batik mega , dita dea desita, fib ui, 2013lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351957-mk-dita dea...
TRANSCRIPT
Batik mega ..., Dita Dea Desita, FIB UI, 2013
Batik mega ..., Dita Dea Desita, FIB UI, 2013
Asimilasi Budaya :
Batik Mega Mendung Sebagai Produk Asimilasi Budaya Cina – Indonesia
Dita Dea Desita (0906641970), Dilah Kencono, M.Si
Sastra Cina, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
Abstrak
Batik merupakan warisan budaya leluhur bangsa Indonesia. Periode awal kemunculan batik
erat hubungannya dengan masa kerajaan Majapahit dan penyebaran Islam di tanah Jawa.
Motif batik secara general dapat dibagi menjadi dua, yaitu motif batik pedalaman (keraton)
dan motif batik pesisir. Motif batik pedalaman biasanya bermotif simbolik geometrik, serta
corak-corak yang yang memiliki makna tertentu. Batik pedalaman biasanya berwarna hitam,
cokelat, biru atau putih. Sedangkan batik pesisir biasanya memiliki motif yang banyak
dipengaruhi oleh negri lain karena daerah pesisir biasanya dijadikan tempat persinggahan
oleh para saudagar asing. Motif batik pesisir yang mendapat pengaruh dari negri lain, antara
lain : awan, burung phoenix, naga, gajah, dll. Warnanya pun biasanya berwarna terang. Salah
satu batik pesisir yang terkenal di Indonesia adalah batik mega mendung, batik ini merupakan
produk asimilasi budaya antara kebudayaan Cina dan Indonesia.
Abstract
Batik is the ancestral heritage of Indonesia. The initial period of batik emergence is closely
connected with the Majapahit empire and the spread of Islam in Java. Batik motifs in general
can be divided into two, namely the inland batik motif (palace) and the coastal batik motifs.
Inland batik motif is usually symbolic geometric motifs, and the motifs that have specific
meanings. Batik inland usually black, brown, blue or white. Meanwhile, coastal batik motifs
usually have a lot of other lands as influenced by coastal regions typically be a haven by
foreign merchants. Coastal batik motifs from other lands influenced by, among other things:
clouds, phoenix, dragon, elephant, etc.. The color is usually light. One of the famous coastal
batik in Indonesia is a batik mega mendung, batik mega mendung is a product of cultural
assimilation between Chinese and Indonesian culture.
Batik mega ..., Dita Dea Desita, FIB UI, 2013
Pendahuluan
Batik, ketika mendengar kata ini mungkin yang langsung dibayangkan oleh pikiran
kita adalah kain tradisional khas Jawa, namun sebenarnya batik tidak hanya berada di tanah
Jawa saja, tetapi setiap wilayah di Indonesia juga memiliki batik khas daerahnya sendiri.
Seperti kita tahu, batik merupakan warisan budaya nusantara. Warisan budaya ini sangatlah
tak ternilai harganya, oleh karena itu kita sebagai generasi muda harus berusaha
melestarikannya. Untuk itu, penting bagi kita sebagai generasi pewaris budaya untuk
mengetahui paling tidak jenis-jenis batik yang ada di nusantara dan bagaimana cara
melestarikannya. Hal ini harus kita lakukan agar produk kebudayaan kita ini tak lagi diakui
oleh negara lain sebagai produk kebudayaannya.
Batik berasal dari bahasa Jawa “amba” yang berarti menulis dan “titik”. Kata batik
merujuk kepada kain dengan corak yang dihasilkan oleh bahan “malam” yang diaplikasikan
ke atas kain untuk menahan masuknya bahan pewarna. Batik telah memiliki sejarah yang
panjang di Indonesia. Periode awal kemunculan batik di Indonesia erat hubungannya dengan
zaman kerajaan Majapahit dan zaman penyebaran Islam di tanah Jawa. Dalam beberapa
catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram,
kemudian pada masa kerajaan Solo dan Yogyakarta.
