transk pembelian
TRANSCRIPT
4.1 Sifat Siklus Pengeluaran
Siklus pengeluaran terdiri dari aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan akuisisi dan
pembayaran barang dan jasa. Aktivitas utama dari siklus pengeluaran adalah 1). Membeli
barang dan jasa – transaksi pembelian. 2) melakukan pembayaran – transaksi pengeluaran
kas. Pembelian dan pengeluaran kas mempunyai pengaruh besar terhadap laporan keuangan.
Gambar Pembelian dan Pengeluaran Kas
Tujuan Audit
Manajemen akan menetapkan asersi implisit atau eksplisit tentang transaksi dan saldo
siklus pengeluaran dalam laporan keuangan perusahaan. Asersi-asersi ini mendefinisikan
tujuan audit spesifik dari program audit siklus pengeluaran. Kebanyakan audit atas siklus
pengeluaran mencakup tujuan-tujuan utama tersebut, tetapi tidak dimaksudkan untuk
membahas semua situasi yang dihadapi klien. Untuk mencapai tujuan audit spesifik tersebut,
auditor menggunakan bagian dari metode perencanaan dan pengujian audit.
Penggunaan Pemahaman Bisnis dan Bidang Usaha Untuk Mengembangkan Strategi
Audit
Pemahaman Bisnis dan Bidang Usaha Klien
Sebelum merancang program audit pengeluaran, auditor harus mempertimbangkan
bisnis klien, kekuatan pasar ekstern yang memicu sektor bisnis, dan bagaimana kekuatan ini
Debet Kredit Debet Kredit
Persediaan barang dagangan Utang Dagang Kas
Persediaan bahan baku Potongan pembelian
Pembelian Retur pembelian
Biaya dibayar dimuka
Aktiva Tetap
Aktiva Lainnya
Macam-macam Biaya
Pembelian Pengeluaran Kas
mempengaruhi siklus pengeluaran perusahaan. Pemahaman tentang bisnis dan industri akan
membantu auditor dalam memahami risiko bisnis klien. Selain itu, pemahaman ini juga akan
membantu auditor dalam membuat pertimbangan tentang :
1. Materialitas
Materialitas siklus pengeluaran bagi pemakai laporan keuangan. Siklus pengeluaran
merupakan proses utama dalam banyak industri dan mencerminkan jumlah serta volume
transaksi dalam siklus ini dimana resiko terjadinya salah saji yang material adalah tinggi.
Pengalokasian materialitas ke akun – akun yang dipengaruhi oleh transaksi dalam siklus
ini akan bervariasi sesuai dengan pertimbangannya. Pentingnya siklus pengeluaran ini
juga bisa bervariasi menurut jenis usaha yang dijalankan. Satu industri dapat memproses
transaksi bernilai millyaran dollar selama suatu siklus operasi, sementara yang lainnya
mungkin lebih kecil. Sistem akuntansi yang terkomputerisasi harus mampu memilah
pengeluaran menurut kelompok beban dan besarnya transaksi, serta memudahkan
perhitungan observasi, jumlah total dan rata – ratanya.
2. Risiko Bawaan
Risiko bawaan dalam siklus pengeluaran. Dalam menilai risiko bawaan untuk asersi-
asersi siklus pengeluaran, auditor harus mempertimbangkan faktor-faktor penting yang
bisa mempengaruhi asersi-asersi diseluruh laporan keuangan, serta faktor-faktor yang
hanya berkaitasn dengan asersi spesifik dalam siklus pengeluaran.
3. Risiko Prosedur Analitis
Pengujian analitis efektif dalam mengidentifikasi rekening-rekening siklus pengeluaran
yang salah saji. Risiko prosedur analitis adalah elemen risiko deteksi berupa kegagalan
prosedur tersebut untuk mendeteksi kekeliruan material. Prosedur analitis yang hanya
berfokus pada pembelian dan hutang usaha akan memberikan informasi yang sangat
dapat diandalkan. Apabila perusahaan sedang berkembang, maka merupakan hal yang
biasa untuk memperkirakan pembelian, persediaan dan hutang tumbuh pada tingkat yang
konsisten.
Pertimbangan Tentang Komponen-Komponen Pengendalian Intern
a. Lingkungan Pengendalian
Dalam rangka mendapatkan pemahaman tentang bagaimana manajemen menetapkan
bertanggungjawaban sumber daya perusahaan, perlu dipelajari hal-hal berikut:
Laporan yang digunakan manajemen untuk menilai review kinerja perusahaan.
