tingkat pengetahuan ibu tentang kejadian...

64
i TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) DI POSYANDU KANTHIL DESA JEMBANGAN PLUPUH SRAGEN TAHUN 2014 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan Disusun Oleh : Mega Sunyi Septiana NIM. B11.152 PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014

Upload: dotram

Post on 03-Feb-2018

228 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan

i

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN IKUTAN

PASCA IMUNISASI (KIPI) DI POSYANDU KANTHIL

DESA JEMBANGAN PLUPUH SRAGEN

TAHUN 2014

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir

Pendidikan Diploma III Kebidanan

Disusun Oleh :

Mega Sunyi Septiana

NIM. B11.152

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2014

Page 2: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan
Page 3: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan
Page 4: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Kejadian

Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) di Desa Jembangan Plupuh Sragen Tahun 2014”.

Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir

sebagai salah satu syarat kelulusan dari Program Studi D III Kebidanan STIKes

Kusuma Husada Surakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa ada bantuan dan pengarahan dari berbagai

pihak, karya tulis ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu

penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dra. Agnes Sri Harti,M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada

Surakarta.

2. Retno Wulandari,S.ST, selaku Ka. Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma

Husada Surakarta.

3. Kartika Dian Listyaningsih,S.ST., M.Sc, selaku Dosen Pembimbing yang

meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada

penulis.

4. Bapak Suradi, selaku Kepala Desa Jembangan, Plupuh, Sragen, yang telah

bersedia memberikan ijin pada penulis dalam pengambilan data.

5. Semua teman-teman seangkatan yang telah memberikan suport dalam

menyelesaikan karya tulis ilmiah.

6. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam

menyelesaikan karya tulis ilmiah

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga

karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, Mei 2014

Penulis

Page 5: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan

v

Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Karya Tulis Ilmiah, 14 Mei 2014

Mega Sunyi Septiana

B11. 152

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN IKUTAN

PASCA IMUNISASI (KIPI) DI POSYANDU KANTHIL

DESA JEMBANGAN, PLUPUH, SRAGEN

TAHUN 2014

xiii + 43 halaman + 18 lampiran + 8 tabel + 2 gambar

ABSTRAK

Latar Belakang: Imunisasi merupakan bentuk intervensi kesehatan yang sangat

efektif dalam menurunkan angka kematian bayi dan balita. Gerakan pemberian

imunisasi secara berkala, telah menurunkan jumlah kematian akibat campak dari

871.000 kematian pada tahun 1999 dan menjadi 340.000 kematian pada tahun

2004. Seiring dengan cakupan imunisasi yang tinggi maka penggunaan vaksin

juga meningkat dan akibatnya kejadian yang berhubungan dengan imunisasi juga

meningkat. KIPI adalah semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam

masa 1 bulan setelah imunisasi. Berdasarkan hasil studi pendahulan yang

dilakukan pada tanggal 13 November 2013 di Posyandu Kanthil desa Jembangan,

Plupuh, Sragen terdapat 33 ibu yang mempunyai bayi. Dengan metode wawancara

yang dilakukan pada 3 (9,09%) ibu yang memiliki bayi ke posyandu menyatakan

bahwa anaknya setelah diimunisasi mengalami demam dan ibu sangat

mengkhawatirkan dengan keadaan tersebut.

Tujuan : Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang kejadian ikutan pasca

iminisasi di posyandu kanthil desa Jembangan, Plupuh, Sragen Tahun 2014.

Metode Penelitian : Jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini

dilakukan di posyandu kanthil desa Jembangan, Plupuh, Sragen pada bulan April

2014. Jumlah sampel dalam penelitian sebanyak 26 ibu yang mempunyai anak

umur kurang dari 12 bulan dengan teknik sampling jenuh yaitu menggunakan

semua sampling. Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup.

Variabel penelitian ini merupakan variabel tunggal dan analisis data

menggunakan analisis univariat.

Hasil Penelitian: Tingkat pengetahuan responden pada kategori baik sebanyak 5

responden (19,2%), kategori cukup sebanyak 17 responden (65,4%), kategori

kurang sebanyak 4 responden (15,4%).

Kesimpulan : Tingkat Pengetahuan Ibu tentang kejadian ikutan pasca imunisasi

di posyandu kanthil desa Jembangan, Plupuh, Sragen mayoritas pada tingkat

pengetahuan cukup yaitu sebanyak 17 responden (65,4%).

Kata Kunci :Tingkat Pengetahuan, Ibu, Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)

Kepustakaan : 18 literatur ( tahun 2006 – 2013)

Page 6: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan

vi

MOTTO

v Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki

kesukaran bagimu (QS Al-Baqarah ayat 185)

v Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya yang

berputus asa dari rahmat Allah hanyalah orang-orang yang kafir

(QS Yusuf ayat 87)

v Barangsiapa mempertimbangkan keselamatan dalam tindakannya,maka

tenanglah batinnya.

v Biarkan jalan itu panjang, kita akan merintisnya perlahan-lahan.

PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati, Karya Tulis Ilmiah

ini penulis persembahan kepada :

1. Kakek, Nenek, Bapak, Ibu dan Adik tercinta terima

kasih atas cinta kasihnya, doa restu, pengorbanan,

dukungan, kebahagiaan dan kepercayaan yang luar

biasa untukku.

2. Seseorang yang setia menemaniku terima kasih

atas semangat, doa, kepercayaan, perhatian, cinta

dan kasih sayangnya selama 2 tahun ini

( Sulis Efendi).

3. Sahabat karibku Aldila Hawa C.T., Ika Wulandari,

Astri Maharani, Ria Astri, Nunik Rindawati

terimakasih selalu menemaniku, menghiburku

dengan canda tawa kalian disaat aku mulai rapuh.

4. Teman seperjuangan angkatan 2011 dan almamater

tercinta Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma

Husada Surakarta.

Page 7: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan

vii

CURICULUM VITAE

BIODATA

Nama : Mega Sunyi Septiana

Tempat / Tanggal Lahir : Sragen,1 September 1992

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Pelem Rt 8, Jembangan, Plupuh, Sragen.

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SD Negeri 1 Jembangan Lulus tahun 2006

2. SMP Negeri 1 Plupuh Lulus tahun 2009

3. SMA Negeri 5 Surakarta Lulus tahun 2011

4. Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Angkatan 2011

Page 8: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii

KATA PENGANTAR .................................................................................. iv

ABSTRAK .................................................................................................... v

CURICULUM VITAE ................................................................................. vi

DAFTAR ISI ................................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xi

DAFTAR TABEL......................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ............................................................. 3

C. Tujuan Penelitian .................................................................. 3

D. Manfaat Penelitian ................................................................ 4

E. Keaslian Penelitian ............................................................... 5

F. Sistematika Penulisan ........................................................... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori ....................................................................... 8

1. Pengetahuan .................................................................. 8

a. Pengertian ............................................................. 8

b. Tingkat pengetahuan ............................................. 8

Page 9: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan

ix

c. Cara memperoleh pengetahuan .............................. 10

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi ........................ 12

e. Kriteria tingkat pengetahuan .................................. 14

2. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) ....................... 14

a. Pengertian .............................................................. 14

b. Penyebab ................................................................ 16

c. Angka Kejadian ..................................................... 19

d. Gejala Klinis ......................................................... 19

e. Kelompo Resiko..................................................... 20

B. Kerangka Teori ...................................................................... 23

C. Kerangka Konsep Penelitian ................................................. 24

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................ 25

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 25

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ............ 26

D. Variabel Penelitian ................................................................ 27

E. Definisi Operasional .............................................................. 27

F. Instrumen Penelitian .............................................................. 28

G. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 31

H. Metode Pengolahan dan Analisa Data .................................. 32

I. Etika Penelitian...................................................................... 34

J. Jadwal Penelitian ................................................................... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................... 36

