berkala tuntunan islam edisi 1

Upload: kholil-mawardi

Post on 11-Oct-2015

64 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

berkala tuntunan Islam edisi 1 ini merupakan dasar mempelajari sekaligus meaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. dimana pada tuntunan ini terdapat dalil-dalil yang shaheh dan kuat yang bisa dijadikan sumber tuntunan. dengan banyaknya sumber hadist dan nash yang sudah ditafsirkan oleh para ahlinya

TRANSCRIPT

  • 1BERKALA TUNTUNAN ISLAM

    Salam TablighBerkala Tuntunan Islam adalah

    bagian dari upaya Majelis Tabligh

    Pimpinan Pusat Muhammadiyah

    untuk membantu umat dalam

    memahami peta perjalanan menuju

    Pribadi Muslim yang sebenar-

    benarnya serta menyemangati

    ummat agar mewujudkan amal

    Islami dalam kehidupan pribadi,

    keluarga, dan masyarakat. - hal. 2

    Tafsir al-Quran:

    Surat al-Fatihah (bagian 1)Surat ini dinamakan al-Fatihah

    (pembuka), karena surat ini meru-

    pakan pembuka atau awal dari tertib

    surat-surat al-Quran. Surat ini juga

    dinamakan Ummul-Quran (induk

    al-Quran), karena surat ini meng-

    himpun isi al-Quran secara garis

    besar - hal. 5

    DINAMIKA PENGAJIAN AHAD PAGI - Suasana

    Pengajian Ahad Pagi al-Manar Muhammadiyah Ponorogo.

    Pengajian ini telah berlangsung selama lebih kurang 14

    tahun. Tampak dalam gambar ketika pengajian ahad pagi ini

    diisi oleh Prof. Dr. H.M. Amien Rais, M.A., mantan Ketua

    PP Muhammadiyah. Rekaman pengajian ini dapat diunduh

    di: http://tabligh.muhammadiyah.or.id

    Tuntunan Aqidah: Islam Satu-

    satunya Agama yang BenarDalam Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup

    Muhammadiyah, disebutkan bahwa Islam

    adalah agama Allah yang diwahyukan

    kepada para rasulNya sejak nabi Adam, Nuh,

    Ibrahim, Musa, Isa dan seterusnya sampai

    kepada nabi penutup Muhammad saw,

    sebagai hidayat dan rahmat Allah kepada

    ummat manusia sepanjang masa dan

    menjamin kesejahteraan materiil dan ukhrawi.

    - hal. 13

    Tuntunan Akhlak: Konseptualisasi Akhlak dalam

    Ajaran Islam - hal.18. Adab Berbicara - hal.25

    Tuntunan Ibadah: Falsafah, Makna dan Prinsip

    Ibadah - hal. 30

    Tuntunan Ibadah Ramadhan - hal. 35

    Tuntunan Muammalah: Kepemilikan Harta

    dalam Islam - hal. 55

    Suplemen - Dinamika:Pengajian Ahad Pagi Panti Asuhan Yatim

    Muhammadiyah Magetan - hal. 58

    Ragam Isi

    Pemimpin Umum: Agus Sukaca. Wakil Pemimpin Umum: Ahmad Supriyadi.

    Pemimpin Perusahaan: Ismail Siregar. Pemimpin Redaksi: Farid B. Siswantoro.

    Dewan Ahli: Drs. H. Andy Dermawan, M.A. (Koordinator); Prof. Drs. H. Saad Abdul

    Wahid, Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A. (Tafsir); H. Fathurrahman Kamal, Lc.,

    M.Si., Dr. H. Syamsul Hidayat, M.Ag., Drs. H. Zaini Munir, M.Ag. (Aqidah); Dr.

    Mohammad Damami, M.Ag., Drs. H. Hamdan Hambali, Drs. Yusuf A. Hasan, M.Ag.,

    Drs. H. Muhsin Haryanto, M.Ag., Drs. Marsudi Iman, M.Ag. (Akhlak); Syakir Jamaluddin,

    S.Ag., M.A., Ghofar Ismail, S.Ag., M.Ag., Asep Salahuddin, S.Ag., Drs. H. Kamiran Qomar (Ibadah); Drs. H. Dahwan, M.Si., H. Okrisal

    Eka Putra, Lc., M.Ag., Drs. H. Najib Sudarmawan, Drs. H. Khamim Z. Putra, M.Ag. (Muammalah).

    Sidang Redaksi: Yusron Asrofie (Tafsir), Ahmad Muttaqien (Akidah), Farid Setiawan (Akhlak), Ridwan Hamidy (Ibadah), Wijdan Al-

    Arifin (Muamalah), Arif Jamali (Dinamika), Mahli Zainuddin Tago (Sosok), Adim Paknala (Rancang Grafis), Munichy B. Edrees

    (Artistik), Nuruddin T. Widiyanto (Dokumentasi), Sutoto Jatmiko (Sekretaris Redaksi).

    Manajer Pemasaran: RCA Pradipto Kuswantoro. Manajer Keuangan: Zulbahri St. Bagindo. Distribusi & Iklan: Sukirman,

    Purwana. Staf Sekretariat: Pepizon Muzamil, Amrullah Umar (tipografi arabic). Diterbitkan oleh: Majelis Tabligh PP Muhammadiyah.

    Alamat: Jl. KHA. Dahlan 103 Yogyakarta-55262 telp. +62-274-375025 fax. +62-274-381031 email: [email protected]

    Lukisan sampul: Munichi B. Edrees, kaligrafi: cinetrophee.blogspot.com

  • 2 BERKALA TUNTUNAN ISLAM

    Kenikmatan terbesar bagi umat

    manusia adalah menjadi kekasih Allah

    yang hanya bisa diraih dengan iman.

    Dengan iman seseorang dapat menikmati

    secara positif peristiwa apapun yang

    menimpa dirinya. Ketika mendapatkan

    kelapangan, rizki, kemudahan dan segala

    hal yang menyenangkan, ia bersyukur.

    Demikian pula ketika mendapatkan

    kesempitan, musibah dan segala hal yang

    tidak menyenangkan, ia bersabar.

    Seseorang menjadi kekasih Allah bila

    dapat mewujudkan dirinya menjadi

    Pribadi Muslim yang sebenar-

    benarnya. Idealnya seperti Rasulullah

    Muhammad s.a.w., pribadi terbaik

    sepanjang jaman. Untuk mencapainya

    hanya dapat dilakukan dengan

    mencontoh Beliau. Bila diibaratkan

    dengan perjalanan mendaki puncak

    gunung, maka kepribadian Rasulullah

    adalah puncaknya, dan perjalanan

    mendaki adalah proses mencontohnya.

    Puncak tertinggi yang berhasil diraih

    manusia adalah maqam Rasulullah

    Muhammad s.a.w. Puncak yang bisa

    diraih oleh selain Beliau berada di

    bawahnya. Setiap orang yang berusaha

    sungguh-sungguh menuju puncak dengan

    menggunakan peta perjalanan yang benar

    akan semakin mendekati puncak. Tempat

    tertinggi yang berhasil diraih di akhir

    hanyatnya, itulah puncak individualnya.

    Masing-masing kita mencapai puncak

    individual yang berbeda, tergantung

    Salam Tabligh

    Alhamdulillah, segala

    puji bagi Allah yang

    nikmat-Nya mengalir

    sepanjang masa.

    Beruntunglah orang-

    orang yang pandai

    bersyukur, karena Allah

    pasti menambah nikmat-

    Nya dan merugilah

    orang-orang yang kufur,

    karena adzab Allah

    amatlah pedih.

    Agus Sukaca

  • 3BERKALA TUNTUNAN ISLAM

    kesungguhan dan komitmen kita dalam

    mempedomani al-Quran dan as-Sunnah

    al-Maqbulah. Semakin bersungguh-

    sungguh, semakin tinggi puncak yang kita

    capai. Orang yang tidak mau tahu dengan

    al-Quran dan as-Sunnah, alih-alih

    mendekati puncak, ia akan terperosok ke

    jurang kegelapan yang membawanya ke

    penderitaan tiada akhir.

    Puncak manakah yang menjadi target

    atau impian anda? Puncak yang berhasil

    dicapai oleh orang kebanyakan atau

    puncaknya para aulia? Bila memilih

    untuk mencapai puncaknya orang

    kebanyakan, anda tinggal melakukan

    sebagaimana yang dilakukan oleh orang

    kebanyakan. Demikian pula kalau ingin

    mencapai puncaknya para aulia, maka

    caranya pun harus seperti yang dilakukan

    oleh para aulia. Bila tidak memilih, anda

    akan menjadi seperti orang-orang di

    sekeliling anda yang juga tidak memilih!

    Semuanya bergantung pada pilihan anda!

    Kesuksesan seseorang mencapai

    puncak bisa dicapai bila ia mendaki

    dengan mengikuti peta perjalanan yang

    benar dan melangkah pasti dengan

    semangat yang membara. Tanpa peta

    yang benar, perjalanan seseorang akan

    berputar-putar dan tersesat. Sebaliknya,

    meskipun punya peta yang benar, tetapi

    tanpa semangat menjalaninya ia hanya

    akan termangu-mangu melihat beratnya

    perjalanan. Itulah yang dilakukan oleh

    orang yang paham Islam tetapi tidak

    mengamalkannya.

    Dalam proses menjadi Pribadi

    Muslim yang sebenar-benarnya, mema-

    hami peta perjalanan adalah aktualisasi

    dari memahami al-Quran dan as-Sunnah.

    Sedangkan langkah-langkah perjalanan-

    nya adalah aktualisasi dari pengamalan

    ajaran Islam dengan menjalankan perintah

    Allah, meninggalkan larangan-Nya, dan

    menja-lani hidup sesuai petunjuk-

    petunjuk-Nya sebagaimana yang

    dicontohkan Rasulullah.

    Berkala Tuntunan Islam yang

    berada di tangan anda ini adalah bagian

    dari upaya Majelis Tabligh Pimpinan

    Pusat Muhammadiyah untuk membantu

    ummat dalam memahami peta perjalanan

    menuju Pribadi Muslim yang sebenar-

    benarnya serta menyemangati umat agar

    mewujudkan amal Islami dalam kehi-

    dupan pribadi, keluarga dan masyarakat.

    Rubrikasi yang disajikan dalam

    Berkala Tuntunan Islam ini meliputi (1)

    Tafsir al-Quran, (2) Tuntunan Akidah,

    (3) Tuntunan Akhlak, (4) Tuntunan

    Berkala Tuntunan Islam yang berada di tangan anda ini

    adalah bagian dari upaya Majelis Tabligh PP

    Muhammadiyah untuk membantu ummat dalam memahami

    peta perjalanan menuju Pribadi Muslim yang sebenar-

    benarnya serta menyemangati umat agar mewujudkan amal

    Islami dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat.

  • 4 BERKALA TUNTUNAN ISLAM

    Ibadah, (5) Tuntunan Muamalah dan (6)

    Suplemen yang berisi tentang Dinamika

    Dakwah, Sosok dan hal-hal penting

    lainnya. Kami berharap berkala ini dapat

    menjadi tuntunan dalam memahami dan

    mengamalkan ajaran Islam.

    Untuk menjaga agar sesuai dengan

    paham agama yang didasarkan kepada

    al-Quran dan as-Sunnah al-Maqbulah,

    setiap tulisan diterbitkan setelah melalui

    beberapa proses sebagai berikut:

    Pertama, tulisan dipresentasikan

    dalam forum Pengajian Malam Selasa

    yang diselenggarakan oleh Majelis

    Tabligh PP Muhammadiyah setiap Malam

    Selasa di Madrasah Muallimin Muham-

    madiyah Yogyakarta. Dalam pengajian

    ini, naskah yang akan terbit didiskusikan

    dan dilakukan pengayaan oleh peserta

    pengajian.

    Kedua; Tim redaksi mengedit ulang

    tulisan yang akan diterbitkan dengan

    menambahkan hasil-hasil diskusi dan

    pengayaan yang dilakukan peserta

    pengajian dalam bahasa yang sederhana.

    Ketiga; tulisan yang siap terbit

    (dummy), diserahkan kepada Dewan

    Ahli sebagai proof reader untuk dibaca

    ulang dan dikoreksi. Setelah dinyatakan

    layak, barulah bisa diterbitkan.

    Insya Allah, Berkala Tuntunan

    Islam akan terbit rutin setiap bulan. Kami

    berharap upaya ini dapat membantu

    Ummat Islam dalam upayanya menjadi

    Pribadi Muslim yang Sebenar-

    benarnya. Pribadi-pribadi tersebutlah

    yang bertanggungjawab dalam mewu-

    judkan Masyarakat Islam yang

    sebenar-benarnya, sebagaimana yang

    kita cita-citakan bersama.

    Kami mohon doa, kiranya upaya kami

    dapat menjadi sumbangsih Muham-

    madiyah kepada ummat untuk menjadi

    lebih baik dalam ber Islam. Dan yang

    lebih penting, menjadi bagian ibadah kami

    kepada Allah!

    Selamat membaca dan mengamalkan

    materi-materi yang tersaji dalam Berkala

    Tuntunan Islam ini! Selamat menu-

    naikan shaum Ramadhan! Semoga

    menjadi semakin tinggi derajat takwa

    kita! Amin.

