tinjauan yuridis, egi anggiawati padli, fh ui,...

87
Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Upload: lamliem

Post on 06-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 2: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 3: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 4: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 5: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 6: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 7: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 8: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 9: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 10: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

1

Universitas Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Lembaga kenotariatan merupakan salah satu lembaga kemasyarakatan

yang ada di Indonesia. Lembaga ini muncul akibat dari kebutuhan masyarakat

yang menghendaki adanya suatu alat bukti mengenai hubungan hukum

keperdataan yang ada dan akan terjadi diantara mereka. Mengingat semakin

meningkatnya kebutuhan masyarakat dan akan jasa Notaris maka dibentuklah

Notaris yang khusus melayani masyarakat dibidang keperdataan, khususnya

dalam membuat akta otentik seperti yang ternyata dalam pasal 1868 KUHPerdata

yaitu :

“Akta Otentik ialah suatu akta yang didalam bentuk yang ditentukan oleh undang-

undang, dibuat oleh atau dihadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk

itu di tempat dimana akta dibuatnya.”1

Indonesia sebagai negara hukum, seperti yang terdapat dalam Pasal 1 ayat

(3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Maka seluruh sendi

kehidupan dalam bermasyarakat harus berdasar dan tidak boleh menyimpang dari

norma-norma hukum yang berlaku di Indonesia. Terkait dengan lembaga

kenotariatan ini maka dalam hubungan keperdataan menyangkut dengan akta

otentik maka harus dibuat oleh Notaris.

Walaupun Notaris sebagai pejabat umum yang diberikan kewenangan oleh

Negara untuk membuat akta otentik tidak menutup kemungkinan terjadinya

pelanggaran yang dilakukan oleh Notaris itu sendiri, maka dari itu disusunlah

kode etik Notaris yang ditetapkan oleh Ikatan Notaris Indonesia. Tujuan

disusunnya kode etik Notaris tersebut adalah agar suatu profesi Notaris dapat

1 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata[Burgerlijk Wetboek], diterjemahkan oleh Subekti

dan R. Tjitrosudibio, (Jakarta:Pradnya Paramita, 1996), Ps. 1868.

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 11: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

2

Universitas Indonesia

dijalankan dengan profesional dengan motivasi dan orientasi pada keterampilan

intelektual serta berargumentasi secara rasional dan kritis serta menjunjung tinggi

nilai-nilai moral. Akan tetapi pada saat sekarang ini banyak Notaris yang

mengabaikan hal-hal tersebut, sehingga tingkat pelanggaran terhadap kode etik

Notaris semakin meningkat. Pelanggaran kode etik tersebut meliputi pelanggaran-

pelanggaran terhadap norma-norma, baik itu norma agama, kesusilaan, kesopanan

maupun norma hukum.

Kode etik merupakan bagian dari hukum positif yang dibuat secara

tertulis, namun tidak mempunyai sanksi yang keras. Keberlakuan ini semata-mata

berdasarkan kesadaran moral, tidak seperti undang-undang yang sifatnya

memaksa. Alasan diabaikannya kode etik ini dipengaruhi oleh faktor ekonomi,

sosial, politik, adat budaya, agama, teknologi, dan sebagainya. Semua unsur

tersebut berhubungan, saling mengikat dan saling mempengaruhi satu dengan

yang lain.

Seorang Notaris didalam melaksanakan jabatannya harus bersikap

profesional dengan dilandasi kepribadian yang luhur dengan senantiasa

melaksanakan undang-undang sekaligus menjunjung tinggi Kode Etik Profesinya

yaitu Kode Etik Notaris. Seorang Notaris diharapkan dapat bertindak jujur,

seksama, mandiri, tidak berpihak, dan menjaga kepentingan pihak yang terkait

dalam kepentingan hukum, sebagaimana diatur dalam Pasal 16 ayat 1 a Undang-

Undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. Notaris harus dapat

mengikuti perkembangan hukum sehingga dalam memberikan jasanya kepada

masyarakat, dalam membantu mengatasi dan memenuhi kebutuhan hukum yang

terus berkembang dapat memberikan jalan keluar yang dibenarkan oleh hukum,

Oleh karena itu, Notaris dalam melaksanakan tugasnya harus tunduk dan terikat

dengan peraturan-peraturan yang ada, yaitu Undang-Undang Jabatan Notaris,,

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Kode Etik Notaris dan Peraturan Hukum

lainnya.2

Jabatan yang diemban Notaris adalah suatu jabatan kepercayaan yang

diamanatkan oleh Undang-Undang dan masyarakat, untuk itulah seorang Notaris

bertanggung jawab untuk melaksanakan kepercayaan yang diberikan kepadanya

2 Putri A.R., Perlindungan Hukum Terhadap Notaris Indikator Tugas-Tugas Jabatan Notaris

yang Berimplikasi Perbuatan Pidana,PT. Sofmedia 2011, hlm 5.

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 12: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

3

Universitas Indonesia

dengan selalu menjunjung tinggi etika hukum dan martabat serta keluhuran

jabatannya, sebab apabila hal tersebut diabaikan oleh seorang Notaris maka akan

berbahaya bagi masyarakat umum yang dilayaninya. Dalam menjalanan

jabatannya Notaris harus mematuhi seluruh kaedah moral yang telah hidup dan

berkembang di masyarakat. Selain dari adanya tanggung jawab dari etika profesi,

adanya integritas dan moral yang baik merupakan persyaratan penting yang harus

dimiliki oleh seorang Notaris. Moral adalah akhlak, budi pekerti yang berkaitan

dengan baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, dan

kewajiban.3

Notaris sebagai pejabat umum diangkat oleh pemerintah untuk

kepentingan masyarakat luas tanggung jawabnya berdasarkan undang-undang

nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, yang mengatur dengan jelas

kewajiban dan Larangan bagi Notaris dalam menjalankan jabatannya.

Notaris sebagai Profesi dasar utamanya adalah kepercayaan dan Notaris

menanggung amanah yang berat atas kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat

berikan kepadanya. Nilai lebih dari suatu profesi adalah sejauh apakah seorang

professional mampu menahan godaan untuk menyelewengkan kepercayaan yang

diembankan kepada mereka, padahal godaan untuk menyelewengkan kepercayaan

begitu besar Landasan yang berbentuk Moralitas menjadi mutlak untuk dibangun

Notaris sebagai kelompok papan atas, memiliki andil yang besar bagi masyarakat

luas dalam membangun moralitas.4

Sangat disayangkan akhir-akhir ini banyak sekali kasus-kasus Notaris

yang melangggar moral dan etika, baik dalam menjalankan jabatannya sebagai

pejabat umum maupun sebagai pribadi. Pelanggaran martabat dan nama baik

seorang Notaris sampai pelanggaran kewajibannya sebagai Notaris sebagaimana

diamanatkan oleh Undang-undang.

Di Negara kita, ada dua lembaga yang berwenang untuk melakukan

pengawasan terhadap Notaris, yaitu Majelis Pengawas Notaris yang dibentuk oleh

Menteri dan Dewan Kehormatan yang merupakan salah satu dari alat

3 Anke Dwi Saputro (ed), Jati Diri Notaris Indonesia dulu, sekarang dan masa mendatang

(Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia, 2008), hlm.193.

4 Abdul Ghofur Anshori, Lembaga Kenotariatan Indonesia (UII Press, Yogjakarta,

2009), hlm. 1

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 13: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

4

Universitas Indonesia

perlengkapan organisasi Notaris, dalam hal ini tentunya Ikatan Notaris Indonesia.

Kedua lembaga ini berwenang untuk mengawasi Notaris sampai dengan

menjatuhkan sanksi bagi Notaris yang dinyatakan melakukan pelanggaran

terhadap ketentuan-ketentuan yang berlaku. Ada perbedaan kewenangan antara

kedua lembaga tersebut, dikarenakan keduanya dibentuk dari lembaga yang

berbeda.

Berdasarkan Undang-Undang Jabatan Notaris (UUJN), Pengawasan

tersebut tidak hanya baru dari segi pihak yang mengawasinya, yaitu dalam bentuk

Majelis Pengawas yang anggotanya tidak hanya dari para Notaris, tetapi juga dari

unsur pemerintah (Departemen Hukum dan HAM) dan akademisi bidang hukum.

Substansi pengawasan tersebut juga tidak hanya meliputi pelaksanaan jabatan

Notaris berdasarkan UUJN, kode etik jabatan (bukan kode etik profesi), dan

aturan hukum lainnya, tetapi juga meliputi perilaku Notaris5 (Pasal 67 ayat (5)

UUJN).6 Hal ini menyebabkan tumpang tindih kewenangannya dengan Dewan

Kehormatan INI, dimana dalam pasal 1 ayat 8 b dikatakan bahwa Dewan

Kehormatan salah satu kewenangannya adalah selain melakukan pembinaan,

bimbingan, pengawasan, pembenahan anggota dalam menjunjung tinggi kode etik

tetapi juga memeriksa dan mengambil keputusan atas dugaan pelanggaran

ketentuan kode etik yang bersifat internal atau yang tidak berkaitan dengan

masyarakat secara langsung, yang artinya mengenai Perilaku Notaris itu sendiri.7

5 Pieter Latumenten berpendapat : Perilaku Notaris terbagi dua, yang pertama perilaku

professional, yaitu perilaku yang berhubungan dengan pelaksanaan Jabatannya dan yang kedua

adalah perilaku pesonal atau pribadi Notaris yang tidak ada kaitannya dengan masyarakat

langsung. Sebagai jabatan kepercayaan masyarakat Notaris harus menjaga perilakunya baik

sebagai professional ataupun pribadi. Sebagaimana disampaikan dalam wawancara pada tanggal 4

Januari 20

6 Habib Adjie, Meneropong Khazanah Notaris dan PPAT Indonesia (Kumpulan Tulisan

Tentang Notaris dan PPAT), cet. Ke 1(Bandung:PT Citra Aditya Bakti, 2009),hlm .50

7Pieter Latumenten berpendapat Kewenangan Majelis Pengawas Notaris dan Dewan

Kehormatan Ikatan Notaris Indonesia dalam pengawasan dan pemeriksaan terhadap Notaris tidak

tumpang tindih dan saling melengkapi, dan hanya perlu dipertegas secara normatif dalam bentuk

Peraturan Menteri mengenai hubungan fungsional antara Dewan Kehormatan Notaris dan Majelis

Pengawas Notaris. Makalah Pieter Latumenten “Pertanggung Jawaban hukum Profesi Notaris”, disampaikan dalam Pelatihan Pemahaman Materi dan Teknis Pelaksanaan Operasionalisasi Sistem

Administrasi Badan Hukum dan Materi Lain yang terkait bagi Anggota Luar Biasa (Calon Notaris)

(Jakarta, 18 Januari 2010), hlm. 1-2

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 14: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

5

Universitas Indonesia

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dan menyusunnya dalam tesis dengan judul Tinjauan Yuridis Fungsi

Majelis Pengawas dan Dewan Kehormatan Ikatan Notaris Indonesia

terhadap Pelanggaran Perilaku Notaris.

1.2. POKOK PERMASALAHAN

Perumusan masalah merupakan hal yang sangat penting dalam suatu

penelitian, karena dengan perumusan masalah seorang peneliti telah

mengindentifikasikan Persoalan yang diteliti sehingga sasaran yang hendak

dicapai menjadi terarah.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, perlu dikaji lebih

jauh mengenai Fungsi dan kewenangan Majelis Pengawas Notaris dan dewan

kehormatan Ikatan INI, khususnya dalam studi kasus mengenai pelanggaran kode

Perilaku Notaris. Setelah mendapat data-data dari Majelis Pusat Notaris atas

putusan-putusan yang dikeluarkan selama 5 (lima) tahun terakhir dan berdasarkan

data-data yang didapat dari hasil wawancara dengan informan, maka Penulis

bermaksud menganalisa pelanggaran perilaku Notaris sebagaimana diuraikan

dalam salinan Putusan Majelis Pusat Notaris tanggal 5 Nopember 2009, Nomor

15/B/Mj.PPN/2009, Mengenai pemberhentian tidak hormat Notaris di Kabupaten

Klaten “LS” dari jabatannya sebagai Notaris dan pelanggaran Kode Etik yang

dilakukan oleh Notaris Kota Balikpapan “SH” sebagaimana ternyata dari

Keputusan Menteri Hukum dan hak Asasi Indonesia tanggal 1 Maret 2011 Nomor

AHU-10.AH.02.04.TAHUN 2011 juga Masalah yang terjadi di Majelis Pengawas

Daerah Jakarta Selatan periode tahun 2010-2011 serta pelanggaran yang

dilakukan oleh Notaris X atas pelanggaran perilakunya pada saat diadakan

Kongres Ikatan Notaris Indonesia ke 21, bulan Juli 2012 di Jakarta, yang

menggambarkan bagaimana Perilaku Anggota didalam tubuh Majelis Pengawas

Serta Ikatan Notaris Indonesia sendiri dilanggar oleh mereka.

Namun, mengingat luasnya permasalahan yang ada, dianggap perlu untuk

mengadakan pembatasan agar permasalahan pada tesis ini terfokus pada suatu

masalah pokok. Adapun pokok masalah dalam penelitian ini adalah:

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 15: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

6

Universitas Indonesia

1. Bagaimanakah fungsi dan kewenangan Majelis Pengawas Notaris dan

Dewan Kehormatan Ikatan Notaris Indonesia dalam Pembinaan dan

Pengawasan terkait dengan Perilakunya?

2. Mengapa Notaris Perlu diadakan Pembinaan dan Pengawasan terkait

dengan perilakunya?

3. Bagaimana peran Majelis Pengawas Notaris dan Dewan Kehormatan

Ikatan Notaris Indonesia terhadap penyelesaian masalah pelanggaran

Perilaku Notaris?

1.3. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui fungsi dan Kewenangan dari Majelis Pengawas Notaris

dan Dewan Kehormatan Ikatan Notaris Indonesia dalam menjalankan

kewajibannya melakukan Pembinaan dan Pengawasan terhadap perilaku

Notaris.

2. Agar mendapatkan jawaban mengapa perilaku Notaris perlu dibina dan

diawasi.

3. Untuk mengetahui peran Majelis Pengawas Notaris dan Dewan

Kehormatan Ikatan Notaris Indonesia terhadap penyelesaian masalah

pelanggaran Perilaku Notaris.

I.4. METODE PENELITIAN

Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu

pengetahuan maupun teknologi.8 Penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah yang

berkaitan dengan analisa dan konstruksi yang dilakukan secara metodologis,

sistematis dan konsisten.9 Oleh karena penelitan merupakan sarana (ilmiah) bagi

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka metodologi penelitian yang

diterapkan harus senantiasa disesuaikan dengan ilmu pengetahuan yang menjadi

8 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan

Singkat, ed 1, Cet. ke-13,( Jakarta:Raja Grafindo Persada,2011), hlm 1

9 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Cetakan ke-3, UI Press, Jakarta,

1984, hlm. 42

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 16: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

7

Universitas Indonesia

induknya.10

Metodologi dalam suatu penelitian berfungsi untuk memberikan

pedoman bagi ilmuwan tentang tata cara mempelajari, menganalisis, dan

memahami lingkungan yang dihadapinya. Metodologi merupakan suatu unsur

mutlak yang harus ada dalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.11

Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis empiris yaitu dengan melakukan

penelitian secara timbal balik antara hukum dengan lembaga non doktrinal yang

bersifat empiris dalam menelaah kaidah-kaidah hukum yang berlaku di

masyarakat, melalui wawancara dengan informan.

Dalam penelitian ini penulis menitik beratkan pada langkah-langkah

pengamatan dan analisa yang bersifat empiris. Pendekatan penelitian akan

dilakukan pada Putusan-putusan yang dikeluarkan oleh Majelis Pengawas Notaris

dimana hal ini sebagai bahan penelitian. Sedangkan dari segi yuridis ditekankan

pada doktrinal hukum, melalui peraturan-peraturan yang berlaku.

Dalam pengumpulan data ini, data yang digunakan adalah data primer dan

sekunder, yang akan diperoleh melalui studi lapangan dan studi kepustakaan.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka metode pengumpulan data meliputi:

1. Studi Kepustakaan/ Data sekunder

1.1 Bahan Hukum Primer yaitu

1.1.1 Kitab Undang-undang Hukum Perdata.

1.1.2 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan

Notaris.

1.1.3 Keputusan Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia

Republik Indonesia Nomor M.39-PW.07.10 Tahun 2004

tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Majelis Pengawas

Notaris.

1.1.4 Keputusan Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia

Republik Indonesia Nomor M.02-PR.08.10 Tahun 2004

tentang Tata Cara Pengangkatan Anggota, Pemberhentian

Anggota, Susunan Organisasi, Tata Kerja dan Tata Cara

Pemeriksaan Majelis Pengawas Notaris.

10

Soekanto dan Sri Mamudji, Ibid.

11

Soekanto, loc.Cit, hlm. 7

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 17: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

8

Universitas Indonesia

1.1.5 Kode Etik Notaris Indonesia yang dikeluarkan oleh Ikatan

Notaris Indonesia.

1.2 Bahan Hukum Sekunder

1.2.1 Literatur yang sesuai dengan masalah penelitian.

1.2.2 Hasil penelitian hukum yang berkaitan dengan

permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.

1.2.3 Makalah atau artikel-artikel yang berkaitan dengan materi

penelitian.

1.3 Bahan Hukum Tersier

Yaitu kamus hukum, ensiklopedi, dan bahan-bahan lain yang dapat

memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan-bahan

hukum primer dan sekunder yang berkaitan dengan masalah yang

diteliti.

2. Studi lapangan/Data Primer

Dalam penelitan ini, cara yang digunakan dalam mengumpulkan

data/informasi adalah dengan melakukan wawancara. Wawancara

dilakukan secara langsung dan terarah dengan menggunakan pedoman

wawancara (interview guide) kepada narasumber dan/atau informan,

namun tidak menutup kemungkinan adanya pengembangan pertanyaan

lain yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Dari hasil

wawancara tersebut diharapkan dapat memberikan kejelasan sejauh

manakah keefektifitasan dari Pengawasan serta Pembinaan yang

dilakukan Oleh Majelis Pengawas dan Dewan Kehormatan Ikatan

Notaris Indonesia terhadap pelanggaran perilaku Notaris.

Setelah data yang diperlukan dalam penelitian ini terkumpul, maka akan

diidentifikasikan dan digolongkan sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Data

yang diperoleh kemudian disusun secara kualitatif, untuk mencapai kejelasan

masalah yang dibahas.12

Dalam menganalisa data menggunakan metode kualitatif yaitu suatu tata

cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analistis, yaitu apa yang

12

Soekanto, loc.Cit,, hlm. 116

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 18: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

9

Universitas Indonesia

dinyatakan informan secara tertulis atau lisan dan juga perilakunya yang nyata,

yang diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh.13

1.5. SISTEMATIKA PENULISAN

Judul Tesis ini adalah Tinjauan Yuridis Fungsi Majelis Pengawas dan

Dewan Kehormatan Ikatan Notaris Indonesia terhadap Pelanggaran Perilaku

Notaris.

Agar tesis ini lebih mudah untuk dibahas dan dipahami, sehingga pembaca

dapat mengambil kesimpulan dari apa yang diuraikan, maka penulis membagi

penelitian ini menjadi 3 (tiga) dan tiap-tiap bab terdiri dari bagian-bagian sebagai

berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN

Dalam Bab ini penulis memaparkan mengenai latar

belakang dari apa yang akan penulis teliti, pokok

permasalahan yang akan diteliti, tujuan penelitian, dan

metode penelitian yang akan digunakan serta sistematika

penulisan.

BAB 2 ANALISIS TERHADAP TUGAS MAJELIS

PENGAWAS NOTARIS DAN DEWAN

KEHORMATAN IKATAN NOTARIS INDONESIA

Dalam Bab ini penulis akan menguraikan antara lain

mengenai Tinjauan Umum Mengenai Notaris, Tugas dan

Wewenang Notaris, Hak, kewajiban dan Larangan bagi

Notaris, Analisis terhadap Tugas Majelis Pengawas Notaris.

Analisis Terhadap Tugas Dewan Kehormatan Ikatan

Notaris Indonesia, Tinjauan Umum Mengenai Kode etik

Notaris yang terdiri dari Sanksi Pelanggaran Kode Etik

Notaris, Tata Cara Pemeriksaan Perilaku Notaris, Serta

analisa kasus.

13

Soekanto, loc.Cit, hlm. 250

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 19: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

10

Universitas Indonesia

BAB 3 PENUTUP

Pada Bab terakhir ini penulis akan menyajikan suatu

kesimpulan dan saran dari segala penguraian dari seluruh

isi judul tersis tersebut.

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 20: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

11

Universitas Indonesia

BAB 2

ANALISIS TERHADAP FUNGSI MAJELIS PENGAWAS NOTARIS

DAN DEWAN KEHORMATAN IKATAN NOTARIS INDONESIA

DALAM PELANGGARAN PERILAKU NOTARIS

2.1. Tinjauan Umum Mengenai Notaris

Notaris adalah pejabat umum14

yang berwenang membuat akta otentik

mengenai semua perbuatan, perjanjian dan ketetapan yang diharuskan oleh

peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang

berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik menjamin kepastian tanggal

pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta,

semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau

dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-

undang.15

Perkataan Notaris berasal dari perkataan Notarius, untuk tunggal dan

Notaris untuk jamak. Notarius merupakan istilah yang digunakan oleh masyarakat

Romawi untuk menamai mereka yang melakukan pekerjaan menulis. Namun

Fungsi Notaris pada zaman tersebut berbeda dengan fungsi Notaris pada saat ini,

yang disebut dengan nama itu ialah mereka yang mengadakan pencatatan dengan

tulisan cepat.16

Lembaga Notariat berdiri di Indonesia sejak pada tahun 1860, sehingga

lembaga Notariat bukan lembaga yang baru di kalangan masyarakat Indonesia.

14 Istilah Pejabat Umum merupakan terjemahan dari istilah Openbare Amtbtenaren yang

terdapat dalam pasal 1 PJN, yang diterjemahkan oleh G.H.S. Lumban Tobing sebagaimana

tersebut dalam kata pengantar Buku Peraturan Jabatan Notaris, op cit hal. V.

