.133 orang, dengan jumlah kematian sebanyak 1.414 orang ( terjadi ledakan ).

- Tahun 1999 : jumlah kasus 21.134 orang

- Tahun 2000 : jumlah kasus 33.443 orang

- Tahun 2001 : jumlah kasus 45.904 orang

- Tahun 2002 : jumlah kasus 40.377 orang

- Tahun 2003 : jumlah kasus 50.131 orang

- Tahun 2004 : jumlah kasus 26.015 orang dengan jumlah ematian sebanyak 389 orang.

H. Pengobatan

Fokus pengobatan pada penderita penyakit DBD adalah mengatasi perdarahan, mencegah atau mengatasi keadaan syok/presyok, yaitu dengan mengusahakan agar penderita banyak minum sekitar 1,5 sampai 2 liter air dalam 24 jam (air teh dan gula sirup atau susu).

Penambahan cairan tubuh melalui infuse ( intravena ) mungkin di perlukan untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi yang berlebihan.transfusi platelet di lakukan jika jumlah platelet menurun drastis. Selanjutnya adalah pemberian obat obatan terhadap keluhan yang timbul,misalnya :

Paracetamol membantu menurunkan demam

Garam elektrolit ( oralit )jika di sertai diare

Antibiotic berguna untuk mencegah infeksi sekunder

Lakukan kompress dingin, tidak perlu dengan es karena bisa berdampak syok. Bahkan beberapa tim medis menyarankan kompres dapat dilakukan dengan alkohol. Pengobatan alternatif yang umum dikenal adalah dengan meminum jus jambu biji bangkok, namun khasiatnya belum pernah dibuktikan secara medik, akan tetapi jambu biji kenyataannya dapat mengembalikan cairan intravena dan peningkatan nilai trombosit darah.

I. Epidemiologi

Wabah pertama terjadi pada tahun 1780-an secara bersamaan di Asia, Afrika, dan Amerika Utara. Penyakit ini kemudian dikenali dan dinamai pada 1779. Wabah besar global dimulai di Asia Tenggara pada 1950-an dan hingga 1975 demam berdarah ini telah menjadi penyebab kematian utama di antaranya yang terjadi pada anak-anak di daerah tersebut.

J. Pencegahan ( Pengendalian Nyamuk Ae. Aegypti )

DBD disebabkan oleh virus dan penyebarannya melalui vektor nyamuk. Dari sekian banyak jenis nyamuk, hanya satu nyamuk yang menjadi vektor DBD, yaitu Aedes aegypti. Oleh karena itu untuk mengendalikan penyebaran DBD dilakukan dengan mengendalikan vektor nyamuk ini yaitu dengan beberapa metode sebagai berikut :

a. lingkungan

Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan pemberantasan sarang nyamuk ( PSN ),pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembang biakan nyamuk dan perbaikan desain rumah sebagai contoh : menguras bak mandi atau penampungan air sekurang kurangnya sekali seminggu,mengganti dan menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali menutu dengan raat tempat penampungan air,mengubur kaleng kaleng bekas,aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah.tumpah atau bcornya air dari pipa distribusi,katup air, meteran air dapat menyebabkan air menggenang dan menjadi habitat yang penting untuk larva Ae.Aegypti jika tindakan pencegahan tidak dilakukan.

b. Biologis

Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik ( kan adu / ikan cupang ), dan bakteri ( Bt.H 14 ). Peran pemangsa yang di mainkan oleh copepod crustacea ( sejenis udang udangan ) telah di dokumnetasikan pada tahun 1930 1950 sebagai predator yang efektif terhadap Ae.Aegypti ( Kay BH, 1996 ).selain itu juga di gunakan perangkap telur autosidal ( perangkap telur pembunuhan ) yang saat ini sedang dikembangkan di singapura.

c. Kimia

Cara pengendalian ini antara lain dengan pengasapan ( fogging / dengan menggunakan malathion dan fenthinol ),berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu memberikan bubuk abate ( temephos ) pada tempat tempat penampungan air seperti gentong air, vas bunga, kolam dan lain lain. Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan mengkombinasikan cara cara di atas, yang di sebutkan dengan 3M plus,yaitu menutup,menguras dan mengubur barang barang yang bisa di jadikan sarang nyamuk.selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan jentik,menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida,menggunakan repellent,memasang obat nyamuk dan memeriksa jentik berkala sesuai dengan kondisi setempat ( Deubel V et al, 2001 ).pemerintah juga memberdayakan masyarakat dengan mengaktifkan kembali ( revitalisasi ) pokjanal DBD di Desa / Kelurahan maupun kecamatan dengan pemberian penyuluhan kesehatan lingkungan dan pemeriksaan jentik berkala.perekrutan warga masyarakat sebagai juru pemantau jentik ( jumantik ) dengan fungsi utama melaksanakan kegiatan pemantauan jentik,pemberantasan sarang nyamuk secara periodik dan penyuluhan kesehatan.peran media massa dalam penanggulangan KLB DBD dan sebagai peringatan dini kepada masyarakat juga di tingkatkan dengan adanya sistem pelaporan dan pemberitahuan kepada khalyak yang cepat di harapkan masyarakat dan departemen terkait lebih waspada.intensifikasi pengamatan ( surveilans ) penyakit DBD dan vektor dengan dukungan laboratorium yang memadai di tingkat PusKesMas Kecamatan / Kabupaten juga perlu dibenahi.