    Pemimpin Umum

  • 5BERKALA TUNTUNAN ISLAM

    SURAT AL-FATIHAH

    Tafsir al-Quran

    Para ulama membagi al-Quran dari

    segi nuzulnya menjadi dua golongan, yaitu:

    Makkiyyah dan Madaniyyah.

    Makiyyah ialah surat-surat atau ayat-

    ayat yang diturunkan sebelum hijrah Nabi

    ke Madinah. Sedangkan Madaniyyah

    ialah surat-surat atau ayat-ayat yang ditu-

    runkan sesudah Nabi ke Madinah, baik

    yang diturunkan di Madinah maupun di

    luar Madinah. Untuk mengetahui

    perbedaan antara kedua macam

    golongan tersebut dapat diketahui dari

    ciri-cirinya.

    Ciri-ciri Makiyyah ialah:

    a. Surat-surat dan ayat-ayatnya pendek-

    pendek dan singkat (ijaz), sasarannya

    bangsa Arab yang memiliki tiga tingkat

    balaghah dan fashahah yang sangat

    tinggi. Menurut para ahli bahasa,

    puncak balaghah yang paling tinggi

    ialah pernyataan yang singkat.

    b. Sebagian besar surat-surat dan ayat-

    ayatnya mengandung peringatan dan

    penjelasan tentang ushuluddin

    (pokok-pokok agama) secara garis

    besar.

    c. Sebagian besar surat Makkiyyah,

    terutama surat-surat yang diturunkan

    pada masa permulaan risalah Nabi,

    lebih banyak memberikan kejutan

    terhadap hati untuk memberikan rasa

    takut dan mendorong agar berpikir

    panjang akan adanya bahaya, baik

    yang tersembunyi maupun yang

    terlihat, baik yang jauh maupun yang

    dekat, yaitu adzab di dunia dan di

    akhirat, serta memberikan peringatan

    kepada manusia agar meninggalkan

    segala macam kemusyrikan dengan

    tegas. Contoh surat-surat: al-Haaq-

    qah, al-Qaariah, az-Zalzalah, dan

    sebagainya. Ayat-ayat dari surat-surat

    tersebut sangat pendek, tetapi sangat

    mengejutkan hati, terutama orang-

    orang Arab yang memiliki tingkat

    balaghah yang tinggi, sehingga

  • 6 BERKALA TUNTUNAN ISLAM

    mereka merasa takut dan gelisah

    ketika mendengarkan al-Quran

    dibaca.

    Adapun ciri-ciri surat-surat Mada-

    niyyah antara lain:

    a. Surat-surat dan ayat-ayat Mada-

    niyyah panjang-panjang, terutama

    apabila sasarannya para ahli kitab,

    sehingga mereka pada umumnya

    kurang menguasai balaghah bahasa

    Arab.

    b. Membicarakan hukum-hukum Islam.

    c. Mengajak berjihad membela agama

    Islam.

    d. Membicarakan hubungan antar nega-

    ra dan mengatur kaidah hubungan

    kemasyarakatan.

    e. Membicarakan ikatan keluarga, men-

    cela orang-orang munafik dan me-

    nyingkap rahasia kaum musyrikin serta

    memerintahkan berdialog dengan para

    ahli kitab.

    Surat al-Fatihah termasuk golongan

    Makkiyyah, karena diturunkan sebelum

    Nabi hijrah ke Madinah. Surat ini terdiri

    dari tujuh ayat.

    Yang dimaksudkan dengan surat ialah

    sepotong al-Quran yang terdiri dari tiga

    ayat atau lebih. Surat-surat al-Quran

    diberi nama dengan nama-nama tertentu,

    secara tauqifi (ketentuan dari Allah dan

    Rasul-Nya) dan pada umumnya diambil

    lafal dari surat yang disebutkan pada awal

    surat, seperti al-Baqarah, an-Nisa dan

    sebagainya. Pada masa Rasulullah s.a.w.

    Nama-nama surat tidak dican-tumkan,

    karena beliau melarang para penulis

    wahyu dari penulisan apa pun kecuali al-

    Quran agar tidak bercampur dengan

    lafal-lafal selain al-Quran, termasuk lafal

    Amin sesudah surat al-Fatihah.

    Surat ini dinamakan al-Fatihah

    (pembuka), karena surat ini merupakan

    pembuka atau awal dari tertib surat-surat

    al-Quran. Surat ini juga dinamakan

    Ummul-Quran (induk al-Quran),

    karena surat ini menghimpun isi al-

    Quran secara garis besar.

    Sebagian ulama berpendapat bahwa

    surat al-Fatihah diturunkan dua kali,

    pertama, di Makkah, ketika shalat mulai

    diwajibkan, dan kedua di Madinah

    ketika terjadi perubahan kiblat. Semen-

    tara, sebagian ulama lainnya berpendapat

    bahwa surat al-Fatihah adalah surat yang

    pertama kali diturunkan secara lengkap

    dalam satu surat (Rasyid Ridla, al-Manar,

    t.t. I: 24).

    Sebagian ulama berpendapat bahwa

    surat al-Fatihah mencakup isi kandungan

    al-Quran secara garis besar, yaitu:

    a. Ajaran tauhid. Karena pada waktu al-

    Quran diturunkan, semua manusia

    mengikuti ajaran animisme yang me-

    merintahkan menyembah berhala, se-

    kalipun sebagian di antara mereka

    mengaku bertauhid.

    b. Janji dan kabar gembira dari Allah

    s.w.t. Bagi orang-orang yang beriman,

    mereka akan dianugerahi pahala yang

    sangat baik. Juga ancaman bagi

    orang-orang yang tidak beriman,

    bahwa mereka akan ditimpa adzab

    yang pedih, baik di dunia maupun di

    akhirat kelak.

    c. Perintah beribadah hanya kepada

    Allah semata sebagai realisasi ajaran

    tauhid.

  • 7BERKALA TUNTUNAN ISLAM

    d. Penjelasan tentang jalan kebahagiaan

    di dunia dan di akhirat.

    e. Kisah-kisah tentang manusia pada

    masa lalu, yaitu kisah-kisah tentang

    orang-orang yang taat kepada hukum

    Allah dan orang-orang yang menen-

    tang hukum Allah s.w.t.

    Inilah isi kandungan al-Quran yang

    garis besar.

    Tentang ajaran tauhid tercakup dalam

    , (Al-

    hamdulillahi rabbil alamin - segala

    puja dan puji hanya bagi Allah, Tuhan

    sekalian alam). Ayat ini berbicara bahwa

    puja dan puji hanya bagi Allah semata,

    karena Allah s.w.t. adalah sumber segala

    kenikmatan. Maka pada akhir ayat

    tersebut ditegaskan dengan firmanNya:

    (Tuhan sekalian alam).

    Tauhid adalah ajaran yang paling

    pokok dalam Islam, maka tidak cukup

    hanya dengan isyarat saja, melainkan

    harus disempurnakan dengan firmanNya:

    , (iyyaaka na-

    budu waiyyaaka nastaiin - hanya

    kepada-Mu aku menyembah dan hanya

    kepadaMu aku mohon pertolongan).

    Dengan pernyataan tersebut, tercabutlah

    akar-akar kemusyrikan dan animisme

    yang telah menyebar ke seluruh umat.

    Mereka menjadikan berhala sebagai

    penolong, dan mereka meyakini bahwa

    berhala yang mereka sembah mempunyai

    kekuatan ghaib yang kemudian mereka

    sembah dan minta pertolongan untuk

    memenuhi kebutuhan mereka di dunia.

    Mereka meyakini bahwa berhala yang

    mereka sembah hanya untuk mende-

    katkan diri kepada Allah. Ayat-ayat

    tentang tauhid dalam al-Qur an

    merupakan penjelasan secara rinci

    (iyyaaka nabudu waiyyaka nastaiin).

    Adapun janji Allah termuat dalam

    firmanNya:

    , (bismillaahir-

    rahmaanirrahiim - dengan menyebut

    nama Allah Yang Maha Pemurah lagi

    Maha Penyayang).

    Penyebutan kata ar-rahmah (kasih

    sayang), pada permulaan al-Quran

    merupakan suatu janji dari Allah bahwa

    Dia akan menganugerahkan kenikmatan

    kepada hambaNya yang taat kepada-

    Nya. Kata tersebut diulang dua kali untuk

    mengingatkan kita semua akan kewajiban

    mentauhidkan Allah dan menyembahNya

    sebagai ungkapan rasa syukur

    kepadaNya.

    (maa-

    liki yaumiddiin - Yang Menguasai hari

    pembalasan) mengandung makna janji

    dan ancaman. Sebab, makna ad-Din

    adalah ketundukan kepada Allah s.w.t.,

    yaitu bahwa pada hari kiamat kelak

    kekuasaan hanya dimiliki Allah s.w.t., dan

    seluruh alam tunduk kepadaNya.

    Semuanya mengharapkan rahmat dari

    Allah dan takut kepada adzab-Nya. Ad-

    Din dapat juga diartikan balasan dari

    Allah. Balasan kebaikan bagi orang-orang

    yang berbuat kebaikan dan balasan

    siksaan bagi orang-orang yang berbuat

    kejahatan. Itulah janji dan ancaman Allah

    kepada manusia.

  • 8 BERKALA TUNTUNAN ISLAM

    Adapun ibadah tercakup dalam

    hanya kepada-Mu aku menyembah dan

    hanya kepada-Mu aku mohon perto-

    longan). Beribadah kepada Allah harus

    melalui jalan yang telah ditentukan Allah

    s.w.t. Karena itulah pada ayat berikutnya

    (ihdinash-shi-rathal mustaqiim - Tun-

    jukilah kami jalan yang lurus). Mak-

    sudnya, jadikanlah kami tetap pada jalan

    yang lurus. Sebab, pada dasarnya orang-

    orang mukmin telah berada pada jalan

    yang lurus. Para ulama mengatakan bah-

    wa kebahagiaan itu terwujud karena

    istiqamah pada jalan yang lurus, yaitu

    Islam. Dan sebaliknya, kesusahan itu lahir

    karena keluar dari jalan yang lurus, yaitu

    kekafiran. Dan istiqamah itu merupakan

    ruh ibadah. Yang dimaksudkan dengan

    ruh ibadah ialah al-khauf war-raja

    (rasa takut dan harapan). Ruh ibadah

    itulah yang mendorong seseorang untuk

    berbuat amal shalih.

    Kisah-kisah dan berita tentang masa

    lalu diungkapkan dalam firmanNya:

    (shirathal-la-

    dziina anamta alaihim - jalan orang-

    orang yang telah Engkau anugerahkan

    nikmat kepada mereka). Firman Allah ini

    menjelaskan kisah orang-orang shalih

    yang hidup pada masa lalu yang telah

    dikaruniai kenikmatan lahir dan batin,

    seperti para Nabi dan para Wali Allah

    s.w.t. Mereka itulah yang wajib diteladani

    oleh siapa pun.

    Di samping mengisahkan orang-orang

    shalih, Allah juga mengisahkan orang-

    orang yang sesat dan dilaknat, seba-

    gaimana disebut dalam firman-Nya:

    (ghairil-

    maghdzuubi alaihim waladhdhaalliin

    - bukan jalan mereka yang dimurkai dan

    bukan jalan mereka yang sesat). Firman

    Allah tersebut menjelaskan bahwa orang-

    orang yang tidak diberi kenikmatan dibagi

    menjadi dua kelompok, yaitu: orang-

    orang yang sesat dari jalan Allah serta

    orang-orang yang menentang dan memu-

    suhi Allah SWT. Mereka itulah yang

    dimurkai Allah. Kisah-kisah tersebut

    diungkapkan agar dapat dijadikan pela-

    jaran bagi kita semua.

    Ringkasnya, bahwa surat al-Fatihah

    telah mencakup ushuluddin (pokok-

    pokok agama) secara garis besar, yang

    akan dijelaskan pada surat-surat dan ayat-

    ayat berikutnya. Karena itulah, surat al-

    Fatihah juga disebut Ulumul-Quran

    atau Ummul-Kitab (Induk Kitab).

    Kandungan Surat al-Fatihah

    Artinya:

    Dengan menyebut nama Allah Yang

    Maha Pemurah lagi Maha Penya-

    yang, (1) Segala puji hanya bagi Allah,

  • 9BERKALA TUNTUNAN ISLAM

    Tuhan semesta alam, (2) Maha Pemu-

    rah lagi Maha Penyayang, (3) Yang me-

    nguasai hari pembalasan, (4) Hanya

    kepada Engkaulah kami menyembah

    dan hanya kepada Engkaulah kami

    mohon pertolongan, (5) Tunjukilah ka-

    mi jalan yang lurus, (6) yaitu jalan

    orang yang Engkau anugerahkan

    nikmat kepada mereka; bukan jalan

    mereka yang dimurkai dan bukan pula

    jalan mereka yang sesat (7).

    Tafsir MufradatAlhamdu: Pujian dengan lisan atas

    perbuatan yang baik. Arti inilah yang

    terkenal di kalangan para ahli bahasa dan

    para ulama (Rasyid Ridha, al-Manar, I:

    49). Kata tersebut berasal dari kosa kata:

    hamida-yahmadu. Dalam al-Quran,

    kata tersebut turunnya diulang sebanyak

    68 kali dengan berbagai kata.