15

Indonesia, Undang-Undang Tentang Jabatan Notaris Nomor 30 tahun 2004, LN No. 117,

Ps. 15.

16

Notodisoerjo, o.p. Cit, hlm, 13

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 21: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

12

Universitas Indonesia

Notaris berasal dari perkataan Notaris, ialah nama yang pada zaman Romawi,

diberikan kepada orang-orang yang menjalankan pekerjaan menulis. Notarius

lambat laun mempunyai arti berbeda dengan semula, sehingga kira-kira pada abad

kedua sesudah Masehi yang disebut dengan nama itu ialah mereka yang

mengadakan pencatatan dengan tulisan cepat.17

Munculnya lembaga Notaris dilandasi kebutuhan akan suatu alat bukti

yang mengikat selain alat bukti saksi. Pertanyaan dari mana asalnya notariat

dahulu, hingga sekarang belum dapat terjawab baik oleh para ahli sejarah maupun

oleh para sarjana lainnya. Namun dalam banyak literatur sering kali dicatat,

bahwa ketika Kaisar Yustisianus (Romawi) berkuasa, mulai dipikirkan tentang

adanya alat bukti lain yang mengikat, mengingat alat bukti saksi kurang memadai

lagi sebab sesuai dengan perkembangan masyarakat, perjanjian-perjanjian yang

dilaksanakan anggota masyarakat semakin rumit dan kompleks. Bisa saja suatu

perjanjian dibuat dengan waktu yang sangat panjang dan melebihi umur pihak

(manusia) yang melakukan perjanjian. Untuk menutupi kelemahan alat bukti saksi

ini maka diadakan suatu alat bukti tertulis.18

Lembaga Notariat di Indonesia telah berumur ± 145 tahun sejak berdiri

pada tahun 1860, sehingga lembaga Notariat bukan lembaga yang baru dalam

kalangan masyarakat. Sejarah dari lembaga notariat yang dikenal sekarang ini

dimulai pada abad ke-11 atau ke-12 di daerah pusat perdagangan yang sangat

berkuasa pada zaman Italia Utara, Daerah inilah yang merupakan tempat asal dari

notariat yang dinamakan “Latijnsenotariaat” dan yang tanda-tandanya tercermin

dalam diri Notaris yang diangkat oleh penguasa umum untuk kepentingan

masyarakat umum dan menerima uang jasanya ( honorarium ) dari masyarakat

umum pula.19

Seiring dengan perkembangan zaman, tuntutan terhadap suatu pelayanan

public yang baik dan professional, baik terhadap kewenangan maupun tanggung

jawab dari jabatan Notaris semakin tinggi, maka untuk memenuhinya diperlukan

17

R. Sugondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia Suatu Penjelasan, (Jakarta : Raja

Grafindo Persada, 1993), hal. 13.

18

H.S Lumban Tobing, Peraturan jabatan Notaris , cet.3,( Jakarta: Erlangga, 1983 ). hlm.

4.

19

Lumban Tobing, op cit, hlm 3-4

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 22: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

13

Universitas Indonesia

suatu undang-undang yang dapat mengaspirasikan kebutuhan Notaris dan

masyarakat yang dilayaninya, maka pada tanggal 6 Oktober 2004 dundangkan

dan disahkan Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.

Menurut Habib Adjie, sebagai pejabat umum Notaris mempunyai

karakteristik, yaitu:20

1. Sebagai jabatan

Undang-undang Jabatan Notaris merupakan unifikasi dibidang

pengaturan jabatan Notaris, artinya satu-satunya aturan hukum dalam

bentuk undang-undang yang mengatur jabatan Notaris di Indonesia,

sehingga segala hal yang berkaitan dengan Notaris di Indonesia harus

mengacu kepada Undang-undang Jabatan Notaris.

Jabatan Notaris merupakan suatu lembaga yang diciptakan oleh

Negara. Menempatkan Notaris sebagai jabatan merupakan suatu

pekerjaan atau tugas yang sengaja dibuat oleh aturan hukum untuk

keperluan dan fungsi tertentu serta berkesinambungan sebagai suatu

lingkup pekerjaan tetap.

2. Notaris mempunyai kewenangan tertentu

Setiap wewenang yang diberikan kepada jabatan harus ada aturan

hukumnya sebagai batasan agar jabatan dapat berjalan dengan baik,

dan tidak berbenturan dengan wewenang jabatan lainnya. Jika

sesorang pejabat (Notaris) melakukan suatu tindakan diluar wewenang

yang terlah ditentukan, dapat dikategorikan sebagai perbuatan

melanggar wewenang.

3. Diangkat dan diberhentikan oleh pemerintah

Pasal 2 Undang-undang Jabatan Notaris menentukan bahwa Notaris

diangkat dan diberhentikan oleh pemerintah, dalam hal ini menteri

yang membidangi kenotariatan (Pasal 1 ayat 4 angka 14 Undang-

Undang Jabatan Notaris)21

. Notaris meskipun secara administrative

20 Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia, Tafsir Tematik Terhadap UU No. 30 Tahun 2004

Tentang Jabatan Notaris, cet. 3, ( Bandung : PT Refika Aditama, 2008), hlm. 15-16

21

Mengenai karakter yuridis jabatan Notaris ini, Mahkamah Agung dengan Putusannya Nomor

1753 K/Pid/1990 telah mengkategorikan Notaris sebagai Pegawai Negeri. Dengan pertimbangan,

bahwa dalam arti hukum pidana dan yurisprudensi, maka Notaris termasuk dalam pengertian

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 23: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

14

Universitas Indonesia

diangkat dan diberhentikan oleh pemerintah. Dengan demikian

Notaris dalam menjalankan jabatannya :

a. Bersifat mandiri (autonomous)

b. Tidak memihak siapapun (impartial),

c. Tidak tergantung pada siapapun (independent), yang berrati

dalam menjalankan tugas jabatannya tidak dapat dicampuri oleh

pihak yang mengangkatnya atau oleh pihak lain.

4. Tidak menerima gaji atau pensiun dari pihak yang mengangkatnya

Notaris meskipun diangkat dan diberhentikan oleh Pemerintah tapi

tidak menerima gaji, pensiun dari pemerintah. Notaris hanya

menerima honorarium dari masyarakat yang telah dilayaninya atau

dapat member pelayanan Cuma-Cuma untuk mereka yang tidak

mampu.

5. Akuntabilitas atas pekerjaannya kepada masyarakat

Kehadiran Notaris untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang

memerlukan dokumen hukum (akta) otentik dalam bidang hukum

perdata, sehingga Notaris mempunyai tanggung jawab untuk melayani

masyaraka, masyarakat dapat menggugat secara perdata Notaris, dan

menuntut biaya, ganti rugi dan bunga jika ternyata akta tersebut dapat

dibuktikan dibuat tidak sesuai dengan aturan hukum yang berlaku, hal

ini merupakan bentuk akuntabilitas Notaris kepada masyarakat.

Notaris berperan melaksanakan sebagian tugas Negara dalam bidang

hukum keperdataan, dan kepada Notaris dikualifikasikan sebagai pejabat umum

yang berwenang membuat akta otentik, dan akta merupakan formulasi keinginan

atau kehendak (wilsvorming) para pihak yang dituangkan dalam akta Notaris yang

Pegawai Negeri, karena ia sebagai yang diangkat oleh pemerintah untuk melakukan tugas atas

permintaan mereka yang bersangkutan, akan tetapi, Notaris adalah pejabat pemerintah yang tidak

digaji, melainkan mendapat penghasilan dan imbalan jasa. Putusan Mahkamah Agung seperti ini

menimbulkan kerancuan, apakah Notaris diatur berdasarkan aturan hukum mengenai Pegawai

Negeri atau aturan hukum Jabatan Notaris? Dengan demikian berdasarkan karakteri yuridis

Jabatan Notaris tidak tepat Notaris dikategorikan sebagai pegawai negeri berdasarkan putusan

Mahkamah Agung tersebut dan Undang-Undang Nomor 8 tahun 1974 serta Undang-Undang

Nomor 43 tahun 1999.

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 24: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

15

Universitas Indonesia

dibuat dihadapan atau oleh Notaris, dan kewenangan lainnya sebagaimana diatur

dalam UUJN.22

Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pejabat umum, Menurut Habib

Adjie, asas-asas yang harus dijadikan pedoman sebagai asas-asas pelaksanaan

tugas jabatan Notaris yang baik dengan substansi dan pengertian untuk

kepentingan Notaris, sebagai berikut:23

1. Asas Persamaan

Dalam Memberikan pelayanan kepada masyarakat tidak membeda-

bedakan satu dengan yang lainnya berdasarkan keadaan social-

ekonomi atau alasan lainnya. Alasan-alasan seperti ini tidak

dibenarkan untuk dilakukan oleh Notaris dalam melayani masyarakat

hanya alasan hukum yang dapat dijadikan dasar bahwa Notaris dapat

tidak memberikan jasa kepada orang yang menghadap Notaris. Bahkan

dalam keadaan tertentu Notaris wajib memberikan jasa Hukum kepada

yang tidak mampu. (Pasal 37 UUJN).

2. Asas Kepercayaan

Jabatan Notaris merupakan jabatan kepercayaan yang harus selaras

dengan mereka yang menjalankan tugas jabatan Notaris sebagai orang

yang dapat dipercaya. Notaris sebagai jabatan kepercayaan tidak

berarti apa-apa, jika ternyata mereka yang menjalankan tugas jabatan

sebagai Notaris sebagai orang yang tidak dipercaya, sehingga hal

tersebut, antara jabatan Notaris dan Pejabatnya (yang menjalankan

tugas Jabatan Notaris) harus sejalan bagaikan dua sisi mata uang yang

tidak dapat dipisahkan.

Salah satu bentuk dari Notaris sebagai jabatan kepercayaan, maka

Notaris mempunyai kewajiban merahasiakan segala sesuatu mengenai

akta yang dibuatnya dan segala keterangan yang diperoleh guna

pembuatan akta sesuai dengan sumpah/janji jabatan, kecuali undang-

undang menentukan lain (pasal 16 ayat 1 huruf j UUJN). Berkaitan

dengan Pasal 16 ayat (1) huruf f UUJN merupakan kelengkapan

22 Undang-undang Nomor 30 tahun 2004, Op Cit., Ps. 15 ayat 1

23

Habib Adjie op cit, hlm.34

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 25: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

16

Universitas Indonesia

kepada Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya sebagai

kewajiban ingkar (Verschoningslicht) Notaris.24

3. Asas Kepastian Hukum

Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya wajib berpedoman secara

normative kepada aturan hukum yang berkaitan dengan segala

tindakan yang diambil untuk kemudian dituangkan dalam akta.

Bertindak berdasarkan hukum yang berlaku akan memberikan

kepastian kepada para pihak, bahwa akta yang dibuat dihadapan atau

oleh Notaris telah sesuai dengan aturan hukum yang berlaku, sehingga

jika terjadi permasalahan, akta Notaris dapat dijadikan pedoman para

pihak.

4. Asas Kecermatan

Notaris dalam mengambil suatu tindakan harus dipersiapkan dan

didasarkan pada aturan hukum yang berlaku. Meneliti semua bukti

yang diperlihatkan kepada Notaris dan mendengarkan keterangan atau

pernyataan para pihak wajib dilakukan sebagai bahan dasar untuk

dituangkan dalam akta. Asas kecermatan ini mempunyai penerapan

dari pasal 16 ayat (1) huruf a, antara lain dalam menjalankan tugas

jabatannya wajib bertindak seksama.

5. Larangan Pemberian Alasan

Setiap akta yang dibuat dihadapan atau oleh Notaris harus mempunyai

alasan dan fakta yang mendukung untuk akta yang bersangkutan atau

ada pertimbangan hukum yang harus dijelaskan kepada

pihak/penghadap.

6. Larangan Penyalahgunaan Wewenang

Pasal 15 UUJN merupakan batas kewenangan Notaris dalam

menjalankan tugas jabatannya. Penyalahgunaan wewenang, yaitu suatu

tindakan yang dilakukan oleh Notaris di luar wewenang yang telah

ditentukan. Jika Notaris membuat suatu tindakan di luar wewenang

yang telah ditentukan, maka tindakan Notaris dapat disebut sebagai

tindakan penyalahgunaan wewenang. Jika tindakan seperti merugikan

24 Habib Adjie op cit, hlm.35 - 38

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 26: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

17

Universitas Indonesia

para pihak, maka para pihak yang merasa dirugikan dapat menuntut

Notaris yang bersangkutan dengan kualifikasi sebagai suatu tindakan

hukum yang merugikan para pihak. Para pihak yang menderita

kerugian untuk menuntut penggantian biaya ganti rugi dan bunga

kepada Notaris.

7. Larangan Bertindak Sewenang-wenang

Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya dapat menentukan

tindakan para pihak dapat dituangkan dalam bentuk akta Notaris atau

tidak. Sebelum sampai pada keputusan seperti itu, Notaris harus

mempertimbangkan dan melihat semua dokumen yang diperlihatkan

kepada Notaris. Dalam hal ini Notaris mempunyai peranan untuk

menentukan suatu tindakan dapat dituangkan dalam suatu bentuk akta

atau tidak dan keputusan yang diambil harus didasarkan pada alasan

hukum yang harus dijelaskan kepada para Pihak.

8. Asas Proposionalitas

Dalam pasal 16 ayat (1) huruf a, Notaris dalam menjalankan tugas

jabatannya wajib bertindak menjaga kepentingan para pihak yang

terkait dalam perbuatan hukum atau dalam menjalankan tugas jabatan

Notaris, wajib mengutamakan adanya keseimbangan antara hak dan

kewajiban para pihak yang menghadap Notaris.

Notaris dituntut untuk senantiasa mendengan dan mempertimbangkan

keinginan para pihak agar tindakannya dituangkan dalam akta Notaris,

sehingga kepentingan para pihak terjaga secara proporsional yang

kemudian dituangkan dalam bentuk akta Notaris.

9. Asas Profesionalitas

Dalam pasal 16 ayat (1) huruf d, Notaris wajib memberikan pelayanan

sesuai dengan ketentuan dalam UUJN, kecuali ada alasan untuk

menolaknya. Asas ini mengutamakan keahlian (keilmuan) Notaris

dalam menjalankan tugas jabatannya berdasarkan UUJN dan Kode

Etik Jabatan Notaris. Tindakan professional Notaris dalam

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 27: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

18

Universitas Indonesia

menjalankan tugas jabatannya diwujudkan dalam melayani masyarakat

dan akta yang dibuat dihadapan atau oleh Notaris.25

Dalam menjalankan profesinya, Notaris memberikan pelayanan hukum

kepada masyarakat yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004

tentang Jabatan Notaris yang diundangkan tanggal 6 Oktober 2004 dalam

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 117.

Syarat untuk dapat diangkat menjadi Notaris adalah sebagai berikut: 26

1. Warga Negara Indonesia;

2. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

3. Berumur paling sedikit 27 (Dua puluh tujuh) tahun;

4. Sehat jasmani dan rohani;

5. Berijazah Sarjana Hukum dan lulusan jenjang strata dua kenotariatan;

6. Telah menjalani magang atau nyata-nyata telah bekerja sebagai

karyawan Notaris dalam waktu 12 (dua belas) bulan berturut-turut

pada Kantor Notaris atas prakarsa sendiri atau atas rekomendasi

organisasi Notaris setelah lulus strata dua kenotariatan; dan

7. Tidak berstatus sebagai pegawai negeri, pejabat negara, advokat atau

tidak sedang memangku jabatan lain yang oleh undang-undang

dilarang untuk dirangkap dengan jabatan Notaris.

2.1.1.Tugas dan Wewenang Notaris

Dalam Undang-Undang Nomor 30 tahun 2007 mengenai Jabatan Notaris

(UUJN), Notaris didefinisikan sebagai pejabat umum27

yang berwenang untuk

membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam

UUJN.

Kewenangan Notaris, adalah membuat akta otentik mengenai perbuatan,

perjanjian dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan

25 Ibid.

26

Undang-undang Nomor 30 tahun 2004, Op Cit., Ps. 3

27

Pengertian Notaris sebagai Pejabat umum lebih lengkap diuraikan dalam pasal 1 Peraturan

Jabatan Notaris (PJN) dimana diterangkan bahwa “Notaris itu pejabat umum, yang satu-satunya

berwenang membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan penetapan yang

diharuskan oleh suatu peraturan umum atau dikehendaki oleh yang berkepentingan agar

dinyatakan dalam suatu akta otentik, menjamin kepastian tanggalnya, menyimpan aktanya dan

daripada itu memberikan grosse, salinan dan kutipannya”

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 28: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

19

Universitas Indonesia

dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta

otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta,

memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan

akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau

orang lain yang ditetapkan oleh Undang-Undang.

Notaris memiliki wewenang pula untuk: 28

1. Mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di

bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus

2. Membukukan surat-surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam

buku khusus;

3. Membuat kopi dari surat-surat di bawah tangan berupa salinan yang

membuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat

yang bersangkutan;

4. Melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya;

5. Memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta;

6. Membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan; dan

7. Membuat akta risalah lelang.

2.1.2. Hak, Kewajiban dan Larangan Notaris

Kewajiban menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan sebagai

sesuatu yang diwajibkan, sesuatu yang harus dilaksanakan atau dapat diartikan

juga sebagai suatu keharusan.29

Sehingga kewajiban Notaris adalah tugas yang

harus dilaksanakan oleh Notaris dalam menjalankan jabatannya, karena sudah

menjadi suatu keharusan yang diwajibkan oleh undang-undang (UUJN).

Sebagai Jabatan dan Profesi yang terhormat Notaris mempunyai kewajiban-

kewajiban yang harus dilaksanakan baik berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang khusus mengatur mengenai Notaris, yaitu UUJN maupun

peraturan perundang-undangan lainnya yang harus ditaati oleh Notaris, misalnya

Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Notaris

diangkat oleh penguasa untuk kepentingan publik. Wewenang dari Notaris

28

Undang-undang Nomor 30 tahun 2004, Op Cit., Ps. 15 ayat 1 dan 2

29

http://kamusbahasaindonesia.org/kewajiban diunduh tanggal 23 September 2012.

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 29: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

20

Universitas Indonesia

diberikan oleh undang-undang untuk kepentingan publik bukan untuk kepentingan

diri Notaris sendiri. Oleh karena itu kewajiban-kewajiban Notaris adalah

kewajiban jabatan. Notaris wajib melakukan perintah tugas jabatannya itu, sesuai

dengan isi sumpah pada waktu hendak memangku jabatan Notaris. Batasan

seorang Notaris dikatakan mengabaikan tugas atau kewajibannya jabatan, apabila

Notaris tidak melakukan perintah imperative Undang-Undang yang dibebankan

kepadanya.

Didalam melaksanakan tugasnya, Notaris mempunyai beberapa hak,

kewajiban serta Larangan. Hak dari seorang Notaris berupa:

1. Hak untuk cuti30

2. Hak untuk mendapatkan honorarium31

, dan

3. Hak Ingkar32

Sedangkan Kewajiban Notaris meliputi:

1. Mengucapkan sumpah/janji sebelum menjalankan jabatannya

2. Wajib menjalankan jabatan secara nyata, menyampaikan berita acara

sumpah/janji jabatan, alamat kantor, contoh tanda tangan dan paraf

serta teraan cap/stempel Jabatan Notaris

3. Bertindak jujur, saksama, mandiri, tidak berpihak, dan menjaga

kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan hukum;(pasal 16 ayat

1 huruf a), membuat akta dalam bentuk Minuta Akta dan

menyimpannya sebagai bagiandari Protokol Notaris; (pasal 16 ayat 1

huruf b), mengeluarkan Grosse Akta, Salinan Akta, atau Kutipan Akta

berdasarkan Minuta Akta; memberikan pelayanan sesuai dengan

ketentuan dalam Undang-Undang ini, kecuali ada alasan untuk

menolaknya; (pasal 16 ayat 1 huruf d), merahasiakan segala sesuatu

mengenai akta yang dibuatnya dan segala keterangan yang diperoleh

guna pembuatan akta sesuai dengan sumpah/ janji jabatan, kecuali

undang-undang menentukan lain; (pasal 16 ayat 1 huruf e), menjilid

akta yang dibuatnya dalam 1 (satu) bulan menjadi buku yang memuat

30 Ibid., Ps. 25

31

Ibid., Ps . 36

32

Ibid., Ps. 4, jo Ps. 16 huruf e jo Ps 54

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 30: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

21

Universitas Indonesia

tidak lebih dari 50 (lima puluh) akta, dan jika jumlah akta tidak dapat

dimuat dalam satu buku, akta tersebut dapat dijilid menjadi lebih dari

satu buku, dan mencatat jumlah Minuta Akta, bulan, dan tahun

pembuatannya pada sampul setiap buku; (pasal 16 ayat 1 huruf f),

membuat daftar dari akta protes terhadap tidak dibayar atau tidak

diterimanya surat berharga, (pasal 16 ayat 1 huruf g), membuat daftar

akta yang berkenaan dengan wasiat menurut urutan waktu pembuatan

akta setiap bulan, mengirimkan daftar akta sebagaimana dimaksud

dalam huruf h atau daftar nihil yang berkenaan dengan wasiat ke

Daftar Pusat Wasiat Departemen yang tugas dan tanggung jawabnya

di bidang kenotariatan dalam waktu 5 (lima) hari pada minggu

pertama setiap bulan berikutnya; (pasal 16 ayat 1 huruf j), mempunyai

cap/stempel yang memuat lambing Negara Republik Indonesia dan

pada ruang yang melingkarinya dituliskan nama, jabatan, dan tempat

kedudukan yang bersangkutan (pasal 16 ayat 1 huruf k), membacakan

akta dihadapan penghadap (pasal 16 ayat 1 huruf l), menerima

magang calon Notaris (pasal 16 ayat 1 huruf m);

4. Berkantor di tempat kedududukan33

5. Wajib memberikan jasa hukum kepada orang yang tidak mampu.34

Adapun Larangan Notaris diatur dalam Pasal 17 UUJN, dimana Notaris

dilarang:35

1. Menjalankan jabatan di luar wilayah jabatannya;

2. Meninggalkan wilayah jabatannya lebih dari 7 (tujuh) hari kerja

berturut-turut tanpa alasan yang sah;

3. Merangkap sebagai pegawai negeri;

4. Merangkap jabatan sebagai pejabat negara;

5. Merangkap jabatan sebagai advokat;

6. Merangkap jabatan sebagai pemimpin atau pegawai Badan Usaha

Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah atau badan usaha swasta;

33 Ibid., Ps.19 (1)

34

Ibid., Ps.17

35

Ibid, Ps.17

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 31: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

22

Universitas Indonesia

7. Merangkap jabatan sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah di luar

wilayah jabatan Notaris;

8. Menjadi Notaris pengganti;

9. Melakukan pekerjaan lain yang bertentangan dengan norma agama,

kesusilaan, atau kepatutan yang dapat mempengaruhi kehormatan dan

jabatan Notaris.

