tugas akhir analisis tata guna lahan di kabupaten …

81
TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN SOPPENG BERBASIS GIS MENGGUNAKAN CITRA SENTINEL 2 INDRIANI MANGIRI D1 11 15 711 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN GOWA 2018

Upload: others

Post on 30-Oct-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

TUGAS AKHIR

ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN SOPPENG

BERBASIS GIS MENGGUNAKAN CITRA SENTINEL 2

INDRIANI MANGIRI

D1 11 15 711

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

GOWA

2018

Page 2: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …
Page 3: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

iii

ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN SOPPENG BERBASIS

GIS MENGGUNAKAN CITRA SENTINEL 2

ABSTRAK

Daerah dalam perjalanannya selalu tumbuh dan berkembang. Unsur yang terkait

dengan pertumbuhan kota lainnya yaitu unsur penduduk. Seiring berkembangnya

aktifitas, memicu pertumbuhan penduduk sebagai sarana pelaksanannya. Terdapat

berbagai macam aktifitas di suatu daerah, antara lain permukiman, industry,

komersial dan lain-lain. Dalam perkembangannya tiap aktivitas tersebut memiliki

karakteristik yang berbeda – beda, sehingga mempengaruhi pemilihan ruang dan

lokasi aktifitasnya. Di wilayah studi yang di ambil yaitu Kabupaten Soppeng.

Pemerintah di Soppeng menyediakan lahan sebagai lokasi transmigrasi diklaim

menjadi salah satu solusi untuk ,mengetas kemiskinan yang umumnya melanda

kawasan padat penduduk. Adapun tujuan dari penelitian tersebut adalah sebagai

berikut : Menganalisis karakteristik jaringan jalan (indeks jalan) berbasis GIS di

Kabupaten Soppeng; Menganalisis karakteristik demografi berbasis GIS di

Kabupaten Soppeng ; Menganalisis tata guna lahan Kabupaten Soppeng dengan

Citra Sentinel Adapun hasil analisis dalam penelitian “ Analisis Tata Guna Lahan

Kabupaten Soppeng Berbasis GIS Dan Remote Sensing Menggunakan Citra

Sentinel 2 yaitu, Indeks jalan Kabupaten Soppeng adalah 0.731 per km ; Populasi

penduduk terbesar Kecamatan Lalabata yaitu, 44.845 jiwa dan terkecil Kecamatan

Citta yaitu, 8.094 jiwa. Kepadatan penduduk terbesar Kecamatan Liliriaja yaitu,

284 jiwa/km² dan Kepadatan terkecil Kecamatan Mario Riawa yaitu, 88 jiwa/km²

; Pada tahun 2016 di Kabupaten Soppeng luas dari masing – masing lahan adalah

sungai lebat seluas 734,677 km2 ; hutan ringan seluas 170,463 km2 ; permukiman

atau sawah kering seluas 451,018 km2 ; sungai seluas 6,494 km2

Kata Kunci : QGIS, Sentinel 2, Soppeng, Tata Guna Lahan.

Dr. Ir. Syafruddin Rauf, M. T Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jalan Poros Malino Km 6 Bontomarannu, Kampus

Gowa Tlp : (0411) 586015 dan Fax

(0411) 586015 Email :

[email protected]

Indriani Mangiri Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jalan Poros Malino Km 6 Bontomarannu, Kampus

Gowa Tlp : (0411) 586015 dan Fax

(0411) 586015 Email :

[email protected]

Ir. Achmad Faizal Abue, MT Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jalan Poros Malino Km 6 Bontomarannu, Kampus

Gowa Tlp : (0411) 586015 dan Fax

(0411) 586015 Email :

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 4: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

iv

KATA PENGANTAR

Tiada sesuatu yang lepas dari campur tangan-Nya dan tiada sesuatu akan

terjadi tanpa bimbingan-Nya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan puji dan

syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas laporan tugas akhir yang bisa

terselesaikan.

Penulisan tugas akhir ini merupakan persyaratan untuk menyelesaikan

studi dan memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas

Teknik Universitas Hasanuddin.

Dalam menyelesaikan tugas akhir ini tidak lepas dari campur tangan kami

berbagai pihak yang senantiasa memberikan bantuan, baik berupa materi maupun

dorongan moril. Oleh karena itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Ing. Ir. Wahyu Piarah, MS., M.Eng, selaku dekan Fakultas

Teknik Universitas Hasanuddin Makassar.

2. Bapak Dr. Ir. Muhammad Arsyad Thaha, MT. Dan Bapak Ir. H.

Achmad Bakri Muhiddin, Msc. Ph. D., selaku Ketua dan Sekretaris

Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Makassar.

3. Bapak Dr. Ir. Syafruddin Rauf, MT, selaku dosen pembimbing I atas

segala kesabaran dan waktu yang telah diluangkannya untuk

memberikan bimbingan dan pengarahan mulai dari awal penelitian

hingga terselesainya penulisan tugas akhir ini.

4. Bapak Ir. Achmad Faizal Aboe, M.T, selaku dosen pembimbing II,

yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 5: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

v

pengarahan mulai dari awal penelitian hingga terselesainya penulisan

tugas akhir ini.

5. Seluruh Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Hasanuddin Makassar yang telah memberikan ilmunya.

6. Kepada kedua orang tua kami yang tak pernah lelah dalam

memberikan kasih sayang, perhatian dan pengertian serta dorongan

moriil maupun materi.

7. Teman – teman seangkatan ku Teknik Sipil Universitas Hasanuddin,

yang telah banyak memberikan bantuan kapada penulis berupa

semangat, tenaga dan motivasi.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan tufas akhir ini

masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati

penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi

penyempurnaan penulisan tugas akhir ini.

Akhir kata semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya

dalam dunia pendidikan Teknik Sipil.

Makassar , Februari 2018

Penulis

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 6: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... ii

ABSTRAK .............................................................................................................. iii

KATA PENGANTAR ............................................................................................ iv

DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................. 3

1.4 Batasan Masalah .............................................................................................. 3

1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................................... 4

1.4 Sistematika Penelitian ...................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 6

2.1 Gambaran Umum ............................................................................................ 6

2.2 Jalan ................................................................................................................ 7

2.2.1 Definisi Jalan ......................................................................................... 7

2.2.2 Klasifikasi Jalan ..................................................................................... 7

2.2.3 Standar Pelayanan Minimal (SPM) Jalan ............................................... 10

2.3 Tata Guna Lahan ............................................................................................ 11

2.4 Demografi ...................................................................................................... 13

2.4.1 Pengertian Demografi ........................................................................... 13

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 7: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

vii

2.4.2 Analisis 3 Dimensi dengan Digital Elevation Model (DEM) ................. 13

2.5 Sistem Informasi Geografis (SIG) ................................................................... 16

2.5.1 Basis Data Spasial ................................................................................. 22

2.5.2 Model Data Spasial di Dalam SIG ......................................................... 23

2.5.3 Data Spasial .......................................................................................... 23

2.5.4 Analisa Spasial ...................................................................................... 23

2.6 Satelit Sentinel ................................................................................................ 27

2.7 Penginderaan Jarak Jauh (Remote Sensing) .................................................... 32

2.7.1 Pengertian Remote Sensing ................................................................... 34

2.7.2 Aplikasi Penginderaan Jarak Jauh ......................................................... 34

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 37

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................................... 37

3.2 Tahapan Penelitian ......................................................................................... 37

3.3 Metode Analisis .............................................................................................. 40

3.3.1 Perhitungan Indeks Jalan ...................................................................... 40

3.3.2 Analisa Spasial ...................................................................................... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................ 42

4.1 Karakteristik Lokasi Studi .............................................................................. 42

4.1.1 Karakteristik Demografi ........................................................................ 42

4.1.2 Karakteristik Jaringan Jalan .................................................................. 44

4.2 Analisa Spasial ............................................................................................... 47

4.2.1 Heatmap Hunian Penduduk ................................................................... 48

4.2.2 Kontur Wilayah Soppeng ...................................................................... 49

4.2.3 Kemiringan Lereng (Slope) Wilayah Soppeng ...................................... 50

4.2.4 Daerah Aliran Sungai (DAS) ................................................................. 51

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 8: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

viii

4.2.6 Sungai ....................................................................................................... 52

4.3 Analisis Spasial Citra . ........................................................................................ 54

4.3.1 Indeks Vegetasi . ....................................................................................... 54

4.4 Tata Guna Lahan . .............................................................................................. 56

BAB V PENUTUP ..................................................................................................... 59

5.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 59

5.2 Saran . ................................................................................................................. 60

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 9: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Jalan Raya Menurut Kelas Jalan ........................................... 9

Tabel 2.2 Klasifikasi Menurut Medan Jalan ........................................................... 9

Tabel 2.3 Kelas Lereng Menurut Klasifikasinya ................................................... 15

Tabel 2.4 Kanal Pada Satelit Sentinel 2 ................................................................ 31

Tabel 4.1 Panjang Jaringan Jalan Tiap Kecamatan di Kabupaten Soppeng ............ 45

Tabel 4.2 Luas Wilayah ........................................................................................ 46

Tabel 4.3 Indeks Jalan Kabupaten / Kota Sulawesi Selatan ................................... 47

Tabel 4.4 Luas Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kabupaten Soppeng .................... 52

Tabel 4.5 Panjang Sungai Yang Ada di Kabupaten Soppeng................................. 54

Tabel 4.6 Luas Tata Guna Lahan Tahun 2016 di Kabupaten Soppeng ................... 58

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 10: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian Kabupaten Soppeng . ....................................... 37

Gambar 3.2 Bagan Kerangka Kerja Tahapan Penelitian . ........................................ 38

Gambar 4.1 Grafik Populasi per Kecamatan di Kabupaten Soppeng . .................... 43

Gambar 4.2 Grafik Kepadatan per Kecamatan di Kabupaten Soppeng . ................. 44

Gambar 4.3 Peta Jaringan Jalan di Kabupaten Soppeng . ........................................ 45

Gambar 4.4 Peta Heatmap Building di Kabupaten Soppeng . .................................. 48

Gambar 4.5 Peta Kontur Wilayah di Kabupaten Soppeng . ..................................... 49

Gambar 4.6 Peta Kemiringan (Slope) di Kabupaten Soppeng . ............................... 50

Gambar 4.7 Peta DAS Kabupaten Soppeng . ........................................................... 51

Gambar 4.8 Peta Sungai Kabupaten Soppeng . ........................................................ 53

Gambar 4.9 Peta Sungai Kabupaten Soppeng . ........................................................ 53

Gambar 4.10 Peta Indeks Vegetasi NDVI Kabupaten Soppeng .............................. 55

Gambar 4.11 Peta Tata Guna Lahan Tahun 2016 Kabupaten Soppeng . ................. 57

Gambar 4.12 Peta Tata Guna Lahan Tahun2016 Kabupaten Soppeng . .................. 57

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 11: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan suatu kota adalah hal yang tak bias dihindari, dipengaruhi

oleh pertumbuhan ekonomi dan penduduk, menyebabkan meningkatnya aktivitas

perkotaan. Dalam mengakomodasi aktivitas daerah tersebut, dibutuhkan lahan

sebagai salah satu modal dasar untuk berjalannya suatu aktivitas. Sebagai modal

dasar, penggunaan lahan perlu mendapat perhatian khusus. Persediaan lahan yang

terbatas menyebabkan terjadinya kompetisi antar aktivitas untuk memperoleh

lahan, dan pada suatu saaat akan terjadi perubahan penggunaan lahan dari suatu

aktivitas menjadi aktivitas lain.

Penggunaan lahan berubah menurut ruang dan waktu, hal ini disebabkan

arena lahan sebagai salah satu sumber daya alam merupakan unsur yang sangat

penting dalam kehidupan manusia. Bertambahanya jumlah manusia yang

mendiami permukaan bumi diikuti perkembangan kegiatan usaha dan budayanya

maka semakin bertambah pula tuntutan kehidupan yang dikehendaki untuk

mempertahankan kelangsungan hidupnya. Semakin meningkatnya kebutuhan

manusia akan persediaan lahan yang cukup untuk menopang kehidupan manusia

diatasnya, maka diperlukan usaha- usaha pengelolaan penggunaan lahan.

Daerah dalam perjalanannya selalu tumbuh dan berkembang. Unsur yang

terkait dengan pertumbuhan kota lainnya yaitu unsur penduduk. Seiring

berkembangnya aktifitas, memicu pertumbuhan penduduk sebagai sarana

pelaksanannya. Terdapat berbagai macam aktifitas di suatu daerah, antara lain

permukiman, industry, komersial dan lain-lain. Dalam perkembangannya tiap

aktivitas tersebut memiliki karakteristik yang berbeda – beda, sehingga

mempengaruhi pemilihan ruang dan lokasi aktifitasnya. Di wilayah studi yang di

ambil yaitu Kabupaten Soppeng. Pemerintah di Soppeng menyediakan lahan

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 12: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

2

sebagai lokasi transmigrasi diklaim menjadi salah satu solusi untuk ,mengetas

kemiskinan yang umumnya melanda kawasan padat penduduk.

Tata guna lahan dan transportasi mempunyai suatu hubungan yang

interaktif yaitu tata guna lahan merupakan salah satu penentu pergerakan dan

aktifitas atau dikenal dengan istilah bangkitan perjalanan (trip generation) yang

menentukan jenis fasilitas transportasi yang akan dipakai untuk melakukan

pergerakan dan ketika fasilitas tambahan telah tersedia, maka tingkat aksebilitas

akan meningkat. Perubahan aksebilitas akan menentukan perubahan yang akan

mempengaruhi penggunaan lahan sehingga terjadi perubahan penggunaan lahan

maka tingkat bangkitan perjalanan akan berubah (Khisty dan Lall, 2005).