    Al-alamin bentuk jamak dar: al-

    alam, artinya: semua makhluk Allah.

    Dalam al-Quran, kata tersebut diulang

    sebanyak 73 kali.

    Ad-Din berasal dari kosa kata: daana-

    yadiinu-diinan. Kata ad-Din dalam al-

    Quran mempunyai arti yang berbeda-beda

    sesuai dengan konteksnya, antara lain:

    a. Tauhid, seperti disebutkan dalam

    firmanNya:

    (Sesungguhnya agama tauhid yang

    sah disisi Allah adalah al-Islam (Ali

    Imran [3]: 19).

    b. Hukum, seperti disebutkan dalam

    firman-Nya:

    Dan janganlah belas kasihan

    kepada keduanya menghalang-

    halangi kamu untuk menjalankan

    hukum Allah (an-Nur [24]: 2).

    c. Agama, seperti disebutkan dalam

    firman-Nya:

    Dialah yang telah mengutus Rasul-

    Nya dengan membawa petun-juk

    al-Quran dan agama yang benar

    (at-Taubah [9]: 33).

    .

    Yang menguasai hari pembalasan

    (al-Fatihah [1]: 4).

    Tafsir AyatSebagaimana telah disinggung sebe-

    lumnya bahwa yang dimaksudkan de-

    ngan surat ialah sepotong al-Quran yang

    terdiri dari tiga ayat atau lebih yang nama-

    nya diketahui melalui riwayat.

    Surat al-Fatihah mempunyai beberapa

    nama, antara lain:

    a. Ummul-Kitab atau Ummul-Quran

    (Induk al-Quran). Sebab, surat al-

    Fatihah mengandung pokok-pokok

    tujuan al-Quran, seperti memuji dan

    berbakti kepada Allah s.w.t., dengan

    mentaati segala perintah dan larangan-

    Nya dan penjelasan tentang janji dan

    ancaman-Nya.

    b. As-Sabul Matsani (tujuh ayat yang

    diulang-ulang), karena surat ini dibaca

    berulang-ulang dalam shalat.

    c. Al-Asas (dasar, asas). Karena surat

    ini diletakkan pada permulaan dalam

    tertib surat-surat al-Quran atau ka-

    rena surat ini adalah yang pertama kali

    diturunkan dengan lengkap (al-Mara-

    ghi, 1969, I: 23).

  • 10 BERKALA TUNTUNAN ISLAM

    Pendapat tersebut berdasarkan suatu

    hadits yang diriwayatkan oleh al-Baihaqy,

    dari Amr bin Syurahbil: bahwa Rasu-

    lullah s.a.w. berkata kepada isterinya,

    Khadijah: Ketika Aku berkhalwat

    (mengasingkan diri), Aku mendengar

    panggilan, demi Allah Aku sangat

    khawatir akan terjadi peristiwa

    besar. Lalu Khadijah berkata: Mo-

    honlah perlindungan kepada Allah,

    tidak mungkin Allah memperdayakan

    suka bersilaturrahim dan terpercaya.

    Kemudian Rasulullah s.a.w. menyam-

    paikan peristiwa itu kepada Waraqah,

    lalu Waraqah memberikan saran agar

    Rasulullah bersikap tenang dan mem-

    perhatikan panggilan itu. Selanjutnya,

    ketika Beliau berkhalwat pada hari

    berikutnya, datanglah malaikat Jibril

    memanggil-manggil Rasul: Hai

    Muhammad, ucapkanlah Bismillahir-

    Rahmanir-Rahim, al-Hamdu Lillahi

    Rabbil-Alamin, hingga Waladl-

    dlaallin (Rasyid Ridha, I: 35).

    Surat al-Fatihah mengandung isi

    pokok al-Quran secara garis besar,

    kemudian dirinci dalam surat-surat

    berikutnya. Menurut para mufassir, isi

    pokok al-Quran adalah tauhid, janji

    Allah untuk memberikan balasan yang

    sebaik-baiknya bagi orang yang melak-

    dengan adzab yang sangat pedih bagi

    orang yang meninggalkan dan menentang

    al-Quran, ibadah untuk memantapkan

    tauhid dalam jiwa setiap mukmin,

    penjelasan-penjelasan untuk mencapai

    kebahagiaan di dunia dan akhirat, kisah-

    kisah tentang orang-orang yang hidup di

    masa lalu yang memperoleh hidayah dan

    melaksanakan aturan-aturan yang telah

    ditetapkan Allah s.w.t. untuk mencapai

    kebahagiaan di dunia dan akhirat dan

    orang-orang yang sesat dan mening-

    galkan syariat Islam. Isi pokok ini telah

    tercakup dalam surat al-Fatihah secara

    garis besar.

    Tauhid termuat dalam firmanNya:

    (alhamdu lil-

    laahi rabbil-aalamiin - segala pujian

    hanya bagi Allah Tuhan semesta alam).

    Sebab, pujian itu dilahirkan karena

    adanya suatu kenikmatan, dan Allah

    adalah sumber segala macam kenik-

    matan. Kenikmatan yang paling besar

    adalah kenikmatan keberadaan dan

    keterpeliharaan, sebagaimana diisya-

    (rabbil alamin - Tuhan semesta alam).

    Dengan demikian tercabutlah akar-akar

    kemusyrikan dan keberhalaan yang telah

    menjadi budaya pada hampir semua

    orang.

    Janji dan ancaman tercakup dalam

    (maaliki

    yaumiddiin - yang menguasai hari

    pembalasan), baik balasan kebaikan

    maupun balasan adzab.

    Ibadah tercakup dalam firman-Nya:

    (iyyaaka nabu-

    du wa-iyyaaka nastaiin - hanya

    kepada-Mu aku menyembah dan hanya

    kepada-Mu aku mohon pertolongan).

    Jalan kebahagiaan tercakup dalam

    firmanNya: Ihdinash-Shiraathal

  • 11BERKALA TUNTUNAN ISLAM

    Mustaqiim (Tunjukilah kami jalan yang

    lurus). Sebab kebahagiaan itu hanya

    dapat diperoleh di jalan yang lurus

    (Islam), barang siapa menyimpang dari

    jalan yang lurus, maka ia akan sesat.

    (Rasyid Ridha, I: 38)

    Adapun kisah-kisah tercakup dalam

    firmanNya:

    Shiraathal-ladziina anamta alaihim

    ghairil-maghdzuubi alaihim waladh-

    dhaalliin (jalan orang-orang yang telah

    Engkau anugerahkan nikmat kepada

    mereka, bukan jalan mereka yang

    Engkau murkai dan bukan jalan mereka

    yang sesat).

    Ayat tersebut menjelaskan bahwa

    pada masa lampau terdapat orang-orang

    yang taat kepada Allah, dan kita wajib

    mengikuti jejak mereka. Selain itu juga

    terdapat orang-orang yang sesat dan kita

    dilarang mengikuti jejak mereka.

    Surat al-Fatihah adalah salah satu dari

    surat-surat Makkiyyah yang diturunkan

    sebelum hijrah Nabi ke Madinah dan

    terdiri dari tujuh ayat. Surat al-Fatihah

    ini dimulai dengan firmanNya:

    (bismillaahir

    Rahmaanir-Rahiim - dengan menyebut

    nama Allah Yang Maha Pemurah lagi

    Maha Penyayang).

    Para ulama berbeda pendapat

    mengenai status basmalah, apakah

    termasuk salah satu ayat dari surat al-

    Fatihah atau berdiri sendiri.

    Sebagian sahabat, seperti: Abi

    Hurairah, Ali bin Abi Thalib, Ibni Abbas,

    Ibni Umar dan sebagian tabiin, seperti:

    Said ibni Jubair, Atha, az-Zuhry, Ibni

    Mubarak dan sebagian qari dan ahli

    fiqh dari Kufah, seperti Asim dan al-

    Kisaiy, berpendapat bahwa basmalah

    adalah sebagian ayat dari setiap surat al-

    Quran. Pendapat tersebut berdasarkan

    dalil-dalil sebagai berikut:

    1. Ijma para sahabat dan para ulama

    yang menetapkan basmalah pada

    setiap permulaan surat dalam mushaf,

    kecuali surat al-Baraah (at-Taubah)

    2. Hadits-hadits tentang basmalah;

    antara lain hadis yang diriwayatkan

    oleh Anas bin Malik, bahwa Ra-

    sulullah s.a.w. bersabda: Tadi te-

    lah diturunkan sebuah surat al-

    Quran kepadaku, lalu Beliau

    berkata: Bismillahir-Rahmanir-

    Rahim (HR Muslim, I: 187).

    Pendapat tersebut dikuatkan oleh

    hadits yang diriwayatkan oleh Abu

    Hurairah, bahwa Nabi s.a.w. ber-

    sabda: (Apabila kamu membaca al-

    hamdu lillah (al-Fatihah), maka

    bacalah Bismillahir-Rahmanir-

    Rahim, sebab al-Fatihah adalah

    Ummul Quran (induk al-Quran

    dan tujuh ayat yang dibaca ber-

    ulang-ulang, sedangkan Bismil-

    lahir-Rahmani-Rahim adalah

    salah satu ayat dari ayat-ayat al-

    Fatihah (Ad-Daruqutny).

    Sedangkan Imam Malik berpendapat

    bahwa basmalah merupakan suatu ayat

    yang berdiri sendiri, diturunkan untuk

    menjelaskan permulaan surat dan untuk

    memisahkan antara satu surat dengan

    surat lainnya. Pendapat tersebut didukung

  • 12 BERKALA TUNTUNAN ISLAM

    ulama Madinah dan ulama Syam (Syiria)

    (al-Maraghi, 1969, I: 27).

    Lafal ism yang berarti nama, adalah

    suatu lafal yang menunjukkan benda

    konkrit, seperti Zaid, lembu dan sebagai-

    nya dan benda abstrak, seperti: akhlak,

    kebenaran dan sebagainya.

    Lafal ism yang dihubungkan dengan

    lafal jalalah, seperti Allah dan Rabb

    dalam al-Quran, dapat ditemukan dalam

    al-Quran sebanyak 23 ayat, dan me-

    ngandung makna kesucian. Oleh karena

    itulah Allah memerintahkan kepada kita

    agar menyebutkan dan mensucikan nama

    Allah sebagaimana disebutkan dalam

    firmanNya:

    Dan sebutkanlah nama Tuhanmu dan

    beribadahlah kepadaNya dengan

    sepenuh hati (al-Muzammil [73]: 8).

    Pada ayat lainnya Allah berfirman sebagai

    berikut:

    Dan sebutlah nama Tuhanmu, pagi

    dan siang (al-Ihsan [76]: 25).

    Menyebut nama Allah tidaklah cukup

    hanya dengan ucapan, melainkan harus

    menghadirkan hati, sehingga dapat benar-

    benar mengingat keagungan, kebesaran

    dan kesucian-Nya.

    Allah membuka al-Quran dengan

    basmalah mempunyai tujuan agar kita

    membiasakan membaca basmalah pada

    setiap memulai suatu pekerjaan.

    Dalam suatu hadits, Nabi s.a.w.

    menegaskan sebagai berikut: suatu

    perkataan atau perkara yang penting,

    jika tidak dimulai dengan menyebut

    nama Allah Yang Maha Perkasa dan

    Maha Mulia, maka pekerjaan itu sia-

    sia (Musnad Ahmad, II, 359, dari Abi

    Hurairah).

    Apabila seseorang memulai peker-

    jaannya dengan membaca basmalah,

    maka ia telah memenuhi perintah Allah

    dan telah berniat hanya mencari

    keridhaan-Nya, dan meyakini bahwa

    kemampuan yang dimilikinya adalah

    karunia Allah s.w.t.[ bersambung]

    *) Narasumber utama artikel ini:

    Prof. Drs. H. Saad Abdul Wahid

  • 13BERKALA TUNTUNAN ISLAM

    ISLAM SATU-SATUNYA AGAMA

    YANG BENAR

    Tuntunan Aqidah

    A. PendahuluanKeyakinan bahwa Islam satu-satunya

    Agama yang Benar adalah termasuk per-

    kara yang bersifat qathi, tsawabit dan

    badihiy/pasti, tetap dan jelas (minal

    umuridl-dlaruriyah fid din) yakni

    termasuk di antara perkara-perkara agama

    yang bersifat dhlaruriyah (suatu

    keharusan) karena telah disepakati dan

    didukung oleh seluruh ulama sepanjang

    masa, lebih-lebih oleh salafus salih ber-

    dasarkan nash-nash yang jelas dan tegas.

    Namun demikian, sekarang perkara

    tersebut sering mendapat rongrongan dari

    kalangan-kalangan tertentu dengan

    mengatasnamakan toleransi agama.

    Mereka menyebarkan paham pluralisme

    agama dan mengecam setiap orang yang

    meyakini dan menyatakan kebenaran

    agamanya dan kesesatan agama lain.

    Kelompok ini menyebarkan pahamnya

    dengan berbagai cara, baik melalui TV,

    majalah, koran, buku-buku dan film-film.

    Mereka tidak segan-segan mengutip

    ayat-ayat al-Quran yang ditafsirkan

    menurut selera mereka, Padahal hal itu

    jauh dari manhaj yang benar.