Page 10: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan

x

B. Hasil Penelitian ...................................................................... 36

C. Pembahasan ............................................................................ 40

D. Keterbatasan Penelitian .......................................................... 42

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ................................................................................ 43

B. Saran ....................................................................................... 43

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 11: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1.Kerangka Teori ........................................................................... 23

Gambar 2.2.Kerangka Konsep Penelitian ...................................................... 24

Page 12: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Gejala Klinis ................................................................................. 19

Tabel 3.1. Definisi Operasional ..................................................................... 27

Tabel 3.2. Kisi-Kisi Kuesioner....................................................................... 28

Tabel 4.1. Karakteristik Responden berdasarkan umur ................................. 37

Tabel 4.2. Karakteristik Responden berdasarkan pendidikan ........................ 37

Tabel 4.3. Karakteristik Responden berdasarkan pekerjaan .......................... 38

Tabel 4.4. Mean dan Standar Deviasi ............................................................ 38

Tabel 4.5. Tingkat Pengetahuan ibu tentang KIPI di desa Jembangan,

Plupuh, Sragen Tahun 2014 ............................................................. 39

Page 13: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian

Lampiran 2. Surat Permohonan Studi Pendahuluan

Lampiran 3. Surat Balasan Studi Pendahuluan

Lampiran 4. Surat Ijin Permohonan Uji Coba Instrumen

Lampiran 5. Surat Balasan Ijin Uji Coba Instrumen

Lampiran 6. Surat Permohonan Ijin Penelitian

Lampiran 7. Surat Balasan Ijin Penelitian

Lampiran 8. Surat Permohonan Responden

Lampiran 9. Persetujuan menjadi Responden

Lampiran 10. Kuesioner Uji Validitas

Lampiran 11. Kunci Jawaban Kuesioner Uji Validitas

Lampiran 12. Kuesioner Penelitian

Lampiran 13. Kunci Jawaban Kuesioner Penelitian

Lampiran 14. Data Tabulasi Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 15. Hasil Uji Validitas

Lampiran 16. Hasil uji Reliabilitas

Lampiran 17. Data Tabulasi Hasil Penelitian

Lampiran 18. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

Page 14: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan
Page 15: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Program imunisasi nasional dikenal sebagai Pengembangan Program

Imunisasi (PPI) dilaksanakan di Indonesia sejak 1997. Program PPI

merupakan program pemerintah dalam bidang imunisasi guna mencapai

komitmen internasional yaitu universal child immunization (UCI) pada akhir

1982. UCI bertujuan untuk eradikasi polio (ERAPO), eliminasi tetanus

maternal dan neonatal (maternal and neonatal tetanus elimination - MNTE),

reduksi campak (RECAM), peningkatan mutu pelayanan imunisasi,

menetapkan standar pemberian suntikan yang aman (safe injection practices),

keamanan pengolahan limbah tajam (safe waste disposal management). UCI

secara nasional dicapai pada tahun 1990 (Ranuh dkk, 2011).

Imunisasi merupakan bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif

dalam menurunkan angka kematian bayi dan balita. Dengan imunisasi,

berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B,

poliomelitis, dan campak dapat dicegah (Dewi, 2010). Imunisasi telah diakui

oleh dunia secara global telah berhasil menurunkan berbagai infeksi, seperti

difteria, batuk rejan, tetanus, campak, hepatitis B, meningitis, dan pneumonia

yang disebabkan oleh Haemophillus influenzae tipe B (Hib). Gerakan

pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan jumlah kematian

Page 16: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan

2

akibat campak dari 871.000 kematian pada tahun 1999 dan menjadi 340.000

kematian pada tahun 2004 (Marmi dan Rahardjo, 2012).

Pada tahun 2011, dalam program imunisasi nasional terdapat tujuh

antigen yaitu hepatitis B, polio oral (OPV), BCG, difteri, tetanus, pertusis,

dan campak. Ketujuh tersebut tercakup dalam enam jenis vaksin, yaitu vaksin

hepatitis B, OPV, BCG, vaksin kombinasi DPT, campak dan vaksin dT

(difteri dewasa). Program imunisasi nasional terdiri dari imunisasi yang harus

diselesaikan sebelum usia satu tahun, sedangkan imunisasi pada anak sekolah

dasar yang dikemas dalam BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah). Besar

cakupan imunisasi dalam program imunisasi nasional merupakan parameter

kesehatan nasional, disemua jenis imunisasi harus mencapai lebih dari 80%

(Ranuh dkk, 2011).

Seiring dengan cakupan imunisasi yang tinggi maka penggunaan vaksin

juga meningkat dan akibatnya kejadian yang berhubungan dengan imunisasi

juga meningkat. Dalam menghadapi hal tesebut penting diketahui apakah

kejadian tersebut berhubungan dengan vaksin yang diberikan ataukah secara

kebetulan (Ranuh dkk, 2011).

Menurut Komite Nasional Pengkajian dan Penanggulangan kejadian

ikutan pasca imunisasi (KIPI) (KN PP KIPI), Kejadian Ikutan Pasca

Imunisasi (KIPI) adalah semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi

dalam masa 1 bulan setelah imunisasi. Pada keadaan tertentu lama

pengamatan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) dapat mencapai masa 42

hari (arthritis kronik pasca vaksinasi rubella), atau bahkan 42 hari (infeksi

Page 17: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan

3

virus campak vaccine-strain pada pasien imunodefisiensi pasca vaksinasi

campak, dan polio paralitik serta infeksi virus polio vaccine-strain pada

resipien non imunodefisiensi atau resipien imunodefisiensi pasca vaksinasi

polio) (Proverati dan Andhini, 2010).

Berdasarkan hasil studi pendahulan yang dilakukan pada tanggal

13 November 2013 di Posyandu Kanthil desa Jembangan, Plupuh, Sragen

terdapat 33 ibu yang mempunyai balita. Dengan metode wawancara yang

dilakukan pada 3 (9,09%) ibu yang memiliki bayi ke posyandu menyatakan

bahwa anaknya setelah diimunisasi mengalami demam dan ibu sangat

mengkhawatirkan dengan keadaan tersebut.

Berdasarkan uraian diatas maka, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Ikutan

Pasca Imunisasi (KIPI) di Posyandu Kanthil desa Jembangan, Plupuh,

Sragen”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang, maka peneliti

membuat rumusan masalah sebagai berikut ”Bagaimana tingkat pengetahuan

ibu tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) di Posyandu Kanthil desa

Jembangan, Plupuh, Sragen ?”.

Page 18: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan

4

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang Kejadian Ikutan Pasca

Imunisasi (KIPI) di Posyandu Kanthil desa Jembangan, Plupuh, Sragen.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang Kejadian Ikutan

Pasca Imunisasi (KIPI) di Posyandu Kanthil desa Jembangan, Plupuh,

Sragen pada tingkat baik.

b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang Kejadian Ikutan

Pasca Imunisasi (KIPI) di Posyandu Kanthil desa Jembangan, Plupuh,

Sragen pada tingkat cukup.

c. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang Kejadian Ikutan

Pasca Imunisasi (KIPI) di Posyandu Kanthil desa Jembangan, Plupuh,

Sragen pada tingkat kurang.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi ilmu pengetahuan

Menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan tentang Kejadian

Ikutan Pasca Imunisasi.

