berkala tuntunan islam edisi 6-2012

61

Upload: dinhtruc

Post on 27-Dec-2016

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Salam Tabligh:Manusia terbaik adalah yangpaling banyak manfaatnya bagiorang lain. Zakat, infaq, dan sha-daqah merupakan sebagian dariamal-amal yang memberikan man-faat bagi orang lain. Perintah mem-bayar zakat, berinfak, dan bersha-daqah kita dapati bertebaran didalam al-Qur’an dan al-Hadits.Allah memerintahkan zakat ber-dampingan dengan perintah shalatpada 82 tempat dalam al-Qur’an.Ini menunjukkan hubungan eratantara keduanya. .......................... 3

Tafsir al-Qur’an:Surat al-Baqarah ayat 8-20(Bagian ke-2) Allah menjelaskantingkah laku dan sifat-sifat go-longan munafik, yaitu orang-orangyang menampakkan keimanan dankebaikannya, tetapi merahasiakankejahatannya. Menurut Ibnu Juraij,orang munafik ialah orang yangperkataannya tidak sama denganperbuatannya, batinnya tidak samadengan lahirnya............................. 6

Tuntunan Akidah: Makna danKonsekuensi La Ilaha illa Allah

(Bagian ke-3) .............................. 14

Pemimpin Umum: Agus Sukaca. Wakil Pemimpin Umum: Ahmad Supriyadi.

Pemimpin Perusahaan: Ismail Siregar. Pemimpin Redaksi: Farid B. Siswantoro.

Dewan Ahli: Drs. H. Andy Dermawan, M.A. (Koordinator); Prof. Drs. H. Sa’ad Abdul

Wahid, Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A. (Tafsir); H. Fathurrahman Kamal, Lc.,

M.Si., Dr. H. Syamsul Hidayat, M.Ag., Drs. H. Zaini Munir, M.Ag. (Aqidah); Dr.

Mohammad Damami, M.Ag., Drs. H. Hamdan Hambali, Drs. Yusuf A. Hasan, M.Ag.,

Drs. H. Muhsin Haryanto, M.Ag., Drs. Marsudi Iman, M.Ag. (Akhlak); Syakir Jamaluddin,

S.Ag., M.A., Ghofar Ismail, S.Ag., M.Ag., Asep Salahuddin, S.Ag., Drs. H. Kamiran Qomar (Ibadah); Drs. H. Dahwan, M.Si., H. Okrisal

Eka Putra, Lc., M.Ag., Drs. H. Najib Sudarmawan, Drs. H. Khamim Z. Putra, M.Ag. (Muammalah).

Sidang Redaksi: M. Yusron Asrofie (Tafsir), Ahmad Muttaqien (Akidah), Farid Setiawan (Akhlak), Ridwan Hamidy (Ibadah), Wijdan

Al-Arifin (Muamalah), Arif Jamali (Dinamika), Mahli Zainuddin Tago (Sosok), Adim Paknala (Rancang Grafis), Munichy B. Edrees

(Artistik), Nuruddin T. Widiyanto (Dokumentasi), Sutoto Jatmiko (Sekretaris Redaksi).

Manajer Pemasaran: RCA Pradipto Kuswantoro. Manajer Keuangan: Zulbahri Sutan Bagindo. Distribusi & Iklan: Sukirman,

Purwana. Diterbitkan oleh: Majelis Tabligh PP Muhammadiyah.

Alamat: Jl. KHA. Dahlan 103 Yogyakarta-55262 telp. +62-274-375025 fax. +62-274-381031 email: [email protected]

Rekening bank: Bank Syariah Mandiri nomor: 0300126664 a.n. Berkala Tuntunan Islam MT PPM.

sampul, foto & kaligrafi: [email protected]

Tuntunan Akhlak: Berlaku Adil (2) ................18Adab: Larangan Berbohong................................27

Tuntunan Ibadah:Shalat Layl Rasulullah ...........................................32Tuntunan Muammalah:Tuntunan Hutang Piutang (4- Habis).....................37

Syarah Hadits:Benarkah Perbedaan itu Rahmat? ...............................51

Dinamika:Pengajian Umum Ahad Pagi Mojokerto

Ibarat Sungai yang Besar ................. ....................55

Ragam Isi

Pengajian adalah lembaga pendidikan non formal untukpembelajaran Islam. Dalam pengajian, usaha untukmenanamkan nilai-nilai ajaran Islam dilakukan melaluiinteraksi antara ustadz (guru) dan jamaah (anggota).

foto: fbs

| Ambon 0813.430.86.343 | Balikpapan 0813.4741.7222 || Banjarnegara 0813.9152.7890 | Banyumas 08564.789.5017 |

| Batang 0815.654.7164 | Berau 0811.596641 | Blora 0813.2877.1832 || Bontang 0812.581.9262 | Boyolali 0857.2557.9118 | Demak 0857.2617.1950 |

| Grobogan 0813.2562.0937 | Gunungkidul 0878.3916.2755 || Jakarta Barat 081.707.39.789 | Jakarta Pusat 0815.8415.4260 |

| Jember 081234.64.793 | Jepara 0813.2524.1985 | Kebumen 0878.3779.7773 || Karanganyar 0816.427.9538 | Kendal 08122.564.103 | Klaten 0817.942.742.3 |

| Kudus 0291-333.1220 & 0815.7881.6153 | Kulonprogo 0877.3844.8284 || Lampung 0812.3051.3118 | Luwuk Banggai 0817.693.5003 |

| Magelang (kab.) 0813.282.565.22 | Magelang (kota) 0293-363.792 || Malang 0812.5257.5100 | Manado 0813.5640.3232 |

| Muko-Muko 0852.6849.0850 | Pekalongan (kab.) 0858.42.0404.77 || Pekalongan (kota) 0856.4220.5499 | Purworejo 08522.692.1756 |

| Purbalingga 0821.34.600.222 | Samarinda 0812.538.0004 || Singaparna-Tasikmalaya 085322.400.124 | Sragen 0852.9371.1479 |

| Surakarta 0815.4854.6529 | Temanggung 0877.1919.7899 || Tegal (kab.) 081228493543 | Tegal (kota) 085327910021 |

|Wonosobo 0813.2871.8161 | Yogyakarta 0857.29.844.448 |

minat berlangganan Tuntunan ISLAM? hubungi agen terdekat:

Anda belum bisa ceramah? Anda belum bisa pidato?

Itu bukan penghalang untuk berdakwah!

Anda bisa berdakwahdengan cara memberikanTUNTUNAN ISLAMTUNTUNAN ISLAMTUNTUNAN ISLAMTUNTUNAN ISLAM

kepada teman, kerabat, tetangga,saudara dan handai taulan...

0818.040.85.282 (XL)08532.887799.7 (As)08571.292.3.505 (IM3)(administrasi/pemasaran)

0813.2824.8448 (iklan, sms)email: [email protected] bank: Bank Syariah Mandiri, nomor rekening:0300126664 a.n. Berkala Tuntunan Islam MT PPM

3EDISI 6/2012

Salam Tabligh

Manusia terbaik adalah yangpaling banyak manfaatnyabagi orang lain. Zakat, infaq,

dan shadaqah (ZIS) merupakan sebagiandari amal-amal yang memberikan man-faat bagi orang lain. Perintah membayarzakat, berinfak, dan bershadaqah kitadapati bertebaran di dalam al-Qur’andan al-Hadits. Allah memerintahkanzakat berdampingan dengan perintahshalat pada 82 tempat dalam al-Qur’an.Ini menunjukkan hubungan erat antarakeduanya. Di antaranya Allah berfirman:

Dan dirikanlah shalat dan berikanzakat (QS an-Nur, 24: 56).

Orang-orang yang jika Kami teguh-kan kedudukan mereka di muka buminiscaya mendirikan shalat, menunai-kan zakat, beramar makruf nahimungkar, dan kepada Allah-lahkembali segala urusan. (QS al-Hajj,22: 41)

Zakat merupakan salah satu pilar darilima pilar utama bangunan Islam, seba-gaimana sabda Rasulullah: “Islam itu di-bangun di atas lima pilar: persaksianbahwa tidak ada ilah kecuali Allah danbahwa Muhammad utusan Allah, me-negakkan shalat, memberikan zakat,puasa Ramadhan, dan haji ke Bai-tullah” (HR Muttafaq ‘alaih)

Ketika mengutus Muadz bin Jabal keYaman, Rasulullah SAW memerintahkan:“Ajarilah mereka bahwa Allah telahmewajibkan atas mereka zakat yangdiambil dari orang kaya di antara me-reka untuk diberikan kepada orangmiskin di antara mereka”. (HR Bukhari)

Zakat, infak, dan shadaqah (ZIS) ada-lah ibadah dengan dimensi sosial tinggiyang menjadi solusi bagi pengentasankemiskinan dan pembiayaan perjuanganmenegakkan dan menjunjung tinggi Aga-ma Islam. Oleh karena itu nilai kemanfa-atannya bagi orang lain sangatlah besar.

“Tangan di atas lebih baik daritangan di bawah”, demikian sabda NabiSAW. (Kitab Bukhari hadis no. 1339).Persoalannya, kebanyakan justru merasalebih senang ketika menerima. Beberapakasus berikut ini sebagai bukti.

Agus Sukaca

4 BERKALA TUNTUNAN ISLAM

Kasus pertama, dalam pembagianzakat sering menimbulkan kerumunanorang banyak. Mereka rela berdesak-desakan selama berjam-jam sekedaruntuk mendapatkan bagian yang jumlah-nya tidak seberapa, ada yang sampaipingsan bahkan meninggal dunia. Kenapamereka melakukan itu? Apakah karenamereka miskin?

Kasus kedua, pada saat launchingproduk telepon seluler merek tertentudengan harga diskon beberapa waktulalu, banyak orang rela mengantri, ber-desak-desakan, sampai ada korban.Mereka ingin mendapatkan HP denganharga lebih rendah. Apakah karenamereka miskin? Kasus ketiga, banyakorang kegi-rangan ketika menerimasesuatu, tetapi diam atau bahkancemberut saat diajak berinfaq.

Senang menerima tanpa diikuti senangmemberi mempersempit rejeki. NabiSAW bersabda dalam tiga riwayat berikut.

“Berinfaqlah dan jangan kamuhitung-hitung (pelit) karena nanti Allahakan berhitung kepadamu dan jangankamu tutup rapat guci tempat me-nyimpan makanan itu karena nantiAllah akan menutup rejekimu” (KitabBukhari hadits no. 2402).

“Perumpamaan bakhil (orang pelitbershadaqah) dengan munfiq (orangyang suka berinfaq) seperti dua orangyang masing-masing me-ngenakanbaju jubah terbuat dari besi yanghanya menutupi buah dada hinggatulang selangka keduanya. Adapunorang yang suka berinfaq, tidaklah diaberinfaq melainkan bajunya akan me-

longgar atau menjauh dari kulitnyahingga akhirnya menutupi seluruh ba-dannya sampai kepada ujung kakinya.Sedangkan orang yang bakhil, setiapkali dia tidak mau berinfaq dengan su-atu apapun maka baju besinya akanmenyempit sehingga menempel ketatpada setiap kulitnya dan ketika diamencoba untuk melonggarkannyamaka dia tidak dapat melonggar-kannya” (Kitab Bukhari hadits no.1352).

“Janganlah kamu berkarung-ka-rung (kamu kumpulkan harta dalamkarung lalu kamu kikir untuk meng-infaqkannya) sebab Allah akan me-nyempitkan reziki bagimu dan berin-faqlah dengan ringan sebatas kemam-puanmu” (Kitab Bukhari hadits no. 1344).

Orang suka memberi yang diniatkanhanya untuk mencari ridha Allah, pastidiberikan balasan pahala buatnya (KitabBukhari hadits no 1213). Bentuk danjumlahnya bermacam-macam. BersabdaRasulullah: “Barangsiapa menginfaq-kan hartanya yang utama di jalan Al-lah, maka baginya tujuh ratus pa-hala” (Kitab Ahmad hadits no. 1598).“Sesungguhnya shalat, puasa dandzikir akan dilipat gandakan di atasberinfaq di jalan Allah sebanyak tujuhratus kali lipat” (Kitab Abu Daud haditsno. 2137).

Memberi dengan ikhlas karena Allahadalah bentuk kesyukuran kepada-Nya.Allah mempersiapkan tambahan nikmatbagi orang-orang yang bersyukur. Mem-biasakan memberi berarti membangunsikap keberlimpahan. Orang berkelim-pahan adalah orang kaya. Perasaan

5EDISI 6/2012

berkelimpahan adalah fondasi utamaorang kaya.

Orang yang bersyukur dengan mem-biasakan memberi berarti ia sedang me-manggil nikmat Allah untuk menghampiri-nya dan telah memiliki fondasi kuat men-jadi kaya.

Anda merasa lebih berbahagia ketikasedang menerima sesuatu atau ketikasedang memberi? Lebih senang memberiadalah mental orang kaya dan sebaliknyaadalah mental orang miskin. Bila Andalebih merasa bahagia ketika menerimasesuatu (tangan di bawah) dibanding saatmemberi, sebenarnya Anda sedang me-melihara kemiskinan, terlepas berapapunharta yang Anda miliki.

Allah memerintahkan kita menjadikaya dengan mewajibkan membayarzakat. Abubakar, saat menjadi khalifah,memerangi orang-orang yang tidak maumembayar zakat. Kebolehan tidak mem-bayar zakat hanya dalam keadaan daru-rat, yakni ketika tidak mampu. Orangyang tidak mampu akan menjadi obyekyang berhak menerima bagian zakat.

Tentu Anda tidak mau dalam kondisidarurat sepanjang hayat! Artinya, Andaharus berjuang melaksanakan perintahAllah tersebut dengan berusaha menjadikaya. Siapapun yang bersungguh-sungguh, Allah pasti menunjukkan jalanmencapainya.

Jalan menuju kaya diawali denganmemiliki perasaan senang ketika mem-beri. Berapapun Anda memberi tidakmasalah. Yang penting merasakan ke-bahagian ketika memberi dan perasaanitu lebih kuat dibanding yang Anda

rasakan ketika mendapatkan uang atauharta lainnya.

Berapa anggaran Anda untuk menjadi“tangan di atas”? Membiasakan memberiperlu anggaran khusus. Tidak mungkinhanya dengan sisa anggaran pemenuhankebutuhan pribadi dan keluarga. Ketikapenghasilan Anda kecil, mungkin tidakterpikirkan membeli barang-barang ke-butuhan sekunder atau tersier. Seiringmeningkatnya penghasilan, kebutuhanpribadi dan keluarga juga semakin me-ningkat sehingga boleh jadi tidak bersisa.Bahkan ada yang justru berani berhutanguntuk memenuhi keinginannya yangmemerlukan anggaran lebih besar daripenghasilan.

Cara terbaik adalah menyiapkan posanggaran khusus! Jumlahnya mengikutibesarnya penghasilan, minimal 2,5 persen.Bila dianggarkan lebih besar pasti man-faatnya akan lebih dahsyat. Itupun dike-luarkan di depan supaya tidak tergodamenggunakannya untuk keperluan lain.

Jangan menunggu nishab! Bayangkandalam pikiran bahwa Anda telah menjadikaya, dan bulan depan Anda akan mem-bayar lebih banyak. Allah pasti menyiap-kan jalan untuk mewujudkannya. Dalamsebuah hadits qudsi Allah berfirman:“Aku bersama persangkaan hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku bersamanyaketika dia mengingat-Ku (HR Muslimdari Abu Hurairah). Wallahu a’lam!

Bantul, 14 Rabi’ul Akhir 1433

Agus Sukaca

6 BERKALA TUNTUNAN ISLAM

Tafsir al-Qur’an

SURAT AL-BAQARAH (2): 8-20

SIKAP ORANG-ORANG MUNAFIK (bag. ke-2)

7EDISI 6/2012

Sifat orang-orang munafik dilukiskanlebih jelas lagi pada ayat 14:

Dan bila mereka berjumpa denganorang-orang yang beriman, merekamengatakan: “Kami telah beriman”.Dan bila mereka kembali kepadasetan-setan mereka, mereka menga-takan: “Sesungguhnya kami sepen-dirian dengan kamu, kami hanyalahberolok-olok.”

Demikianlah ciri-ciri orang-orang mu-nafik pada masa turunnya al-Qur’an, padamasa Nabi Muhammad SAW. Kemuna-fikan dan kerusakan akhlaknya sudahtidak terukur lagi. Mereka menampakkandiri dengan dua wajah dan berkata dengandua mulut. Ciri-ciri semacam itu telahdiwarisi oleh orang-orang munafik masakini, bahkan lebih canggih lagi, sehinggakerusakan-kerusakan yang ditimbulkanlebih besar.

Sebenarnya orang-orang munafik itutelah merahasiakan sikap mereka dengansangat ketat, agar tidak ketahui olehkaum mukminin. Tetapi Allah mem-bukanya lewat ayat-ayat al-Qur’an yangditurunkan kepada Rasulullah, sehinggadapat diketahui rencana jahat mereka

terhadap orang-orang mukmin.Kemudian Allah membalas olok-

olokan mereka itu dengan balasan yanglebih pedih, sebagaimana ditegaskanpada ayat berikutnya; yakni ayat 15.

Allah akan (membalas) olok-olokanmereka dan membiarkan merekaterombang-ambing dalam kesesatanmereka.

Istihza’(olok-olokan) tersebut diwu-judkan oleh Allah SWT dalam bentukmemperpanjang kenikmatan-kenikmatankepada mereka, dan menunda siksaanterhadap mereka, sehingga pada akhirnyajustru mereka merasa sangat tersiksakarena tertipu sendiri. (Rasyid Rida,II:164).

Orang-orang munafik sebenarnyatelah berusaha dengan seluruh kemam-puannya untuk menipu Nabi dan orang-orang mukmin, tetapi tipu daya AllahSWT. adalah lebih baik. Hal ini sebagai-mana diungkapkan dalam firman-Nya:

Orang-orang kafir itu membuat tipudaya (makar), dan Allah membalastipu daya (makar) mereka itu. danAllah sebaik-baik pembalas tipu daya(QS. Ali Imran, 3: 54).

Bentuk istihza’ Allah kepada orang-orang munafik diungkapkan juga dalambeberapa ayat lainnya dengan ungkapan

“Artikel ini adalah bagian kedua daritafsir surat al-Baqarah ayat 6-20

tentang Sikap Orang-orang Munafik.Pada bagian pertama, telah dijelaskan

mengenai: tafsir mufradat dan tafsir ayat,yakni pada ayat 6-13...”

8 BERKALA TUNTUNAN ISLAM

yang berbeda, seperti dalam surat al-Hadid berikut.