Seberapa sering dan seberapa cepat laporan manajemen direview.
Keputusan yang didasarkan pada laporan.
Kebijakan perusahaan untuk menindaklanjuti persoalan-persoalan yang diangakat
dari laporan-laporan utama.
b. Perhitungan Risiko Manajemen
Perhitungan risiko manajemen yang berkaitan dengan siklus pengeluaran meliputi
pertimbangan atas hal-hal berikut :
o Kemampuan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan aliran kas untuk transaksi
pembelian.
o Kerugian tak terduga yang mungkin timbul dari komitmen pembelian.
o Ketersedian supplies penting berkelanjutan dan stabilitas pemasok-pemasok
penting.
o Pengaruh kenaikan biaya terhadap perusahaan.
o Atensi perusahaan terhadap risiko terjadinya pembayaran dobel.
o Atensi perusahaan terhadap risiko terjadinya kecurangan yang dilakukan pegawai.
c. Informasi dan Komunikasi (Sistem Akuntansi)
Pemahaman atas sistem akuntansi memerlukan pengetahuan tentang metode pemrosesan
data dan dokumen serta catatan penting yang digunakan dalam pemrosesan transaksi
siklus pengeluaran. Informasi penting yang harus dipahami auditor meliputi :
Bagaimana pembelian, pembayaran, dan retur diawali.
Bagaimana transaksi pembelian diperhitungkan ketika barang dan jasa diterima
atau barang dikembalikan.
Catatan akuntansi, dokumen, akun, dan file komputer apa yang digunakan dalam
akuntansi untuk berbagai tahapan dari setiap transaksi siklus pembelian.
Proses yang mengawali terjadinya pembayaran atas barang dan jasa.
d. Pemonitoran
Aktivitas pemantauan yang mengharuskan auditor mendapatkan pengetahuan, apabila
berlaku, mencakup: (1) Umpan balik yang terus menerus dari pemasok perusahaan
menyangkut setiap masalah masalah pembayaran atau masalah pengiriman di masa
depan. (2) Komunikasi dari auditor eksternal tentang kondisi yang dapat dilaporkan atau
kelemahan yang material atas pengendalian internal yang relevan, yang ditemukan
selama audit sebelumnya. (4) Penilaian periodik oleh auditor internal tentang kebijakan
serta prosedur pengendalian yang berhubungan dengan siklus pengeluaran.
e. Penilaian awal atas risiko pengendalian
Prosedur-prosedur yang digunakan auditor untuk memperoleh pemahaman mengennai
keempat komponen pengendalian intern meliputi rancangan tentang kebijakan dan
prosedur serta apakah hal tersebut telah dilaksanakan, tetapi tidak mencakup penilaian
mengenai efektivitas pengendalian tersebut. Auditor dapat melaksanakan beberapa
pengujian pengendalian secara berbarengan dengan prosedur untuk mendapatkan
pemahaman yang diperlukan. Dalam kasus ini, auditor dapat memperoleh kepastian yang
terbatas mengenai keefektifan pengendalian bersangkutan. Bukti yang diperoleh dari
pengujian pengendalian secara berbarengan tersebut dapat mendukung penurunan
penilaian awal atas risiko pengendalian untuk asersi-asersi terkait tertentu sedikit dibawah
maksimum atau tinggi.
4.2 Aktivitas Pengendalian-Transaksi Pembelian
Dewasa ini hampir semua perusahaan telah menerapkan sistem informasi akuntansi
berkomputer. Oleh karena itu pembahasan akan difokuskan pada nagaimana manajemen
menerapkan pengendalian aktivitas dengan menggunakan prosedur-prosedur pengendalian
yang terprogram. Pengendalian berkomputer terdiri dari dua jenis:
Pengendalian Umum, yang berkaitan dengan lingkungan komputer dan yang
mempunyai pengaruh besar terhadap aplikasi komputer.
Pengendalian Aplikasi, yang berkaitan dengan aplikasi akuntansi berkomputer
individual, seperti misalnya siklus pengeluaran.
Apabila pengendalian umum tidak efektif, maka pengendalian aplikasi jarang bisa
diandalkan. Dalam pembahasan selanjutnya, diasumsikan bahwa pengendalian umum cukup
efektif, termasuk pula prosedur-prosedur tindak lanjut yang digunakan perusahaan untuk
menyelidiki berbagai persoalan yang ditimbulkan oleh pengendalian aplikasi.