Berdasarkan pendapat Khristy dan Lall maka dapat disimpulkan jika tata

guna lahan dalam transportai selanjutnya disetarakan dengan pemanfaatan lahan

dalam penelitian ini karena merujuk pada fungsi bangunan merupakan hasil

interaksi antara kondisi fisik lahan dan aktifitas manusia yang menentukan

besarnya perjalanan dengan menggunakan jenis transportasi untuk melakukan

pergerakan.

Transportasi dan tata guna lahan berhubungan sangat erat,sehingga

biasanya dianggap membentuk satu landuse transport system. Agar tata guna

lahan dapat terwujud dengan baik maka kebutuhan transportasinya harus

terpenuhi dengan baik. Sistem transportasi yang macet tentunya akan

menghalangi aktivitas tata guna lahannya. Sebaliknya, tranportasi yang tidak

melayani suatu tata guna lahan akan menjadi sia-sia, tidak termanfaatkan.

Suatu wilayah baik di pedesaan maupun di perkotaan menampilkan wujud

yang rumit, tidak teratur dan dimensi yang heterogen. Kenampakan wilayah

perkotaan jauh lebih rumit dari pada kenampakan daerah pedesaan. Hal ini

disebabkan lahan kota pada umumnya sempit, bangunannya padat, dan fungsi

bangunannya beraneka. Oleh karena itu sistem penginderaan jauh yang diperlukan

untuk penyusunan tata ruang harus disesuaikan dengan resolusi spasial yang

sepadan. Untuk keperluan perencanan tata ruang detail, maka resolusi spasial

yang tinggi akan mampu menyajikan data spasial secara rinci. Data satelit seperti

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 13: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

3

Landsat TM dan Sentinel dapat pula digunakan untuk keperluan penyusunan tata

ruang hingga tingkat kerincian tertentu

Berdasarkan latar belakang diatas, judul dari penelitian ini adalah “

Analisis Tata Guna Lahan Di Kabupaten Soppeng Berbasis GIS Menggunakan

Citra Sentinel 2 ”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka dapat ditentukan

rumusan masalahnya yaitu :

1. Bagaimanakah karakteristik jaringan jalan (indeks jalan) di Kabupaten

Soppeng ?

2. Bagaimanakah karakteristik demografi di Kabupaten Soppeng ?

3. Bagaimana cara mengidentifikasi tata guna lahan di Kabupaten Soppeng

dengan Citra Sentinel 2

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis karakteristik jaringan jalan (indeks jalan) berbasis GIS di

Kabupaten Soppeng.

2. Menganalisis karakteristik demografi berbasis GIS di Kabupaten

Soppeng.

3. Menganalisis tata guna lahan Kabupaten Soppeng dengan Citra

Sentinel 2

1.4 Batasan masalah

Batasan masalah dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

1. Data penduduk yang digunakan adalah data penduduk tahun terakhir

yakni 2016 diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS).

2. Lokasi penelitian adalah wilayah Kabupaten Soppeng.

3. Data batas wilayah di peroleh dari Badan Pusat Statistik

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 14: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

4

4. Dalam menghitung luas tata guna lahan, data yang digunakan adalah

data dari Citra Sentinel 2 tahun 2016.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan menghasilkan manfaat seperti :

Menjadi masukan bagi instansi terkait khususnya upaya pengendalian

tata guna lahan pada kabupaten.

Sebagai bahan bagi peneliti lain yang akan meneliti dibidang yang

sama.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistimatika penulisan ini terdiri dari lima bab dengan perincian tiap – tiap

bagian bab adalah sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan

Berisi latar belakang, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan batasan

masalah, serta sistimatika penulisan. Bab ini dimasukkan sebagai

pengantar untuk memasuki uraian selanjutnya.

BAB II : Gambaran Umum Daerah Studi dan Tinjauan Pustaka

Pada bab ini berisi gambaran umum mengenai daerah studi dan

Tinjauan Pustaka yang berisi teori – teori yang mendukung dalam

menganalisa simpang bersinyal tersebut.

BAB III : Metode Penelitian

Dalam bab ini terdiri dari jenis penelitian, lokasi penelitian, dan

variabel – variabel masukan dan teknik pengumpulan data.

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 15: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

5

BAB IV : Hasil dan Pembahasan

Bab ini merupakan pembahasan masalah yang dapat memberikan

gambaran tentang kapasitas dan tingkat pelayanan persimpangan yang

ditinjau.

BAB V : PENUTUP

Bab ini mencakup hal - hal yang menjadi kesimpulan beserta saran-

saran implikasi yang terkait dengan apa yang didapat dari penelitian

ini.

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 16: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum

Soppeng merupakan salah satu kabupaten dari 24 Kabupaten/Kota di

Provinsi Sulawesi Selatan yang beribukota di Watansoppeng.Berada pada

4°6’00’’ hingga 4°32’00’’ Lintang Selatan dan 119°47’18” hingga

120°06’13”Bujur Timur. Wilayah Soppeng memiliki luas sekitar 1.500 km2

dengan ketinggian antara 5 hingga 1500 meter dari permukaan laut. Kabupaten

Soppeng tidak memiliki daerah pesisir,sekitar 77% dari total desa/kelurahan di

Soppeng bertopografi dataran.

Luas Wilayah Kabupaten Soppeng 1.500 km dengan batas-batas wilayah :

Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Sidenreng Rappang.

Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Wajo.

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bone

Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Barru

Kabupaten Soppeng dilalui beberapa sungai sebagai sumber yang

berpotensi dimanfaatkan sebagai pengairan yaitu sungai langkemme, sungai

soppeng, sungai lawo,sungai paddangeng dan sungai lajaroko.

Wilayah Soppeng terbagi menjadi 8 kecamatan, meliputi Kecamatan

Mario riwawo, Lalabata, Liliriaja, Ganra, Citta, Lilirilau, Donri-Donri, dan Mario

riawa. Mario riawa menjadi kecamatan terluas, dengan luas wilayah sebesar 320

km2 atau sekitar 21,3 persen dari total luas Kabupaten Soppeng. Sedangkan Citta

merupakan kecamatan dengan luas wilayah terkecil, yaitu hanya 40 km2 atau 2,7

persen dari total luas Kabupaten Soppeng.

Soppeng memiliki jarak yang relatif terjangkau dari pusat kabupaten. Jarak

dari kecamatan menuju ibukota kabupaten berkisar antara 0 km hingga 35 km.

Dengan jarak dari ibukota kabupaten sebesar 35 km, kecamatan Citta menjadi

kecamatan terjauh dari ibukota Soppeng. Sedangkan Lalabata yang beribukota di

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 17: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

7

Watansoppeng adalah kecamatan terdekat, sekaligus menjadi ibukota kabupaten

serta pusat pemerintahan dan perekonomian di wilayah Soppeng.

2.2 Jalan

2.2.1 Definisi Jalan

Definisi jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala

bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap, dan perlengkapannya yang

diperuntukkan bagi lalulintas, yang berada permukaan tanah, diatas permukaan

tanah,dibawah permukaan tanah dan atau air, serta diatas permukaan air, kecuali

jalan kereta api dan jalan kabel (UU No. 38 tahun 2004 tentang Jalan).

Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalulintas umum, jalan

khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi,badan usaha, perseorangan, atau

kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri.

2.2.2 Klasifikasi Jalan

Jalan raya pada umumnya dapat digolongkan dalam 4 klasifikasi yaitu:

klasifikasi menurut fungsi jalan, klasifkasi menurut kelas jalan, klasifikasi

menurut medan jalan dan klasifikasi menurut wewenang pembinaan jalan (Bina

Marga, 1997).

2.2.2.1 Klasifikasi menurut fungsi jalan

Klasifikasi menurut fungsi jalan terdiri atas 4 golongan yaitu:

a. Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi,

dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.

b. Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani

angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak

sedang kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.

c. Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata

rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 18: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

8

d. Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani

angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan

kecepatan rata-rata rendah.

2.2.2.2 Klasifikasi menurut statusnya

Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan kedalam jalan nasional,

jalan propinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa.

a. Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem

jaringan jalan primer yang menghubungkan antar ibukota propinsi,

dan jalan strategis nasional, serta jalan tol.

b. Jalan propinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan

primer yang menghubungkan ibukota propinsi dengan ibukota

kabupaten/kota, atau antar ibukota kabupaten/kota, dan jalan strategis

propinsi.

c. Jalan kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan

primer yang tidak termasuk pada jalan nasional dan propinsi yang

menghubungkan ibukota kabupaten dan ibukota kecamatan, antar

ibukota kecamatan, dengan pusat kegiatan lokal.

d. Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder

yang menghubungkan antar pusat pelayanan dalam kota,

menghubungkan pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan

antar persil, serta menghubungkan antar pusat permukiman yang

berada dalam kota.

e. Jalan desa merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan

dan/atau antar permukiman dalam desa, serta jalan lingkungan.

2.2.2.3 Klasifikasi menurut kelas jalan

Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan jalan untuk

menerima beban lalu lintas, dinyatakan dalam muatan sumbu terberat (MST)

dalam satuan ton.

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 19: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

9

Tabel 2.1 Klasifikasi Jalan Raya Menurut Kelas Jalan

Fungsi Kelas Muatan Sumbu terberat/MST (ton)

Arteri I

II

III A

>10

10

8

Kolektor III A

III B

8

Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Ditjen Bina Marga,

1997.

2.2.2.4 Klasifikasi menurut medan jalan

Medan jalan diklasifikasikan berdasarkan kondisi sebagian besar

kemiringan medan yang diukur tegak lurus garis kontur. Keseragaman kondisi

medan yang diproyeksikan harus mempertimbangkan keseragaman kondisi medan

menurut rencana trase jalan dengan mengabaikan perubahan-perubahan pada

bagian kecil dari segmen rencana jalan tersebut.

Tabel 2.2 Klasifikasi Menurut Medan Jalan

No Jenis Medan Notasi Kemiringan Medan (%)

1 Datar D < 3

2 Berbukit B 3-25

3 Pegunungan G >25

Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Ditjen Bina Marga

1997.

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 20: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

10

2.2.2.5 Klasifikasi menurut wewenang pembinaan jalan

Klasifikasi menurut wewenang pembinaannya terdiri dari Jalan Nasional,

Jalan Provinsi, Jalan Kabupaten/Kotamadya dan Jalan Desa.

2.2.3 Standar Pelayanan Minimal (SPM) Jalan

SPM jalan didefinisikan sebagai ukuran teknis fisik jalan yang sesuai

dengan kriteria teknis yang ditetapkan, yang harus dicapai oleh setiap jaringan

jalan dan ruas – ruas jalan yang ada didalamnya, dalam kurun waktu waktu yang

ditentukan, melalui penyediaan prasarana jalan (Iskandar, 2011).

Ada 3 (tiga) indikator sebagai kriteria SPM jaringan jalan:

a. Indeks Jalan

Indeks jalan adalah suatu ukuran kemudahan bagi pengguna jalan

untuk mencapai suatu pusat kegiatan (PK) atau simpul – simpul

kegiatan di dalam wiayah yang dilayani jalan. Indeks jalan diperoleh

dengan membagi panjang jalan (km) dengan luas wilayah daerah

terkait (km²).

………....……(2.1)

Nilai rasio indeks jalan ini memiliki arti panjang jalan yang terdapat di

suatu daerah dalam 1 km² luas wilayah. Semakin tinggi nilai rasio

panjang jalan dengan luas wilayah, maka aksebilitasnya semakin baik,

sehingga konektivitas jalan di daerah tersebut juga semakin baik

dilihat dari ketersediaan jaringan jalannya. Indeks jalan dikatakan

semakin baik jika nilai indeks jalannya lebih besar dibanding nilai

indeks daerah sekitarnya.

b. Mobilitas

Mobilitas adalah ukuran kualitas pelayanan jalan yang di ukur oleh

kemudahan per individu masyarakat melakukan perjalanan melalui

jalan untuk mencapai tujuannya. Ukuran mobilitas adalah panjang

jalan dibagi oleh jumlah orang yang dilayani.

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 21: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

11

c. Keselamatan

Keselamatan dalam konteks pelayanan adalah keselamatan pengguna

jalan melakukan perjalanan melalui jalan dengan segala unsur

pembentuknya, yaitu pengguna jalan, kendaraan (sarana), dan jalan

dengan kelengkapannya (bangunan pelengkap dan perlengkapan

jalan), serta lingkungan jalan.