Pada hari ketika orang-orang munafiklaki-laki dan perempuan berkata ke-pada orang-orang yang beriman:“Tunggulah, kami supaya kami dapatmengambil sebahagian dari cahaya-mu”. Dikatakan (dijawab kepada me-reka): “Kembalilah kamu ke belakangdan carilah sendiri cahaya (untuk-mu)”. Lalu diadakan di antara merekadinding yang mempunyai pintu. Disebelah dalamnya ada rahmat dan disebelah luarnya ada siksa (QS. al-Hadid, 57: 13).

Dalam surat al-Muthaffifin Allah jugaberfirman:

Sesungguhnya orang-orang yang ber-dosa, adalah mereka yang (dahulunyadi dunia) menertawakan orang-orangyang beriman (29). Dan apabila orang-orang yang beriman berjalan di ha-dapan mereka, mereka saling menge-dip-ngedipkan matanya (30). Dan apa-bila orang-orang berdosa itu kembalikepada kaumnya, mereka kembali de-ngan gembira (31). Dan apabila merekamelihat orang-orang mukmin, merekamengatakan: “Sesungguhnya merekaitu adalah benar-benar orang-orangyang sesat” (32). Padahal mereka itutidak dikirim untuk menjadi penjagabagi orang-orang mukmin (33). Makapada hari ini, orang-orang yang berimanmenertawakan orang-orang kafir (34).(QS. al-Muthaffifin, 57: 13).

Kemudian pada ayat 16, kaum muna-fik itu dinyatakan bahwa usahanya tidakberhasil, sebagaimana disebutkan dalamfirman Allah berikut.

Mereka itulah orang yang membeli ke-sesatan dengan petunjuk, maka tidak-lah beruntung perniagaan mereka dantidaklah mereka mendapat petunjuk.(QS. al-Baqarah, 2: 16).

Pada ayat tersebut dijelaskan bahwaorang-orang munafik itu telah membelikesesatan dengan petunjuk. Pernyataantersebut memberikan pengertian bahwakesesatan mereka adalah karena per-lakuan dan usaha mereka sendiri, bukankarena diciptakan demikian secarapaksa. Sebab, pada dasarnya manusia

9EDISI 6/2012

itu dilahirkan dalam keadaan berimankepada Allah, sebagaimana ditegaskandalam firman-Nya:

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu me-ngeluarkan keturunan anak-anakAdam dari sulbi mereka dan Allahmengambil kesaksian terhadap jiwamereka (seraya berfirman): “Bukan-kah Aku ini Tuhanmu?” mereka men-jawab: “Betul (Engkau Tuhan kami),kami menjadi saksi”. (kami lakukanyang demikian itu) agar di hari kiamatkamu tidak mengatakan: “Sesung-guhnya kami (Bani Adam) adalahorang-orang yang lengah terhadap ini(Keesaan Tuhan)” (QS al-A’raf: 172).

Kemudian ayat 16 surat al-Baqarahtersebut ditutup dengan firman-Nya:

Maka tidaklah beruntung perniagaanmereka dan tidaklah mereka menda-pat petunjuk.

Karena usaha mereka tidak meng-hasilkan buah yang nyata, bahkan merekamerugi dan kecewa, karena perpanjangankenikmatan kepada mereka dan penun-daan hukuman bagi mereka tidaklah adamanfaatnya. Dan mereka tidak mempe-roleh petunjuk, karena mereka tidak da-pat memahami al-Qur’an dengan pema-haman yang benar.

Untuk mempermudah pemahamantentang sifat-sifat kaum munafiqin, Allahmembuat perumpamaan bagi mereka,karena penjelasan dengan perumpamaanlebih mudah dipahami. Maka, pada ayat17-18, Allah mengungkapkan merekadalam perumpamaan sebagai berikut.

GRIYA MUSLIM MENTARITimur Pasar Tambak, Banyumas, Jawa Tengah

DistributorNIBRAS Fashion

menyediakan:busana muslim / muslimah

buku-buku Islam, produk herbal

dan lain-lain

� 087.737.033.838

Agen Berkala Tuntunan ISLAMwilayah Kecamatan Tambak, dsk.

10 BERKALA TUNTUNAN ISLAM

Perumpamaan mereka adalah sepertiorang yang menyalakan api, makasetelah api itu menerangi sekeliling-nya Allah hilangkan cahaya (yangmenyinari) mereka, dan membiarkanmereka dalam kegelapan, tidak dapatmelihat (17). Mereka tuli, bisu danbuta, maka tidaklah mereka akankembali (ke jalan yang benar). (QS al-Baqarah, 2: 17-18)

Karena al-Qur’an diturunkan dalambahasa Arab, maka dalam menjelaskanmakna dan maksudnya dipergunakanuslub (susunan) bahasa Arab. Amsal(perumpamaan) adalah salah satu uslubyang banyak digunakan dalam al-Qur’anuntuk menjelaskan berbagai masalah.

Amsal atau perumpamaan lebih mu-dah dipahami, lebih mudah menembusjiwa seseorang, dan pengaruhnya sangatbesar. Selain itu, dengan perumpamaanlebih mampu menampakkan hal-hal yangtersembunyi dan lebih kuat dalam meng-hapus serta menghilangkan kesamaran.Untuk itulah Allah menggunakan perum-pamaan ini dalam menjelaskan keadaanorang-orang munafik pada ayat tersebut.

Allah telah melukiskan gambarankeadaan orang-orang munafik ketikamula-mula masuk Islam, dan cahaya imanpun masuk dalam hati mereka. Tetapikemudian, masuklah keraguan dalam jiwamereka, lalu mereka mengingkari dan

meninggalkan cahaya iman, karena mere-ka tidak memperoleh keuntungan dankebaikan. Maka mereka akhirnya tidakdapat melihat jalan hidayah dan tidak da-pat mencapai jalan keselamatan, padahalcahaya iman itu telah menyinari orang-orang yang berada di sekitar mereka, ya-itu orang-orang mukmin.

Keadaan mereka dilukiskan sepertiorang yang menyalakan api untuk meng-hilangkan kegelapan di sekitar mereka.Tetapi setelah api itu menyinari tempatdan benda-benda di sekitarnya, turunlahkekuatan yang sangat rahasia dari langit,seperti hujan lebat atau seperti anginpuyuh yang memporakporandakan danmemadamkan sinar tersebut, sehinggamereka berada dalam kegelapan dantidak dapat melihat sesuatu pun yangberada di sekitar mereka.

Selanjutnya, mereka seperti orangyang bisu, tuli dan buta, seperti orang yangkehilangan panca indera, karena tidakdapat memfungsikan panca inderanya.Apa gunanya pendengaran, jika tidakdimanfaatkan untuk mendengarkan pe-tunjuk? Apa gunanya penglihatan, jikatidak dimanfaatkan untuk melihat sesuatuyang baik untuk dijadikan pelajaran gunamenambah hidayah? Maka, barangsiapatidak dapat memanfaatkan telinga, mulutdan mata untuk kebaikan, seakan-akankehilangan seluruh panca inderanya.Sehingga, bagaimana mungkin merekadapat keluar dari kesesatan atau kembalikepada kebenaran?

Al-Maraghi dalam tafsirnya menjelas-kan bahwa Allah membuat perumpamaanbagi orang-orang munafik, seperti dise-

11EDISI 6/2012

butkan pada ayat 17 dan 18, karenamereka tidak memanfaatkan pancainderanya untuk kebaikan. (al-Maraghi,1969, I: 59).

Menurut al-Qasimy, amsal (per-umpamaan) ini biasanya dipergunakanuntuk menjelaskan keadaan, kisah-kisahatau sifat yang mempunyai keistimewaandan keajaiban, sebagaimana disebutkandalam firman-Nya ketika menjelaskankeajaiban surga berikut.

Perumpamaan surga yang dijanjikankepada orang-orang yang takwa ialah(seperti taman); yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; buahnya takhenti-henti sedang naungannya (demi-kian pula). Itulah tempat terakhir bagiorang-orang yang bertakwa, sedangtempat terakhir bagi orang-orangkafir ialah neraka. (QS. ar-Ra’d: 35)

Pada ayat berikut, Allah berfirmantentang perumpamaan orang yang tidakberiman terhadap kehidupan akhirat:

Orang-orang yang tidak beriman ke-pada kehidupan akhirat, mempunyaisifat yang buruk; dan Allah mempu-nyai sifat yang Maha Tinggi; dan Dia-lah yang Maha Perkasa lagi MahaBijaksana.( QS an-Nahl, 60)

Pada surat al-Fath ayat 29, Allah ber-firman menggambarkan amsal tentangkekuatan orang-orang beriman.

Demikianlah sifat-sifat mereka dalamTaurat dan sifat-sifat mereka dalamInjil, yaitu seperti tanaman yang me-ngeluarkan tunasnya maka tunas itumenjadikan tanaman itu kuat lalumenjadi besarlah dia dan tegak lurusdi atas pokoknya; tanaman itu me-nyenangkan hati penanam-penanam-nya karena Allah hendak menjengkel-kan hati orang-orang kafir (dengan ke-kuatan orang-orang mukmin). (QS. AlFath, 48: 29)

Kisah surga adalah kisah yang sangatmenakjubkan, baik keindahan maupunkenikmatannya, sifat Allah adalah sifatyang Maha Agung dan Maha Mulia, danpengikut Nabi Muhammad juga sangatmenakjubkan. Agar dapat dipahamisecara lebih baik oleh manusia makaAllah menjelaskan dengan membuatperumpamaan-perumpamaan. (al-Qasimiy, 1978, II: 56).

Untuk lebih mengenal keadaan orang-orang munafik, baik mereka yang hiduppada masa permulaan Islam maupunyang hidup pada masa kini atau padamasa yang akan datang, Allah meng-gambarkan mereka dengan perum-pamaan yang lain, sebagaimana di-

12 BERKALA TUNTUNAN ISLAM

sebutkan pada ayat 19 dan 20:

Atau seperti (orang-orang yang di-timpa) hujan lebat dari langit diser-tai gelap gulita, guruh dan kilat; me-reka menyumbat telinganya denganjarinya, karena (mendengar) petir,sebab takut akan mati. dan Allah meli-puti orang-orang yang kafir. Hampir-hampir kilat itu menyambar pengli-hatan mereka. Setiap kali kilat itu me-nyinari, mereka berjalan di bawahsinar itu, dan bila gelap menimpa me-reka, mereka berhenti. Jika Allahmenghendaki, niscaya Dia melenyap-kan pendengaran dan penglihatanmereka. Sesungguhnya Allah MahaKuasa atas segala sesuatu (QS al-Baqarah, 2: 19-20).

Pada ayat 17 dan 18, Allah meng-gambarkan perumpamaan orang-orangmunafik seperti orang yang menyalakanapi, yang kemudian mereka padamkanlagi. Pada ayat 19 dan 20 ini Allah meng-gambarkan perumpamaan mereka sepertiorang yang ditimpa hujan lebat, yangdapat melenyapkan pendengaran danpenglihatan. Yang demikian ini untuk

menggambarkan keadaan orang-orangmunafik dan menjelaskan kekejian per-buatan mereka, dengan tujuan untukmemberi peringatan dan pelajaran agarberhati-hati terhadap mereka. Sebabmereka selalu menyebarkan fitnah dankekacauan dalam masyarakat.

Sebenarnya orang-orang munafik initelah memperoleh hidayah Ilahiyah darilangit, tetapi kemudian mereka tertimpakegoncangan iman dan kekacauan sertakegelapan taklid. Mereka juga merasatakut terhadap orang-orang kafir yangada di sekitar mereka ketika mengerjakanhal-hal yang bertentangan dengan pen-dapat mereka. Lalu mereka mendapatkancahaya hidayah lagi ketika didatangiseorang da’i, dan tampaklah bagi merekatanda-tanda kekuasaan Allah denganjelas, karena adanya bukti dan hujjahyang kuat. Maka, mereka pun mem-punyai keinginan yang sangat kuat untukmengikuti kebenaran, karena cahayahidayah tersebut.

Namun, kemudian mereka kembalilagi kepada kegelapan dan kegoncanganjiwa, serta kebingungan. Bagaikan orangyang berada di padang pasir, yang ditimpaoleh kegelapan malam dan hujan lebatyang disertai angin ribut dan kilat, serta

Orang-orang munafik,menampakkan imannya,tetapi batin mereka tidak

beriman sebagaimanaorang-orang kafir.

13EDISI 6/2012

guruh yang keras dan menakutkan,sehingga mereka harus menutupi telingamereka dengan jari-jari tangannya. Tetapiusaha tersebut tidaklah dapat menyela-matkan mereka dari bencana yang telahditetapkan Allah SWT. Semua itu me-ngandung hikmah dan kemaslhatan yangkadang-kadang tidak dapat kita ketahui.(al-Maraghi, I: 60).

Rasyid Rida, dalam tafsirnya, mem-peringatkan agar berhati-hati terhadappenafsiran sebagian ulama yang kurangmengindahkan kesahihan sumbernya.Misalnya, al-Jalal as-Suyuti menafsirkan“ar-ra’ad” (guntur) adalah malaikat, atausuaranya, “al-baq” (kilat) adalah cam-buknya, untuk menghalau awan. Seakan-akan malaikat adalah makhluk yangbertubuh, sebab suara yang dapat dide-ngar adalah ciri-ciri makhluk yang ber-tubuh. Dan seakan-akan awan adalahbinatang khimar (keledai) yang bandel,tidak mau berjalan kecuali dengan dihar-dik dan dicambuk berkali-kali. Demikianlahpemahaman sebagian orang Arab.

Sebenarnya, tidak boleh memalingkandari makna alam syahadah (yang dapatdilihat) kepada makna alam ghaib (yangtidak dapat dilihat) yang hanya diketahuioleh Allah SWT. Hanya saja, sebagianmufasir itu senang mengumpulkanpenafsiran-penafsiran yang tidak adasumbernya, seperti kisah-kisah israiliyatyang berasal dari orang-orang Yahudi,untuk menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an.(Rasyid Rida, I: 174).

Sebagian besar kisah-kisah israiliyatdisampaikan oleh empat tokoh yangterkenal, yaitu: Abdullah bin Salam,

Ka’ab al-Ahbar, Wahab ibnu Munabbihdan Abdul Malik bin Abdil Aziz bin Juraij.Sebagian besar ulama berpendapatbahwa periwayatan dari mereka tidakdapat dipercaya, dan harus ditinggalkan.(Az-Zahabi, 1976, at-Tafsir wa al-Mufassiruun, I:183).

Ayat tersebut ditutup dengan firman-

Nya: Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atassegala sesuatu.Pernyataan ini sebagai ancaman terhadaporang-orang munafik, bahwa Allah ber-kuasa menghilangkan pendengaran danpenglihatan mereka jika berkehendak.Juga memberikan pengertian bahwa ke-hendak Allah amat erat kaitannya dengankekuasaan-Nya.

KesimpulanAllah menyebutkan ciri-ciri orang-

orang munafik pada ayat-ayat tersebutdengan sepuluh sifat, yaitu al-kadzab(dusta), al-khida’ (reka daya), al-makr(makar), as-safih (dungu), istihza’(penghinaan), al- ifsad (berbuatkerusakan), al-jahl (bodoh), adh-dhalal(sesat), at-tadzabdzub (terombang-ambing), dan as-sukhriyyah (sombong).

Orang-orang munafik, menampakkanimannya, tetapi batin mereka tidak ber-iman sebagaimana orang-orang kafir.Karena itulah Rasulullah SAW. sangatberhati-hati terhadap mereka, dan mem-peringatkan kepada seluruh kaum muslimagar waspada, sebab sebenarnya merekasangat berbahaya.�

Narasumber utama artikel ini:Prof. Drs. H. Saad Abdul Wahid

14 BERKALA TUNTUNAN ISLAM

Makna dan Konsekwensi

La IIaha Illa Allah

Tuntunan Akidah

(bagian ke-3, habis)

Pada edisi sebelumnya telah dibahasmakna, implikasi dan konsekwensi

atas orang yang telah mengikrarkan ka-limat tauhid Lâ Ilâha illa Allâh, yangrealisasinya tidak dapat dipisahkandengan ikrar Muhammadun Rasûlullâh.Kalimat La Ilaha illa Allah (syahadattauhid) sebagai landasan prinsip, landasanideologis bagi seorang Muslim, sedang-kan kalimat Muhammadur Rasulullah(syahadat rasul) merupakan landasanmetodologis yang harus dijalani setiapMuslim dalam mewujudkan makna LâIlâha illa Allâh dalam kehidupannya.Allah menegaskan:

Katakanlah, “Jika kamu (benar-benar)mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya

Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagiMaha Penyayang. Katakanlah,“Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jikakamu berpaling, maka sesungguhnyaAllah tidak menyukai orang-orangkafir” (QS Ali Imran: 31-32).

Pada edisi ini, kajian diarahkan ke-pada perkara-perkara yang dapat meng-halangi tegaknya nilai-nilai ikrar La Ilahailla Allah, bahkan merusak dan mem-batalkannya, sehingga seorang Muslimkehilangan nikmat al-aqidah, al-imandan al-Islam.

Apabila perkara-perkara tersebutada atau terdapat pada diri seorang Mus-lim, baik perkataan, tindakan dan ke-yakinan yang menghunjam dalam hati,upaya realisasi penegakan ajaran tauhidmenjadi terhalang, atau hal-hal yang telahditegakkan mengalami kerusakan bahkanbatal, sehingga orang tersebut telah keluardari Islam (murtad).

Para ulama ahli ilmu aqidah, ber-dasarkan isyarat-isyarat dari ayat-ayat al-Quran dan al-Sunnah al-Maqbulah,

Pembatal dan Perusak Ikrar Lâ Ilâha illa Allâh

15EDISI 6/2012

telah merumuskan perkara-perkara yangdapat menghalangi tegaknya aqidah LaIlaha illa Allah, atau merusak bahkanmembatalkannya yang biasa disebutdengan Nawaqid al-Aqidah.

Dr. Ibrahim bin Muhammad bin Ab-dullah al-Buraikan menyebutkan, adatujuh perkara yang dapat merusak danmembatalkan kalimat La Ilaha illa Al-lah dengan segala konsekwensinya.Tujuh perkara tersebut adalah:

Pertama, ketidaktahuan (al-jahl)terhadap makna syahadat karena tidakmau berusaha untuk tahu, dengan caramenuntut ilmu. Orang yang mengucapkansyahadat, baik syahadat tauhid maupunsyahadat rasul tanpa mengetahui makna-nya sama sekali tidak bermanfaat bagi-nya, karena pasti tidak dapat mene-rapkan dan menegakkan nilai-nilai yangterkandung di dalamnya, bahkan bisa jadimalah melaksanakan yang bertentangandengan nilai-nilai La Ilaha illa Allah.