Notaris sebagai anggota organisasi profesi Notaris memiliki kewajiban dan

larangan yang diatur dalam suatu kode etik36

dan memiliki sanksi atas

pelanggaran yang dilakukan terhadapnya. Kewajiban Notaris diatur dalam Pasal

3 Kode Etik Notaris, yaitu:

Notaris dan orang lain yang memangku dan menjalankan jabatan Notaris wajib:

1. Memiliki moral, akhlak serta kepribadian yang baik.

2. Menghormati dan menjunjung tinggi harkat dan martabat Jabatan

Notari.

3. Menjaga dan membela kehormatan Perkumpulan.

4. Bertindak jujur, mandiri, tidak berpihak, penuh rasa tanggung jawab,

berdasarkan peraturan perundang-undangan dan isi sumpah jabatan

Notaris.

5. Meningkatkan ilmu pengetahuan yang telah dimiliki tidak terbatas

pada ilmu pengetahuan hukum dan kenotariatan.

6. Mengutamakan pengabdian kepada kepentingan masyarakat dan

Negara;

7. Memberikan jasa pembuatan akta dan jasa kenotariatan lainnya untuk

masyarakat yang tidak mampu tanpa memungut honorarium.

8. Menetapkan satu kantor di tempat kedudukan dan kantor tersebut

merupakan satu-satunya kantor bagi Notaris yang bersangkutan dalam

melaksanakan tugas jabatan sehari-hari.

36 Menurut Pieter Latumenten, diperlukan pedoman moral agar Notaris dalam menggunakan

keahliannya secara benar dan tepat serta tidak merugikan masyarakat. Manfaat perlunya standar

moral atau kode etik profesi yaitu : a) sebagai social control terhadap anggota profesi yang

bersangkutan agar menjalankan tugas dengan baik; b) untuk mencegah campur tangan masyarakat

atau pemerintah terhadap masalah-masalah dalam profesi; c) untuk melindungi anggota profesi

maupun masyarakat dari tindakan anggota profesi yang bail; d) untuk menetapkan standar sikap

dan tindakan anggota profesi. Sebagaimana disampaikannya dalam Makalah Pertanggung

Jawaban hukum Profesi Notaris”, Jakarta, 18 Januari 2010.

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 32: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

23

Universitas Indonesia

9. Memasang 1 (satu) buah papan nama di depan / di lingkungan

kantornya dengan pilihan ukuran yaitu 100 cm x 40 cm, 150 cm x 60

cm atau 200 cm x 80 cm, yang memuat: a. Nama lengkap dan gelar

yang sah; b. Tanggal dan nomor Surat Keputusan pengangkatan yang

terakhir sebagai Notaris; c. Tempat kedudukan; d. Alamat kantor dan

nomor telepon/fax. Dasar papan nama berwarna putih dengan huruf

berwarna hitam dan tulisan di atas papan nama harus jelas dan mudah

dibaca. Kecuali di lingkungan kantor tersebut tidak dimungkinkan

untuk pemasangan papan nama dimaksud.

10. Hadir, mengikuti dan berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan yang

diselenggarakan oleh Perkumpulan; menghormati, mematuhi,

melaksanakan setiap dan seluruh keputusan Perkumpulan.

11. Membayar uang iuran Perkumpulan secara tertib.

12. Membayar uang duka untuk membantu ahli waris teman sejawat yang

meninggal dunia.

13. Melaksanakan dan mematuhi semua ketentuan tentang honorarium

ditetapkan Perkumpulan.

14. Menjalankan jabatan Notaris terutama dalam pembuatan, pembacaan

dan penandatanganan akta dilakukan di kantornya, kecuali karena

alasan-alasan yang sah.

15. Menciptakan suasana kekeluargaan dan kebersamaan dalam

melaksanakan tugas jabatan dan kegiatan sehari-hari serta saling

memperlakukan rekan sejawat secara baik, saling menghormati, saling

menghargai, saling membantu serta selalu berusaha menjalin

komunikasi dan tali silaturahim.

16. Memperlakukan setiap klien yang datang dengan baik, tidak

membedakan status ekonomi dan/atau status sosialnya. Melakukan

perbuatan-perbuatan yang secara umum disebut sebagai kewajiban

untuk ditaati dan dilaksanakan antara lain namun tidak terbatas pada

ketentuan yang tercantum dalam:

a. UU Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris;

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 33: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

24

Universitas Indonesia

b. Penjelasan Pasal 19 ayat (2) UU Nomor 30 Tahun 2004 tentang

Jabatan Notaris;

c. Isi Sumpah Jabatan Notaris;

d. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Notaris

Indonesia.

Adapun selain kewajiban Notaris yang diatur dalam Kode Etik Notaris, ada

hal lain mengenai beberapa larangan bagi Notaris dalam menjalankan jabatannya

yang disebutkan dalam pasal 4, yaitu:

Notaris dan orang lain yang memangku dan menjalankan jabatan Notaris dilarang:

1. Mempunyai lebih dari 1 (satu) kantor, baik kantor cabang ataupun

perwakilan.

2. Memasang papan nama dan/tulisan yang berbunyi “Notaris/Kantor

Notaris” di luar lingkungan kantor.

3. Melakukan publikasi atau promosi diri, baik sendiri, maupun secara

bersama-sama, degan mencantumkan nama dan jabatannya,

menggunakan sarana media cetak dan/atau elektronik, dalam bentuk:

a. Iklan;

b. Ucapan selamat;

c. Ucapan belasungkawa;

d. Ucapan terima kasih;

e. Kegiatan pemasaran;

f. Kegiatan sponsor, baik dalam bidang sosial, keagamaan, maupun

olah raga.

4. Bekerja sama dengan Biro jasa/orang/Badan Hukum yang pada

hakekatnya bertindak sebagai perantara untuk mencari atau

mendapatkan klien.

5. Menandatangani akta yang proses pembuatan minutanya telah

dipersiapkan oleh pihak lain.

6. Mengirimkan minuta kepada klien untuk ditandatangani.

7. Berusaha atau berupaya dengan jalan apapun, agar seseorang

berpindah dari Notaris lain kepadanya, baik upaya itu ditujukan

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 34: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

25

Universitas Indonesia

langsung kepada klien yang bersangkutan maupun melalui

perantaraan orang lain.

8. Melakukan pemaksaan kepada klien dengan cara menahan dokumen-

dokumen yang telah diserahkan dan/atau melakukan tekanan

psikologis dengan maksud agar klien tersebut tetap membuat akta

padanya.

9. Melakukan usaha-usaha, baik langsung maupun tidak langsung yang

menjurus ke arah timbulnya persaingan yang tidak sehat dengan

sesama rekan Notaris.

10. Menetapkan honorarium yang harus dibayar oleh klien dalam jumlah

yang lebih rendah dari honorarium yang telah ditetapkan

Perkumpulan.

11. Mempekerjakan dengan sengaja orang yang masih berstatus karyawan

kantor Notaris lain tanpa persetujuan terlebih dahulu dari Notaris yang

bersangkutan.

12. Menjelekkan dan/atau mempersalahkan rekan Notaris atau akta yang

dibuat olehnya. Dalam hal seorang Notaris menghadapi dan/atau

menemukan suatu akta yang dibuat oleh rekan sejawat yang ternyata

di dalamnya terdapat kesalahan-kesalahan yang serius dan/atau

membahayakan klien, maka Notaris tersebut wajib memberitahukan

kepada rekan sejawat yang bersangkutan atas kesalahan yang

dibuatnya dengan cara yang tidak bersifat menggurui, melainkan

untuk mencegah timbulnya hal-hal yang tidak diinginkan terhadap

klien yang bersangkutan ataupun rekan sejawat tersebut.

13. Membentuk kelompok sesama rekan sejawat yang bersifat eksklusif

dengan tujuan untuk melayani kepentingan suatu instansi atau

lembaga, apalagi menutup kemungkinan bagi Notaris lain untuk

berpartisipasi.

14. Menggunakan dan mencantumkan gelar yang tidak sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 35: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

26

Universitas Indonesia

15. Melakukan perbuatan-perbuatan lain yang secara umum disebut

sebagai pelanggaran terhadap Kode Etik Notaris, antara lain namun

tidak terbatas pada pelanggaran-pelanggaran terhadap:

a. Ketentuan-ketentuan dalam Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004

tentang Jabatan Notaris;

b. Penjelasan Pasal 19 ayat (2) Undang-Undang Nomor 30 tahun

2004 tentang Jabatan Notaris;

c. Isi sumpah jabatan Notaris;

d. Hal-hal yang menurut ketentuan Anggaran Dasar, Anggaran

Rumah Tangga dan/atau Keputusan-keputusan lain yang telah

ditetapkan oleh organisasi Ikatan Notaris Indonesia tidak boleh

dilakukan oleh anggota.

Mengingat peranan kewenangan Notaris sangat penting bagi lalu lintas

kehidupan masyarakat, maka perilaku perbuatan Notaris dalam menjalankan

jabatan profesinya, rentan terhadap pengalahgunaan yang dapat merugikan

masyarakat, sehingga lembaga Pembina dan pengawasan terhadap Notaris perlu

diefektifkan. Pengawas terhadap Notaris juga harus diikuti dengan pembinaan dan

perlindungan, karena tanpa trilogy tersebut proses yang berjalan tidak akan

optimal. Fungsi pembinaan, perlindungan, dan pengawasan internal lebih condong

diemban oleh Ikatan Notaris Indonesia (INI). Sementara fungsi pengawasan

eksternal dilakukan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan

Membentuk Majelis Pengawas. Ketentuan pasal 67 menjadi landasan yang

mengatur Majelis Pengawasan dalam Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004

tentang Jabatan Notaris (UUJN), merupakan salah satu upaya mengantisipasi

kelemahan dan kekurangan dalam sistem pengawasan Notaris, sehingga

diharapkan dalam menjalankan jabatannya, Notaris dapat lebih meningkatkan

kualitas pelayanan kepada masyarakat.37

37 Kementrian Hukum dan HAM, Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Majelis Pengawasan Notaris, Kepmen

No. M.39-PW.07.10 Tahun 2004, Pendahuluan

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 36: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

27

Universitas Indonesia

2.2. Analisis Terhadap Tugas Majelis Pengawas Notaris

Sebelum berlaku UUJN, pengawasan, pemeriksaan dan penjatuhan sanksi

terhadap Notaris dilakukan oelh Badan Peradilan yang ada pada waktu itu

sebagaimana pernah diatur dalam Pasal 140 Reglement op de Rechtelijke

Organisatie en Het Der Justitie (Stbl. 1847 No. 23), Pasal 96 Reglement

Buitengewesten, Pasal 3 Ordonantie Buitengerechtelijke Verrinchtingen-

Lembaran Negara 1946 Nomor 135, dan Pasal 50 PJN, kemudian pengawasan

terhadap Notaris dilakukan Peradilan Umum dan Mahkamah Agung sebagaimana

tersebut dalam pasal 32 dan 54 Undang-Undang nomor 13 tahun 1965 tentang

Peradilan dalam lingkungan Peradilan Umum dan Mahkamah Agung, Kemudian

dibuat pula Surat Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 2 tahun

1984 tentang Tata Cara Pengawasan Terhadap Notaris, Keputusan Bersama Ketua

Mahkamah Agung dan Menteri Kehakiman Nomor KMA/006/SKB/VII/1987

tentang Tata Cara Pengawasan, Penindakan dan Pembelaan Diri Notaris, dan

terakhir dalam Pasal 54 Undang-Undang Nomor 8 tahun 2004.38

Pengawasan dan Pembinaan terhadap perilaku Notaris yang diatur dalam

Kode Etik Profesi dan Pelaksanaan Jabatan Notaris yang diatur dalam UUJN

dilakukan oleh Majelis Pengawas Notaris Secara Berjenjang dari Mulai Majelis

Pengawas Daerah Notaris, Majelis Pengawas Wilayah Notaris, Majelis Pusat

Notaris.39

Majelis Pengawas Notaris diharapkan dapat memberikan pembinaan

dan pengawasan kepada Notaris dalam menjalankan jabatan profesinya sebagai

pejabat umum yang senantiasa meningkatkan profesionalisme dan kualitas

kerjanya sehingga dapat memberian jaminan kepastian dan perlindungan hukum

bagi penerima Jasa Notaris dan Masyarakat Luas.

Dalam prakteknya seringkali para anggota Majelis Pengawas tidak

memahami filosofi dan kedudukan profesi jabatan Notaris sehingga dalam proses

penyidikan para Notaris tidak mendapat perlakuan terhormat. Oleh karena itu,

Ikatan Notaris Indonesia perlu menjelaskan filosofi pengawasan yang benar untuk

Notaris sehingga terjadi hubungan saling menghargai antar lembaga Negara.

38 Habib Adjie, Majelis Pengawas Notaris, sebagai Pejabat Tata usaha Negara, cet.1 (PT

Refika Aditama, Bandung : 2011), hlm. 1

39

Indonesia, Undang-Undang tentang Jabatan Notaris, UU No, 30 tahun 2004, ps. 68

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 37: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

28

Universitas Indonesia

Dalam kaitan tersebut diatas, meskipun Notaris diangkat oleh Pemerintah

mengenai pengawasannya dilakukan oleh Badan Peradilan.40

Majelis Pengawas adalah suatu badan yang mempunyai kewenangan dan

kewajiban untuk melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap Notaris.41

Pengawasan terhadap Notaris dimaksudkan agar Notaris dalam menjalankan tugas

jabatannya wajib berdasarkan dan mengikuti peraturan perundang-undangan yang

mengatur jabatan Notaris. Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya wajib

berpegang dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang mengatur

Jabatan Notaris secara melekat, artinya segala hal yang disebutkan dalam

peraturan perundang-undangan yang mengatur Jabatan Notaris wajib diikuti.

Pengawasan terhadap Notaris dilakukan oleh Menteri. Pasal 67 ayat (2)

UUJN menentukan bahwa dalam menjalankan pengawasan tersebut Menteri

membentuk Majelis Pengawas yang terdiri dari unsur pemerintah, organisasi

Notaris, dan ahli/akademis (Pasal 67 ayat (3) UUJN). Adanya anggota Majelis

Pengawas dari kalangan Notaris merupakan pengawasan internal, artinya

dilakukan oleh sesama Notaris yang memahami dunia Notaris luar-dalam. Unsur

lainnya merupakan unsur eksternal yang mewakili dunia akademik, pemerintah,

dan masyarakat. Perpaduan keanggotaan Majelis Pengawas diharapkan dapat

memberikan sinergi pengawasan dan pemeriksaan yang objektif, sehingga setiap

pengawasan dilakukan berdasarkan aturan hukum yang berlaku, dan para Notaris

dalam menjalankan tugas jabatannya tidak menyimpangi dari UUJN karena

diawasi secara internal dan eksternal.

Pengawasan yang dilakukan oleh Majelis Pengawas termasuk perilaku

Notaris sebagaimana diatur dalam Pasal 9 huruf c UUJN dan penjelasannya

dalam penjelasannya diterangkan bahwa yang dimaksudkan dengan melakukan

perbuatan tercela adalah melakukan yang bertentangan sengan norma agama,

norma kesusilaan dan Norma adat. Dan dalam pasal 12 huruf c UUJN dikatakan

bahwa Notaris diberhentikan dengan tidak hormat dari Jabatannya oleh Menteri

atas usul Majelis Pengawas Pusat apabila: c. melakukan perbuatan yang

40 Anke Dwi Saputro (ed), Jati Diri Notaris Indonesia dulu, sekarang dan masa mendatang

(Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia, 2008), hlm.37.

41

Undang-undang Nomor 30 tahun 2004, Op Cit., Ps.1 ayat 6

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 38: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

29

Universitas Indonesia

merendahkan kehormatan dan martabat Notaris dan dalam penjelasannya

dikatakan bahwa yang dimaksud dengan perbuatan yang merendahkan

kehormatan dan martabat, misalnya berjudi, mabuk menyalahgunakan narkoba

dan berzina. Menurut Habib Adjie, dalam kategori pasal 9 huruf c dan pasal 12

huruf c UUJN, mungkin juga termasuk perselingkuhan dan atau untuk suami

beristri lebih dari satu tanpa meminta izin dari istri-istri yang lain.

Dengan demikian, mereka yang duduk sebagai anggota Majelis pengawas,

bukan hanya memenuhi syarat formal pasal 2 Peraturan Menteri Hukum dan Hak

Asasi manusia Republik Indonesia Nomor: M.02.PR.08.10 tahun 2004 tentang

Tata Cara Pengangkatan Anggota, Pemberhentian Anggota, susunan organisasi,

Tata Cara Kerja, dan Tata Cara Pemeriksaan Majelis Pengawas Notaris,

melainkan juga:42

1. Harus mempunyai kemampuan keilmuan (hukum dan Notariat) yang

mumpuni.

2. Patuh/taat terhadap norma agama, norma kesusilaan, dan norma adat.

3. Tidak pernah berjudi, mabuk, menyalahgunakan narkoba, dan berzina,

selingkuh, atau untuk suami beristeri lebih dari satu tanpa meminta

izin dari istri (-istri) yang lainnya.

4. Mempunyai rumah tangga yang harmonis.

Majelis Pengawas terdiri dari Majelis Pengawas daerah, Pengawas

Wilayah dan majelis Pengawas Pusat. Majelis Pengawas daerah dibentuk di

Kabupaten/Kota, Pengawas Wilayah dibentuk dan berkedudukan di ibukota

Provinsi, dan Majelis Pengawas Pusat dibentuk dan berkedudukan di Ibu kota

Negara. MajelisPengawas Wilayah dan majelis Pengawas Pusat terdiri dari 3

unsur yakni:

1. Unsur pemerintah sebanyak 3 orang;

2. Unsur organisasi Notaris sebanyak 3 orang; dan

3. Unsur ahli/akademisi sebanyak 3 orang.

Masa jabatan Majelis Pengawas tersebut adalah 3 tahun.43

42 Adjie, Op Cit, hlmn. 61

43

Undang-undang Nomor 30 tahun 2004, Op Cit., ps. 68.

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 39: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

30

Universitas Indonesia

2.2.1. Majelis Pengawas Daerah

Kewenangan Majelis Pengawas Daerah diatur dalam Pasal 70 Undang-

Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, yakni: 44

1. Menyelenggarakan sidang untuk memeriksa adanya dugaan

pelanggaran Kode Etik Notaris atau pelanggaran pelaksanaan jabatan

Notaris;

2. Melakukan pemeriksaan, terhadap Protokol Notaris secara berkala 1

(satu) kali dalam 1 (satu) tahun atau setiap waktu yang dianggap

perlu;

3. Memberikan izin cuti untuk waktu sampai dengan 6 (enam) bulan;

4. Menetapkan Notaris Pengganti dengan memperhatikan usul Notaris

yang bersangkutan;

5. Menentukan tempat penyimpanan Protokol Notaris yang pada saat

serah terima Protokol Notaris telah berumur 25 (dua puluh lima) tahun

atau lebih;

6. Menunjuk Notaris yang akan bertindak sebagai pemegang sementara

Protokol Notaris yang diangkat sebagai pejabat negara;

7. Menerima laporan dari masyarakat mengenai adanya dugaan

pelanggaran Kode Etik Notaris atau pelanggaran ketentuan dalam

Undang-Undang ini;

8. Membuat dan menyampaikan laporan kepada Majelis Pengawas

Wilayah.

Majelis Pengawas Daerah mempunyai kewajiban seperti yang tertera dalam

Pasal 71 Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, yaitu:45

1. Mencatat pada buku daftar yang termasuk dalam Protokol Notaris

dengan menyebutkan tanggal pemeriksaan jumlah akta serta jumlah

surat di bawah tangan yang disahkan dan yang dibuat sejak tanggal

pemeriksaan terakhir;

2. Membuat berita acara pemeriksaan dan menyampaikannya kepada

Majelis Pengawas Wilayah setempat, dengan tembusan kepada

44 ibid. Ps.70

45

ibid, Ps. 71

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 40: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

31

Universitas Indonesia

Notaris yang bersangkutan, Organisasi Notaris, dan Majelis Pengawas

Pusat;

3. Merahasiakan isi akta dan hasil pemeriksaan;

4. Menerima salinan yang telah disahkan dari daftar akta dan daftar lain

dari Notaris dan merahasiakannya;

5. Memeriksa laporan masyarakat terhadap Notaris dan menyampaikan

hasil pemeriksaan tersebut kepada Majelis Pengawas Wilayah dalam

waktu 30 (tiga puluh) hari, dengan tembusan kepada pihak yang

melaporkan, Notaris yang bersangkutan, Majelis Pengawas Pusat, dan

Organisasi Notaris;

6. Menyampaikan permohonan banding terhadap keputusan penolakan

cuti.

Dalam ketentuan pasal 66 UUJN diatur bahwa Majelis Pengawas Daerah

mempunyai kewenangan lain yang tidak diberikan kepada Majelis Pengawas

Wilayah dan Majelis Pengawas Pusat, yaitu:

1. Untuk kepentingan proses peradilan, penyidik, penuntut umum, atau

hakim dengan persetujuan Majelis Pengawas Daerah berwenang:

a. Mengambil fotokopi Minuta Akta dan/atau surat-surat yang

dilekatkan pada Minuta Akta atau protokol Notaris dalam

penyimpanan Notaris;

b. Memanggil Notaris untuk hadir dalam pemeriksaan yang berkaitan

dengan akta yang dibuatnya atau protokol Notaris yang berada

dalam penyimpanan Notaris.