Setelah kemunculannya di masa kerajaan Majapahit, kesenian batik terus-menerus
berkembang pada masa pemerintahan raja-raja berikutnya. Secara historis, batik mulai
dikenal di zaman nenek moyang kita sekitar abad XVII, pada waktu itu batik ditulis di atas
daun lontar dan kebanyakan bermotif binatang atau tanaman. Namun seiring dengan
perkembangannya, motif batik berkembang menjadi motif awan, candi, relief, wayang dll.
Batik mulai dikenal luas di tanah Jawa sekitar akhir abad XVIII hingga awal abad XX. Pada
periode tersebut, semua batik yang dihasilkan ialah batik tulis, namun sekitar tahun 1920-an
mulai dikenal batik cap sebagai salah satu teknik membatik.
Dari zaman kerajaan Majapahit dan Mataram Hindu sampai masuknya agama demi
agama ke Pulau Jawa, sejak datangnya para pedagang India, Cina, Arab, yang kemudian
disusul oleh para pedagang dari Eropa, sejak berdirinya kerajaan Mataram Islam yang dalam
perjalanananannya memunculkan Keraton Yogyakarta dan Surakarta, batik telah hadir
dengan corak dan warna yang dapat menggambarkan zaman dan lingkungan yang melahirkan.
Batik mega ..., Dita Dea Desita, FIB UI, 2013
Kesenian batik merupakan kesenian menggambar di atas kain untuk pakaian yang
menjadi salah satu kebudayaan keluarga kerajaan di Indonesia pada zaman dahulu. Awalnya
batik dibuat hanya terbatas dalam keraton saja, pada masa itu batik diperuntukkan sebagai
pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Namun seiring dengan perkembangan
zaman, saat ini pengguna batik berasal dari berbagai kalangan, tak hanya kaum bangsawan
saja yang dapat menggunakan batik, masyarakat biasa pun dapat menggunakan batik.
Bahan-bahan pewarna batik yang dipakai terdiri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia
yang dibuat sendiri antara lain berasal dari pohon mengkudu, tinggi, soga, nila dan bahan
sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanah lumpur.
Teknik membatik berdasarkan penggunaan alat kurang lebih ada empat cara, antara
lain : Teknik canting tulis (melukis batik dengan menggunakan canting yang berisikan
malam), teknik celup ikat (mengikat sebagian kain, kemudian kain dicelupkan ke dalam
larutan pewarna), teknik printing/cap (menggunakan canting cap untuk membuat motif batik),
dan teknik colet (mewarnai pola batik dengan mengoleskan cat atau pewarna pada kain jenis
tertentu pada pola batik dengan alat khusus atau dengan kuas).
Masing-masing wilayah Indonesia memiliki motif batik yang berbeda pula. Tentu saja
motif batik yang dibuat oleh masyarakat yang tinggal di pedalaman (keraton) berbeda dengan
motif batik yang dibuat oleh masyarakat pesisir. Batik pedalaman biasanya bermotif simbolik
geometrik, serta corak-corak yang yang memiliki makna tertentu. Biasanya batik pedalaman
berwarna hitam, coklat, biru atau putih. Sebaliknya, motif batik pesisir banyak dipengaruhi
oleh motif dari negeri lain, seperti motif awan, burung phoenix dan naga dari Cina dll. karena
seperti kita tahu bahwa di daerah pesisir zaman dahulu seringkali dijadikan tempat
persinggahan para saudagar-saudagar asing yang ingin berdagang di Indonesia. Selain itu,
batik pesisir biasanya menggunakan warna-warna terang yang menggambarkan karakter
orang pesisir yang lugas, terbuka dan egaliter.
Berbicara tentang batik pesisir, ada salah satu batik yang memiliki sejarah asimilasi
budaya yang panjang dan makna filosofis yang terkandung dalam setiap guratan batik
tersebut. Batik tersebut banyak kita temukan di daerah Cirebon, tepatnya di daerah sentral
kesenian batik Trusmi. Batik tersebut bernama Mega Mendung. Batik mega mendung
mendapat banyak sekali pengaruh dari Cina. Menilik sejarahnya, motif batik ini erat
kaitannya dengan barang-barang Cina seperti keramik, piring porselain, dan kain sutera yang
Batik mega ..., Dita Dea Desita, FIB UI, 2013
dibawa oleh Putri Ong Tien1)
ke daerah Cirebon melalui pernikahannya dengan Sunan
Gunung Jati yang pada masa itu terkenal karena penyebaran agama Islam di tanah Cirebon.