    Dengan latar belakang itulah tulisan ini

    disajikan untuk menegaskan ulang bahwa

    Islam adalah satu-satunya agama yang

    benar. Hal ini sebagaimana pernah

    ditegaskan dalam salah satu keputusan

    Munas Tarjih di Jakarta yang berbunyi:

    sehubungan dengan munculnya

    pemahaman bahwa orang Islam yang

    mengklaim agama Islam sebagai

    agama yang paling benar adalah

    salah. Berdasarkan al-Quran perlu

    ditegaskan kembali kepada warga

    Muham-madiyah bahwa Islam adalah

    satu-satunya agama yang benar dan

    diridhai Allah (Keputusan Munas

    Majelis Tarjih di Jakarta tahun 2000).

    Dalam Muqaddimah Anggaran Dasar

    Muhammadiyah juga disebutkan:

    mematuhi ajaran-ajaran Agama

    Islam dengan keyakinan bahwa

    ajaran Islam itu satu-satunya lan-

    dasan kepribadian dan ketertiban

    bersama untuk kebahagiaan dunia

    dan akhirat.

    B. Pengertian Islam

    Pengertian Umum

    Dalam Matan Keyakinan dan Cita-

    Cita Hidup Muhammadiyah disebutkan

    bahwa Islam adalah agama Allah yang

    diwahyukan kepada para Rasul-Nya

    sejak Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa,

    Isa dan seterusnya sampai kepada Nabi

  • 14 BERKALA TUNTUNAN ISLAM

    penutup Muhammad s.a.w., sebagai

    hidayah dan rahmat Allah kepada ummat

    manusia sepanjang masa dan menjamin

    kesejah-teraan materiil dan ukhrawi.

    Dalil-Dalil:

    a. Q.s. an-Nisa, 4: 163

    Terjemah:

    Sesungguhnya Kami telah membe-

    rikan wahyu kepadamu sebagaimana

    Kami telah memberikan wahyu ke-

    pada Nuh dan nabi-nabi yang kemu-

    diannya, dan kami telah memberikan

    wahyu (pula) kepada Ibrahim, Ismail,

    Ishak, Yaqub dan anak cucunya, Isa,

    Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman,

    dan Kami berikan Zabur kepada

    Daud.

    b. Q.s. asy-Syuura, 42: 13

    Terjemah:

    Dia telah mensyariatkan bagi kamu

    tentang agama apa yang telah diwa-

    siatkan-Nya kepada Nuh dan apa

    yang telah kami wahyukan kepadamu

    dan apa yang telah kami wasiatkan

    kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu:

    Tegakkanlah agama dan janganlah

    kamu berpecah belah tentangnya.

    amat berat bagi orang-orang musyrik

    agama yang kamu seru mereka kepa-

    danya. Allah menarik kepada agama

    itu orang yang dikehendaki-Nya dan

    memberi petunjuk kepada (agama)-

    Nya orang yang kembali (kepada-

    Nya).

    Pengertian Khusus

    Agama yakni agama Islam yang

    dibawa oleh Nabi Muhammad s.a.w.

    ialah apa yang diturunkan Allah di dalam

    al-Quran dan yang tersebut dalam

    Sunnah yang sahih, berupa perintah-

    perintah dan larangan-larangan serta

    petunjuk untuk kebaikan manusia di dunia

    dan akhirat (Himpunan Putusan Tarjih).

    Dalil-Dalil:

    a. Q.s. at-Taubah, 9: 33

    Terjemah:

    Dialah yang telah mengutus Rasul-

    Nya (dengan membawa) petunjuk (al-

    Quran) dan agama yang benar untuk

    dimenangkanNya atas segala agama,

    walaupun orang-orang musyrikin

    tidak menyukai.

  • 15BERKALA TUNTUNAN ISLAM

    b. Q.s. al-Anbiya, 21 :107

    Terjemah:

    Dan tiadalah Kami mengutus kamu,

    melainkan untuk (menjadi) rahmat

    bagi semesta alam.

    c. Hadits shahih Bukhari, surat Nabi

    Muhammad s.a.w. kepada Hiraklius:

    Terjemah:

    Dengan nama Allah yang Maha

    Pengasih lagi Maha Penyayang, Dari

    Muhammad, hamba Allah dan Rasul-

    Nya kepada Hiraklius, kaisar Romawi.

    Kesejahteraan kiranya un-tuk orang-

    orang yang mengikuti petunjuk.

    Kemudian sesungguhnya saya

    mengajak anda memenuhi pang-gilan

    Islam. Masuklah Islam! Pasti anda

    selamat, dan Allah memberi pahala

    kepada anda dua kali lipat. Tetapi jika

    anda enggan, niscaya anda akan

    memikul dosa seluruh rakyat. Hai

    ahli kitab! Marilah kita bersatu dalam

    satu kalimat yang sama antara kita,

    yaitu supaya kita tidak memperse-

    kutukan-Nya dengan suatu apapun,

    dan janganlah sebagian kita menja-

    dikan sebagian yang lain menjadi

    Tuhan selain Allah. Apabila engkau

    enggan menuruti ajakan ini, maka

    saksikanlah bahwa kami adalah

    orang-orang muslim.

    Kesimpulan Pengertian:

    a. Antara Islam sebagai agama samawi

    terakhir dan agama wahyu sebelum-

    nya jelas mempunyai hubungan yang

    erat, karena keberadaannya merupa-

    kan mata rantai terakhir agama Allah

    b. Kebenaran-kebenaran fundamental

    dan nilai-nilai hidup yang bersifat uni-

    versal yang pernah diajarkan oleh para

    Nabi dan Rasul terdahulu dikukuhkan

    dan dilestarikan. Sementara, bebe-

    rapa aturan yang merupakan realisasi

    dan nilai-nilai universal disesuaikan

    dengan perkembangan hidup.

    C. Kebenaran Dinul Islam

    Dalam al-Quran, Allah telah mene-

    gaskan sendiri tentang kebenaran Islam

    sebagai agama bagi seluruh umat manusia.

    Diantara penegasan tersebut terdapat

    dalam beberapa surat berikut:

    Surat Ali Imran, 3: 83

    Terjemah:

    Apakah selain agama Allah yang

    mereka cari, padahal hanya kepada-

    Nya tunduk siapapun yang ada di

    langit-langit dan di bumi, baik karena

    taat maupun terpaksa. Dan hanya

    kepada-Nya mereka dikembalikan.

  • 16 BERKALA TUNTUNAN ISLAM

    Ayat di atas menjelaskan bahwa

    agama yang benar adalah agama yang

    datang dari Allah s.w.t.

    Dalam firman-Nya yang lain, pada

    surat Ali Imran, 3: 19, Dia menegaskan:

    Terjemah:

    Sungguh agama yang diridlai di sisi

    Allah adalah agama Islam.

    Kemudian, dalam surat Ali Imran:15,

    Allah s.w.t. berfirman:

    Terjemah:

    Barangsiapa yang mencari agama lain

    selain Islam maka ia tidak akan diteri-

    ma dan kelak di akhirat tergolong

    orang-orang yang merugi.

    Dalam surat al-Maidah (5) ayat 3,

    Allah juga menegaskan:

    Terjemah:

    Hari ini Aku telah sempurnakan bagi-

    mu agamamu dan Aku telah cukupkan

    bagimu nikmat-Ku dan aku telah

    meridlai Islam sebagai agama

    untukmu.

    Dalam al-Quran terdapat beberapa

    nama untuk menyebut agama yang benar

    (agama Islam), yaitu al-Islam seperti

    tersebut nama itu dalam surat Ali Imran:

    85 dan surat al-Maidah: 3. Nama lain

    dari agama Islam adalah ad-Dinul

    Qayyim seperti tersebut dalam surat at-

    Taubah: 36. Dan dalam surat al-

    Bayyinah: 5 disebut dengan istilah Dinul

    Qayyimah. Sebutan lain adalah

    Dinullah, seperti nampak dalam surat Ali

    Imran: 83 dan surat an-Nashr: 2; Dinul

    Haq seperti tersebut dalam surat at-

    Taubah: 29 dan 33.

    Penegasan Allah s.w.t. dalam al-

    Quran yang mengatakan bahwa Islam

    yang dibawa oleh Nabi Muhammad

    s.a.w. sebagai satu-satunya agama yang

    benar ajarannya dapat dikuatkan dengan

    alasan dan bukti sebagai berikut:

    a. Islam sebagai agama yang jelas asal

    usulnya, yaitu sebagai agama wahyu

    yang terakhir.

    b. Islam dibawa oleh seorang Nabi

    terakhir, yaitu Nabi Muhammad s.a.w.

    c. Ajaran Islam diterangkan dalam Al-

    Quran sebagai kitab suci terakhir

    bagi seluruh umat manusia.

    d. Ajaran Islam tidak ada yang berten-

    tangan dengan fitrah manusia, tetapi

    mengatur seluruh aspek kehidupan

    manusia.

    Hal ini sesuai dengan ayat al-Quran

    dalam surat al-Maidah ayat 3 seba-

    gaimana telah disebutkan di atas; dan

    surat Rum ayat 30.

    Terjemah:

    Maka hadapkanlah wajahmu

    kepada agama (Islam), fitrah Allah,

    dimana Dia menciptakan manusia

  • 17BERKALA TUNTUNAN ISLAM

    diatas fitrah tersebut. Tidak ada

    perubahan pada ciptaan Allah.

    Itulah agama yang yang lurus,

    tetapi kebanyakan manusia tidak

    mengetahui.

    e. Ajaran Islam tertumpu pada ajaran

    mengesakan Tuhan dan bertujuan

    menjadikan manusia sebagai sumber

    kabaikan.

    f. Ajaran Islam dapat diamalkan dengan

    mudah dan praktis oleh orang yang

    beriman (tidak memerlukan upacara

    yang rumit), dan semua ajarannya

    baik dan lurus sesuai dengan fitrah

    manusia yang tidak mau dipersulit dan

    yang kecenderungannya kepada yang

    baik dan lurus.

    Hal ini ditegaskan al-Quran dalam

    surat al-Maidah ayat 50.

    Terjemah:

    Apakah hukum jahiliyah yang

    mereka cari dan hukum siapakah

    yang lebih baik daripada hukum

    Allah bagi kaum yang yakin.

    Al-Quran surat al-Baqarah ayat 185

    menyebutkan bahwa al-Quran

    diturunkan sebagai petunjuk dan

    pembeda.

    Terjemah:

    Bulan Ramadhan, bulan yang di

    dalamnya diturunkan (permulaan)

    al-Quran sebagai petunjuk bagi

    manusia dan penjelasan-penje-

    lasan mengenai petunjuk itu dan

    pembeda (antara yang hak dan

    yang bathil).

    Q.s. al-Baqarah ayat 286:

    Terjemah:

    Allah tidak membebani seseorang

    melainkan sesuai dengan kesang-

    gupannya. Ia mendapat pahala

    (dari kebajikan) yang diusaha-

    kannya dan ia mendapat siksa (dari

    kejahatan) yang dikerjakannya.

    (Bersambung)

    *) Narasumber utama artikel ini:

    Zaini Munir Fadholi

  • 18 BERKALA TUNTUNAN ISLAM

    Tuntunan Akhlak

    AKHLAK DAN KONSEPTUALISASINYA

    DALAM STRUKTUR AJARAN ISLAM

    1 Dipandang dari religious studies (studi keberagamaan) pada umumnya, masalah

    penghayatan keberagamaan dan ekspresi fungsional dari penghayatan keberagamaan itu

    merupakan bagian niscaya dari seluruh (yang menyebut dirinya) agama. Oleh karena itu

    bukan hanya milik Islam. Berdasarkan kenyataan demikian, bukti nyata akhlak Islam yang

    ditampilkan umat Islam harus menunjukkan keunggulan. Barangkali tidak pada tempatnya

    kalau Islam hanya menang (unggul) dalam ranah teoritik, tetapi justru kurang terbukti

    keunggulannya dalam ranah praktis.

    Pendahuluan

    Istilah akhlak (asli Arabnya

    akhlq) tidak dapat dilepaskan dari

    kata Arab, khalaqa (menciptakan),

    makhlqun (yang diciptakan) dan

    khliqun (yang menciptakan). Dalam

    konteks kebahasaan al-Quran, kata

    khalaqa menunjuk pengertian: men-

    ciptakan dari tiada ke ada (creatio ex

    nihilo). Karena itu, khliqun menun-

    juk kepada Zat Yang Maha Kuat, dan

    sebaliknya, makhlqun menunjuk

    kepada segala sesuatu yang serba lemah

    (dlaf).

    Demikian itulah muatan istilah

    akhlak; yang pada hakikatnya di

    selingkar pandangan, sifat, sikap, dan

    tingkah laku yang seharusnya disadari

    dan dihayati manusia dalam kehidupan

    nyata sehari-hari sesuai dengan kondisi

    kelemahan makhluk (kedlafannya).

    Oleh karena itu, kalau ada orang yang

    tidak bersedia menyadari dan menghayati

    muatan akhlak sama artinya orang yang

    bersangkutan mengingkari kondisi ke-

    makhlq-annya yang sebenarnya serba

    lemah itu. Oleh karena itu pula ber-

    akhlq (dalam ejaan Indonesianya

    berakhlak) bagi manusia selaku

    makhlq merupakan sebuah kenis-

    cayaan, mau tak mau, rela atau terpaksa.