2. Bagi Peneliti

Untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari perkuliahan dan

pengalaman nyata dalam penelitian.

Page 19: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan

5

3. Bagi institusi

a. Pendidikan

Dapat menambah referensi tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

serta sebagai acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya.

b. Posyandu

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah informasi ibu tentang

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI).

E. Keaslian Penelitian

1. Sari (2013), “Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Reaksi Kejadian

Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/HB Combo di Posyandu desa Doyong

Kecamatan Miri Kabupaten Sragen”. Jenis penelitian ini adalah diskriptif

kuantitatif. Sampel yang digunakan dalam penelitian sejumlah 30

responden. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling.

Analisa data yang digunakan adalah univariat dengan distribusi frekuensi.

Dengan hasil 16 responden (54%) memiliki pengetahuan yang cukup,

sedangkan 12 responden (40%) berpengetahuan baik, 2 responden (6%)

yang berpengetahuan kurang baik dan tidak ada responden yang

mempunyai pengetahuan tidak baik 0%.

2. Elviani (2012), “Hubungan Pendidikan, Pengetahuan dan kejadian ikutan

pasca imunisasi (KIPI) dengan Pemberian Imunisasi Lanjutan di Wilayah

Kerja Puskesmas Simpang Teritit Kecamatan Wih Pesam Kabupaten

Bener Meriah Tahun 2012”. Jenis penelitian ini adalah diskriptif

Page 20: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan

6

kuantitatif. Sampel yang digunakan dalam penelitian sejumlah 97

responden. Teknik pengambilan sampel adalah Random Sampling. Analisa

data yang digunakan adalah analisis statistic inferensial. Dengan hasil ada

hubungan pendidikan, pengetahuan terhadap pemberian imunisasi dasar

lanjutan dengan nilai P=0,000; sementara, Kejadian Ikutan Pasca

Imunisasi (KIPI) tidak ada hubungan Terhadap Pemberian Imunisasi

Dasar Lanjutan dengan nilai P = 0,722.

Perbedaan pada penelitian sekarang dengan penelitian sebelumnya

terletak pada tempat, subjek, metode pengambilan sampel, variabel, dan

waktu.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mengetahui secara menyeluruh karya tulis ilmiah ini penulis

menguraikan sistematika penulisan Bab I sampai Bab V yang saling

berhubungan. Adapun gambaran sistematikanya adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam Bab ini terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, dan sistematika

penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam Bab ini berisi uraian teori tentang pengetahuan yang meliputi

pengertian, tingkat pengetahuan, cara memperoleh pengetahuan,

faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, kriteria tingkat

Page 21: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan

7

pengetahuan, Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang terdiri

dari pengertian Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), penyebab

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), angka kejadian Kejadian

Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), gejala klinis Kejadian Ikutan Pasca

Imunisasi (KIPI), kelompok resiko, kerangka teori dan kerangka

konsep.

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini berisi tentang jenis dan rancangan penelitian, lokasi

dan waktu penelitian, populasi, sampel dan teknik pemgambilan

sampel, variabel penelitian, definisi operasional, instrumen

penelitian, teknik pengumpulan data, metode pengolahan data dan

analisa data, etika penelitian serta jadwal penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian,

hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian dan keterbatasan

penelitian.

BAB V PENUTUP

Dalam bab ini berisikan tentang kesimpulan dari penelitian dan

saran.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 22: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan
Page 23: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tau dan ini setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan

terjadi melalui panca indra pada manusia yaitu penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tau dari manusia yang

sekedar menjawab petanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia,

apa alam, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).

b. Tingkat pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang tercakup dalam

domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkatan ini adalah

mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan

yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu,

tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata

Page 24: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan

9

kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan,

dan sebagainya.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah paham

terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan

contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek

yang dipelajari.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

Aplikasi disini dapat diartiakan sebagai aplikasi atau penggunaan

hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam

konteks atau situasi yang lain.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam

struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,

seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,

memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

Page 25: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan

10

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-

penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang di tentukan sendiri,

atau menggunakan kriteria yang telah ada.

c. Cara memperoleh pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan dapat diperoleh dengan

beberapa cara, diantaranya :

1) Cara tradisional

Cara kuno atau tradisional ini dipakai untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan, sebelum diketemukannya metode ilmiah atau metode

penemuan secara sistematik dan logis. Cara-cara penemuan

pengetahuan pada periode ini antara lain :

a) Cara coba-salah (Trial and error)

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan

dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut

tidak berhasil dicoba kemungkinan yang lain. Apabila

Page 26: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan

11

kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba kembali dengan

kemunkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba

kemungkinan yang keempat dan seterusnya, sampai masalah

tersebut terpecahkan.

b) Secara kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak

disengaja oleh orang yang bersangkutan.

c) Cara kekuasaan atau otoritas

Para pemegang otoritas, baik pemimpin pemerintahan, tokoh

agama, maupun ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya

mempunyai mekanisme yang sama didalam penemuan

pengetahuan. Prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat

yang dikemukakan oleh orang yang mempunya otoritas, tanpa

terlebih dulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik

berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri.

Hal ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat

tersebut menganggap bahwa apa yang dikemukakannya adalah

sudah benar.

d) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman

itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan. Oleh sebab itu, pengalaman pribadi pun dapat

digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan.

Page 27: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan

12

e) Melalui jalan pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara

berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah

mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh

pengetahuannya.

2) Cara ilmiah dalam memperoleh pengetahuan

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa

ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode

penelitian ilmiah, atau lebih populer disebut metodelogi penelitian

(research methodology).

d. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Wawan dan Dewi (2012), faktor yang mempengaruhi

pengetahuan meliputi:

1) Faktor Internal

a) Pendidikan

Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-

hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan

kualitas hidup. Menurut YB Mantra yang dikutip

Notoatmodjo (2003), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang

termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam

memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan

Page 28: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan

13

(Nursalam, 2003). Pada umumnya makin tinggi pendidikan

seseorang makin mudah menerima informasi.

b) Pekerjaan

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003),

pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama

untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.

c) Umur

Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), usia

adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan

sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Hurlock (1998)

semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam dalam berfikir dan bekerja.

2) Faktor Eksternal

a) Faktor lingkungan

Menurut Ann.Mariner yang dikutip dari Nursalam (2003)

lingkungan merupakan suatu kondisi yang ada disekitar

manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi

perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

b) Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

Page 29: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan

14

e. Kriteria tingkat pengetahuan

Menurut Riwidikdo (2013), pengetahuan seseorang dapat

dikategorikan dalam beberapa kategori, yaitu :

1) Baik, bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean + 1 SD

2) Cukup, bila nilai mean – 1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD

3) Kurang, bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean – 1 SD

2. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)

a. Pengertian

Menurut Departemen Kesehatan (2005), Kejadian Ikutan Pasca

Imunisasi (KIPI) adalah semua kejadian sakit dan kematian yang

terjadi dalam masa satu bulan setelah imunisasi, yang diduga ada

hubungannya dengan pemberian imunisasi.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kejadian Ikutan Pasca

Imunisasi (KIPI) dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:

1) Related programme atau hal – hal berkaitan dengan kegiatan

imunisasi, misalnya timbul bengkak bahkan abses pada bekas

suntikan vaksin. Biasanya karena jarum tidak steril. Contoh

lain adalah kelenjar limfe misalnya di daerah ketiak, atau lipat

paha membengkak dan terasa sedikit nyeri. Ini akibat aktivitas

sistem kekebalan tubuh yang menerima vaksin tersebut.