2.3 Tata Guna Lahan

Lahan adalah keseluruhan kemampuan muka daratan beserta segala gejala

di bawah permukaannya yang bersangkut paut dengan pemanfaatannya bagi

manusia. Pengertian tersebut menunjukan bahwa lahan merupakan suatu bentang

alam sebagai modal utama kegiatan, sebagai tempat di mana seluruh makhluk

hidup berada dan melangsungkan kehidupannya dengan memanfaatkan lahan itu

sendiri. (Malingreau,1977)

Tata guna lahan (land use) adalah suatu upaya dalam merencanakan

penggunaan lahan dalam suatu kawasan yang meliputi pembagian wilayah untuk

pengkhususan fungsi - fungsi tertentu, misalnya fungsi pemukiman, perdagangan,

industri, dll. Rencana tata guna lahan merupakan kerangka kerja yang menetapkan

keputusan-keputusan terkait tentang lokasi, kapasitas dan jadwalpembuatan jalan,

saluran air bersih dan air limbah, gedung sekolah, pusat kesehatan, taman dan

pusat-pusat pelayanan serta fasilitas umum lainnya. Tata guna lahan merupakan

salah satu faktor penentu utama dalam pengelolaan lingkungan. Tata guna lahan

terbagi menjadi dua bagian, yaitu :

a. Kawasan terbangun, meliputi fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas

peribadatan, fasilitas perumahan, fasilitas perkantoran, fasilitas rekreasi dan

olah raga, fasilitas perdagangan dan jasa serta fasilitas umum.

b. Kawasan terbuka / tak terbangun.

a) RTH (Ruang Terbuka Hijau) adalah ruang dalam kota atau wilayah yang

lebih luas baik dalam bentuk areal memanjang / jalur maupun dalam

bentuk lain, dimana dalam penggunaanya lebih bersifat terbuka pada

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 22: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

12

dasarnya tanpa bangunan dan pemanfaatannya lebih bersifat pengisian

hijau tanaman atau tumbuhan.

b) Daerah konservasi adalah daerah yang mengandung arti perlindungan

sumberdaya alam dan tanah terbuka serta pelestarian daerah perkotaan.

Pengelolaan lahan perlu dilakukan secara berhati – hati. Kesalahan dalam

pengelolaan lahan akan mengakibatkan dampak yang merugikan pada waktu

dekat atau masa yang akan datan. Kesalahan pengelolaan dapat diakibatkan oleh

kurangnya informasi mengenai berbagai perkembangan yang terjadi atas suatu

perubahan. Kurangnya informasi dapat mengakibatkan munculnya kesalahan

penafsiran yang mengakibatkan kesalahan dalam melakukan analisis serta

pengambilan keputusan.

Perubahan pemanfaatan lahan yang terjadi terus menerus perlu dikelola

sebaik-baiknya. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari berbagai dampak yang

mungkin muncul dalam pemanfaatan lahan tersebut di masa yang akan datang.

Pemantauan dan analisis penggunaan lahan itu sendiri. Dengan adanya perubahan

yang terus menerus tersebut berarti pemantaua dan analisis penggunaan lahan juga

harus dilakukan secara kontinyu dan berkesinambungan. Hal ini berarti

membutuhkan sebuah sistem yang dapat melakukan tugas ini secara terus

menerus. Dengan demikian peril dikembangkan sebuah sistem pemantauan dan

analisis penggunaan lahan yang hemat, sederhana dan efisien. (Yunus,2001)

Proses analisis spasial yang ditujukan untuk analisis penggunaan lahan

pada saat ini banyak dilakukan dengan menggunakan program pengolah data

spasial tersebut adalah arc view GIS dan arc info. Proses perolehan informasi

perubahan penggunaan lahan dilakukan dengan membandingkan dua atau lebih

peta penggunaan lahan dengan tahun yang berbeda. Hasil perbandingan tersebut

memberikan informasi ada atau tidaknya perubahan penggunaan lahan.

(Himpunan Mahasiswa Teknik UNMUH, 2012).

Seiring dengan perkembangan waktu, transportasi dan penggunaan lahan

menjadi satu bagian yang tidak terpisahkan. Dalam konteks perencanaan,

transportasi dan penggunaan lahan memilik tujuan yang terarah dan spesifik. Di

dalam sistem transportasi, tujuan perencanaan adalah menyediakan fasilitas untuk

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 23: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

13

pergerakan penumpang dan barang dari satu tempat ke tempat lain atau dari

berbagai pemanfaatan lahan, tujuan dari perencanaan adalah untuk tercapainya

fungsi bangunan dan harus menguntungkan. Proses perencanaan transportasi dan

pengembangan lahan mengikat satu sama lainnya. Pengembangan lahan tidak

akan terjadi tanpa sistem transportasi, sedangakan sistem transportasi tidak

mungkin disediakan apabila tidak melayani kepentingan ekonomi atau aktivitas

pembangunan.

2.4 Demografi

2.4.1 Pengertian Demografi

Demografi (demography), merupakan istilah yang berasal dari dua kata

Yunani, yaitu demos yang berarti rakyat atau penduduk dan graphein yang berarti

menggambar atau menulis. Oleh karena itu, demografi dapat diartikan sebagai

tulisan atau gambaran tentang penduduk , terutama tentang kelahiran, perkawinan,

kematian dan migrasi. Demografi meliputi studi ilmiah tentang jumlah, persebaran

geografis, komposisi penduduk, serta bagaimana faktor faktor ini berubah dari

waktu kewaktu. Istilah ini pertama kali dikemukakan oleh Archille Guillard pada

tahun 1855 dalam karyanya yang berjudul “elements de statistique humaine, ou

demographie comparree” atau elements of human statistics or comparative

demography (Iskandar,1994).

Demografi adalah ilmu yang mempelajari persoalan dan keadaan

perubahan kependudukan manusia yang menyangkut kepadatan, lokasi, usia, jenis

kelamin, ras, lapangan kerja dan data statistik lain. Struktur penduduk meliputi

jumlah persebaran dan komposisi penduduk. Struktur penduduk ini selalu

berubah-ubah karena disebabkan oleh proses demografi yakni kelahiran

(fertilitas), kematian (mortalitas) dan juga adanya migrasi penduduk.

2.4.2 Analisis 3 Dimensi dengan Digital Elevation Model (DEM)

Dem adalah data digital yang menggambarkan geometri dari bentuk

permukaan bumi atau bagiannya yang terdiri dari himpuna titik – titik koordinat

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 24: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

14

hasil sampling dari permukaan dengan algoritma yang mendefinisikan permukaan

tersebut menggunakan himpunan koordinat (Tempfli,1991)

Digital Elevation Model (DEM) merupakan bentuk 3 dimensi dari

permukaan bumi yang memberikan data berbagai morfologi permukaan bumi,

seperti kemiringan lereng , aspek lereng, ketinggian tempat, dan area DAS (Zhou

dan Liu 2003).

Dem merupakan suatu sistem, model, metode, dan alat dalam

mengumpulkan, prosessing, dan penyajian informasi medan. Susunan nilai – nilai

digital yang mewakili distribusi spasial dari karakteristik medan, distribusi spasial

di wakili oleh nilai sistem kooerdinat horizontal X, Y, dan karakteristik medan

diwakili oleh ketinggian medan dalam sistem koordinat Z (Frederic J. Doyle,

1991).

Dem khususnya digunakan untuk menggambarkan relief medan.

Gambaran model relief rupa bumi tiga dimensi (3 dimensi) yang menyerupai

keadaan sebenarnya di dunia nyata (real world) divisualisasikan dengan bantuan

teknologi computer grafis dan teknologi virtual reality (Mogal, 1993).

Berikut sumber data DEM :

a. FU Stereo

b. Citra Satelit stereo

c. Data pengukuran lapangan : GPS, Theodolith, EDM, Total Stasion,

Echosounder

d. Peta topografi

e. Linier array image

Saat ini telah berkembang algoritma pengolahan DEM yang merupakan

salah satu ukuran betapa pentingnya DEM sebagai alat bantu dalam

menyelesaikan berbagai permasalahan keseharian kita. Berikut beberapa turunan

algoritma pengolahan DEM :

a. Garis Kontur (Contour)

Menurut Rosana (2003) garis kontur adalah garis yang

menghubungkan tempat – tempat atau titik – titik pada peta yang

mempunyai ketinggian yang sama diatas atau di bawah suatu datum

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 25: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

15

plane (bidang level). Garis kontir memiliki beberapa sifat, sebagai

berikut :

a) Garis kontur yang lebih rapat lerengnya lebih curam.

b) Garis kontur bersifat selalu horizontal.

c) Garis kontur selalu membelok – belok dan akan mengikuti lereng

dari suatu lembah.

d) Garis kontur selalu tegak lurus jurusan air yang mengalir di

permukaan.

e) Garis kontur merupakan garis yang tertutup.

Selain memiliki sifat, garis kontur juga mempunyai fungsi tertentu,

yakni :

a) Menunjukkan tinggi suatu tempat.

b) Untuk menunjukkan bentuk relief

c) Untuk menunjukkan lereng

d) Untuk menunjukkan besarnya kemiringan lereng

b. Kemiringan Lereng (Slope)

Peta kemiringan lereng menunjukkan beberapa derajat atau persen

kemiringan suatu permukaan tanah. Pada prakteknya peta kemiringan

lereng banyak digunakan sebagai dasar analisis – analisis spasial,

sebagai contoh untuk penentuan area sukaan habitat prediksi daerah

rawan longsor, pembuatan peta arahan dan lainnya. Berikut tabel kelas

kemiringan lereng berdasarkan klasifikasinya.

Tabel 2.3 Kelas Lereng Menurut Klasifikasinya

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 26: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

16

c. Membuat Batas Aliran Sungai (DAS)

GIS kini telah dilengkapi tools untuk menentukan batas DAS secara

otomatis. Dasar dari penarikan DAS tersebut adalah data model elevasi

digital (DEM).

2.5 Sistem Informasi Geografis (SIG)

Sistem Informasi Geografi (SIG) adalah sebuah sistem computer yang

memiliki kemampuan untuk mengambil, menyimpan, menganalisi, dan

menampilkan informasi dengan referensi geografis (Budianto, 2010)

Definisi Sistem Informasi Geografis adalah suatu sistem untuk

mendayagunakan dan menghasil gunakan pengolahan dan analisis data spasial

(keruangan) serta data non- spasial (tabular), dalam memperoleh berbagai

informasi yang berkaitan dengan aspek keruangan, baik yang berorientasi ilmiah,

komersil, pengelolaan maupun kebijaksanaan. Berikut adalah beberapa

keuntungan penggunaan SIG (Hanafi. 2011)

a. SIG mempunyai kemampuan untuk memilih dan mencari detail yang

diinginkan, menggabungkan satu kumpulan data dengan kumpulan

data lainnya, melakukan perbaikan data dengan lebih cepat dan

memodelkan data serta menganalisis suatu keputusan.

b. Peta-peta tematik tersebut dapat dibuat dari peta-peta yang sudah ada

sebelumnya, hanya dengan memanipulasi atribut-atributnya.

c. SIG memiliki kemampuan untuk menguraikan unsur-unsur yang

terdapat di permukaan bumi menjadi beberapa layer data spasial,

dengan layer permukaan bumi dapat direkonstruksi kembali.

SIG dengan mudah menghasilkan peta-peta tematik yang dapat digunakan

untuk menampilan informasi-informasi tertentu. Cara pengelolaan SIG sebagai

suatu sistem pada prinsipnya terdiri atas tiga subsistem.

a. Subsistem masukan (input subsystem), yaitu pengumpulan data objek

material geografi yang mendukung dan dapat dimasukkan dalam topic

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 27: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

17

geografi yang akan diinformasikan. Data tersebut diolah dan disajikan

dala bentuk peta, bagan, grafik, atau tabel. Input data SIG diperoleh

dari peta, tabel, foto udara, citra satelit, dan hasil survey lapangan.

b. Subsistem pengolahan data dan penyimpanan data (processing and

storage subsystem), yaitu penyimpanan data yang memungkinkan

untuk dipanggil kembali secara tepat dan akurat. Adapun data yang

diolah atau dikelola ada dua macam, yaitu :

a) Data keruangan atau data grafis atau data spasial,

b) Data deskriptif atau data atribut.

Pengumpulan data dan pengolahan data geografis dilakukan dengan dua

cara yaitu :

a) Pengindraan jauh berupa foto udara, citra radar, dan citra satelit.

b) Data teritis (pegukuran langsung di medan atau lapangan) yang

tidak dapat dipantau dari jauh, misalnya, kepadatan penduduk dan

batas wilayah administrasi.

c. Sub sistem penyajian (output subsystem), yaitu penyajian semua data

atau sebagian data dalam bentuk tabel, peta file elektronik (digital),

dan grafik.

Dari ketiga subsistem tersebut, pengelolaan data geografi merupakan

pengelolaan data yang didasarkan pada kerja komputer. Proses komputerisasi

data (input) harus berupa angka atribut (numeric). Oleh karena itu jenis data

harus diubah menjadi data digital atau atribut dengan menggunakan komputer

sesuaidenganprinsipSIG.

Contoh:

1). Data pengindraan jauh berupa foto udara dikonversi dalam bentuk digital.

2). Data satelit dalam bentuk digital secara langsung dapat digunakan.

Untuk mengubah data peta menjadi data SIG digital, dapat dilakukan dengan

melalui dua proses, yaitu melalui proses digitasi garis atau grid raster (kotak-

kotak) dan melalui scanning (penyapuan) dengan menggunakan alat yang

disebut scanner.

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 28: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

18

Sistem Informasi Geografis dibagi menjadi dua kelompok yaitu sistem

manual (analog), dan sistem otomatis (yang berbasis digital computer). Perbedaan

yang paling mendasar terletak pada cara pengelolaannya. Sistem informasi

manual biasanya menggabungkan beberapa data seperti peta, lembar transparansi

untung tumpang susun ( overlay), foto udara, laporan statistic dan laporan survey

lapangan. Kesemua data tersebut di kompilasi dan dianalisis secara manual

dengan alat tanpa computer. Sedangkan Sistem Informasi Geografis otomatis

talah menggunakan komputer sebagai sistem pengolah data melalui proses

digitasi. Sumber data digital dapat berupa data citra satelit atau foto udara digital

serta foto udara yang terdigitasi. Data lain dapat berupa peta dasar terdigitasi

(Nurshanti, 1995).