    Dapat dikatakan bahwa istilah

    akhlak adalah unik dan sukar dicari

    tandingannya. Sayangnya, istilah ini masih

    kurang dipopulerkan umat Islam sendiri.

    Dalam konteks struktur ajaran Islam,

    dalam arti setelah ajaran Islam di-sis-

    tematisasikan, akhlak dijadikan salah

    satu disiplin ilmu tersendiri. Sementara itu

    ada yang memasukkannya dalam sub-

    disiplin ilmu yang lain. Namun yang pasti,

    dunia akhlak adalah dunia penghayatan

    keberagamaan dan sekaligus dunia

    ekspresi fungsional dari penghayatan

    keberagamaan tersebut1. Yang ideal,

    akhlak sebagai disiplin ilmu dan sebagai

    wujud konkrit pengalaman keberaga-

    maan perlu diusahakan berjalan saling

    mendukung dan memperkokoh.

  • 19BERKALA TUNTUNAN ISLAM

    2 Untuk ini diungkapkan bahwa Allah s.w.t. adalah Nama (ism), Ada (wujud), Esa, Zat yang

    Serba Sempurna. Di sini yang dipentingkan adalah pendalaman pemahaman tentang

    keistimewaan Allah s.w.t.3 Dalam ayat ini peristilahan abdun (hamba) diwujudkan dalam bentuk fiil mudlari (kata

    kerja yang menunjukkan sedang berlangsung atau akan berlangsung). Karena berbentuk

    kata kerja, kalau boleh ditafsirkan kemaknaannya, maka status hamba itu haruslah

    fungsional. Artinya, pengakuan tentang sifat kehambaan itu tidak berhenti sekedar

    pengakuan, melainkan harus sanggup menanggung resiko (konsekuensi) dari sifat

    kehambaan itu di hadapan Allah s.w.t., (2) benar-benar menghayati sifat kehambaan itu di

    hadapan Allah s.w.t.: dan (3) siap taat terhadap apa yang ditugaskan oleh Allah s.w.t. yaitu

    melakukan ibadah.4 Hal ini dapat dianalogikan dengan buku petunjuk yang dikeluarkan oleh pabrik tertentu

    mengenai produknya. Manakala pembeli dan pemakai produk pabrik tersebut mengikuti

    Allah s.w.t. Kekhalifahan Manusia

    dan Posisi al-Quran dalam Konteks

    Kekhalifahan

    Secara global, Allah s.w.t. dapat

    dipahami manusia dari pendekatan

    uluhiyah dan rububiyah. Pendekatan

    uluhiyah lebih terfokus pada realitas Allah

    s.w.t. yang bersifat statik,2 Sedangkan

    dalam pendekatan rububiyah yang lebih

    dititikberatkan adalah pemahaman

    terhadap Allah s.w.t.yang bersifat dinamik.

    Dalam konteks pembahasan tentang

    akhlak, pendekatan rububiyah ini

    diwujudkan dalam bentuk: (1) mengha-

    dirkan Allah s.w.t. dalam seluruh pontensi

    kehidupan rohani maupun jasmani; dan (2)

    menjabarkan secara fungsional sifat

    Allah s.w.t. dalam kehidupan nyata

    (baca: membumikan sifat Allah s.w.t.

    dalam kehidupan).

    Sementara itu, status (kedudukan)

    manusia ketika hidup di dunia adalah

    sebagai abdun (hamba), dalam arti:

    mengakui secara sadar sifat keham-

    baanya di hadapan Allah s.w.t. (Q.s.

    adz-Dzariayat, 51: 56).3 Sedangkan role

    (peranan) manusia dalam hidup di dunia

    ini adalah sebagai khalifah fi al-ardl

    (wakil Allah di bumi) (Q.s.al-Baqarah, 2:

    30), dalam arti: siapa berusaha untuk

    memakmurkan kehidupan di planet

    bumi. (Q.s. Huud, 11: 61).

    Status manusia yang tergambar di atas

    menunjukkan perlunya sikap rendah hati

    (tawadlu) di hadapan Allah s.w.t. dan

    keniscayaan berkonsultasi kepada

    Allah s.w.t. Oleh karena itu kehadiran

    Allah s.w.t. dalam setiap detik kehi-

    dupan harus diusahakan. Selanjutnya,

    role (peranan) manusia di atas menun-

    jukkan perlunya ketetapan pemberlakuan

    kewenangan sebagai wakil Allah s.w.t.

    Karena Allah s.w.t. itu ghaib, maka

    kalam-Nya (ucapan-Nya) agar dapat

    didengar lewat indera telinga dan dapat

    dilihat indera mata manusia yang dlaf

    ini, maka kalam-Nya telah terwujud men-

    jadi kitab suci al-Quran dan menjadi

    acuan ketika manusia melaksanakan

    peranan kekhalifahannya.4

    Manusia yang melaksanakan status

    dan role (peranan) berdasar al-Quran

    adalah yang pantas disebut manusia ber-

    akhlq. Al-Quran berisi formula

    akhlq (sifat-sifat yang sesuai dengan

    keterciptaan) manusia secara universal.

  • 20 BERKALA TUNTUNAN ISLAM

    Fenomena Nilai dalam Kesadaran

    Berakhlak Secara Fungsional

    Nilai yang dikenal populer oleh

    manusia paling tidak ada 3 (tiga), yaitu:

    (1). benar versus salah (dalam bidang

    falsafah dibahas dalam epistemologi); (2)

    baik versus buruk (dalam bidang falsafah

    dibahas dalam etika); dan (3) indah

    versus jelek (dalam bidang falsafah

    dibahas dalam estetika). Nuansa al-

    Quran meliputi tiga nilai tersebut.

    Hubungan ketiga titik nilai di atas

    yang ideal bagaikan hubungan tiga titik

    dalam sebuah segi tiga sama sisi. Dalam

    praktiknya memang ada perbedaan

    konfiguratif dari ketiga titik nilai tersebut.

    Barangkali yang tidak positif adalah

    manakala terjadi proses-proses

    atomisasi ketiga nilai tersebut.5

    Dari konteks nilai-nilai ini, ideal atau

    tidaknya akhlak seseorang adalah

    berbanding lurus dengan ideal-kurangnya

    bentuk konfigurasi titik nilai di atas.6

    Potensi Alamiah yang dapat Digu-

    nakan agar Mampu Menghayati dan

    Mengekspresikan Hidup Berakhlak

    Secara Fungsional

    Potensi pertama, dapat membe-

    dakan mana yang pantas dan yang tidak

    pantas. Potensi ini perlu diubah menjadi

    energi yang berujung kesang-gupan dan

    kesediaan untuk mengeks-presikan

    dalam kehidupan nyata sehari-hari.

    Potensi pertama ini cenderung tetap

    hanya menjadi potensi, sebab begitu kuat

    limbah (faktor) eksternal yang secara

    intensif melumuri pontensi tersebut.7

    Rasa kepantasan memang sangat

    fenomenal. Rasa itu jelas ada dan

    penolakan atas dasar apapun juga akan

    gugur dengan sendirinya, kalau benar-

    benar jujur lahir dan batin. Pada

    hakikatnya, rasa kepantasan itu

    merupakan hasil-langsung dari

    fungsionalnya nilai benar-baik-indah

    yang bekerja pada diri seseorang dalam

    konfigurasi nilai dalam bentuk segi tiga

    secara tepat dan disiplin sesuai dengan buku petunjuk tersebut, maka akan dijamin

    produsennya bahwa produk pabrik tersebut akan menjadi relatif lebih memuaskan

    pemakaiannya dan lebih awet.5 Gejala ini misalnya dalam dunia disiplin ilmu orang membedakan benar-salah adalah milik

    sains; baik-buruk adalah milik agama; dan indah-jelek milik dunia seni. Mestinya, sains,

    agama, dan seni harus terikat satu sama lain dalam bentuk segitiga sama sisi. Sekularisme,

    nihilisme, relativisme, dsb. dapat dipahami lewat konfigurasi titik nilai yang atomistik itu.6 Kalau digambarkan secara diagramatik akan terlihat sebagai berikut:

    Keterangan: nBS: nilai Benar-Salah nBB: nilai Baik-Buruk nIJ: nilai Indah-Jelek

    nBSYang ideal

    nBB nIJ

    Misal yang kurang idealnBS

    nBB

    nIJ

    7 Misal terbaru (2003) adalah kasus tari ngebor si penyanyi Inul Daratista. Kalau mau benar-

    benar jujur, goyang pantat (bokong) Inul, dari sudut kepantasan, jelas: tidak pantas. Sebab,

  • 21BERKALA TUNTUNAN ISLAM

    paling tidak, goyang pantat semacam itu hanya pantas dilakukan seorang perempuan di

    depan suaminya dan di tempat yang relevan pula. Namun, ada limbah (faktor) eksternal yang

    dengan dalih demi estetika, demi cari makan, HAM (Hak Asasi Manusia), demi

    perjuangan gender dan dalih-dalih yang lain, maka rasa kepantasan sebagai standar

    pengukuran kesopanan menjadi tidak jalan, kalah dengan arus pengukuran kesopanan menjadi

    tidak jalan, kalah dengan arus besar opini pasar yang berupa limbah (faktor) eksternal di atas.

    Di sini potensi esensial berupa kepantasan yang bersifat universal kalah pamor dan kalah

    kuat dengan limbah (faktor) eksternal-instrumental yang hanya bersifat partikular.8 Dewasa ini telah banyak diterbitkan buku-buku tentang psikologi bekerja yang membahas

    tentang cara-cara mengatasi kecenderungan menunda waktu/pekerjaan dan rasa malas ini.

    Para wirausaha yang sukses, secara material maupun pengaruh, biasanya adalah mereka

    yang dapat menghindarkan diri dari kesukaan menunda waktu/pekerjaan dan rasa malas ini.

    sama sisi. Sebab, bagaimanapun juga

    rasa kepantasan adalah sesuatu yang

    dianggap ideal (luhur).

    Potensi kedua, manusia dapat dilatih

    untuk menjadi kebiasaan. Ketika

    manusia lahir, ada beberapa kenyataan

    yang melingkupinya, yaitu: (1) belum atau

    tidak tahu (Q.s. an-Nahl, 16: 78); belum

    atau tidak kuat (fisik dan termasuk psikis-

    nya) (Q.s. ar-Rum, 30: 54). Kenyataan

    menunjukkan, setelah dilatih ternyata

    manusia menjadi mampu, tahu (bahkan

    sangat kaya pengetahuan) dan menjadi

    kuat, baik fisik maupun psikisnya.

    Pontensi sanggup dilatih ini sering

    tidak mulus menjadi energi, apalagi

    berupa kesanggupan mengekspresikan

    siap secara teknis untuk dilatih tersebut.

    Sebabnya, karena ada ekpresi kontras-

    nya yang lebih kuat, misalnya: kecen-

    derungan menunda dan rasa malas.8

    Cara-Cara Teknis agar Berhasil

    Mengekspresikan Akhlak Secara

    Fungsional

    Pertama, perlu dirinci indikator

    konsep akhlak tertentu secara lebih

    eksplisit, kalau perlu seolah-olah sampai

    dapat diukur (sekalipun secara kualitatif

    modelnya). Misalnya konsep akhlak yang

    disebut jujur (amanah). Jujur atau

    kejujuran yang fungsional indikatornya

    antara lain: (1) kalau berbicara kepada

    siapa saja senantiasa cocok antara

    informasi/pernyataannya dengan fakta

    informasi/pernyataan itu; (2) kalau

    berjanji kepada siapa saja senantiasa

    ditepati persis seperti isi janjinya; (3)

    kalau diberi kepercayaan apa saja (entah

    berupa pekerjaan atau tugas) senantiasa

    dikerjakan sesuai dengan format

    kepercayaan yang harus dirampungkan

    itu; dan (4) konsisten mengatakan hal

    yang benar sesuai fakta, data, dan bukti

    walaupun di tengah-tengah ancaman

    hidup atau mati, dan konsisten menga-

    takan hal salah kalau fakta, data, dan

    bukti memang menunjukkan sesuatu itu

    memang salah walaupun di tengah-tengah

    ancaman hidup-atau-mati.9

    Kedua, rincian indikator yang telah

    dieksplisitkan itu lalu diuji berdasar tolok

    ukur kepantasan (berdasar pengujian

    9 Untuk menentukan indikator konsep akhlak tertentu itu perlu didasarkan pada : (1) penguasaan

    makna yang tersurat dan tersirat dari teks yang menjadi sumbernya (utamanya kitab suci al-

    Quran); (2) luasnya wawasan sebagai hasil pembacaan argumentasi, kemasyhuran dan

  • 22 BERKALA TUNTUNAN ISLAM

    bobot keulamaannya, serta (kalau memungkinkan) pengakuan orang banyak atas kesalehan

    hidupnya.10 Dalam puji-pujian di langgar atau masjid-masjid di Jawa ada ungkapan, wong kang soleh

    kumpulana, (terjemahan Indonesianya: bergaullah dengan orang-orang yang saleh).

    nilai benar-baik-indah). Jika setiap

    butir indikator menunjukkan kepastian

    bernilai benar-baik-indah, maka rincian

    indikator itu dapat dijadikan patokan.