2. Pengambilan fotokopi Minuta Akta atau surat-surat sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf a, dibuat berita acara penyerahan.

2.2.2. Majelis Pengawas Wilayah

Kewenangan Majelis Pengawas Wilayah diatur pada Pasal 73 ayat(1),

yakni:

1. Menyelenggarakan sidang untuk memeriksa dan mengambil keputusan

atas laporan masyarakat yang disampaikan melalui Majelis Pengawas

Wilayah; memanggil Notaris terlapor untuk dilakukan pemeriksaan atas

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 41: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

32

Universitas Indonesia

laporan; memberikan izin cuti lebih dari 6 (enam) bulan sampai 1 (satu)

tahun;

2. Memeriksa dan memutus atas keputusan Majelis Pengawas Daerah yang

menolak cuti yang diajukan oleh Notaris pelapor;

3. Memberikan sanksi berupa teguran lisan atau tertulis; mengusulkan

pemberian sanksi terhadap Notaris kepada Majelis Pengawas Pusat berupa

pemberhentian sementara 3 (tiga) bulan sampai dengan 6 (enam) bulan

atau pemberhentian dengan tidak hormat; membuat berita acara atas setiap

keputusan penjatuhan sanksi.46

Berdasarkan Pasal 75 Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan

Notaris, Majelis Pengawas Wilayah berkewajiban:

1. Menyampaikan keputusan kepada Notaris yang bersangkutan dengan

tembusan kepada Majelis Pengawas Pusat dan Organisasi Notaris;

2. Menyampaikan pengajuan banding dari Notaris kepada Majelis Pengawas

Pusat terhadap penjatuhan sanksi dan penolakan cuti.

2.2.3. Majelis Pengawas Pusat

Sesuai dengan Pasal 77 Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 tentang

Jabatan Notaris, Majelis Pengawas Pusat berwenang:47

1. Menyelenggarakan sidang untuk memeriksa dan mengambil

keputusan dalam tingkat banding terhadap penjatuhan sanksi dan

penolakan cuti;

2. Memanggil Notaris terlapor untuk dilakukan pemeriksaan;

3. Menjatuhkan sanksi berupa pemberhentian Sementara ;

4. Mengusulkan pemberian sanksi Pemberhentian dengan tidak hormat

kepada Menteri..

Kewajiban Majelis Pengawas Pusat diatur dalam Pasal 79 Undang-Undang

Nomor 30 tahun 2004, yang berbunyi:48

“Majelis Pengawas Pusat berkewajiban menyampaikan keputusan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 huruf a kepada Menteri dan

Notaris yang bersangkutan dengan tembusan kepada Majelis Pengawas

46 Undang-undang Nomor 30 tahun 2004, Op Cit., Ps. 73 ayat 1

47

ibid Ps. 77

48

,ibid Ps. 79

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 42: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

33

Universitas Indonesia

Wilayah dan Majelis Pengawas Daerah yang bersangkutan serta

Organisasi Notaris.”

2.3. Analisa terhadap Tugas Dewan Kehormatan Ikatan Notaris Indonesia

Ikatan Notaris Indonesia adalah perkumpulan/organisasi bagi para Notaris,

berdiri sejak tanggal 1 Juli 1908, dan telah diakui sebagai badan hukum

(rechtpersoon) berdasarkan Gouverments Besluit (Penetapan Pemerintah tanggal 5

September 1908 Nomor 9 dan telah mendapat pengesahan dari pemerintah.49

Ikatan Notaris Indonesia sebagai organisasi pejabat umum yang

professional dituntut untuk selalu meningkatkan kualitas, baik kualitas ilmu

maupun kualitas moralnya serta senantiasa menjunjung tinggi keluhuran martabat

Notaris, sehingga dalam memberikan pelayanannya kepada masyarakat senantiasa

berpedoman kepada Kode Etik profesi dan berdasarkan Undang-Undang tentang

Jabatan Notaris, yaitu Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004.50

Terwujudnya Organisasi Notaris yang solid, diharapkan mampu

membawa dan menjaga para anggotanya bersifat profesional dalam menjalankan

jabatannya. Sebagaimana fitrah organisasi profesi yang selau melekat dan menjadi

identitas utamanya yaitu selalu meningkatkan kemampuannya melauli

peningkatan kualitas, baik kualitas ilmu, maupun integritas moralnya, serta

senantiasa menjunjung tinggi keluhuran martabatnya berdasarkan Kode Etik

profesi.

Ikatan Notaris Indonesia merupakan organisasi Notaris sebagaimana yang

dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 Jabatan Notaris yang

telah mengamanatkan agar diwujudkan satu wadah organisasi Notaris untuk

berhimpun bagi Notaris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82 ayat (1) yang

menyatakan bahwa Notaris berhimpun dalam satu wadah Organisasi Notaris.51

49 Kode Etik Ikatan Notaris Indonesia op cit, Ps.1 ayat 1

50

Berita Negara Republik Indonesia tanggal 7 April 1995 Nomor 28

51

N.G. Yudara, Notaris dan Pemasalahannya “Pokok-pokok Pemikiran di Seputar Kedukan

dan Fungsi Notaris Serta Akta Notaris Menurut Sistem Hukum Indonesia” Makalah disampaikan

Ikatan Notaris Indonesia (Jakarta, januari 2005), hlm. 11

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 43: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

34

Universitas Indonesia

Sudah seharusnya dan sudah waktunya Ikatan Notaris Indonesia (INI)

sebagai kelompok profesi yang terinstitusi mampu secara lebih nyata memberikan

konstribusinya dalam upaya penegakkan hukum.52

Ikatan Notaris Indonesia sebagai wadah bagi Notaris diharapkan dapat

berperan aktif dan memberikan arah dan tuntunan bagi anggotanya dalam

menjalankan jabatannya sehingga para Notaris dapat memberikan jaminan

kepastian hukum dan perlindungan hukum bagi penerima jasa Notaris dan

masyarakat luas.

Untuk menjaga kehormatan dan keluhuran mertabat jabatan Notaris,

perkumpulan mempunyai Kode Etik Notaris yang ditetapkan oleh kongres dan

merupakan kaidah moral yang wajib ditaati oleh setiap anggota perkumpulan.

Dewan Kehormatan merupakan alat perlengkapan perkumpulan yang

terdiri dari beberapa orang anggota yang dipilih dari anggota biasa dan werda

Notaris, yang berdedikasi tinggi dan loyal terhadap perkumpulan, berkepribadian

baik, arif dan bijaksana, sehingga dapat menjadi panutan bagi anggota dan

diangkat oleh kongres untuk masa jabatan yang sama dengan masa jabatan

kepengurusan.

Dewan Kehormatan berwenang melakukan pemeriksaan atas pelanggaran

terhadap Kode Etik dan menjatuhkan sanksi kepada pelanggarnya sesuai dengan

kewenangannya dan bertugas untuk:53

1. Melakukan pembinaan, bimbingan, pengawasan, pembenahan anggota

dalam menjunjung tinggi Kode Etik;

2. Memeriksa dan mengambil keputusan atas dugaan pelanggaran

ketentuan Kode Etik yang bersifat internal atau yang tidak mempunyai

masyarakat secara langsung;

3. Memberikan saran dan pendapat kepada majelis pengawas atas

dugaan pelanggaran Kode Etik dan Jabatan Notaris.

Pengawasan atas pelaksanaan Kode Etik dilakukan dengan cara sebagai berikut:

52 Ibid

53

Kode Etik Ikatan Notaris Indonesia op cit, Ps.1 ayat 8a

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 44: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

35

Universitas Indonesia

1. Pada tingkat pertama oleh Pengurus Daerah Ikatan Notaris Indonesia

dan Dewan Kehormatan Daerah.

2. Pada tingkat banding oleh Pengurus Wilayah Ikatan Notaris Indonesia

dan Dewan Kehormatan Wilayah.

3. Pada tingkat terakhir oleh Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia

dan Dewan Kehormatan Pusat.

2.3.1. Dewan Kehormatan Daerah

Pada tingkat pertama Pengurus Daerah perkumpulan mempunyai Dewan

Kehormatan Daerah pada setiap kepengurusan Pengurus Daerah Ikatan Notaris

Indonesia.

Dewan Kehormatan Daerah terdiri dari 3 (tiga) orang anggota diantaranya,

seorang Ketua, seorang Wakil Ketua, dan seorang Sekretaris. Yang dapat diangkat

menjadi anggota Dewan Kehormatan Daerah adalah anggota biasayang telah

menjabat sebagai Notarissekurang-kurangnya 5 (lima) tahun dan anggota luar

biasa (mantan Notaris), yang senantiasa mentaati peraturan perkumpulan dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku, berdedikasi tinggi, berjasa dan loyal

serta mempunyai rasa kepedulian yang tinggi kepada konferensi daerah dapat

menentukan lain, terutama mengenai komposisi Notaris dan mantan Notaris.

Masa jabatan Dewan Kehormatan Daerah adalah sama dengan masa

jabatan anggota Pengurus Daerah. Para anggota Dewan Kehormatan Daerah yang

masa jabatannya telah berakhir dapat dipilih kembali. Seorang anggota Dewan

Kehormatan Daerah tidak boleh merangkap sebagai anggota Pengurus Pusat,

Dewan Kehormatan Pusat, Pengurus Wilayah, Dewan Kehormatan Wilayah, dan

Pengurus Daerah, jika selama masa jabatan karena suatu hal terjadi jumlah

anggota Dewan Kehormatan Daerah kurang dari jumlah yang ditetapkan maka

Dewan Kehormatan Daerah yang ada tetap sah walaupun jumlah anggotanya

berkurang.

Dewan Kehormatan Daerah merupakan badan yang bersifat otonom di

dalam mengambil keputusan yang mempunyai tugas dan kewajiban untuk

memberikan bimbingan dari melakukan pengawasan dalam pelaksanaan serta

pentaatan Kode Etik oleh para anggota perkumpulan di daerah masing-masing.

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 45: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

36

Universitas Indonesia

Dalam rangka menjalankan tugas dan kewajibannya Dewan Kehormatan Daerah

berwenang untuk:

1. Memberikan dan menyampaikan usul dan saran yang ada

hubungannya dengan kode etik dan pembinaan rasa bersama profesi

(corpsgeest) kepada Pengurus Daerah;

2. Memberikan peringatan, baik secara tertulis maupun dengan lisan

secara langsung kepada para anggota di daerah masing-masing yang

melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan kode etik atau

bertentangan dengan rasa kebersamaan profesi;

3. Memberitahukan tentang pelanggaran tersebut kepada Pengurus

Daerah, Pengurus Wilayah, dewan Kehormatan Wilayah, Pengurus

Pusat dan Dewan Kehormatan Pusat;

4. Mengusulkan kepada Pengurus Pusat melalui Dewan Kehormatan

Wilayah dan Dewan Kehormatan Pusat untuk pemberhentian

sementara (scorsing) annggota perkumpulan yang melakukan

pelanggaran terhadap kode etik. Dalam menjalankan tugas dan

kewajibannya Dewan Kehormatan Daerah dapat mengadakan

pertemuan dengan Pengurus Daerah, Pengurus Wilayah, Pengurus

Pusat atau Dewan Kehormatan Pusat.

2.3.2. Dewan Kehormatan Wilayah

Pada tingkat banding perkumpulan mempunyai Dewan Kehormatan

Wilayah pada setiap kepengurusan Pengurus Wilayah Ikatan Notaris Indonesia.

Dewan Kehormatan Wilayah terdiri dari 5 (lima) anggota diantaranya

seorang ketua, seorang wakil ketua, dan seorang sekretaris. Yang dapat diangkat

menjadi anggota Dewan Kehormatan Wilayah adalah anggota biasa yang telah

menjabat sebagai Notaris sekurang-kurangnya tujuh tahun dan anggota luar biasa

(mantan Notaris), yang senantiasa mentaati peraturan perkumpulan dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, berdedikasi tinggi, berjasa dan loyal serta

mempunyai rasa kepedulian yang tinggi kepada perkumpulan, kecuali untuk

wilayah-wilayah tertentu, konferensi wilayah dapat menentukan lain, terutama

mengenai komposisi Notaris dan mantan Notaris.

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 46: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

37

Universitas Indonesia

Masa jabatan Dewan Kehormatan Wilayah adalah sama dengan masa

jabatan anggota Pengurus Wilayah. Para anggota Dewan Kehormatan Wilayah

yang masa jabatannya telah berakhir dapat dipilih kembali.

Seorang anggota Dewan Kehormatan Wilayah tidak boleh merangkap

sebagai anggota Pengurus Pusat, Dewan Kehormatan Pusat, Pengurus Wilayah,

Pengurus Daerah, Dewan Kehormatan Daerah, jika selama masa jabatan karena

sesuatu hal terjadi jumlah anggota Dewan Kehormatan Wilayah kurang dari

jumlah yang ditetapkan maka Dewan Kehormatan Wilayah yang ada tetap sah

walaupun jumlah anggotanya berkurang.

Dewan Kehormatan Wilayah merupakan badan yang bersifat otonom

didalam mengambil keputusan. Dewan Kehormatan Wilayah mempunyai tugas

dan kewajiban untuk memberikan bimbingan dan melakukan pengawasan dalam

pelaksanaan serta pentaatan kode etik oleh para anggota perkumpulan di wilayah

masing-masing. Dalam rangka menjalankan kewajibannya Dewan Kehormatan

Wilayah berwenang untuk:

1. Memberikan dan menyampaikan usul dan saran yang ada

hubungannya dengan kode etik dan pembinaan rasa kebersamaan

profesi (corpsgeet) kepada Pengurus Wilayah;

2. Memberikan peringatan, baik secara tertulis maupun dengan lisan

secara langsung kepada para anggota di wilayah masing-masing yang

melakukan pelanggaran atau melakukan perbuatan yang tidak sesuai

dengan kode etik atau bertentangan dengan rasa kebersamaan profesi;

3. Memberitahukan tentang pelanggaran tersebut kepada Pengurus

Wilayah, Pengurus Pusat dan Dewan Kehormatan Pusat;

4. Mengusulkan kepada Pengurus Pusat melalui Dewan Kehormatan

Pusat untuk pemberhentain sementara (schorsing) dari anggota

perkumpulan yang melakukan pelanggaran terhadap kode etik.

Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya Dewan Kehormatan Wilayah

dapat mengadakan pertemuan dengan Pengurus Wilayah, Pengurus Pusat, Dewan

Kehormatan Pusat, Pengurus Daerah atau Dewan Kehormatan Daerah.

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 47: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

38

Universitas Indonesia

2.3.3. Dewan Kehormatan Pusat

Pada tingkat terakhir kepengurusan perkumpulan mempunyai Dewan

Kehormatan Pusat pada tingkat Pusat Ikatan Notaris Indonesia. Dewan

Kehormatan Pusat terdiri dari 5 (lima) orang anggota, dengan susunan

kepengurusan sebagai berikut:

Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris.Yang dapat diangkat menjadi anggota

Dewan Kehormatan Pusat adalah anggota biasa yang telah menjabat sebagai

Notaris sekurang-kurangnya sepuluh tahun dan anggota luar biasa (mantan

Notaris), yang senantiasa mentaati peraturan perkumpulan atau peraturan

perundang-undangan yang berlaku, berdedikasi tinggi, berjasa dan loyal serta

mempunyai rasa kepedulian yang tinggi kepada perkumpulan yang dipilih oleh

kongres.

Dewan Kehormatan Pusat bertanggung jawab pada kongres atas

pelaksanaan tugas dan kewajibannya, dengan masa jabatan yang sama dengan

masa jabatan Pengurus Pusat. Para anggota Dewan Kehormatan Pusat yang masa

jabatannya telah berakhir dapat dipilih kembali.

Seorang anggota Dewan Kehormatan Pusat tidak boleh merangkap

anggota Pengurus Pusat, Pengurus Wilayah, Pengurus Daerah dan Dewan

Kehormatan Daerah, jika selama masa jabatan. Dewan Kehormatan Pusat karena

suatu hal terjadi jumlah anggota Dewan Kehormatan Pusat kurang dari jumlah

yang ditetapkan, Maka Dewan Kehormatan Pusat yang ada tetap sah walaupun

jumlah anggotanya berkurang.

Dewan Kehormatan Pusat mempunyai tugas dan kewajiban untuk

memberikan bimbingan dan melakukan pengawasan dalam pelaksanaan serta

pentaatan kode etik oleh para anggota perkumpulan.

Dalam rangka menjalankan tugas dan kewajibannya Dewan Kehormatan

Pusat berwenang untuk:

1. Memberikan dan menyampaikan usul dan saran yang ada

hubungannya dengan kode etik dan pembinaan rasa kebersamaan

profesi (corpsgeest) kepada Pengurus Pusat;

2. Memberikan peringatan, baik secara tertulis maupun dengan lisan

secara langsung kepada para anggota di wilayah yang melakukan

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 48: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

39

Universitas Indonesia

pelanggaran atau melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan kode

etik atau bertentangan dengan rasa kebersamaan profesi;

3. Memberitahukan tentang pelanggaran tersebut kepada Pengurus Pusat.

Pengurus Wilayah, Pengurus daerah dan Dewan Kehormatan Daerah;

4. Mengusulkan kepada Pengurus Pusat untuk melakukan

pemberhentian sementara (schorsing) dari anggota perkumpulan yang

melakukan pelanggaran terhadap kode etik;

5. Menolak atau menerima pengaduan atas pelanggaran kode etik.

Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya Dewan Kehormatan Pusat

dapat mengadakan pertemuan dengan Pengurus Pusat, Pengurus Wilayah, Dewan

Kehormatan Wilayah, Pengurus Daerah atau Dewan Kehormatan Daerah.

2.4. Tinjauan Umum Mengenai Kode Etik Notaris

2.4.1. Etika dan Etika Profesi

Etika berasal dari bahasa Yunani kuno ethos dalam bentuk tunggal yang

berati adat kebiasaaan, adat istiadat, akhlak yang baik. Bentuk jamak dari ethos

adalah ta etha artinya adat kebiasaan. Dari bentuk jamak ini terbentuklah istilah

Etika yang oleh filsuf Yunani Aristoteles (384-322 BC) sudah dipakai untuk

menunjukkan filsafat moral. Berdasarkan asal usul kata ini, maka Etika berarti

ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaaan.54

Menurut Bertens tiga arti Etika dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Etika dalam arti: nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan

bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.

Arti ini disebut juga sebagai “sistem nilai” dslsm hidup msnudis

perseorangan atau hidup bermasyarakat. Misalnya Etika orang Jawa,

Etika Agama Budha.

2. Etika dipakai dalam arti: kumpulan asas atau nilai morat. Yang

dimaksud disini adalah kode etik. Misalnya Kode Etik Advokat

Indonesia, Kode Etik Notaris Indonesia.

3. Etika dipakai dalam arti: ilmu tentang yang baik atau yang buruk. Arti

Etika disini sama dengan filsafat moral.

54 Abdulkadir Muhammad, Etika Profesi hukum, cet. 3, (Bandung : PT Citra Aditya Bakti,

2006), hlm. 13

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 49: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

40

Universitas Indonesia

Dihubungkan dengan Etika Profesi Hukum, Etika dalam arti pertama dan

kedua adalah relevan, karena kedua arti tersebut berkenaan dengan perilaku

seseorang atau kelompok profesi hukum. Dihubungkan dengan arti yang kedua,

Etika profesi hukum berarti kode Etik profesi hukum.

2.4.2. Perilaku

Ethics yang kemudian diserap dalam bahasa Indonesia menjadi etika,

yaitu ilmu tentang kebiasaan berbuat baik. Kebiasaan baik itu berupa perilaku,

yaitu terbiasa berbuat baik. Sebaliknya ada juga orang yang terbiasa berbuat buruk

atau jahat. Berdasasarkan arti tersebut, ada 3 hal yang pertu dicermati, yaitu

perilaku (perbuatan), acuan perilaku (norma, system nilai) dan bentuk

norma/Sitem nilai (kode etik/label).

Dengan demikian Etika dapat diklasifikasikan menjadi 3 arti, yaitu:55

1. Kebiasaan berbuat baik dan buruk

Kebiasaan berbuat baik, artinya terbiasa berbuat yang menyenangkan

serta bermanfaat bagi diri sendiri dan bagi orang lain, disebut etis.

Kebiasaan berbuat buruk, artinya terbiasa berbuat tidak bermanfaat,

merugikan diri sendiri dan semua orang, disebut tidak etis.

2. Sistem Nilai Budaya Sebagai acuan Perilaku

Etika adalah nilai-nilai berupa norma-norma moral yang menjadi

pedoman hidup bagi seseorang atau kelompok orang dalam

berperilaku atau berbuat. Etika dalam arti ini disebut “system nilai

budaya”. Sistem nilai budaya merupakan gambaran perilaku yang

baik, benar dan bermanfaat yang terdapat dalam pikiran (akal sehat)

seseorang atau kelompoki orang. Sistem nilai budaya tersebut baru

dapat diketahui bentuknya apabila seseorang atau kelompok orang

berbuat sesuatu atau melakukan sesuatu.Perbuatannya dibenarkan,

diterima karena bermanfaat bagi semua orang.56

3. Kumpulan Asas atau Nilai Moral (ahlak)

55 Abdulkadir Muhammad, Ilmu Sosial Budaya dasar, Cet. Ke 3 (Bandung: PT. Citra Aditya

Bakti, 2011), hlmn. 66

56

Addul Kadir Muhammad, op cit, hlm. 67

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 50: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

41

Universitas Indonesia

Etika dalam arti ini merupakan kumpulan asas atau nilai moral (ahlak)

yang menggambarkan perilaku baik, benar dan bermanfaat. Asas atau

nilai moral (ahlak) yang menggambarkan perilaku baik, benar dan

bermanfaat. Asas atau nilai moral tersebut biasanya dihimpun dalam

bentuk Kode Etik atau Label. Kode etik berisi gambaran perilaku57

bagaimana seharusnya seorang professional berbuat atau tidak

berbuat.