Kedua, keraguan (syakk), baik ter-hadap sebagian maupun seluruh darimakna dan kandungan syahadatain.Karena dengan demikian sebenarnya iatelah menganggap tauhid dan syirk, atauhalal dan haram sama saja. Orang yangmasih meragukan makna La Ilaha illaAllah, hampir mendekati orang yang tidaktahu. Karena dengan keraguannya itu,bahkan seandainya ia menganggap salahsatu atas yang lain, hal itu tetap membu-tuhkan keyakinan.

Ketiga, mempersatukan atau menye-kutukan Allah subhanahu wataaladengan sesuatu selain Dia (syirk).

Dan ingatlah ketika Ibrahim berkatakepada bapaknya dan kaumnya: “Se-sungguhnya aku tidak bertanggungjawab terhadap apa yang kamu sem-bah. Tetapi (aku menyembah) Tuhanyang menjadikanku; karena sesung-guhnya Dia akan memberi hidayahkepadaku”. Dan (lbrahim AS) men-jadikan kalimat tauhid itu kalimatyang kekal pada keturunannya supayamereka kembali kepada kalimattauhid itu . (QS az-Zukhruf : 26-28).

Tentu dalam hal ini menuntut adanyapengetahuan tentang syirik dan batasan-batasannya, agar kita dapat menghindarisyirik dan para pelakunya.

Keempat, kedustaan dalam akidah(nifaq), yakni menampakkan iman danmenyembunyikan kekufuran.

Orang-orang Badui yang tertinggal(tidak turut ke Hudaibiyah) akan me-ngatakan: “Harta dan keluarga kami

16 BERKALA TUNTUNAN ISLAM

telah merintangi kami, maka mohon-kanlah ampunan untuk kami”; mere-ka mengucapkan dengan lidahnya apayang tidak ada dalam hatinya. Kata-kanlah: “Maka siapakah (gerangan)yang dapat menghalang-halangi ke-hendak Allah, jika Dia menghendakikemudharatan bagimu atau jika Diamenghendaki manfaat bagimu. Sebe-narnya Allah Maha Mengetahui apayang kamu kerjakan. (QS al-Fath : 11).

Kebalikan dari nifaq adalah menge-tahui makna syahadat tauhid, meneri-manya dengan hatinya, melaksanakansemua kewajiban yang menjadi konse-kuensinya, dan hatinya jujur dengan apayang diucapkan oleh lisannya.

Kelima, membenci terhadap sya-hadat dengan segala maknanya, me-musuhi orang-orang yang meyakini ke-benarannya dan para penyerunya, sertaberusaha menjauhkan manusia darinyadengan jalan menyeru kepada hal-halyang bertentangan dengan kalimat itu,serta mendukung dan mencintai parapenyeru tersebut dan menjadikan merekasebagai sekutu selain Allah.

Dan diantara manusia, ada orang-orang yang menyembah tandingan-

tandingan selain Allah; mereka men-cintainya sebagaimana mereka men-cintai Allah. Adapun orang-orangyang beriman, amat sangat cintanyakepada Allah. Dan jika seandainyaorang-orang yang berbuat zalim itumengetahui ketika mereka melihatsiksa (pada hari kiamat), bahwa keku-atan itu kepunyaan Allah semuanya,dan bahwa Allah amat berat siksa-Nya(niscaya mereka menyesal). (QS al-Baqarah, 2: 165)

Keenam, meninggalkan makna danlafadh syahadat serta tidak mau me-laksanakan kewajiban-kewajiban yangsudah menjadi konsekuensinya, baiksecara umum maupun sebagian, dimanaia tidak melaksanakan rukun Islam danperbuatan Islami; sekalipun ia mengklaimbahwa ia memahami, meyakini dan men-cintai maknanya, serta memusuhi semuayang menyalahinya serta para pelakunya.

Sesungguhnya orang-orang yang kafirkepada Allah dan rasul-rasul-Nya, danbermaksud memperbedakan antara(keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: “Ka-mi beriman kepada yang sebahagian

17EDISI 6/2012

dan kami kafir terhadap sebahagian(yang lain)”, serta bermaksud (denganperkataan itu) mengambil jalan (te-ngah) diantara yang demikian (imanatau kafir), merekalah orang-orangyang kafir sebenar-benarnya. Kamitelah menyediakan untuk orang-orangyang kafir itu siksaan yang meng-hinakan. (QS an-Nisa, 4: 150-151)

Ketujuh, menolak makna dan lafazhsyahadat serta keyakinan akan kebe-narannya. Kaum musyrikin Arab sebe-narnya mengetahui makna syahadat, teta-pi menolaknya dan tidak menyukainya.

Sesungguhnya mereka dahulu apabiladikatakan kepada mereka: “La ilahailla Allah” (tiada Tuhan yang berhak

disembah melainkan Allah) merekamenyombongkan diri. Dan merekaberkata: “Apakah sesungguhnya kamiharus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang pe-nyair gila?” (QS ash-Shaffat: 36).

Tujuh perkara di atas merupakanperkara-perkara yang harus dicermatidan disikapi dengan hati-hati, supayadapat dihindari dan tidak merasuk dalamjiwa kita. Tujuh perkarta tersebut lebihbersifat garis besar, yang kalau dirinciakan ditemukakan lebih banyak lagi.Dengan sikap yang hati-hati danwaspada baik untuk diri sendiri maupununtuk orang lain sesama mukmin, insyaAllah aqidah la ilaha illallah dengan segalakonsekwensinya dapat dijaga dan di-perkuat. Nasrun Minallah.�

Narasumber utama artikel ini:Syamsul Hidayat,

Dosen Fakultas Agama Islam UMS

18 BERKALA TUNTUNAN ISLAM

Pengantar

Pada edisi lalu telah dijelaskan bahwaIslam menaruh perhatian yang sangat

besar terhadap ajaran adil. Denganajaran ini, misi Allah menurunkan ajaranIslam untuk menciptakan kehidupan yangpenuh dengan kedamaian dan kesejah-teraan lahir dan batin dapat terwujud.

Dewasa ini kita saksikan kehidupanumat manusia, khususnya di Indonesia,penuh dengan kekacauan dan kesengsa-raan, hal ini karena nilai-nilai keadilanyang menjadi pokok ajaran Islam telahdiabaikan. Berbagai kerusuhan dan tin-dak kekerasan, sebagian besar disebab-kan oleh nilai keadilan yang telah hilang.Jika kita cermati kehidupan rumahtangga,apabila tanpa dilandasi nilai keadilan,dipastikan akan terjadi berbagai perso-alan dan prahara, mulai dari kenakalananak bahkan sampai perceraian.

Umat Islam sengaja dipilih oleh AllahSWT, sebagai umat terbaik yang dila-hirkan untuk memimpin manusia dalmmemperoleh kemaslahatan mereka. Allah SWT berfirman:

Kamu adalah umat yang terbaik yangdilahirkan untuk manusia, menyuruhkepada yang ma’ruf, dan mencegahdari yang munkar, dan berimankepada Allah. Sekiranya ahli kitabberiman, tentulah itu lebih baik bagimereka, di antara mereka ada yangberiman, dan kebanyakan merekaadalah orang-orang yang fasik. (QSAli Imran, 3: 110)

Memperhatikan ayat tersebut, makaumat Islam harus berada di posisi terde-pan dalam menerapkan ajaran adil ditengah-tengah masyarakat. Dengan de-mikian, umat Islam akan mampu melak-sanakan misi mereka sebagai umat ter-baik. Sebaliknya, tanpa penerapan ajaranadil tersebut, umat Islam tidak layakdiperhitungkan sebagai umat terbaik.

Penerapan Sikap dan Perilaku AdilSeorang muslim menyadari bahwa

ajaran sikap dan perilaku adil adalahperintah Allah yang harus diterapkandalam kehidupannya, meliputi: kehidupanpribadinya, kehidupan keluarganya,kehidupan masyarakatnya dan kehidupannegaranya.

Berlaku ADIL

Tuntunan Akhlak

(Bagian ke-2)

19EDISI 6/2012

Adil dalam Kehidupan PribadiPertama. Seorang muslim harus

memiliki pandangan yang adil dalammelihat hukum-hukum Allah yang tampakberbeda antara dua jenis yang berlainan,khususnya antara laki-laki dan perem-puan, misalnya dalam hal perannya dalamrumahtangga, pembagian warisan danlain-lain. Artinya, seorang muslim harusmelihat perbedaan hukum tersebut dalamperspektif keharusan adanya keseim-bangan (tawazun) yang justru akan mela-hirkan kemaslahatan bagi manusia. Diameyakini bahwa Allah SWT adalah MahaAdil. Dia menciptakan alam semesta di-dasarkan kepada adanya keseimbanganantara satu dengan yang lain. Makadengan adanya keseimbangan inilahsegala sesuatu di alam raya ini dapatberjalan dengan baik dan teratur. AllahSWT berfirman:

Hai manusia, apakah yang telah mem-perdayakan kamu (berbuat durhaka)terhadap Tuhanmu yang Maha Pe-murah. yang telah menciptakan kamulalu menyempurnakan kejadianmudan menjadikan (susunan tubuh)museimbang.(QS al-Infithar, 82: 6-7)

Dengan demikian seorang muslimakan menerima hukum-hukum Islamdengan hati yang ikhlas dan penuh ke-relaan hati. Dia terhindar dari pemahamankeagamaan yang cenderung lebih me-ngedepankan kebebasan akal dan nafsudaripada keimanannya, seperti pahamliberalisme, feminisme, dan lain-lain.

Kelompok feminisme, misalnya, da-lam berbagai kesempatan menuduhajaran Islam bersifat diskriminatif karenatidak memberikan hak yang sama antaralaki-laki dan perempuan. Menurut mere-ka, seorang istri dapat menjadi kepalarumahtangga seperti halnya seorangsuami. Begitu pula ia dapat menjalankanpekerjaan-pekerjaan apa pun sepertiyang dilakukan oleh laki-laki sepertimenarik becak, sopir dan lain-lain.

Sebenarnya, inilah awal dari adanyaprahara rumahtangga dan kenakalananak yang dewasa ini banyak terjadi,yaitu ketika dalam kehidupan rumah-tangga tak ada lagi tawazun antara peransuami dan istri.

Kedua. Seorang Muslim harus adildalam menempatkan kepentinganduniawiyah nya dan ukhrawiyah, dalampengertian mampu memenuhi keseim-bangan antara amaliah-amaliahukhrawiyah dengan duniawiyah. Yangdimaksud amaliah ukhrawiah adalahsetiap perbuatan yang dilakukan untukmaksud memperoleh bekal di akhiratseperti shalat, puasa, haji, dan lain-lain.Sedangkan amaliah duniawiah adalahsetiap usaha yang dilakukan seseorangguna memperoleh kesenangan dunia.Seperti: bekerja, makan, olahraga, danlain-lain.Dalam hal ini Allah SWT berfirman:

20 BERKALA TUNTUNAN ISLAM

Dan carilah pada apa yang telah di-anugerahkan Allah kepadamu (keba-hagiaan) negeri akhirat, dan jangan-lah kamu melupakan bahagianmu dari(kenikmatan) duniawi dan berbuatbaiklah (kepada orang lain) sebagai-mana Allah telah berbuat baik, kepa-damu, dan janganlah kamu berbuatkerusakan di (muka) bumi. Sesung-guhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.(QS al-Qashash, 28: 77)

Apabila telah ditunaikan shalat, makabertebaranlah kamu di muka bumi;dan carilah karunia Allah dan ingatlahAllah banyak-banyak supaya kamuberuntung. (QS al-Jumuah, 62: 6-7)

Ayat di atas secara tegas memerintah-kan seorang Muslim agar memenuhi kese-imbangan (tawazun) antara kepentinganukhrawiyah dengan menegakkan shalatdan kepentingan duniawiyah denganbekerja untuk mencari karunia Allah dimuka bumi.

Selanjutnya, Allah SWT berfirman:

Dan demikian (pula) Kami telah men-jadikan kamu (umat Islam), umatyang adil dan pilihan agar kamu men-jadi saksi atas (perbuatan) manusia

dan agar Rasul (Muhammad) menjadisaksi atas (perbuatan) kamu. (QS al-Baqarah, 2: 143)

Rasyid Ridla, dalam Kitab Tafsir al-Manar, menafsirkan kalimat ummatanwasathan dengan mengemukakan,bahwa sebelum kedatangan Islam umatmanusia terbagi menjadi dua kelompok:Kelompok pertama, yang berlebih-lebihan dalam memperturutkan kepen-tingan materi, seperti orang-orang Yahudidan musyrikin. Kelompok kedua, yangberlebih-lebihan dalam memperturutkankepentingan spiritual, seperti kaum Nas-rani, Shabi’in dan para penyembah patungdari kalangan Hindu. Sedangkan umatIslam, sesuai ajaran agamanya, memper-temukan antara keduanya.

Umat Islam disebut ummatan wa-sathan karena mereka mampu menem-patkan hak-hak pada keduanya (hak-hakyang bersifat materi dan hak-hak yangbersifat spiritual) secara adil dalam pe-ngertian adanya keseimbangan antarakeduanya. Keseimbangan ini bukanberarti sama persis ukurannya, tetapi ha-rus dengan mempertimbangkan aspekprioritas dan kepentingannya. Kepen-tingan ukhrawiyah jauh lebih pentingdaripada kepentingan duniawiyah,karena itu ia harus diprioritaskan melebihikepentingan duniawiyah.

Allah SWT berfirman:

Tetapi kamu (orang-orang kafir) me-milih kehidupan duniawi, sedangkehidupan akhirat adalah lebih baikdan lebih kekal. (QS al-A’la: 16-17)

21EDISI 6/2012

Ketiga. Seorang muslim harus ber-laku adil dalam pengertian mampu mem-berikan keseimbangan antara memenuhihak pribadinya, hak Tuhannya dan hakkeluarga serta masyarakat. Hak-hak pri-badi misalnya: makan, minum, istirahat,berolahraga, dan lain-lain. Hak-hak

Tuhannya misalnya menegakkan shalat,berdzikir, berpuasa, menunaikan haji, danlain-lain. Hak-hak keluarga misalnyamemberi nafkah, pendidikan, kasihsayang, dan lain-lain. Sedangkan hak-hakmasyarakat misalnya: berdakwah, tolong-menolong, berinteraksi sosial, dan lain.

Seorang Muslim haruslah mencontohNabi SAW dalam hal keseimbangan

pemenuhan hak-hak pibadi, hak Tuhandan hak masyarakat. Sebaliknya, seo-rang Muslim tidak boleh terjebak kepadapemenuhan hak-hak tertentu denganmeninggalkan hak-hak lainnya, sebagai-mana pernah terjadi pada masaRasulullah. Suatu Hadits menyebutkan:Dari Anas RA, bahwa beberapa saha-bat Nabi SAW. bertanya secara diam-diam kepada istri-istri Nabi tentangamal ibadah beliau. Lalu di antaramereka ada yang mengatakan: akutidak akan menikah dengan wanita.Yang lain berkata: aku tidak akanmemakan daging. Yang lain lagi me-ngatakan: aku tidak akan tidur de-ngan alas. Mendengar itu Nabi me-muji Allah dan bersabda: “Apa yangdiinginkan orang-orang yang berka-ta begini, begini! Padahal aku sendirishalat dan tidur, berpuasa dan ber-buka serta menikahi wanita! Barangsiapa yang tidak menyukai sunahku,maka ia bukan termasuk golongan-ku.” [HR. Muslim]

Kasus yang terjadi pada masa Nabitersebut harus menjadi perhatian setiapMuslim, karena umat Islam padaumumnya belum mampu memberikankeseimbangan dalam memenuhi hak-haknya. Sebagian umat Islam ada yang

lebih mementingkan memenuhi hak-hakpribadinya, hak-hak keluarga dan ma-syarakat namun mengabaikan hak-hakTuhannya. Mereka sangat senang ma-kan enak, rajin olahraga, giat bekerja,peduli anak dan istri dan aktif berorga-nisasi, namun mereka jarang shalatberjamaah di Masjid, jarang membacaal-Qur’an apalagi shalat malam.

Sebaliknya, sebagian yang lain adayang lebih mementingkan hak-hak Tu-hannya dan mengabaikan hak-hak yanglain. Mereka rajin shalat berjamaah diMasjid, rajin mengikuti majlis-majlisdzikir, rajin berpuasa Senin-Kamis, na-mun dalam hal makan, minum, berpa-kaian serba kekurangan dan acapkalitidak memberi nafkah dan perhatian yangcukup terhadap keluarganya.

Tidak jarang pula, dewasa ini kita sak-sikan sebagian umat Islam sangat besarperhatian dan kepeduliannya kepada hal-hal yang menyangkut kepentingan ma-syarakatnya, mereka sibuk mengadakanrapat-rapat dan bakti sosial, namun di sisilain mereka kurang tidur, kurang makandan kurang peduli terhadap kepentingananak-anak dan istrinya.

Inilah contoh-contoh ketidakseim-bangan hidup yang pada gilirannya akanmelahirkan ketidakharmonisan, yangakan berakibat kehidupan seorangmuslim menjadi oleng dan tidak sehat.�

Menyeimbangkan Hidup sebagai Manusia

22 BERKALA TUNTUNAN ISLAM

Seorang muslim harus berlaku adil,dalam pengertian selalu menjaga keseim-bangan antara usahanya dalam mencarikepuasan batiniyah dengan kebutuhanorang lain yang menginginkan ketenangan.Seorang muslim diperintahkan Allah un-tuk berdzikir dan membaca al-Qur’ansebanyak-banyaknya, agar mendapatkanketenangan batin. Namun, perlu diingat,ia tidak boleh berdzikir dengan suarakeras, sebab dapat mengganggu oranglain yang juga membutuhkan ketenangan.

Rasulullah pernah menegur orangyang membaca al-Qur’an dengan suarakeras sementara di dekatnya ada orangsedang shalat. Maka, dalam konteks ini,seorang muslim yang sedang berdzikir dimasjid, membaca al-Qur’an atau menga-lunkan syair tertentu, hendaknya dengansuara pelan yang hanya bisa didengarsendiri agar tidak mengganggu orang lainyang sedang shalat atau berdzikir.

Adil dalam Kehidupan RumahtanggaPertama. Seorang muslim wajib ber-

buat adil terhadap kedua orangtuanyadengan memenuhi hak-hak mereka se-cara baik. Hak-hak tersebut tercakupdalam perintah ihsan (berbuat baik), se-bagaimana sering diungkapkan dalam al-Qur’an atau perintah birrul walidain(berbakti kepada kedua orangtua) seba-gaimana sering dijelaskan dalam Hadits.