Dokumen dan Catatan
Sistem PDE tertentu mungkin menggunakan bentuk dokumen dan file yang berbeda.
Untuk perusahaan yang menggunakan sistem database, catatan transaksi disimpan dalam
suatu database dan auditor perlu memahami tabel-tabel utama yang menggerakkan akses ke
informasi dalam sistem ini, serta bagaimana tabel tersebut saling berkaitan. Berikut akan
dibahas dokumen dan catatan yang paling sering dijumpai dalam sistem akuntansi.
Permintaan pembelian, permintaan tertulis terhadap barang/jasa dari departemen
yang berwenang untuk mengajukan hal ini ke departemen pembelian.
Order pembelian, permintaan tertulis dari departemen pembelian kepada pemasok
untuk membeli barang/jasa yang tertulis dalam order tersebut.
Laporan penerimaan, laporan yang dibuat berdasarkan jenis dan jumlah barang yang
diterima dari pemasok.
Faktur penjualan, tagihan dari pemasok yang memuat jenis barang/jasa yang
diberikan, jumlah yang harus dibayar, termin pembayaran serta tanggal tagihan.
Voucher, formulir intern perusahaan yang menyebutkan nama pemasok, jumlah yang
harus dibayar dan tanggal pembayaran untuk pembelian yang telah diterima.
Dokumen ini digunakan untuk otorisasi dalam melakukan pencatatan dan
pembayaran utang.
Laporan pengecualian, laporan yang berisi informasi tertentu yang perlu diselidiki
oleh pengendalian aplikasi komputer.
Ikhtisar voucher, laporan yang berisi seluruh voucher yang diproses dalam suatu
batch atau dalam satu hari.
Register voucher, catatan akuntansi formal tentang utang yang telah mendapat
persetujuan untuk dibayar.
File induk pemasok yang telah disetujui, file komputer yang birisi informasi tentang
penjual dan pemasok yang telah disetujui perusahaan.
File order pembelian terbuka, file komputer yang berisi order pembelian yang telah
dikirim ke pemasok tetapi barang/jasanya belum diterima.
File penerimaan, file komputer yang berisi informasi tentang kuantitas barang yang
diterima dari pemasok.
File transaksi pembelian, file komputer yang berisi data voucher yang telah disetujui
untuk pembelian yang telah diterima.
File induk utang dagang, file komputer yang berisi data voucher yang belum dibayar
dan biasanya disusun berdasarkan pemasok.
File penolakan, file komputer yang menahan transaksi pembelian yang belum
diproses karena ditolak oleh program aplikasi komputer.
Fungsi-fungsi
Pengolahan transaksi pembelian melibatkan fungsi-fungsi pembelian berikut:
a) Pengajuan pembelian
Pada umumnya suatu transaksi pembelian diawali dengan proses pemberian
persetujuan atas transaksi yang akan dilakukan dengan pihak ketiga. Permintaan
perusahaan untuk bertransaksi dengan perusahaan lain, meliputi:
Mencantumkan nama pemasok dalam daftar pemasok. Proses pemberian otorisasi
untuk melakukan pemesanan merupakan tahap pengendalian yang penting, terutama
dalam sistem akuntansi yang mengandalkan pengendalian komputer. Apabila
manajemen telah melakukan pengendalian yang ketat dalam menetapkan pemasok
yang dicantumkan dalam daftar pemasok maka karyawan akan sulit melakukan
pembelian fiktif.
Mengajukan permintaan barang dan jasa. Permintaan pembelian merupakan awal
dari alur bukti dokumen transaksi yang mendukung asersi manajemen tentang
keberadaan atau keterjadian transaksi pembelian. Faktor pengendalian yang harus
diperhatikan adalah bahwa semua permintaan harus memenuhi kebijakan otorisasi
yang ditetapkan perusahaan. Dalam sistem berkomputer harus digunakan sistem
pemberian nomor pada dokumen yang unik dan berurutan dari departemen manapun
asal permintaan itu. Data yang ditolak dalam sistem on-line akan menghasilkan
laporan yang perlu segera ditindaklanjuti atau harus diperbaiki oleh departeman yang
membuatnya dan diajukan kembali jika permintaannya sah.