Undang-undang Jabatan Notaris dan, Kode Etik Profesi Notaris serta

Sumpah Jabatan Notaris, secara substantif, sebagian mengatur perilaku

profesionalitas dan sebagian mengatur perilaku pribadi atau norma-norma moral

atau etika,58

sehingga sejak Notaris mengucapkan sumpah jabatannya, maka setiap

Notaris wajib tunduk pada ketentuan UU Jabatan Notaris, Kode Etik Profesi

Notaris dan Sumpah Jabatan Notaris, dan terhadap pelanggarannya dapat

dikenakan sanksi hukum atau tindakan disiplinair. UU Jabatan Notaris telah

memasukkan norma moral atau etika profesi Notaris atau norma yang mengatur

57

Menurut Pieter Latumenten, perilaku Notaris dapat digolongkan kedalam 2 bagian yaitu: 1.

Perilaku Notaris sebagai pejabat umum yang menjalankan profesi dibidang hukum dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat atau Notaris sebagai profesi hukum, adalah orang yang

menjalankan pekerjaan berdasarkan “Keahlian” dalam melaksanakan tugas dan kewenangan yang

diatur dalam UU Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (disebut UU Jabatan Notaris) dan

Peraturan perundang-undangan lainnya(“Perilaku Profesionalitas”).2.Perilaku Notaris sebagai

manusia biasa, memiliki perilaku dalam kehidupan sehari-hari diluar jabatannya (“Perilaku

Pribadi”). Makalah Pieter Latumenten “Pertanggung Jawaban hukum Profesi Notaris”, Makalah disampaikan dalam Pelatihan Pemahaman Materi dan Teknis Pelaksanaan

Operasionalisasi Sistem Administrasi Badan Hukum dan Materi Lain yang terkait bagi Anggota

Luar Biasa (Calon Notaris) (Jakarta, 18 Januari 2010), hlm. 1-2

58 Menurut Winanto Wiryomartani perlu dilakukan pemisahan mengenai perilaku Notaris yang

diawasi oleh Majelis Pengawas Notaris, Majelis Pengawas lebih tepat untuk melakukan

Pengawasan terhadap perilaku Notaris, yang berdampak lansung terhadap akta yang dibuatnya

dalam menjalankan tugas jabatan Notaris, sesuai dengan UUJN. Hal ini penting melihat “memori

van toelichting“ atau sejarah terbentuknya suatu peraturan UUJN dibuat karena Undang-undang

lama tidak bisa mengakomodir kepentingan Notaris, salah satu pertimbangan Majelis Pengawas

dibentuk untuk mengawasi Notaris agar menjalankan kewajibannya sesuai yang diatur oleh

Undang-undang agar melindungi masyarakat pengguna jasa Notaris dalam perbuatan hukum di

bidang hukum Perdata. Pada saat pembahasan timbul diskusi dimana Ikatan Notaris Indonesia

meminta Notaris diawasi oleh Notaris yang mengerti dan memahami bidang Kenotariatan,

berhubung ilmu hukum merupakan ilmu sosial yang tidak bisa diukur secara pasti maka dengan

tujuan untuk mendapatkan pengawasan yang efektif dibentuklah Pasal 67 Undang-undang Nomor

30 Tahun 2004. Hasil Wawancara dengan Winanto Wiryomartani tanggal 31 Desember 2012 dan

4 Januari 2013

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 51: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

42

Universitas Indonesia

perilaku pribadi Notaris, yang wajib dipatuhi dan ditaati oleh setiap Notaris

yaitu:59

1. Notaris dapat diberhentikan sementara jika melakukan perbuatan

tercela yang meliputi perbuatan yang bertentangan dengan Norma

Agama, Norma Kesusilaan dan Norma Adat;

2. Notaris dapat diberhentikan dengan tidak hormat jika melakukan

perbuatan yang merendahkan kehormatan martabat jabatan Notaris

misalnya berjudi, mabuk, menyalahgunakan narkoba dan berzina.

Ketatnya pengaturan terhadap perilaku Notaris, sehingga sebagian besar

kalangan Notaris menganggap menjadi Notaris harus menjadi manusia setengah

dewa atau manusia tanpa kesalahan. 60

Anggapan itu keliru, dimana Notaris adalah sosok yang memiliki keahlian

tertentu dan agar keahlian ini tidak disalahgunakan yang dapat merugikan

masyarakat dan profesi Notaris itu sendiri, maka penggunaan keahlian ini harus

dipagari dengan standar moral, sehingga Notaris selain memiliki keahlian tertentu

juga disertai dengan akhlak yang tinggi dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat.61

Perbedaan essensi antara Profesi Notaris dan Profesi Hukum lainnya terletak

pada substansi pengaturannya dimana Perilaku Professionalitas dan Perilaku

Pribadi Notaris diatur dalam UU Jabatan Notaris, Kode Etik Profesi Notaris dan

Sumpah Jabatannya serta pelanggaran terhadap Kode Etik Profesi Notaris dapat

dikenakan sanksi hukum sedangkan profesi hukum lainnya, dalam peraturan

jabatannya secara substansi hanya mengatur perilaku profesionalitas dan

pelanggaran terhadap kode etik profesiya hanya dikenakan sanksi organisatoris.

Selain pertanggungjawaban berdasarkan tindakan organisatoris oleh Dewan

Kehormatan Notaris terhadap pelanggaran kode etik Notaris yang tidak berkaitan

langsung dengan masyarakat, tindakan disiplinair yang dijatuhkan oleh Majelis

Pengawas Notaris terhadap pelanggaran pelaksanaan jabatan Notaris dan Kode

Etik Notaris yang berkaitan langsung dengan masyarakat, maka Notaris juga

59 Pasal 9 ayat 1 huruf c jo penjelasannya dan Pasal 12 huruf c jo penjelasannya UU Jabatan

Notaris.

60

Peter latumenten, Ibid.

61

Ibid.

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 52: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

43

Universitas Indonesia

dapat dimintakan pertanggungjawaban hukumnya atas perilaku profesionalitas

dan perilaku pribadi berdasarkan hukum pidana, jika tindakan hukum yang

dilakukan Notaris memenuhi unsur kesalahan dan unsur delik yang diatur dalam

KUH.Pidana dan UU Tindak Pidana lainnya dan berdasarkan Hukum Perdata

karena perbuatan melawan hukum yang dimaksud dalam Pasal 1365

KUH.Perdata, jika tindakan hukum atau perilaku Notaris memenuhi unsur-unsur

yang dimaksud dalam pasal 1365 KUH. perdata, dengan tidak menutup

kemungkinan akta-akta yang dibuat oleh atau dihadapan Notaris dinyatakan Batal

demi hukum atau dibatalkan atau dinyatakan tidak mempunyai kekuatan bukti

otentik oleh Pengadilan berdasarkan Putusannya yang telah mempunyai kekuatan

hukum tetap. Kajian pertanggungjawaban profesi Notaris untuk mengetahui

bagaimana mekanisme penegakan hukum terhadap Notaris yang bersumber pada

hukum notariat, yang diatur dalam Kode Etik Profesi Notaris dan UU Jabatan

Notaris, Hukum Pidana dan Hukum Perdata, serta menjadi bahan evaluasi bagi

Notaris dalam menjalankan jabatannya atau diluar jabatannya, agar terhindar dari

sanksi hukum yang dapat dikenakan atas kesalahan yang berkaitan dengan

Perilaku Profesionalitas dan Perilaku Pribadi.62

2.4.3. Kode Etik

Kode Etik adalah nilai-nilai dan norma-norma moral yang wajib

diperhatikan dan dijalankan oleh profesional hukum. 63

Agar Kode Etik profesi

dapat berfungsi sebagaimana mestinya maka paling tidak ada dua syarat yang

mesti dipenuhi. Pertama, Kode Etik itu harus dibuat oleh profesi itu sendiri, Kode

Etik tidak akan efektif, kalau diterima begitu saja dari atas, dari instansi

pemerintah atau instansi lain, karena tidak akan dijiwai oleh cita-cita dan nilai-

nilai yang hidup dalam kalangan profesi itu sendiri. Kedua, agar Kode Etik

berhasil dengan baik adalah bahwa pelaksanaannya diawasi terus-menerus.64

62

Pieter Latumenten, “Pertanggung Jawaban hukum Profesi Notaris”,Makalah disampaikan

dalam Pelatihan Pemahaman Materi dan teknis Pelaksanaan Operasionalisasi Sistem Administrasi

Badan Hukum dan Materi Lain yang terkait bagi Anggota Luar Biasa (Calon Notaris) (Jakarta, 18

Januari 2010), hlm. 1-2

63

K. Bertens, Etika, (Jakarta :Gramedia Pustaka utama, 1997), hlm. 113

64

Ibid, hlm. 282-283

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 53: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

44

Universitas Indonesia

Kode Etik Notaris adalah seluruh kaidah moral yang ditentukan oleh

perkumpulan Ikatan Notaris Indonesia yang selanjutnya akan disebut

“Perkumpulan” berdasarkan keputusan konggres perkumpulan dan/atau yang

ditentukan oleh dan diatur dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur

tentang hal itu dari yang berlaku bagi serta wajib ditaati oleh setiap dan semua

anggota perkumpulan dan semua orang yang menjalankan tugas jabatan sebagai

Notaris, termasuk di dalamnya para Pejabat Sementara Notaris, Notaris Pengganti

dan Notaris Pengganti Khusus

Etika profesi dalam pengertiannya yang longgar dengan demikian

merupakan etika preskriptif yang merupakan bagian sisi tertentu dari etika sebagai

ilmu. Pengertian yang luas dapat diberikan terhadap etika profesi yakni berangkat

dari pengertian etika sebagai ilmu pengetahuan tentang tingkah laku sengaja

manusia sepanjang berkaitan dengan norma. Pengertian etika dalam arti luas ini

berarti memberikan pemahaman bahwa etika profesi merupakan ilmu

pengetahuan tentang tingkah laku sengaja manusia yang berkaitan dengan norma

di dalam pergaulan hidup sebagai professional. Etika profesi tidak sekedar

membahas mengenai norma-norma preskriptf dalam suatu profesi tertentu (dalam

hal ini Notaris) namun menyelidiki keseluruhan tingkah laku dan norma para

professional notariat secara radikal.

Profesi hukum, termasuk didalamnya profesi Notaris, merupakan suatu

profesi khusus di samping profesi luhur lainnya yakni profesi dalam bidang

pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan, dan pelayanan kerohaniawan.

Kekhususannya adalah bahwa pada hakikatnya profesi ini terjadi dalam suatu

pelayanan pada manusia atau masyarakat. Artinya meskipun orang yang

menjalankan profesi itu hidup dari profesi tersebut akan tetapi hakikat profesinya

menuntut agar bukan nafkah hidup itulah yang menjadi motivasiutamanya,

melainkan kesediaan untuk melayani sesama. Untuk melakukan profesi, mereka

yang berkecimpung di dalam profesi tersebut dituntut adanya budi luhur dan

ahklak yang tinggi.

2.4.4. Kode Etik Jabatan Notaris

Kode Etik dalam arti materiil adalah norma atau peraturan yang praktis

baik maupun tidak tertulis mengenai etika berkaitan dengan sikap serta

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 54: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

45

Universitas Indonesia

pengambilan putusan hal-hal fundamental dari nilai dan standar perilaku orang

yang dinilai baik atau buruk dalam menjalankan profesinya secara mandiri

dirumuskan, ditetapkan dan ditegakkan oleh organisasi profesi.

Kode Etik Notaris adalah seluruh kaidah moral yang ditentukan oleh

Perkumpulan Ikatan Notaris Indonesia yang selanjutnya akan disebut

“Perkumpulan” berdasarkan keputusan Kongres Perkumpulan dan/atau yang

ditentukan oleh dan diatur dalam peraturan perundang-undangan yang mengarur

tentang hal itu dan yang berlaku bagi serta wajib ditaati oleh semua anggota

Perkumpulan dan semua orang yang menjalankan tugas jabatan sebagai Notaris,

termasuk didalamnya Pejabat Sementara Notaris, Notaris Pengganti dan Notaris

Pengganti Khusus.65

Kaidah moral adalah tuntutan perilaku manusia yang ditaati karena

kesadaran yang bersumber pada hati dan nurani, yang bertujuan untuk mencapai

kebahagiaan. Kaidah moral umumnya tidak tertulis, namun jika dibuat tertulis

seperti Kode Etik Notaris ini maksudnya adalah untuk kejelasan informasi semata.

Kaidah moral diharapkan ditaati oleh kelompok masyarakat fungsional tertentu,

yakni Notaris dalam kehidupannya di organisasi Notaris. Ciri utama dari kaidah

moral ini adalah berlakunya yang tidak ditegakkan dengan sanksi yang tegas.

Meskipun demikian dalam pergaulan organisasi apabila ada Notaris yang

melanggar kode etika maka Notaris tersebut dapat dijatuhi sanksi oleh

organisasi. Dengan demikian organisasi Notaris mempunyai peran yang

signifikan. Oleh karena itulah pembangunan organisasi Notaris menjadi penting.

Kode Etik Notaris dilandasi oleh kenyataan bahwa Notaris sebagai

pengembangan profesi adalah orang yang memiliki keahlian dan keilmuan dalam

bidang kenotariatan, sehingga mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang

memerlukan pelayanan dalam bidang kenotariatan. Secara pribadi Notaris

bertanggung jawab atas mutu pelayanan jasa yang diberikan. Dengan adanya

Kode Etik kepercayaan masyarakat akan suatu profesi dapat diperkuat, karena

setiap klien mempunyai kepastian bahwa kepentingannya akan terjamin. Kode

Etik profesi juga penting sebagai sarana kontrol sosial. Kedudukan Notaris

sebagai pejabat umum adalah merupakan salah satu organ Negara yang mendapat

65 Kode Etik Ikatan Notaris Indonesia (INI) Bab 1, ps.1, hlm. 1

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 55: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

46

Universitas Indonesia

amanat dari sebagian tugas dan kewenangan negara yaitu berupa tugas,

kewajiban, wewenang dalam rangka pemberian pelayanan kepada masyarakat

umum di bidang Keperdataan.66

Jabatan yang diemban Notaris adalah suatu jabatan kepercayaan yang

diamanatkan oleh Undang-Undang dan masyarakat, untuk itulah seorang Notaris

bertanggung jawab untuk melaksanakan kepercayaan yang diberikan kepadanya

dengan selalu menjunjung tinggi etika hukum dan martabat serta keluhuran

jabatannya, sebab apabila hal tersebut diabaikan oleh seorang Notaris maka akan

berbahaya bagi masyarakat umum yang dilayaninya. Dalam menjalanan

jabatannya Notaris harus mematuhi seluruh kaedah moral yang telah hidup dan

berkembang di masyarakat. Selain dari adanya tanggung jawab dari etika profesi,

adanya integritas dan moral yang baik merupakan persyaratan penting yang harus

dimiliki oleh seorang Notaris.67

Oleh karena itu Notaris harus senantiasa menjalankan jabatannya menurut

Kode Etik Notaris yang ditetapkan dalam Kongres Ikatan Notaris Indonesia yang

telah mengatur mengenai kewajiban, dan larangan yang harus dipatuhi oleh

Notaris dalam menegakkan Kode Etik Notaris dan mematuhi Undang-Undang

yang mengatur tentang jabatan Notaris yaitu Undang-Undang Nomor 30 tahun

2004 tentang Jabatan Notaris.

UUJN telah menempatkan Notaris sebagai pejabat umum yang

menjalankan profesi hukum dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat,

dan Notaris telah diakui oleh UU Jabatan Notaris sebagai suatu Profesi Hukum.68

Ciri-ciri atau kriteria suatu Profesi yaitu:69

66 K Bertens op cit, hlm. 283

67

Ibid

68

Undang-undang Nomor 30 tahun 2004, op cit,, konsideran menimbang huruf e mengatakan

bahwa Notaris mwerupakan jabatan tertentu yang menjalankan profesi dalam pleyanan hukum

kepada masyarakat, perlu mendapatkan perlindungan dan jaminan demi dicapainya kepastian

hukum.

69

Makalah Pertanggung Jawaban hukum Profesi Notaris, disampaikan Oleh Pieter

Latumenten, di Jakarta tanggal 18 Januari 2010

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 56: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

47

Universitas Indonesia

1. Adanya pengetahuan khusus atau keahlian tertentu yang dimiliki dan

yang diperoleh berdasarkan pendidikan formal, pelatihan dan

pengalaman bertahun-tahun;

2. Adanya standar moral atau akhlak, yang menjadi dasar bagi setiap

anggota profesi dalam berperilaku, yang dituangkan dalam Kode Etik

Profesi yang ditetapkan oleh Organisasi profesinya;

3. Adanya Organisasi Profesi yang menjadi wadah bagi setiap anggota

profesinya;

4. Setiap pelaksanaan profesi harus meletakkan kepentingan masyarakat

diatas kepentingan pribadinya;

5. Tugas dan kewenangan dalam menjalankan profesi diatur dalam

peraturan perundang-undangan;

6. Surat Keputusan pemberian izin atau pengangkatan untuk

menjalankan profesi dari instansi yang berwenang;

7. Adanya orang-orang yang ahli yang ditugasi untuk mengawasi setiap

anggota profesi dalam menggunakan atau mengelola keahliannya

dalam melaksanakan kewenangan yang diberikan, yang secara internal

dikenal dengan Dewan Kehormatan Profesi sebagai alat kelengkapan

organisasi profesi tersebut

Terhadap dua prinsip etika profesi pada umumnya yang berlaku bagi Notaris

sebagai professional yakni dalam menjalankan profesinya Notaris tersebut harus

bertanggung jawab dan tidak melanggar hak-hak pihak lain.70

1. Sikap bertanggung jawab

1.1. Notaris sebagai profesi diharapkan bertanggung jawab terhadap

pekerjaan yang dilakukan dan terhadap hasilnya.

1.2. Notaris harus bertanggung jawab terhadap dampak pekerjaan pada

kehidupan orang lain.

2. Hormat terhadap hak orang lain

Prinsip ini tidak lain adalah tuntutan keadilan. Keadilan menuntut

profesional memberikan kepada siapa saja yang menjadi haknya. Dalam kontek

profesi notaris tuntutan keadilan itu berarti didalam pelaksanaan jabatannya

70 Franz Magnis Suseno, et al, Etika Dasar Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral, Cet.1

(Yogjakarta: Knisius, 1991), hlm. 14

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 57: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

48

Universitas Indonesia

Notaris tidak boleh melanggar hak orang, atau lembaga lain ataupun hak negara.

Jadi jika pelaksanaan profesi melanggar suatu hak, maka professional sejati akan

menghentikan pekerjaannya. Tuntutan etika profesi dapat dirumuskan dalam

sebuah prinsip tangung jawab yakni dalam segala usaha bertindaklah sedemikan

rupa, sehingga akibat-akibat tindakan yang dilakukan tidak dapat merusak, bahkan

tidak dapat membahayakan atau mengurangi mutu kehidupan manusia dalam

lingkungannya, baik mereka yang hidup pada masa sekarang, maupun generasi-

generasi yang akan datang.71

Franz Magniz-Suseno dkk mengemukakan dua prinsip etika profesi luhur,

yakni mendahulukan kepentingan klien dan pengabdian pada tuntutan luhur

profesi. Tuntutan dasar etika profesi luhur yang pertama ialah agar profesi

tersebut dijalankan dengan tanpa pamrih. Kieser sebagaimana dikutip oleh Franz

Magnis-Suseno menyatakan bahwa seluruh ilmu dan usahanya hanya demi

kebaikan klien. Menurut keyakinan orang dan menurut aturan-aturan kelompok

(profesi luhur), para professional wajib membaktikan keahlian mereka semata-

mata pada kepentingan yang mereka layani, tanpa menghitungkan untung ruginya

sendiri. Sebaliknya, dalam semua etika profesi, cacat jiwa pokok dari seorang

professional adalah bahwa dia mengutamakan kepentingannya sendiri di atas

kepentingan klien. Apa yang dikatakan oleh Kieser tidak berarti seorang

professional tidak boleh meminta pembayaran dari kliennya. Seorang professional

berhak agar dapat hidup dari profesinya. Tetapi pembayaran tersebut tidak

menjadikan tujuan utama pelaksanaan profesi. Seorang professional diharapkan

dalam menjalankan profesi demi kebaikan klien dan terhadap kepentingan pribadi

bahkan kepentingan keluarga professional itu harus dikalahkan. Hal ini disebut

oleh Franz Magnis-Suseno sebagai bebas dan pamrih.72

Kedua, professional Notaris harus dijalankan sesuai dengan pengabdian

pada tuntutan luhur profesi. Tuntutan luhur profesi dalam bidang notariat adalah

membuat suatu akta yang didalamnya menentukan hak dan kewajiban tertentu.

Landasan utama dalam hal pengabdian terhadap tuntutan luhur profesi ini adalah

kebenaran. Kebenaran dalam arti benar ditinjau dari segi hakikat hukum dan fakta

71 Franz Magnis Suseno op cit, hlm 71

72

ibid, hlm 74

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 58: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

49

Universitas Indonesia

yang disajikan. Notaris dalam hal ini tidak akan membantu melakukan

penyelundup hukum dan memberikan hak serta kewajiban dengan cara yang tidak

fair kepada mereka yang seharusnya tidak berhak untuk itu.

2.5. Sanksi Pelanggaran Kode Etik

2.5.1.Sanksi Pelanggaran Kode Etik Menurut I.N.I

Dalam menjaga kehormatan dan keluhuran martabat Notaris, kongres Ikatan

Notaris Indonesia menetapkan Kode Etik Notaris yang merupakan kaidah moral

yang wajib ditaati oleh setiap anggota perkumpulan. Keberadaan Kode Etik

Notaris merupakan konsekuensi logis dari dan untuk suatu pekerjaan yang disebut

sebagai profesi. Bahkan ada yang pendapat yang menyatakan bahwa Notaris

sebagai pejabat umum yang diberikan kepercayaan harus berpegang teguh tidak

hanya pada peraturan perundang-undangan semata, namun juga pada Kode Etik

profesinya, karena tanpa Kode Etik, harkat, martabat dan profesinya akan hilang.

