tgs rangkuman filsafat

Upload: mahardika-burhan

Post on 05-Jul-2018

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/16/2019 Tgs Rangkuman Filsafat

    1/22

    RANGKUMAN MATERI FILSAFAT

    Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu Ekonomi yang dibimbing

    oleh

     HM.Yusuf Saleh

    Mahardika Burhan

    4515013003

    PROGRAM STUDI EKONOMI

    JURUSAN AKUNTANSI

    UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR

    2015/2016

  • 8/16/2019 Tgs Rangkuman Filsafat

    2/22

    Pengertian dan Definisi Filsafat

    Secara etimologis, istilah “filsafat”, yang merupakan padanan kata falsafah (bahasa

     Arab) dan philosophy (bahasa Inggris), berasal dari bahasa Yunani φιλοσοφια

    (philosophia). Kata philosophia merupakan kata majemuk yang terdiri dari kata φιλοσ

    (philos) dan σοφια (sophia). Kata φιλοσ berarti kekasih, bisa juga berarti sahabat.

     Adapun σοφια berarti kebijaksanaan atau kearifan, bisa juga berarti pengetahuan. Jadi,

    secara harfiah φιλοσοφια berarti yang mencintai kebijaksanaan atau sahabat

    pengetahuan. Oleh karena istilah φιλοσοφια telah di Indonesiakan menjadi “filsafat”,

    seyogyanya ajektivanya ialah “filsafati” dan bukan “filosofis”. Apabila mengacu kepada

    orangnya, kata yang tepat digunakan ialah “filsuf” dan bukan “filosof”. Kecuali bila

    digunakan kata “filosofi” dan bukan “filsafat”, maka ajektivanya yang tepat ialah

    “filosofis”, sedangkan yang mengacu kepada orangnya ialah kata “filosof ‘.

    Menurut tradisi kuno, istilah φιλοσοφια digunakan pertama kali oleh Pythagoras (sekitar 

    abad ke-6 SM). Ketika diajukan pertanyaan apakah ia seorang yang bijaksana, dengan

    rendah hati Pythagoiras menjawab bahwa ia hanyalah φιλοσοφοα, yakni orang yang

    mencintai pengetahuan. Akan tetapi, kebenaran kisah itu sangat diragukan karena

    pribadi dan kegiatan Pythagoras telah bercampur dengan berbagai legenda; bahkan,

    tahun kelahiran dan kematiannya pun tak diketahui dengan pasti. Yang jelas, pada

    masa Sokrates dan Plato, istilah φιλοσοφια dan φιλοσοφοα sudah cukup populer.

    Untuk memahami apa sebenarnya filsafat itu, tentu saja tidak cukup hanya mengetahui

    asal usul dan arti istilah yang digunakan, melainkan juga harus memperhatikan konsep

    dan definisi yang diberikan oleh para filsuf menurut pemahaman mereka masing-

    masing. Akan tetapi, perlu pula dikatakan bahwa konsep dan definisi yang diberikan

  • 8/16/2019 Tgs Rangkuman Filsafat

    3/22

    oleh para filsuf itu tidak sama. Bahkan, dapat dikatakan bahwa setiap filsuf memiliki

    konsep dan membuat definisi yang berbeda dengan filsuf lainnya. Karena itu, ada. yang

    mengatakan bahwa jumlah konsep dan definisi filsafat adalah sebanyak jumlah filsuf itu

    sendiri.

     Aristoteles (murid Plato) juga memiliki beberapa gagasan megnenai filsafat. Antara lain,

    ia mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang senantiasa berupaya

    mencari prinsip-prinsip dan penyebab-penyebab dari realitas ada. Iapun mengatakan

    bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berupaya mempelajari “peri ada selaku

    peri ada” (being as being) atau “peri ada sebagaimana adanya” (being as such).

    René Descartes, filsuf Perancis yang termahsyur dengan argumen je pense, donc je

    suis, atau dalam bahasa Latin cagito ergo sum (aku berpikir maka aku ada)

    mengatakan

  • 8/16/2019 Tgs Rangkuman Filsafat

    4/22

    bahwa filsafat adalah himpunan dari segala pengetahuan yang pangkal

    penyelidikannya adalah mengenai Tuhan, alam dan manusia.

    Bagi William James, filsuf Amerika yang terkenal sebagai tokoh pragmatisme dan

    pluralisme, filsafat adalah suatu upaya yang luar biasa hebat untuk berpikir yang jelas

    dan terang. R.F. Beerling, yang pernah menjadi guru besar filsafat di Universitas

    Indonesia, dalam bukunya Filsafat Dewasa Ini mengatakan bahwa filsafat “memajukan

    pertanyaan tentang kenyataan seluruhnya atau tentang hakikat, asas, prinsip dari

    kenyataan”.81

    Beerling juga, mengatakan bahwa filsafat adalah suatu usaha untuk

    mencapai radix, atau akar kenyataan dunia wujud, juga akar pengetahuan tentang diri

    sendiri.