Membuat order pembelian. Pembuatan order pembelian merupakan kelanjutan dari
proses memulai transaksi. Sistem berkomputer memiliki daftar pemasok yang telah
diotorisasi dan daftar harga mutakhir dari semua barang yang umumnya dibeli oleh
perusahaan. order pembelian dibuat dengan menggunakan informasi dari daftar
tersebut. Order pembelian harus bernomor urut cetak dan ditandatangani oleh pejabat
yang berwenang di bagian pembelian (atau orang tertentu yang berwenang). Lembar
asli dikrimkan kepada pemasok dan tembusannya didistribusikan ke bagian lain
perusahaan.
b) Penerimaan barang dan jasa
Order pembelian yang sah merupakan otorisasi bagi bagian penerimaan untuk
menerima barang yang dikirimkan oleh pemasok. Penerimaan ini biasanya membuktikan
kelengkapan suatu transaksi dan penetapan utang. Penerimaan fisik barang atau
pengiriman kembali barang meliputi:
Membuat laporan penerimaan barang. Laporan penerimaan barang yang bernomor
urut tercetak harus dibuat untuk setiap order yang telah diterima barangnya, sebagai
bukti bahwa barang telah diterima dan bahwa utang telah terjadi. Laporan
penerimaan merupakan dokumen yang sangat penting dalam mendukung asersi
keberadaan atau keterjadian transaksi pembelian.
Menyimpan barang yang diterima digudang. Setelah barang diserahkan ke
gudang/departemen yang membutuhkan, bagian penerimaan harus memintan tanda
tangan penerima sebagai bukti bahwa barang telah diterima ditempat itu. Hal ini
merupakan pertanggungjawaban atas barang yang dibeli. Selanjutnya dilakukan
pemisahan barang untuk persediaan dan fungsi lainnya untuk menghindari
pembelian yang tidak sah dan penyalahgunaan barang.
c) Pencatatan utang
Penerimaan barang atau jasa biasanya menjadi landasan bagi timbulnya
kewajiban perusahaan untuk menyelesaikan suatu transaksi. Banyak perusahaan
menggunakan voucher untuk mengakui dan mencatat kewajibannya. Pengendalian atas
pencatatan utang meliputi : pencocokan detil voucher denganfaktur penjualan, laporan
penerimaan dan order pembelian; pembandingan tanggal; pengecekan ketelitian
penghitungan; penentuan kebenaran pencatatan voucher; penentuan voucher
mencerminkan kewajiban perusahaan dengan menunjuk orang untuk otorisasi
pembayaran voucher;penentuan kode untuk pendistribusian rekening; kelengkapan
dokumen pendukung.
Pembuatan voucher dan pencatatan utang. Voucher adalah dokumen bernomor urut
tercetak yang berhubungan dengan pencatatan utang dalm jurnal tau register
voucher. Setelah menerima faktur dari penjual, pegawai bagian utang dagang
memasukkan data transaksi melalui terminal. Total batch dan total batch to run harus
menjamin bahwa semua transaksi telah dibukukan. Seorang petugas akuntansi harus
melakukan pengecekan independen terhadap voucher tersebut.
Mendapatkan pemahaman dan penetapan risiko pengendalian
Auditor harus memperoleh pemahaman tentang siklus pembelian yang cukup untuk
membuat perencanaan audit. Hal ini berarti auditor perlu memperoleh pemahaman yang
cukup sehingga ia mampu mengidentifikasi jenis-jenis salah saji potensial,
mempertimbangkan faktor yang mempengaruhi risiko salah saji material dan merancang
pengujian substantive. Apabila auditor merencanakan untuk menetapkan risiko pengendalian
pada tingkat moderat atau tinggi, maka ia bisa menggunakan pengetahuan tentang efektivitas
pengendalian yang diperolehnya ketika sedang berusaha mendapatkan pemahaman
pengendalian intern. Apabila auditor merencanakan untuk menetapkan risiko pengendalian
pada tingkat rendah, ia harus: (1) menguji efektivitas pengendalian umum (2) menggunakan
teknik audit berbantuan komputer untuk mengevaluasi efektivitas pengendalian terprogram,
dan (3) menguji efektivitas prosedur untuk menindaklanjuti penyimpangan yang ditunjukkan
oleh pengendalian terprogram.
4.3 Aktivitas Pengendalian-Transaksi Pengeluaran Kas
Jusuf, Al Haryono.2002. Auditing (Pengauditan) Buku 2. STIE YKPN: Yogyakarta