Bagi Notaris yang melakukan pelanggaran Kode Etik, Dewan Kehormatan

berkoordinasi dengan Majelis Pengawas berwenang melakukan pemeriksaan atas

pelanggaran tersebut dan dapat menjatuhkan sanksi kepada pelanggarnya, sanksi

yang dikenakan terhadap anggota Ikatan Notaris Indonesia (I.N.I), yang

melakukan pelanggaran Kode Etik dapat berupa :73

1. Teguran;

2. Peringatan;

3. Skorsing (pemecatan sementara) dari keanggotaan Perkumpulan;

4. Onzetting (pemecatan) dari keanggotaan Perkumpulan;

5. Pemberhentian dengan tidak hormat dari keanggotaan Perkumpulan.

2.5.2. Sanksi Pelanggaran Kode Etik menurut UUJN

Notaris dalam melaksanakan tugas sehari-hari tidak hanya berpedoman

pada UUJN akan tetapi berpedoman pada Kode Etik Notaris yang merupakan

suatu peraturan yang dibentuk oleh Ikatan Notaris Indonesia yang mana

merupakan suatu organisasi yang dibentuk berdasarkan pasal 82 UUJN.

Profesi Notaris merupakan profesi yang berkaitan dengan individu,

organisasi profesi, masyarakat pada umumnya dan negara. Tindakan Notaris akan

berkaitan dengan elemen-elemen tersebut. Oleh karenanya, suatu tindakan yang

73 Kode Etik Ikatan Notaris Indonesia op cit, Ps.6

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 59: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

50

Universitas Indonesia

keliru dari Notaris dalam menjalankan pekerjaannya tidak hanya akan merugikan

Notaris itu sendiri namun juga dapat merugikan organisasi profesi, masyarakat

dan negara.

Adanya hubungan antara Kode Etik dan UUJN memberikan arti terhadap

profesi Notaris itu sendiri. UUJN dan Kode Etik Notaris menghendaki agar

Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya sebagai pejabat umum, selain harus

tunduk kepada UUJN juga harus taat kepada Kode Etik Profesi serta harus

bertanggungjawab kepada masyarakat yang dilayaninya, Organisasi profesi,

maupun negara. Dengan adanya hubungan ini maka terhadap Notaris yang

mengabaikan keluhuran dan martabat jabatannya selain dapat dikenal sebagai

sanksi moril, ditegur atau dipecat dari jabatannya sebagai Notaris

Kewajiban Notaris telah diatur secara khusus dan terperinci di dalam pasal

16 ayat 1 (satu) huruf a sampai dengan huruf m. Sedangkan ketentuan sanksi

dalam UUJN diatur dalam Pasal 84 dan 85. Mengenai sanksi yang dijatuhkan

kepada Notaris sebagai pribadi menurut pasal 85 UUJN dapat berupa:74

1. Teguran lisan;

2. Teguran tertentu;

3. Pemberhentian sementara;

4. Pemberhentian dengan hormat;

5. Pemberhentian dengan tidak hormat.

2.6 Tata Cara Pemeriksaan Pelanggaran Perilaku Notaris

2.6.1. Pemeriksaan oleh Majelis Pengawas Notaris

Majelis Pengawas diberi wewenang untuk menyelenggarakan sidang

adanya dugaan pelanggaran Kode Etik Notaris selain pelanggaran yang berkaitan

Jabatan Notaris (Pasal 70 huruf a, Pasal 73 ayat 1 huruf a dan b, dan Pasal 77

huruf a dan b UUJN).

Berdasarkan substansi pasal tersebut bahwa Majelis Pengawas Notaris

berwenang melakukan sidang untuk memeriksa adanya dugaan pelanggaran:

1. Kode Etik, dan

2. Pelaksanaan tugas jabatan Notaris

74 Undang-undang Nomor 30 tahun 2004, Op Cit., Ps.

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 60: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

51

Universitas Indonesia

Kewenangan penjatuhan sanksi hanya diberikan kepada Majelis Pengawas

Wilayah dan Majelis Pengawas Pusat. Majelis Pengawas Wilayah berwenang

memberikan sanksi berupa teguran lisan atau tertulis (Pasal 73 ayat (1) huruf f

UUJN) dan Majelis Pengawas Pusat berwenang menjatuhkan sanksi terhadap

Notaris, diatur dalam pasal 77 huruf c UUJN, yaitu :

1. Menjatuhkan sanksi pemberhentian sementara

2. Mengusulkan pemberhentian tidak hormat pada Menteri.

Pemeriksaan atau sidang yang dilakukan oleh majelis pengawas Notaris

sebagai terlapor (ataupun Notaris sebagai pelapor yang melaporkan sesama

Notaris) majelis pengawas diberi wewenang untuk mendengarkan untuk

mendengarkan keterangan dan menerima tanggapan serta menerima bukti-bukti

dan Notaris sebagai terlapor (ataupun Notaris). Pasal 70 huruf a UUJN

memberikan wewenang kepada MPD menyelenggarakan sidang untuk memeriksa

adanya dugaan pelanggaran kode etik Notaris atau pelanggaran pelaksanaan

jabatan Notaris.

1. Pemeriksaan Oleh Majelis pengawas Daerah

Dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

Nomor MR.02.PR.08.10 Tahun 2004, mengatur mengenai pemeriksaan yang

dilakukan terhadap Notaris Oleh Majelis Pengawas daerah, yaitu:

1. Majelis Pengawas Daerah sebelum melakukan pemeriksaan berkala

atau pemeriksaan setiap waktu yang dianggap perlu, dengan terlebih

dahulu secara tertulis kepada Notaris yang bersangkutan paling lambat

7 (tujuh) hari kerja sebelum pemeriksaan dilakukan;

2. Pemeriksaan terhadap Notaris dilakukan Oleh Tim Pemeriksa:

3. Hasil Pemeriksaan Tim Pemeriksa sebagaimana tersebut wajib dibuat

Berita Acara dan dilaporkan kepada Majelis Pengawas Wilayah.

2. Pemeriksaan Oleh Majelis Pengawas Wilayah

Dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

Nomor MR.02.PR.08.10 Tahun 2004, mengatur mengenai pemeriksaan yang

dilakukan oleh Majelis Pengawas Wilayah terhadap Notaris, yaitu:

1. Majelis Pemeriksa Wilayah memeriksa dan memutus hasil

pemeriksaan Majelis Pengawas Daerah;

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 61: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

52

Universitas Indonesia

2. Majelis Pemeriksa Wilayah mulai melakukan pemeriksaan terhadap

hasil pemeriksaam Majelis Pengawas Daerah dalam waktu 7 hari

kalender sejak berkas diterima ;

3. Majelis Pemeriksa Wilayah berwenang memanggil pelapor dan

terlapor untuk didengar keterangannya;

4. Putusan diucapkan dalam jangka waktu paling lambat 30 hari kalender

sejak berkas diterima.

3. Pemeriksaan Oleh Majelis Pengawas Pusat

Dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

Nomor MR.02.PR.08.10 Tahun 2004, mengatur mengenai pemeriksaan yang

dilakukan oleh Majelis Pengawas Pusat terhadap Notaris, yaitu:

1. Majelis Pemeriksa Pusat memeriksa permohonan banding atas putusan

Majelis Pemeriksa Wilayah;

2. Majelis Pemeriksa Pusat mulai melakukan pemeriksaan terhadap berkas

permohonan banding dalam jangka waktu paling lambat 7 hari kalender

sejak berkas diterima ;

3. Majelis Pemeriksa Pusat berwenang memanggil pelapor dan terlapor

untuk didengar keterangannya;

4. Putusan diucapkan dalam jangka waktu paling lambat 30 hari kalender

sejak berkas diterima.

5. Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus memuat alas an dan

pertimbangan yang cukup, yang dijadikan dasar untuk menjatuhkan

putusan;

6. Putusan Majelis Pemeriksa Pusat disampaikan kepada Menteri dan

salinannya disampaikan kepada Pelapor, Terlapor, Majelis Pengawas

Daerah, Majelis Pengawas Wilayah dan Pengurus Pusat Ikatan notaris

Indonesia, dalam jangka waktu paling lambat 30 hari kalender terhitung

sejak putusan diucapkan.

2.6.2.Pemeriksaan Oleh Dewan kehormatan Ikatan Notaris Indonesia

1. Pemeriksaan oleh Dewan kehormatan Daerah

Dewan kehormatan Daerah dapat mencari fakta pelanggaran

atas prakarsa sendiri atau setelah menerima pengaduan secara tertulis

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 62: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

53

Universitas Indonesia

dari seorang anggota perkumpulan atau orang lain dengan bukti-bukti

yang meyakinkan bahwa telah terjadi pelanggaran terhadap kode etik,

setelah menemukan fakta-fakta pelanggaran kode etik atau setelah

menerima pengaduan, wajib memanggil anggota yang bersangkutan

untuk memastikan apakah betul telah terjadi pelanggaran dan

memberikan kesempatan kepadanya untuk memmberikan penjelasan

dan pembelaan. Dari pertemuan tersebut dibuat risalah yang ditanda

tangani oleh anggota yang bersangkutan dan ketua serta seorang

anggota Dewan Kehormatan Daerah.

Dewan Kehormatan Daerah diwajibkan untuk memberikan

keputusan dalam waktu tiga puluh hari setelah pengaduan diajukan.

Terhadap keputusan Dewan Kehormatan Daerah dapat diadakan

banding ke Dewan Kehormatan Wilayah. Dewan Kehormatan Daerah

wajib memberitahukan tentang keputusannya itu kepada Pengurus

Daerah, Pengurus Wilayah, Dewan Kehormatan Pusat.

Dalam menangani atau menyelesaikan suatu kasus, anggota

Wilayah. Dewan Kehormatan Daerah harus:

a. Tetap menghormati dan menjunjung tinggi martabat anggota yang

bersangkutan;

b. Selalu menjaga suasana kekeluargaan;

c. Merahasiakan segala apa yang ditemukan.

Jika Keputusan Dewan Kehormatan Daerah ditolak oleh

Wilayah. Dewan Kehormatan Wilayah dan memberitahukannya

kepada anggota yang bersangkutan dan kepada Pengurus Daerah,

Pengurus Wilayah, Dewan Kehormatan Pusat.

2. Pemeriksaan oleh Dewan Kehormatan Wilayah.

Dewan Kehormatan Wilayah dapat mencari fakta pelanggaran

atas prakarsa sendiri atau setelah menerima pengaduan secara tertulis

dari seorang anggota perkumpulan atau orang lain dengan bukti-bukti

yang meyakinkan bahwa telah terjadi pelanggaran terhadap Kode Etik,

setelah menemukan fakta-fakta pelanggaran Kode Etik atau setelah

menerima pengaduan, wajib memanggil anggota yang bersangkutan

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 63: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

54

Universitas Indonesia

untuk memastikan apakah betul telah terjadi pelanggaran dan

memberikan kesempatan kepadanya untuk memberikan penjelasan

dan pembelaan. Dari pertemuan tersebut dibuat risalah yang

ditandatangani oleh anggota yang bersangkutan dan ketua serta

seorang anggota Dewan Kehormatan Wilayah. Dewan Kehormatan

Wilayah diwajibkan untuk memberikan keputusan dalam waktu 30

(tiga puluh) hari setelah pengaduan diajukan. Terhadap keputusan

Dewan Kehormatan Wilayah dapat diadakan banding ke Dewan

Kehormatan Pusat.

Dewan Kehormatan Wilayah wajib memberitahukan tentang

keputusannya itu kepada Dewan Kehormatan Pusat, Pengurus Pusat,

Pengurus Wilayah, Pengurus Daerah dan Dewan Kehormatan Daerah.

Dalam menangani atau menyelesaikan suatu kasus, anggota

Dewan kehormatan Wilayah harus:

a. Tetap menghormati dan menjunjung tinggi martabat anggota

yang bersangkutan;

b. Selalu menjaga suasana kekeluargaan;

c. Merahasiakan segala apa yang ditemukan.

Jika keputusan Dewan Kehormatan Wilayah ditolak oleh Dewan

Kehormatan Pusat, baik sebagian maupun seluruhnya maka Dewan

Kehormatan Wilayah diwajibkan untuk melaksanakan keputusan

Dewan Kehormatan Pusat dan memberitahukan kepada anggota yang

bersangkutan dan kepada Dewan Kehormatan Pusat, Pengurus Pusat,

Pengurus Wilayah, Pengurus Daerah dan Dewan Kehormatan Daerah.

Dewan Kehormatan Wilayah, Dewan Kehormatan Pusat, Dewan

Kehormatan Daerah mengadakan pertemuan berkala, sedikitnya enam

bulan sekali atau setiap kali dipandang perlu oleh Pengurus Pusat atau

Dewan Kehormatan Pusat atau atas permintaan 5 (lima) Pengurus

Daerah berikut Dewan Kehormatan Daerah.

3. Pemeriksaan oleh Dewan Kehormatan Pusat.

Dewan Kehormatan Pusat dapat mencari fakta pelanggaran atas

prakarsa sendiri atau setelah menerima pengaduan secara tertulis dari

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 64: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

55

Universitas Indonesia

seorang anggota perkumpulan atau orang lain dengan bukti-bukti yang

meyakinkan bahwa telah terjadi pelanggaran terhadap Kode Etik,

setelah menemukan fakta-fakta pelanggaran Kode Etik atau setelah

menerima pengaduan, wajib memanggil anggota yang bersangkutan

untuk memastikan apakah betul telah terjadi pelanggaran dan Dewan

Kehormatan Pusat diwajibkan untuk memberitahukan tentang adanya

pelanggaran tersebut kepada Pengurus Wilayah, Dewan Kehormatan

Wilayah, Pengurus Daerah dan dewan Kehormatan Daerah.

Dewan Kehormatan Pusat wajib memberikan keputusan dalam

tingkat banding atas keputusan Dewan Kehormatah Wilayah yang

diajukan banding kepadanya oleh anggota yang bersangkutan dalam

waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak diterimanya berkas

permohonan banding. Keputusan Dewan Kehormatan Pusat dalam

tingkat banding tidak dapat diganggu gugat. Dalam menangani atau

menyelesaikan suatu kasus, anggota Dewan Kehormatan Pusat harus;

a. Tetap menghormati dan menjunjung tinggi martabat anggota

yang bersangkutan;

b. Selalu menjaga suasana kekeluargaan;

c. Merahasiakan segala apa yang ditemukan.

Dewan Kehormatan Pusat, Dewan Kehormatan Wilayah, Dewan

Kehormatan Daerah, Pengurus Pusat, Pengurus Wilayah, dan

Pengurus Daerah, mengadakan pertemuan berkala, sedikitnya enam

bulan sekali atau setiap kali dipandang perlu oleh Pengurus Pusat atau

Dewan Kehormatan Pusat atau atas permintaan 5 (lima) Pengurus

Daerah berikut Dewan Kehormatan Daerah.

2.6.3. Analisa Kasus

Ada 4 (empat) kasus yang akan dibahas, kasus pertama, mengenai kasus

Pelanggaran Perilaku Kode Etik dan Pelanggaran Perilaku Jabatan seorang

Notaris yang mana telah diputus di Majelis Pengawas Pusat Notaris dengan

putusan diberhentikan sementara selama 6 (enam) bulan. Kasus kedua mengenai

kasus pemberhentian tidak hormat seorang Notaris yang telah melanggar

perilakunya selama menjalankan jabatannya sebagai Notaris.

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 65: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

56

Universitas Indonesia

Kasus yang ketiga dan keempat, adalah kasus yang menggambarkan

perilaku seorang anggota Majelis Pengawas Daerah dan Anggota Ikatan Notaris

Indonesia dalam tubuh intern organisasinya. Dari kasus tersebut terlihat

bagaimana seorang Majelis Pengawas atau Dewan Kehormatan Ikatan Notaris

Indonesia dapat menerapkan pengawasan dan pembinaan terhadap Notaris

sedangkan mereka sendiri tidak paham bagaimana menjaga perilakunya.

2.6.3.1. Kasus Pelanggaran Kode Etik dan Jabatan Notaris, oleh Notaris

Balik Papan “SRH”

Pelapor adalah NS, Melaporkan adanya perselingkuhan antara suami NS

/Pelapor yaitu RJ dengan Notaris SH/Terlapor dan telah menghasilkan seorang

anak perempuan, melalui surat tertanggal 19 Juni 2008 dan 14 Juli 2008 yang

ditunjukkan kepada Ikatan Notaris Indonesia Daerah Balikpapan dan Majeli

Pengawas Daerah Kota Balikpapan;

Majelis Pengawas Daerah Notaris Kota Balikpapan telah menyampaikan

usulan kepada Majelis Pengawas Wilayah Notaris Provinsi Kalimantan Timur

melalu surat Nomor W13.MPDN-BPP.03.10-67 tanggal 2 Desember 2008 perihal

Usulan Pemberhentian Jabatan Notaris. Sehubungan dengan hasil pemeriksaan

terhadap Notaris SH tanggal 6 November 2008, dengan alasan sebagai berikut:

1. Notaris SH Notaris di Balikpapan telah melakukan Pernikahan dibawah

tangan dengan seorang laki-laki bernama RJ pada tanggal 14 Juanuari

2007 di Balikpapan;

2. Dari pernikahan dibawah tangan tersebut pasangan ini mendapatkan anak

perempuan yang diberi nama AJ, kemudian setelah diketahui oleh isteri

yang sah dari RJ, kemudian diganti menjadi AC yang lahir di Jakarta

tanggal 31 Juli 2007;

3. Notaris SH telah terbukti melanggar kode etik notaris yaitu Etika Susila

yang menjatuhkan martabat notaris, dan saudari SH telah melanggar

Jabatan Notaris yaitu membuat Akta yang mengakibatkan kerugian orang

lain;

Majelis Pengawas Wilayah Notaris Provinsi Kalimantan Timur telah

melakukan permeriksaan pada tanggal 16 Maret 2009 yang dituangkan dalam

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 66: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

57

Universitas Indonesia

Berita Acara Pemeriksaan Majelis Wilayah Notaris Provinsi Kalimantan Timur

Nomor W13-MPWN.03.10-3; dan terhadap hasil pemeriksaan Majelis Pemeriksa

Wilayah Notaris Provinsi Kalimantan Timur, yang dituangkan dalam Berita Acara

Rapat Majelis Pemeriksa Wilayah Notaris Provinsi Kalimantan Timur W13-

MPWN.03.10-3 tanggal 16 Maret 2009, yang amar putusannya berbunyi

Memtuskan;

a. Menyatakan Notaris Terlapor melakukan pelanggaran terhadap

Sumpah/Janji Notaris, pasal 9 ayat (1) butir c, Pasal 12 butir C, Pasal 15 ayat

(1), Pasal 15 ayat (2) butir a jucto Pasal 1874 dan 1874 a Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata, Pasal 16 ayat (1) butir a dan Pasal 52 Undang-

Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris;

b. Membatalkan usulan pemberhentian terhadap Notaris Sri Hendrayanti, SH./

Terlapor yang diusulkan oleh Majelis Pengawas Daerah Notaris Kota

Balikpapan;

c. Mengusulkan kepada Majelis Pengawas Pusat Notaris untuk

memberhentikan sementara selama 6 (enam) bulan terhadap Notaris SH.

Majelis Pengawas Pusat Notaris melalui surat Keputusannya tanggal 1

Maret 2011, Nomor AHU-10.AH.02.04 TAHUN 2011 tentang Pemberhentian

Sementara SH Sebagai Notaris di Kota memutuskan Memberhentikan sementara

Notaris SH selama 6 (enam) bulan terhitung sejak serah terima Protokol di Kantor

Pengawasan daerah Notaris Balikpapan.

Notaris “SH” dalam kasus diatas terbukti telah melanggar wewenang serta

kewajibannya sebagaimana diatur dalam Pasal 15 ayat (2) butir a jucto Pasal 1874

dan 1874 a Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pasal 16 ayat (1) butir a dan

Pasal 52 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris juga

melakukan pelanggaran Kode Etik sebagaimana diatur dalam 9 ayat (1) butir c,

Pasal 12 butir C, karena telah melanggar kaidah moral dan kaidah agama. Notaris

“SH” telah melakukan pelanggaran perilaku professionalnya dan juga perilako

personalnya.

2.6.3.3. Kasus Pemberhentian dengan tidak Hormat dari Jabatan sebagai

Notaris kepada Notaris “LN” dari Klaten, Jawa Tengah.

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 67: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

58

Universitas Indonesia

Pelapor adalah Nyonya MN (pelapor 1) yang melapor kepada Majelis

Pengawas Wilayah Notaris Provinsi Jawa Tengah, sesuai dengan suratnya

tertanggal 28 September 2006 kepada Majelis Pengawas Wilayah Notaris Provinsi

Jawa Tengah, atas perbuatan tidak mendaftarkan kepada Badan Pertanahan

Nasional sejak awal Mei 2005, balik nama sebidang tanah sawah di desa

Temurieng, Duwet, Wonosari, Klaten dari atas nama SBG menjadi atas nama

MN/Pelapor. Selain surat tersebut Pelapor telah juga mengirim laporannya dengan

surat tanggal 29 Desember 2005 dan tanggal 4 April 2006, namun tidak

dilampirkan dalam berkas yang dikirimkan dengan surat Nomor: W9.MPW.03-

10-121 tanggal 9 Oktober 2006, surat Nomor W9.MPW.01.10-009 tanggal 28

Maret 2007 dan surat Nomor: W9.MPW.03.01-014 tanggal 21 Mei 2007 oleh

Majelis Pengawas Wilayah Notaris Provinsi Jawa Tengah kepada Majelis

Pengawas Pusat Notaris; dan terhadap Terlapor telah dilakukan pemeriksaan oleh

Majelis Pemeriksa Wilayah Notaris Provinsi Jawa Tengah dan keputusannya

adalah mengusulkan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia untuk memberhentikan dengan tidak hormat Notaris LS, Notaris

berkedudukan di Klaten, dengan alasan sebagai berikut:

1. Selama menjalankan praktek Terlapor telah pindah alamat selama 3 (tiga)

kali tanpa melapor pada pihak-pihak/instansi terkait

2. Terlapor telah merekayasa surat-surat sedemikian rupa sehingga seolah-

olah Terlapor telah mendaftarkan peralihan hak ke Kantor Pertanahan

setempat;

1. Terlapor telah mengakui melakukan pergeseran pada nomor dan tanggal

akta yang dibuatnya untuk Pelapor/YK;

2. Sejak pindah kantor dari Delangu, Terlapor aktif mengelola kantor setiap

hari, sejak kepindahannya dari Delanggu Terlapor tidak secara rutin ke

kantor, bahkan akhir-akhir ini tidak masuk kantor;

3. Selama pemeriksaan Terlapor telah membuat pernyataan kesanggupan

dengan pihak Pelapor untuk menjalankan tugas atau kewajiban, tetapi

sampai keputusan ini dibuat tidak pernah dilaksanakan;

4. Dalam sidang pemeriksaan terhadap Terlapor, Majelis Pemeriksa Wilayah

Notaris Provinsi Jawa Tengah telah cukup bukti, bahwa Terlapor

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 68: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

59

Universitas Indonesia

melakukan perbuatan tercela dan melakukan pelanggaran terhadap

kewajiban dan larangan yang ditentukan dalam Pasal 16 ayat (1) a dan d,

Pasal 17 huruf b, Pasal 48 ayat (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004

tentang Jabatan Notaris.