2) Reaction related to properties of vaccine atau reaksi terhadap

sifat – sifat yang dimiliki oleh vaksin yang bersangkutan.

Misalnya saja reaksi terhadap bahan campuran vaksin. Reaksi

Page 30: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan

15

ini biasanya berupa pembengkakan, kemerahan, demam

(misalnya terhadap vaksin campak, biasanya akan normal

kembali dalam satu hari).

3) Coincidental atau koinsidensi. Koinsidensi adalah dua kejadian

secara bersama tanpa adanya hubungan satu sama lain. Ketika

anak menerima imunisasi, sebenarnya dia sudah dalam keadaan

masa perjalanan penyakit yang sama atau penyakit lain (masa

tunas) yang tidak ada hubungannya dengan vaksin yang

bersangkutan. Misalnya saja, anak sedang dalam perjalanan

mau sakit batuk pilek atau diare bahkan seringkali penyakit

akut yang lebih serius disertai demam.

Pada umumnya reaksi terhadap obat dan vaksin dapat

merupakan reaksi simpang (adverse events), atau kejadian lain yang

bukan terjadi akibat efek langsung vaksin. Reaksi simpang vaksin

antara lain dapat berupa efek farmakologi, efek samping (side-effects),

interaksi obat, intoleransi, reaksi idoisinkrasi, dan reaksi alergi yang

umumnya secara klinis sulit dibedakan.

Efek farmakologi, efek samping, serta reaksi idiosinkrasi

umumnya terjadi karena potensi vaksin sendiri, sedangkan reaksi alergi

merupakan kepekaan seseorang terhadap unsur vaksin dengan latar

belakang genetik. Reaksi alergi dapat terjadi terhadap protein telur

(vaksin campak, gondong, influenza, dan demam kuning), antibiotik,

Page 31: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan

16

bahan preservatif (neomisin, merkuri), atau unsur lain yang terkandung

dalam vaksin (Ranuh dkk, 2011).

Kejadian yang bukan disebabkan efek langsung vaksin dapat

terjadi karena kesalahan teknik pembuatan, pengadaan dan distribusi

serta penyimpanan vaksin, kesalahan prosedur dan teknik pelaksanaan

imunisasi, atau semata-mata kejadian yang timbul secara kebetulan.

Sesuai telaah laporan KIPI oleh Vaccine Safety Committee, Institute of

Medicine (IOM) USA menyatakan bahwa sebagian besar Kejadian

Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) terjadi karena kebetulan saja. Kejadian

yang memang akibat imunisasi tersering adalah akibat kesalahan

prosedur dan teknik pelaksanaan (pragmatic errors)

(Ranuh dkk, 2011).

b. Penyebab

KN PP KIPI membagi penyebab Kejadian Ikutan Pasca

Imunisasi (KIPI) menjadi lima kelompok faktor etiologi menurut

klasifikasi lapangan WHO Western Pacific (1999), yaitu:

1) Kesalahan program/teknik pelaksanaan (programmic errors)

Sebagian kasus Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)

berhubungan dengan masalah program dan teknik pelaksanaan

imunisasi yang meliputi kesalahan program penyimpanan,

pengelolaan, dan tata laksana pemberian vaksin. Kesalahan tersebut

dapat terjadi pada berbagai tingkatan prosedur imunisasi, misalnya:

a) Dosis antigen (terlalu banyak)

Page 32: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan

17

b) Lokasi dan cara menyuntik

c) Sterilisasi semprit dan jarum suntik

d) Jarum bekas pakai

e) Tindakan aseptik dan antiseptik

f) Kontaminasi vaksin dan perlatan suntik

g) Penyimpanan vaksin

h) Pemakaian sisa vaksin

i) Jenis dan jumlah pelarut vaksin

j) Tidak memperhatikan petunjuk produsen

Kecurigaan terhadap kesalahan tata laksana perlu diperhatikan

apabila terdapat kecenderungan kasus Kejadian Ikutan Pasca

Imunisasi (KIPI) berulang pada petugas yang sama.

2) Reaksi suntikan

Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusuk jarum suntik

baik langsung maupun tidak langsung harus dicatat sebagai reaksi

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). Reaksi suntikan langsung

misalnya rasa sakit, bengkak dan kemerahan pada tempat suntikan,

sedangkan reaksi suntikan tidak langsung misalnya rasa takut,

pusing, mual, sampai sinkope.

3) Induksi vaksin (reaksi vaksin)

Gejala Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang disebabkan

induksi vaksin umumnya sudah dapat diprediksi terlebih dahulu

karena merupakan reaksi simpang vaksin dan secara klinis biasanya

Page 33: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan

18

ringan. Walaupun demikian dapat saja terjadi gejala klinis hebat

seperti reaksi anafilaksis sistemik dengan resiko kematian. Reaksi

simpang ini sudah teridentifikasi dengan baik dan tercantum dalam

petunjuk pemakaian tertulis oleh produsen sebagai kontra indikasi,

indikasi khusus, perhatian khusus, atau berbagai tindakan dan

perhatian spesifik lainnya termasuk kemungkinan interaksi obat

atau vaksin lain. Petunjuk ini harus diperhatikan dan ditanggapi

dengan baik oleh pelaksana imunisasi.

4) Faktor kebetulan (koinsiden)

Seperti telah disebutkan di atas maka kejadian yang timbul ini

terjadi secara kebetulan saja setelah diimunisasi. Indikator faktor

kebetulan ini ditandai dengan ditemukannya kejadian yang sama

disaat bersamaan pada kelompok populasi setempat dengan

karakterisitik serupa tetapi tidak mendapatkan imunisasi.

5) Penyebab tidak diketahui

Bila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat

dikelompokkan kedalam salah satu penyebab maka untuk

sementara dimasukkan kedalam kelompok ini sambil menunggu

informasi lebih lanjut. Biasanya dengan kelengkapan informasi

tersebut akan dapat ditentukan kelompok penyebab Kejadian

Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI).

Page 34: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan

19

c. Angka kejadian Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang paling serius terjadi

pada anak adalah reaksi anafilaksis. Angka kejadian reaksi anafilaktoid

diperkirakan 2 dalam 100.000 dosis DPT, tetapi yang benar-benar

reaksi anafilaksis hanya 1-3 kasus diantara 1 juta dosis. Anak yang

lebih besar dan orang dewasa lebih banyak mengalami sinkope, segera

atau lambat. Episode hipotonik/hiporesponsif juga tidak jarang terjadi,

secara umum dapat terjadi 4-24 jam setelah imunisasi

(Marmi dan Rahardjo, 2012).

d. Gejala klinis Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)

Gejala klinis Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) dapat

timbul secara cepat maupun lambat dan dapat dibagi menjadi gejala

lokal, sistemik, reaksi susunan saraf pusat, serta reaksi lainnya. Pada

umumnya makin cepat Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) terjadi

makin cepat gejalanya (Proverawati dan Andhini, 2010).