Batik mega mendung memiliki motif yang khas berbentuk awan yang berwarna gelap
seperti keadaan mendung. Motif awan ini berasal dari kebudayaan Cina yang
menggambarkan tentang ajaran Daoisme2)
yang sangat berkembang di Cina. Warna dasar
batik mega mendung biasanya berwarna lebih cerah yang menggambarkan karakteristik
masyarakat pesisir. Kedua ciri khas dari dua kebudayaan ini kemudian melebur menjadi satu
dan menghasilkan batik mega mendung.
Dewasa ini, batik mega mendung tak hanya bermotifkan awan saja, namun juga
disisipkan motif-motif lain seperti kupu-kupu dan burung. Hal ini dilakukan semata-mata
untuk memberikan variasi kepada motif batik mega mendung agar tidak terlalu monoton.
Pembahasan
Asimilasi Budaya merupakan peleburan dua kebudayaan yang disertai hilangnya
keaslian budaya tersebut dan kemudian menghasilkan sebuah kebudayaan baru. Asimilasi
budaya dilakukan biasanya untuk memperkecil perbedaan antar individu dalam dua atau lebih
kelompok yang ada. Hal ini juga dapat mempererat kesatuan antar dua atau lebih kelompok
yang berada di dalam suatu wilayah. Asimilasi budaya yang terjadi di suatu wilayah biasanya
menghasilkan suatu produk asimilasi kebudayaan.
Banyak sekali contoh dari produk asimilasi kebudayaan, ada yang berupa tarian, lagu,
alat musik, pakaian, bahkan motif kain. Dalam jurnal ini, penulis akan membahas tentang
salah satu produk asimilasi budaya antara kebudayaan Cina dan Indonesia yang berkembang
di Cirebon, yaitu batik mega mendung.
Batik mega mendung muncul di daerah Cirebon. Pelabuhan Muara Jati yang berada di
Cirebon merupakan tempat persinggahan bagi para saudagar baik dari dalam maupun luar
negeri. Sekitar abad ke-16 wilayah Cirebon didatangi oleh masyarakat Cina yang hendak
berdagang, Sunan Gunung Jati yang pada masa itu terkenal dalam penyebaran agama Islam di
wilayah Cirebon menikahi Putri Ong Tien yang berasal dari Cina. Hal inilah yang menjadi
gerbang masuknya kebudayaan Cina di wilayah Cirebon.
Beberapa benda seni yang dibawa dari negeri Cina diantaranya adalah keramik, piring
porselain, kain sutera yang menginspirasi para seniman di Cirebon. Gambar simbol
Batik mega ..., Dita Dea Desita, FIB UI, 2013
kebudayaan Cina, seperti burung phoenix, naga, kupu-kupu, dan banji (swastika atau simbol
kehidupan abadi) menjadi akrab dengan masyarakat Cirebon. Satu bentuk yang paling
terkenal adalah benda yang berhiaskan bentuk awan. Bentuk awan dalam beragam budaya
melambangkan dunia yang juga diambil dari faham Daoisme yang berkembang di Cina.
Daoisme atau Daojiao (道教) adalah ajaran Laozi3)
(老子) yang berkembang di negeri
Cina sejak akhir zaman Chunqiu4)
(春秋). Daoisme berasal dari kata Dao (道) yang berarti
tidak berbentuk, tidak terlihat tetapi merupakan asas atau jalan atau cara kejadian pada semua
benda hidup dan benda-benda alam yang berada di semesta. Dao yang memiliki wujud adalah
De(德). Gabungan dari Dao (道) dan De (德). adalah Daoisme. Daoisme bersifat tenang,
lembut seperti air, dan abadi. Menurut Daoisme, kesempurnaan manusia adalah ketika
manusia tersebut mencapai kesadaran. Orang-orang yang menganut Daoisme kemudian
mempraktekkan Dao (道) untuk mencapai kesadaran tersebut.