5. Berdasarkan fakta-fakta hukum tersebut, Majelis Pemeriksa Wilayah

Notaris Provinsi Jawa Tengah, memutuskan mengusulkan penjatuhan

sanksi pemerhentian dengan tidak hormat Notaris LS berkedudukan di

Klaten.

Atas putusan tersebut Terlapor memberikan tanggapan dengan surat

tanggal 13 Juni 2006 antara lain, sebagai berikut:

1. Bahwa Terlapor tidak menghadiri sidang Majelis Pemeriksa Wilayah

Notaris Provinsi Jawa Tengah tanggal 13 Juni 2006, Terlapor menjawab

melalui telepon langsung;

2. Bahwa Terlapor menolak penjatuhan sanksi dengan alasanmeminta untuk

diadakan peninjauan pada masa kerja Terlapor dari awal dingkat menjadi

penjabat, tidak semuanya melakukan perbuatan buruk, menurut Terlapor

dalam menjalankan jabatan sangat loyal pada masyarakat, dengan tampa

pamrih sering membantu orang-orang yang dating memohon bantuan

hukum;

3. Terlapor menjadi Notaris benar-benar menyukai ilmu dibidang

kenotariatan, sehingga sangat menyayangkan talenta yang dipunya;

4. Pokok permasalahan Terlapor sebenarnya tidak dibidang profesi Notaris,

melainkan hanya terjadi karena pada waktu itu Terlapor tidak bisa

menguasai masalah pribadi, di luar kemampuan Terlapor;

5. Pelapor memohon peninjauan ulang, dengan seksama karena Terlapor

dalam menghadapi masalah ini tidak pernah diadakan pembinaan dari

pengurus Ikatan Notaris Indonesia

Majelis Pengawas Wilayah Notaris Provinsi Jawa Tengah dengan surat

Nomor: W9.MPW.03.10-114 tanggal 18 Juli 2006 telah memberitahukan kepada

Terlapor atas keberatannya terhadap putusan Majelis Pemeriksa Wilayah Notaris

Provinsi Jawa Tengah Nomor: W9.003.MPW.03.01 Tahun 2006 tanggal 25 April

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 69: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

60

Universitas Indonesia

2006, sebaiknya disampaikan kepada Majelis Pengawas Pusat Notaris dengan

surat Nomor: C-MPPn.03.10-50 tanggal 3 Mei 2007, dan surat Nomor: C-

MPPN.03.10-87 tanggal 30 Juli 2007 yang ditujukan kepada Majelis Pengawas

Wilayah Notaris Provinsi Jawa Tengah berkaitan dengan penjelasan pemeriksaan

atas Terlapor dan telah pula memperoleh penjelasan dengan surat Nomor:

W9.MPW.03.10.025 tanggal 30 Agustus 2007 sebagai berikut:

1. Berdasarkan Pasal 33 ayat (1) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi

Manusia Republik Indoensia Nomor: M.02.PR.08.10 Tahun 2004 tentang

Tata Cara Pengangkatan Anggota, Pemberhentian Anggota, Susunan

Organisasi, Tata Kerja dan Tata Cara Pemeriksaan Majeli Pengawas

Notaris, dinyatakan bahwa Pelapor dan atau Terlapor yang merasa

keberatan atas putusan Majelis Pemeriksa Wilayah berhak mengajukan

upaya banding kepada Majelis Pengawasan Pusat;

2. Berdasarkan Pasal 33 ayat (3) peraturan tersebut menyebutkan bahwa

dalam hal Pelapor dan atau Terlapor tidak hadir pada saat putusan

diucapkan, maka Pelapor dan atau Terlapor dapat menyatakan banding

dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari sejak putusan diterima;

3. Bahwa atas surat keberatan Terlapor, Majelis Pengawas Wilayah pada

tanggal 18 Juli 2006 telah meberitahukan kepada yang bersangkutan untuk

mengajukan banding kepada majelis Pengawas Pusat, tetapi hal tersebut

tidak pernah dilakukaknnya;

4. Sebelum Majelis Pengawas Wilayah menjatuhkan putusannya, Majelis

Pengawas Wilayah sudah cukup toleran dan berusaha agar Terlapor segera

mengembalikan uang titipan pembayaran PPH dan BPTHB yang tidak

dibayarkan sebagaimana mestinya kepada Pelapor dalam jangka waktu 3

(tiga) bulan, dan jangka waktu tersebut telah diperpanjang namun Terlapor

tidak melakukannya sebagaimana kesanggupan Terlapor;

5. Bahwa meskipun Majelis Pengawas Wilayah mengetahui dengan pasti

bahwa Terlapor telah terindikasi melakukan tindak pidana yang

seharusnya pada waktu itu langsung melaporkan kepada polisi, namun

sampai saat ini tidak atau belum dilaporkan kepada yang berwenang;

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 70: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

61

Universitas Indonesia

6. Yang menjadi korban atas tingkah laku Terlapor ternyata tidak hanya saksi

Pelapor tetapi masih banyak warga masyarakat yang dirugikannya, sampai

pada suatu saat terlapor dicari di rumahnya (Karena kantor telah lama

tutup) untuk dipaksa membukan kantornya dan diminta untuk

menyerahkan kembali berkas-berkas yang tidak pernah dijalankan

sebagaimana mestinya;

7. Bahwa guna menjaga harkat dan martabat jabatan Notaris agar masih tetap

mendapat kepercayaan dari masyarakat, perlu ada sikap tegas dari Majelis

Pengawas Notaris terhadap notaris-notaris yang jelas-jelas telah

melakukan tindakan-tindakan yang mengakibatkan jatuhnya harkat dan

matrabat jabatan;

Berdasarkan uraian tersebut Majelis Pengawas Wilayah merasa tidak perlu

memberitahukan lagi atas kesempatan banding tersebut kepada yang

bersangkutan, sebagaimana surat Majelis Pengawas Pusat, karena semua hukum

acara telah dipenuhi.

Terlapor telah menyampaikan memori banding Nomor: 03/NOT/IV/2008

tanggal 14 April 2008 yang disampaikan oleh majelis Pengawas Wilayah Notaris

Provinsi Jawa Tengah kepada Majelis Pengawas Pusat Notaris dengan surat

Nomor W9.MPW.03.10-127 tanggal 21 April 2008. Menimbang, bahwa untuk

mempersingkat uraian putusan ini, maka segala sesuatu yang di dalam sidang dan

dicatat dalam berita acara sidang, dianggap telah dimasukkan dalam putusan ini

serta merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari putusan ini.

Karena putusan diucapkan oleh Majelis Pemeriksa Wilayah Notaris

Provinsi Jawa Tengah tanggal 25 April 2006, maka Pembanding/Terlapor diberi

hak untuk mengajukan upaya hukum banding dalam jangka waktu paling lambat 7

(tujuh) hari kalender terhitung sejak putusan diucapkan, yakni paling lambat

tanggal 01 Mei 2006, dan terhadap putusan Majelis Pengawas Wilayah Notaris

Provinsi Jawa Tengah tersebut Pembanding/Terlapor meberikan tanggapan

dengan suratnya tertanggal 13 Juni 2006 yang dijawab oleh Ketua Majelis

Pengawas Wilayah Notaris Provinsi Jawa Tengah dengan surat Nomor:

W9.MPW.03.10-114 tanggal 18 Juni 2006, yaitu agar Pembanding/Terlapor

menyampaikan keberatan kepada Majelis Pengawas Pusat. Bahwa terhadap

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 71: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

62

Universitas Indonesia

keberatan Pembanding/Terlapor tersebut sebagaimana surat ketua Majelis

Pengawas Wilayah Notaris Jawa Tengah Nomor: W9.MPW.03.01-104 tertanggal

21 Mei 2007 menyatakan bahwa surat Pembanding/Terlapor tertanggal 13 Juni

2006 yang dikirim melalui faximili bukan merupakan surat resmi permohonan

banding seperti diatur dalam ketentuan upaya hukum banding sesuai Peraturan

Menteri Hukum dan Hak Assai Manusia Republik Indonesia Nomor

MP.02.Pr.08.10 Tahun 2004 tentang Tata Cara Pengangkatan Anggota, Susunan

Organisasi, Tata Kerja, dan Tata Cara Pemeriksaan Majelis Pengawas Notaris dan

Majelis Pengawas Pusat Notaris melalui surat Nomor: C-MPPN.03.10-27 tanggal

21 Maret 2007, surat Nomor: C-MPPN.03.10-87 tanggal 30 Juli 2007, dan surat

Nomor: C-MPPN.03.10-33 tanggal 2 April 2008 yang ditujukan kepada Majelis

Pengawas Wilayah Notaris Provinsi Jawa Tengah yang pada pokoknya

memberitahukan agar kepada Pembanding/Terlapor, jika keberatan terhadap

Putusan Majelis Pengawas Wilayah Notaris Provinsi Jawa Tengah Nomor:

W9.MPW.03.01 Tahun 2006 tanggal 25 April 2006, mengajukan upaya hukum

banding sesuai ketentuan tata cara yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri

Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M.02.PR.08.10

Tahun 2004 dan ternyata Pembanding Terlapor baru menyampaikan memori

banding tanggal 14 April 2008 dalam surat Nomor: 03/NOT/IV/2008 yang

ditunjukkan kepada Majelis Pengawas Pusat Notaris yang disampikan mellaui

Majelis Pengawas Wilayah Notaris Provinsi Jawa Tengah, dan selanjutnya

Majelis Pengawas Wilayah Notaris Provinsi Jawa Tengah dengan surat Nomor:

W9.MPW.03.10-127 tanggal 21 April 2008, dengan demikian Majelis Pemeriksa

Pusat Notaris berpendapat, bahwa permohonan banding Pembanding/Terlapor

telah melampau batas tenggang waktu yang ditetapkan dalam pasal 33 ayat (2)

juncto Pasal 34 ayat (2) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia Nomor: M.02.PR.08.10 Tahun 2004 tentang Tata Cara

Pengangkatan Anggota, Pemberhentian Anggota, Susunan Organisasi, Tata Kerja,

dan Tata Cara Pemeriksaan Majelis Pengawas Notaris, dan proses tata cara

pemeriksaan terhadap Pembanding/Terlapor yang dilakukan oleh Majelis

Pemeriksa Wilayah dan telah menjatuhkan Putusan Majelis Pengawas Wilayah

Notaris Provinsi Jawa Tengah Nomor W9.003.MPW.03.01 Tahun 2006 tanggal

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 72: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

63

Universitas Indonesia

25 April 2006 yang amarnya menyatakan mengusulkan kepada Menteri Hukum

dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia agar Pembanding/Terlapor

diberhentikan dengan tidak hormat dari jabatannya sebagai Notaris, karena telah

melanggar Pasal 16 ayat (1) a dan d, Pasal 17 huruf b, Pasal 48 ayat (1) Undang-

Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.

Majelis Pengawas Pusat Notaris menyatakan permohonan banding

Pembanding dahulu Terlapor, tidak dapat diterima dan Mengusulkan kepada

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia untuk

memberhentikan dengan tidak hormat “LS” berkedudukan di Kabupaten Klaten,

Jawa Tengah, dalam jabatannya sebagai Notaris.

Dalam kasus ini Notaris “LS” dianggap telah melakukan pelanggaran terhadap

kewajiban, larangan dan terhadap akta yang dibuatnya sehingga merugikan

masyarakat banyak, yang dilanggar oleh Notaris “LS” ini merupakan pelanggaran

perilaku professionalitasnya selaku Pejabat Umum.

2.6.3.3. Kasus Dugaan Pelanggaran Perilaku Notaris oleh anggota Majelis

Pengawas Daerah Jakarta Selatan.

Kasus ini terjadi di awal tahun 2010 dimana ada anggota masyarakat

melapor ke Kepolisian bahwa seorang Notaris yang berkedudukan di Jakarta

Selatan diduga membuat akta palsu. Kemudian Penyidik memohon kepada

majelis Pengawas daerah (MPD) untuk dapat memanggil Notaris tersebut agar

member1 keterangan. MPD mengizinkan Notaris tersebut diminta keterangan

dihadapan MPD sendiri, dan ternyata setelah dilakukan pemeriksaan dihadapan

MPD, pelaporan tersebut tidak terbukti, akhirnya MPD tidak memenuhi

permintaan penyidik untuk memanggil Notaris tersebut. 75

Penyidik beberapa waktu kemudian memberikan surat panggilan kembali

kepada Notaris tersebut dengan alasan menemukan bukti lain dimana Penyidik

mendapatkan data dari Imigrasi mengenai pelintasan orang asing dan ditemukan

bahwa salah satu pihak dalam suatu perjanjian yang dibuat dihadapan Notaris

tersebut dianggap tidak hadir menandatangani akta itu. Pihak yang diduga tidak

75 Hasil wawancara dengan Bapak Aad Rusyad dan dan dengan Bapak Zulkifli Harahap

tanggal 8 januari 2013.

.

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 73: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

64

Universitas Indonesia

hadir ini seorang Warga Negara Asing yang oleh pelapor telah dicek dalam

catatan imigrasi dan yang bersangkutan tidak pernah datang ke Indonesia, selama

kurun waktu tahun 2010.

Notaris X ketika diminta keterangan oleh MPD menyangkal pelaporan

masyarakat dan menyatakan bahwa orang asing tersebut hadir dan

menandatangani perjanjian dihadapan Notaris X, dan pada saat penandatangan

data pendukung seperti fotokopi passport serta foktokopi kedatangannya di

Indonesia ada diperlihatkan pada Notaris X tersebut.

MPD kemudian mengadakan Rapat internal untuk membahas kasus tersebut dan

terjadi perbedaan pendapat diantara anggota MPD, salah seorang anggota MPD

yang berasal dari profesi Notaris bersiteguh tidak setuju memberi izin kepada

penyidik untuk pemanggilan kepada Notaris X untuk diminta keterangan agar

mengklarifikasi masalah pelaporan masyarakat tersebut oleh penyidik. Ketentuan

huruf 1 b Pasal 66 UUJN tidak dilaksanakan oleh Anggota MPD Jakarta Selatan

dimana tidak mengizinkan Polisi (penyidik) untuk memanggil Notaris untuk

diminta keterangan.

Ketika Rapat Intern diselenggarakan dalam Rapat tersebut terjadi

perbedaan pendapat dan salah seorang anggota MPD marah-marah bersikeras

pada pendiriannya untuk tidak memberikan izin kepada Polisi guna memanggil

Notaris X, sampai melempar Hand phone serta kursi kepada salah seorang

anggota MPD yang hadir dalam rapat tersebut.

Anggota MPD yang lain merasa terganggu atas perilaku anggota MPD

tersebut dan meminta yang bersangkutan untuk mengundurkan diri dari

keanggotaan MPD Jakarta Selatan, dan yang bersangkutan menolak.

Kemudian MPD menulis surat kepada Kepala Kanwil kementrian Hukum dan

Hak Asasi Manusia atas tindakan anggotanya tersebut, dan meminta Kepala

Kanwil agar memberhentikan anggota MPD tersebut.

Anggota MPD yang dilaporkan memberikan sanggahan atas pelaporan itu

dan dengan dalih tidak aturan yang mengatur pengusulan pemberhentian dari

anggota Majelis Pengawas sesuai dengan masalahnya dan Pasal 9 ayat 1 dan 2

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor

M.02.PR.08.10 Tahun 2004 tentang Tata Cara Pengangkatan Anggota,

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 74: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

65

Universitas Indonesia

Pemberhentian Anggota, Susunan Organisasi, Tata Kerja dan Tata Cara

Pemeriksaan Majelis pengawas Notaris, berbunyi sebgai berikut:

1. Anggota Majelis Pengawas Notaris diberhentikan dengan hormat dari

Jabatannya karena:

a. Meninggal dunia;

b. Telah berakhir masa jabatannya;

c. Pindah Wilayah kerja

2. Anggota Majelis pengawas Notaris diberhentikan dengan tidak hormat

dari jabatannya karena :

a. Dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai

kekuatan hukum tetap yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima)

tahun atau lebih;

b. Usul dari Majelis Pengawas Pusat kepada Menteri

Karena tidak ada pengaturan yang mengatur tentang pemberhentian anggota

Majelis Pengawas apabila melakukan perbuatan tercela, maka anggota MPD

tersebut tidak dapat dijatuhkan sanksi.

Karena keputusan tersebut maka anggota MPD lain yang berjumlah 8

orang yang terdiri dari 3 (tiga) orang dari unsur kalangan akademisi, 3 (tiga) orang

dari unsur pemerintah dan 2 (dua) orang dari profesi Notaris mengundurkan diri

dari jabatannya sebagai Majelis Pengawas Daerah.

Kasus yang bermula dari perbedaan pandangan antara anggota Majelis Pengawas

Daerah saying sekali harusberakhir dengan pelanggaran Kode Etik yang

dilakukan oleh Anggota Majelis pengawas itu sendiri. Dalam kasus ini terlihat

bahwa dianggota Majelis Pengawas sendiri tidak punya standar kode etik yang

seharusnya dijunjung tinggi oleh seorang Notaris.76

76 Aad Rusyad Nurdin, berpendapat pengaturan mengenai tata Cara Pemberhentian Anggota

Majelis pengawas Notaris yang diaturr pasal 9 ayat 1 dan 2 Peraturan Menteri Hukum dan Hak

Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.02.PR.08.10 Tahun 2004, perlu dikaji lebih jauh lagi

mengingat kasus yang terjadi di MPD Jakarta Selatan, sehinggajangan sampai ada lagi anggota

Majelis Pengawas yang melakukan pelanggaranKode Etik tidak bisa diberhentikan hanya karena

dianggap tidak ada aturan hukum yang mengatur. Tugas MPD melakukan pengawasan dan

pembinaan terhadap Notaris baik dalam jabatan Notaris sebagaimana diatur dalam UUJN juga

terhadap perilaku Notaris sesuai Kode Etik INI. Berarti yang ditunjuk sebagai anggota Majelis

Pengawas betul-betul harus yang mengerti bidang kenotariatan dan mematuhi Kode Etik serta

mempunyai ahlak yang baik sehingga bisa menjaga martabat dan keluhuran budi pekertinya.

Disampaikan dalam wawancara di depok tanggal 9 januari 2013.

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 75: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

66

Universitas Indonesia

2.6.3.4. Kasus Dugaan Pelanggaran Perilaku Notaris Pada Saat

diselenggarakan Kongres Ikatan Notaris Indonesia ke 21, bulan Juli di

Jakarta

Ketentuan pasal 1 angka 9 Kode Etik Notaris Indonesia menyebutkan

bahwa yang dimaksud pelanggaran adalah: sikap, perilaku, perbuatan atau

tindakan yang dilakukan oleh anggota Perkumpulan maupun orang lain yang

memangku dan menjalankan Notaris, dalam rangka menjaga dan memelihara citra

wibaya lembaga Notariat dan menjunjung tinggi keluhuran dan martabat Notaris.

Kemudian dalam Pasal 3 angka 1, 2, dan 3 selanjutnya berbunyi :

1. Memiliki moral, ahlak serta kepribadian yang baik

2. Menghormati dan menjunjung tinggi harkat dan martabat Notaris

3. Menjaga dan membela kehormatan Perkumpulan

Ketentuan-ketentuan ini diabaikan oleh Notaris “Bekasi” dan dilakukannya justru

pada saat diselenggarakan Kongres INI ke 21 di Jakarta pada bulan Juli 2012

dimana dia pada saat diadakan kongres Notaris “Bekasi” terjadi perbedaan

pendapat Notaris Bekasi tersebut menduduki Presidium, yang mana kursi

presidium itu seharusnya hanya diduduki oleh ketua dan wakil ketua wilayah

kemudian Notaris Bekasi tersebut melakukan protes dengan nada yang tinggi

sambil minum tuak dan melempar2 barang-barang.

Laporan pelanggaran Perilaku Notaris “Bekasi“ tersebut sekarang sedang di

Proses di Majelis Pegawas Wilayah Jawa Barat dan pada saat tesis ini dibuat

belum diputus.

Melalui perbuatannya tersebut Notaris “Bekasi” diduga telah melanggar pasal 9

ayat 1 huruf c dan pasal 12 huruf c UUJN.

Pasal 9 ayat (1) huruf c UUJN berbunyi sbb :

(1) Notaris diberhentikan sementara dari jabatannya karena :

c. Melakukan perbuatan tercela

Pasal 12 huruf c UUJN berbunyi :

Notaris diberhentikan dengan tidak hormat dari jabatannya oleh Menteri atas usul

Majelis Pengawas Notaris Pusat apabila :

c. melakukan perbuatan yang merendahkan kehormatan dan martabat jabatan

Notaris ;

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 76: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

67

Universitas Indonesia

Penjelasan pasal 12 huruf c menerangkan sebagai berikut :

Yang dimaksud dengan “perbuatan yang merendahkan kehormatan dan martabat”

misalnya berjudi, mabuk, menyalahgunakan narkoba dan berzina.