Allah SWT berfirman:

Dan Tuhanmu telah memerintahkansupaya kamu jangan menyembahselain Dia dan hendaklah kamu ber-buat baik pada ibu bapakmu dengansebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanyasampai berumur lanjut dalam peme-liharaanmu, maka sekali-kali jangan-lah kamu mengatakan kepada ke-duanya perkataan “ah” dan jangan-lah kamu membentak mereka danucapkanlah kepada mereka perkata-an yang mulia. Dan rendahkanlahdirimu terhadap mereka berdua de-ngan penuh kesayangan dan ucapkan-lah: “Wahai Tuhanku, kasihilah me-reka keduanya, sebagaimana merekaberdua telah mendidik aku waktukecil”. (QS al-Isra, 17: 23-24)

Di dalam Hadits disebutkan:

Dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata:Aku pernah bertanya kepada Rasulul-lah SAW : “Amalan apakah yang pa-ling utama?” Beliau menjawab, “Sha-lat pada awal waktunya.” Kemudian

23EDISI 6/2012

aku bertanya, “Apa lagi?”, Beliaumenjawab: “Berbakti kepada keduaorangtua”. Lalu aku bertanya, “Apalagi?”, Beliaumenjawab: “Jihad fisabilillah”. (HR Muslim)

Hak-hak ihsan yang harus diberikanseorang anak kepada orang tuanya ber-wujud antara lain: mengikuti keinginanatau saran keduanya, menghormati danmemuliakan keduanya, membantu secarafisik dan materi, serta mendo’akan ke-duanya agar dikaruniai ampunan danrahmat Allah.

Bila orang tua telah meninggal dunia,hak ihsan yang diberikan antara lain:menyelenggarakan jenazahnya denganbaik, melunasi hutang-hutang, melak-sanakan wasiat, melanjutkan silaturrahmiyang dibinanya, memuliakan sahabat-sahabatnya dan mendoakannya.

Seorang Muslim menyadari bahwaperintah berbuat ihsan kepada keduaorangtua menempati peringkat keduasetelah perintah beribadah kepada Allah.Hal ini memberi petunjuk adanya prioritasutama untuk memberikan hak-hak kepa-da kedua orangtua sebelum kerabat-kerabat lainnya. Seorang muslim akanberhati-hati dan tidak akan mengabaikanhak-hak kedua orangtuanya dengan me-lakukan kedurhakaan (uququl walidan),karena hal ini termasuk dosa besar, satutingkat di bawah dosa syirik. RasulullahSAW bersabda:

“Rasulullah SAW ditanya tentang dosa-dosa besar, Beliau menjawab: “Me-nyekutukan Allah, durhaka kepadakedua orang tua, membunuh jiwa danpersaksian palsu”. (HR Bukhari)

Selain kedua orang tua, seorang Mus-lim juga memberikan hak-hak kepadasanak kerabatnya berupa memberikankasih sayang, bersillaturrahmi, memberibantuan, nafkah dan waris sesuai denganketentuan hukum Islam.

Kedua. Seorang muslim wajib ber-laku adil adil kepada suami atau istrinya,dalam pengertian memenuhi hak-haksuami atau istrinya menurut apa yangseharusnya diterimanya tanpa mengurangihak-hak tersebut sedikit pun. Bagiseorang suami, hak-hak istri yang harusdiberikan antara lain: memberikantamattu’ badani (kenimatan badan),mahar, nafkah, pergaulan yang baik(mu’asyarah bil ma’ruf), bimbinganagama, nasab anak dan harta waris.

Allah SWT berfirman:

Dan kewajiban ayah memberi makandan pakaian kepada para ibu dengancara makruf. Seseorang tidak dibe-bani kecuali menurut kadar kesang-gupannya.(QS al-Baqarah, 2: 233)

Dalam ayat yang lain Allah SWTberfirman:

Dan pergaulilah mereka (istri-istrimu)secara patut. (QS an-Nisa’, 4: 19)

24 BERKALA TUNTUNAN ISLAM

Bagi seorang istri, hak-hak suami yangharus diberikan antara lain: memberikantamattu’ badani (kenimatan badan),nasab anak, patuh, pergaulan yang baikdan harta waris. Sabda Rasulullah SAW:

Dari Abu Hurairah: Pernah ditanya-kan kepada Rasulullah SAW“Siapakahwanita yang paling baik?” Jawab Be-liau, “Yaitu yang paling menyenang-kan jika dilihat suaminya, mentaatisuami jika diperintah, dan tidakmenyelisihi suami pada diri dan harta-nya sehingga membuat suami benci”.(HR. An-Nasai)

Rumahtangga seorang muslim dipas-tikan akan berjalan secara harmonis dandiliputi suasana sakinah, mawaddah warahmah manakala masing-masing suamiatau istri mampu berbuat adil dengan caramereka saling memberikan hak dengansemestinya, sesuai hukum agama dankesepakatan bersama. Dengan sangatindah, Allah SWT mengibaratkan suamiistri sebagai pakaian. Dia berfirman:

Mereka (istri-istrimu) adalah pakaianbagimu, dan kamupun adalah pakaianbagi mereka. (QS al-Baqarah, 2: 187)

Pakaian yang baik, tidak ditentukandari bahan yang mahal, tetapi oleh faktorpemakainya yang pandai menata danmenempatkannya sesuai proporsi dan

pemanfaatannya. Begitu pula seorangsuami atau istri, dalam memperlakukansatu sama lain, mereka harus dapatmenata dan menempatkan pasangannyasecara benar dan proporsional. Itulahyang disebut adil, yakni ketika seseorangmampu meletakkan sesuatu padatempatnya (wadl’us syai’i fi mahallihi)

Ketiga. Seorang muslim wajib ber-buat adil kepada anak-anaknya dalambentuk memberikan hak-hak anak me-nurut yang semestinya. Hak-hak anakyang harus diberikan oleh orangtua antaralain: kasih sayang, nafkah yang halal, pen-didikan agama, ilmu pengetahuan danketrampilan, harta waris, dan lain-lain.Rasulullah SAW mengingatkan kepadasetiap orangtua akan tanggungjawabnyaterhadap anak-anaknya. Sabda Nabi:

Kalian semua adalah pemimpin danseluruh kalian akan dimintai pertang-gung jawaban atas yang dipimpin.Penguasa adalah pemimpin dan akandimintai pertanggung jawaban atasyang dipimpin dan seorang laki-lakiadalah pemimpin dalam keluarganyadan akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpin. Wanitajuga adalah pemimpin atas rumahsuaminya dan akan dimintai pertang-

25EDISI 6/2012

gung jawaban atas yang dipimpin.Pembantu adalah pemimpin akandimintai pertanggung jawaban atasyang dipimpin. (HR Bukhari)

Diantara hak anak paling utama yangharus diperhatikan oleh orangtua saat iniadalah hak memperoleh pendidikan danbimbingan agama yang memadai. Hal iniperlu dikemukakan, sebab hak inilah yangakan mengantarkan mereka menjadianak shaleh yang sangat berguna bagikehidupan orangtua di dunia dan akhirat,dan sebaliknya mampu menghindarkananak dari kenakalan. Sabda Rasulullah:

Jika seorang manusia meninggaldunia, maka terputuslah seluruh amal-nya, kecuali tiga perkara: sedekahjariyah (yang mengalir pahalanya),ilmu yang dimanfaatkan, dan anakshaleh yang mendo’akan kebaikanbaginya”. (HR Thabrani)

Kewajiban lain yang harus diper-hatikan oleh orang tua adalah memperla-kukan anak-anaknya secara adil, yaknimenempatkan mereka dalam posisi yangsama (musawah), dalam memperolehpemberian dan kasih sayang. Pada masaRasulullah, ketika ada seorang sahabatyang akan memberi hadiah kepada salahseorang anaknya, beliau mengingatkansahabat tersebut dengan sabdanya:

“Bertaqwalah kamu kepada Allahdan bersikap adillah terhadap anak-anakmu.” (HR. Bukhari)

Perlakuan yang sama terhadap anakbukan berarti orangtua menyamakansecara persis dalam memberikan sesuatukepada anak-anaknya. Ia harus memper-timbangkan aspek kesesuaian (proporsi-onalitas) dengan kebutuhan masing-masing anak. Anak yang masih duduk disekolah dasar sudah tentu kebutuhannyaberbeda dengan anak yang telah dudukdi perguruan tinggi.

Keempat. Seorang muslim yangberistri lebih dari satu (poligami) harusharus berlaku adil kepada istri-istrinyadalam pengertian memberikan hak yangsama di antara mereka. Hak tersebut me-liputi kebutuhan-kebutuhan yang bersifatlahiriyah, seperti rumah, makanan, pakai-an, giliran dan lain-lain. Firman Allah:

Dan jika kamu takut tidak dapat berla-ku adil atas (hak-hak) perempuanyatim (bila kamu menikahinya), makanikahilah wanita-wanita (lain) yangkamu senangi dua, tiga atau empat.Jika kamu takut tidak dapat berlakuadil, maka (nikahilah) seorang saja,atau budak-budak yang kamu miliki.

26 BERKALA TUNTUNAN ISLAM

Yang demikian itu lebih dekat kepadatidak berbuat aniaya. (QS an-Nisa’: 3)

Ayat di atas tegas membuka peluangbagi seorang laki-laki beristri lebih darisatu, sampai empat orang. Tetapi, dengansyarat ia harus bisa berbuat adil terhadapistri-istrinya, yakni memberikan hak yangsama terhadap semua istrinya dalam halnafkah. Namun demikian, dalam urusankecenderungan cinta, seorang suami tidakdituntut membagi sama untuk istri-istrinya.Karena hal ini tentu tidak mungkin dapatdilakukan oleh siapapun. Dalam konteksinilah Allah SWT berfirman:

Dan kamu sekali-kali tidak akan dapatberlaku adil di antara isteri-isteri(mu),walaupun kamu sangat ingin berbuatdemikian, karena itu janganlah kamuterlalu cenderung (kepada yang kamucintai), sehingga kamu biarkan yanglain terkatung-katung. dan jika kamumengadakan perbaikan dan meme-lihara diri (dari kecurangan), makasesungguhnya Allah Maha Pengam-pun lagi Maha Penyayang. (QS an-Nisa’, 4: 129)

Dalam soal poligami, kini kita jumpaidua kelompok umat Islam yang memilikisikap saling berlawanan. Kelompok per-tama menentang poligami karena diang-gap berlawanan dengan rasa keadilan danhak asasi perempuan. Kelompok keduamenerima dan mempraktekkan poligami

dengan semau-maunya. Sikap keduakelompok tersebut sama-sama tidakbenar, karenanya perlu diluruskan.

Poligami adalah hukum Allah yangditetapkan dalam al-Qur’an, sehinggasiapapun tidak berhak membatalkannya.Tetapi ia tidak bersifat wajib melainkanmubah belaka. Poligami adalah sebuahsolusi sehat bagi laki-laki yang tidaktercukupi oleh hanya seorang istri, baikdalam urusan seksual maupun lainnya.

Poligami juga dapat menjadi saranabagi seorang laki-laki yang ingin membe-rikan pertolongan kepada seorang pe-rempuan yang membutuhkan untukdinikahi. Sekalipun demikian, seoranglaki-laki baru diperbolehkan melakukanpoligami manakala ia mampu berbuat adildengan cara memberikan hak yang samaterhadap istri-istrinya. Terhadap suamiyang tidak bisa berlaku adil, Rasulullahmemberikan ancaman sebagai berikut:

Dari Abu Hurairah, Nabi SAW bersab-da: “Barangsiapa memiliki dua istridan ia cenderung kepada salah satudari keduanya, niscaya ia akan datangpada hari Kiamat dalam keadaan sisibadannya condong.”(HR Abu Daud).�

(Bersambung)

Narasumber utama artikel ini:Zaini Munir Fadloli

27EDISI 6/2012

Tuntunan Akhlak

ADAB BERBICARA (6):

Harus Diam Ketika Ada DoronganBerbohong

Dari Abu Wail dari Abdullah iaberkata, “Rasulullah SAW bersabda:“Jauhilah kebohongan, sebab ke-bohongan menggiring kepada ke-burukan, dan keburukan akan meng-giring kepada neraka. Dan sungguh,jika seseorang berbohong dan terbiasa

dalam kebohongan hingga di sisi Al-lah ia akan ditulis sebagai seorangpembohong. Dan hendaklah kalianjujur, sebab jujur menggiring kepadakebaikan, dan kebaikan akan meng-giring kepada surga. Dan sungguh,jika seseorang berlaku jujur danterbiasa dalam kejujuran hingga di sisiAllah ia akan ditulis sebagai orangyang jujur.”1

“Nabi SAW juga melarang ber-bohong atas nama beliau dan me-nyatakan siapapun melakukannyaakan masuk neraka.2 Seorang muslimadalah saudara bagi muslim lainnya,tidak boleh mendzaliminya, tidak me-nelantarkannya, tidak membohongi-nya, dan tidak menghinanya.3 Bahkanseorang hamba tidak dikatakan ber-iman dengan sepenuhnya hingga iameninggalkan berbohong ketikasedang bergurau dan meninggalkandebat meski ia benar.4

Berbicara bohong adalah berbicara tentangsesuatu yang tidak sesuai dengan hal yang

sebenarnya. Padan katanya adalah berdusta.

LARANGAN

BERBOHONG

28 BERKALA TUNTUNAN ISLAM

Bentuk-Bentuk Kebohongan1) Kebohongan besar terhadap Allah

Berdasarkan hadits dari ‘Aisyah, ada3 perbincangan yang merupakan kebo-hongan yang amat besar terhadap Allah5.’

(i) Berkata bahwa Nabi MuhammadSAW melihat Tuhannya.Sahabat Masyruq yang waktu itu

berada di dekat ‘Aisyiyah bertanya:Bukankah Allah telah berfirman: “Dansesungguhnya Muhammad telahmelihat Jibril itu (dalam rupanya yangasli) pada waktu yang lain)6 ‘.

Dan firman Allah: “Dan sungguhMuhammad telah melihat ‘dia’ dalambentuk rupanya yang asal sekali la-gi” 7. Maka Aisyah menjawab: Akuadalah orang pertama yang bertanyakepada Nabi mengenai perkara ini darikalangan umat ini. Beliau menjawab:“Yang dimaksud ‘dia’ dalam ayat ituadalah Jibril (bukan Allah), aku tidakpernah melihat Jibril dalam bentukasalnya kecuali dua kali saja, yaitusemasa dia turun dari langit dalamkeadaan yang terlalu besar sehinggamemenuhi di antara lagit dan bumi.’

Kemudian Aisyah berkata lagi: “Apa-kah kamu tidak pernah mendengar bahwaAllah: “Dia tidak dapat dilihat olehpenglihatan mata, sedangkan Dia da-pat melihat dan mengetahui hakikatsegala penglihatan mata, dan DialahYang Maha Bersifat Lemah Lembut la-gi Maha Mendalam pengetahuannya”8.

Atau, apakah kamu tidak pernahmendengar firman Allah Subhanahu wata’ala: “Dan tidaklah layak bagi seo-rang manusia, bahwa Allah menga-

jaknya berbicara kecuali berupa wah-yu (dengan diberi mimpi) atau daribalik dinding (dengan mendengarsuara saja) atau dengan mengutusutusan (Malaikat), lalu utusan itu me-nyampaikan wahyu kepadanya de-ngan izin Allah sesuatu yang dike-hendaki-Nya. Sesungguhnya AllahMaha Tinggi, lagi Maha Bijaksana”9.

(ii) Berkata bahwa Rasulullah SAWmenyembunyikan sebagian dariKitab Allah.Orang yang melakukannya sungguh

dia telah membesarkan pendustaan ter-hadap Allah, sebagaimana firman Allah:“Wahai Rasulullah, sampaikanlah se-suatu yang diturunkan kepadamu, danjika kamu tidak melakukannya, makaberarti kamu tidak menyampaikanrisalah-Nya” 10

(iii) Berkata bahwa dia mampu me-ngabarkan tentang takdir yangakan terjadi besok.

Orang yang melakukannya sungguhdia telah membesarkan kebohongan ter-hadap Allah. Allah berfirman: “Katakan-lah (hai Muhammad), tidak satu punmakhluk yang di langit dan bumi yangmengetahui kegaiban kecuali Allah)11'.

Aisyah berkata: “Kalau seandainyaMuhammad telah menyembunyikansebagian dari wahyu yang diturunkankepadanya, niscaya dia menyembunyi-kan ayat ini: “Dan (ingatlah), ketikakamu berkata kepada orang yang Al-lah telah melimpahkan nikmat kepa-danya dan kamu (juga) telah memberinikmat kepadanya, ‘Tahanlah terus

29EDISI 6/2012

isterimu dan bertaqwalah kepada Al-lah’, sedang kamu menyembunyikandi dalam hatimu sesuatu yang manaAllah akan menyatakannya, dan kamutakut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamutakuti” 12

2) Kebohongan BesarBerdasarkan hadits dari Watsilah bin

Al-Asyqa’13 Rasulullah SAW bersabda:“Sebesar-besarnya kebohongan adatiga: kebohongan seorang dengan ke-dua matanya, ia berkata, “saya meli-hat” padahal ia tidak melihat. Kebo-hongan seorang dengan menasabkandiri kepada selain kedua orang tuanya,lalu ia dipanggil dengan nasab selainnama bapaknya, dan perkataan seo-rang bahwa ia mendengar dariku pa-dahal ia tidak mendengar dariku”.