Tabel 2.1 Gejala Klinis

Reaksi Kejadian Ikutan

Pasca Imunisasi (KIPI)

Gejala Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

(KIPI)

Lokal Abses pada tempat suntikan

Limfadenitis

Reaksi lokal lain yang berat, misalnya

selulitis, BCG-it is

Sistem Saraf Pusat Kelumpuhan akut

Ensefalopati

Ensefalitis

Meningitis

Kejang

Page 35: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan

20

Lain-lain Reaksi alergi: urtikaria, dermatitis, edema

Reaksi anafilaksis

Syok anafilaksis

Artralgia

Demam tinggi >38,5°C

Episode hipotensif-hiporesponsif

Osteomielitis

Menangis menjerit yang terus menerus (3

jam)

Sindrom syok septik

Sumber : Artikel Fakultas Kedokteran UNAIR (2006).

Mengingat tidak ada satupun jenis vaksin yang aman tanpa efek

samping, maka apabila seorang anak telah mendapatkan imunisasi perlu

diobsevasi beberapa saat, sehingga dipastikan tidak terjadi Kejadian

Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) (reaksi cepat). Berapa lama observasi

sebenarnya sulit ditentukan, tetapi pada umumnya setelah pemberian

setiap jenis imunisasi harus dilakukan observasi selama 15 menit untuk

menghindarkan kerancuan maka gejala klinis yang dianggap sebagai

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) dibatasi dalam jangka waktu

tertentu timbulnya gejala klinis (Proverawati dan Andhini, 2010).

e. Kelompok resiko

Menurut (Marmi dan Rahardjo, 2012), untuk mengurangi resiko

timbulnya Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) maka harus

diperhatikan apakah resipien termasuk dalam kelompok resiko. Yang

dimaksud dengan kelompok resiko adalah:

1) Anak yang mendapat reaksi simpang pada imunisasi terdahulu

Hal ini harus segera dilaporkan kepada Pokja Kejadian Ikutan

Pasca Imunisasi (KIPI) setempat dan KN PP Kejadian Ikutan Pasca

Page 36: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan

21

Imunisasi (KIPI) dengan mempergunakan formulir pelaporan yang

telah tersedia untuk penanganan segera

2) Bayi berat lahir rendah

Pada dasarnya jadwal imunisasi bayi kurang bulan sama dengan

bayi cukup bulan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada bayi kurang bulan adalah:

a) Titer imunitas pasif melalui transmisi maternal lebih rendah

dari pada bayi cukup bulan

b) Apabila berat badan bayi sangat kecil (<1000 gram) imunisasi

ditunda dan diberikan setelah bayi mencapai berat 2000 gram

atau berumur 2 bulan; imunisasi hepatitis B diberikan pada

umur 2 bulan atau lebih kecuali bila ibu mengandung HbsA

c) Apabila bayi masih dirawat setelah umur 2 bulan, maka vaksin

polio yang diberikan adalah suntikan IPV bila vaksin tersedia,

sehingga tidak menyebabkan penyebaaran virus polio melalui

tinja.

3) Pasien imunokompromais

Keadaan imunokompromais dapat terjadi sebagai akibat penyakit

dasar atau sebagai akibat pengobatan imunosupresan (kemoterapi,

kortikosteroid jangka panjang). Jenis vaksin hidup merupakan

indikasi kontra untuk pasien imunokompromais dapat diberikan

IVP bila vaksin tersedia. Imunisasi tetap diberikan pada

pengobatan kortikosteroid dosis kecil dan pemberian dalam waktu

Page 37: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan

22

pendek. Tetapi imunisasi harus ditunda pada anak dengan

pengobatan kortikosteroid sistemik dosis 2 mg/kg berat badan/hari

atau prednison 20 mg/ kg berat badan/hari selama 14 hari.

Imunisasi dapat diberikan setelah 1 bulan pengobatan

kortikosteroid dihentikan atau 3 bulan setelah pemberian

kemoterapi selesai.

4) Pada resipien yang mendapatkan human immunoglobulin

Imunisasi virus hidup diberikan setelah 3 bulan pengobatan untuk

menghindarkan hambatan pembentukan respons imun.

Page 38: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan

23

B. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Modifikasi Notoatmodjo (2010) dan Sugiyono (2012 )

Tingkat pengetahuan :

1. Tahu (know)

2. Memehami (comprehention)

3. Analisis (analysis)

4. Aplikasi (application)

5. Sintesis (sinthesis)

6. Evaluasi (evaluation)

Pengetahuan

Faktor yang mempengaruhi

pengetahuan :

Faktor Internal

1. Pendidikan

2. Pekerjaan

3. Umur

Faktor Eksternal

1. Faktor lingkungan

2. Sosial budaya

Kejadian Ikutan Pasca

Imunisasi (KIPI)

1. Pengertian

2. Penyebab

3. Gejala klinis

4. Kelompok resiko

Page 39: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan

24

C. Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Modifikasi Notoatmodjo (2010) dan Sugiyono (2012)

Tingkat pengetahuan ibu

tentang Kejadian Ikutan Pasca

Imunisasi (KIPI)

Faktor yang mempengaruhi

pengetahuan :

Faktor Internal

4. Pendidikan

5. Pekerjaan

6. Umur

Faktor Eksternal

3. Faktor lingkungan

4. Sosial budaya

Cukup

Baik

Kurang

Page 40: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan
Page 41: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan

25

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu

suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat

gambaran atau diskripsi suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2010).

Kuantitatif (data numerik) adalah data penelitian yang berupa bilangan atau

angka-angka (Sunyoto, 2011). Metode penelitian menggunakan pendekatan

cross sectional yaitu penelitian pada beberapa populasi yang diamati pada

waktu yang sama (Hidayat, 2007). Penelitian yang akan dilakukan

menggambarkan pengetahuan ibu tentang kejadian ikutan pasca imunisasi

pada tingkat baik, cukup dan kurang.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat atau lokasi penelitian tersebut akan

dilakukan. Lokasi ini sekaligus membatasi ruang lingkup penelitan

tersebut (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini dilaksanakan di Posyandu

Kanthil Desa Jembangan, Plupuh, Sragen.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu penelitian tersebut dilakukan

(Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5, 6, 10,

11, dan 13 April 2014.

Page 42: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan

26

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang

diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi yang akan diteliti dalam penelitian

ini adalah ibu yang mempunyai anak berumur kurang dari 12 bulan di

Posyandu Kanthil Desa Jembangan, Plupuh, Sragen. Populasi pada bulan

April sebanyak 26 ibu.

2. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi (Notoatmodjo, 2010). Menurut Arikunto (2006), apabila

populasi kurang dari 100 lebih baik diambil semua, tetapi jika populasi

lebih dari 100 dapat diambil 10%-15% atau 20%-25% atau lebih. Karena

jumlah populasi dalam penelian ini sebanyak 26 ibu, maka peneliti akan

mengambil sampel total sebanyak 26 ibu.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Menurut Hidayat (2007), teknik sampling merupakan suatu proses

seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada,

sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada.

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan

sampling jenuh yaitu dengan mengambil semua anggota populasi

menjadi sampel.

Page 43: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan

27

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010).

Penelitian ini menggunakan variabel tunggal yaitu pengetahuan ibu tentang

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI).

E. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara

operasional berdasarkan karakteristik yang diamati ketika melakukan

pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena dengan

menggunakan parameter yang jelas (Hidayat, 2007).

Tabel 3.1. Definisi Operasional

Variabel Definisi

Operasional

Alat Ukur Skala

Ukur

Hasil

Tingkat

pengetahuan ibu

tentang

Kejadian Ikutan

Pasca

Imunisasi(KIPI)

Kemampuan

/pengetahuan

ibu dalam

menjawab

kuesioner

tentang

Kejadian

Ikutan Pasca

Imunisasi

(KIPI)

Kuesioner Ordinal a. Baik, bila nilai

yang diproleh

(x) > mean +1

SD

b. Cukup, bila

nilai mean – 1

SD < x < mean

+ 1 SD

c. Kurang, bila

nilai responden

yang diperoleh

(x) < mean – 1

SD

Page 44: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan

28

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpukan data (Notoatmodjo, 2010). Kuesioner adalah

sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi

dari responden dalam arti laporan tentang hal-hal yang ia ketahui dan sudah

disediakan jawabannya (Arikunto, 2010). Alat yang dipergunakan dalam

penelitian ini adalah kuesioner tertutup yang sudah disediakan jawabannya

sehingga responden tinggal memilih.

1. Kisi-kisi kuesioner

Tabel 3.2. Kisi-Kisi Kuesioner

No Indikator No. Kuesioner Jumlah

Favourable Un-favourable

1. Pengertian KIPI 1,3,8,11,17,21,23,24,

25,27

2,4,9,10,12,

22,28,29

18

2. Penyebab KIPI 5,6,7,13,26,30 6

3. Gejala klinis KIPI 14,15,16,19 18 5

4. Kelompok resiko 20 1

Jumlah total soal 30

Keterangan: angka yang bergaris bawah menyatakan pertanyaan tidak valid.

2. Cara penilaian

Jenis pernyataan dalam kuensioner tersebut ialah favourable (+)

yaitu pernyataan positif yang sesuai dengan teori, jika dijawab benar

mendapatkan skor 1, jika dijawab salah mendapatkan skor 0. Dan

pernyataan un-favourable (-) yaitu pernyataan negative yang tidak sesuai

dengan teori, jika dijawab salah maka mendapatkan skor 1, jika dijawab

benar mendapatkan skor 0. Pengisian kuisioner tersebut dengan memberi

tanda (√) pada jawaban yang dianggap benar.

Page 45: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan

29

Untuk mengetahui kuesioner untuk penelitian ini berkualitas, terlebih

dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap karakteristik sejenis di

luar lokasi penelitian. Uji validitas dilakukan di Posyandu Desa Jabung,

Plupuh, Sragen dengan 32 responden. Karena jumlah populasi terbatas, maka

seluruh populasi dimasukkan sebagai sample. Untuk penelitian deskriptif

pada manusia, jumlah samplenya di atas 30 subjek ( Sulistyaningsih, 2012).

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukkan tingkat

kevalidan atau kesahihan sesuatu instrument. Sebuah instrument

dilakatakan valid apabila mampu mengukur apa yang seharusnya hendak

diukur (Arikunto, 2010). Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan

rumus product moment. Instrument dikatakan valid jika nilai p-value

< 0,05 dan < 0,01. Penghitungan uji validitas dalam penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS 17 for

windows dengan menggunakan taraf signifikan 5%. Dengan

menggunakan oleh data SPSS (Rumus Pearson Product Moment) adalah:

rxy=

Keterangan :

N : Jumlah responden

rxy : Koefisien skorelasi product moment

x : Skor pertanyaan

y : Skor total

xy : Skor pertanyaan dikalikan skor total

Page 46: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan

30

Setelah dilakukan uji validitas di posyandu desa Jabung terhadap

32 ibu dengan jumlah 30 pernyataan didapatkan 27 pernyataan valid dan

3 pernyataan tidak valid yaitu no 24, no 29, dan no 30 kemudian ke tiga

soal tersebut tidak digunakan.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan bahwa kuesioner tersebut konsisten

apabila digunakan untuk mengukur gejala yang sama.

Pengujian reliabilitas instrument dilakukan secara eksternal maupun

internal. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan test-retest

(stability), yaitu dengan cara mengulang beberapa kali uji instrument.

Secara internal reliabilitas instrument dapat diuji dengan split half yaitu

dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrument

sesuai dengan data yang dikumpulkan (Suyanto dan Salamah, 2008).

Instrumen dikatakan reliabel bila nilai reliabelitas seluruh instrumenya >

0,7 (Riwidikdo, 2010).

Untuk menguji reliabilitas instrument peneliti menggunakan

Alpha Chronbach dengan bantuan Komputer SPSS for windows

(Riwidikdo, 2010).

Rumus Alpha Chronbach adalah sebagai berikut :

r11 =

Keterangan :

r11 = Reliabilitas Instrument

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

Page 47: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan

31

∑Si2 = Jumlah varian butir

Si2 = Varians Total

Setelah dilakukan uji coba instrumen didapatkan nilai Alpha

Chronbach sebesar 0,919, sehingga instrumen dikatakan reliable.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan data yang akan dilakukan dalam

penelitian Hidayat (2007). Cara pengumpulan data akan dilakukan dengan

cara memberikan lembar persetujuan (informed consent) dan membagikan

kuesioner pada ibu yang membawa anaknya datang ke Posyandu Kanthil desa

Jembangan, Plupuh, sragen, kemudian menjelaskan tentang cara

pengisiannya. Responden disuruh mengisi kuesioner dengan selesai dan

kuesioner diambil pada saat itu juga oleh peneliti. Data yang diperoleh

menurut Riwidikdo (2013), terdiri dari:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya

atau objek penelitian oleh peneliti perorangan atau organisasi. Dalam

penelitian ini data primer didapatkan dari pengisian kuesioner pengetahuan

tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) oleh responden.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan tidak secara langsung dari

objek penelitian. Data sekunder pada penelitian ini diperoleh melalui

dokumentasi dan interview kepada bidan desa.

Page 48: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan

32

H. Metode Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Menurut Arikunto (2010), setelah data terkumpul, maka langkah

yang dilakukan berikutnya adalah pengolahan data.

Proses pengolahan data ada 4 yaitu :

a. Editing

Kegiatan ini dilakukan dengan cara memeriksa data hasil

jawaban dari kuesioner yang telah diberikan kepada responden dan

kemudian dilakukan koreksi apakah telah terjawab dengan lengkap.

Editing dilakukan di lapangan sehingga bila terjadi kekurangan atau

tidak sesuai dapat segera dilengkapi.

b. Coding

Kegiatan ini memberi kode angka pada kuesioner terhadap

tahap-tahap dari jawaban responden agar lebih mudah dalam

pengolahan data selanjutnya.

c. Data Entry (Memasukkan Data)

Mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode atau

kartu kode sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan.

d. Tabulating

Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghitung data dari

jawaban kuesioner responden yang sudah diberi kode, kemudian

dimasukkan ke dalam tabel.

Page 49: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan

33

2. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan analisis univariat yaitu menganalisa terhadap tiap variabel

dari hasil tiap penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan

prosentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010).

Rumus mean yaitu:X = n

xx

Keterangan :

X : rata-rata ( mean )

x : Jumlah seluruh jawaban responden

n : Jumlah responden

Menurut Riwidikdo (2013), Simpangan baku (standard deviation) adalah

ukuran yang dapat dipakai untuk mengetahui tingkat penyebaran nilai-nilai

(data) terhadap rata-ratanya.