Pengertian batik mega mendung yang berkembang di Cirebon merupakan gambaran
dunia luas, bebas dan mempunyai makna transidental (Ketuhanan). Konsep mengenai awan
ini juga ada pada dunia seni rupa Islam pada abad 16 yang digunakan oleh kaum Sufi untuk
ungkapan dunia besar atau alam bebas.
Pernikahan Sunan Gunung Jati dan Putri Ong Tien yang menjadi gerbang masuknya
budaya dan tradisi Cina ke dalam keraton Cirebon ini, menyebabkan para pembatik di
keraton Cirebon sedikit banyak menuangkan tradisi Cina ke dalam proses dan seni
pembuatan batik Cirebon, tapi mereka juga tidak lupa untuk memberikan sentuhan khas dari
batik Cirebon sendiri. Ada perbedaan antara motif mega mendung yang asli dari Cina dan
yang dari Cirebon. Misalnya, pada motif mega mendung Cina, garis awan berupa bulatan
atau lingkaran, sedangkan yang dari Cirebon, garis awan cenderung lonjong, lancip dan
segitiga.
Sejarah batik di Cirebon juga terkait dengan perkembangan gerakan tarekat5)
yang
konon berpusat di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Membatik pada awalnya dikerjakan oleh
anggota tarekat yang mengabdi di keraton Cirebon sebagai sumber ekonomi untuk
membiayai kelompok tarekat tersebut. Para pengikut tarekat tinggal di desa Trusmi dan
sekitarnya. Desa ini terletak kira-kira 4 km dari Cirebon menuju ke arah barat daya.
Batik mega ..., Dita Dea Desita, FIB UI, 2013
Desa Trusmi merupakan pusat batik Cirebon pada masa kini, pada masa dahulu para
pengrajin di desa Trusmi menerima perintah dari keraton Cirebon untuk membuat batik
warga keraton, batik yang dibuat penduduk desa Trusmi dikenal berkualitas baik. Teknik
membatik dan pewarnaan batik di desa Trusmi sulit ditiru oleh daerah lain. Batik Trusmi
menggunakan teknik pencelupan dengan tingkat kompleks dan keasaman air yang spesifik,
hal inilah yang menentukan keberhasilan setiap proses pencelupan batik. Jadi, meskipun
dilakukan pola pewarnaan yang sejenis tetapi jika dilakukan di luar daerah Trusmi tidak akan
menghasilkan warna yang memiliki kualitas persis seperti batik Trusmi.
Motif batik di wilayah Cirebon yang dipengaruhi oleh tradisi dan budaya Cina ada
berbagai macam, antara lain motif mega mendung dan paksi naga liman. Batik dengan motif
paksi naga liman mengandung unsur keagamaan yang erat hubungannya dengan gerakan
tarekat yang telah dibicarakan sebelumnya yang berpusat di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Paksi menggambarkan rajawali, naga adalah ular naga, dan liman adalah gajah. Motif
tersebut menggambarkan tentang peperangan kebaikan melawan keburukan dalam mencapai
kesempurnaan. Motif jenis ini merupakan hasil asimilasi antara kebudayaan Indonesia, India,
dan Cina.
Contoh Batik Paksi Naga Liman
Selain itu, yang menjadi fokus penulis dalam jurnal ini adalah batik mega mendung.
Batik mega mendung, seperti namanya, motif batik mega mendung berbentuk menyerupai
awan dengan corak warna yang menggambarkan nuansa mendung. Motif yang dituangkan ke
Batik mega ..., Dita Dea Desita, FIB UI, 2013
atas kain pada dasaranya berupa garing-garis lengkung yang membentuk gambar awan yang
menggumpal. Umumnya batik mega mendung didominasi dengan warna biru, putih, dan abu-
abu yang melambangkan warna langit ketika sedang mendung.
Motif mega mendung gaya Cirebon memiliki kekhasan sehingga tidak sama persis
dengan mega mendung asli Cina. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, ada perbedaan antara
motif mega mendung yang asli dari Cina dan yang dari Cirebon. Misalnya, pada motif
megamendung Cina, garis awan berupa bulatan atau lingkaran, sedangkan yang dari Cirebon,
garis awan cenderung lonjong, lancip dan segitiga.