    Ketiga, setiap butir indikator yang

    telah teruji tersebut lalu dilatihkan agar

    nanti menjadi kebiasaan. Mula-mula

    memang terasa pahit (karena kuatnya

    dorongan menunda dan malas yang

    menguasai batin), namun dilakukan

    perulangan secara teratur dan intensif;

    kepahitan akan berangsur-angsur hilang

    dan yang tersisa adalah: kebiasaan baru

    (seperti isi muatan apa yang dilatihkan).

    Keempat, dibuat faktor eksternal

    yang kondusif untuk menopang kebiasaan

    baru tersebut, misalnya berupa: (1)

    koridor pergaulan berupa kelompok

    yang sepandangan;10 (2) koridor

    pranata sosial seperti kelompok

    pengajian; (3) koridor lembaga sosial

    seperti pernikahan seagama, lembaga

    keagamaan (pesantren); dan (4) pranata

    sosial normatif seperti fatwa ulama.

    Sumber Konsep Normatif Akhlak

    dan Masalah Penyusunan Klaster

    Konsep-Konsep Itu

    Sumber konsep normatif akhlak jelas

    al-Quran. Kitab ini merupakan

    ensiklopedi konsep normatif umum.

    Untuk memperjelas, memperluas dan

    menjabarkannya, baik secara konsep-

    tual maupun praktis, sumber kedua juga

    dipakai, yaitu as-Sunnah yang sahih.

    Dalam bahasa teknisnya: meneladani.

    Pemikiran ulama, selama masih

    bersumber kepada al-Quran dan as-

    Sunnah yang sahih, atau sekurang-

    kurangnya tidak bertentangan langsung

    atau tidak langsung terhadap kedua sum-

    ber tersebut dapat saja dipakai untuk

    memperluas, memperdalam, memper-

    jelas dan memperlancar pengembangan

    konseptual tentang akhlak dan

    pengamalannya secara fungsional.

    Dari hasil pemikiran ulama di atas

    pada hakikatnya merupakan data

    kesejarahan bagaimana umat yang iman

    kepada al-Quran dan as-Sunnah

    bergulat dengan kedua sumber otentik

    tersebut. Karena itu layak juga

    dipertimbangkan.

    Sementara itu, untuk menyusun klaster

    dari konsep-konsep normatif akhlak yang

    begitu banyak termuat dalam al-Quran

    dan as-Sunnah yang sahih tersebut

    sebenarnya tidak ada patokan yang baku.

    Namun, sebagai gambaran, penyusunan

    klaster tersebut banyak dipengaruhi oleh

    faktor-faktor: (1) penguasaan makna

    yang tersurat dan tersirat dari kedua

    sumber (al-Quran dan as-Sunnah yang

    sahih); (2) keluasan wawasan penyusun

    klaster.

    Untuk memberikan ilustrasi konkrit

    tentang peluang luas untuk menentukan

    sendiri model-model klaster dari

  • 23BERKALA TUNTUNAN ISLAM

    konsep-konsep normatif akhlak tesebut,

    di sini diberikan dua buah buku, yaitu:

    a. Barmawie Umarie, Materi Akhlak.

    Cet. VII. Solo: CV. Ramadhani.1998.

    186 halaman.

    b. Yunahar Ilyas, H. Kuliah Akhlaq.

    Cet. V Yogyakarta: Lembaga

    Pengkajian dan Pengamalan Islam

    (LPPI). 2002. 263 halaman.

    Secara garis besar penyusunan klaster

    dalam buku-buku tersebut sebagai

    berikut. Dalam buku Materi Akhlak,

    konsep-konsep normatif akhlak di

    klaster menjadi: (1) al-akhlqul mah-

    mdah; (2) al-akhlqul madzmmah;

    (3) mahabbah; (4) adab-adab.

    Selajutnya, dalam buku Kuliah

    Akhlak, konsep-konsep normatif akhlak

    diklaster menjadi : (1) akhlak terhadap

    Allah s.w.t.; (2) akhlak terhadap

    Rasulullah s.w.t.; (3) akhlak dalam

    keluarga; (5) akhlak bermasyarakat; dan

    (6) akhlak bernegara.

    Sebuah Otokritik: Apa yang Seha-

    rusnya Perlu Dilakukan pada Masa

    yang akan Datang?

    Sudah sering terdengar bahwa masih

    ada kesenjangan besar antara ketinggian

    konsep akhlak dengan bukti peng-

    amalannya di seluruh level masyarakat

    muslim, khususnya di Indonesia. Kesan

    semacam itu didasarkan bukti dalam

    kehidupan sehari-hari berupa masih

    banyaknya kehidupan maksiat (berjudi,

    minum minuman keras, pelacuran,

    pencurian/pengutilan/penodongan/

    perampokan/perampasan/pembegalan

    pembajakan/plagiasi, narkotika/madat,

    pembunuhan /kekerasan/penganiayaan /

    kanibalisme/pemerkosaan/terorisme/

    penindasan/invasi), tidak tegaknya hukum

    dengan seadil-adilnya, kolusi, korupsi,

    nepotisme, kapitalisme yang menye-

    babkan kecemburuan sosial, tidak

    tanggap-sosial, moralitas kalah dengan

    uang dan sebagainya. Hal kedua yang

    sering terdengar adalah: Mengapa

    Indonesia yang mayoritas muslim ini

    belum berhasil mencerminkan keis-

    lamannya yang luhur?

    Pertanyaan atau masalah-masalah di

    atas lebih positif kalau dijawab dengan

    hal-hal berikut:

    1. Kini sudah saatnya merumuskan

    secara rinci dan operasional sampai

    tingkat teknis tentang konsep-

    konsep normatif akhlak, dibantu ilmu-

    ilmu lain.11

    2. Perbanyak bacaan-bacaan yang

    berakhlak (dengan harga murah),

    pengkajian dan praktik-praktik

    keagamaan dan terbuka untuk saling

    mengkritik yang bersifat membangun.

    *) Narasumber utama artikel ini:

    Mohammad Damami

    11 Umpamanya Psikologi Kepribadian, Psikologi Anak-anak dan Remaja, Psikologi Sosial,

    Psikologi Abnormal, Sosiologi Perkotaan, Patologi Sosial, Sosiologi Ilmu Pengetahuan,

    Sosiologi Sastra dan sebagainya.

  • 24 BERKALA TUNTUNAN ISLAM

    Tuntunan Akhlak

    ADAB BERBICARA:

    Arti bicara antara lain pertimbangan

    pikiran atau pendapat. Padanan kata

    berbicara adalah berkata, bercakap,

    berbahasa. Bicara dilakukan dengan

    menggunakan bahasa. Bahasa meru-

    pakan salah satu dasar hakiki intelegensia

    manusia dan merupakan bagian penting

    dari kebudayaan manusia. Berbicara

    merupakan cara mengkomunikasikan

    apa yang ada dalam pikiran seseorang

    kepada orang lain dan menggambarkan

    apa yang ada dalam pikiran seseorang.

    Pusat bicara terletak di area broca,

    sebuah area yang terletak di otak bagian

    depan (lobus frontalis). Area broca ini

    mengolah informasi yang datang dari area

    wernicke (suatu area di otak yang

    berperan dalam pemahaman informasi

    penglihatan dan pendengaran) menjadi

    pola yang terinci dan terkoordinasi untuk

    vokalisasi, lalu memproyeksikan pola

    tersebut melalui area pengucapan kata

    ke korteks motorik (suatu area yang

    juga terletak di otak) yang mencetuskan

    gerakan bibir, lidah, kerongkongan yang

    tepat untuk menghasilkan suara.

    Kualitas bicara seseorang sangat ber-

    gantung kepada: (1) memori (ingatan),

    (2) bagaimana ia belajar, dan (3) apa yang

    dipelajari. Belajar merupakan proses

    BERBICARA BAIK ATAU DIAM

    Siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka

    janganlah menyakiti tetangganya. Siapa yang beriman

    kepada Allah dan Hari Akhir, maka muliakanlah tamunya.

    Dan siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir,

    maka berbicaralah yang baik atau diamlah (HR Bukhari,

    Muslim dan Ahmad)

  • 25BERKALA TUNTUNAN ISLAM

    mendapatkan informasi yang memung-

    kinkan suatu hal terjadi. Mengingat

    adalah mempertahankan dan menyimpan

    informasi tersebut.

    Dari segi fisiologi, memori dibagi

    menjadi bentuk tersurat dan tersirat.

    Memori tersurat berhubungan dengan

    kesadaran sehingga sering disebut sebagai

    otak sadar. Memori ini terdiri atas: (1)

    ingatan akan peristiwa (episodic

    memory), dan (2) ingatan akan kata-

    kata, peraturan-peraturan, bahasa, dan

    lain-lain (semantic memory). Memori

    tersirat tidak berhubungan dengan

    kesadaran, disebut juga memori reflektif

    atau otak bawah sadar. Termasuk di sini

    adalah kemahiran melakukan sesuatu dan

    kebiasaan.

    Kemahiran melakukan sesuatu dan

    kebiasaan seseorang pada awalnya

    berada dalam memori tersurat. Kegiatan

    mengendarai sepeda motor misalnya, pada

    awal belajar dilakukan oleh memori

    tersurat, dan akan menjadi memori

    tersirat bila telah cukup mahir. Kegiatan

    seseorang melakukan shalat tahajud

    secara tidak rutin, dilakukan oleh memori

    tersurat (otak sadar), dan menjadi

    memori tersirat bila telah menjadi

    kebiasaan setiap malam. Kemahiran dan

    kebiasaan biasanya sekali didapat akan

    menjadi tidak disadari dan otomatis.

    Proses pemindahan dari memori

    tersurat (otak sadar) ke dalam memori

    tersirat untuk amalan-amalan yang baik

    memerlukan perjuangan berat dalam

    waktu cukup panjang. Ada ahli yang

    menyatakan, amalan tersebut harus

    dilakukan pengulangan sekurang-

    kurangnya 90 hari berturut-turut. Mem-

    bangun kebiasaan baik ibarat orang

    mendorong mobil di tempat datar. Berat

    pada awalnya, tetapi bila telah mencapai

    kecepatan tertentu yang diharapkan, lebih

    sulit menghentikannya dibandingkan

    menjaga kecepatannya. Begitulah karak-

    ter kebiasaan, lebih mudah memperta-

    hankan dibandingkan menghentikannya.

    Orang yang memiliki kebiasaan-

    kebiasaan baik ia akan menjadi orang

    baik. Kebiasaan belajar membuat orang

    pintar. Kebiasaan memberi menjadi-

    kannya dermawan. Kebiasaan selalu

    bicara baik, menjadikannya orang

    terpercaya. Sebaliknya, kebiasaan-

    kebiasaan tidak baik, akan menjadikan

    seseorang menjadi tidak baik. Kebiasaan

    malas belajar, menjadikannya tetap

    bodoh. Kebiasaan sulit memberi,

    menjadikannya orang pelit. Kebiasaan

    berbohong, menjadikannya pendusta dan

    tidak disukai orang. Pendeknya, kita akan

    menjadi apa bergantung dari

    kebiasaan-kebiasaan yang kita bangun.

    Orang yang memiliki kebiasaan-kebiasaan baik, ia akan

    menjadi orang baik. Kebiasaan belajar, membuat orang

    pintar. Kebiasaan memberi menjadikannya dermawan.

    Kebiasaan selalu bicara baik, menjadikannya orang yang

    terpercaya.

  • 26 BERKALA TUNTUNAN ISLAM

    Pada awalnya kitalah yang membangun

    kebiasaan, tetapi selanjutnya kebiasa-

    anlah yang akan membentuk kita.

    Rasulullah s.a.w. bersabda:

    Laksanakanlah oleh kalian amalan

    semampu kalian, sesungguhnya

    sebaik-baik amalan adalah yang

    dikerjakan terus menerus (menjadi

    kebiasaan) meskipun sedikit (HR.

    Ibnu Majah)

    Secara tersirat, hadits di atas

    memotivasi kita untuk membangun

    kebiasaan sedikit demi sedikit. Dalam hal

    berbicara, Allah memberikan apresiasi

    yang sangat tinggi kepada orang-orang

    yang mampu berbicara baik tanpa dipikir

    panjang lagi, sebagaimana tersebut dalam

    hadits:

    Dari Abi Hurairah, bahwasanya Nabi

    Shallallahu alihi wa sallam bersabda:

    Sesungguhnya seorang hamba yang

    berbicara dengan kata-kata yang

    diridhai Allah Azza wa Jalla tanpa

    berpikir panjang, Allah akan meng-

    angkatnya beberapa derajat dengan

    kata-katanya itu. Dan seorang hamba

    yang berbicara dengan kata-kata

    yang dimurkai Allah tanpa berpikir

    panjang, Allah akan menjerumus-

    kannya ke neraka Jahannam dengan

    kata-katanya itu.(HR Bukhari,

    Ahmad dan Malik).

    Orang disebut baik kalau kebiasaan-

    kebiasaannya baik, termasuk dalam hal

    berbicara. Kebiasaannya berbicara baik

    sudah masuk ke dalam memori tersirat

    (otak bawah sadar), sehingga tanpa

    dipikir-pikir panjangpun, yang keluar dari

    lisannya selalu baik. Keadaan ini

    merupakan hasil dari proses pembinaan

    diri jangka panjang. Allah sangat meng-

    hargai perjuangan seseorang dalam

    membiasakan berbicara baik yang

    tentunya diridhai-Nya dengan senan-

    tiasa meningkatkan derajatnya.