Rumus : SD = 1

)(1

2

1

1

( 1

11

n

xxn

i

Keterangan:

x : Nilai responden

n : Jumlah responden

Menurut Riwidikdo (2013), maka digunakan perhitungan sebagai berikut:

Baik : Bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean + 1 SD

Cukup : Bila nilai responden mean -1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD

Page 50: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan

34

Kurang : Bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean – 1 SD

Adapun rumus untuk memperoleh skor prosentase menurut

Riwidikdo (2010), adalah

I. Etika Penelitian

Menurut Hidayat (2007), etika penelitian merupakan masalah yang

sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian berhubungan langsung

dengan manusia maka segi etika penelitian harus diperhatikan antara lain

sebagai berikut

1. Informed Consent

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

Informed Consent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan

Informed Consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan

penelitian, mengetahui dampaknya. Apabila responden bersedia, maka

mereka harus menandatangani lembar persetujuan tersebut.

2. Anonimity (Tanpa Nama)

Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan

dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

Page 51: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan

35

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang

akan disajikan.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan

jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik ionformasi maupun masalah-

masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil riset.

J. Jadwal Penelitian

Jadwal kegiatan merupakan langkah-langkah kegiatan dari mulai

menyusun proposal penelitian, sampai dengan penulisan laporan penelitian,

beserta waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan tersebut

(Notoatmodjo, 2010). Jadwal kegiatan penelitian terlampir.

Page 52: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan
Page 53: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini di Posyandu Kanthil desa Jembangan kecamatan

Plupuh, kabupaten Sragen. Posyandu yang dilakukan di desa Jembangan terdiri

dari Posyandu Kanthil 1 sampai Kanthil 5. Posyandu Kanthil 1 dilaksanakan di

dukuh Jembangan setiap tanggal 5, posyandu Kanthil 2 dilaksanakan di dukuh

Jengglong setiap tanggal 10, posyandu Kanthil 3 dilaksanakan di dukuh Duwet

setiap tanggal 11, posyandu Kanthil 4 dilaksanakan di dukuh Pelem setiap

tanggal 13 dan posyandu Kanthil 5 dilaksanakan di dukuh Wonorejo setiap

tanggal 6. Seperti posyandu pada umumnya, posyandu yang dilakukan di desa

Jembangan mempunyai program pemantauan tumbuh kembang bayi dan balita.

Posyandu di desa Jembangan dipimpin oleh seorang bidan dan 20 kader.

Desa Jembangan terletak di jalan Mayor Ahmadi km 9 . Desa Jembangan

berbatasan dengan sungai Cemara di sebelah barat, dengan desa Wonosido

disebelah Selatan, dengan desa Tanon Sidokerto di sebelah timur dan dengan

desa Klampean di sebelah utara. Mayoritas penduduk desa Jembangan bermata

pencaharian sebagai petani dan swasta.

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini mengambil judul “Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Kejadian

Ikutan Pasca Imunisasi di Desa Jembangan, Plupuh, Sragen Tahun 2014”

Page 54: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan

37

responden dalam penelitian ini terdiri dari 26 ibu yang mempunyai anak usia

kurang dari 12 bulan.

1. Karakteristik responden

Karakteristik responden dalam penelitian tentang kejadian ikutan pasca

imunisasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.1 Karakteristik Responden berdasarkan umur

Jenis Jumlah Prosentase (%)

Umur 22-27 12 46

28-33 9 35

34-39 2 8

40-45 3 11

Total 26 100

Sumber: Data Primer, 2014

Berdasarkan tabel 4.1 Umur responden dalam penelitian tentang

kejadian ikutan pasca imunisasi yaitu umur 22-27 th sebanyak 12 responden

(46 %), umur 28-33 th sebanyak 9 responden (35 %), umur 34-39 sebanyak 2

responden (8 %) dan umur 40-45 sebanyak 3 responden (11 %). Mayoritas

umur responden dalam penelitian ini yaitu pada umur 22-27 th sebanyak 12

responden (46 %).

Tabel 4.2 Karakteristik Responden berdasarkan pendidikan

Pendidikan Jumlah Prosentase (%)

SD 4 15

SMP 14 54

SMA 8 31

Total 26 100

Sumber : Data Primer, 2014

Berdasarkan tabel 4.2 pendidikan responden dalam penelitian tentang

kejadian ikutan pasca imunisasi yaitu SD sebanyak 4 responden (15 %), SMP

Page 55: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan

38

sebanyak 14 responden (54 %), dan SMA sebanyak 8 responden (31 %).

Mayoritas pendidikan responden dalam penelitian ini yaitu berpendidikan

SMP sebanyak 14 responden (54 %).

Tabel 4.3 Karakteristik Responden berdasarkan pekerjaan

Pekerjaan Jumlah Prosentasi (%)

IRT 12 46

SWASTA 14 54

Total 26 100

Sumber : Data Primer, 2014

Berdasarkan tabel 4.3 pekerjaan responden dalam penelitian tentang

kejadian ikutan pasca imunisasi yaitu IRT sebanyak 12 responden (46 %) dan

swasta sebanyak 14 responden (54 %). Mayoritas pekerjaan responden dalam

penelitian ini yaitu berpekerjaan swasta sebesar 14 responden (46 %).

2. Mean dan Standar Deviasi tingkat pengetahuan ibu tentang kejadian ikutan

pasca imunisasi di desa Jembangan, Plupuh, Sragen

Tabel 4.4 Mean dan Standar Deviasi

Variabel Mean Standar Deviasi

Tingkat Pengetahuan Ibu

tentang Kejadian Ikutan Pasca

Imunisasi di Desa Jembangan,

Plupuh, Sragen

19,6 7

Berikut ini perhitungan kategori pengetahuan responden :

Baik : Bila nilai responden yang diperoleh x > mean + 1 SD

x > 19,6 + 1.7

x > 26,6

Jadi pengetahuan baik jika nilai responden > 26,6

Page 56: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan

39

Cukup : Bila nilai responden mean – 1 SD ≤ x ≤ mean +1 SD

19,6 – 1.7 ≤ x ≤ 19,6 + 1.7

12,6 ≤ x ≤ 26,6

Jadi pengetahuan cukup jika nilai responden 12,6 ≤ x ≤ 26,6

Kurang : Bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean ─ 1 SD

x < 19,6 – 1.7

x < 12,6

Jadi pengetahuan kurang jika nilai responden < 12,6

3. Pengetahuan ibu tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)

Hasil penelitian tentang Pengetahuan ibu tentang kejadian ikutan pasca

imunisasi dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini :

Tabel 4.5 Tingkat Pengetahuan ibu tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

(KIPI) di desa Jembangan, Plupuh, Sragen Tahun 2014

No Pengetahuan Jumlah Persentase (%)

1 Baik 5 19,2

2 Cukup 17 65,4

3 Kurang 4 15,4

Total 26 100

Sumber: Data Primer, 2014

Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat dikategorikan tingkat pengetahuan

baik sebanyak 5 responden (19,2%), tingkat pengetahuan cukup sebanyak 17

responden (65,4%) dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 4 responden

(15,4%). Jadi Tingkat Pengetahuan Ibu tentang kejadian ikutan pasca

imunisasi di posyandu Kanthil desa Jembangan, Plupuh, Sragen mayoritas

pada tingkat pengetahuan cukup yaitu sebanyak 17 responden (65,4%).

