journal reading filariasis - sp carvas

24
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Filariasis atau juga dikenal dengan elephantiasis yaitu penyakit menular dan menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan berbagai spesies nyamuk. Data WHO menunjukkan bahwa di dunia terdapat 1,3 miliar penduduk yang berada di lebih dari 83 negara berisiko tertular filariasis, dan lebih dari 60% negara-negara tersebut berada di Asia Tenggara. Diperkirakan lebih dari 120 juta orang diantaranya sudah terinfeksi dengan 43 juta orang sudah menunjukkan gejala klinis berupa pembengkakan anggota tubuh di kaki atau lengan atau anggota tubuh lainnya.. Penyakit ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang serius di Indonesia. Diperkirakan sampai tahun 2009 penduduk berisiko tertular filariasis lebih dari 125 juta orang yang tersebar di 337 kabupaten/kota endemis filariasis dengan 11.914 kasus kronis yang dilaporkan dan diestimasikan prevalensi microfilaria 19%, kurang lebih penyakit ini akan mengenai 40 juta penduduk. Vektor penular filariasis hingga saat ini telah diketahui ada 23 spesies nyamuk dari genus Anopheles, Culex, FILARIASIS|1

Upload: aribowo-ikdk

Post on 07-Feb-2016

53 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Journal Reading FILARIASIS - SP CarVas

TRANSCRIPT

Page 1: Journal Reading FILARIASIS - SP CarVas

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Filariasis atau juga dikenal dengan elephantiasis yaitu penyakit menular

dan menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui

gigitan berbagai spesies nyamuk.

Data WHO menunjukkan bahwa di dunia terdapat 1,3 miliar penduduk

yang berada di lebih dari 83 negara berisiko tertular filariasis, dan lebih dari 60%

negara-negara tersebut berada di Asia Tenggara. Diperkirakan lebih dari 120 juta

orang diantaranya sudah terinfeksi dengan 43 juta orang sudah menunjukkan

gejala klinis berupa pembengkakan anggota tubuh di kaki atau lengan atau

anggota tubuh lainnya..

Penyakit ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang

serius di Indonesia. Diperkirakan sampai tahun 2009 penduduk berisiko tertular

filariasis lebih dari 125 juta orang yang tersebar di 337 kabupaten/kota endemis

filariasis dengan 11.914 kasus kronis yang dilaporkan dan diestimasikan

prevalensi microfilaria 19%, kurang lebih penyakit ini akan mengenai 40 juta

penduduk. Vektor penular filariasis hingga saat ini telah diketahui ada 23 spesies

nyamuk dari genus Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes dan Armigeres. Filariasis

dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, tangan, dan organ

kelamin.

Banyak faktor risiko yang mampu memicu timbulnya kejadian filariasis.

Beberapa diantaranya adalah faktor lingkungan. Faktor lingkungan merupakan

salah satu yang mempengaruhi kepadatan vektor filariasis. Lingkungan ideal bagi

nyamuk dapat dijadikan tempat potensial untuk perkembangbiakan dan tempat

istirahat nyamuk sehingga kepadatan nyamuk akan meningkat

FILARIASIS|1

Page 2: Journal Reading FILARIASIS - SP CarVas

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sistem Limfatik

Sistem limfatik (lymphatic system) atau sistem getah bening membawa

cairan dan protein yang hilang kembali ke darah .Cairan memasuki sistem ini

dengan cara berdifusi ke dalam kapiler limfa kecil yang terjalin di antara kapiler-

kapiler sistem kardiovaskuler. Apabila suda berada dalam sistem limfatik, cairan

itu disebut limfa (lymph) atau getah bening, komposisinya kira-kira sama dengan

komposisi cairan interstisial. Sistem limfatik mengalirkan isinya ke dalam sistem

sirkulasi di dekat persambungan vena cava dengan atrium kanan.

Cairan limfe adalah cairan mirip plasma dengan kadar protein lebih

rendah. Kelenjar limfe menambahkan limfosit, sehingga dalam saluran limfe

jumlah selnya besar. Faktor pendorong gerak cairan limfe:

Pembuluh limfe mirip vena, mempunyai katup yang bergantung pada

pergerakan otot rangka untuk memecah cairan ke arah jantung.