K. Dengue dan Permasalahannya

sampai saat ini belum di temukannya obat atau vaksin untuk penanggulangan DBD ini. Beberapa usaha yang berhubungan dengan pengembangan obat telah dan tengah di lakukan . dala satu penelitian di katakan bahwa interferon , ribavirin, 6 azauridine, and glycyrrhizin menghambat perkembangabiaan flavivirus termasuk virus dengue secara in vitro ( Crance et al, 2003 ), tetapi belum di buktikan secara invivo. Begitu juga dengan usaha pengembangan antivirus dengan penemuan inhibitor enzim yang di perlukan untu perkembangabiakan virus seperti protease,helikase, RNA polimerase, dan lain lain. Semua percobaan baru pada tahap pengujian ativitas secara in vitro, yang masih jauh dari pengembangan menjadi obat yang biasa di gunakan untuk pasien.

Demikian juga halnya dengan pengembangan vaksin. Ada beberapa kesulitan untuk pengembangan vaksin dengue ini. Di antaranya adalah kompleksnya virus dengue ini. Di antaranya terdiri dari 4 serotipe ( DEN 1, DEN 2, DEN 3, dan DEN 4 ), sehingga vaksin yang di kembangkan harus mengandung antigen dari ke empat serotipe tersebut.

Kesulitan yang kedua adalah infeksi virus dengue ini tidak mengindus antibodi yang bisa menahan tubuh dari serangan. Pada kebanyakan virus, infeksi akan mengindus antibodi yang bisa menahan tubuh terhadap serangan virus berikutnya. Tapi hal ini berbeda dengan virus dengue. Infeksi pertama (primary infection) malah mempermudah tubuh untuk mendapat serangan berikutnya (secondary infection). Begitu juga gejala yang diakibatkannya. Serangan berikutnya menimbulkan gejala yang lebih berat dan fatal. Jika pada serangan pertama hanya menyebabkan panas (dengue fever/DF), serangan berkutnya bisa menyebabkan panas beserta perdarahan ( Dengue Hemmoragic Fiver / DHF ) atau bahakan di sertai shock ( Dengue Shock Sindrome / DSS ).

Karena itu, pengembangan vaksin harus disertai dengan pertimbangan kemungkinan ini. Artinya, kita harus menemukan kondisi yang optimal agar pemberian vaksin tidak membuat tubuh lebih sensitif terhadap serangan virus dengue. Di antara kondisi yang harus dipertimbangkan bisa berupa jumlah dosis, jumlah vaksin itu sendiri, komposisi masing masing serotipe, dan lain lain.

Bab III2.1. Situasi DBD

Pada Tahun 2013 angka Penyebaran Penyakit DBD di Kota Bontang, menurut data yang telah di himpun oleh Dinas Kesehatan sampai bulan September Tahun 2013 telah menunjukan bahwa di 15 kelurahan di Kota bontang telah ada penderita DBD, kelurahan yang terbanyak adalah Kelurahan Tanjung Laut sebanyak 75 orang, yang ditunjukan dengan Tabel dibawah ini.

Data DBD Kota Bontang

Sampai Bulan September Tahun 2013

No. KECAMATANJlhJmlh Pddk

KELURAHAN

P

AKec. Bontang Selatan 59.659

1Kel. Tg Laut25 14.132

2Kel. Tg.Laut Indah9 11.999

3Kel. Berbas Tengah22 14.068

4Kel. Berbas Pantai13 8.593

5Kel. Satimpo2 7.289

6Kel. Bontang Lestari4 3.578

Jumlah 75

BKec. Bontang Utara 63.765

7Kel. Bontang Kuala3 3.929

8Kel. Bontang Baru15 9.716

9Kel. Api-Api11 13.874

10Kel. Gn. Elai19 13.181

11Kel. Loktuan21 18.715

12Kel. Guntung4 4.350

Jumlah 73

CKec. Bontang Barat 25.806

13Kel. Belimbing12 11.773

14Kel. Gn. Telihan21 10.772

15Kel. Kanaan1 3.261

Jumlah 34

JUMLAH DKK182 149.230

Bab IVDampak DBD

3.1 Terhadap kesehatan Kerja

Angka DBD yang tinggi di suatu daerah, akan sedikit banyak berpengaruh terhadap kinerja seseorang. dengan adanya penderita DBD di dalam satu keluarga, maka yang bersangkutan tidak dapat bekerja sehingga mempengaruhi kinerja orang dalam memenuhi target pekerjaan yang ada di Perusahaan

3.2 Terhadap Kesehatan Lingkungan