Contoh Batik Mega Mendung (1)
Contoh Batik Mega Mendung (2)
Ada pula yang menyebutkan bahwa motif mega mendung adalah ciptaan Pangeran
Cakrabuana6)
(1452-1479). Motif tersebut didapat dari pengaruh keraton-keraton di Cirebon,
Batik mega ..., Dita Dea Desita, FIB UI, 2013
karena pada awalnya seni batik Cirebon hanya dapat digunakan oleh kalangan keraton
Cirebon. Sekarang di Cirebon, batik motif mega mendung sudah banyak digunakan berbagai
kalangan, mulai dari seragam batik sekolah, seragam batik para pegawai, hingga busana
kasual yang dapat digunakan oleh khalayak luas.
Persentuhan budaya Cina dengan seniman batik di Cirebon melahirkan batik baru
khas Cirebon dengan motif Cina sebagai inspirasi. Seniman batik Cirebon kemudian
mengolahnya dengan cita rasa masyarakat setempat yang beragama Islam.
Apabila kita lihat motif batik mega mendung cukup sederhana, hanya berupa
kumpulan awan, namun dibalik motif awan tersebut terkandung makna kehidupan yang
mendalam jika kita lihat dari sisi filosofi kehidupan yang terkandung di dalamnya.
Setidaknya ada tiga nilai filosofi yang terkandung dalam motif batik mega mendung ini,
antara lain :
1. Nilai Penampilan (appearance) atau nilai wujud yang melahirkan benda seni.
Nilai ini terdiri dari nilai bentuk dan nilai struktur. Nilai bentuk yang bisa dilihat
secara visual adalah motif mega mendung dalam sebuah kain yang indah terlepas dari
penggunaan bahan berupa kain katun atau kain sutera. Sementara dalam nilai struktur
adalah dihasilkan dari bentuk-bentuk yang disusun begitu rupa berdasarkan nilai
esensial. Bentuk-bentuk tersebut berupa garis-garis lengkung yang disusun beraturan
dan tidak terputus saling bertemu.
2. Nilai Isi (Content) yang dapat terdiri atas nilai pengetahuan (kognisi), nilai rasa,
intuisi atau bawah sadar manusia, nilai gagasan, dan nilai pesan atau nilai hidup
(values) yang dapat terdiri dari atas moral, nilai sosial, nilai religi, dsb.
Pada bentuk mega mendung bisa kita lihat garis lengkung yang beraturan secara
teratur dari bentuk garis lengkung yang paling dalam (mengecil) kemudian melebar
keluar (membesar) menunjukkan suatu keharmonisan. Bisa dikatakan bahwa garis
lengkung yang beraturan ini membawa pesan moral dalam kehidupan manusia yang
selalu mengalami naik dan turun kemudian berkembang keluar untuk mencari jati diri
dan pada akhirnya memasuki dunia baru menuju kembali kedalam penyatuan diri
setelah melalui pasang surut kehidupan (naik dan turun) pada akhirnya kembali ke
asalnya.
Batik mega ..., Dita Dea Desita, FIB UI, 2013
Dapat kita lihat bentuk mega mendung selalu terbentuk dari lengkungan kecil yang
bergerak membesar terus keluar dan pada akhirnya harus kembali lagi menjadi
putaran kecil namun tidak boleh terputus.
Terlepas dari makna filosofi bahwa mega mendung melambangkan kehidupan
manusia secara utuh sehinga bentuknya harus menyatu. Dilihat dari sisi produksi
memang mengharuskan kalau bentuk garis lengkung mega mendung harus bertemu
pada satu titik lengkung berikutnya agar pada saat pemberian warna pada proses yang
bertahap (dari warna muda ke warna tua) bisa lebih memudahkan.
3. Nilai Pengungkapan (presentation) yang dapat menunjukkan adanya nilai bakat
pribadi seseorang, nilai ketrampilan, dan nilai medium yang dipakainya.
Ungkapan yang ditampilkan oleh seniman berupa proses batik yang begitu indah
dengan memberikan goresan lilin lewat alat yang diberi nama canting terbuat dari
bahan tembaga tipis yang dibentuk secara hati-hati sehingga lilin panas yang melewati
ujung canting dapat mengalir dengan lancar.