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 77: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

68

Universitas Indonesia

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-

bab sebelumnya, maka dapat disampaikan bahwa:

1. Fungsi dan Kewenangan dari Majelis Pengawas Notaris dan Dewan

Kehormatan Ikatan Notaris Indonesia dalam pembinaan dan Pengawasan

terkait dengan Perilaku Notaris adalah sebagai berikut :

Fungsi Majelis Pengawas adalah melakukan pengawasan dan pembinaan

terhadap Notaris agar semua ketentuan Undang-Undang Jabatan Notaris yang

mengatur pelaksanaan tugas jabatan Notaris dipatuhi oleh Notaris, dan jika

dilanggar, maka Majelis Pengawas dapat menjatuhkan sanksi kepada Notaris.

Majelis Pengawas juga diberi wewenang untuk menyelenggarakan sidang

adanya dugaan pelanggaran Kode Etik Notaris (pasal 70 huruf a UUJN).

Perilaku notaris yang harus diawasi oleh majelis pengawas, sesuai dengan

pasal 12 huruf c UU adalah melakukan perbuatan yang merendahkan

kehormatan dan martabat Notaris yang dalam penjelasannya diterangkan

bahawa yang dimaksud perbuatan yang merendahkan kehormatan dan

martabat misalnya berjudi, mabuk, menyalahgunakan narkoba dan berzina

yaitu melakukan perbuatan yang bertentangan dengan norma agama,

kesusilaan, dan adat

Kewenangan Majelis Pengawas sebagaimana diamanatkan undang-undang

secara tidak langsung memberikan tugas dan tanggung jawab yang besar

kepada Majelis Pengawas Notaris untuk menjalankan amanat tersebut yaitu :

menyelenggarakan sidang untuk memeriksa adanya dugaan pelanggaran

Kode Etik Notaris atau pelaksanaan pelanggaran Jabatan Notaris.

Sedangkan Fungsi dan Kewenangan Dewan Kehormatan Ikatan Notaris

Indonesia dalam menjalankan kewajibannya melakukan Pembinaan dan

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 78: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

69

Universitas Indonesia

Pengawasan terhadap pelanggaran Kode Etik, yang merupakan nilai-nilai dan

norma-norma moral yang wajib ditaati oleh Notaris. Kode Etik Notaris

merupakan pengaturan yang berlaku untuk anggota organisasi Notaris, jika

terjadi pelanggaran atas Kode Etik Notaris tersebut, maka organisasi Notaris

melalui Dewan Kehormatan Notaris berkewajiban untuk memeriksa Notaris

dan menyelenggarakan sidang pemeriksaan atas pelanggaran tersebut, dan

jika terbukti, Dewan Kehormatan Notaris dapat memberikan sanksi atas

keanggotaan yang bersangkutan pada organisasi jabatan Notaris.

Pada dasarnya tugas utama Dewan Kehormatan Notaris adalah melakukan

pengawasan, pemeriksaan dan penjatuhan sanksi terhadap anggota organisasi

yang diduga melakukan pelanggaran kode etik profesi Notaris yang

dampaknya tidak berkaitan dengan masyarakat secara langsung atau tidak ada

orang-orang yang dirugikan dengan pelanggaran kode etik yang dilakukan

oleh Notaris.

Kewenangan-kewenangan yang diamanatkan oleh UUJN sudah dilaksanakan

oleh Majelis Pengawas Notaris, sedangkan Dewan Kehormatan Ikatan

Notaris Indonesia sekarang ini seakan-akan mati suri belum menjalankan

kewenangannya.

2. Notaris Perlu dibina dan diawasi karena peran dan kewenangan Notaris

sangat penting ditengah-tengah masyarakat kita. Notaris adalah pejabat

Umum yang diberi kepercayaan oleh Negara untuk membuat akta otentik

sehingga masyarakat percaya terhadap Notaris, dan Notaris dianggap selalu

berperilaku baik. Sebagai pihak yang bersentuhan langsung dengan

kepentingan masyarakat, Notaris perlu diawasi, karena perilaku dan

perbuatan Notaris dalam menjalankan jabatan profesinya rentan terhadap

penyalahgunaan yang dapat merugikan masyarakat. Pembinaan dan

Pengawasan diperlukan agar dapat membantu meningkatkan kinerja Notaris

sekaligus memberikan kepastian dan perlindungan hukum terhadap

masyarakat yang hendak memperoleh Jasa Notaris.

Jabatan yang diemban Notaris adalah suatu jabatan Kepercayaan yang

diamanatkan Undang-undang dan masyarakat, untuk itulah seorang Notaris

dalam menjalankan jabatannya tetap berpegang teguh kepada Undang-

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 79: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

70

Universitas Indonesia

undang Jabatan Notaris dan mentaati Kode Etik yang telah di sepakati

bersama serta harus selalu menjaga perilakunya baik perilaku kehidupan

Notaris sebagai jabatan maupun perilaku Kehidupan Notaris.

Pengawasan dilakukan oleh Majelis Pengawas, yang diawasi oleh Majelis

Pengawas tidak hanya mengenai pelaksanaan tugas dan jabatan notaris, tapi

juga kode etik, tindak tanduk atau perilaku Notaris.

Majelis Pengawas apabila dapat benar-benar melaksanakan kewenangannya

diharapkan membantu menciptakan Notaris yang sepenuhnya dapat dipercaya

oleh masyarakat.

3. Peran Majelis Pengawas Notaris dan Dewan Kehormatan Ikatan Notaris

Indonesia terhadap penyelesaian masalah pelanggaran Perilaku Notaris,

sebagai berikut :

a. Peran Majelis Pengawas Daerah adalah :

1) Menerima laporan dari masyarakat mengenai adanya dugaan

pelanggaran Kode Etik Notaris atau pelanggaran ketentuan dalam

undang-undang ini;

2) Menyelenggarakan sidang untuk memeriksa adanya dugaan

pelanggaran Kode Etik Notaris atau pelanggaran pelaksanaan jabatan

Notaris;

3) Memeriksa laporan masyarakat terhadap Notaris dan menyampaikan

hasil pemeriksaan tersebut kepada Majelis Pengawas Wilayah dalam

waktu 30 (tiga puluh) hari, dengan tembusan kepada pihak yang

melaporkan, Notaris yang bersangkutan, Majelis Pengawas Pusat,

dan Organisasi Notaris;

b. Peran Majelis Pengawas Wilayah adalah:

1) Menyelenggarakan sidang untuk memeriksa dan mengambil

keputusan atas laporan masyarakat yang disampaikan melalui

Majelis Pengawas Wilayah;

2) Memanggil Notaris terlapor untuk dilakukan pemeriksaan atas

laporan sebagaimana dimaksud pada huruf a;

3) Memeriksa dan memutus atas keputusan Majelis Pengawas Daerah

dan memberikan sanksi berupa teguran lisan atau tertulis;

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 80: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

71

Universitas Indonesia

4) Mengusulkan pemberian sanksi terhadap Notaris kepada Majelis

Pengawas Pusat berupa:

a) Pemberhentian sementara 3 (tiga) bulan sampai dengan 6 (enam)

bulan, atau

b) Pemberhentian dengan tidak hormat.

5) Membuat berita acara atas setiap keputusan penjatuhan sanksi

sebagaimana dimaksud pada huruf e dan huruf f;

c. Peran Majelis Pengawas Pusat

1) Menyelenggarakan sidang untuk memeriksa dan mengambil

keputusan dalam tingkat banding terhadap penjatuhan sanksi dan

penolakan cuti;

2) Memanggil Notaris terlapor untuk dilakukan pemeriksaan;

3) Menjatuhkan sanksi berupa pemberhentian sementara

4) Mengusulkan pemberian sanksi Pemberhentian dengan tidak hormat

kepada Menteri.

d. Peran Dewan Kehormatan

1) Peran Dewan Kehormatan Daerah:

a. Memberikan dan menyampaikan usul dan saran yang ada

hubungannya dengan kode etik dan pembinaan rasa bersama

profesi (corpsgeest) kepada Pengurus Daerah;

b. Memberikan peringatan, baik secara tertulis maupun dengan lisan

secara langsung kepada para anggota di daerah masing-masing

yang melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan kode etik

atau bertentangan dengan rasa kebersamaan profesi;

c. Mengusulkan kepada Pengurus Pusat melalui Dewan Kehormatan

Wilayah dan Dewan Kehormatan Pusat untuk pemberhentian

sementara (scorsing) annggota perkumpulan yang melakukan

pelanggaran terhadap kode etik. Dalam menjalankan tugas dan

kewajibannya Dewan Kehormatan Daerah dapat mengadakan

pertemuan dengan Pengurus Daerah, Pengurus Wilayah, Pengurus

Pusat atau Dewan Kehormatan Pusat.

2) Peran Dewan Kehormatan Wilayah

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 81: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

72

Universitas Indonesia

a. Memberikan dan menyampaikan usul dan saran yang ada

hubungannya dengan kode etik dan pembinaan rasa kebersamaan

profesi (corpsgeet) kepada Pengurus Wilayah;

b. Memberikan peringatan, baik secara tertulis maupun dengan lisan

secara langsung kepada para anggota di wilayah masing-masing

yang melakukan pelanggaran atau melakukan perbuatan yang

tidak sesuai dengan kode etik atau bertentangan dengan rasa

kebersamaan profesi;

c. Memberitahukan tentang pelanggaran tersebut kepada Pengurus

Wilayah, Pengurus Pusat dan Dewan Kehormatan Pusat;

d. Mengusulkan kepada Pengurus Pusat melalui Dewan Kehormatan

Pusat untuk pemberhentain sementara (schorsing) dari anggota

perkumpulan yang melakukan pelanggaran terhadap kode etik.

3) Dewan Kehormatan Pusat

a. Dewan Kehormatan Pusat dapat mencari fakta pelanggaran atas

prakarsa sendiri atau atas pengaduan secara tertulis dari anggota

perkumpulan atau orang lain, dengan bukti yang meyakinkan

bahwa telah terjadi pelanggaran terhadap Kode Etik:

b. Dewan Kehormatan Pusat setelah menemukan fakta-fakta

pelanggaran atau setelah menerima pengaduan, wajib memanggil

anggota yang bersangkutan untuk memastikan apakah betul

terjadi pelanggaran.

c. Dewan Kehormatan Pusat diwajibkan untuk memberitahukan

tentang adanya pelanggaran tersebut kepada Pengurus Wilayah,

Dewan Kehormatan Wilayah, Pengurus Daerah, dan Dewan

Kehormatan Daerah secara tertulis. Dari pertemuan tersebut

dibuat risalah yang ditandatangani oleh anggota yang

bersangkutan dan Ketua serta seorang anggota Dewan

Kehormatan Pusat.

d. Dewan Kehormatan Pusat dapat menjatuhkan sanksi pemecatan

sementara (schorsing) atau pemecatan (onzrtting) dari

keanggotaan Perkumpulan.

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 82: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

73

Universitas Indonesia

Peranan Majelis Pengawas Notaris serta Dewan Kehormatan Ikatan

Notaris Indonesia secara pengaturan sudah cukup baik walaupun

kewenangannya dalam mengawasi pelanggaran perilaku Notaris tumpang

tindih, perbedaan peranannya adalah dalam hal penjatuhan sanksi,. Sanksi

terhadap pelanggaran kode etik yang Dijatuhkan oleh Dewan Kehormatan

Ikatan Notaris Indonesia adalah sanksi yang bersifat organisatoir, yaitu :

a. Teguran;

b. Peringatan;

c. Pemecatan sementara dari anggota perkumpulan

d. Pemecatan dari keanggotaan perkumpulan

Sedangkan sanksi terhadap pelanggaran UUJN dan Kode Etik yang dilakukan

oleh Majelis Pengawas Notaris yaitu :

a. Teguran lisan;

b. Teguran tertulis;

c. Pemberhentian sementara;

d. Pemberhentian dengan hormat; dan

e. Pemberhentian dengan tidak hormat.

Itulah yang membedakan Kode Etik Ikatan Notaris Indonesia dengan

Kode Etik profesi lain, Profesi lain apabila anggotanya melanggar kode etik

dipecat dari anggota perkumpulan otomatis jabatannya di berhentikan juga.

Contohnya adalah Ikatan Dokter Indonesia. Demikian juga mekanisme

penjatuhan sanksi yang diatur dalam UUJN terhadap Notaris yang melakukan

pelanggaran terhadap pelaksanaan jabatan otaris dan kode etik wajib

melibatkan Majelis Pengawas Notaris. Hal ini menunjukkan bahwa UUJN

mengakui kemandirian dan ketidak berpihakan Notaris dalam menjalankan

kewajibannya, dengan pengecualian Menteri dapat langsung memberhentikan

Notaris dengan tidak hormat tanpa melibatkan Majelis Pengawas Notaris

dalam hal Notaris telah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan

pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, karena melakukan

tindak pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 83: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

74

Universitas Indonesia

3.2. Saran

Pengawasan terhadap pelaksanaan tugas jabatan Notaris dan pengawasan

Kode Etik berdasarkan Undang-Undang dilakukan oleh Majelis Pengawas,

Sedangkan Pembinaan dan Pengawasan terhadap Pelanggaran Kode Etik

secara Organisatoris dilaksanakan oleh Dewan kehormatan Ikatan notaris

Indonesia.

Untuk itu saran yang dapat diberikan penulis adalah :

1. Agar Pengaturan Pembinaan dan Pengawasan terhadap pelanggaran

perilaku Notaris tidak tumpang tindih antara kewenangan majelis

Pengawas dan dewan kehormatan Ikatan Notaris, maka perlu diatur

pemisahan kewenangannya secara jelas, dimana Majelis Pengawas

sebagai lembaga yang dibentuk Undang-Undang melakukan Pengawasan

dan Pembinaan terhadap perilaku Notaris yang secara langsung berkaitan

dengan Jabatannya serta akta yang dibuatnya dan perilaku atau tindak

tanduk Notaris yang merendahkan kehormatan dan martabat jabatan

Notaris sebagai mana diatur dalam pasal 9 ayat 1 huruf c juga pasal 12

huruf c UUJN. Sedangkan Dewan Kehormatan Ikatan Notaris Indonesia

melakukan Pembinaan, pengawasan, serta penjatuhan sanksi

organisatior, dimana apabila Notaris melanggar kode etik Notaris

sanksinya adalah pemecatan sebagai anggota Organisasi. Kewenangan

Majelis Pengawas Notaris dan Dewan Kehormatan Notaris dalam

pengawasan dan pemeriksaan terhadap dugaan pelanggaran kode etik

Notaris tidak tumpang tindih tetapi saling melengkapi, maka hanya perlu

dipertegas secara normatif dalam bentuk Peraturan Menteri mengenai

hubungan fungsional antara Majelis Pengawas Notaris dan Dewan

Kehormatan Ikatan Notaris Indonesia.

2. Tata Cara Pengangkatan Anggota Majelis Pengawas diharapkan ditinjau

lebih seksama dan selektif dilihat pemahamannya terhadap kenotariatan,

mengingat kewenangannya tidak hanya melakukan pemeriksaan dan

pengawasan terhadap Notaris tetapi juga menjatuhkan Sanksi tertentu

terhadap Notaris yang telah Terbukti melakukan pelanggarannya dalam

menjalankan tugas sebagai Notaris, sehingga harus menguasai Ilmu

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 84: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

75

Universitas Indonesia

kenotariatan, memiliki ahlak yang baik, patuh dan taat terhadap Norma

Agama, Norma Kesusilaan serta Norma Adat, menjunjung tinggi Etika,

martabat dan moral yang baik. Anggota Majelis Pengawas Notaris

diharapkan dapat menjalankan kewenangannya secara bertanggung

jawab, proporsional demikian juga dalam menanggapi setiap

permohonan persetujuan dari pihak penyidik, penuntut umum maupun

peradilan dengan mencermati setiap pemasalahan hukum yang berkaitan

dengan Notaris secara Netral.

3. Ikatan Notaris Indonesia agar lebih sering melakukan pembekalan dan

penyegaran pengetahuan serta semakin sering melakukan sosialisasi kode

etik, yang diharapkan agar Notaris semakin memahami perilaku yang

seharusnya dalam pelaksanaan jabatannya serta secara pribadi, sehingga

Notaris anggotanya bisa memiliki perilaku yang baik, yang selalu

menjunjung tinggi kehormatan martabat jabatan Notaris.

4. Dewan Kehormatan Ikatan Notaris Indonesia sebagai alat perlengkapan

perkumpulan harus lebih aktif peranannya dalam melakukan tugasnya

melakukan pembinaan, pembimbingan dan pengawasan anggotanya

dalam menjunjung tinggi kode etik. Dan yang terakhir Dewan

Kehormatan harus dapat segera menetapkan Tafsiran Perilaku yang

dilarang oleh anggotanya.

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 85: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

76

Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Adjie, Habib, Majelis Pengawas Notaris Sebagai Pejabat Tata Usaha Negara,

Bandung : PT. Refika Aditama, 2008.

_______, Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai Pejabat

Publik, Bandung : PT. Refika Aditama, 2008.

_______, Meneropong Khazanah Notaris dan PPAT Indonesia (Kumpulan

Tulisan Tentang Notaris dan PPAT), Bandung : PT. Citra Aditya Bakti,

2009.

_______, Hukum Notaris Indonesia Tafsir Telematik Terhadap UU No. 30 Tahun

2004 Tentang Jabatan Notaris, Cet. 3, Bandung : PT. Refika Aditama,

2011.

_______, Bernas-Bernas Pemikiran di Bidang Notaris dan PPAT, Bandung, :CV.

Mandar Maju, 2012.

Adjie, Habib dan Sjaifurrachman, Aspek Pertanggungjawaban Notaris dalam

Pembuatan Akta, Bandung : CV. Mandar Maju, 2011.

Anke Dwi Saputro (ed.), Jati Diri Notaris Indonesia, Dulu, Sekarang dan di Masa

Mendatang, Oleh Pengurus Ikatan Notaris Indonesia, Jakarta : PT.

Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Andasasmita Komar, Notaris dengan Sejarah, Peranan, Tugas, Kewajiban,

Rahasia Jabatannya, Bandung,: Sumur Bandung, 1981.

________, Notaris I Peraturan Jabatan, Kode Etik dan Asosiasi Notaris/Notariat,

Ikatan Notaris Indonesia Daerah Jawa Barat, 1991.

A.R. Putri, Perlindungan Hukum Terhadap Notaris, Indikator Tugas-Tugas

Jabatan Notaris Yang Berimplikasi Perbuatan Pidana, Jakarta : PT.

Sofmedia, 2011.

Budiono, Herlien, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan,

Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2007.

Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945

Indonesia, Undang-Undang Jabatan Notaris , UU No. 30 tahun 2004

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek voor Indonesie)

diterjemahkan oleh Subekti dan R. Tjitrosudibio, Jakarta: Pradnya

Paramita, 1996 .

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 86: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

77

Universitas Indonesia

Ghofur, Abdul, Lembaga Kenotariatan Indonesia Perspektif Hukum dan Etika,

Yogyakarta : UII Press Yogyakarta, 2009

Koeswadji dalam Nico, Tanggung Jawab Notaris selaku Pejabat Umum,

Yogjakarta : Center of Documentation and Studies of Business Law,

2003.

Kohar, Abdul, Notaris Dalam Praktek Hukum, Bandung: Alumni Bandung, 1983.

________, Notaris Berkomunikasi, Bandung : Alumni Bandung, 1984.

Kusmawati Lanny, Tanggung Jawab Jabatan Notaris, Yogjakarta : LaksBang

Yogjakarta, 2005.

Latumenten Pieter, Pertanggung Jawaban Hukum Profesi Notaris, Makalah

disampaikan dalam Pelatihan Pemahaman Materi dan teknis Pelaksanaan

Operasionalisasi Sistem Administrasi Badan Hukum dan Materi Lain yang

terkait bagi Anggota Luar biasa (Notaris), Jakarta 18 Januari 2010

Lumban Tobing, G.H.S., Peraturan Jabatan Notaris, Jakarta : PT. Gelora Aksara

Pratama, 1983.

Muhammad, Abdulkadir, Etika Profesi Hukum, Cet.3, Bandung : PT. Citra

Aditya Bakti, 2006.

,Ilmu Sosial Budaya Dasar, Cet. 3 Bandung : PT. Citra Aditya

Bakti, 2011

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Keputusan Menteri Hukum dan Hak

Asasi Manusia Republik Indonesia tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas

Majelis Pengawas Notaris, Nomor: M.39-PW.07.10 Tahun 2004.

_________________, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesua tentang Tata Cara Pengangkatan Anggota,

Pemberhentian Anggota, Susunan Organisasi, Tata Kerja Dan Tata Cara

Pemeriksaan Majelis Pengawas Notaris, Nomor: M.02.PR.08.10 Tahun

2004

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Cet. 7. Jakarta : Penerbit

Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2007.

Simatupang, Dian Puji N., Proposal Penelitian (Thesis) Bahan Kuliah Metod

Penelitian dan Penulisan Hukum, Magister Kenotariatan Universitas

Indonesia, Jakarta: 2011.

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013

Page 87: Tinjauan yuridis, Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334979-T33055-Egi Anggiawati Padli... · sosial, politik, adat budaya, agama, ... Agar mendapatkan

78

Universitas Indonesia

Sri Mamuji, et,al., Metode Penelitian dan Penulisan Hukun, Jakarta : Badan

Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005.

Sri Mamudji dan Hang Raharjo, Teknik Menyusun Karya Tulis Ilmiah, Bahan

Kuliah Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, Magister Kenotariatan

Universitas Indonesia, Jakarta: 2011.

Tan Thong Kie, Studi Notariat dan Serba Serbi Praktek Notaris, Jakarta : PT.

Ichtiar Baru Van Hoeve, 2007.

Yudara, NG, Notaris dan Permasalahannya, “Pokok-pokok Pemikiran di Seputar

Kedudukan dan Fungsi Notaris serta Akta Notaris Menurut Sistem Hukum

Indonesia,” Makalah disampaikan Ikatan Notaris Indonesia, (Jakarta,

Januari 2005).

Tinjauan yuridis..., Egi Anggiawati Padli, FH UI, 2013