Perlawanan pertama yang dilakukan tubuh adalah dengan respon immun

non spesifik : sel makrofag dan cairan limfa. Sehingga cairan limfatik

FILARIASIS|2

Page 3: Journal Reading FILARIASIS - SP CarVas

mengalir melalui sistem limfatik yang berfungsi juga dalam sirkulasi

sistem imun seluler.

Karena fungsi dari sistem saluran limfe juga untuk mengembalikan cairan

dan protein dari jaringan kembali ke darah melalui sistem limfatik, maka

faktor pendorong gerak cairan limfe juga dikarenakan adanya cairan yang

keluar dari kapiler darah.

Sistem limfe terdiri dari pembuluh limfe dan nodus limfatik,

a. Nodus limfatikus

Nodus limfatikus terdapat di sepanjang jalur pembuluh limfe berupa benda

oval atau bulat yang kecil. Fungsi utama nodus limfaticus untuk menyaring

antigen dari limfe dan menginisiasi respon imun. Di dalam nodus limfa terdapat

jaringan ikat yang berbentuk seperti sarang lebah dengan ruang-ruang yang penuh

dengan sel darah putih. Sel-sel darah putih tersebut berfungsi untuk menyerang

virus dan bakteri. Ditemukan berkelompok yang menerima limfe dari bagian

tubuh. Kelompok-kelompok limfonodus utama terdapat di dalam leher, axila,

thorax, abdomen, dan lipatan paha.

Kelenjar limfe secara periodik diselingi di seluruh perjalanan saluran limfe

pengumpul. Masing-masing kelenjar limfe bisa mempunyai beberapa saluran

limfe eferen yang masuk melalui kapsul. Kemudian limfe memasuki sinus,

membasahi daerah korteks dan medula, dan keluar melalui saluran eferen tunggal.

Daerah korteks terutama mengandung limfosit, yang tersusun dalam folikel yang

dipisahkan oleh perluasan trabekular kapsula ini. Di dalam folikel terdapat

FILARIASIS|3

Page 4: Journal Reading FILARIASIS - SP CarVas

sentrum germinativum diskrit. Medula bisa mengandung makrofag dan sel plasma

maupun limfosit, dan sel-sel ini dianggap dalam keseimbangan dinamik di dalam

kelenjar limfe. Tiap kelenjar limfe juga mempunyai suplai saraf dan vaskular yang

terpisah,

b. Pembuluh limfe

Kapiler limfatik (Plexus lymphaticus) merupakan tempat absorpsi limfe

seluruh tubuh. Kapiler-kapiler ini bermuara kedalam pembuluh pengumpul yang

melewati ekstremitas dan rongga tubuh, yang kemudian bermuara kedalam sistem

vena melalui duktus toraksikus. Pembuluh pengumpul secara periodik diselingi

oleh kelenjar limfe, yang menyaring limfe dan terutama melakukan fungsi

imunologi.

Kapiler limfe serupa dengan kapiler darah yakni terdiri dari selapis endotel,

kecuali bahwa membrana basalis sangat tipis bahkan tidak ada. Telah diketahui

adanya celah besar antara sel endotel pembuluh limfe yang berdekatan, sehingga

partikel sebesar eritrosit dan limfosit bisa berjalan melaluinya.

Pada pembuluh limfe yang lebih besar mempunyai katup seperti vena, yang

mencegah aliran balik cairan menuju kapiler. Kontraksi ritmik (berirama) dinding

pembuluh tersebut membantu mengalirkan cairan ke dalam kapiler limfatik.

Seperti vena, pembuluh limfa juga sangat bergantung pada pergerakan otot rangka

untuk memeras cairan ke arah jantung.

FILARIASIS|4

Page 5: Journal Reading FILARIASIS - SP CarVas

Pembuluh limfe mempunyai struktur yang serupa dengan pembuluh darah

(vena kecil) dengan tunika intima yang terdiri dari sel endotel dan lapisan jaringan

ikat tipis. Tunika media yang terdiri dari serat otot polos sirkuler dan tunika

adventisia yang terdiri dari jaringan fibrosa sedikit serat otot polos. Pembuluh ini

juga memiliki lebih banyak katub yang berasal dari pelipatan endotel. Umumnya

mudah kolaps sehingga sukar dilihat. Pembuluh ini juga dipersarafi dan telah

diamati adanya spasme maupun kontraksi alamiah berirama.