    Konsep atau gagasan dan definisi filsafat yang begitu banyak tidak perlu

    membingungkan, bahkan sebaliknya justru menunjukkan betapa luasnya samudera

    filsafat itu sehingga tidak terbatasi oleh sejumlah batasan yang akan mempersempit

    ruang gerak filsafat. Perbedaan-perbedaan itu sendiri merupakan suatu keharusan bagi

    filsafat sebab kesamaan dan kesatuan pemikiran serta pandangan justru akan

    mematikan dan menguburkan filsafat untuk selama-lamanya.

    81

    R.F. Berling, Filsafat Dewasa Ini (Jakarta: RN. Balai Pustaka, 1966), h1m. 22.

  • 8/16/2019 Tgs Rangkuman Filsafat

    5/22

    2

     ASAL MULA FILSAFAT

    ketakjuban, ketidakpuasan, hasrat bertanya, dan keraguan.

    Ketakjuban. Banyak filsuf mengatakan bahwa yang menjadi awal kelahiran

    filsafat ialah θαυμαια - thaumasia (kekaguman, keheranan atau ketakjuban). Dalam

    karyanya yang berjudul Metafisika, Aristoteles mengatakan bahwa karena ketakjuban

    manusia mulai berfilsafat. Pada mulanya manusia takjub memandang benda-benda

    aneh di sekitarnya, lama-kelamaan ketakjubannya semakin terarah pada hal-hal yang

    lebih luas dan besar, seperti perubahan dan peredaran bulan, matahari, bintang-

    bintang, dan asal mula alam semesta.

    Istilah ketakjuban menunjuk dua hal penting, yaitu bahwa ketakjuban itu pasti memiliki

    subjek dan objek. Jika ada ketakjuban, sudah tentu ada yang takjub dan ada

    sesuatuyang menakjubkan. Ketakjuban hanya mungkin dirasakan dan dialami oleh

    makhluk yang selain berperasaan juga berakal budi. Makhluk yang seperti itu sampai

    saat ini yang diketahui hanyalah manusia. Jadi, yang takjub adalah manusia. Jika

    subjek dari ketakjuban itu? Objek ketakjuban ialah segala sesuatu yang ada dan yang

    dapat diamati. Itulah sebabnya, bagi Plato pengamatan terhadap bintang-bintang,

    matahari, dan langit merangsang manusia untuk melakukan penelitian. Penelitian

    terhadap apa yang diamati demi memahami hakikatnya itulah yang melahirkan filsafat.

    Pengamatan yang dilakukan terhadap objek ketakjuban bukanlah hanya dengan mata,

    melainkan juga dengan akal budi. Pengamatan akal budi tidak terbatas hanya pada

    objek-objek dapat dilihat dan diraba, melainkan juga terhadap benda-benda yang dapat

    dilihat tetapi tidak dapat diraba, bahkan terhadap hal-hal yaitu yang tak terlihat dan tak

  • 8/16/2019 Tgs Rangkuman Filsafat

    6/22

    teraba. Oleh karena itu pula, Immanuel Kant bukan hanya takjub terhadap langit

    berbintang-bintang di atas, melainkan juga terpukau memandang hukum moral dalam

    hatinya, sebagaimana yang tertulis pada kuburnnya: coelum stellatum supra me, lex

    moalis intra me.

    Ketidakpuasan. Sebelum filsafat la hir, berbagia mitos dan mite memainkan

    peranan yang amat penting dalam kehidupan manusia. Berbagai mitos dan mite

    berupaya menjelaskan asal mula dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam semesta

    serta sifat-sifat peristiwa itu. Akan tetapi, ternyata penjelasan yang diberikan oleh mitos-

    mitos dan mite-mite itu makin lama makin tidak memuaskan manusia. Ketidakpuasan

    itu membuat manusia mencari penjelasan dan keterangan yang lebih pasti dan

    meyakinkan. Kenyataannya memang demikian. Ketidakpuasan akan membuat manusia

    melepaskan segala sesuatu yang tak dapat memuaskannya, lalu ia akan apa yang

    dapat memuaskannya.

    Manusia yang tidak puas dan terus menerus mencari penjelasan dan lebih pasti itu

    lambat-laun mulai berpikir secara rasional. Akibatnya, akal budi semakin berperan.