Paduan unsur warna yang harmonis dengan penuh makna bagi siapa yang melihatnya.
Unsur warna biru yang kita kenal dengan melambangkan warna langit yang begitu
luas, bersahabat dan tenang. Ditambah lagi dengan ada yang mengartikan bahwa biru
melambangkan kesuburan sehinga warna batik mega mendung pada awalnya selalu
memberikan unsur warna biru diselingi dengan warna dasar merah.
Selain mengandung nilai filosofis, warna yang terkandung dalam batik mega
mendung juga memiliki kekhasan pada warna-warna yang ditorehkan dalam kainnya. Motif
mega mendung yang pada awalnya selalu berunsurkan warna biru diselingi warna merah
menggambarkan maskulinitas dan suasana dinamis, karena dalam proses pembuatannya ada
campur tangan laki-laki. Kaum laki-laki anggota tarekatlah yang pada awalnya merintis
tradisi batik mega mendung ini. Warna biru dan merah tua juga menggambarkan psikologi
masyarakat pesisir yang lugas, terbuka dan egaliter.
Selain itu, warna biru juga disebut-sebut melambangkan warna langit yang luas,
bersahabat dan tenang serta melambangkan pembawa hujan yang dinanti-nantikan sebagai
pembawa kesuburan dan pemberi kehidupan. Warna biru yang digunakan mulai dari warna
Batik mega ..., Dita Dea Desita, FIB UI, 2013
biru muda sampai dengan warna biru tua. Biru muda menggambarkan makin cerahnya
kehidupan dan biru tua menggambarkan awan gelap yang mengandung air hujan dan
memberi kehidupan.
Seiring dengan perkembangan zaman dan minat dari masyarakat akan batik mega
mendung, warna motif batik mega mendung mengalami perkembangan warna, antara lain :
kuning, hijau, cokelat, dan lain-lain. Hal ini tidak mengurangi makna filosofis dan keindahan
yang terkandung dalam batik mega mendung.
Kesimpulan
Indonesia kaya sekali akan kebudayaan, salah satu produk kebudayaannya yang
sangat terkenal di kancah internasional adalah batik. Batik mulai muncul di Indonesia ketika
zaman kerajaan Majapahit, namun seiring dengan perkembangannya, batik mulai tersebar di
seluruh wilayah Indonesia. Setiap wilayah di Indonesia memiliki motif khas batik nya
sendiri-sendiri, hal ini dikarenakan perbedaan tipografi ataupun psikologis dari masyarakat
yang tinggal di walayah tersebut itu sendiri.
Motif batik masyarakat yang berkembang di pedalaman (keraton) tentu saja berbeda
dengan motif batik yang berkembang di masyarakat pesisir. Batik di pedalaman biasanya
menggunakan warna-warna netral seperti putih atau cokelat, sebaliknya batik pesisir biasanya
menggunakan warna-warna yang cerah sebagai dasarnya, hal ini menunjukkan psikologis
masyarakat pesisir yang terbuka, lugas dan egaliter.
Motif batik yang banyak mendapatkan pengaruh kebudayaan asing biasanya adalah
batik pesisir, hal ini dikarenakan pada zaman dahulu banyak saudagar asing yang menjadikan
daerah pesisir Indonesia sebagai tempat persinggahan mereka. Salah satu batik pesisir yang
sangat terkenal adalah batik mega mendung yang berasal dari daerah Cirebon.
Batik mega mendung adalah salah satu contoh produk dari asimilasi kebudayaan.
Asimilasi kebudayaan adalah peleburan antara dua kebudayaan yang disertai hilangnya
keaslian budaya tersebut dan menghasilkan sebuah kebudayaan baru. Asimilasi budaya
dilakukan biasanya untuk memperkecil perbedaan antar individu dalam dua atau lebih
Batik mega ..., Dita Dea Desita, FIB UI, 2013
kelompok yang ada. Hal ini juga dapat mempererat kesatuan antar dua atau lebih kelompok
yang berada di dalam suatu wilayah.