Tahapan dalam SIG mencakup tiga hal, yaitu masukan (input), proses, dan

keluaran (output).

a. Masukan (input)

Dalam kerja SIG, mula-mula dibutuhkan data awal atau data base, yaitu data

yang dikumpukan selama survei dimasukkan dalam komputer, atau peta-peta yang

telah ada dilarik secara optis dan dimasukkan ke dalam komputer. Secara garis

besar, data dibedakan menjadi dua, yaitu data atribut dan data spasial.

a) Data Atribut

Data atribut adalah data yang ada pada keruangan atau lokasi. Atribut

menjelaskan suatu informasi

b) Data Spasial

Data spasial adalah data yang menunjukkan ruang, lokasi atau tempat di

permukaan bumi. Data spasial disajiakan dalam bentuk atau model, yang

pertama yaitu bentuk raster disajikan dalam bentuk bujur sangkar atau

sistem grid, yang kedua bentuk vector disajikan dalam bentuk sistem

koordinat.

Dapat dijelaskan bahwa titik awal dan titik akhir poligon memiliki nilai

koordinat yang sama atau poligon tertutup sempurna. Gambar tersebut merupakan

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 29: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

19

gambar sistem koordinat raster terletak di sudut kiri atas. Nilai x akan meningkat

ke kanan dan nilai y akan membesar ke bawah.

Dengan sistem koordinat, semua kenampakan di muka bumi dapat dijelaskan.

Semakin pendek jarak antartik pada sumbuh x, dan sumbu y, maka gambar yang

berbentuk akan mendekati kenyataan sebenarnya.

b. Proses

Proses dalam SIG dapat berfungsi untuk memanggil, memanipulasi, dan

menganalisis data yang tersimpan dalam komputer. Jenis analisis data sebagai

berikut: analisis lebar, analisis penjumlahan aritmatika, dan analisis garis bidang.

c. Keluaran (output)

Data yang sudah dianalisis oleh SIG akan memberikan informasi pada

pengguna data sehingga dapat dipakai sebagai dasar dalam pengambilan

keputusan. Keluaran SIG dapat berupa peta cetakan (hard copy), rekaman (soft

copy), dan tayangan (display).

Dengan SIG, setiap orang dapat membuat peta dan kemudian mengubah atau

memodifikasinya dengan cepat kapan saja. Di samping itu, pengguna SIG juga

dapat memproses ulang pembuatan peta dengan tingkat ketelitian tinggi kapan

saja sebagai contoh dalam pembuatan peta Amerika Selatan berdasarkan berbagai

informasi atau tema yang tersedia.

Dalam kerja SIG, diperlukan komponen-komponen SIG yang merupakan

sistem kompleks yang biasanya terintegrasi dengan lingkungan sistem komputer

yang lain di tingkat fungsional dan jaringan.

Berikut ini adalah komponen-komponen SIG:

a) Perangkat keras (hardware), berupa suatu unit komputer terdiri atas CPU,

VDU, disk drive, tape drive, digitzer, printer, dan plotter.

b) Perangkat lunak (software), berupa modul-modul program misal Arc/info, Arc

View, Map Info, R2V, dan sebagainya.

c) Data dan informasi geografi, berupa data spasial (peta) foto udara, citra satelit

dan data atribut seperti data penduduk, data industri, dan pertambangan.

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 30: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

20

d) Manajemen berupa sumber daya manusia yang mempunyai keahlian

mengolah SIG.

Dari uraian diatas secara keseluruhan, maka SIG tidak hanya diterapkan dalam

bidang sumber daya alam, tetapi sekarang berkembang pada bidang perencanaan

pembangunan.

Berkembangnya SIG yang menggunakan batuan teknologi komputer yang

berupa perangkat keras maupun perangkat lunak dapat dimanfaatkan untuk

membantu pemecahan masalah yang muncul dalam penanganan berbagai data.

Jika perlu, pada tahap berikutnya adalah mengaitkan basis data dengan

jaringan (network) melalui internet agar dapat diakses oleh orang lain. Namun,

perlu diingat bahwa tidak semua informasi dapat diakses dengan mudah. Hal ini

ada kaitannya dengan biaya yang telah dikeluarkan dalam membuat SIG, sehingga

informasi tersebut kadang-kadang harus dibeli atau dengan kompensasi lainnya.

Agar tampilan peta SIG yang kita buat berdasarkan tahapan di atas lebih

menarik dan informatif, maka perlu ditamplikan dalam bentuk tiga dimensi.

Contohnya, untuk menganalisis daerah rawan longsor, maka tampilan peta tiga

dimensi sangata dibutuhkan agar dapat dilihat bentuk morfologi suatu wilayah

lebih jelas.

Memang, apabila kita kaji dari beberapa pengertian sebelumnya tentang SIG

selalu identik dengan penggunaan komputer. Bagi kalian yang tidak memiliki

fasilitas tersebut di sekolahnya, tidak perlu khawatir. Karena yang terpenting dari

SIG adalah cara kerjanya yang meliputi pemasukan data, pengambilan dan

penyimpanan data, analisis dan manipulasi data, dan pelaporan.

SIG berkepentingan dengan data ruang waktu dan sering tapi tidak selalu

perlu, menggunakan komputer. Penggunaan komputer hanya untuk mempercepat

analisis dan menyimpan data dalam jumlah banyak.

Secara sederhana dapat kamu lakukan melalui pengoperasian SIG secara

konvensional. Karena pada dasarnya, SIG berawal dari pemetaan secara

konvensional.

SIG yang dibuat secara konvensional berpegang pada teknik kartografis atau

teknik pemetaan pada umumnya. Penyajian data spasial dilakukan dengan

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 31: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

21

menggambar peta pada selembar kertas atau bidang datar dengan menggunakan

peralatan kartografis, seperti rapido, lettering set, pensil, kertas kalkir, dan alat

gambar lainnya. Lebih sederhana lagi apabila anda menggunakan plastik

transparan sebagai bidang datarnya dan spidol berwarna.

Berikut langkah-langkah kegiatan SIG secara konvensional yang dapat kalian

lakukan.

a. Langkah Persiapan

Pertama yang harus dilakukan adalah menentukan jenis peta yang akan dibuat.

Peta yang telah ditentukan akan berhubungan dengan pencarian data yang

diperlukan, peta tematik yang harus dikumpulkan, dan cara analisis yang akan

dilakukan. Data-data yang diperlukan, dapat diperoleh dari berbagai instansi yang

menyediakan data seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Pertahanan

Nasional (BPN), Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA),

Dinas Tata Kota, dan lainnya. Selain itu pengumpulan data juga dapat dilakukan

melalui survey ke lapangan dan pilot pada peta yang kalian miliki.

b. Langkah Pembuatan Peta

Apabila semua jenis data dan beberapa peta kamu butuhkan sudah

terkumpul, selanjutnya siap untuk membuat peta. Langkah-langkah yang harus

diperhatikan adalah sebagai berikut:

a) Sediakan alat gambar (plastik transparan, spidol berwarna untuk plastik

transparan, minyak tanah, untuk menghapus apabila terdapat kesalahan

dalam menggoreskan spidol, dan meja gambar).

b) Siapkan peta, tentunya peta yang akan digunakan dan dibuat harus

disamakan skalanya. Dengan demikian, peta yang telah dibuat dapat

ditumpang susunkan (overlay). Kemudian tempatkan peta diatas meja

gambar!

c) Ambil plastik transparan dan tempatkan di atas peta tadi. Agar kedudukan

plastik tidak berubah (bergeser), maka gunakanlah selotipe atau doubletip

untuk menempelkannya.

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 32: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

22

d) Gunakan spidol transparan untuk mulai menggambar ulang (menjiplak)

pada plastik.Warnailah objek yang digambar sesuai dengan peta yang

dijiplak, seperti warna merah untuk jalan, warna hitam untuk batas

administrasi, warna biru untuk wilayah perairan, dan warna hijau untuk

batas vegetasi.

e) Buatlah garis tepi pada plastik transparan untuk menandai batas wilayah

yang digambar.

f) Ulangi langkah tersebut untuk membuat peta tematik lain yang kamu

perlukan.

c. Langkah Analisis

Jika peta gabungan telah selesai dibuat, maka tahap berikutnya ialah

menganalisisnya. Pada tahap ini, peta-peta tematik yang telah kamu buat

ditumpangsusunkan di atas meja gambar. Bagian paling atas ialah plastik

transparan untuk menggambar ulang semua peta yang ditumpangsusunkan tadi.

Penggabungan peta dapat dilakukan secara langsung.

Jika menemui kesulitan, bisa menggantikannya dengan menggunakan

kertas kalkir yang seukuran dengan plastik tersebut. Hal ini dimaksudkan agar

peta gabungan tadi lebih rapi.

Gunakan rapido berbagai ukuran dan lettering set untuk menggambarkan

dan menulis keterangan peta pada kertas kalkir tadi. Gambar ulang semua objek

yang ada pada peta komposit dan buatlah legenda peta beserta atributnya.

2.5.1 Basis Data Spasial

Basis data Spasial mendeskripsikan sekumpulan entitas baik yang

memiliki lokasi atau posisi yang tetap maupun yang tidak tetap (memiliki

kecenderungan untuk berubah bergerak, atau berkembang). Tipe-tipe spasial ini

memiliki propertis topografi dasar yang memiliki lokasi, dimensi, dan bentuk

(shape). Hampir semua SIG memiliki campuran tipe-tipe entitas spasial dan non-

spasial. Tipe-tipe non-spasial tidak memiliki properti topografi dasar lokasi .

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 33: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

23

Basis data spasial meliputi kondisi tekstur tanah, erosi, lereng, ketinggian,

jenis tanah, tempat pengambilan sumber bahan bangunan dan penyebaran

pemukiman yang dikonstruksikan sebagai ulasan dalam suatu vektor Sistem

Informasi Geografi. Dimana atribut-attributnya disimpan sebagai database

relasional yang bisa diimpor ke model tata ruang [Prahasta,2001].

2.5.2 Model Data Spasial di Dalam SIG

Secara umum persepsi manusia mengenai bentuk representasi entitas

spasial adalah konsep raster dan vektor. Data spasial direpresentasikan di dalam

basisdata sebagai raster atau vektor [Prahasta,2001].

2.5.3 Data Spasial

Data Spasial merupakan data yang menunjuk posisi geografi dimana setiap

karakteristik memiliki satu lokasi yang harus ditentukan dengan cara yang unik.

Untuk menentukan posisi secara absolut berdasar sistem koordinat. Untuk area

kecil, sistem koordinat yang paling sederhana adalah grid segiempat teratur.

Untuk area yang lebih besar, berdasarkan proyeksi kartografi yang umum

digunakan [Tuman,2001].

2.5.4 Analisa Spasial

Karakteristik utama Sistem Informasi Geografi adalah kemampuan

menganalisis sistem seperti analisa statistik dan overlay yang disebut analisa

spasial. Analisa dengan menggunakan Sistem Informasi Geografi yang sering

digunakan dengan istilah analisa spasial , tidak seperti sistem informasi yang lain

yaitu dengan menambahkan dimensi ‘ruang (space)’ atau geografi. Kombinasi ini

menggambarkan attribut-attribut pada bermacam fenomena seperti umur

seseorang, tipe jalan, dan sebagainya, yang secara bersama dengan informasi

seperti dimana seseorang tinggal atau lokasi suatu jalan [Keele,1997].

Analisa Spasial dilakukan dengan mengoverlay dua peta yang kemudian

menghasilkan peta baru hasil analisis [Tuman,2001].

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 34: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

24

Data spasial adalah gambaran nyata suatu wilayah yang terdapat di

permukaan bumi. Umumnya direperentasikan berupa grafik, peta, gambar, dengan

format digital dan disimpan dalam bentuk koordinat x,y (vector) atau dalam

bentuk image (raster) yang memiliki nilai tertentu. Berikut beberapa analisis

spasial :

a. Measurement

Measurement adalah analisa spasial dasar yang digunakan untuk

mengukur data spasial yang meliputi : koordinat untuk data spasial

yang berbentuk point, panjang dan kordinat awal garis akhir untuk

data spasial yang berbentuk garis, luas, keliling, dan koordinat titik

pusat untuk data spasial yang berbentuk bidang.

b. Query

Query adalah kemampuan untuk menampilkan data dari database

untuk diolah lebih lanjut yang biasanya diambil dari tabel tabel dalam

database. Query juga dapat didefinisikan sebagai perintah-perintah

untuk mengakses data pada database atau basis data. Query

berdasarkan lokasi maupun posisi suatu objek terhadap objek lain.

Query adalah gabungan antara data atribut dan lokasi / posisi.

c. Reklasifikasi

Reklasifikasi adalah analisa untuk mengubah ataupun

menyederhanakan data dengan menggunakan metode Automatic

Reclassification, dimana komputer akan melakukan reklasifikasi

secara otomatis, dimana data akan direklasifikasi berdasarkan input

pengguna.

d. Neighbourhood

Neighbourhood Anaysis adalah analisa untuk melihat karakteristik

spasial di sekitar suatu obyek.Bentuk neighbourhood yang paling

umum adalah proximity analysis, yang berupa;

a) Proximity analysis, untuk melihat area pengaruh suatu obyek

geografis.

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 35: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

25

b) Catchment analysis, untuk mencari obyek apa saja yang

dipengaruhi suatu obyek geografis.

e. Interpolation

Interpolation pada dasarnya adalah proses merubah data point menjadi

area. Metode interpolasi yang dapat digunakan adalah :

a). Discrete Interpolation untuk data yang bersifat Nominal / Ordinal

b). Continuous Interpolation untuk data yang bersifat Interval / Rasio.

f. Vektor Overlay

Vector overlay analisa spasial berdasarkan dua atau lebih data vectot.