Dari Abdullah bin Mas’ud, RasulullahSAW bersabda: “Barangsiapa yangberbohong kepadaku dengan sengajamaka hendaklah mempersiapkantempat duduknya di neraka.”14

3) Sumpah BohongDari Abdullah bin Unais Al Juhani

berkata, Rasulullah SAW bersabda:“Yang termasuk dosa-dosa paling be-sar adalah: menyekutukan Allah, dur-haka kepada orang tua, dan sumpahbohong. Tidaklah bersumpah sese-or-ang dengan nama Allah di hadapanseorang hakim walau hanya untukperkara sepele yang hanya senilai sa-yap nyamuk kecuali Allah akan mem-buat coretan hitam dalam hatinyasampai Hari Kiamat nanti”.15

Dari Abu Wa il dari Abdullah dari Nabi

SAW, bahwa beliau bersabda: “Barang-siapa bersumpah dengan bohong un-tuk mendapatkan harta seseorangatau saudaranya, maka akan berte-mu Allah Azza wa Jalla dalam kea-daan murka kepadanya.” Kemudianturunlah ayat sebagai pembenar halitu: “Orang-orang yang membeli janjiAllah dan sumpah-sumpah merekadengan harga yang sedikit, mereka itutidak mendapatkan bagian di akhi-rat..” hingga “Adzab yang pedih.” 16

4) Bohong sebagai bahan lawakanatau gurauanDari Bahz bin Hakim telah mence-

ritakan kepada kami bapakku, darikakekku, dia berkata: Aku mendengarNabi Shallallahu ‘alaihi wasallam ber-sabda: “Celakalah bagi orang yangmengatakan sesuatu agar supaya di-tertawakan oleh orang-orang kemu-dian dia berbohong, celakalah baginyadan celakalah baginya”17

Dari Abu Hurairah ia berkata; Ra-sulullah SAW bersabda: “Seorang ham-ba tidak dikatakan beriman dengansepenuhnya hingga ia meninggalkanberbohong ketika sedang bergurau,dan meninggalkan berdebat meski iabenar.”18

5) Bohong kepada anak kecilDari Abdullah bin Amir ia berkata,

“Suatu hari ibuku memanggilku, se-mentara Rasulullah SAW telah dudukdi dalam rumah kami. Ibuku berkata,“Hai kemarilah, aku akan memberi-mu.” Rasulullah kemudian bertanyakepada ibuku: “Apa yang akan engkauberikan kepadanya?” Ibuku menja-

30 BERKALA TUNTUNAN ISLAM

wab, “Aku akan memberinya Kur-ma.” Rasulullah SAW bersabda kepadaibuku: “Jika kamu tidak jadi memberi-kan sesuatu kepadanya, maka ituakan ditulis sebagai kebohonganatasmu.”19

Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah,bahwasanya beliau bersabda: “Barang-siapa mengatakan kepada anak kecil;‘Kemarilah aku beri sesuatu, namunia tidak memberinya maka ia telahberbohong.”6) Bohong untuk menolak pembe-

rianDari Asma binti Umais dia berkata,

“Aku menemani Aisyah untuk merias-nya sebelum bertemu dengan Nabi,sedangkan aku bersama beberapawanita.” Asma berkata, “Demi Allah,kami tidak mendapatkan hidangandari sisi beliau (Nabi) kecuali sebuahmangkuk berisi susu.”

Asma berkata, “Kemudian beliaumeminumnya lalu memberikannyakepada Aisyah, namun Aisyah malu-malu, maka kami pun berkata, “Ja-ngan kamu tolak pemberian dari Ra-sulullah, ambillah darinya.” Kemudiandia mengambilnya sambil tersipu maluuntuk kemudian meminumnya.

Setelah itu beliau bersabda: “Am-bilkan untuk sahabat-sahabatmu.”Namun kami menjawab, “Kami tidakmenginginkannya.” Beliau bersabda:“Jangan kalian kumpulkan rasa lapardengan kebohongan.”

Asma berkata, “Lalu aku bertanya,“Wahai Rasulullah, jika salah seorangdari kami mengatakan “aku tidak

menginginkannya”, padahal sebenar-nya dia menginginkan sesuatu itu,apakah itu termasuk berbohong? ‘

Rasulullah shallallahu alaihi wasallammenjawab: “Sesungguhnya setiap bo-hong itu pasti akan ditulis sebagaikebohongan, sehingga seseorangperempuan yang berbohong akandisebut sebagai tukang bohong.” 20

7) Berbohong untuk menampakkankepuasanDari Aisyah RA bahwa ada seorang

wanita yang datang kepada Nabi SAWdan berkata; Wahai Rasulullah! sayamemiliki seorang suami dan saya jugamempunyai teman yang juga isterisuamiku (madu), kukatakan kepadadia bahwa suamiku telah memberikubegini dan membelikan pakaian un-tukku seperti ini, padahal yang demi-kian itu hanya bohong (yakni meng-ungkapkan suatu hal yang tak adafaktanya).

Kontan Rasulullah SAW bersabda:“Orang yang menampak-nampakkankepuasan dirinya padahal tidak adafaktanya, adalah bagaikan orangyang memakai pakaian palsu.”21

8) Menceritakan semua yang di-dengarnyaDari Hafsah bin Ashim dia berkata,

“Rasulullah SAW bersabda: “Cukuplahseseorang (dianggap) berbohongapabila dia menceritakan semua yangdia dengarkan.”22

9) Bohong dalam jual beliDari ‘Abdullah bin Al-Harits yang

dinisbatkannya kepada Hakim bin HizamRA berkata; Rasulullah SAW bersabda:

31EDISI 6/2012

“Dua orang yang melakukan jual beliboleh melakukan khiyar (pilihan un-tuk melangsungkan atau membatal-kan jual beli) selama keduanya belumberpisah atau hingga keduanya ber-pisah. Jika keduanya jujur dan me-nampakkan dagangannya maka ke-duanya diberkahi dalam jual belinyadan bila menyembunyikan dan ber-dusta maka akan dimusnahkan keber-kahan jual belinya”23.

Kebolehan BerbohongDari Humaid bin ‘Abdurrahman dari

ibunya Ummu Kultsum binti Uqbah iaberkata, “Aku tidak pernah mendengarRasulullah SAW memberi keringananuntuk berbohong kecuali pada tigatempat. Rasulullah SAW mengatakan:“Aku tidak menganggapnya sebagaiseorang pembohong:1) seorang laki-laki yang memperbaiki

hubungan antara manusia. Ia me-ngatakan suatu perkataan (bohong),namun ia tidak bermaksud denganperkataan itu kecuali untuk men-damaikan.

2) Seorang laki-laki yang berbohongdalam peperangan.

3) Dan seorang laki-laki yang ber-

bohong kepada isteri atau isteri yangberbohong kepada suami (untukkebaikan).”24� (Bersambung)

Balikpapan, 29 Pebruari 2012Catatan:1 Kitab Abu Daud Hadits No 4337. Hadits

sejenis diriwayatkan pula oleh Bukhari,Muslim, Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, danDarimi.

2 Kitab Bukhari hadits No 1033 Kitab Ahmad Hadits No 74024 Kitab Ahmad Hadits No 82765 Kitab Muslim Hadits No 2596 QS at-Takwir : 23)7 QS an Najm : 138 QS al An’am: 1039 QS as-Syura : 5110 QS 5 (al Maidah) ayat 6711 QS 27 (An Naml) ayat 6512 QS 33 (al-Ahzab) ayat 3713 Kitab Ahmad Hadits No 1543414 Kitab Tirmidzi Hadits No 258315 Kitab Ahmad Hadits No 1546516 Kitab Ahmad Hadits No 2084217 Kitab Tirmidzi Hadits No 223718 Kitab Ahmad Hadits No 827619 Kitab Abu Daud Hadits No 433920 Kitab Ahmad Hadits No 2619921 Kitab Ahmad Hadits no 2417522 Kitab Muslim Hadits No 623 Kitab Bukhari Hadits No 193724 Kitab Abu Daud Hadits No 4275

Narasumber utama artikel ini:Agus Sukaca

islamicgarden.com

32 BERKALA TUNTUNAN ISLAM

SHALAT LAYL RASULULLAH

Tuntunan Ibadah

Format 4-4-3 dan 8-2-1

Banyak ayat dan hadits yang me-nunjukkan penting dan istimewanya

shalat malam, sehingga Allah SWT danRasul-Nya sangat menganjurkan tahaj-jud (bangun malam) untuk melaksa-nakan shalat malam (shalât al-layl) atauQiyâm al-Layl (bangun untuk shalatmalam).Lihat, misalnya, firman Allah SWT dalamQS. Al-Isra’,17: 79.

Dan pada sebagian malam hari makashalat tahajjudlah kamu sebagaiibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatkamu ke tempat yang terpuji. (QS al-Isra’, 17: 79).(Lihat juga ciri-ciri orang beriman dalamQS as-Sajdah, 32: 15-16).

Itulah sebabnya shalat ini disebutsebagai shalat tahajjud karena umumnyadikerjakan setelah bangun malam ketikayang lain sedang tertidur pulas. Bila shalatini dikerjakan pada malam Ramadhanmaka dikenal dengan QiyâmuRamadlân pada masa Nabi SAW atau

Shalat Tarâwîh (banyak istirahatnya)meskipun istilah terakhir ini lebih dikenalpada pasca kenabian.

Terkadang pula shalat ini disebut witrkarena substansi pelaksanaannya sama,yakni Nabi SAW selalu menutup shalatmalamnya dengan rakaat ganjil (witr).Waktu pelaksanaannya dari setelah shalatIsya dan lebih baik dikerjakan padasepertiga akhir malam (Muttafaq ‘alayh)atau di dua-pertiga malam atau di per-tengahan malam (QS al-Muzammil, 73:20), yang penting dikerjakan sebelummasuk waktu Subuh.

Cara Pelaksanaan Shalat Layl

Sebelum melaksanakan shalat laylmaka disunnahkan untuk melaksa-

nakan shalat dua rakaat yang ringansebagai shalât iftitâh (artinya shalatpembuka). Nabi SAW bersabda:

“Apabila salah seorang kalian men-dirikan shalat layl, maka hendaklahdibuka dengan dua rakaat yangringan-ringan!” (HSR. Muslim, Ahmad)

Maksud membuka shalat dengan duarakaat yang ringan-ringan adalah mem-buka shalat malam dengan shalat dua

Nabi mencontohkan beberapa pilihanpembagian jumlah rakaat shalat malam.

33EDISI 6/2012

rakaat tanpa perlu membaca surat atauayat setelah surat al-Fatihah. Bacaan doaiftitah pada shalat iftitah adalah:

Maha Suci Allah Dzat Yang MahaMemiliki Kerajaan, Kecukupan, Kebe-saran dan Keagungan. (HHR. al-Thabrâni)

Ada beberapa cara atau model pelak-sanaan Shalat Malam Nabi SAW (lihat,antara lain: Himpunan Putusan Tarjih,hlm 341-355), berikut penjelasannya.

a. 11 Rakaat dengan Format 4-4-3

Cara ini didasarkan pada hadits fi‘li(perbuatan Nabi SAW) yang

bersumber dari Aisyah istri Nabi. KetikaAbu Salamah bin ‘Abd al-Rahmân rabertanya kepada ‘Aisyah tentang shalatlayl Nabi SAW di bulan Ramadlan:

“Bagaimana shalat Rasulullah SAW dibulan Ramadhan?” Jawab Aisyah:“Rasulullah SAW tidak pernah me-nambah (rakaat), baik di dalam Ra-madhan maupun di selainnya, di atas 11rakaat. Beliau shalat empat rakaat,jangan kamu tanyakan bagus danpanjangnya. Kemudian beliau shalat

empat rakaat lagi, jangan kamu tanyabagus dan panjangnya. Kemudian beliaushalat tiga rakaat.” (Muttafaq ‘alayh)

Hadits di atas menuntunkan bahwashalat malam dikerjakan dalam format 4-4-3. Pertanyaan Abu Salamah tentangbagaimana shalat layl Nabi SAW di bulanRamadhan, dijawab Âisyah bahwa baikdi bulan Ramadhan maupun di luar Ra-madhan, beliau mengerjakan shalat layl4 rakaat-4 rakaat dengan baik dan lama,kemudian diakhiri dengan witir 3 rakaat.

Selain itu, hadits ini dipahami olehsebagian ulama bahwa 4 rakaat tersebutdikerjakan langsung tanpa duduk tahiyatawal pada rakaat kedua karena memangteks hadits ini dzahirnya tidak menje-laskan adanya hal tersebut. Bahkan Nabipernah shalat 6 atau 8 rakaat langsung,tidak duduk kecuali saat rakaat ke-6 atauke-8 lalu ditutup rakaat ganjil (witir).

b. 11 Rakaat dengan Format 8-2-1

Dari Sa‘d bin Hisyâm bin ‘Âmir RAbahwa ketika ia bertanya tentang

shalat malam kepada Ibn ‘Abbâs makaIbn ‘Abbâs RA mempersilahkan Sa‘d binHisyâm bertanya kepada Ummul-Mu’minîn: Âisyah karena dialah yangpaling tahu tentang kegiatan Nabi dimalam hari, termasuk witirnya Nabi .

Maka Sa‘d pun berkata kepadaÂisyah:“Wahai Ummul-Mu’mininberitahukan kepadaku tentang shalatwitir Rasulullah SAW!” ‘Âisyah men-jawab: “Kami menyiapkan untuk be-liau siwaknya dan alat bersucinya, laluAllah membangunkannya bagi apa sa-ja yang Allah kehendaki untuk diba-

34 BERKALA TUNTUNAN ISLAM

ngunkan pada malam itu. Beliau lalubersiwak dan berwudlu, lalu shalat 8rakaat tanpa duduk kecuali padarakaat ke-8 itu. Beliau dzikir dan ber-doa, kemudian salam dengan suarayang kami dapat mendengarnya.Kemudian beliau shalat 2 rakaat da-lam keadaan duduk, setelah itu salam.Kemudian beliau shalat 1 rakaat. De-mikian itulah 11 rakaat wahai anak-ku” (HSR. Al-Nasâ’i, Abu Dâwud)

Dari hadis di atas dan beberapa haditsyang lain dapat disimpulkan bahwaterkadang istilah witir tidak terbatas padahitungan rakaat ganjil terakhir saja, namunsejak rakaat awal yang genap punkadang sudah diistilahkan dengan witir.Hal ini karena Nabi tidak pernah tidak,mesti menutup shalat malamnya denganrakaat witir (ganjil). Inilah sebab beliaumenegaskan supaya menjadikan witirsebagai penutup shalat malam:

“Jadikanlah akhir shalat laylmumenjadi ganjil!” (Muttafaq ‘alayh)

Berdasarkan hadits tentang witir 8rakaat ini, sebagian ulama, berpendapatbahwa hadits ini memperkuat pendapatbahwa shalat malam Nabi SAW 4 rakaatatau lebih, ternyata tidak harus dibatasisetiap 2 rakaat tasyahhud, tapi bisa juga4 rakaat langsung, atau 8 rakaat langsungtanpa tasyahhud awal.

Dalam redaksi yang lain juga berasaldari Sa‘d bin Hisyâm ra dari Âisyah inibahwa Nabi pernah shalat witir 9 rakaatdengan format 8-1 yakni hanya duduk dirakaat ke 8 saja dan salam, kemudian

berdiri untuk rakaat ke-9 untuk witir 1rakaat, lalu duduk dan salam.“Kemudian Beliau (Rasul) shalat 8 ra-kaat tanpa duduk kecuali pada rakaatke-8 itu. Beliau bertahmid, berdzikirdan berdoa, dan tidak salam, lang-sung shalat ke-9 rakaat lalu bertah-mid, berdzikir dan berdoa, kemudiansalam dengan salam yang kami dapatmendengarnya… Tatkala Rasulullahsemakin berumur (tua) dan gemuk,beliau hanya berwitir 7 rakaat…”(HSR. Al-Nasai, Abu Dâwud. Hadits inijuga mencantumkan jumlah tambahandua rakaat sunnat fajar. Di dalam al-Nasâ’i, diriwayatkan bahwa bila beliautertidur atau kelelahan, beliau meng-gantinya dengan shalat Dluha 12 rakaat).

Pernah juga Nabi SAW shalat 9rakaat hanya duduk di rakaat ke-8 saja,dan langsung berdiri untuk rakaatsembilan, lalu duduk dan salam. Hadisdengan tiga periwayat yang sama dari’Âisyah di atas bahwa Rasulullah:“Apabila beliau (Rasul) shalat witir 9rakaat, beliau tidak duduk kecualipada rakaat ke-8. Beliau bertahmid,berdzikir dan berdoa, kemudian bang-kit dan tidak salam, langsung shalatke-9 rakaat lalu berdzikir dan berdoa,kemudian salam dengan suara yangkami dapat mendengarnya. Kemudianbeliau shalat (sunat fajar) 2 rakaat da-lam keadaan duduk. Tatkala Nabisemakin tua dan agak gemuk, beliauhanya berwitir 7 rakaat kemudiansalam. Kemudian beliau shalat (sunatfajar) 2 rakaat dalam keadaanduduk.” (HHR. Al-Nasai, Abu Dâwud)

35EDISI 6/2012

Hadits di atas berkenaan dengan tatacara Nabi SAW melaksanakan shalatwitir . Dua hadits terakhir di atas secarajelas menunjukkan bahwa Nabi SAWpernah mengerjakan shalat witir 9 rakaatdengan cara tidak duduk kecuali hanyapada saat rakaat ke-8 dan rakaat ke-9,lalu salam. Demikian pula Nabi SAWketika sudah semakin tua dan lemah,pernah mengerjakan shalat witir 7 rakaatdi mana beliau tidak duduk kecuali padarakaat ke-6 dan atau ke-7 lalu salam(HSR. Al-Nasâ’i).

Kesimpulan ini didasarkan pada HR.al-Nasâ’i melalui Miqsam dari UmmuSalamah ra. bahwa: “Rasulullah SAWpernah berwitir 5 rakaat dan pernahjuga 7 rakaat tanpa memisahkannyaantara ke-duanya dengan salam dantidak pula dengan perkataan.” (HHR.Al-Nasâ’i, Ahmad, Ibn Majah)

Karena semua hadits tentang hal inisama-sama maqbûl, maka dengandemikian, tidak diragukan lagi bahwaNabi SAW di samping memang pernahmelakukan shalat 8 rakaat langsung dan6 rakaat juga langsung tanpa dudukkecuali di akhirnya, namun pada umum-nya Nabi SAW mengerjakan pada setiap2 rakaat beliau tasyahhud, meskipuntidak mesti salam kecuali di akhir rakaat.

Berkenaan dengan teknis pelaksana-an shalat layl 4 rakaat di atas dan adanyahadits sahih yang lain riwayat al-Jama’ahdari Ibn ‘Umar yang menyatakan bahwa

NabiSAW bersabda shalat layl itu dua rakaat-dua rakaat,maka sebagian ulama mengkompro-mikannya bahwa pelaksanaan 4 rakaat

itu dengan cara 2-2 rakaat.Namun sejauh ini, penulis belum me-

nemukan satu pun redaksi yang muatan-nya secara jelas merinci pelaksanaan 4rakaat menjadi 2-2 rakaat dengan duduktahiyyat. Jika dipisah dengan salam makatentu tidak layak disebut 4 rakaat.Umumnya rincian pelaksanaan 4 rakaathanya didasarkan penafsiran denganmengaitkannya dengan hadits yangberbeda lalu dikompromikan. Ini sangatberbeda dengan shalat layl yang 6 rakaatataupun 8 rakaat yang secara jelasredaksinya ada yang menyatakanlangsung dan ada juga yang menyatakanduduk pada setiap dua rakaat. Iniartinya, bahwa sangat mungkin, khususdalam masalah 4 rakaat tersebut memangtidak dipisahkan oleh Nabi SAW denganduduk pada setiap 2 rakaat, tetapi lang-sung mengerjakan 4 rakaat sebagai caralain yang dicontohkan oleh Nabi SAWmengingat tidak ada satupun matan yangmerinci pelaksanaannya kecuali matan:“Jangan engkau tanyakan baik danpanjangnya shalat Nabi.” Wallahua’lam.�

Narasumber utama artikel ini:Syakir Jamaluddin

Dosen Fakultas Agama Islam UMY

Catatan:1. Hadits Sahih Riwayat. Hadits yang

diriwayatkan oleh perawi yang adil dansempurna hapalannya, jalur sanadnyabersambung, serta tidak ada cacat, tidakjanggal dan tidak menyimpang.