Jaringan tertentu tampaknya tidak mempunyai pembuluh limfe.

Keseluruhan epidermis, sistem saraf pusat, selubung mata dan otot, kartilago dan

tendon tidak mempunyai pembuluh limfe. Dermis kaya akan pembuluh limfe

yang mudah dikenal dengan penyuntikan intradermis zat warna tertentu.

Pembuluh tanpa katup ini berhubungan dengan pembuluh pengumpul pada

sambungan dermis-subkutis.

Pembuluh limfe superfisialis ekstremitas terdiri dari beberapa saluran

berkatup yang terutama melewati sisi medial ekstremitas ke arah lipat paha atau

aksila, dimana saluran ini berakhir dalam satu kelenjar limfe atau lebih. Sistem

pembuluh limfe profundus yang terpisah juga terdapat pada ekstremitas. Jalinan

ini mengikuti dengan dengan rapat jalur vaskular utama profunda terhadap fasia

otot. Pada individu normal, ada sedikit hubungan antara dua sistem.

Saluran limfe ekstremitas bawah dan visera bersatu untuk membentuk

sisterna chyli dekat aorta di dalam abdomen atas. Struktur terakhir ini berjalan

melalui diafragma untuk menjadi duktus toraksikus. Di dalam dada, duktus ini

menerima pembuluh limfe visera totem vena melalui persatuan dengan vena

subclavia sisnistra. Selain itu duktus ini juga merupakan kumpulan dari pembuluh

limfe yang berasal dari regio kepala leher sebelah kiri dan dada sebelah kiri.

Trunkus bronkomediastinal dextra menampung limfe dan struktur

mediastinal dan paru-paru, kemudian menyatu dengan duktus limfatikus dextra.

Duktus limfatikus dekstra yang terpisah, memberikan drainase untuk ekstremitas

kanan atas, dada sebelah kanan, kepala dan leher sebelah kanan serta memasuki

vena subclavia ekstra

FILARIASIS|5

Page 6: Journal Reading FILARIASIS - SP CarVas

2.2 Filariasis

Filariasis adalah infeksi parasit cacing yang disebabkan oleh, Wuchereria

bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori yang mempengaruhi sekitar 120 juta

orang di Afrika, Asia, Pasifik, dan cacing filaria Amerika. Filarial dewasa hidup

di sistem limfatik, menyebabkan limfedem di anggota badan, kaki gajah, dan

hidrokel. Cacing filarial betina yang subur mengeluarkan mikrofilaria, yang

akhirnya memasuki aliran darah, di mana mereka tertelan oleh nyamuk

antropofilik. Mikrofilaria berkembang melalui beberapa tahap dalam vektor

nyamuk sampai mereka menjadi larva infektif (L3), yang terus bertransmisi

dengan menginfeksi pada manusia melalui gigitan selama menghisap darah.

Dosis tunggal yang aman, dan rejimen obat yang murah telah dikembangkan

secara signifikan untuk mengurangi jumlah mikrofilaria dalam darah pada

manusia selama lebih dari satu tahun. Untuk alasan ini, filariasis limfatik telah

ditargetkan untuk eliminasi global pada tahun 2020 atas dasar administrasi massal

tahunan albendazole dosis tunggal dikombinasikan dengan ivermectin atau

diethylcarbamazine selama 5 tahun atau lebih, taksiran masa reproduksi cacing

dewasa, yang diantisipasi untuk mematahkan transmisi filariasis limfatik dari

manusia ke nyamuk

2.3 Jenis Cacing dan Epidemiologi

Sampai saat ini di Indonesia telah ditemukan tiga spesies cacing filaria yang

menginfeksi manusia, yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia

timori.