Tujuan vector overlay adalah :

a) Menghasilkan informasi baru

b) Mencari keterkaitan antara dua atau lebih data

g. Raster Overlay

Raster overlay adalah analisa spasial terhadap dua atau lebih data

raster.

Tujuan dari Raster Overlay sama dengan Vektor Overlay, dengan

catatan :

a. Dilakukan terhadap data geografis yang bersifat Field

b. Kebanyakan software GIS memerlukan data raster yang

ukurannya persis sama

h. Heatmap

Heatmap adalah sebuah peta yang menggambarkan persebaran lokasi dan

frekuensi data dalam dengan pewarnaan. Heatmap digunakan untuk

memudahkan dalam pengidentifikasikan cluster dimana ada kosentrasi

tinggi suatu aktifitas.

i. Klasifikasi

Klasifikasi adalah mengelompokkan data spasial menjadi data spasial yang

baru. Contohnya adalah mengklasifikasikan tata guna lahan untuk

permukiman, pertanian, perkebunan, ataupun hutan berdasarkan analisis

data kemiringan atau data ketinggian.

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 36: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

26

j. Overlay

Overlay adalah prosedur penting dalam analisis SIG (Sistem Informasi

Geografis). Overlay yaitu kemampuan untuk menempatkan grafis satu peta

diatas grafis peta yang lain dan menampilkan hasilnya di layar komputer

atau pada plot. Secara singkatnya, overlay menampalkan suatu peta digital

pada peta digital yang lain beserta atribut-atributnya dan menghasilkan

peta gabungan keduanya yang memiliki informasi atribut dari kedua peta

tersebut.

k. Buffer

Buffering adalah kegiatan membuat kenampakan baru di sekitar

kenampakan yang sudah ada dan salh satu proses dalam geoprocessing

yang umum digunakan dalam analisis SIG.

Buffer digambarkan dalam bentuk polygon yang mempunyai ketentuan

jarak tertentu pada bentang kenampakan tertentu, ada beberapa beberapa

fungsi buffer diantaranya, mengidentifikasi daerah yang berada di sekitar

kenampakan geografis, mengidentifikasi kenampakan yang termasuk di

dalam atau berada di luar daerah buffer, dan untuk menyediakan ukuran

perkiraan yang dekat suatu kenampakan.

l. Veronoi

Metode veronoi dalam GIS merupakan metode yang digunakan untuk

membuat diagram lokasi kedekatan suatu objek di banding objek lain.

Poligon voronoi atau thiessen mendefinisikan individu area yang

dipengaruhi oleh sekumpulan titik yang terdapat di sekitarnya. Poligon ini

merupakan pendekatan terhadap informasi titik yang diperluas (titik

menjadi poligon) dengan asumsi bahwa informasi yang terbaik untuk

suatu lokasi yang tidak terdapat pengamatan (pengukuran) di dalamnya

adalah informasi yang terdapat pada titik terdekat dimana hasil

pengamatannya diketahui. Oleh karena itu, poligon ini pada umumnya

digunakan untuk memprediksi nilai-nilai yang terdapat di sekitarnya

(Prahasta, 2004). Contoh yang sering dibahas di dalam literatur adalah

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 37: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

27

analisis data iklim yang tercermin pada alat ukur yang terdapat pada

stasiun cuaca (misalnya curah hujan dan lain sebagainya).

2.6 Satelit Sentinel

Lillesand dan Kiefer (1990) mengatakan, “Penginderaan jauh adalah ilmu

dan seni untuk memperoleh informasi tentang objek, daerah, atau gejala dengan

jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak

langsung terhadap objek, daerah, atau gejala yang dikaji” . Dikatakan ilmu dan

seni karena penginderaan jauh tidak semata-mata hanya menginterpretasi citra.

Interpretasi citra membutuhkan kemampuan khusus yang tergantung dari masing-

masing individu.

Kemampuan ini dapat berbeda-beda, karena jam terbang dalam

interpretasi citra juga berbeda-beda. Selain itu, istilah penginderaan jauh biasanya

dibatasi untuk metode yang menggunakan energi elektromagnetik (seperti cahaya,

panas, dan gelombang radio) sebagai alat untuk mendeteksi dan mengukur

karakteristik objek (Sabins Jr., 1986). Kusumowidagdo, dkk. (2008) menjelaskan

penginderaan jauh memiliki komponen-komponen tertentu yang merupakan satu

kesatuan.

Komponen-komponen tersebut ada tujuh meliputi sumber tenaga,

atmosfer, objek, sensor dengan wahana, pengolah data, interpretasi/analisis, dan

pengguna (user). Sumber tenaga dalam penginderaan jauh tersebut secara umum

terbagi menjadi dua ialah yang bersifat alamiah dan bersifat nonalamiah.

Selanjutnya penginderaan jauh yang menggunakan sumber tenaga alamiah disebut

sistem penginderaan jauh pasif, sedangkan yang menggunakan sumber tenaga

nonalamiah disebut sistem penginderaan jauh aktif. Disebut sistem penginderaan

jauh pasif kerena sensor tidak mengeluarkan tenaga saat merekam, tetapi hanya

memanfaatkan interaksi objek terhadap sinar matahari. Pemanfaatan perekaman

objek juga melalui pancaran yang dimiliki setiap objek. “Penginderaan jauh pasif

yaitu penginderaan jauh yang menggunakan radiasi yang dipantulkan secara

alamiah atau diemisikan medan” (Lo, 1996). Selain itu, sumber tenaga

penginderaan jauh pasif dapat bersumber dari selain sinar matahari. “Di samping

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 38: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

28

sinar matahari, dapat pula digunakan sinar bulan maupun sinar buatan apabila

pemotretannya dilakukan pada malam hari” (Estes dan Holz dalam Sutanto,

1987).

Disebut sistem penginderaan jauh aktif karena sensor mengeluarkan

tenaga saat hendak merekam objek berupa tenaga elektromagnetik juga.

Kemudian dapat disimpulkan bahwa sistem aktif ini dapat merekam pada malam

hari kerena tidak memerlukan sinar matahari untuk merekam objek.

“Penginderaan jauh aktif memanfaatkan radiasi elektromagnetik yang dihasilkan

sensor itu sendiri” (Lo, 1996).

ESA sedang mengembangkan keluarga misi baru yang disebut Sentinels

khusus untuk kebutuhan operasional program Copernicus. Setiap misi Sentinel

didasarkan pada konstelasi dua satelit untuk memenuhi persyaratan kembali dan

cakupan, menyediakan dataset kuat untuk Copernicus Services.

Misi ini membawa berbagai teknologi, seperti instrumen pencitraan radar dan

multispektral untuk pemantauan darat, laut dan atmosfir

a. Sentinel-1 adalah misi pencitraan radar sepanjang hari, cuaca, siang dan

malam untuk layanan darat dan laut. Sentinel-1A diluncurkan pada tanggal

3 April 2014 dan Sentinel-1B pada tanggal 25 April 2016. Keduanya

dibawa ke orbit dengan roket Soyuz dari Spaceport Eropa di Guyana

Prancis.

b. Sentinel-2 adalah misi pencitraan beresolusi tinggi multitektral yang

mengorbit polar untuk pemantauan lahan untuk memberikan, misalnya,

citra vegetasi, tanah dan tutupan air, perairan pedalaman dan daerah

pesisir. Sentinel-2 juga bisa mengantarkan informasi untuk layanan

darurat. Sentinel-2A diluncurkan pada tanggal 23 Juni 2015 dan Sentinel-

2B diikuti pada tanggal 7 Maret 2017.

c. Sentinel-3 adalah misi multi-instrumen untuk mengukur topografi

permukaan laut, suhu permukaan laut dan darat, warna samudera dan

warna tanah dengan akurasi dan keandalan yang tinggi. Misi ini akan

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 39: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

29

mendukung sistem peramalan laut, serta pemantauan lingkungan dan

iklim. Sentinel-3A diluncurkan pada 16 Februari 2016.

d. Prekursor Sentinel-5 - juga dikenal sebagai Sentinel-5P - adalah pendahulu

Sentinel-5 untuk menyediakan data tepat waktu tentang banyak jejak gas

dan aerosol yang mempengaruhi kualitas udara dan iklim. Ini telah

dikembangkan untuk mengurangi kesenjangan data antara satelit Envisat -

khususnya instrumen Sciamachy - dan peluncuran Sentinel-5. Sentinel-5P

dibawa ke orbit pada peluncur Rockot dari Cosmodrome Plesetsk di Rusia

utara pada tanggal 13 Oktober 2017.

e. Sentinel-4 adalah muatan yang ditujukan untuk pemantauan atmosfer yang

akan diluncurkan di satelit Meteosat Third Generation-Sounder (MTG-S)

di orbit geostasioner.

f. Sentinel-5 adalah payload yang akan memantau atmosfer dari orbit kutub

di atas satelit MetOp Second Generation.

g. Sentinel-6 membawa altimeter radar untuk mengukur tinggi permukaan

laut global, tetama untuk oseanografi operasional dan untuk studi iklim.

Misi Sentinel-2 memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Multi-spektral data dengan 13 band di bagian inframerah yang terlihat,

dekat inframerah, dan gelombang pendek dari spektrum

b. Cakupan global permukaan darat yang sistematis dari 56 ° S sampai 84 °

LU, perairan pantai, dan semua Laut Mediterania

c. Revisiting setiap 5 hari di bawah sudut pandang yang sama. Pada garis

lintang tinggi, petak Sentinel-2 saling tumpang tindih dan beberapa daerah

akan diamati dua kali atau lebih setiap 5 hari, namun dengan sudut

pandang yang berbeda.

d. Resolusi spasial 10 m, 20 m dan 60 m

e. 290 km bidang pandang

f. Kebijakan data gratis dan terbuka

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 40: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

30

Untuk mencapai kunjungan yang sering dan ketersediaan misi yang tinggi,

dua satelit Sentinel-2 yang identik (Sentinel-2A dan Sentinel-2B) direncanakan

beroperasi secara bersamaan. Orbit yang direncanakan adalah Sun sinkron pada

ketinggian 786 km (488 mi), 14,3 putaran per hari, dengan simpul turun pukul

10.30. Waktu setempat ini dipilih sebagai kompromi antara meminimalkan

tutupan awan dan memastikan pencahayaan Sun yang sesuai. Hal ini dekat dengan

waktu lokal Landsat dan cocok dengan SPOT's, yang memungkinkan kombinasi

data Sentinel-2 dengan gambar sejarah untuk membangun deret waktu jangka

panjang.

Kedua satelit tersebut akan bekerja pada sisi yang berlawanan dari orbit.

Peluncuran satelit pertama, Sentinel-2A, terjadi pada tanggal 23 Juni 2015 pukul

01:52 UTC di sebuah kendaraan peluncuran Vega. Sentinel-2B diluncurkan pada

tanggal 7 Maret 2017 pada 01:49 UTC, [5] juga berada di atas sebuah roket Vega.

Satelit Sentinel-2 masing-masing membawa satu instrumen multi-spektral

(MSI) dengan 13 saluran spektral di kisaran spektra infra merah (SWIR) yang

terlihat / dekat inframerah (VNIR).

Pencitraan MSI ini menggunakan konsep push-broom dan disainnya telah

didorong oleh persyaratan petak 290 km (180 mil) yang besar, bersamaan dengan

kinerja geometris dan spektral yang tinggi yang diperlukan dalam pengukuran. Ini

memiliki bukaan 150 mm (6 in) dan desain anastigmat tiga cermin dengan

panjang fokus sekitar 600 mm (24 inci); bidang pandang seketika adalah sekitar

21 derajat dengan 3,5 derajat. Cermin berbentuk persegi panjang dan terbuat dari

silikon karbida, sebuah teknologi serupa untuk yang ada di misi Gaia.

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 41: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

31

Tabel 2.4 Kanal Pada Satelit Sentinel 2

Sentinel-2 akan melayani berbagai aplikasi yang terkait dengan permukaan

tanah dan zona pesisir bumi.

Misi ini terutama akan memberikan informasi untuk praktik pertanian dan

kehutanan dan untuk membantu mengelola ketahanan pangan. Citra satelit akan

digunakan untuk menentukan berbagai indeks tanaman seperti luas daun klorofil

dan indeks kadar air. Hal ini sangat penting untuk prediksi hasil dan aplikasi yang

efektif terkait dengan vegetasi bumi.

Serta memantau pertumbuhan tanaman, Sentinel-2 dapat digunakan untuk

memetakan perubahan tutupan lahan dan untuk memantau hutan dunia. Ini juga

akan memberikan informasi tentang polusi di danau dan perairan pesisir. Gambar

banjir, letusan gunung berapi dan tanah longsor berkontribusi pada pemetaan

bencana dan membantu usaha bantuan kemanusiaan.

Contoh untuk aplikasi meliputi:

a. Monitoring perubahan tutupan lahan untuk pemantauan lingkungan

b. Aplikasi pertanian, seperti pemantauan dan pengelolaan tanaman untuk

membantu ketahanan pangan

c. Detil vegetasi dan pemantauan hutan dan pembangkitan parameter

(misalnya indeks luas daun, konsentrasi klorofil, estimasi massa karbon)

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 42: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

32

d. Pengamatan terhadap zona pesisir (pemantauan lingkungan laut, pemetaan

zona pesisir)

e. Pemantauan air di darat

f. Pemantauan gletser, pemetaan tingkat es, pemantauan tutupan salju

g. Pemetaan dan pengelolaan banjir (analisis risiko, penilaian kerugian,

penanganan bencana selama banjir)

h. Aplikasi web Monitoring Sentinel menawarkan cara mudah untuk

mengamati dan menganalisis perubahan lahan berdasarkan data Sentinel-2

yang diarsipkan.