    Berbagai mitos dan mite yang diwariskan oleh tradisi turun-temurun semakin tersisih

    dan perannya semula yang begitu besar. Ketika rasio berhasil menurunkan mitos-mitos

    dan

  • 8/16/2019 Tgs Rangkuman Filsafat

    7/22

    mite-mite dari singgasananya, lahirlah filsafat, yang pada masa itu mencakup seluruh

    ilmu pengetahuan yang ada dan telah dikenal.

    Hasrat Bertanya. Ketakjuban manusia telah melahirkan pertanyaan-pertanyaan

    dan ketidakpuasan manusia membuat pertanyaan-pertanyaan itu tak kunjung habis.

    Pertanyaan tak boleh dianggap sepele karena pertanyaanlah yang membuat kehidupan

    serta pengetahuan manusia berkembang dan maju. Pertanyaanlah yang membuat

    manusia melakukan pengamatan, penelitian dan penyelidikan. Ketiga hal itulah yang

    menghasilkan penemuan baru yang semakin memperkaya manusia dengan

    pengetahuan yang terus bertambah. Karena itu, pertanyaan merupakan sesuatu yang

    hakiki bagi manusia. Menurut Sartre, kesadaran pada manusia senantiasa bersifat

    bertanya yang sungguh-sungguh bertanya.

    Hasrat bertanya membuat manusia mempertanyakan segalanya. Pertanyaan-

    pertanyaan yang diajukan itu tidak sekedar terarah padawujud sesuatu, melainkan juga

    terarah pada dasar dan hakikatnya. Inilah yang menjadi salah satu ciri khas filsafat.

    Filsafat selalu mempertanyakan sesuatu dengan cara berpikir radikal, sampai ke akar-

    akamya, tetapi juga bersifat universal.

    Jika dikatakan bahwa manusia mempertanyakan segalanya, berarti manusia

    bukan hanya mempertanyakan segala sesuatu yang berada di luar dirinya. Manusia

     juga mempertanyakan dirinya sendiri yang memiliki hasrat bertanya. Bahkan, ia juga

    dapat mempertanyakan pertanyaan-pertanyaan yang sedang dipertanyakannya itu.

    Itulah yang membuat filsafat itu ada, tetap ada, dan akan terus ada. Filsafat akan

    berhenti apabila manusia telah berhenti bertanya secara radikal dan universal.

  • 8/16/2019 Tgs Rangkuman Filsafat

    8/22

    Keraguan. Manusia selaku penanya mempertanyakan sesuatu dengan maksud untuk

    memperoleh kejelasan dan keterangan mengenai sesuatu yang dipertanyakannya itu.

    Tentu saja hal itu berarti bahwa apa yang dipertanyakannya itu jelas atau belum terang,

    manusia perlu dan harus bertanya. Pertanyaan yang diajukan untuk memperoleh

    kejelasan dan keterangan yang pasti pada hakikatnya merupakan suatu pernyataan

    tentang adanya απορια - aporia (keraguan atau ketidakpastian dan kebingungan pihak

    manusia yang bertanya.

    Memang ada yang mengatakan bahwa setiap pertanyaan yang diajukan oleh

    seseorang sesungguhnya senantiasa bertolak dari apa yang telah diketahui oleh si

    penanya lebih dahulu. Bukankah setiap orang yang bertanya itu sedikit banyak telah

    memiliki bayangan atau gambaran dari apa yang dipertanyakannya? Jika tidak, ia tidak

    akan dapat mengajukan pertanyaan itu. Oleh karena itu, sebagaimana yang dikutip oleh

    Beerling, Spinoza mengatakan:

    Saya bertanya padamu, siapakah yang dapat mengetahui bahwa ia mengerti sesuatu,

    kalau dari mula-mulanya ia tak mengerti tentang hal itu, artinya, siapakah yang dapat

    mengetahui bahwa sesuatu adalah pasti baginya, kalau dari mula-mula hal itu sudah

    tak pasti baginya?

     Akan tetapi, karena, apa yang diketahui oleh si penanya baru merupakan gambaran

    yang samar, maka ia bertanya. Ia bertanya karena masih meragukan kejelasan dan

    kebenaran dari apa yang telah diketahuinya. Jadi, jelas keraguanlah yang turut

    merangsang manusia untuk bertanya dan terus bertanya, yang kemudian menggiring

    manusia untuk berfilsafat.

    403

  • 8/16/2019 Tgs Rangkuman Filsafat

    9/22

    Proses Kelahiran Filsafat

    Filsafat, sebagai bagian dari kebudayaan manusia yang amat menakjubkan, lahir 

    di Yunani dan dikembangkan sejak awal abad ke-6 SM. Proses kelahiran filsafat itu

    membutuhkan waktu yang amat panjang. Ketika suku-suku bangsa Hellenes menyerbu

    masuk ke tanah Yunani sekitar tahun 2000 SAMA, mereka masih merupakan

    pengembara-pengembara kasar yang belum mengenal peradaban. Mereka baru

    berhasil menaklukkan Yunani dan menyingkirkan penduduk aslinya setelah mereka

    mengambil alih peradaban dan kebudayaan penduduk asli, yang pada masa itu telah

    mencapai tingkat cukup mengagumkan.