2. Hadits Hasan Riwayat. Hadits yangmemenuhi syarat hadits sahih kecuali dalamhal kekuatan hapalan periwayatnya.

36 BERKALA TUNTUNAN ISLAM

ALAS SUJUD

Tanya:

Di masjid-masjid, sebagian orangsuka menggunakan sajadah kecil

untuk tempat sujudnya meskipun di situsudah ada tikar atau karpet. Apakahyang seperti dapat dibenarkan? ApakahNabi SAW menuntunkan demikian?

Jawab:Alas kecil tempat sujud itu biasa di-

sebut khumrah ( ). Hal tersebutdi luar rukun dan wajibnya shalat. Tidakdilarang melakukannya. Namun, Nabijuga tidak pernah memerintahkan de-mikian. Hanya saja beliau memang mem-praktekkannya, seperti termaktub dalamSahih Bukhari (Hadits no. 368), “NabiSAW shalat di atas tikar kecil.”

MENCEGAH ORANG

LEWAT DI DEPAN

ORANG SHALAT

Hadits yang panjang dari Bukhari(Hadits no. 479) menceritakan

sahabat Abu Sa’id al-Khudri mengha-dangkan tangannya saat dia shalat, untukmenahan seorang pemuda yang akanlewat memintas di tempatnya shalat. Ituterjadi beberapa kali sampai si pemudamaklum, bahwa dia dilarang lewat situ.Pemuda tadi lalu melapor kepada saha-bat Nabi yang bernama Marwan. Nah,Marwan kemudian mengkonfirmasi halitu kepada Abu Sa’id. Kata Abu Sa’id,“Aku pernah mendengar Nabi SAWbersabda: “Jika seorang dari kalian

shalat menghadap sesuatu yang mem-batasinya dari orang, kemudian adaseseorang yang hendak lewat di ha-dapannya, maka hendaklah dicegah.Jika dia tidak mau maka perangilahdia, karena dia adalah setan.”

Ungkapan “dia adalah setan” adalahungkapan untuk menyangatkan, yangmenggambarkan seseorang yang mem-bandel yang tidak dibenarkan membandelterus --supaya tidak seperti setan.Wallahu a’lam.

MENGGENDONG

ANAK

SAAT SHALAT

Manakala sedang shalat, Rasulullahmengajarkan kepada kita untuk

menghayati shalat, yakni merasa sedangmenghadap kepada Allah; atau yakinbahwa Allah melihat kita. Namun,ternyata Nabi juga menggendong cucundadi saat shalat, seperti diriwayatkan ImamBukhari (juga Abu Daud dan Ad Darimi)sebagai berikut: Rasulullah SAW pernahshalat dengan menggendong Umamahbinti Zainab binti Rasulullah. Jikasujud beliau letakkan anak itu dan bilaberdiri beliau gendong lagi.

Apa itu maknanya? Ketika shalat,Nabi bukannya tidak ingat apapun. Beliautetap memperhitungkan kemungkinanbahwa jika si bocah tidak digendong, diamungkin melakukan hal lain yang meng-khawatirkan atau mengganggu orang lainyang shalat.�

SERBA-SERBI SHALAT NABI

37EDISI 6/2012

TUNTUNAN HUTANG PIUTANG(Bagian 4 - Habis)

Tuntunan Bagi

yang Mempunyai Hutang

Perlunya niat kuat dan berusahasungguh-sungguh membayarhutang, insya Allah diberibarakah oleh Allah

Tuntunan Muamalah

Telah menceritakan kepada kamiIbrahim bin Al Mundzir telah men-ceritakan kepada kami Anas dariHisyam dari Wahb bin Kaisan dariJabir bin ‘Abdullah ra, bahwa diamengabarkan kepadanya bahwabapaknya wafat dan meninggalkanhutang sebanyak tiga puluh wasaqkepada orang Yahudi, kemudian Jabirmeminta penangguhan pelunasannya,namun orang Yahudi itu menolaknya.

Lalu Jabir menceritakannya ke-pada Rasulullah SAW agar mem-bantuya dalam permasalahannyadengan orang itu. Maka Rasulullahmendatangi dan berbicara denganorang Yahudi tersebut agar bersediamenerima kebun kurma Jabir sebagaipelunasan hutang bapaknya namun

38 BERKALA TUNTUNAN ISLAM

orang Yahudi tersebut tetap tidakmau.

Kemudian Rasulullah mendatangipohon korma milik Jabir lalu me-ngelilinginya kemudian berkata ke-pada Jabir: Bersungguh-sungguhlahkamu untuk membayar hutang denganbuah yang ada pada pohon kurmaini”. Maka Jabir menandainya setelahRasulullah pergi lalu dia melunasihutang sebanyak tiga puluh wasaqdan masih tersisa sebanyak tujuhbelas wasaq kemudian Jabir datangmenemui Rasulullah untuk mengabar-kan apa yang terjadi namun didapati-nya Beliau sedang melaksanakanshalat ‘Ashar.

Ketika sudah selesai, Jabir me-ngabarkan kepada Beliau tentang sisabuah kurma tersebut. Maka Beliaubersabda: “Kabarkanlah hal inikepada ‘Umar bin Al-Khaththob”.Maka Jabir pergi menemui ‘Umar lalumengabarkannya, maka ‘Umar ber-kata: “Sungguh aku sudah me-ngetahui ketika Beliau mengelilingipohon kurma tersebut untuk mem-berkahinya”. (HR Bukhari 2221)

Telah menceritakan kepada kami‘Abdan telah mengabarkan kepadakami ‘Abdullah telah mengabarkankepada kami Yunus dari Az Zuhriyberkata, telah menceritakan kepada-ku Ibnu Kaab bin Malik bahwa Jabirbin ‘Abdullah mengabarkan kepada-nya bahwa bapaknya terbunuh dalamperang Uhud sebagai syahidsementara dia meninggalkan hutang,lalu para pemilik piutang mendesakagar hak-hak mereka ditunaikan,maka aku datang menemui Nabi SAW.

Beliau meminta agar para pemilikpiutang mau menerima kebunkusebagai pembayaran dan pelunasanhutang bapakku namun mereka me-nolaknya sehingga Nabi berkata:“Tunggu sampai besok”.

Akhirnya besok paginya Beliau me-ngelilingi pohon-pohon kurma laluberdoa minta keberkahan pada buah-buahannya. Maka aku dapatkan buah-buah kurma itu tumbuh banyak laluaku berikan untuk membayar hutangkepada mereka dan buahnya masihtersisa untuk kami.”(HR Bukhari 2220)

39EDISI 6/2012

Abu Bakar Melunasi Janji (Hutang)Nabi Karena Nabi Keburu Wafat

Telah menceritakan kepada kami ‘Alibin ‘Abdullah, telah menceritakankepada kami Sufyan, telah menceri-takan kepada kami Al Munkadir, diamendengar Jabir r.a. berkata;

Nabi SAW. berkata, kepadaku:“Seandainya tiba kepada kita hartadari negeri Bahrain aku pasti mem-berikan kepadamu sekian”.

Beliau mengucapkannya tiga kali.Dan harta Bahrain itu belum juga da-tang hingga Nabi SAW. keburu wafat.

Kemudian (setelah harta datang)Abu Bakar memanggil penyeru laluberkata: “Siapa yang kepadanya NabiSAW. pernah berjanji atau mempunyaihutang hendaklah datang kepadakami”.

Maka aku datangi dia dan aku ka-takan; “Sesungguhnya Nabi SAW. per-

nah menjanjikan aku”. Maka Abu Ba-kar memberiku sebanyak tiga tangkup(ukuran dua belah telapak tangan)”.(HR. Bukhari 2408)

Telah menceritakan kepada kamiIbrahim bin Musa, telah mengabarkankepada kami Hisyam, dari Ibnu Juraijberkata, telah menceritakan kepa-daku ‘Amru bin Dinar, dari Muham-mad bin ‘Ali, dari Jabir bin ‘Abdullahr.a. berkata;

Ketika Nabi SAW. wafat, AbuBakar datang dengan membawaharta yang didapat dari Al-‘Alaa’ binAl Hadhramiy lalu Abu Bakar ber-kata; “Siapa yang kepadanya NabiSAW. memiliki hutang atau siapa yang

40 BERKALA TUNTUNAN ISLAM

pernah dijanjikan Beliau sesuatuhendaklah dia menemui kami”.

Jabir berkata; Aku katakan: Ra-sulullah SAW. pernah berjanji kepa-daku untuk memberikan aku sesuatusekian-sekian”. Maka dia mengulur-kan tangannya tiga kali.

Jabir berkata: “Maka Abu Bakarmemberikan ke tanganku lima ratuskemudian lima ratus kemudian limaratus lagi”. (HR. Bukhari 2486)

Telah menceritakan kepada kami ‘Alibin ‘Abdullah, telah menceritakankepada kami Sufyan, telah men-ceritakan kepada kami ‘Amru, diamendengar Muhammad bin ‘Ali, dariJabir bin ‘Abdullah. berkata;

Nabi SAW. bersabda: “Seandainya

tiba kepada kita harta dari negeriBahrain aku pasti memberikan ke-padamu sekian, sekian dan sekian”.

Namun, harta dari Bahrain tidakkunjung datang hingga Nabi SAW.wafat.

Ketika harta dari Bahrain datang,Abu Bakar memerintahkan dan ber-seru: “Siapa yang telah dijanjikan se-suatu atau dihutangi oleh Nabi SAW.hendaklah menemui kami”.

Maka aku mendatanginya dan akukatakan bahwa Nabi SAW. telah ber-kata kepadaku begini dan begitu.

Lalu ia (Abu Bakar) memberiku se-tangkup, lalu aku menghitungnyaternyata ia berjumlah lima ratus, laluia berkata; “Ambillah dua kali lagiseperti itu”. HR Bukhari 2132

41EDISI 6/2012

Telah bercerita kepada kami ‘Ali, telahbercerita kepada kami Sufyan, telahbercerita kepada kami Muhammad binAl Munkadir, dia mendengar Jabir r.a.berkata; Rasulullah SAW. ber-sabda:

“Seandainya sudah tiba harta(jizyah/upeti) dari negeri Bahrainsungguh aku akan memberi kamusekian, sekian dan sekian.

Dan harta yang beliau maksudtidak kunjung datang hingga nabiSAW. meninggal dunia”.

Ketika datang harta Bahrain, AbuBakr memerintahkan seorang pe-nyeru untuk menyerukan: “Siapa yangRasulullah SAW. berhutang kepadanyaatau Beliau membuat janji hendaklahdatang kepada kami”.

Aku datang menemuinya lalu akukatakan;“Rasulullah pernah berkatakepadaku begini begini”.

Maka Abu Bakr memberiku seba-nyak tiga kali tangkup (ukuran duatelapak tangan penuh) sementaraSufyan memenuhi kedua telapaktangannya kemudian dia berkata ke-pada kami; “Sebanyak ini”.

Dan Ibnu Al Munjadir berkatakepada kami; dan dia (Sufyan) suatukali berkata; “Maka aku menemuiAbu Bakr untuk meminta bagiannamun dia tidak memberiku lalu akudatangi lagi dan meminta bagian lagi-lagi dia tidak memberiku lalu akudatangi untuk kali ketiga seraya akukatakan; “Aku telah meminta bagiankepadamu namun kamu tidak mem-beriku lalu aku meminta lagi kamujuga tidak memberi dan kemudian akumeminta lagi namun kamu juga tetaptidak memberiku, apakah memangkamu tidak (patut) memberiku ataukamu pelit kepadaku”.

Abu Bakr menjawab; “Kamu me-ngatakan (kepadaku) kamu pelitkepadaku. Tidaklah suatu kali akutidak memberimu selain aku inginmemberimu”.

Sufyan berkata, dan telah berceritakepada kami ‘Amru dari Muhammadbin ‘Ali dari Jabir; “Maka dia membe-riku sebanyak satu ciduk tangan”. Dandia berkata; “Maka aku dapatkanjumlahnya sebanyak lima ratus”.

Dia (Abu Bakr) berkata; “Ambillahsebanyak itu untuk yang kedua kali”.

Dan berkata Ibnu Al-Munkadir;“Dan penyakit apa yang lebih burukdari pada pelit?”. (HR Bukhari 2904)

42 BERKALA TUNTUNAN ISLAM

Bersikap Baik Ketika MelunasiHutang

Telah menceritakan kepada kami‘Abdullah bin ‘Utsman bin Jabalahberkata, telah menceritakan kepada-ku bapakku, dari Syu’bah, dari Sala-mah berkata, aku mendengar AbuSalamah dari Abu Hurairah r.a. ber-kata;

Ada seorang laki-laki yang kepa-danya Rasulullah SAW. mempunyai

hutang lalu para sahabat ingin (mem-berinya pelajaran), namun Beliauberkata: “Biarkanlah dia, karena bagipemegang kebenaran berhak menya-takan kebenarannya”.

Lalu Beliau berkata: “Belilah satuekor anak unta lalu berikanlah kepa-danya”.

Orang-orang berkata: “Kami tidakmendapatkan anak unta yang dimak-sud melainkan ada seekor anak untayang umurnya lebih”.

Beliau berkata: “Beli dan berikan-lah kepadanya karena sesungguhnyayang terbaik diantara kalian adalahsiapa yang paling baik dalam mem-bayar hutang”. (HR Bukhari 2416)

Kata yang dipakai dalam ungkapan“paling baik” adalah berasal dari katadasar “حسن ” yang menurut Imam al-Raghib Al-Isfahani berarti baik dilihat darisisi akal pikiran (juga akhlaq), dari sisiselera, dan juga dari sisi panca indera.Intinya adalah segala macam kenikmatanyang bisa dicapai manusia untuk jiwanya,badannya dan kondisinya.�

Grosir & Eceran

Peci Rajut

AL-’IZZABedukan RT 4/RW 4, Banguntapan, Bantul DIY

� 0818.02.693.529 / 0857.2942.0737

Peci Rajut Turki (6.000)

Peci Vinel (7.000)

Peci Bulat (7.000)

Peci Rajut Lipat (11.000)

Peci Rajut Pita (11.000)

43EDISI 6/2012

Hari-Hari Terakhir Umar bin Khaththab

PENGANTAR

Hari itu, saat Umar bin Khaththab menjadi imam shalat shubuh, ia ditikam perutnyasampai luka parah. Si penikam itu semula turut shalat shubuh menjadi makmum

di belakang Umar. Orang itu lalu bunuh diri setelah melukai belasan makmum lainnya.Hadits Bukhari tentang saat-saat terakhir Umar bin Khaththab itu dimuat di bawah

ini (No. 3424 dalam kitabnya). Di bagian selanjutnya, terjemahan hadits tersebutdiuraikan berdasar tema-tema di dalamnya yang (semuanya) relevan denganproblematika kehidupan saat ini. Setidaknya ada 11 topik dalam hadits di bawah ini,salah satunya tentang hutang-piutang. Kita akan menemukan bagaimana seorangUmar itu menyikapi datangnya maut dengan tenang, ringan, nyaris cool, berbincangtentang pelbagai hal, sekadar seperti seseorang yang akan pergi jauh.

*****

44 BERKALA TUNTUNAN ISLAM

45EDISI 6/2012

46 BERKALA TUNTUNAN ISLAM

T elah bercerita kepada kami Musa bin Ismail telah berceritakepada kami Abu Awanah dari

Hushain dari Amru bin Maimunberkata, “Aku melihat Umar bin al-Khaththab radliallahu anhu diMadinah beberapa hari sebelum diaditikam. Umar berdiri di hadapanHudzaifah bin Al Yaman dan Utsmanbin Hunaif.”

1. Pelajaran tentang PemungutanPajakUmar bertanya, “Bagaimana yang

kalian berdua kerjakan? Apakahkalian berdua khawatir membebanipenduduk Sawad (yang mereka tarikpajaknya) dengan sesuatu yangmelebihi kemampuannya?”

Keduanya menjawab, “Kami mem-bebaninya dengan kebijakan yang se-suai kemampuannya, tidak ada ke-lebihan beban yang besar”.

Umar berkata, “Jika Allah SWTmenyelamatkan aku, tentu akan ku-biarkan janda-janda penduduk Iraqtidak membutuhkan seorang laki-lakisetelah aku untuk selama-lamanya”.Perawi berkata, “Setelah pembicara-an itu, Umar tidak melewati hari-harikecuali hanya sampai hari ke empatsemenjak dia terkena mushibah (ti-kaman) itu.”

2. Pelajaran tentang MeluruskanShafPerawi (Amru) berkata, “Aku ber-

diri dan tidak ada seorangpun antaraaku dan Umar, kecuali Abdullah binAbbas pada shubuh hari saat Umarterkena mushibah.

Shubuh itu, Umar hendak me-mimpin shalat dengan melewati baris-an shaf lalu berkata, “Luruskanlahshaf”. Ketika dia sudah tidak melihatlagi pada jama’ah ada celah-celahdalam barisan shaf tersebut, makaUmar maju lalu bertakbir. Sepertinyadia membaca surat Yusuf atau an-Nahlatau seperti surat itu pada rakaatpertama hingga memungkinkansemua orang bergabung dalam shalat.

3. Pelajaran tentang TindakanImam Shalat Manakala Ber-halanganKetika aku tidak mendengar se-

suatu darinya kecuali ucapan takbirtiba-tiba terdengar dia berteriak, “Adaorang yang membunuhku, atau kata-nya, “Seekor anjing telah menerkam-ku”. Rupanya ada seseorang yangmenikamnya dengan sebilah pisaubermata dua.

Penikam itu tidaklah melewatiorang-orang di sebelah kanan ataukirinya melainkan dia menikamnyapula hingga dia telah menikam se-banyak tiga belas orang yang meng-akibatkan tujuh orang diantaranyameninggal dunia.

Ketika seseorang dari kaum mus-limin melihat kejadian itu, dia me-lemparkan baju mantelnya dan tepatmengenai si pembunuh itu. Dan ketikadia menyadari bahwa dia musti ter-tangkap (tak lagi bisa menghindar),dia bunuh diri.

Umar memegang tangan AbdurRahman bin Auf lalu menariknya kedepan. Siapa saja orang yang beradadekat dengan Umar pasti dapat me-

47EDISI 6/2012

lihat apa yang aku lihat. Adapunorang-orang yang berada di sudut-sudut masjid, mereka tidak menge-tahui peristiwa yang terjadi, selainhanya tidak mendengar suara Umar.

Mereka berkata, “Subhaanalah,Subhaanalah (Maha Suci Allah) “.

Maka Abdur Rahman melanjutkanshalat jama’ah secara ringan.

4. Pelajaran tentang MenyongsongKematian dengan TenangSetelah shalat selesai, Umar ber-

tanya, “Wahai Ibnu Abbas, lihatlahsiapa yang telah membunuhku”. IbnuAbbas berkeliling sesaat lalu kembalidan berkata, “Budaknya al-Mughi-rah”.

Umar bertanya, “O, si budak yangpandai membuat pisau itu?”

Ibnu Abbas menjawab, “Ya,benar”.

Umar berkata, “Semoga Allahmembunuhnya, sungguh aku telahmemerintahkan dia berbuat makruf(kebaikan). Segala puji bagi Allah yangtidak menjadikan kematianku ditangan orang yang mengaku ber-agama Islam. Sungguh dahulu kamudan bapakmu suka bila orang kafirnon-Arab banyak berkeliaran di Madi-nah.” Abbas adalah orang yang palingbanyak memiliki budak.

Ibnu Abbas berkata, “Jika Andamenghendaki, aku akan kerjakanapapun. Maksudku, jika kamu meng-hendaki kami akan membunuhnya”.Umar berkata, “Kamu berbohong,(sebab mana boleh kalian membunuh-nya) padahal mereka telah telanjurbicara dengan bahasa kalian, shalat

menghadap qiblat kalian dan naikhaji seperti haji kalian”.

5. Pelajaran tentang Betapa HidupSehari-hari Tetap Berjalan WajarKemudian Umar dibawa ke ru-

mahnya dan kami ikut menyertainya.Saat itu orang-orang seakan-akantidak pernah terkena mushibahseperti hari itu sebelumnya. Di antaramereka ada yang berkata, “Dia tidakapa-apa”. Dan ada juga yang ber-kata, “Aku sangat mengkhawatirkannasibnya”.

Kemudian Umar disuguhkananggur lalu dia memakannya namunmakanan itu keluar lewat perutnya.Kemudian diberi susu lalu diapunmeminumnya lagi, namun susu itukeluar melalui lukanya. Akhirnyaorang-orang menyadari bahwa Umarsegera akan meninggal dunia. Makakami pun masuk menjenguknya laludiikuti oleh orang-orang yang datangdan memujinya.

Tiba-tiba datang seorang pemudaseraya berkata, “BerbahagialahAnda, wahai Amirul Mu’minin dengankabar gembira dari Allah untuk Andakarena telah hidup dengan mendam-pingi Rasulullah SAW dan yang ter-dahulu menerima Islam berupa ilmuyang Anda ketahui. Lalu Anda diberikepercayaan menjadi pemimpin, danAnda telah menjalankannya denganadil, lalu Anda mati syahid”.

Umar berkata, “Aku sudah me-rasa senang jika masa kekhilafahankuberakhir netral, aku tidak terkenadosa dan juga tidak mendapat pa-hala”.

48 BERKALA TUNTUNAN ISLAM

Ketika pemuda itu berlalu, tampakpakaiannya menyentuh tanah, makaUmar berkata, “Bawa kembali pe-muda itu kepadaku”.

Umar berkata kepadanya, “Wahaianak saudaraku, angkatlah pakaian-mu karena yang demikian itu lebihmengawetkan pakaianmu dan lebihmembuatmu taqwa kepada Rabbmu.”

6. Pelajaran tentang PenuntasanHutang“Wahai Abdullah bin Umar, lihat-

lah berapa jumlah hutang yang men-jadi kewajibanku,” kata Umar kepadaputranya.

Maka mereka menghitungnya danmendapatan hasilnya bahwa hutang-nya sebesar delapan puluh enam ribuatau sekitar itu.

Umar berkata, “Jika harta ke-luarga Umar mencukupi bayarlahhutang itu dengan harta mereka.Namun apabila tidak mencukupi makamintalah kepada Bani Adiy bin Kaab.Dan apabila harta mereka masih tidakmencukupi, maka mintalah kepadamasyarakat Quraisy dan jangan me-ngesampingkan mereka dengan me-minta kepada selain mereka lalu lu-nasilah hutangku dengan harta-hartaitu.

7. Pelajaran tentang Meminta Ijinkepada Orang yang BerwenangKata Umar, “Temuilah Aisyah,

Ummul Mukminin Radliallahu Anha,dan sampaikan salam dari Umar danjangan kalian sebut dari AmirulMukminin, karena hari ini bagi kaummukminin aku bukan lagi sebagai

pemimpin. Katakan bahwa Umar binal-Khaththab meminta izin untuk di-kuburkan di samping kedua shahabat-nya”.

Maka Abdullah bin Umar mem-beri salam, meminta izin lalu masukmenemui Aisyah.

Ternyata Abdullah bin Umar men-dapatkan Aisyah sedang menangis.

Lalu Abdullah berkata, “Umar binal-Khathtab menyampaikan salambuat Anda dan meminta ijin agarboleh dikuburkan disamping keduasahabatnya, Rasulullah SAW dan AbuBakar.”.

Aisyah berkata, “Sebenarnya akujuga menginginkan hal itu untuk diri-ku namun hari ini aku tidak akan lebihmementingkan diriku”.

Ketika Abdullah bin Umar kem-bali, dikatakan kepada Umar, “Ini dia,Abdullah bin Umar sudah datang”.

Maka Umar berkata, “Angkatlahaku”. Maka seorang laki-laki datangmenopangnya.

Umar bertanya: “Berita apa yangkamu bawa?”

Ibnu Umar menjawab, “Beritayang Anda sukai, wahai Amirul Muk-minin. Aisyah telah mengizinkanAnda”.

Umar berkata, “Alhamdulillah.Tidak ada sesuatu yang paling pentingbagiku selain hal itu. Jika aku telahmeninggal, bawalah jasadku kepada-nya dan sampaikan salamku lalukatakan bahwa Umar bin al-Khath-thab meminta izin. Jika dia meng-izinkan maka masukkanlah aku (ku-burkan) namun bila dia menolak maka

49EDISI 6/2012

kembalikanlah jasadku ke kuburanKaum Muslimin”.

8. Pelajaran tentang Adab Men-jenguk Orang Sakit dan MenjagaHijabKemudian Hafshah, Ummul

Mukminin, datang dan beberapawanita ikut bersamanya. Tatkala kamimelihatnya, kami segera berdiri. Haf-shah kemudian mendekat kepadaUmar lalu dia menangis sejenak. Ke-mudian beberapa orang laki-laki me-minta izin masuk, maka Hafshahmasuk ke kamar karena ada orangyang mau masuk. Maka kami dapatmendengar tangisan Hafshah daribalik kamar.

9. Pelajaran tentang PergantianKepemimpinan Atas DasarKemuliaanOrang-orang itu berkata, “Berilah

wasiat, wahai Amirul Mukminin.Tentukanlah pengganti Anda”. Umarberkata, “Aku tidak menemukanorang yang paling berhak atas urusanini daripada mereka atau segolonganmereka yang ketika Rasulullah SAWwafat beliau ridla kepada mereka.”

Maka dia menyebut nama Ali,Utsman, Az Zubair, Thalhah, Sa’addan Abdur Rahman.

Selanjutnya dia berkata, “Ab-dullah bin Umar akan menjadi saksiatas kalian. Namun dia tidak punyaperan dalam urusan ini, dan tugas ituhanya sebagai bentuk penghibur bagi-nya. Jika kepemimpinan jatuh ketangan Saad, maka dialah pemimpinurusan ini. Namun apabila bukan dia,

maka mintalah bantuan dengannya.Dan siapa saja di antara kalian yangdiserahi urusan ini sebagai pemimpinmaka aku tidak akan memecatnyakarena alasan lemah atau berkhia-nat”.

10. Pelajaran tentang Wasiat Ke-baikan untuk Masyarakat

Selanjutnya Umar berkata, “Akuberwasiat kepada khalifah sesudahkuagar memahami hak-hak kaumMuhajirin dan menjaga kehormatanmereka. Aku juga berwasiat kepada-nya agar selalu berbuat baik kepadaKaum Anshar yang telah menempatinegeri (Madinah) ini dan telah ber-iman sebelum kedatangan mereka(kaum Muhajirin) agar menerimaorang baik, dan memaafkan orangyang keliru dari kalangan mereka.

“Dan aku juga berwasiat kepa-danya agar berbuat baik kepadaseluruh penduduk kota ini karenamereka adalah para pembela Islamdan telah menyumbangkan harta(untuk Islam) dan telah bersikap kerasterhadap musuh. Dan janganlah me-ngambil dari mereka kecuali hartalebih mereka dengan kerelaan mereka.

“Aku juga berwasiat agar berbuatbaik kepada orang-orang Arab Baduikarena mereka adalah nenek moyangbangsa Arab dan perintis Islam, danagar diambil dari mereka bukan hartapilihan (utama) mereka (sebagaizakat) lalu dikembalikan (disalurkan)untuk orang-orang fakir dari kalang-an mereka. Dan aku juga berwasiatkepadanya agar menunaikan per-janjian kepada ahlu dzimmah (warga

50 BERKALA TUNTUNAN ISLAM

non muslim yang wajib terkenapajak), yaitu orang-orang yang dibawah perlindungan Allah dan Rasul-Nya (asalkan membayar pajak) danmereka (ahlu dzimmah) yang berniyatmemerangi harus diperangi, merekajuga tidak boleh dibebani selain se-batas kemampuan mereka”.

11. Pelajaran tentang Sikap Ikhlasterhadap Kekuasaan

Ketika ‘Umar sudah menghembus-kan nafas, kami keluar membawanyalalu kami berangkat dengan berjalan.Abdullah bin Umar mengucapkansalam (kepada Aisyah) lalu berkata,“Umar bin Al Khaththab memintaizin”.

Aisyah berkata, “Masukkanlah”.Maka jasad Umar dimasukkan ke

dalam liang lahad dan diletakkanberdampingan dengan kedua sha-habatnya.

Setelah selesai menguburkanjenazah Umar, orang-orang (yangtelah ditunjuk untuk mencari peng-ganti khalifah) berkumpul. AbdurRahman bin Auf berkata, “Jadikan-lah urusan kalian ini kepada tiga orangdiantara kalian.”

Maka az-Zubair berkata, “Akuserahkan urusanku kepada ‘Ali.”

Sementara Thalhah berkata, “Akuserahkan urusanku kepada Utsman.

Sedangkan Saad berkata, “Akuserahkan urusanku kepada AbdurRahman bin Auf.

Kemudian Abdur Rahman bin Aufberkata, “Siapa diantara kalian ber-dua yang mau melepaskan urusan inimaka kami akan serahkan kepada

yang satunya lagi, Allah dan Islamakan mengawasinya. Sungguh sese-orang dapat melihat siapa yang ter-baik diantara mereka menurut pan-dangannya sendiri.”

Dua pembesar (Utsman dan Ali)terdiam.

Lalu Abdur Rahman berkata,“Apakah kalian menyerahkan urusanini kepadaku. Allah tentu mengawasi-ku dan aku tidak akan semena-menadalam memilih siapa yang terbaikdiantara kalian”.

Keduanya berkata, “Baiklah”.Maka Abdur Rahman memegang

tangan salah seorang dari keduanyaseraya berkata, “Engkau adalah ke-rabat Rasulullah shallallahu alaihiwasallam dan dari kalangan pen-dahulu dalam Islam (senior) sebagai-mana yang kamu ketahui dan Allahakan mengawasimu. Seandainya akuserahkan urusan ini kepadamu tentukamu akan berbuat adil dan seandai-nya aku serahkan urusan ini kepadaUtsman tentu kamu akan mendengardan mentaatinya”.

Kemudian dia berbicara menyen-diri dengan ‘Utsman dan berkata se-bagaimana yang dikatakannya ke-pada ‘Ali.

Ketika dia mengambil perjanjianbai’at, Abdur Rahman berkata,“Angkatlah tanganmu wahai Uts-man”.

Maka Abdur Rahman membaiatUtsman lalu Ali ikut membaiatnyakemudian para penduduk masuk untukmembaiat Utsman”. �

51EDISI 6/2012

Pengantar

Di tengah masyarakat kita seringmenemukan perbedaan pendapat

atau pertikaian yang meruncing begiturupa. Perbedaan yang bisa menjadikonflik itu memang hampir merupakanbawaan, bahkan ada yang menyebut adadalam DNA manusia. Maksudnya, ter-simpan dalam “bakat” kita sebagai makh-luk. Tidak jarang, berbeda pendapat itudimaknai sebagai “hak”. Padahal karenamanusia ini makhluk yang bisa keliru, ma-ka kita bisa keliru setiap waktu. Artinya,pada saat kita bertikai dengan seseorang,saat itulah ada kemungkinan kita salah.

Dengan demikian maka semua harusdikembalikan kepada pegangan yangkuat, yang benarnya bersifat hakiki, yakni

Benarkah Perbedaan Itu Rahmat?

dikembalikan kepada Allah dan tuntunanRasulullah. Namun, ternyata sejumlah ha-dits menyatakan bahwa Nabi mengem-balikan keputusan tentang benar-salah itukepada integritas orang itu sendiri. Kare-na orang itu yang kelak menanggung aki-batnya di akhirat. Hadits dari ImamBukhari di atas membuktikan hal itu.

Apa yang disampaikan oleh Nabi diatas hendaknya jangan diulur kelewatjauh, begitu rupa sehingga menyimpang.Salah satu bentuk penyimpangan dilaku-kan mengikuti garis penalaran demikian:"Karena Nabi mengembalikan kepadamereka yang bertikai, dikembalikankepada niat baiknya dan keikhlasannyakepada Allah, maka perbedaan itu bukansesuatu yang perlu dikuatirkan. Sesuatu

Syarah Hadits

Ummu Salamah (isteri Nabi SAW) mengabarkan dari Rasulullah. Beliau suatukali mendengar pertengkaran di depan pintu kamarnya. Beliau lalu keluar danbersabda: “Saya hanyalah manusia biasa seperti kalian, dan aku sudah pulamendapatkan pengaduan. Padahal, siapa tahu di antara kalian lebih pandaibersilat lidah daripada yang lain, sehingga aku menyangka dirinya benar(padahal tidak), lalu aku putuskan sesuatu yang menguntungkan dirinya. Maka,barangsiapa kuputuskan menang dengan melanggar hak saudaranya semuslim,sama artinya aku mengambilkan suluh api baginya. Karena itu, silahkan iaambil atau ia tinggalkan!” (HR Bukhari – Hadits No. 6645)

52 BERKALA TUNTUNAN ISLAM

yang boleh-boleh saja, atau malah bisamerupakan rahmat."

Nah, inilah bahayanya mengulur terlalujauh sesuatu perkataan Nabi yang diu-capkan dalam konteks tertentu. Inihanyalah opini seseorang entah siapa dimasa lalu.

Tidak Diketahui Asal-muasalnyaDemikianlah, kita sering mendengarungkapan sebagai berikut:

Perselisihan di antara ummatku ada-lah rahmat

Padahal, ungkapan tersebut tidak je-las asal usulnya. Tidak ada sumbernya.Kemungkinan besarnya atau kesimpulan-nya bukan hadis, bukan ucapan NabiMuhammad SAW.

Bunyi ungkapan di atas dikaji olehUstadz Al-Albani di dalam kitabnya yangterkenal (Silsilah Hadis Dha’if dan Maudhu’)nomor 57. Al-Albani menyatakan bahwaungkapan itu tidak ada sumbernya, tidakdiketemukan asal usulnya. Para pakarhadis sudah berusaha sekuat tenaga dansangat serius untuk memperoleh rang-kaian jalur periwayatan ungkapan itudengan meneliti dan menelusuri sumber-nya. Tetapi usaha itu tidak berhasillmenemukannya. Sanadnya tidak di-ketemukan! Imam Al-Suyuthi menyata-kan di dalam al-Jami’ush Shaghir

bahwa jalur periwayatan itutidak sampai padanya. Oleh karena itu,ungkapan itu tidak patut dan tidak layakdiyakini oleh ummat Islam.

Sementara itu al-Munawi mengutip

pendapat al-Subki yang menyatakan:“Ungkapan itu tidak dikenal di kalanganpara pakar hadits. Saya tidak menemukanjalur periwayatan baik yang sahih, yangdha’if maupun yang maudhu’.”

Di dalam kitab Tafsir al-Baidhawiyang menjelaskan ayat Ali Imron 105, al-Baidhawi menyinggung hal ini juga.

Dan janganlah kamu menyerupaiorang-orang yang bercerai-berai danberselisih sesudah datang keteranganyang jelas kepada mereka. Merekaitulah orang-orang yang mendapatsiksa yang berat. (QS Ali Imron 105)

Al-Baidhawi menyatakan bahwajanganlah ummat Islam itu berselisihfaham mengenai tauhid Allah, mensucikanAllah dari sifat-sifat dan bentuk manusia-wi, dan berselisih faham mengenai akhirat.Terhadap dalil-dalil yang sudah jelas ke-benarannya yang ada dalam Al-Qur’andan Hadits shahih, maka jangan adaperselisihan dan wajib umat Islam untukbersatupadu, bersepakat dan rukun.

Namun, di dalam tafsirnya yang jugamengomentari ayat di atas al-Baidhawijuga mencantumkan ungkapan yang diakatakan sebagai hadits ucapan NabiSAW yaitu yangkemudian dikomentari oleh SyaikhZakariyya al-Anshari bahwa dia sepakatakan perlunya kesepakatan dan per-satuan tanpa ada perselisihan ummatIslam. Hanya saja dia menyatakanbahwa dari segi makna, ungkapan

itu sebagai sesuatu hal yang

53EDISI 6/2012

sangat aneh dan menyalahi para ulamapakar hadits.

Ungkapan yang Bisa MerusakUlama dan pakar hadits Ibn Hazm di

dalam kitabnya, Al-Ihkam fi Ushul al-Ahkam, 5: 64 menyatakan bahwa ung-kapan itu bukan hadits. Selanjutnya, IbnHazm menyatakan bahwa ungkapan“Perselisihan di antara ummatku adalahrahmat” adalah ungkapan yang barangkalipaling merusak dan membawa bencana.Mengapa?

Karena, logikanya kalau perselisihanatau pertentangan atau perbedaan pen-dapat itu rahmat, maka pastilah kesepa-katan, kerukunan, dan persamaan pen-dapat itu adalah merupakan kutukan,laknat (kemarahan). Hal ini tidak mungkindiucapkan oleh orang Islam. Dalam halini hanya ada dua pilihan kesepakatanatau perselisihan, mendapat rahmat ataumendapat kutukan.

Perhatikan ayat al-Qur’an berikut un-tuk memperkuat argumen bahwa ung-kapan “Perselisihan di antara ummatkuadalah rahmat” adalah ungkapan salah.

Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamumenjadi gentar dan hilang kekuatan-mu dan bersabarlah. SesungguhnyaAllah beserta orang-orang yang sabar.(QS al-Anfal: 46)

Sebagian dari dampak ungkapan ituadalah banyak orang Islam yang sudahmerasa mantab dengan adanya per-bedaan pendapat di antara golongan-golongan dan madzhab-madzhab. Saking

mantabnya, mereka tidak mau lagi kem-bali kepada al-Qur’an dan Hadits Shahihsebagaimana diperintahkan para Imammadzhab. Para pengikut madzhab, go-longan, kelompok, organisasi mengang-gap bahwa para pemimpin mereka ituseperti syari’at yang bermacam-macam.Banyak Ulama tahu bahwa perselisihandan pertentangan tidak dapat disatukanatau diakurkan kecuali dengan mengem-balikan persoalan kepada dalilnya dari al-Qur’an dan as-Sunnah. Langkahnyaadalah menolak sesuatu yang yang me-nyalahi dalil dan menerima sesuatu yangsesuai dengan dalilnya.

Selanjutnya, Imam Al-Albani men-jelaskan bahwa bagaimana mungkinperselisihan atau pertentangan paraulama yang bermacam-macam itu di-anggap sebagai syari’at. Dia mengutipsebuah ayat berikut:

Maka apakah mereka tidak mem-perhatikan Al Qur’an? Kalau kiranyaAl Qur’an itu bukan dari sisi Allah,tentulah mereka mendapat per-tentangan (perselisihan) yang banyakdi dalamnya. (QS An Nisaa 82)

Ayat di atas jelas sekali mengatakanbahwa pertentangan (perselisihan) itubukan dari Allah. Bagaimana mungkin,orang menjadikan ikhtilaf (pertentangan,perselisihan, atau hal-hal yang salingbertentangan) itu sebagai syari’at yangharus diikuti dan dianggap rahmat.

Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-

54 BERKALA TUNTUNAN ISLAM

Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamumenjadi gentar dan hilang kekuatan-mu dan bersabarlah. SesungguhnyaAllah beserta orang-orang yang sabar.(QS al-Anfal, 8: 46)

Karena perselisihan, berbantah-bantahan dan pertentangan itu membuatummat menjadi gentar dan kehilanganmaka tentu saja perselisihan dan perten-tangan dalam tubuh umat ini dilarang.Jadi, sama sekali bukan rahmat.

Antara Perbedaan Pendapat danPerselisihan

Dalam beberapa kasus, seperti pelak-sanaan shalat di Bani Quraidhah atau ditengah perjalanan, juga perbedaan bacaanpara sahabat dalam membaca al-Qur’andan juga hasil ijtihad para Imam, makaitu dibolehkan dan tidak dicela. Yangdicela adalah kalau kemudian terjadisaling mencela dan saling merendahkanbahkan kemudian saling memfitnah ataumengatakan yang tidak benar kepadakelompok lain yang berbeda pendapat.

Hai orang-orang yang beriman ja-nganlah suatu kaum mengolok-olokkaum yang lain (karena) boleh jadi me-reka (yang diolok-olok) lebih baik dari(yang mengolok-olok) dan jangan pulapara wanita (mengolok-olok) parawanita lain (karena) boleh jadi parawanita itu (yang diperolok-olok-kan)

lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu menceladirimu sendiri dan janganlah kamusaling memanggil dengan gelar-gelaryang buruk. Seburuk-buruk panggilanialah (panggilan) yang buruk sesudahiman dan barangsiapa yang tidakbertobat, maka mereka itulah orang-orang yang lalim. (QS al-Hujurat: 11)

Perbedaan pendapat menjadi tercelakalau ada yang dengan sengaja ataukarena kebodohannya meninggalkandalil-dalil al-Qur’an dan as-Sunnah. Bisajuga celaan atau kecaman terjadi karenaorang hanya menuruti pendapat yangsesuai dengan hawa nafsunya saja.

Menghadapi perbedaan pendapat inijangan sampai membuat umat berselisih,saling merendahkan dan meremehkankemudian menjadi bermusuhan. Hati perludijaga, jangan mudah panas hanya ka-rena perbedaan kecil yang bukan meru-pakan pokok agama dan ketika dalilsyar’i juga dalam suatu masalah kurangjelas dalilnya.

Akhirnya, kita perlu berhati-hati dalampersoalan ini. Yang kita harapkan adalahkeselamatan dan kesuksesan pada Hariyang tiada berguna harta dan anakketurunan kecuali orang-orang yangmenghadap Allah dengan hati yang besihdan suci (salim).

(Yaitu) di hari harta dan anak-anaklaki-laki tidak berguna; kecuali orang-orang yang menghadap Allah denganhati yang bersih (asy-Syu’ara’ 88-89).�

Tim Redaksi

55EDISI 6/2012

DINAMIKA

Suplemen

Redaksi menerima tulisan rubrik Sosok, Dinamika atau Sosok & Dinamika. Tulisan seputarkiprah tokoh (sosok), maupun dinamika dakwah komunitas (dinamika), atau gabungankeduanya (sosok & dinamika), tulisan bertujuan untuk inspirasi dan wawasan pengem-bangan dakwah. Kirim naskah beserta gambar ke: [email protected] lupa, tulis identitas anda dan nomor rekening bank/alamat wesel pos. Terima kasih.

P agi itu Ustadz Afrokhi dari Kediridatang untuk memberi tausiyah diMojokerto. Beliau langsung me-

nuju kantor PDM Kota Mojokerto di Ja-lan Taman Siswa nomor 25. Jalan beras-pal di tengah kota seluas 17 kilometerpersegi berpenduduk 125 ribu jiwa itusudah ditutup separuhnya di kedua sisi,layaknya sedang ada perhelatan besar.

Penutupan jalan itu tidak berlebihan.Pengunjung Pengajian Umum Ahad Pagi(PUAP) betul-betul tumpah ruah ke jalanaspal di depan Gedung PDM, bagaikanpasar malam yang berlangsung di sekujur

badan jalan. Pria-wanita, remaja dandewasa, sebagian membawa anak-anak,duduk di atas karpet dan tikar yang di-gelar di atas permukaan jalan. Ada jugayang duduk di atas tembok rendah pe-ngamping selokan; di trotoar; di bangku-bangku yang disumbang oleh rumah-rumah di kanan kiri jalan; berjongkok dihalaman rumah sekitar; duduk di atassepeda motor. Pendeknya, orang-orangbertebaran asal tidak terlalu jauh daripengeras suara.

Ada dua TV plasma ukuran besar diatas trotoar. Sehingga hadirin bisa melihatpembicara lewat layar kaca, sementarasuaranya dipancarluaskan oleh pengerassuara ukuran besar ke semua jamaah.Termasuk diarahkan ke gedung LembagaPemasyarakatan (LP) di seberang jalan.

Pemuda-pemuda, berseragam kausmerah bertuliskan “Outside Official”mengatur lalu-lalang manusia dan ken-daraan. Mereka itu aktivis dari OrtomMuhammadiyah, yakni Pemuda, TapakSuci, dan IPM. Sementara pemudi-pemudi NA bergiat di antara jamaahperempuan. Puluhan mobil dan ratusan

Pengajian Umum Ahad Pagi

Mojokerto Ibarat Aliran Sungai Besar

foto: fbs

56 BERKALA TUNTUNAN ISLAM

sepeda dan sepeda motor diparkir teraturmulai dari mulut jalan barat dan timur jalanTaman Siswa itu. Tak ketinggalan, becak-becak diparkir menunggu penumpangyang mengontraknya pergi-pulang.Sopirnya betul-betul sambil menyelamminum air: menunggu penumpang sembarimenyimak ceramah dengan tekun.

Setiap Ahad pagi pekan genap, pe-mandangan demikian berulang. Saat itupula penghuni LP Mojokerto dijadwaloleh Kepala LP untuk menyimak cera-mah ustadz dari balik tembok penjara.Inilah keuntungan keberadaan LembagaPemasyarakatan yang tepat di depankantor PDM. Pihak LP bahkan memintaagar pengeras suara yang mengarah keLP selalu dalam keadaan baik. Sebalik-nya, panitia PUAP pun pamit meman-faatkan halaman LP untuk parkirkendaraan dan tempat jamaah.

Jamaah yang hadir di PUAP, yangpada 6 Safar 1433 H lalu diperkirakan“hanya 1.200-an orang”, tidak semuanyaanggota Muhammadiyah. Namun mere-ka sudah akrab dengan ‘cara’ Muham-madiyah yang, menurut seorang jamaah,“mencerdaskan dan mengajak berpikirbenar”. Ini ditunjukkan dengan perta-nyaan-pertanyaan yang diajukan kepadapenceramah atau komentar-komentarmereka saat menemui panitia seusaipengajian. Dan panitia pun mafhum.

“Kalau ustadz penceramahnya me-miliki pendapat yang ‘tidak berkema-juan’ atau agak kurang cerdas atau salahucap,” ujar Ketua PUAP H. Sanoesi,“pasti ada jamaah yang menemui panitiadan mengutarakan pandangannya.”

Maka, panitia pun cermat memilih.Mereka rela menghadirkan penceramahdari luar kota, termasuk dari PWM JawaTimur, PP Muhammadiyah Yogya atauJakarta, atau penceramah dari kota lainseperti KH Afrokhi dari Pare Kediri itu.

Jika KH Afrokhi datang beberapakali, itu karena merespon keingintahuanjamaah tentang isu yang bergulir dimasyarakat terkait dengan kritiknyaterhadap kebiasaan amalan di tengahmasyarakat yang tidak diajarkan NabiSAW. Seperti diketahui, KH Afrokhiadalah sosok yang sejak 2004 memper-tanyakan keabsahan amalan seperti me-minta doa dengan ziarah kubur, tawasulyang mengarah ke syirik itu, dan amalan-amalan lain yang (mengarah) bid’ah.Setelah itu bergulir pula pertanyaan-pertanyaan tentang selamatan kematianpada hari ke-7, 40, 100, 1.000 yang ber-akar pada tradisi Hindu itu.

Panitia berseragam “outside official”

foto: fbs

57EDISI 6/2012

Selain beliau, Ustadz MuhammadMuqoddas dari PP Muhammadiyahsudah tiga kali hadir ke Mojokerto. Se-mentara Nanung Danardono, dosenUGM yang kini studi di Inggris, pernahmembawakan tema makanan halal-haramdalam pandangan keilmuan modern,sedang digagas diundang lagi sepulangdari Universitas Glasgow kelak. Begitujuga Pak Yusron Asrofi, dari UIN SunanKalijaga atau Pak Agung Danarto, SekjenPP Muhammadiyah. Insya Allah.

Ketika dimulai, tahun 2009, saat ituMojokerto secara administratif dibagimenjadi kabupaten dan kota, PUAP lalumenginduk ke PDM Kota. SementaraPUAP di Kabupaten dilaksanakansecara mobile bergiliran. Maklum, ling-kup wilayah Mojokerto memang luas.Jadwalnya dicatat TI sebagai berikut:Pekan I dan V di SMP MuhammadiyahGedeg dan Masjid Al-Basith KenantenKecamatan Puri; pekan III di Masjid Al-Azhar Mojosari dan Al-MuqarrabinBrangkal Kecamatan Sooko.

Menariknya, jamaah yang ke PUAPternyata tidak terpengaruh oleh pemilahanadministrasi pemerintah itu. Jamaah tetapdatang dari pelbagai penjuru Kabupatendan Kota Mojokerto. Diketahui, merekajuga datang dari kecamatan di sisi selatan,seperti Gondang, Kutorejo, Jatirejo,Trowulan, Delanggu. Atau, dari sisi utarakabupaten berpendududuk 970 ribu jiwaitu, misalnya: Gedeg, Dawarblandong,Kemlagi. Bahkan seringkali jamaah dariMojoagung dari Kabupaten Jombangdatang dengan mencarter bis!

Mereka itu pula yang meramaikankegiatan plus dari PUAP, seperti bazar,donor darah triwulanan, sapa jamaah,pemberian santunan untuk dhuafa, senamkebugaran untuk kaum sepuh, khitananumum. Pada sekitar bulan Juli-Agustus,biasanya juga digelar upaya syiar Islamdengan beberapa kegiatan termasuk jalansehat. Untuk yang terakhir ini, WalikotaMojokerto, Kepala-Kepala Dinas atauInstansi dan anggota DPRD setempatbiasanya juga ikut serta.�

foto: fbs Betul-betul memenuhi jalan.

58 BERKALA TUNTUNAN ISLAM

PUAP sudah tentu tidak langsungtertata seperti sekarang. Situswww.puap-mojokerto.com yang

memuat cerama-ceramah sepanjangperjalanan PUAP jelas menunjukkanpengalaman berproses yang tidak main-main. Leaflet atau lembaran lepasseukuran folio bolak-balik, yang dinamai“Khulasoh Pengajian Ahad Pagi”, dankini sudah sampai edisi ke-5 tahun ke-10 itu, jelas menunjukkan keseriusan. Dihalaman belakang Khulasoh itu dimuatpula laporan keuangan PUAP sampaikondisi terakhir. Lembaran itu dicetak500 eksemplar dan dibagi cuma-cumadengan biaya dari jamaah sendiri.

MATA AIR “SUNGAI PENGAJIAN”

Praktek seperti itu sudah dilakukansemenjak awal PUAP dirintis. Yaknisemenjak Pak Qawaid merintis PengajianKontemporer Al-Muasyirah tahun 1990-an, yang mengambil bentuk pengajiandengan dialog dalam forum terbatasdengan mengupas tema-tema keislamanstrategis. Pak Qawaid ini adalah seorangpegawai senior di Departemen Agama,yang dihormati karena kepribadiannya.

Terkait dengan itu, pengajian yangberlangsung terus-menerus, mungkindapat diibaratkan bagai sungai yangmengalir dari masa lalu hingga belasantahun kemudian saat ini. Nah, PakQawaid itu insya Allah tepat disebut

Kegiatan donor darah yang dikelola PUAP Mojokerto triwulanan.

foto: fbs

59EDISI 6/2012

m3

circ

le.m

ult

iply

.co

m

sebagai “penggali mata air pengajian”,yang belakangan memancarkan airnyamengalir ibarat sungai tak terputus sampaiberwujud Pengajian Umum Ahad Pagi diMojokerto ini.

Sebagai pegawai negeri sipil, Qawaidsempat ditugaskan di Banyuwangi danNgawi. Di kota-kota itu pula dia “meng-gali mata air pengajian” di lingkunganMuhammadiyah setempat, yang kononkini juga masih berkelanjutan.

Melalui pengajian itu, paradigma pikirjamaah dibina sejalan dengan konsepdakwah jamaah. “Yakni, bahwa Islammerupakan rahmatan lil alamin,” tuturQawaid. “Dari situ kita memperolehjamaah yang kritis, yang berwawasanluas, insya Allah yang semakin meyakinikebenaran agamanya, tetapi juga tahumana ajaran Islam yang benar itu.”

Dari cerita Pak Sanoesi, pengajian diMasjid Darul Aytam, kemudian ikutmengalir menyatu menjadi apa yang kita

sebut “sungai” PUAP itu. Di masjid terse-but sudah dikelola beberapa kegiatantermasuk panti yatim dan kegiatan rukunkematian yang aktif dan melayani umatdengan baik, termasuk dengan inovasitempat pemandian jenazah yang didesainsecara syar’i dari bahan stainless.

Selain Pak Qawaid dan Pak Sanoesi,sudah tentu ada nama-nama lain yangtidak terlihat publik. Sekadar yangsempat dicatat, mereka itu adalah Imam

NILAI PLUS PUAP MOJOKERTO

1. Berlangsung rutin lebih dari satu dasawarsa.2. Penceramah dipilih yang berkompeten; jika perlu mendatangkan dari luar kota.

Tema yang diangkat juga beragam dan menjawab kebutuhan umat;3. Rekaman dari ceramah pekan sebelumnya dibuat CD; dikemas dengan sampul

dan kover menarik. Jamaah yang tidak hadir pekan lalu, bisa membelinya sehargaRp10 ribu. Panitia menyiapkan 25-30 keping CD tiap edisi; dan semuanya larismanis, menandakan bahwa upaya itu memenuhi kebutuhan jamaah;

4. Setiap ceramah dibuat ringkasannya, dan dimuat dalam leaflet “Khulasoh”yang dicetak 500 eksemplar dan dibagi cuma-cuma;

5. Pertanggungjawaban keuangan dimuat dalam leaflet “Khulasoh” sehinggajamaah mengetahui dana umat yang dikelola panitia berikut peruntukannya;

6. Ceramah dan kegiatan PUAP diunggah dalam situs www.puap-mojokerto.comsehingga dapat disimak di mana pun dan kapan pun.

Qawaid

foto

: fb

s

60 BERKALA TUNTUNAN ISLAM

Fakhrudin, Tibyanu Ar-Rahman, AliImron, Mashudo, Hasanuddin Saab,Qamari, Juwari, M. Okto Bhakti, Fir-daus, Sugeng. Ada pula Agus Santosa,yang dikenal sebagai pengelola blogPUAP Mojokerto di internet.

Sudah tentu ada nama-nama lain lagibelum dicatat di sini. Kita lihat, di situ jugatidak ada nama perempuan. Padahal,mereka juga memiliki andil besar sepertihalnya kaum pria. Mereka itu semuanyamemberi sumbangsih dalam posisinyamasing-masing untuk menjadikan penga-jian ini sebagai maslahat bagi umat.Namun, mereka tidak (mau) muncul kepermukaan.

Insya Allah keikhlasan mereka itudicatat cermat dalam buku para malaikat.

Ketika pengajian itu lambat laun mulaimembesar, panitia membuat variasi danpengayaan kegiatan. Bentuknya adalahdiadakannya kegiatan donor darah yang

melibatkan Palang Merah Indonesiasetempat. Kegiatan ini diselenggarakantiap triwulan. Selain itu, pada kegiatanMilad PUAP tiap tahun diisi denganbazar, jalan santai, dakwah bil-halberupa santunan kepada kaum dhuafadan jamaah yang sedang sakit.

Kegiatan-kegiatan ini merupakankeniscayaan, bentuk keluwesan dankemajuan berpikir dalam menyikapipersoalan jamaah. Ini terlihat mulai dariperkembangan bina jamaah denganpelatihan ustadz-ustadzah, TPA-TQA,pelatihan perawatan jenazah; sampaipengelolaan barang material. Yang ter-akhir ini meliputi inventaris yang semulakursi seng bertambah 800 biji kursiduduk plastik; tikar dan karpet; hijab danmimbar; sound system, perangkatkomputer, dan TV plasma besar.�

Farid B Siswantoro

VCD rekaman PUAP