Dari ketiga spesies cacing filaria tersebut Brugia malai mempunyai daerah

penyebaran paling luas di Indonesia dan biasanya merupakan daerah kantong-

kantong terutama diluar pulau Jawa (Sumatra, Kalimantan, Sulawesi) dengan

tingkat endemisitas bervariasi. Wuchereria bancrofti terdapat endemik di

kepulauan Irian Jaya dan pulau-pulau didekatnya yang juga merupakan daerah-

daerah kantong terisolasi di kepulauan Maluku dan Nusa Tenggara, Sulawesi,

Kalimantan, Sumatra dan Jawa. Untuk Brugia timori hanya ditemukan di

beberapa pulau yaitu Flores, Alor, Roti, Timor-Timur dan Sumba.

FILARIASIS|6

Page 7: Journal Reading FILARIASIS - SP CarVas

a) Brugia Malayi

Brugia malai merupakan endemik di Sumatra, Kalimantan, Sulaewesi, dan

pulau-pulau sekitarnya, namun penyebarannya terbatas di sepanjang garis Weber,

yang memisahkan Irian dari pulau Seram, Ambon. Pada manusia biasanya

berhubungan dengan elephantiasis pada tungkai bawah, limpadenitis dan

timpanitis berulang. Parasit dalam manusia diklasifikasikan ke dalam dua bentuk

fisiologis, bentuk periodik dan bentuk subperiodik. Kedua bentuk ini ada di

Indonesia. Bentuk lain telah diidentifikasi oleh Sudjadi, di Kalimantan, terdapat

bentuk nonperiodik. Sekarang ini terdapat tiga bentuk dari B.malayi di Indonesia,

bentuk sub-periodik, bentuk periodik, dan non-periodik, seluruhnya aktif di

malam hari.

Nyamuk pembawa Brugia malai :

Di Sumatra, penyebaran B.malayi bentuk periodik melibatkan Mansonia

spp, nyamuk An.peditaeniatus dan An.nigerrimus. Nyamuk pembawa B.malayi

bentuk sup-periodik juga berasal dari Mansonia spp, yaitu Ma.uniformis,

Ma.indiana, Ma.bonneae/dives yang membiakkan diri di rawa hingga perbatasan

hutan. Anopheles nigerimus yang berkembang di sawah, merupakan aktor

pembawa yang potensial.

Di Pulau Jawa, di Jawa Barat pembawa B.malayi subperiodik adalah

Ma.indiana. Di Kalimantan, pembawa B.malayi subperiodik adalah Mansonia

spp. Ma.uniformis membiakkan diri di rawa hingga perbatasan hutan dan di

perkebunan karet. Di Sulawesi, pembawa B.malayi periodik adalah Anopheles

spp. dan tiga spesies Mansonia lain. pembawa primernya adalah An.barbirostris

FILARIASIS|7

Page 8: Journal Reading FILARIASIS - SP CarVas

dan klan mansonoid, Ma.uniformis, Ma.indiana, Ma.bonneae/dives merupaka

pembawa sekunder. Mansonia spp. berkembang di ekologi yang sama dengan

An.barbirostris, namun dapat juga ditemukan di area rawa. Di Maluku, pembawa

B.malayi periodik adalah Ma.uniformis dan Ma.bancrofti.

b) Brugia TimoriMikrofilaria dari B.timori pertama kali diuraikan dari darah manusia di

Portuguese Timor. Di Indonesia, gambaran pertama dari mikrifilaria

dipresentasikan oleh Oemijati dan Lim pada tahun 1966. Sejauh ini, parasit ini

telah ditemukan sebagai endemik di Indonesia bagian tenggara, di NTT, dan

Maluku. Penelitian atas Mf carriers menunjukkan periode nokturnal. Sejauh ini

parasit ini hanya ditemukan dalam manusia. Parasit ini menyebabkan

elephantiasis tungkai bawah dibawah lutut, limpadenitis, dan linpangitis.

Belakangan ini B.timori telah menyebar ke area lain seperti Irian Jaya dan

Kalimantan Tengah. Parasit ini terbawea oleh imigran dari Timor Barat ke daerah

lain. ada kemungkinan penyakit ini menjadi endemik di area baru apabila terdapat

pembawa yang potensial di daerah tersebut.

Nyamuk pembawa Brugia timori :

Pembawa B.timori merupakan tiga spesies dari Anopheles spp.