    Selanjutnya, kendati orang-orang Yunani telah memperoleh tempat pemukiman yang

    tetap, banyak di antara mereka yang gemar merantau, khususnya ke dunia timur yang

    saat itu telah memiliki peradaban dan kebudayaan yang tinggi. Mereka merantau

    sampai ke Mesir dan Babylonia yang telah mengembangkan pengetahuan tulis-

    menulis, astronomi, dan matematika, yang prinsip dasarnya telah diletakkan oleh

    bangsa Sumeria. Bagaimanapun juga, orang-orang Yunani tentu saja berhutang budi

    kepada orang-orang Sumeria yang telah menemukan sistem hitungan sixagesimal yang

    didasarkan atas jumlah enam sebagai satuan kelipatan sehingga mereka telah

    mengenal pembagian waktu: satu jam terdiri dari enam puluh menit dan satu menit

    terdiri dari enam puluh detik. Bangsa Sumeria jugalah yang menemukan pembagian

    lingkaran ke dalam tiga ratus enam puluh derajat.

    Memang, orang-orang Yunani berhasil mengolah berbagai ilmu pengetatahuan

    yang mereka peroleh dari dunia Timur itu menjadi benar-benar rasional ilmiah dan

    berkembang pesat. Pemikiran rasional-ilmiah itulah yang melahirkan filsafat. Para filsuf 

  • 8/16/2019 Tgs Rangkuman Filsafat

    10/22

    Yunani pertama, yang mulai berfilsafat di Asia Kecil, sebenarnya adalah ahli-ahli

    matematika, astronomi, ilmu bumi, dan berbagai ilmu pengetahuan lainnya. Karena itu,

    pada tahap awal, filsafat mencakup seluruh ilmu pengetahuan. Para filsuf Yunani

    pertama tersebut dikenal sebagai filsuf-filsuf alam. Mereka berpikir tentang alam:

    apakah intinya, bagaimanakah menerangkan peri adanya dan apakah sifat-sifatnya

    yang paling hakiki. Dengan demikian, filsafat yang pertama lahir adalah filsafat alam.

     Akan tetapi, filsafat pada masa awal itu sulit untuk diuraikan dan dipaparkan

    secara jelas dan pasti karena banyak filsuf tidak menulis sesuatu apa pun sehingga

    ajaran mereka hanya dapat diketahui dari orang lain. Ada juga filsuf-filsuf yang menulis,

    tetapi sebagian karya tulis mereka hilang sehingga yang tinggal hanya beberapa

    fragmen. Ada pula yang hanya tersisa satu atau dua kalimat yang kebetulan dikutip

    oleh pemikir lainnya.

    Terlepas dari keadaan dan keberadaan para filsuf yang baru mengembangkan

    filsafat itu, yang penting dicatat ialah bahwa mereka telah berani

    mengayunkan langkah awal yang amat menentukan bagi pertumbuhan perkembangan

    filsafat serta ilmu pengetahuan. Mereka berani menolak meninggalkan cara berpikir 

    yang irasional dan tidak logis, kemudian mulai menempuh jalan pemikiran rasional-

    ilmiah yang semakin sistematis. Cara berpikir rasional-ilmiah itu pulalah yang

    menghasilkan gagasan-gagasan yang terbuka untuk diteliti oleh akal budi. Selain itu,

    dapat didiskusikan lebih lanjut demi meraih konsep-konsep baru dan kebenan-

    kebenaran baru yang diharapkan lebih sesuai dengan realitas sesungguhnya.

    404

  • 8/16/2019 Tgs Rangkuman Filsafat

    11/22

    3

    SIFAT DASAR FILSAFAT

    Berpikir Radikal

    Berfilsafat berpikir secara radikal. Filsuf adalah pemikir yang berpikir yang

    radikal. Karena berpikir secara radikal, ia tidak akan pernah terpaku hanya pada

    fenomena suatu entitas tertentu. Ia tidak akan pernah berhenti hanya pada suatu wujud

    realitas tertentu. Keradikalan berpikirnya itu akan senantiasa mengobarkan hasratnya

    untuk menemukan akar seluruh kenyataan. Bila dikatakan bahwa filsuf selalu berupaya

    menemukan radix seluruh kenyataan, berarti dirinya sendiri sebagai suatu realitas telah

    termasuk ke dalamnya sehingga iapun berupaya untuk mencapai akar pengetahuan

    tentang dirinya.