    Sebaliknya, orang yang memiliki

    kebiasaan berbicara buruk, misalnya su-

    ka mencaci, mencela, mengutuk, ber-

    Sebaliknya, kebiasaan-kebiasaan tidak baik akan

    menjadikan seseorang menjadi tidak baik. Kebiasaan malas

    belajar, menjadikannya tetap bodoh. Kebiasaan sulit

    memberi, menjadikannya orang pelit. Kebiasaan berbohong

    menjadikannya pendusta dan tidak disukai orang.

  • 27BERKALA TUNTUNAN ISLAM

    ghibah, membicarakan aib sahabatnya,

    dan berkata-kata kotor kata-kata yang

    membuat murka Allah ia telah melaku-

    kannya dengan kendali otak bawah

    sadar. Keadaan seperti ini terjadi karena

    ia tidak berusaha menghentikannya dan

    selalu saja membiarkan keluar dari lisan-

    nya. Orang semacam ini telah

    mengabaikan perin-tah Allah dan Rasul-

    Nya untuk berbicara baik. Pengabaian

    yang berulang-ulang hingga membentuk

    kebiasaan pada hakekatnya adalah

    bentuk keingkaran yang telah terbiasa

    dilakukannya. Oleh karena itu, Allah

    menjerumuskan orang semacam ini ke

    neraka Jahanam, dikarenakan kebiasaan

    ingkarnya tersebut.

    Apa yang dipelajari oleh seseorang

    melalui penglihatan dan pendengarannya.

    membentuk tata nilai yang ia yakini.

    Tatanilai tersebut membentuk prosedur

    baku dalam otak yang berfungsi sebagai

    processor atas segala masukan informasi

    penglihatan, pendengaran dan perasaan

    hatinya. Keluaran dari processor tersebut

    berupa kata-kata yang diucapkan,

    ekspresi wajah, sikap dan tindakan.

    Apabila seseorang banyak melihat,

    mendengar dan merasakan sesuatu yang

    negatif, maka yang masuk dalam

    memorinya adalah hal-hal negatif. tata nilai

    yang terbentuk dan diyakininya juga

    menjadi negatif. Akibatnya ia akan mudah

    bicara dan bertindak negatif. Hendaknya

    tidak membiarkan diri dan keluarga kita

    melihat dan mendengar hal-hal yang

    negatif secara langsung maupun melalui

    media seperti tv, radio, dunia maya,

    media cetak dan sebagainya.

    Sebaliknya, apabila seseorang banyak

    belajar dengan melihat, mendengar, dan

    merasakan hal-hal positif, tata nilai yang

    terbentuk dan diyakininya juga akan

    positif. Selanjutnya ia akan mudah

    berbicara dan bertindak positif.

    Hendaknya kita membiasakan diri dan

    keluarga kita melihat, mendengar, dan

    merasakan hal-hal yang positif.

    Bila di hadapan anda disajikan 2 jenis

    makanan, yang satu berasal dari rumah

    makan terkenal sehat, bersih dan lezat

    masakannya, sementara yang satunya

    berasal dari makanan sisa dari tempat

    sampah, manakah yang akan anda pilih?

    Orang yang sehat akalnya pasti memilih

    yang pertama. Ia tahu konsekuensi makan

    makanan sisa dari tempat sampah dapat

    membuat badannya sakit. Sayang-nya,

    banyak yang memberikan makanan

    kepada otaknya berupa informasi-

    informasi sampah melalui penglihatan,

    pendengaran dan perasaan hatinya.

    Allah Taala berfirman:

    Dan janganlah kamu mengikuti apa

    yang kamu tidak mempunyai penge-

    tahuan tentangnya. Sesungguhnya

    pendengaran, penglihatan dan hati,

    semuanya akan dimintai pertanggung-

    jawabannya (Qs Al-Isra: 36)

    Sebagaimana tersebut dalam Hadits

    yang dikutip pada awal tulisan ini,

    Rasulullah mempersyaratkan bagi

    seseorang yang beriman kepada Allah

    dan Hari Akhir untuk menjaga lisannya

  • 28 BERKALA TUNTUNAN ISLAM

    agar ketika mengeluarkan hanya kata-

    kata yang baik. Apabila ada dorongan

    dari dalam dirinya untuk mengeluarkan

    kata-kata yang tidak baik karena sesuatu

    hal, misalnya sedang marah, dikecewa-

    kan orang, didzalimi orang, atau sebab-

    sebab lainnya, ia harus menyimpannya

    dalam hati dengan diam, meskipun untuk

    itu ia harus berjuang keras. Itu semua bisa

    terjadi karena tata nilai yang tertanam

    dalam memorinya melarangnya berkata-

    kata yang tidak baik dan hanya

    membolehkan berbicara yang baik.

    Dengan mengetahui bagaimana

    proses seseorang memiliki kebiasaan

    berbicara, kita jadi lebih mudah mema-

    hami konteks hadits Rasulullah, bahwa

    orang yang beriman hanya akan

    bicara baik atau diam.

    Rasulullah mengajarkan kita untuk

    menjaga mulut, organ yang berfungsi

    mengkomunikasikan apa-apa yang ada

    dalam pikiran kita.

    Rasulullah s.a.w. bersabda:

    Barangsiapa yang dapat menjamin

    untukku lisan dan kemaluannya, Aku

    akan menjamin surga untuknya (HR.

    Ahmad)

    Dengan mengatur bagaimana seharus-

    nya kita berbicara, secara tidak langsung

    kita membangun tata nilai yang kita yakini,

    dan mengatur masukan informasi apa

    yang kita berikan ke otak agar berfungsi

    positif.

    Bagaimana bicara baik dan bicara

    yang bagaimana yang harus kita hindari

    sehingga harus diam?

    Berbicara baik menurut Rasulullah

    Muhammad s.a.w. adalah yang:

    a. Diiringi dengan senyum;

    b. Banyak disertai kalimah thayyibah;

    c. Seperlunya;

    d. Mendahulukan yang lebih tua;

    e. Perlahan-lahan;

    f. Merendahkan suara.

    Yang harus kita hindari adalah:

    a. Berbohong;

    b. Banyak bicara;

    c. Ghibah dan namimah;

    d. Menceritakan apa saja yang didengar;

    e. Berkata-kata kotor;

    f. Suka berdebat;

    g. Membuat pendengar tertawa dengan

    sesuatu yang dusta;

    h. Membuka aib saudara;

    i. Membuka rahasia yang anda diminta

    merahasiakan;

    j. Suka memotong pembicaraan.

    *) Narasumber utama artikel ini:

    Agus Sukaca.

  • 29BERKALA TUNTUNAN ISLAM

    FALSAFAH, MAKNA

    DAN PRINSIP IBADAH

    Tuntunan Ibadah

    A. Falsafah Ibadah: Kenapa Kita

    (Harus) Beribadah?

    Seluruh makhluk yang ada di alam

    semesta ini diciptakan dan dipelihara (ru-

    bubiyyatullh), dimiliki dan dikuasai se-

    cara mutlak oleh Allah s.w.t. (mulkiy-

    yatullh).

    Tentang penciptaan dan pemeliharaan

    tersebut, Allah s.w.t. berfirman:

    Hai manusia, sembahlah Tuhanmu

    Yang telah menciptakanmu dan orang-

    orang sebelummu, agar kamu ber-

    takwa (Q.s. al-Baqarah/2: 21).

    Sesungguhnya (agama tauhid) ini

    adalah agama kamu semua; agama

    yang satu dan Aku adalah Tuhan

    (Pencipta & Pemelihara)-mu, maka

    sembahlah Aku (Q.s. al-Anbiy/21: 92)

    Sebagai Yang Mencipta, tentu Dia-lah

    yang paling tahu tentang apa yang terbaik

    dan apa yang terburuk bagi ciptaan-Nya.

    Tentang pemilikan dan penguasaan

    Allah terhadap segala sesuatu, Allah

    berfirman:

    Kepunyaan Allahlah segala yang ada

    di langit dan di bumi; dan kepada

    Allahlah dikembalikan segala urusan.

    (Q.s. Ali Imrn/3: 109)

    Sebagai milik Allah, maka suka atau

    tidak suka semuanya pasti dikembalikan

    dan berserah diri kepada Allah s.w.t.:

    kepada-Nya-lah berserah diri sia-pa

    saja yang ada di langit dan di bumi,

    baik dengan suka maupun terpaksa,

    dan hanya kepada Allahlah mereka

    dikembalikan (Q.s. Ali Imrn/3: 83)

    Dan kepunyaan Allah-lah apa yang

    ghaib di langit dan di bumi dan kepa-

    da-Nya-lah dikembalikan urusan-

    urusan semuanya, maka sembahlah

    Dia, dan bertawakkal-lah kepada-

    Nya. Dan sekali-kali Tuhanmu tidak

  • 30 BERKALA TUNTUNAN ISLAM

    lalai dari apa yang kamu kerjakan.(QS. Hd/11: 123)

    Sengaja Allah s.w.t. memilih kalimatpasif: dikembalikan, karena memangsemua persoalan, tanpa kecuali, pastiakan dikembalikan atau dipaksa untukkembali kepada Allah Sang Pemilik danSang Penguasa (al-Malik). Atas dasarinilah sehingga tidak ada pilihan lain bagimanusia kecuali berserah diri secaramutlak kepada Allah s.w.t. Dan atas dasarini pula, manusia tidak dibenarkanmemisahkan aktivitas hidupnya, sebagianuntuk Allah dan sebagiannya lagi untukyang lain. Semuanya harus total diper-sembahkan hanya kepada Allah s.w.t.:

    Katakanlah, sesungguhnya shalatku,ibadahku, hidup dan matiku hanyalahuntuk Allah Pemelihara alam se-mesta. (Q.s. al-Anm/6: 162)

    Selain itu, Allah menciptakan manusiasebagai makhluk yang paling sempurna(Q.s. al-Tn/95: 4) dan paling dimuliakanAllah dengan memberinya berbagaikelebihan dibanding makhluk yang lain(Q.s. al-Isra/17: 70). Penciptaan danpemuliaan Allah terhadap manusiadengan memberikan fasilitas yang lebihberupa akal dan nurani tentunya bukantanpa tujuan. Karena itu, Allah s.w.t.memberikan pertanyaan reflektif kepadamanusia:

    Apakah kalian mengira bahwa Kamimenciptakan kalian hanya sia-sia danmengira bahwa kalian tidak kembalikepada Kami?! (Q.s. al-Muminn/23:115)

    Sengaja Allah merangkai dua perta-nyaan dalam satu ayat tentang tujuanpenciptaan manusia secara sempurnaoleh-Nya, dan tentang ke mana tempatkembali terakhir kita kalau bukankepada-Nya, dengan maksud mengajakkita untuk berpikir dan merenung tentangtujuan penciptaan manusia. Tentu adatujuan Allah untuk semua itu.

    Allah menciptakan manusia secaralengkap dengan berbagai kelebihandimaksudkan karena Allah akan mem-berikan tugas mulia kepada manusiayakni menjadi khalifah Allah di bumi (Q.s.al-Baqarah/2: 30) yang bertugas memak-murkan bumi ini (Q.s. Hd/11: 61). Untukmelaksanakan tugas kekhalifahan denganbaik maka tidak bisa tidak kecuali harusdidasarkan pada semangat pengabdian(ibadah) yang murni hanya karena Allahs.w.t. semata. Untuk itulah Allah SWTberfirman:

    Tidaklah aku menciptakan jin danmanusia kecuali hanya untukberibadah kepada-Ku (Q.s. adz-Dzariyat/51: 56; Lihat juga Q.s. al-Bayyinah/98: 5).

    Dengan beribadah kepada Allah s.w.t.maka manusia bisa menjadi manusia yangbertakwa. Firman Allah s.w.t.:

  • 31BERKALA TUNTUNAN ISLAM

    Hai manusia, sembahlah (beriba-

    dahlah) kepada Tuhanmu yang telah

    menciptakanmu dan orang-orang

    sebelum kamu agar kamu bertaqwa.

    (Q.s. al-Baqarah/2: 21).

    Hanya dengan bekal takwa, sese-

    orang akan mampu memfungsikan dirinya

    sebagai hamba Allah (abdullh) dan

    khalifah Allah (khlifatullh) di muka

    bumi. Sehingga ia mampu menyelesaikan

    tugas kekhalifahannya dengan baik ketika

    di dunia untuk kemudian dipertanggung-

    jawabkan kepada Allah s.w.t. di akhirat

    kelak.

    B. Makna Ibadah

    Makna atau definisi ibadah menurut

    Himpunan Putusan Tarjih adalah:

    Mendekatkan diri kepada Allah s.w.t.

    dengan melaksanakan segala perin-

    tah-Nya dan menjauhi segala la-

    rangan-Nya serta mengamalkan apa

    saja yang diperkenankan oleh-Nya

    (Himpunan Putusan Tarjih, hlm. 276).

    C. Pembagian Ibadah

    Ditinjau dari segi ruang lingkupnya,

    ibadah dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

    1. Ibdah khshshah (ibadah khu-

    sus), yaitu ibadah yang ketentuannya

    telah ditetapkan oleh nash, seperti:

    shalat, zakat, puasa, haji dan sema-

    camnya.

    2. Ibdah mmah (ibadah umum),

    yaitu semua perbuatan baik yang

    dilakukan dengan niat karena Allah

    s.w.t. semata. Sebagai contoh

    misalnya: berdak-wah, melakukan

    amar maruf nahi munkar di

    berbagai bidang, menuntut ilmu,

    bekerja, rekreasi dan lain-lain yang

    semuanya itu diniatkan semata-mata

    karena Allah s.w.t dan ingin mende-

    katkan diri kepada-Nya.

    D. Prinsip Ibadah

    Supaya manusia bisa diterima amalan

    ibadahnya oleh Allah s.w.t dan selamat

    ketika dipanggil kembali untuk bertemu

    dengan-Nya, maka ada enam (6) prinsip

    ibadah yang dapat dijadikan sebagai

    pedoman dalam beribadah.Keenam

    prinsip tersebut bisa diperas ke dalam

    satu prinsip utama yaitu: ibadah harus

    sesuai dengan tuntunan. Allah s.w.t

    berfirman:

    Barangsiapa yang mengharapkan

    pertemuan dengan Tuhannya, maka

    hendaklah mengerjakan amal shalih

    dan ia jangan mempersekutukan

    seorang pun dalam beribadah kepada

    Tuhannya(Qs.al-Kahfi/18: 110)

    Arti kata shlih adalah baik karena

    sesuai. Seseorang dikatakan beramal

    saleh bila dalam beribadah kepada Allah

    sesuai dengan cara yang disyariatkan

    Allah melalui Nabi-Nya, bukan dengan

    cara yang dibuat oleh manusia sendiri.

    Syarat ibadah yang dikatakan sesuai

    dengan tuntunan Allah melalui Rasul-Nya

    adalah:

    1. Dilakukan secara ikhlas yakni

    murni hanya menyembah kepada Allah

  • 32 BERKALA TUNTUNAN ISLAM

    semata (Qs. al-Ftihah/1: 5; an-Nis/

    4: 36; al-Bayyinah/98: 5; al-Anm/

    6: 162) dan murni hanya karena

    mengharap ridha-Nya.

    Keikhlasan harus ada dalam seluruh

    ibadah, karena keikhlasan inilah jiwa

    dari ibadah. Tanpa keikhlasan, maka

    tidak mungkin ada ibadah yang

    sesungguhnya. Beribadah secara

    ikhlas didasarkan pada firman Allah

    s.w.t.

    Katakanlah, sesungguhnya

    shalatku, ibadahku, hidup dan

    matiku hanyalah untuk Allah

    Pemelihara alam semesta. (Qs. al-

    Anm/6: 162)

    Bahkan, ibadah yang tanpa disertai

    dengan keikhlasan maka tidak akan

    diterima oleh Allah s.w.t. Hal ini karena

    Nabi s.a.w. pernah menyatakan

    bahwa setiap perbuatan itu tergantung

    pada niatnya (Muttafaqalayh).

    Demikian pula hadits Nabi s.a.w. yang

    lain yang berbunyi:

    Allah tidak menerima amalan

    kecuali dikerjakan dengan ikhlas

    dan hanya mencari ridla-Nya (HR.

    Al-Nas`i)

    Berdasarkan dalil di atas hanya ibadah

    yang dilakukan secara ikhlas saja yang

    akan diterima oleh Allah s.w.t.

    Sedangkan, ibadah yang dilakukan

    secara tidak ikhlas, seperti karena

    riya (baca: ingin dilihat dan mendapat

    pujian/penghargaan dari selain Allah),

    meskipun itu baik, maka tidak akan

    punya nilai apa-apa di hadapan Allah,

    bahkan bisa mendapatkan kecelakaan

    (Qs. al-Mn/107: 4-7).

    2. Tata caranya harus sesuai

    tuntunan Allah dan Rasul-Nya

    Dalam hal shalat, Nabi Muhammad

    s.a.w. bersabda:

    Shalatlah kalian sebagaimana

    kalian melihat Aku shalat (HR. al-

    Bukhari, dari Malik bin al-Huwairits)

    Nabi Muhammad saw. telah meng-

    ajarkan tentang tata cara shalat secara

    lengkap melalui hadits-haditsnya yang

    maqbl, dari sejak niat yang tidak

    dilafalkan, bagaimana gerakan dan

    bacaan shalat sejak takbir hingga

    salam, berapa jumlah rakaat, kapan

    saja waktu-waktu shalat dan lain-lain.

    Dalam masalah ibadah mahdhah

    (khusus) yang sudah jelas ada

    keterangan dari Allah dan Rasul-Nya,

    tidak boleh ada hasil kreasi pemikiran

    manusia yang boleh masuk di

    dalamnya, kecuali menunggu perintah

    atau tuntunan Allah dan Rasul-Nya.

    Ketika seseorang melakukan shalat

    sebagai bagian dari ibadah mahdlah

    tidak sesuai dengan tuntunan Allah dan

    Rasul-Nya, maka ada dua akibat yang

    akan terjadi, yakni:

    Pertama: Ibadahnya ditolak. Nabi

    saw bersabda:

  • 33BERKALA TUNTUNAN ISLAM

    Barangsiapa yang mengadakan

    sesuatu dalam perkara kami ini

    yang tidak ada tuntunan (Islam) di

    dalamnya maka ditolak (Muttafaq

    alayh).

    Kedua: divonis bidah, sesat dan

    masuk neraka. Nabi Muhammad s.a.w.

    memperingatkan dengan sabdanya:

    Sesungguhnya sebaik-baik berita

    adalah Kitabullah (al-Quran), dan

    sebaik-baik bimbingan, adalah

    bimbingan Muhammad, sedang

    sejelek-jelek perkara adalah meng-

    ada-ada padanya, dan setiap bid-

    `ah (penyimpangan dengan meng-

    ada-ada) adalah sesat (HR. Muslim,

    Ibn Majah, Ahmad dan Darimi).

    Dalam redaksi an-Nasai: ... dan

    setiap yang sesat, di neraka.

    Hadits ini dimaksudkan sebagai pe-

    ringatan agar orang tidak mudah mela-

    kukan penyimpangan (bidah) dalam

    masalah ibadah mahdhah.

    Itulah sebabnya para ulama menyusun

    sebuah kaidah ushul dalam hal ibadah:

    Prinsip asal dalam masalah ibadah

    itu dilarang, kecuali terdapat dalil

    dari Allah (al-Syri) yang men-

    syariatkannya.

    *) Narasumber utama artikel ini:

    Syakir Jamaluddin

  • 34 BERKALA TUNTUNAN ISLAM

    Tuntunan Ibadah

    A. Persiapan

    1. Dituntunkan agar setiap muslim dan muslimah mempersiapkan diri baik secara

    lahir maupun batin, dan memperbanyak melakukan puasa sunah di bulan Syaban.

    Hal ini berdasarkan hadits Nabi Muhammad s.a.w.:

    Dari Aisyah r.a. (diriwayatkan bahwa) ia berkata: ... Saya tidak pernah melihat

    Rasulullah s.a.w. berpuasa sebulan penuh selain bulan Ramadhan. Juga saya

    tidak pernah melihat Beliau banyak berpuasa kecuali di bulan Syaban.

    (Muttafaq Alaih).

    2. Melakukan pengkondisian Ramadhan pada bulan Syaban di lingkungan

    masyarakat, rumah dan masjid-masjid dengan memperbanyak informasi dan kajian

    tentang Tuntunan Ibadah Ramadhan.

    3. Mempersiapkan sarana dan prasarana kegiatan di bulan Ramadhan, seperti sound

    system yang memadai, mempersiapkan dan membersihkan tempat dan air wudhu,

    kotak-kotak infaq, peralatan tajil dan lain-lain.

    4. Kebersihan, baik di dalam masjid maupun di lingkungan sekitarnya.

    5. Pengaturan shaf dan keamanan

    6. Jadwal mu'adzin, imam, penceramah dan penjemputannya.

    7. Mempersiapkan tempat shalat Idul Fitri, Imam/Khatib dan penjemputannya.

    8. Membentuk Amil Zakat untuk memungut dan membagikannya serta

    mempersiapkan peralatannya.

    B. Tuntunan Shiyam

    1. Pengertian Shiyam (Puasa)

    a. Shiyam menurut bahasa: menahan diri dari sesuatu.

    b. Shiyam menurut istilah: menahan diri dari makan, minum, hubungan seksual

    TUNTUNAN IBADAH RAMADHAN

  • 35BERKALA TUNTUNAN ISLAM

    suami istri dan segala yang membatalkan sejak dari terbit fajar hingga terbenam

    matahari dengan niat karena Allah.

    Dasar keharusan niat berpuasa karena Allah:

    a. Firman Allah s.w.t. Q.s. al-Bayyinah 98: 5.

    ...

    Terjemah: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah

    dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama

    dengan lurus

    b. Hadits Nabi Muhammad SAW:

    Dari Umar r.a. (diriwayatkan) bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda: Semua

    perbuatan ibadah harus dengan niat, dan setiap orang tergantung kepada

    niatnya [Ditakhrijkan oleh al-Bukhariy, Kitab al-Iman].

    c. Hadits Nabi Muhammad s.a.w.:

    Dari Hafshah Ummul Mu'minin r.a. (diriwayatkan bahwa) Nabi s.a.w.

    bersabda: Barangsiapa tidak berniat puasa di malam hari sebelum fajar,

    maka tidak sah puasanya [Ditakhrijkan oleh al-Khamsah, lihat ash-Shananiy,

    II, 153].

    2. Jumlah Hari Shiyam (Puasa)

    a. Shiyam dimulai pada tanggal 1 bulan Ramadhan dan diakhiri pada tanggal terakhir

    bulan Ramadhan (29 hari atau 30 hari, tergantung pada kondisi bulan tersebut).

    Untuk itu, maka harus mengetahui awal bulan Ramadhan.

    b. Dasar keharusan mengetahui awal bulan Ramadhan:

    1) Firman Allah s.w.t. Q.s. Yunus 10: 5;

    Terjemah: Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan

    bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi

  • 36 BERKALA TUNTUNAN ISLAM

    perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan

    perhitungan (waktu).

    2) Hadits Nabi Muhammad s.a.w.:

    Dari Abu Hurairah r.a. (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Rasulullah SAW

    bersabda: Puasalah karena melihat hilal dan berbukalah karena melihatnya,

    apabila kamu terhalang penglihatanmu oleh awan, maka sempurnakanlah

    bilangan bulan Syaban tiga puluh hari. (HR. al-Bukhari dan Muslim).

    3) Hadits Nabi Muhammad s.a.w.:

    Dari Ibnu Abbas r.a. (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Datanglah

    seorang Badui kepada Nabi s.a.w. seraya katanya: Saya telah melihat

    hilal. Beliau bersabda: Maukah kamu bersaksi bahwa tiada Tuhan

    selain Allah? Ia berkata: Ya. Nabi s.a.w. bersabda: Maukah kamu

    bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah? Ia berkata: Ya.

    Bersabdalah Nabi s.a.w: Hai Bilal, umumkanlah kepada semua orang

    supaya mereka besok berpuasa. (HR. Ibnu Hibban, ad-Daruquthni, al-

    Baihaqi dan al-Hakim).

    4) Hadits Nabi Muhammad s.a.w.:

    Dari Ibnu Umar r.a. dari Rasulullah s.a.w., (diriwayatkan bahwa) Beliau

    bersabda: Bila kamu melihatnya (hilal) maka berpuasalah, dan bila

    kamu melihatnya maka berbukalah (berlebaranlah). Dan jika

    penglihatanmu tertutup oleh awan maka kira-kirakanlah bulan itu (HR.

    asy-Syaikhani, an-Nasa'i dan Ibnu Majah].

  • 37BERKALA TUNTUNAN ISLAM

    C. Dasar Kewajiban Shiyam Ramadhan

    1. Firman Allah s.w.t. Q.s. al-Baqarah 2: 183;

    Terjemah: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa

    sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu

    bertakwa.

    2. Hadits Nabi Muhammad s.a.w.:

    Dari Abdullah r.a. (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Rasulullah s.a.w.

    bersabda: Islam dibangun di atas lima dasar, yakni bersaksi bahwa tidak

    ada Tuhan melainkan Allah; mendirikan shalat; menunaikan zakat;

    mengerjakan haji; dan berpuasa pada bulan Ramadhan. [HR al-Bukhari,

    Muslim, at-Turmudzi, an-Nasai dan Ahmad, dan lafal ini adalah lafal Muslim].

    Orang yang Diwajibkan dan yang Tidak Diwajibkan Berpuasa

    1. Orang yang diwajibkan berpuasa Ramadhan

    Orang yang diwajibkan berpuasa Ramadhan adalah semua muslimin dan muslimat

    yang mukallaf. Dasarnya adalah hadits Abdullah di atas (huruf C).

    2. Orang yang tidak diwajibkan berpuasa Ramadhan, dan wajib mengganti puasanya

    di luar bulan Ramadhan adalah perempuan yang mengalami haidl dan nifas di

    bulan Ramadlan. Para ulama telah sepakat bahwa hukum nifas dalam hal puasa

    sama dengan haid.

    Dasarnya adalah:

    a. Hadits Nabi Muhammad s.a.w.:

    Rasulullah s.a.w.