An.barbirostris dipastikan merupakan pembawa yang berkembang di sawah, rawa

terbuka, kolam yang tidak terpakai, dan parit. Anopheles Agus dan An.subpictus

juga terlibat, namun belum dipastikan

c) Wucheria Bancrofti

FILARIASIS|8

Page 9: Journal Reading FILARIASIS - SP CarVas

Di Indonesia, Wuchereria bancrofti terdiri dari dua tipe, tipe perkotaan dan

tipe pedesaan. Tipe perkotaan ditemukan di kota-kota seperti Jakarta, Bekasi,

Tangerang, Semarang, dan Pekalongan. Sementara itu, tipe pedesaan ditemukan di

area pedesaan di luar pulau Jawa, seperti Jambi dan Irian Jaya.

Nyamuk pembawa W.bancrofti :

Pada area perkotaan, pembawa W.bancrofti adalah Culex quinquefasciatus

yang berkembang di air yang tercemar. Nyamuk pembawa W.bancrofti tipe

perkotaan yaitu beberapa spesies Anopheles, Culex, dan Aedes.

2.4 Siklus Hidup Filariasis

a) Wucheria bancrofti

FILARIASIS|9

Page 10: Journal Reading FILARIASIS - SP CarVas

Penularan penyakit ini melalui vektor nyamuk yang sesuai. Cacing

bentuk dewasa tinggal di pembuluh limfe dan mikrofilaria terdapat di

pembuluh darah dan limfe.

Pada manusia W. bancrofti dapat hidup selama kira-kira 5 tahun.

Sesudah menembus kulit melalui gigitan nyamuk, larva meneruskan

perjalanannya ke pembuluh dam kelenjar limfe tempat meraka tumbuh

sampai dewasa dalam waktu satu tahun. Cacing dewasa ini sering

menimbulkan varises saluran limfe anggota kaki bagian bawah, kelenjar

ari-aridan epididimis pada laki-laki serta kelenjar labium pada wanita.

Mikrofilaria kemudian meninggalkan cacing induknya, menembus dinding

pembuluh limfe menuju ke omebuluih darah yang berdekatan atau terbawa

oleh saluran Life ke aliran darah.

b). Brugia Malayi

FILARIASIS|10

Page 11: Journal Reading FILARIASIS - SP CarVas

Manusia merupakan hospes definitif, priodisitas mikrofilaria B.malayi

adalah periodik nokturna, subperodik nokturna, atau non periodik. Periodisitas

mikrofilaria yang bersarung dan berbentuk khas ini, tidak senyata periodisitas W.

Bancrofti. Sebagai hospes perantara adalah Mansonia, Anopheles barbirostris,

dan Amigeres. Dalam tubuh nyamuk mikrofilaria tumbuh menjadi larva infeksitif

dalam waktu 6-12 hari. Ada peneliti yang menyebutkan bahwa masa

pertumbuhannya didalam nyamuk kurang lebih 10 hari dan pada manusia kurang

lebih 3 bulan.

Di dalam tubuh nyamuk parasit ini juga mengalami dua kali pergantian

kulit, berkembang dari larva stadium I menjadi larva stadium II dan III,

menyerupai perkembangan parasit W.bancrofti. Di dalam tubuh manusia dan

nyamuk perkembangan parasit ini juga sama dengan perkembangan W.bancrofti.

2.5 Patologi Filariasis

Perubahan patologi utama disebabkan oleh kerusakan pembuluh getah

bening akibat inflamasi yang ditimbulkan oleh cacing dewasa. Cacing dewasa

hidup di pembuluh getah bening aferen atau sinus kelenjar getah bening dan

menyebabkan pelebaran pembuluh getah bening dan penebalan dinding

FILARIASIS|11

Page 12: Journal Reading FILARIASIS - SP CarVas

pembuluh. Infiltrasi sel plasma, eosinofil, dan makrofag didalam dan sekitar

pembulih getah bening ynag mengalami inflamasi bersama dengan poliferasi sel

endotel dan jaringan penunjang, menyebabkan berliku-likunya system limfatik

dan kerusakan atau inkompetensi katup pembuluh getah bening.