    Mengapakah radix atau akar realitas begitu penting untuk ditemukan? Ini karena bagi

    seorang filsuf, hanya apabila akar realitas itu telah ditemukan, segala sesuatu yang

    bertumbuh di atas akar itu akan dapat dipahami. Hanya apabila akar suatu

    permasalahan telah ditemukan, permasalahan itu dapat mestinya.

    Berpikir radikal tidak berarti hendak mengubah, membuang, atau menjungkirbalikkan

    segala sesuatu, melainkan dalam arti yang sebenarnya, yaitu berpikir secara

    mendalam, untuk mencapai akar persoalan yang dipermasalahkan. Berpikir radikal

     justru hendak memperjelas realitas, lewat penemuan serta pemahaman akan akar 

    realitas itu sendiri.

    Mencari Asas

    Filsafat bukan hanya mengacu kepada bagian tertentu dari realitas, melainkan kepada

    keseluruhannya. Dalam memandang keseluruhan realitas, filsafat senantiasa berupaya

  • 8/16/2019 Tgs Rangkuman Filsafat

    12/22

    mencari asas yang paling hakiki dari keseluruhan realitas. Seorang filsuf akan selalu

    berupaya untuk menemukan asas yang paling hakiki dari realitas.

    Para filsuf Yunani, yang terkenal sebagai filsuf-filsuf lain, mengamati keanekaragaman

    realitas di alam semesta, lalu berpikir dan bertanya, “Tidakkah di balik keanekaragaman

    itu hanya ada suatu asas?” Mereka lalu mulai mencari αρχη (asal usul, asas pertama)

    alam semesta. Thales mengatakan bahwa asas pertama alam semesta itu adalah υδωρ

    (air), Anaximandros mengatakan το απειρον (yang tidak terbatas), dan Anaximenes

    mengatakan αηρ (udara). Adapun bagi Empedokles ada empat ριζωματα (akar segala

    sesuatu) yang membentuk realitas alam semesta, yaitu api, udara, tanah, dan air.

    Mencari asas pertama berarti juga berupaya menemukan sesuatu yang menjadi esensi

    realitas. Dengan menemukan esensi suatu realitas, realitas itu dapat diketahui dengan

    pasti dan menjadi jelas. Mencari asas adalah salah satu sifat dasar filsafat.

    Memburu Kebenaran

    Filsuf adalah pemburu kebenaran. Kebenaran yang diburunya adalah kebenaran

    hakiki tentang seluruh realitas dan setiap hal yang dapat dipersoalkan. Oleh sebab itu,

    dapat dikatakan bahwa berfilsafat berarti memburu kebenaran tentang segala sesuatu.

    Tentu saja kebenaran yang hendak digapai bukanlah kebenaran yang meragukan.

    Untuk memperoleh kebenaran yang sungguh-sungguh dapat dipertanggungjawabkan,

    405

  • 8/16/2019 Tgs Rangkuman Filsafat

    13/22

    setiap kebenaran yang telah diraih harus senantiasa terbuka untuk dipersoalkan

    kembali dan diuji demi meraih kebenaran yang lebih pasti. Demikian seterusnya.

    Jelas terlihat bahwa kebenaran filsafati tidak pernah bersifat mutlak dan final, melainkan

    terus bergerak dari suatu kebenaran menuju kebenaran baru yang lebih pasti.

    Kebenaran yang baru ditemukan itu juga terbuka untuk dipersoalkan kembali demi

    menemukan kebenaran yang lebih meyakinkan.

    Dengan demikian, terlihat bahwa salah satu sifat dasar filsafat ialah Senantiasa

    memburu kebenaran. Upaya memburu kebenaran itu adalah demi kebenaran itu

    sendiri, dan kebenaran yang diburu adalah kebenaran yang lebih meyakinkan serta

    lebih pasti.

    Mencari Kejelasan

    Salah satu penyebab lahimya filsafat ialah keraguan. Untuk menghilangkan

    keraguan diperlukan kejelasan. Ada filsuf yang mengatakan bahwa berfilsafat berarti

    berupaya mendapatkan kejelasan dan penjelasan mengenai seluruh realitas. Ada pula

    yang mengatakan bahwa filsuf senantiasa mengejar kejelasan pengertian (clarity of 

    understanding). Geisler dan Feinberg mengatakan bahwa ciri khas penelitian filsafati

    ialah adanya usaha keras demi meraih kejelasan intelektual (intellectual claity).84

    Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa berpikir secara filsafati berarti berusaha

    memperoleh kejelasan. Mengejar kejelasan berarti harus berjuang dengan gigih untuk

    mengeliminasi segala sesuatu yang tidak jelas, yang kabur, dan yang gelap, bahkan

     juga yang serba rahasia dan berupa teka-teki. Tanpa kejelasan, filsafat pun akan

    menjadi sesuatu yang mistik, serba rahasia, kabur, gelap, dan tak mungkin dapat

    menggapai kebenaran. r 

  • 8/16/2019 Tgs Rangkuman Filsafat

    14/22

    Jelas terlihat bahwa berfilsafat sesungguhnya merupakan suatu perjuangan

    untuk mendapatkan kejelasan pengertian dan kejelasan seluruh realitas. Perjuangan

    mencari kejelasan itu adalah salah satu sifat dasar filsafat.