Batik mega mendung merupakan produk hasil asimilasi budaya antara kebudayan
Cina dan kebudayaan Indonesia. Motif batik ini banyak mendapat pengaruh dari Cina yang
dibawa oleh Putri Ong Tien yang berasal dari Cina. Pada sekitar abad ke-16 Putri Ong Tien
menikah dengan Sunan Gunung Jati yang terkenal dalam penyebaran agama Islam di tanah
Cirebon. Hal inilah yang menjadi gerbang masuknya kebudayaan Cina di wilayah Cirebon.
Motif awan, burung phoenix, maupun naga yang khas Cina seringkali kita temukan di
dalam motif batik mega mendung. Bentuk awan dalam beragam budaya melambangkan dunia
yang juga diambil dari faham Daoisme yang berkembang di Cina pada masa itu. Daoisme
atau Daojiao (道 教) adalah ajaran Laozi (老子) yang berkembang di negeri Cina sejak akhir
zaman Chunqiu (春 秋).
Meskipun mendapat banyak pengaruh dari kebudayaan Cina, batik mega mendung
tak meninggalkan ciri batik khas Indonesia. Tentu saja ada perbedaan antara motif mega
mendung yang asli dari Cina dan yang dari Cirebon. Misalnya, pada motif mega mendung
Cina, garis awan berupa bulatan atau lingkaran, sedangkan yang dari Cirebon, garis awan
cenderung lonjong, lancip dan segitiga.
Batik Cirebon berkembang di daerah Trusmi yang berjarak 4 km dari wilayah
Cirebon. Desa Trusmi merupakan pusat batik Cirebon pada masa kini, pada masa dahulu para
pengrajin di desa Trusmi menerima perintah dari keraton Cirebon untuk membuat batik
warga keraton, batik yang dibuat penduduk desa Trusmi dikenal berkualitas baik. Teknik
membatik dan pewarnaan batik di desa Trusmi sulit ditiru oleh daerah lain. Batik Trusmi
menggunakan teknik pencelupan dengan tingkat kompleks dan keasaman air yang spesifik,
hal inilah yang menentukan keberhasilan setiap proses pencelupan batik.
Menilik sejarahnya, pada zaman dahulu para tarekat yang berasal dari Banjarmasin,
Kalimantan Selatan menetap di daerah Trusmi dan kemudin mereka menjadi pengrajin batik.
Oleh karena kualitas batik Trusmi yang dinilai sangat baik, maka pihak keraton Cirebon
meminta para pengrajin di daerah Trusmi untuk membuat pakaian warga keraton.
Batik mega ..., Dita Dea Desita, FIB UI, 2013
Dari motif batik mega mendung, kita dapat menilik lagi, setidaknya ada tiga nilai
filosofis yang terkandung di dalamnya. Ketiga nilai filosofis tersebut, antara lain : Nilai
penampilan (appeareance), nilai isi (content), dan nilai pengungkapan (presentation).
Selain mengandung nilai filosofis, warna-warna yang terkandung dalam batik mega
mendung juga memiliki artinya masing-masing. Motif mega mendung yang pada awalnya
selalu berunsurkan warna biru diselingi warna merah menggambarkan maskulinitas dan
suasana dinamis, karena dalam proses pembuatannya ada campur tangan laki-laki. Kaum
laki-laki anggota tarekatlah yang pada awalnya merintis tradisi batik mega mendung ini.
Warna biru dan merah tua juga menggambarkan psikologi masyarakat pesisir yang lugas,
terbuka dan egaliter.
Seiring dengan perkembangan zaman, warna batik mega mendung juga mengalami
perkembangan warna seperti hijau, kuning dll. Walaupun begitu, hal ini tidak mengurangi
nilai filosofis yang terkandung dalam batik mega mendung tersebut.
Batik merupakan aset budaya bangsa yang harus kita lestarikan, oleh karena itu kita
sebagai generasi muda harus sadar betul akan kewajiban ini. Melestarikan batik dapat
dilakukan dalam berbagai cara, antara lain ialah mempromosikan batik di berbagai acara
berkancah internasional dan juga sebisa mungkin menggunakan pakaian batik pada hari-hari
tertentu yang sudah ditentukan oleh pemerintah maupun di hari-hari biasa.
Beberapa waktu lalu, batik sempat kurang mendapat perhatian dari pemerintah
Indonesia, oleh karena itu batik sempat diakui sebagai aset budaya negara tetangga. Tentu
saja hal ini menjadi catatan buruk bagi sejarah batik Indonesia. Untuk menghindari kejadian
yang sama, maka dari itu kita sebagai generasi pewaris budaya harus menghormati budaya
batik tersebut dengan cara mempromosikan maupun menggunakan kain batik di setiap waktu.
Batik mega ..., Dita Dea Desita, FIB UI, 2013
Catatan Tambahan
1) Putri Ong Tien:
Merupakan putri Kaisar Hong Gie dari masa Dinasti Ming yang kemudian
menjadi istri Sunan Gunung Jati pada tahun 1481. Putri Ong Tien meninggal di
Cirebon pada tahun 1485.
2) Daoisme/Daojiao (道教):
Merupakan ajaran dari Laozi (570-470 SM) yang berkembang di Cina pada masa
Chunqiu (春秋). Ajaran ini mengajarkan tentang jalan atau cara kejadian pada
semua benda hidup dan benda-benda alam yang berada di semesta.
3) Laozi (老子):
Ahli filsafat populer dari Cina yang merupakan pendiri Daoisme. Laozi (570-470
SM) lahir di Provinsi Ku(苦县), Chuguo (楚国), sekarang lebih dikenal
denganProvinsi Henan (河南).
4) Zaman Chunqiu (春秋) :
Zaman musim semi dan gugur. Merupakan masa akhir Dinasti Zhou di Cina (770-
476 SM). Zaman Musim Semi dan Gugur mendapat namanya karena nama
sebuah buku terkenal dari zaman itu Chun Qiu (春秋) yang artinya "Musim Semi
dan Gugur".
5) Tarekat :
Dalam bahasa arab “tariqah” berarti “jalan” atau “metode”. Tarekat mengacu
pada aliran kegamaan tasawuf atau sufisme dalam Islam.
6) Pangeran Cakra Buana :
Dikenal juga dengan nama Raden Walangsungsang atau Kian Santang dan nama
Islam Haji Abdullah Iman. Pangeran Cakra Buana adalah anak dari Prabu
Siliwangi, raja Padjajaran. Karena memeluk Islam, Pangeran Cakra Buana tidak
Batik mega ..., Dita Dea Desita, FIB UI, 2013
berhak sebagai putera mahkota dari kerajaan Pakuan Padjajaran, pada akhirnya Ia
mendirikan istana di Cirebon dan mulai menyebarkan agama Islam disana.
Pangeran Cakra Buana merupakan paman dari Sunan Gunung Jati yang berasal
dari Cirebon.
Batik mega ..., Dita Dea Desita, FIB UI, 2013
Daftar Pustaka
Musman, Asti & Arini, Ambar B. 2011. Batik : Warisan Adiluhung Nusantara. Yogyakarta:
Penerbit Andi.
Yudhoyono, Ani Bambang. 2010. Batikku Pengabdian Cinta Tak Berkata. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Djoemena, Nian S. 1986. Ungkapan Sehelai Batik Its Mystery and Meaning : Penerbit
Djambatan.
Purwanto, Senuarto Aji & Sekimoto, Teruo. 2005. Trusmi Desa Batik Cirebon : Studi Sosial
Budaya Mengenai Keberadaan Kerajinan Batik Tradisional. Depok : Penerbit Pusat Studi
Jepang Universitas Indonesia.
Erlinawati, Fitri. 1997. Lambang dan Makna Flora dan Fauna dalam Kebudayaan Cina pada
Motif Kain Cirebon.
http://www.medogh.com/blog/artikel-batik/asal-batik-mega-mendung/
http://www.medogh.com/blog/artikel-batik/filosofi-batik-mega-mendung/
http://www.medogh.com/blog/artikel-batik/pengertian-batik-mega-mendung/
http://deltafm.net/v1/index.php?option=com_content&view=article&id=1895:sejarah-batik-
indonesia&catid=236:life-style
http://pesonabatik.site40.net/Sejarah_Batik.html
http://batikcirebonan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=3:sejarah-batik
Batik mega ..., Dita Dea Desita, FIB UI, 2013