Limfedema dan perubahan kronik akibat statis bersama dengan edema keras

terjadi pada kulit yang mendasarinya. Perubahan-perubahan yang terjadi akibat

filariasis ini disebabkan oleh efek langsung dari cacing ini dan oleh respon imun

penjamu terhadap parasite. Respon imun ini dipercaya menyebabkan proses

granulomatosa dan poliferasi yang menyababkan obstruksi total pembulih getah

bening. Diduga bahwa pembuluh-pembuluh tersebut tetap paten selama cacing

tetap hidup dan bahwa kematian cacing tersebut menyebabkan reaksi

granulomatosa dan fibrosis. Dengan demikian terjadilah obstruksi limfatik dan

penurunan fungsi limfatik.

2.6 Gambaran Klinis

Infeksi dari spesies filarial bermanifestasi setelah periode inkubasi dari 3,5

bulan sampai 12 bulan. Filariasis limfatik ditandai dengan serangan akut dari

nyeri lokal, mati rasa, bengkak, dan eritema. Serangan ini akan bervariasi dari

hanya beberapa kali selama hidup hingga lebih dari sekali serangan dalam sebulan

dan paling sering diderita oleh dewasa dan dewasa muda. Filarial

adenolimpangitis paling banyak disebabkan oleh cacing dewasa. Mikrofilaria

hidup tidak menimbulkan lesi. Pada filaria brancrofti, serangan demam berulang

dengan limpadenitis lebih jarang terjadi daripada filariasis brugia malayi. Pada

filariasis brugia, kelenjar limpe yang sering terserang yaitu di regio inguinal dan

aksilaris.

Manifestasi dini adalah peradangan, sedangkan bila sudah lanjut akan

menimbulkan gejala obstruktif. Mikrofilaria yang tampak dalam darah pada

stadium akut akan menimbulkan peradangan yang nyata, seperti limfangitis,

limfadenitis, funikulitis, epididymitis dan orkitis. Gejala peradangan tersebut

sering timbul setelah bekerja berat dan dapat berlangusng Antara beberapa hari

minggu (2-3 minggu). Gejala dari limfadenitis adalah nyeri lokal, keras didaerah

kelenjar limfe yang terkena dan biasanya disertai demam, sakit kepala dan badan,

FILARIASIS|12

Page 13: Journal Reading FILARIASIS - SP CarVas

muntah-muntah, lesu, dan tidak nafsu makan, stadium akut ini lambat laun akan

beralih ke stadium manahun dengan gejala-gejala hidrokel, kiluria, limfedema dan

elephantiasis.

Dalam stadium yang manahun terjadi jaringan granulasi yang poliferatif

serta terbentuk varises saluran limfe yang luas. Kadar protein yang tinggi dalam

saluran limfe merangsang pembentukan jaringan ikat dan kolagen. Sedikit demi

sedikit setelah bertahun-tahun bagian yang membesar manjadi luas dan timbul

elephantiasis menahun.

Penyumbatan duktus torasikus atau saluran limfe perut bagian tengah turut

mempengaruhi skrotum dan penis pada laki-laki dan bagian luar alat kelamin pada

wanita. Infeksi kelenjar inguinal dapat mempengaruhi tungkai bagian luar alat

kelamin. Elephantiasis pada umumnya mengenai tungkai serta alat kemalin dan

menyebabkan perubahan bentuk yang luas.

2.7 Diagnosis Filariasis

Teknik diagnosa saat ini lebih baik dan tidak hanya terbatas di penelitian

parasit di dalam darah atau hitung darah kuantitatif untuk hasil yang lebih cepat.

Dalam beberapa kasus, tes provokatif diethylcarbamazine (DEC) dari 50-100g

DEC dapat menyingkirkan mikrofilaria dalam darah perifer 15 sampai 90 menit

ke depan. Filaria dewasa dapat didiagnosis dengan bedah dan pemeriksaan

Ultrasonografi Dopler dimana perkembangbiakan mikrofilia dewasa dengan

FILARIASIS|13

Page 14: Journal Reading FILARIASIS - SP CarVas

dilatasi limpatik yang menunjukkan pergerakan yang digambarkan dengan,

“Filaria Dance Sign”.

Selain mendeteksi parasit itu sendiri, produk atau antigen dan mungkin

DNA dari parasit tersebut mungkin ditujukan untuk diagnosis. Sirkulasi antigen

filarial dapat terdeteksi dengan Elisa . Tes Elisa yang positif akan menunjukkan

infeksi yang sedang aktif.