    Berpikir Rasional

    Berpikir secara radikal, mencari asas, memburu kebenaran, dan mencari

    kejelasan tidak mungkin dapat berhasil dengan baik tanpa berpikir secara rasional.

    Berpikir secara rasional berarti berpikir logis, sistematis, dan kritis. Berpikir logis adalah

    bukan hanya sekedar menggapai pengertian-pengertian yang dapat diterima oleh akal

    sehat, melainkan agar sanggup menarik kesimpulan dan mengambil keputusan yang

    tepat dan benar dari premis-premis yang digunakan.

    Berpikir logis juga menuntut pemikiran yang sistematis. Pemikiran yang sistematis ialah

    rangkaian pemikiran yang berhubungan satu sama lain atau saling berkaitan secara

    logis. Tanpa berpikir yang logis-sistematis dan koheren, tak mungkin diraih kebenaran

    yang dapat dipertanggungjawabkan.

    Berpikir kritis berarti membakar kemauan untuk terus-menerus mengevaluasi argumen-

    argumen yang mengklaim diri benar. Seorang yang berpikir kritis tidak akan mudah

    menggenggam suatu kebenaran sebelum kebenaran itu dipersoalkan dan benar-benar 

    diuji terlebih dahulu. Berpikir logis-sistematis-kritis adalah ciri utama berpikir rasional.

     Adapun berpikir rasional adalah salah satu sifat dasar filsafat.

    84Norman L. Geisler dan Paul D. Feinberg, Introduction toPhilosophy (Grand Rapids:

    Baker Book House, 1982), hlm. 18-19.

    406

  • 8/16/2019 Tgs Rangkuman Filsafat

    15/22

    4

    PERANAN FILSAFIAT

    Menyimak sebab-sebab kelahiran filsafat dan proses perkembangannya,

    sesungguhnya filsafat telah memerankan sedikitnya tiga peranan utama dalam sejarah

    pemikiran manusia. Ketiga peranan yang telah diperankannya itu ialah sebagai

    pendobrak, pembebas, dan pembimbing.

    Pendobrak

    Berabad-abad lamanya intelektualitas manusia tertawan dalam penjara tradisi

    dan kebiasaan. Dalam penjara itu, manusia terlena dalam alam mistik yang penuh

    sesak dengan hal-hal serba rahasia yang terungkap lewat berbagai mitos dan mite.

    Manusia menerima begitu saja segala penuturan dongeng dan takhayul tanpa

    mempersoalkannya lebih lanjut. Orang beranggapan bahwa karena segala dongeng

    dan takhayul itu merupakan bagian yang hakiki dari warisan tradisi nenek moyang,

    sedang tradisi itu benar dan tak dapat diganggu gugat, maka dongeng dan takhayul itu

    pasti benar dan tak boleh diganggu-gugat.

    Oleh sebab itu, orang-orang Yunani, yang dikatakan memiliki “suatu rasionalitas yang

    luar biasa”,85

     juga pernah percaya kepada dewa-dewi yang duduk di meja perjamuan di

    Olympus sambil menggoncangkan kahyangan dengan sorakan dan gelak tawa tak

    henti-hentinya. Mereka percaya kepada dewa-dewi yang saling menipu satu sama lain,

    licik, sering memberontak, dan kadang kala seperti anak-anak nakal.86

    Keadaan tersebut berlangsung cukup lama. Kehadiran filsafat telah mendobrak pintu-

    pintu dan tembok-tembok tradisi yang begitu sakral dan selama itu tak boleh diganggu-

  • 8/16/2019 Tgs Rangkuman Filsafat

    16/22

    gugat. Kendati pendobrakan itu membutuhkan waktu yang cukup panjang, kenyataan

    sejarah telah membuktikan bahwa filsafat benar-benar telah berperan selaku pendobrak

    yang mencengangkan.

    Pembebas

    Filsafat bukan sekedar mendobrak pintu penjara tradisi dan kebiasaan yang penuh

    dengan berbagai mitos dan mite itu, melainkan juga merenggut manusia keluar dari

    dalam penjara itu. Filsafat membebaskan manusia dari ketidaktahuan dan

    kebodohannya. Demikian pula, filsafat membebaskan manusia dari belenggu cara

    berpikir yang mistis dan mitis.

    Sesungguhnya, filsafat telah, sedang, dan akan terus berupaya membebaskan manusia

    dari kekurangan dan kemiskinan pengetahuan yang menyebabkan manusia menjadi

    picik dan dangkal. Filsafat pun membebaskan manusia dari cara berpikir yang tidak

    teratur dan tidak jernih. Filsafat juga membebaskan manusia dari cara berpikir tidak

    kritis yang membuat manusia mudah menerima kebenaran-kebenaran semu yang

    menyesatkan.

    Secara ringkas dapat dikatakan bahwa filsafat membebaskan manusia dari segala jenis

    “penjara” yang hendak mempersempit ruang gerak akal budi manusia.

    85

    K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani, (Yogyakarta, Kanisius, 1984), hlm. 22.

    86

    Edith Hamilton, The Greek Way to Western Civilization (New York: The New

     American Library,n.d.), hlm. 207.

    407

  • 8/16/2019 Tgs Rangkuman Filsafat

    17/22

    Pembimbing

    Bagaimanakah filsafat dapat membebaskan manusia dari segala jenis “penjara” yang

    hendak mempersempit ruang gerak akal budi manusia itu? Sesungguhnya, filsafat

    hanya sanggup melaksanakan perannya selaku pembimbing.

    Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang mistis dan mitis dengan

    membimbing manusia untuk berpikir secara rasional. Filsafat membebaskan manusia

    dari cara berpikir yang picik dan dangkal dengan membimbing manusia untuk berpikir 

    secara luas dan lebih mendalam, yakni berpikir secara universal sambil berupaya

    mencapai radix dan menemukan esensi suatu permasalahan. Filsafat membebaskan

    manusia dari cara berpikir yang tidak teratur dan tidak jernih dengan membimbing

    manusia untuk berpikir secara sistematis dan logis. Filsafat membebaskan manusia dari

    cara berpikir yang tak utuh dan begitu fragmentaris dengan membimbing manusia untuk

    berpilkir secara integral dan koheren.

    408

  • 8/16/2019 Tgs Rangkuman Filsafat

    18/22

    5

    KEGUNAAN FILSAFAT

    Bagi Ilmu Pengetahuan

    Tatkala filsafat lahir dan mulai tumbuh, ilmu pengetahuan masih merupakan bagian

    yang tak terpisahkan dari filsafat. Pada masa itu, para pemikir yang terkenal sebagai

    filsuf adalah juga ilmuwan. Para filsuf pada masa itu adalah juga, ahli-ahli matematika,

    astronomi, ilmu bumi, dan berbagai ilmu pengetahuan lainnya. Bagi mereka, ilmu

    pengetahuan itu adalah filsafat, dan filsafat adalah ilmu pengetahuan. Dengan

    demikian, jelas terlihat bahwa pada mulanya filsafat mencakup seluruh ilmu

    pengetahuan.

    Cara berpikir filsafati telah mendobrak pintu serta tembok-tembok tradisi dan kebiasaan,

    bahkan telah menguak mitos dan mite serta meninggalkan cara berpikir mistis. Lalu

    pada saat yang sama telah pula berhasil mengembangkan cara berpikir rasional, luas

    dan mendalam, teratur dan terang, integral dan koheren, metodis dan sistematis, logis,

    kritis, dan analitis. Karena itu, ilmu pengetahuan pun semakin bertumbuh subur, terus

    berkembang, dan menjadi dewasa. Kemudian, berbagai ilmu pengetahuan yang telah

    mencapai tingkat kedewasaan penuh satu demi satu. mulai mandiri dan meninggalkan

    filsafat yang selama itu telah mendewasakan mereka. Itulah sebabnya, filsafat disebut

    sebagai mater scientiarum atau induk segala ilmu pengetahuan. Itu merupakan fakta

    yang tidak dapat diingkari, yang dengan jelas menunjukkan bahwa ia benar-benar telah

    menampakkan kegunaannya lewat melahirkan, merawat, dan mendewasakan berbagai

    ilmu pengetahuan yang begitu berjasa bagi kehidupan manusia.

  • 8/16/2019 Tgs Rangkuman Filsafat

    19/22

    Ilmu pengetahuan dikatakan begitu berjasa bagi kehidupan umat manusia karena lewat

    ilmu pengetahuan manusia telah dimungkinkan meraih kemajuan yang sangat

    menakjubkan dalam segala bidang kehidupan. Teknologi canggih yang semakin

    mencengangkan dan fantastis merupakan salah satu produk dari ilmu pengetahuan.

     Abad-abad terakhir ini, dalam peradaban dan kebudayaan Barat, ilmu pengetahuan

    telah berperan sedemikian rupa sehingga telah menjadi tumpuan harapan banyak

    orang.