2.7 Penginderaan Jarak Jauh (Remote Sensing)

2.7.1 Pengertian Remote Sensing

Sabins (1996) dalam Kerle, et al. (2004) menjelaskan bahwa penginderaan

jauh adalah ilmu untuk memperoleh, mengolah dan menginterpretasi citra yang

telah direkam yang berasal dari interaksi antara gelombang elektromagnetik

dengan suatu objek. Sedangkan menurut Lillesand and Kiefer (1993),

Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang

suatu objek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan

suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah atau fenomena yang dikaji.

Pengertian tentang Penginderaan Jauh menurut beberapa ahli, sebagai berikut :

a. Penginderaan jauh (remote sensing), yaitu penggunaan sensor radiasi

elektromagnetik untuk merekam gambar lingkungan bumi yang dapat

diinterpretasikan sehingga menghasilkan informasi yang berguna

(Curran, 1985).

b. Penginderaan Jauh (remote sensing) adalah ilmu dan seni untuk

memperoleh informasi tentang suatu objek daerah, atau fenomena

melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak

langsung dengan objek, daerah, atau fenomena yang dikaji (Lillesand

dan Kiefer, 1998)

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 43: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

33

c. Penginderaan jauh merupakan suatu ilmu, karena terdapat suatu

sistimatika tertentu untuk dapat menganalisis informasi dari

permukaan bumi, ilmu ini harus dikoordinasi dengan beberapa pakar

ilmu lain seperti ilmu geologi, tanah, perkotaan dan lain sebagainya.(

Everett Dan Simonett, 1976 )

d. Penginderaan jauh (remote sensing), yaitu suatu pengukuran atau

perolehan data pada objek di permukaan bumi dari satelit atau

instrumen lain di atas jauh dari objek yang diindera (Colwell, 1984).

e. Penginderaan jauh (remote sensing), yaitu ilmu untuk mendapatkan

informasi mengenai permukaan bumi seperti lahan dan air dari citra

yang diperoleh dari jarak jauh (Campbell,1987).

Data penginderaan jauh diperoleh dari suatu satelit, pesawat udara balon

udara atau wahana lainnya. Data-data tersebut berasal rekaman sensor yang

memiliki karakteristik berbeda-beda pada masing-masing tingkat ketinggian yang

akhirnya menentukan perbedaan dari data penginderaan jauh yang di hasilkan

(Richards and Jia, 2006).

Pengumpulan data penginderaan jauh dapat dilakukan dalam berbagai

bentuk sesuai dengan tenaga yang digunakan. Tenaga yang digunakan dapat

berupa variasi distribusi daya, distribusi gelombang bunyi atau distribusi energi

elektromagnetik (Purwadhi, 2001).

Penginderaan jauh sangat tergantung dari energi gelombang

elektromagnetik. Gelombang elektromagnetik dapat berasal dari banyak hal, akan

tetapi gelombang elektromagnetik yang terpenting pada penginderaan jauh adalah

sinar matahari. Banyak sensor menggunakan energi pantulan sinar matahari

sebagai sumber gelombang elektromagnetik, akan tetapi ada beberapa sensor

penginderaan jauh yang menggunakan energi yang dipancarkan oleh bumi dan

yang dipancarkan oleh sensor itu sendiri. Sensor yang memanfaatkan energi dari

pantulan cahaya matahari atau energi bumi dinamakan sensor pasif, sedangkan

yang memanfaatkan energi dari sensor itu sendiri dinamakan sensor aktif (Kerle,

et al., 2004)

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 44: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

34

Analisa data penginderaan jauh memerlukan data rujukan seperti peta

tematik, data statistic dan data lapangan. Hasil analisa yang diperoleh berupa

informasi mengenai bentang lahan, jenis penutup lahan, kondisi lokasi dan kondisi

sumberdaya lokasi. Informasi tersebut bagi para pengguna dapat dimanfaatkan

untuk membantu dalam proses pengambilan keputusan dalam mengembangkan

daerah tersebut. Keseluruhan proses pmulai dari pengambilan data, analisis data

hingga penggunaan data tersebut disebut Sistem Penginderaan Jauh (Purwadhi,

2001).

2.7.2 Aplikasi Penginderaan Jarak Jauh

2.7.2.1 Indeks Vegetasi

Cambell (2011) menjelaskan, indeks vegetasi atau VI (vegetation index),

dianalisa berdasarkan nilai – nilai kecerahan digital. Indeks vegetasi terbentuk dari

kombinasi dari beberapa nilai spectral dengan menambahkan, dibagi atau

dikalikan dengan cara yang dirancang untuk menghasilkan nilai tunggal yang

menunjukkan jumlah atau kekuatan vegetasi dalam pixel.

Indeks vegetasi adalah besaran nilai kehijauan vegetasi yang diperoleh dari

pengolahan sinyal digital data nilai kecerahan (brightness) beberapa kanal data

sensor satelit. Pemantauan dilakukan dengan proses perbandingan antara tingkat

kecerahan kanal cahaya merah vegetasi (red) dan kanal cahaya inframerah dekat

(near infrared). Fenomena penyerapan cahaya merah oleh klorofil dan pemantulan

cahaya inframerah dekat oleh jaringan mesofil yang terdapat pada daun membuat

nilai kecerahan yang diterima sensor satelit pada kanal tersebut jauh berbeda.

Daratan non-vegetasi, termasuk diantaranya wilayah perairan, permukiman

penduduk, tanah kosong terbuka, dan wilayah dengan kondisi vegetasi yang

rusak, tidak menunjukkan nilai rasio yang tinggi (minimum). Sebaliknya wilayah

bervegetasi sangat rapat dengan kondisi sehat, perbandingan kedua kanal

tersebuat akan sangat tinggi (maksimum) (Suniana,2008).

Berikut ini disajikan indeks vegetasi penginderaan jauh yang sering digunakan :

Normalized Difference Vegetation Index (NDVI)

NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) merupakan perhitungan

citra yang digunakan untuk mengetahui tingkat kehijauan yang sangat baik

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 45: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

35

sebagai awal dari pembagian daerah vegetasi. NDVI dapat menunjukan parameter

yang berhubungan dengan parameter, antara lain: biomassa dedaunan hijau,

daerah dedaunan hijau yang merupakan nilai yang dapat diperkirakan untuk

pembagian vegetasi.

Pilihan 2 Band tentunya dilakukan dengan berbagai pertimbangan, yaitu

pemantulan cahaya oleh objek (Reflectance), penyerapan cahaya oleh objek

(Absorptance) dan pelolosan cahaya oleh objek (Transmittance). Pemantulan

maksimum pada vegetasi terjadi pada panjang gelombang Near Infrared.

Pemantulan maksimum disebabkan oleh struktur daun (mesophyll) yang dapat

meningkatkan pemantulan gelombang Near Infrared. Penyerapan maksimum

terjadi pada panjang gelombang Visible Red. Penyerapan disebabkan oleh zat

hijau daun (Chlorophyll) (Assyakur, 2009).

Analisis citra digital dengan NDVI lebih efektif untuk objek kajian yang

mempunyai wilayah persebaran yang luas (Arnanto, 2013) seperti Gunung. Proses

NDVI menghasilkan sebuah citra baru dengan piksel berkisaran -1 sampai dengan

+1. Nilai piksel positif menandakan suatu vegetasi, sedangkan nilai piksel negatif

menandakan suatu objek non-vegetasi. Klasifikasi objek berdasarkan nilai NDVI

yaitu sebagai berikut (Benny, 2008).

Tabel 2.5 Daerah Pembagian NDVI

Rentang suatu nilai NDVI antara -0.1 hingga +0.1. Nilai yang lebih besar

dari 0.1 biasanya menandakan peningkatan derajat kehijauan dan intensitas dari

vegetasi. Nilai diantara 0 dan 0.1 umumnya merupakan karakteristik dari bebatuan

dan lahan kosong, dan nilai yang kurang 0 kemungkinan mengidentifikasi awan

es, awan uap air dan salju. Permukaan vegetasi memiliki rentang nilai NDVI 0.1

untuk lahan savanna hingga 0.8 untuk daerah hutan hujan tropis.

Adapun formulasi NDVI adalah sebagai berikut :

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 46: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

36

…………………………………………….…………(2.2)

Di mana :

NIR = Nilai reflektan kanal inframerah dekat (Band 8)

RED = Nilai reflektan kanal merah (Band 4)

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 47: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

37

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Soppenng sebagai karakteristik

model spasial daerah yang dianalisis berbasis GIS dan remote sensing. Fokus

utama dalam penelitian ini adalah daerah Kabupaten Soppeng. Adapun lokasi

penelitian di sajiakan dalam bentuk gambar.

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian Kabupaten Soppeng

3.2 Tahapan Penelitian

Dalam penelitian ini tahapan pelaksanaan penelitian ini terdiri atas empat

tahapan, yaitu tahap studi pendahuluan, tahap persiapan data, survey dan

kompilasi data, serta tahap analisis data dan permodelan. Adapun langkah-langkah

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 48: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

38

penelitian yang akan dilakukan disajikan secara detail pada keempat tahapan

tersebut pada bagian gambar 3.1.

Gambar 3.2 Bagan Kerangka Kerja Tahapan Penelitian

1. Studi Pendahuluan

Pada tahapan studi pendahuluan ini meliptui 3 kegiatan yaitu studi pustaka,

perumusan lingkup riset, dan pembangunan model hipotesa. Kegiatan

penelitian ini diuraikan pada bagian berikut ini.

a. Studi Pustaka

Pada tahapan inni telah dilakukan kajian pustaka terhadap teori dasar

dan hasil – hasil terdahulu yang berkaitan dengan tema penelitian ini,

yang meliputi teori Sistem Informasi Geografis, analisis spasial,

analisas spasial 3D dengan data DEM, analisais spasial citra dan

penginderaan jauh (remote sensing). Karakteristik lokasi studi juga

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 49: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

39

akan bahan dalam pustaka ini, yaitu teori karakteristik demografi

penduduk dan karakteristik jaringan jalan. Diharapkan hasil – hasil

kajian ini dapat memperlihatkan kelebihan dan kelemahan studi

terdahulu. Dengan demikian diharapkan penelitian ini dapat

mengusulkan suatu pendekatan, baik aspek analisis maupun aspek

permodelannya serta aspek metode yang berbeda dari penelitian

terdahulu.

b. Perumusan Lingkup Riset

Pada tahap ini, berdasarkan latar belakang dan tema penelitian

mengenai analisis spasial Kabupaten Soppeng berbasis GIS dan remote

sensing. Pada tahap ini dirumuskan tujuan penelitian, lingkup

penelitian dan manfaat penelitian.

c. Pembangunan Model Hipotesa

Pada tahapan tujuan penelitian sebelumnya telah dirumuskan pada

tahapan sebelumnya, selanjutnya akan di konstuksikan model yang

akan dibangun dan dianalisis. Pada tahap ini di lakukan permodelan

dengan berdasarkan model spasial dan remote sensing dengan citra

sentinel. Permodelan tersebut meliputi model karakteristik jaringan

jalan, demografi, dan karakteristik spasial dengan citra sentinel.

2. Persiapan Peralatan dan Bahan

Pada tahap ini, pelatihan untuk melatih ruang lingkup kerja GIS setelag itu

dilakukan uji coba.

3. Tahapan Pengumpulan Data dan Kompilasi Data

Pada athap ini, dilakukan pengumpulan data berupa data kependudukan

berdasarkan data BPS, luas wilayah, dan panjang jalan pada daerah

Kabupaten Soppeng. Data pendukung seperti shp kabupaten dan data digital

elevation model (DEM) dikumpulkan juga untuk menghasilkan outout

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 50: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

40

nantinya. Selain itu dibutuhkan juga data citra landsat yang diperolehsecara

open source untuk kebutuhan analisis dan permodelan dalam penelitian ini.

Data – data yang diperoleh selanjutnya dikompilasi untuk dapat digunakan

pada tahapan selanjutnya.

4. Analisis dan Pemodelan

Tahapan selanjutnya yaitu analisis dan pemodelan, dimana pada tahapan ini

akan dilakukan analiss dan pemodelan berdasarkan tujuan penelitian yaitu :

a. Karakteristik jaringan jalan (indeks jalan) daerah Kabupaten Soppeng

berbasis GIS (peta jaringan jalan dan perhitungan indeks jalan)

b. Karakteristik demografi dan model spasial berbasis GIS dan remote

sensing (Metode heatmap, kontur wilayah, slope, dan DAS sungai

dengan program QGIS open source)

c. Karakteristik model spasial berbasis GIS dan remote sensing

menggunakan citra Sentinel (analisis indeks vegetasi)

3.3 Metode Analisis

Metode analisis terbagi menjadi dua yaitu, sebagai berikut :

3.3.1 Perhitungan Indeks Jalan

Indeks jalan adalah suatu ukuran kemudahan bagi pengguna jalan untuk mencapai

suatu pusat kegiatan (PK) atau simpul – simpul kegiatan di dalam wilayah yang

dilayani jalan. Indeks jalan diperoleh dengan membagi panjang jalan (km) dengan

luas wilayah daerah terkait (km2).

3.3.2 Analisa Spasial

Adapun analisis model spasial yang akan dilakukan dengan bantuan

program QGIS open Source dalam hal :

Karakteristik pemetaan jaringan jalan berbasis GIS

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 51: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

41

Analisis dan pemetaan Heatmap dari kepadatan penduduk

Analisis Digital Elevation Model ( metode Heatmap, kontur wilayah,

slope) dan Das sungai.

Analisis karakteristik spasial dengan citra sentinel

a. Analisis indeks vegetasi (NDVI)

b. Tata Guna Lahan ( Hutan, Sungai, dll )

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 52: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

42

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Lokasi Studi

Pada sub bab ini akan disajikan rangkuman analisis karakteristik lokasi studi

berupa analisis demografi dan jaringan jalan di Kabupaten Soppeng. Karakteristik

demografi dan jaringan jalan dijelaskan dibawah ini.

4.1.1 Karakteristik Demografi

Kependudukan atan demografi adalah ilmu yang mempelajari tentang

dinamika kependudukan manusia. Demografi meliputi ukuran, struktur, dan

distribusi penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu

akibat kelahiran, kematian, migrasi, serta penuaan. Analisis kependudukan dapat

merujuk masyarakat secara keseluruhan atau kelompok tertentu yang didasarkan

kriteria seperti pendidikan, kewrganegaraan, agama, atau etnisitas tertentu.

A. Populasi Penduduk Soppeng

Pada penelitian ini data populasi penduduk yang diambil adalah data

populasi penduduk pada Kabupaten Soppeng Tahun 2016. Berikut data populasi

penduduk Kabupaten Soppeng pada tahun 2016.

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 53: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

43

Gambar 4.1 Grafik Populasi Penduduk per Kecamatan di Kabupaten Soppeng

Dari data populasi penduduk diatas diketahui bahwa populasi penduduk

terbanyak ada pada Kecamatan Lalabata yaitu sebanyak 44.845 Jiwa, sedangkan

populasi penduduk terendah ada pada Kecamatan Citta yaitu sebanyak 8094 Jiwa.

B. Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk di suatu daerah per satuan

luas. Kepadatan penduduk disuatu daerah dapat di hitung melalui perbandingan

antara jumlah penduduk total dengan luas wilayah. Dalam penelitian berpatokan

pada data kependudukan Kabupaten Soppeng tahun 2016. Dimana data sebagai

berikut :

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 54: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

44

Gambar 4.2 Grafik Kepadatan Penduduk per Kecamatan di Kabupaten

Soppeng

Dari grafik 4.2 diatas, diketahui bahwa kepadatan penduduk tiap kecamatan

terbesar ada pada Kecamatan Liliriaja dengan nilai 284 jiwa/km² dan kepadatan

terkecil ada pada Kecamatan Mario Riawa sebesar 88 jiwa/km².

4.1.2 Karakteristik Jaringan Jalan

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

termasuk bangunan pelengkap, dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi

lalu lintas, yang berada permukaan tanah, diatas permukaan tanah,dibawah

permukaan tanah dan atau air, serta diatas permukaan air, kecuali jalan kereta api

dan jalan kabel (UU No. 38 tahun 2004 tentang Jalan).

A. Jaringan Jalan

Berikut jaringan jalan yang ada pada Kabupaten Soppeng yang diambil dari

Open Street Map.

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 55: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

45

Gambar 4.3 Peta Jaringan Jalan di Kabupaten Soppeng

Gambar 4.3 diatas menunjukkan jaringan jalan yang ada di Kabupaten

Soppeng tiap kecamatan . Berikut tabel rekapitulasi panjang jalan tiap kecamatan

di Kabupaten Soppeng.

Tabel 4.1 Panjang Jaringan Jalan Tiap Kecamatan di Kabupaten Soppeng

NO KECAMATAN PANJANG JALAN (KM) PERSEN (%)

1 CITTA 46,390 4,653

2 DONRI - DONRI 166,430 16.694

3 GANRA 39,000 3,912

4 LALABATA 230,260 23,096

5 LILI RIAJA 107,660 10,799

6 LILI RILAU 158,130 15,861

7 MARIO RIAWA 75,480 7,571

8 MARIO RIWAWO 173,600 17,413

Total 996,950 100,000

Sumber : (Analisis dengan Quantum GIS)

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 56: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

46

Dilihat dari tabel diatas diketahui bahwa panjang jalan terbesar yaitu

Kecamatan Lalabata sepanjang 230,260 Km, sedangkan panjang terkecil ada pada

Kecamatan Ganra sepanjang 39,000 km.

B. Luas Wilayah

Berikut luas wilayah Kabupaten Soppeng yang dihitung per kecamatan

berdasarkan QGIS.

Tabel 4.2 Luas Wilayah Soppeng

NO KECAMATAN

LUAS

WILAYAH

(KM²)

1 CITTA 35,230

2 DONRI DONRI 219,910

3 GANRA 48,660

4 LALABATA 299,390

5 LILI RIAJA 92,210

6 LILI RILAU 160,270

7 MARIO RIAWA 272,420

8 MARIO RIWAWO 235,570

TOTAL 1363,660

Sumber : (Analisis dengan Quantum GIS)

Berdasarkan tabel 4.2 luas Kabupaten Soppeng adalah seluas 1363,660 km2.

C. Indeks Jalan

Indeks jalan suatu ukuran kemudahan bagi pengguna jalan untuk mencapai

suatu pusat kegiatan atau simpul – simpul kegiatan di dalam wilayah yang

dilayani jalan. Untuk mengetahui indeks jalan suatu wilayah maka digunakan

persamaan 2.1, maka di dapat indeks jalan Kabupaten Soppeng sebagai berikut,

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 57: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

47

Sebagai perbandingan indeks jalan di Kabupaten Soppeng dan kabupaten –

kabupaten lain di Sulawesi Selatan, maka di bawah ini disajikan indeks jalan dari

beberapa kabupaten dan kota di Sulawesi Selatan.

Tabel 4.3 Indeks Jalan Kabupaten / Kota Sulawesi Selatan

` KABUPATEN / KOTA INDEKS JALAN

1 MAROS 0,910

2 PINRANG 0,790

3 BONE 0,610

4 PARE - PARE 3,680

5 MAKASSAR 9,860

6 GOWA 1,620

7 TAKALAR 2,670

8 BANTAENG 0,470

9 BULUKUMBA 0,720

10 SOPPENG 0,731

11 SINJAI 1,680

12 LUWU UTARA 2,750

13 ENREKANG 0,990

14 PALOPO 1,480

Sumber : (Analisis dengan Quantum GIS)

Dilihat dari beberapa kabupaten dan kota yang ada di Provinsi Sulawesi

Selatan indeks jaringan jalan Kabupaten Soppeng merupakan indeks jaringan

jalan urutan ke – 4 dari indeks jalan yang terendah. Dengan kata lain aksebilitas

jalan yang ada di Kabupaten Soppeng belum sebaik Kota Makassar dan

Kabupaten Pare – Pare.

4.2 Analisis Spasial

Analisa spasial adalah seperangkat teknik untuk menganalisis data spasial.

Hasil analisis spasial tergantung pada lokasi objek yang dianalisis. Kekuatan GIS

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 58: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

48

terletak pada kemampuannya untuk menganalisis dan mengolah data debgan

jumlah yang besar.

Pengetahuan mengenai bagaimana cara mengestrak dta dan bagaimana

menggunakannya merupkan kunci analisis di dalam GIS. Kemampuan analisis

yang dimanfaatkan pada penelitian ini adalah heatmap permukiman penduduk,

kontur wilayah, slope dan daerah aliran sungai (DAS), dan sungai.

4.2.1 Heatmap Hunian Penduduk

Heatmap adalah sebuah peta yang menggambarkan perseberan lokasi dan

frekuensi data dengan pewarnaan. Heatmap merupakan salah satu alat visualisasi

terbaik untuk data poin yang padat. Heatmap digunakan untuk memudahkan

dalam pengidentifikasian cluster dimana ada konsentrasi tinggi suatu aktifitas.

Hasil pemetaan kepadatan hunian penduduk Soppeng diperlihatkan pada gambar

di bawah ini .

Gambar 4.4 Peta Heatmap Building di Kabupaten Soppeng

Berdasarkan peta heatmap di Kabupaten Soppeng, dapat dianalisis bahwa

kecamatan dengan sebaran permukiman tertinggi adalah Kecamatan Lalabata,

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 59: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

49

Kecamatan Lili Riaja, Kecamatan Lili Rilau, dan Kecamatan Mario Riwawo yang

ditandai dengan warna coklat tua, sedangkan kecamatan dengan sebaran

permukiman yang kurang adalah Kecamatan Ganra, Kecamatan Citta, Kecamatan

Mario Riawa, dan Kecamatan Donri – Donri ditandai dengan warna putih. Hal

tersebut diketahui dari klasifikasi warna pada peta heatmap diatas yaitu padat, dan

tidak padat.

4.2.2 Kontur Wilayah Soppeng

Peta kontur dapat digunakan untuk memberikan gambaran 3 dimensi

kenampakan muka bumi suatu wilayah karena memiliki informasi ketinggian.

Garis kontur yang rapat akan menunjukkan lereng yang curam, sebaliknya garis

kontur yang renggang akan menunjukkan lereng yang curam, sebaliknya garis

kontur yang renggang akan menunjukkan bahwa daerah tersebut relatif datar /

landai.

Berikut peta kontur yang diklasifikasikan berdasarkan warna garis agar

memudahkan dalam menganalisis kenampakan muka bumi di Kabupaten

Soppeng.

Gambar 4.5 Peta Kontur Wilayah Kabupaten Soppeng

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 60: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

50

Berdasarkan peta kontur di Kabupaten Soppeng, dapat dianalisis bahwa

pada bagian selatan barat daya Kabupaten Soppeng merupakan daerah berbukit –

bukit yaitu Kecamatan Lalabata dengan elevasi kontur berkisar antara 1301 –

1440 ( sangat tinggi ). Hal itu dapat dilihat dari warna konturnya yang berwarna

biru. Jika konturnya berwarna merah maka daerah tersebut merupakan daerah

dataran rendah yang memiliki elevasi berkisar antara 0 – 300 (rendah).

4.2.3 Kemiringan Lereng (Slope) Wilayah Soppeng

Peta kemiringan lereng (slope) menunjukkan derajat atau persen

kemiringan suatu permukaan tanah. Slope dianalisis dari kerapatan piksel

berwarna coklat pada peta. Piksel – piksel tersebut akan mengelompok

membentuk piksel berwarna cokelat dengan kerapatan tertentu. Slope dengan

piksel yang berwarna cokelat muda menggambarkan kemiringan lereng yang

kecil (datar) dan piksel berwarna cokelat tua yang memiliki kerapatan tinggi

menggambarkan kemiringan lereng yang curam. Dengan demikian dapat

diklasifikasikan lereng dengan datar, kemiringan rendah, kemiringan rendah,

kemiringan tinggi, dan curam berdasarkan kelas lereng ( tabel 2.3 ) .

Gambar 4.6 Peta Kemiringan Lereng (Slope) Kabupaten Soppeng

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 61: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

51

Berdasarkan peta kemiringan lereng di Kabupaten Soppeng diatas, dapat

dianalisis bahwa pada Kecamatan Lalabata merupakan daerah yang kemiringan

lerengnya curam dengan nilai 41,150 %, sedangkan kecamatan Ganra merupakan

daerah yang datar dengan nilai 0,790 %.

4.2.5 Daerah Aliran Sungai (DAS)

Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan

satu kesatuan dengan sungai dan anak – anak sungainya, yang berfungsi

menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke

danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis

dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas

daratan (PP no 37 tentang Pengelolan DAS, pasal 1). Hasil pemetaan DAS di

perlihatkan pada gambar dibawah ini.

Gambar 4.7 Peta DAS Kabupaten Soppeng

Berdasarkan peta DAS di Kabupaten Soppeng, dapat dianalisis bahwa pada

Kabupaten Soppeng ada 8 DAS (Daerah Aliran Sungai). Berikut luas DAS yang

ada di Kabupaten Soppeng.

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 62: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

52

Tabel 4.4 Luas Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kabupaten Soppeng

NO NAMA DAS

LUAS

(KM²)

PERSEN

(%)

1 BILA WALANAE 1329,590 97,501

2 WALESU 25,820 1,893

3 BINANGAE 3,310 0,243

4 LAMPOKO 1,310 0,096

5 LISU 2,140 0,157

6 TAKALASI 1,160 0,085

7 MALUSETASI 0,340 0,025

TOTAL 1363,670 100

Sumber : (Analisis dengan Quantum GIS)

Dilihat dari tabel 4.6 diketahui bahwa Daerah Aliran Sungai (DAS) terbesar

yang ada di Kabupaten Soppeng adalah Bila Walanae yaitu sebesar 1329,590 Km2

dan DAS yang terkecil adalah Malusetasi yaitu sebesar 0,340 Km2.

4.2.6 Sungai

Sungai adalah aliran air yang besar dan memanjang yang mengalir secara

terus – menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). Peta sungai dapat

dibuat dari aplikasi SAGA setelah itu di masukkan dalam program QGIS. Berikut

sungai – sungai yang ada di Kabupaten Soppeng yang di dapat dari aplikasi

SAGA.

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 63: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

53

Gambar 4.8 Peta Sungai Kabupaten Soppeng

Gambar 4.9 Peta Sungai Kabupaten Soppeng

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 64: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

54

Dilihat dari gambar peta diatas dapat dianalisis bahwa ada 4 jenis sungai

yang ada di Kabupaten Soppeng, yaitu sungai order 1 (anak sungai), sungai order

2 (anak sungai), sungai order 3 (anak sungai), dan sungai order 4 (induk sungai).

Berikut panjang dari masing – masing sungai yang ada di Kabupaten Soppeng

menurut tipenya.

Tabel 4.5 Panjang Sungai Yang Ada di Kabupaten Soppeng

NO TIPE PANJANG SUNGAI (KM)

1 ORDER SUNGAI 1 (ANAK SUNGAI) 335,990

2 ORDER SUNGAI 2 (ANAK SUNGAI) 168,960

3 ORDER SUNGAI 3 (ANAK SUNGAI) 125,820

4 ORDER SUNGAI 4 (INDUK SUNGAI) 8,720

TOTAL 639,490

Sumber : (Analisis dengan Quantum GIS)

Dilihat dari tabel 4.7 diatas diketahui bahwa sungai terpanjang yaitu sungai

order 1 sebesar 335,990 km, dan sungai terpendek adalah sungai order 4 sebesar

8,720 km.

4.3 Analisis Spasial Citra

Gis adalah perangkat lunak yang mampu menganalisis dan mengilah data

citra penginderaan jarak jauh. Data citra penginderaan jauh tersebut berupa data

raster yang akan diolah dengan tool Raster Calculator pada QGIS. Kemampuan

analisis citra GIS yang dimanfaatkan pada penelitian ini adalah untuk

menganalisis indeks vegetasi dan indeks hidrologi pada Kabupaten Soppeng.

4.3.1 Indeks Vegetasi

Indeks vegetasi adalah besaran nilai kehijauan vegetasi yang diperoleh dari

pengolahan sinyal data nilai kecerahan (brightness) beberapa kanal data sensor

satelit. Untuk pemantauan vegetasi, dilakukan proses pembandingan antara

tingkat kecerahan kanal cahaya merah (red) dan kanal cahaya inframerah dekat

(near infrared).

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 65: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

55

Analisis indeks vegetasi pada penelitian ini dilakukan metode Normalized

Difference Vegetation Index (NDVI). Berikut ini hasil analisis indeks vegetasi dari

NDVI :

Normalized Difference Vegetation Index (NDVI)

NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) adalah perhitungan citra

yang digunakan untuk mengetahui tingkat kehijauan, yang sangat baik sebagai

awal dari pembagian daerah vegetasi. NDVI dapat menunjukkan parameter yang

berhubungan dengan parameter vegetasi, antara lain, biomass dedaunan hijau,

daerah dedaunan hijau yang merupakan nilai yang dapat diperkirakan untuk

pembagian vegetasi. Nilai indeks vegetasi ini didasarkan pada perbedaan antara

penyerapan maksimum radiasi di kanal merah (red) sebagai hasil dari pigmen

klorofil dan reflektasi maksimum di kanal spectral inframerah dekat (near infrared

red/NIR) sebagai akibat dari struktur selular daun. (Tucker, 1979). Berikut peta

NDVI Kabupaten Soppeng,

Gambar 4.10 Peta Indeks vegetasi NDVI Kabupaten Soppeng

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 66: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

56

Berdasarkan peta NDVI pada gambar 4.10 diatas dapat dianalisis bahwa

pada Kabupaten Soppeng masih memiliki indeks vegetasi yang baik. Hal ini

dikarenakan pada Kabupaten Soppeng masih memiliki lokasi hutan yang luas.

Terutama pada Kecamatan Lalabata, Kecamatan Mario Riawa, Kecamatan Donri

– Donri dan Kecamatan Mario Riwawo. memiliki Indeks vegetasi yang tinggi

dikarenakan belum dimanfaatkan sebagai permukiman penduduk dibandingkan

Kecamatan Ganra, Kecamatan Lili Riaja, Kecamatan Lili Rilau, dan Kecamatan

Citta yang indeks vegetasinya rendah dikarenakan lahan tersebut lebih

dimanfaatkan sebagai permukiman, jalan, sawah, dan lahan. Dilihat dari gambar

diatas diketahui bahwa indeks vegetasi telah memenuhi daerah pembagian NDVI

pada tabel 2.5. Hasil akhir dari NDVI ini nantinya akan digunakan dalam analisis

tata guna lahan.

4.4 Tata Guna Lahan

Lahan adalah keseluruhan kemampuan muka daratan beserta segala gejala

di bawah permukaannya yang bersangkut paut dengan pemanfaatannya bagi

manusia. Pengertian tersebut menunjukan bahwa lahan merupakan suatu bentang

alam sebagai modal utama kegiatan, sebagai tempat di mana seluruh makhluk

hidup berada dan melangsungkan kehidupannya dengan memanfaatkan lahan itu

sendiri.

Tata guna lahan (land use) adalah suatu upaya dalam merencanakan

penggunaan lahan dalam suatu kawasan yang meliputi pembagian wilayah untuk

pengkhususan fungsi - fungsi tertentu,misalnya fungsi pemukiman, perdagangan,

industri, dll. Rencana tata guna lahan merupakan kerangka kerja yang menetapkan

keputusan-keputusan terkait tentang lokasi, kapasitas dan jadwalpembuatan jalan,

saluran air bersih dan air limbah, gedung sekolah, pusat kesehatan, taman dan

pusat-pusat pelayanan serta fasilitas umum lainnya. Tata guna lahan merupakan

salah satu faktor penentu utama dalam pengelolaan lingkungan.

Untuk menganalisis luas masing – masing luas dari hutan sungai,

permukiman dan sungai digunakan tool Dzetzaka Classification.

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 67: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

57

Gambar 4.11 Peta Tata Guna Lahan Tahun 2016 Kabupaten Soppeng

Gambar 4.12 Peta Tata Guna Lahan Tahun 2016 Kabupaten Soppeng

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 68: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

58

Berdasarkan gambar peta diatas dapat diklasifikasi mengenai hutan lebat,

permukiman, hutan ringan, dan sungai. Untuk mengetahui luas dari masing –

masing maka lihat tabel dibawah ini :

Tabel 4.6 Luas Tata Guna Lahan Tahun 2016 di Kabupaten Soppeng

NO NAMA LUAS (KM²)

1 HUTAN LEBAT 734,677

2 HUTAN RINGAN 170,463

3 PEMUKIMAN 451,018

4 SUNGAI 6,494

TOTAL 1362,654

Sumber : (Analisis dengan Quantum GIS)

Dilihat dari hasil yang di dapat di tahun 2016 dapat dianalisis bahwa luas

lahan, seperti hutan lebat seluas 734,677 km2, hutan ringan seluas 170,463 km2,

permukiman atau sawah kering seluas 451,018 km2, dan sungai seluas seluas

6,494 km2.

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 69: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

59

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian “ Analisis Tata Guna Lahan

Kabupaten Soppeng Berbasis GIS Dan Remote Sensing Menggunakan Citra

Sentinel 2 , dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Indeks jalan Kabupaten Soppeng adalah 0,731 per km

2. Karakteristik demografi di Kabupaten Soppeng adalah sebagai berikut :

a. Populasi penduduk terbesar ada pada Kecamatan Lalabata dengan

jumlah populasi 44.845 jiwa dan populasi terkecil ada pada

Kecamatan Citta dengan jumlah populasi 8.094 jiwa.

b. Kepadatan tiap kecamatan terbesar ada pada Kecamatan Liliriaja

dengan nilai 284 jiwa/km² dan kepadatan terkecil ada pada

Kecamatan Mario Riawa dengan 88 jiwa/km².

3. Analisis tata guna lahan di Kabupaten Soppeng adalah sebagai berikut :

Pada tahun 2016 di Kabupaten Soppeng luas dari masing – masing lahan

adalah sungai lebat seluas 734,677 km2 ; hutan ringan seluas 170,463 km2

; permukiman atau sawah kering seluas 451,018 km2 ; sungai seluas 6,494

km2 .

5.2 Saran

Saran yang dapat dianjurkan peneliti kepada pembaca atau peneliti lain :

a. Untuk peneliti selanjutnya agar menggunakan data sekunder terbaru

seperti data penduduk kabupaten dan juga data panjang jalan sebagai

perbandingan.

b. Untuk peneliti selanjutnya yang sejenis dengan penelitian ini

sebaiknya menggunakan citra yang lebih bersih dari gangguan awan

sehimgga proses analisa spasial penelitian tersebut lebih mudah

dikerjakan.

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 70: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

60

c. Memperbanyak literature tentang penelitian yang sudah ada sehingga

mempermudah pekerjaan penelitian

d. Menguasai software GIS yang terkait dengan penelitian agar

mempermudah dalam menganalisis data.

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 71: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

DAFTAR PUSTAKA

As-syakur, Abd. Rahman. 2009. Evaluasi zona Agroklimat dari Klasifikasi Schmidt – Fergusson menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografi (SIG) Jurnal Pijar MIPA. Vol. III No. 1, Maret 2009: Hal 17 – 22

Badan Pusat Statistik Kabupaten Soppeng. 2016. Soppeng dalam Angka 2016.

Soppeng: Badan Pusat Statistik Budianto, Eko. 2010. Sistem Informasi Geografis dengan Arc View Gis.

Yogyakarta. Andi Offset Campbell J.B, Wyne R. H. 2011. Introduction to Remote Sensing (5th ED). New

York. The Guilford Press. Colwell, R.N. (1984). The visible Portion of The Spectrum, In : Remote Sensing of

Environment. London Ditjen, Bina Marga. 1997. Tata Cara Perencanaan Geometric Jalan Antar Kota Frederic J. Doyle. 1991. Digital Terrain Model : An Overview, Photogrammetric

Engineering & Remote Sensing, vol 44, no 12, Dec 1978, P 1481 – 1485

Hanafi, Muhammad. 2011. SIG dan AHP untuk Sistem Pendukung Keputusan

Perecanaan Wilayah Industri dan Pemukiman Kota Medan. Skripsi. Program Studi Ilmu Komputer. Medan, Indonesia: Universitas Sumatera Utara.

Himpunan Mahasiswa Teknik UNMUH. 2012. Tata Guna Dan Penggunaan

Lahan. Mataram : Fakultas Teknik UNMUH Iskandar, H. 2011. Kajian Standar Pelayanan Minimal Jalan untuk Jalan Umum

Non-Tol, Pusat Litbang Jalan dan Jembatan. Keele ,1997, ” An Introduction to GIS using ArcView : Tutorial ” , Issue 1, Spring 1997 based on Arcview release 3,

http://www.keele.ac.uk/depts/cc/helpdesk/arcview/av_prfc.html Kerle, N. 2004. Principles of remote Sensing : An Introductory textbook.

Netherland: ITC Kiefer, dan Lillesand. 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra

(Diterjemahkan oleh Dulbahri, Prapto Suharsono, Hartono, dan Suharyadi) Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 72: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

Kusumowidagdo, M. dkk. 2008. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Semarang: Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional dan Universiitas Negeri Semarang.

Lillesand and Kiefer. 1993. Remote Sensing And Image Interpretation, Jhon Villey and Sons. New York.

Lo, C.P., 1996. Penginderaan Jauh Terapan. Jakarta: UI-Press. Mogal, J. 1993. VR Technologies : Full Immersion. Iris Universe, 25, 29 -32 Nurshanti, N. 1995. Sistem Informasi Geografis. Dikutip dari

http://library.binus.ac.id pada hari Jum’at 3 April, 2015. Paul J. Curran. 1985. Principle of Remote Sensing, John Willy & Son, New York. Prahasta, Eddy. (2001), Konsep – Konsep Dasar Sistem Informasi Geografi,

Informatika, Bandung.

Prahasta, Eddy. 2004. Sistem Informasi Geografis : Tools dan Plus-Ins. Penerbit Informatika. Bandung.

Purwadhi, F. Sri Hardiyanti. 2001. Jakarta : Interpretasi Citra Digital. Grasindo Republik Indonesia. 2004. Undang – Undang No 38 tahun 2004 tentang Jalan.

Jakarta: Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Richard, J. A. dan Jia, X. 2006. Remote Sensing Digital Image Analysis, edisi ke 4

. Spinger. Berlin Heidelberg Rosana. 2003. Sistem Informasi Geografi (Bahan Ajar). Universitas Lampung.

Bandar Lampung Sabins Jr., Floyd F. 1986. Remote Sensing Principles and Interpretation: Second

Editon. California: W.H. Freeman and Company.

Sabins, Jr.F., 1987, 1996. Remote Sensing : Principle and Interpretation. San Fransisco : W.H. Freeman and Co.

Suniana, Dodi & Diasmara, Elfa. 2008. Analisis Indeks Vegetasi menggunakan

Data Satelit NOAA/AVHRR dan TERRA/AQUA-MODIS. Skripsi tidak diterbitkan. Depok : Deparmen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Kampus Baru UI, Depok 16424

Sutanto. 1987. Penginderaan jauh Jilid 2. Yogyakarta : Gadjah Mada University

Press.

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 73: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

Tempfli, K. 1991, Interpolation and Filtering, ITC Enschede, The Netherlands Tuman. 2001. Overview of GIS. Diakses di http://www.gisdevelopment.net

/tutorials/tuman006.htm. Pada tanggal 18 maret 2017, pukul 22:10 WIB.

Yunus, Hadi Sabari. 2001. Struktur Tata Ruang Kota. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 74: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 75: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 76: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 77: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 78: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 79: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 80: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping

Page 81: TUGAS AKHIR ANALISIS TATA GUNA LAHAN DI KABUPATEN …

Edited with the trial version of Foxit Advanced PDF Editor

To remove this notice, visit:www.foxitsoftware.com/shopping