Page 57: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan

40

C. Pembahasan

Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan (knowledge) adalah hasil

tahu dari manusia yang sekedar menjawab pertanyaan “what”. Pengetahuan

merupakan hasil tahu dari manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan

manusia untuk memahami suatu objek tertentu. Pengetahuan dapat berwujud

barang-barang baik lewat indera maupun lewat akal, dapat pula objek yang

dipahami oleh manusia berbentuk ideal atau yang bersangkutan dengan masalah

kejiwaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas umur responden dalam

penelitian ini yaitu pada umur 22-27 th sebanyak 12 responden (46 %).

Sedangkan mayoritas pendidikan responden dalam penelitian ini adalah

berpendidikan SMP sebanyak 14 responden (54 %) dan mayoritas pekerjaan

responden dalam penelitian ini adalah berpekerjaan swasta sebesar 14 responden

(46 %). Untuk hasil penelitian tingkat pengetahuan ibu tentang kejadian ikutan

pasca imunisasi pada kategori baik sebanyak 5 responden (19,2%), tingkat

pengetahuan cukup sebanyak 17 responden (65,4%) dan tingkat pengetahuan

kurang sebanyak 4 responden (15,4%). Berdasarkan analisis yang dilakukan

peneliti pada 27 kuesioner didapatkan nilai tertinggi pada pernyataan no 16 yaitu

tentang tanda gejala Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) sedangkan nilai

terendah pada pernyataan no 8 yaitu tentang pengertian Kejadian Ikutan Pasca

Imunisasi (KIPI).

Hasil Penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Sari, S.C. (2013) dengan judul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu tentang

Page 58: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan

41

Reaksi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/HB Combo di Posyandu

Desa Doyong Kecamatan Miri Kabupaten Sragen” dengan hasil penelitian

menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang reaksi Kejadian Ikutan Pasca

Imunisasi (KIPI) DPT/HB Combo di desa Doyong kecamatan Miri kabupaten

Sragen cukup baik yaitu sebesar 16 responden (54%), Sedangkan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Novitasari, Elviani (2012), dengan judul ”Hubungan

Pendidikan, Pengetahuan dan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) terhadap

Pemberian Imunisasi Dasar Lanjutan di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang

Teritit Kecamatan Wih Pesam Kabupaten Bener Meriah” dengan hasil penelitian

menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dan pengetahuan mempunyai hubungan

dengan pemberian Imunisasi Dasar lanjutan, sementara Kejadian Ikutan Pasca

Imunisasi (KIPI) tidak mempunyai hubungan dengan pemberian Imunisasi Dasar

lanjutan.

Menurut Wawan A (2010), ada beberapa faktor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang, yaitu pendidikan, pekerjaan, umur, lingkungan, dan

sosial budaya. Tingkat pengetahuan ibu tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

(KIPI) baik atau tinggi, maka angka kesakitan bayi akibat imunisasi akan

menurun juga .

Wawan A (2010), mengutip dari Hurlock, semakin cukup umur, tingkat

kematangan, dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan

bekerja. Dari hasil penelitian usia responden mayoritas pada usia reproduksi

yaitu usia 22-27 tahun (45%).

Page 59: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan

42

D. Keterbatasan Penelitian

1. Keterbatasan penelitian dalam penelitian ini adalah variabel penelitian ini

merupakan variabel tunggal, sehingga hasil penelitian terbatas pada tingkat

pengetahuan.

2. Kuesioner yang digunakan merupakan kuesioner tertutup sehingga responden

hanya bisa menjawab benar atau salah, dan karakteristik responden yang

kurang bisa menggambarkan hasil penelitian.

Page 60: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan
Page 61: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan

43

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Penelitian ini mengambil judul “Tingkat Pengetahuan Ibu tentang

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi di Desa Jembangan, Plupuh, Sragen Tahun

2014”. Responden dalam penelitian ini terdiri dari 26 responden sehingga

penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi di Desa

Jembangan, Plupuh, Sragen Tahun 2014 pada tingkat baik sebanyak 5

responden (19,2%).

2. Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi di Desa

Jembangan, Plupuh, Sragen Tahun 2014 pada tingkat pengetahuan cukup

sebanyak 17 responden (65,4%).

3. Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi di Desa

Jembangan, Plupuh, Sragen Tahun 2014 pada tingkat pengetahuan kurang

sebanyak 4 responden (15,4%).

B. Saran

1. Bagi ilmu pengetahuan

Menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan tentang kejadian ikutan

pasca imunisasi.

Page 62: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan

44

2. Bagi Peneliti

Untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari perkuliahan dan

pengalaman nyata dalam penelitian serta dapat mengembangkan variabel

penelitian, dan pengumpulan datanya menggunakan kuesioner terbuka supaya

hasilnya lebih baik lagi.

3. Bagi institusi

a. Pendidikan

Dapat menambah referensi tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi serta

sebagai acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya.

b. Posyandu

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah informasi ibu tentang

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)

4. Bagi Responden

Diharapkan lebih meningkatkan pengetahuan dengan mencari informasi

tentang kejadian ikutan pasca imunisasi melalui penyuluhan dari tenaga

kesehatan dan media cetak yaitu dengan banyak membaca buku, majalah,

koran dan media elektronik seperti radio, televisi, internet.

Page 63: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi

V. Jakarta : Rineka Cipta.

__________. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :

Rineka Cipta.

Dewi, V.N.L. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Salemba

Medika.

Hidayat, A. 2007. MetodePenelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.

Jakarta: Salemba Medika.

Marmi, Rahardjo, K. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Notoatmodjo, S. 2007. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

____________. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Novitasari, Elviani. 2012. Hubungan Pendidikan, Pengetahuan dan Kejadian

Ikutan Pasca Imunisasi (Kipi) Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar

Lanjutan di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Teritit Kecamatan Wih

Pesam Kabupaten Bener Meriah. Jurnal Kesehatan STIKes U’budiyah

Banda Aceh. Mei 2012. STIKes U’budiyah Banda Aceh. Aceh.

Proverawati A.,Andhini C.S.D. 2010. Imunisasi dan Vaksin. Yogyakarta : Numed.

Ranuh, dkk. 2011. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta : Badan Penelitian

IDAI.

Riwidikdo, H. 2010. Statistika Kesehatan.Yogyakarta : Rohima Press.

____________. 2013. Statistika Kesehatan.Yogyakarta : Rohima Press.

Sari, S.C. 2013. Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Reaksi Kejadian

Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) DPT/HB Combo di Posyandu Desa Doyong

Kecamatan Miri Kabupaten Sragen. Jurnal kebidanan STIKes Kusuma

Husada Surakarta. Januari 2013. STIKes Kusuma Husada Surakarta.

Surakarta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:

Alfabeta Bandung.

Page 64: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEJADIAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-megasunyis... · ... (Hib). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan

Sulistyaningsih. 2012. Metodologi Penelitian Kebidanan Kuantitatif-Kualitatif.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sunyoto, D. 2011. Analisis Data untuk Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha

medika.

Suyanto, Salamah U. 2008. Riset Kebidanan Metodologi & Aplikasi. Yogyakarta:

Mitra Cendika Press.

Wawan, A dan M, Dewi. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan

Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika.