tinjauan pustaka filariasis
DESCRIPTION
tinjauan pustaka makalah filariasisTRANSCRIPT
Wuchereria bancrofti atau disebut juga Cacing Filaria adalah kelas dari
anggota hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam filum
Nemathelminthes. Bentuk cacing ini gilig memanjang, seperti benang maka
disebut filarial. Cacing filaria penyebab penyakit kaki gajah berasal
dari genus wuchereria dan brugia. Di Indonesia cacing yang dikenal sebagai
penyebab penyakit tersebut adalah wuchereria bancrofti, brugia
malayi, dan brugia timori .
Ciri-ciri cacing Filaria
1. Cacing dewasa (makrofilaria), bentuknya seperti benang berwarna putih
kekuningan. Sedangkan larva cacing filaria (mikrofilaria) berbentuk seperti
benang berwarna putih susu.
2. Makrofilaria yang betina memiliki panjang kurang lebih 65 – 100 mm,
ekornya berujung tumpul, untuk makrofilarial yang jantan memiliki panjang
kurang lebih 40 mm, ekor melingkar. Sedangkan mikrofilaria berukuran
panjang kurang lebih 250 mikron, bersarung pucat.
3. Tempat hidup Makrofilaria jantan dan betina di saluran limfe dan kelenjar
limfe. Sedangkan pada malam hari mikrofilaria terdapat di dalam pembuluh
darah tepi, dan pada siang hari mikrofilaria terdapat di kapiler alat-alat
dalam, misalnya: paru-paru, jantung, dan hati
Daur Hidup Cacing Filaria ( Wuchereria bancrofti)
Siklus hidup cacing Filaria terjadi melalui dua tahap, yaitu:
1. Tahap pertama, perkembangan cacing Filaria dalam tubuh nyamuk sebagai
vector yang masa pertumbuhannya kurang lebih 2 minggu.
2. Tahap kedua, perkembangan cacing Filaria dalam tubuh manusia (hospes)
kurang lebih 7 bulan.
Siklus hidup cacing filaria dapat terjadi dalam tubuh nyamuk apabila
nyamuk tersebut menggigit dan menghisap darah orang yang terserang
filariasis, sehingga mikrofilaria yang terdapat ditubuh penderita ikut terhisap
kedalam tubuh nyamuk. Mikrofilaria tersebut masuk kedalam paskan
pembungkus pada tubuh nyamuk, kemudian menembus dinding lambung
dan bersarang diantara otot-otot dada (toraks). Bentuk mikrofilaria
menyerupai sosis yang disebut larva stadium I. Dalam waktu kurang lebih
satu minggu larva ini berganti kulit, tumbuh menjadi lebih gemuk dan
panjang yang disebut larva stadium II. Pada hari ke sepuluh dan seterusnya
larva berganti kulit untuk kedua kalinya, sehingga tumbuh menjadi lebih
panjang dan kurus, ini adalah larva stadium III. Gerak larva stadium III ini
sangat aktif, sehingga larva mulai bermigrasi mula-mula ke rongga perut
(abdomen) kemudian pindah ke kepala dan alat tusuk nyamuk.
Apabila nyamuk yang mengandung mikrofilaria ini menggigit manusia.
Maka mikrofilaria yang sudah berbentuk larva infektif (larva stadium III)
secara aktif ikut masuk kedalam tubuh manusia (hospes). Bersama-sama
dengan aliran darah dalam tubuh manusia, larva keluar dari pembuluh
kapiler dan masuk ke pembuluh limfe. Didalam pembuluh limfe larva
mengalami dua kali pergantian kulit dan tumbuh menjadi cacing dewasa
yang sering disebut larva stadium IV dan larva stadium V. Cacing filaria yang
sudah dewasa bertempat di pembuluh limfe, sehingga akan menyumbat
pembuluh limfe dan akan terjadi pembengkakan. Siklus hidup pada tubuh
nyamuk terjadi apabila nyamuk tersebut menggigit dan menghisap darah
orang yang terkena filariasais, sehingga mikrofilaria yang terdapat di tubuh
penderita ikut terhisap ke dalam tubuh nyamuk. Cacing yang diisap nyamuk
tidak begitu saja dipindahkan, tetapi sebelumnya tumbuh di dalam tubuh
nyamuk. Cacing filarial itu berkembang dalam otot nyamuk. Sekitar 3
minggu, pada stadium 3, larva mulai bergerak aktif dan berpindah ke alat
tusuk nyamuk.Nyamuk pembawa mikrofilaria itu lalu menggigit manusia
dan ”memindahkan” larva infektif tersebut. Bersama aliran darah, larva
keluar dari pembuluh kapiler dan masuk ke pembuluh limfe.
Cacing terdeteksi dalam darah tepi pada malam hari, sedangkan
pada siang hari dia berada didalam kapiler alat-alat dalam seperti pada paru-
paru, jantung dan hati, selebihnya bersembunyi di organ dalam
tubuh.Pemeriksaan darah ada-tidaknya cacing biasa dilakukan malam
hari. Setelah dewasa (Makrofilaria) cacing menyumbat pembuluh limfe dan
menghalangi cairan limfe sehingga terjadi pembengkakan. Selain di kaki,
pembengkakan bisa terjadi di tangan, payudara, atau buah zakar. Ketika
menyumbat pembuluh limfe di selangkangan, misalnya, cairan limfe dari
bawah tubuh tidak bisa mengalir sehingga kaki membesar. Dapat terjadi
penyumbatan di ketiak, mengakibatkan pembesaran tangan.
Pada saat dewasa (Makrofilaria) inilah, cacing ini menghasilkan telur
kemudian akan menetas menjadi anak cacing berukuran kecil yang disebut
mikrofilaria. Selanjutnya, mikrofilaria beredar di dalam darah. Larva ini dapat
berpindah ke peredaran darah kecil di bawah kulit. Pada saat nyamuk yang
menggigit, maka larva tersebut dapat menembus dinding usus nyamuk lalu
masuk ke dalam otot dada nyamuk, kemudian setelah mengalami
pertumbuhan, larva ini akan masuk ke alat penusuk. Jika nyamuk itu
menggigit orang, maka orang itu akan tertular penyakit ini.
Patof
Filariasis adalah penyakit menular ( Penyakit Kaki Gajah ) yang
disebabkan oleh cacing Filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.
bermula dari inflamasi saluran limfe akibat dilalui cacing filaria dewasa
(makrofilaria). Cacing dewasa melalui saluran limfe aferen atau sinus-sinus
limfe sehingga menyebabkan dilatasi limfe pada tempat-tempat yang
dilaluinya. Dilatasi ini mengakibatkan banyaknya cairan plasma yang terisi
dari pembuluh darah yang menyebabkan penebalan pembuluh darah di
sekitarnya.
Akibat kerusakan pembuluh, akan terjadi infiltrasi sel-sel plasma,
eosinofil, serta makrofag di dalam dan sekitar pembuluh darah yang
terinfeksi.,Infiltrasi inilah yang menyebabkan terjadi proliferasi jaringan ikat
dan menyebabkan pembuluh limfe di sekelilingnya menjadi berkelok-kelok
serta menyebabkan rusaknya katup-katup di sepanjang pembuluh limfe
tersebut. Akibatnya, terjadi limfedema dan perubahan statis-kronis dengan
edema pada kulit di atas
Penyebab edema pada filariasis ialah cacing dewasa (Makrofilaria)
yang merusak pembuluh limfe serta mekanisme inflamasi dari tubuh
penderita yang mengakibatkan proliferasi jaringan ikat di sekitar pembuluh.
Respon inflamasi ini juga diduga sebagai penyebab granuloma dan
proliferatif yang mengakibatkan obstruksi limfe secara total. Ketika cacing
masih hidup, pembuluh limfe akan tetap paten, namun ketika cacing sudah
mati akan terjadi reaksi yang memicu timbulnya granuloma dan fibrosis
sekitar limfe. Kemudian akan terjadi obstruksi limfe total karena karakteristik
pembuluh limfe bukanlah membentuk kolateral (seperti pembuluh darah),
namun akan terjadi malfungsi drainase limfe di daerah tersebut.
Diagnosa
Bentuk menyimpang dari filariasis (eosinoffilia tropikal) ditandai oleh
hipereosinivilia, adanya microfilaria di jaringan tetapi tidak terdapat di dalam
darah, dan titer antibody antifilaria yang tinggi. Microfilaria mungkin
ditemukan di cairan limphatik. Tes serologi telah tersedia tetapi tidak dapat
diandalkan sepenuhnya. Diagnosa berdasarkan gejala klinis dan dipastikan
dengan pemeriksaan laboratorium:
1. Deteksi parasit yaitu menemukan microfilaria di dalam darah, cairan hirokel
atau cairan chyluria pada pemeriksaan sediaan darah, teknik konsentrasi
Knott dan membran filtrasi.
2. Pengambilan darah dilakukan pada malam hari mengingat periodisitas
mikrofilarianya umumnya nokturna. Pada pemeriksaan histopatologi,
kadang-kadang potongan cacing dewasa dapat dijumpai pada saluran dan
kelenjar limpah dari jaringan yang di curigai sebagai tumor.
3. Diferensiasi spesies dan stadium filarial, yaitu dengan menggunakan
pelacak DNA yang spesies spesifik dan antibody monoclonal untuk
mengidentifikasi larva filarial dalam cairan tubuh dan dalam tubuh nyamuk
vektor sehingga dapat membedakan antara larva filarial yang menginfeksi
manusia dengan yang menginfeksi hewan. Penggunaannya masih terbatas
pada penelitian dan survey.
1. Upaya Pencegahan Filariasis
Pencegahan filariasis dapat dilakukan dengan menghindari gigitan
nyamuk (mengurangi kontak dengan vektor) misalnya menggunakan
kelambu sewaktu tidur, menutup ventilasi dengan kasa nyamuk,
menggunakan obat nyamuk, mengoleskan kulit dengan obat anti nyamuk,
menggunakan pakaian panjang yang menutupi kulit, tidak memakai pakaian
berwarna gelap karena dapat menarik nyamuk, dan memberikan obat anti-
filariasis secara berkala pada kelompok beresiko tinggi terutama di daerah
endemis. Dari semua cara diatas, pencegahan yang paling efektif tentu saja
dengan memberantas nyamuk itu sendiri dengan cara 3M.
2. Upaya Pengobatan Filariasis
Pengobatan filariasis harus dilakukan secara masal dan pada daerah
endemis dengan menggunakan obat
-Diethyl Carbamazine Citrate (DEC). DEC dapat membunuh
mikrofilaria dan cacing dewasa pada pengobatan jangka panjang.Dosis 6
mg/kg berat badan/hari selama 12 hari. Sedangkan untuk filariasis akibat
Brugia malayi dan Brugia timori, dosis yang dianjurkan 5 mg/kg berat
badan/hari selama 10 hari. Efek samping dari DEC ini adalah demam,
menggigil, sakit kepala, mual hingga muntah. Pada pengobatan filariasis
yang disebabkan oleh Brugia malayi dan Brugia timori, efek samping yang
ditimbulkan lebih berat.
-Ivermektin. Ivermektin adalah antibiotik semisintetik dari golongan
makrolid yang mempunyai aktivitas luas terhadap nematoda dan
ektoparasit. Obat ini hanya membunuh mikrofilaria. Efek samping yang
ditimbulkan lebih ringan dibanding DEC. Terapi suportif berupa pemijatan
juga dapat dilakukan di samping pemberian DEC dan antibiotika, khususnya
pada kasus yang kronis. Pada kasus-kasus tertentu dapat juga dilakukan
pembedahan.
3. Upaya Rehabilitasi Filariasis
Penderita filariasis yang telah menjalani pengobatan dapat sembuh total.
Namun, kondisi mereka tidak bisa pulih seperti sebelumnya. Artinya,
beberapa bagian tubuh yang membesar tidak bisa kembali normal seperti
sedia kala. Rehabilitasi tubuh yang membesar tersebut dapat dilakukan
dengan jalan operasi.