Pada pemerikaan darah tepi ditemukan leukositosis dengan eosinofilia

sampai 10-30%. Di sebagian besar belahan dunia. Mikrofilaria aktif pada malam

hari terutama dari jam 10 malam sampai 2 pagi. Spesimen darah yang diambil

lebih baik diambil dari darah kapiler dibanding dengan darah vena. Terdapat

beberapa bukti yang menyebutkan bahwa konsentrasi mikrofilaria di daerah

kapiler labih tinggi dibanding dengan daerah vena. Volume darah yang digunakan

untuk pulasan sekitar 50µl dan jumlah mikrofilaria yang terdapat sekitar 20 mf/ml

atau lebih merupakan petunjuk adanya mikrofilaria dalam darah.

2.8 Terapi Filariasis

Dietilcarbamazine (DEC) sebagai satu-satunya obat yang efektif, aman, dan

relative murah. Pengobatan dilakukan dengan pemberian DEC 6 mg/kgBB/hari

selama 12 hari. Pengobatan ini diulang 1 hingga 6 bulan kemudan bila perlu, atau

DEC selama 2 hari per bulan (6-8mg/kgBB/hari). Filariasis bancroftian diberikan

Dietilcarbamazine (DEC) total 72 mg/kgBB

Obat lain yang digunakan adalah Ivermektin. Meski Ivermektin sangat

efektif menurunkan kadar mikrofilaremia, tampaknya tidak membunuh cacing

dewasa (non-makrofilarisidal), sehinggaterapi tersebut tidak dapat diharapkan

menyembuhkan infeksi secara menyeluruh. Albendazol bersifat makrofilarisidal

untuk W. bancrofti dengan pemberian setiap hari selama 2-3 minggu.

Terapi bedah dipertimbangkan apabila non-bedah tidak memberikan hasil

yang memuaskan, beberapa terapi bedah yang dapat dilakukan antara lain:

1) Limfangioplasti

2) Prosedur jembatan limfe

3) Transposisi flap omentum

4) Eksis radial dan graft kulit

FILARIASIS|14

Page 15: Journal Reading FILARIASIS - SP CarVas

5) Anastomosis pembuluh limfe tepi ke dalam

6) Bedah mikrolimfatik

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Filariasis atau juga dikenal dengan elephantiasis yaitu penyakit menular dan

menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui

gigitan berbagai spesies nyamuk. Vektor penular filariasis hingga saat ini telah

diketahui ada dari bebrapa spesies nyamuk dari genus Anopheles, Culex,

Mansonia, Aedes dan Armigeres Penyakit kaki gajah disebabkan oleh cacing dari

kelompok nematoda, yaitu Wucheraria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia

timori.. Ketiga jenis cacing tersebut menyebabkan penyakit kaki gajah dengan

FILARIASIS|15

Page 16: Journal Reading FILARIASIS - SP CarVas

cara penularan dan gejala klinis yang sama, Dietilcarbamazine (DEC) merupakan

sebagai obat yang efektif,

DAFTAR PUSTAKA

Centers for Disease Control and Prevention  Parasites - Lymphatic Filariasis 14

Juni 2013 http://www.cdc.gov/parasites/lymphaticfilariasis/

David Molyneux* Lymphatic Filariasis (Elephantiasis) Elimination: A public

Health success and development opportunity. Lymphatic Filariasis Support

Centre, Liverpool School of Tropical Medicine, Pembroke Place, Liverpool,

Merseyside, L3 5QA, United Kingdom September 2003. 1-6

FILARIASIS|16

Page 17: Journal Reading FILARIASIS - SP CarVas

R.H.H. Nelwan, Filariasis in the new Millenium 3 Juli 2001, Division of Tropical and Infectious Diseases, Department of lntemal Medicine, Faculty of Medicine University of Indonesia, Jakarta, Indonesia. 191-195

Sudomo M., Ali Azhar, Sri Oemijati Februari 2002 Lymphatic Filariasis In

Indonesia. Jurnal Ekologi Kesehatan, Vol.1 No.1 37-43

FILARIASIS|17