    Memang harus diakui betapa pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan sehingga

    manusia mulai percaya bahwa ilmu pengetahuan benar-benar mahakuasa, manusia

    semakin terpukau oleh pesona ilmu pengetahuan, dan hal itu telah membuat begitu

    banyak orang mendewakan ilmu pengetahuan. Bagi mereka, ilmu pengetahuan adalah

    segala-segalanya. Mereka berupaya untuk meyakinkan semua orang bahwa ilmu

    pengetahuan dapat menyelesaikan segala persoalan. Anggapan itu dikukuhkan oleh

    berbagai penemuan yang menggemparkan dan tampilnya teori-teori serta metode-

    metode baru yang lebih meyakinkan kegunaan, dan ketepatannya sehingga, semakin

    mengembangkan suatu optimisme yang hampir tak terbatas.

    Kemajuan ilmu pengetahuan yang amat mempesonakan itu telah membuat banyak

    orang menjadi sinis terhadap filsafat. Orang-orang mulai meragukan kegunaan filsafat.

    Banyak orang yang menganggap filsafat hanya sebagai suatu benda antik yang layak

    dipajang di dalam museum. Filsafat sudah terlampau “tua” untuk “mengandung” dan

    “melahirkan” suatu ilmu pengetahuan baru. Filsafat tidak bisa menghasilkan sesuatu

    apapun juga, sehingga sama sekali tidak berguna lagi.

  • 8/16/2019 Tgs Rangkuman Filsafat

    20/22

    Benarkah ilmu pengetahuan telah sanggup merengkuh langit dan menguasai

    alam semesta? Ternyata itu hanya merupakan suatu impian yang harus segera

    dilepaskan

  • 8/16/2019 Tgs Rangkuman Filsafat

    21/22

    tatkala menghadapi kenyataan sesungguhnya. Fakta, menunjukkan bahwa hasil-

    hasil yang dapat diraih oleh ilmu pengetahuan bersifast tsementara, maka senantiasa

    membutuhkan perbedaan dan penyempurnan. Senantiasa ada batas yang membatasi

    ilmu pengetahuan. Yang pasti, ilmu pengetahuan senantiasa dibatasi oleh bidang

    penelitian yang sesuai dengan kekhususannya. Itu membuat ilmu pengetahuan hanya

    sanggup meneliti bagian-bagian kecil (sesuai dengan bidangnya) dari seluruh realitas.

    Di samping itu, ilmu pengetahuan tidak mempersoalkan asas dan hakikat realitas. Pada

    umumnya ilmu pengetahuan, teristimewa yang diketengahkan oleh positivisme,

    cenderung lebih bersifat kuantitatif. Karena itu, tentu saja pengetahuan itu tak sanggup

    menguji kebenaran pnnsip-pnnsip, yang menjadi landasan ilmu pengetahuan itu sendiri.

    Ilmu pengetahuan membutuhkan bantuan dari sesuatu yang bersifat tak terbatas yang

    sanggup menguji kebenaran prinsip-prinsip yang melandasi ilmu pengetahuan. Hal itu

    hanya dapat dilakukan oleh filsafat, sang induk segala ilmu pengetahuan.

    Filsafat adalah ilmu yang tak terbatas karena tidak hanya menyelidiki suatu bidang

    tertentu dari realitas yang tertentu saja. Filsafat senantiasa mengajukan pertanyaan

    tentang seluruh kenyataan yang ada. Filsafat pun selalu mempersoalkan hakikat,

    prinsip, dan asas mengenai seluruh realitas yang ada, bahkan apa saja yang dapat

    dipertanyakan, termasuk filsafat itu sendiri.

    Ketakterbatasan filsafat yang demikian itulah yang amat berguna bagi ilmu

    pengetahuan. Itu karena ketakterbatasan filsafat tidak melulu berguna selaku

    penghubung antar disiplin ilmu pengetahuan. Akan tetapi, dengan ketakterbatasannya

    itu, filsafat sanggup memeriksa, mengevaluasi, mengoreksi, dan lebih

  • 8/16/2019 Tgs Rangkuman Filsafat

    22/22

    menyempurnakan prinsip-prisip dan asas-asas yang melandasi berbagai ilmu

    pengetahuan itu.

    Dalam Kehidupan Praktis

    Filsafat memang abstrak, namun tidak berarti filsafat sama sekali tidak bersangkut paut

    dengan kehidupan sehari-hari yang konkret. Keabstrakan filsafat tidak berarti bahwa

    filsafat itu tak memiliki hubungan apa pun juga dengan kehidupan nyata setiap hari.

    Kendati tidak memberi petunjuk praktis tentang bagaimana bangunan yang artistik dan

    elok, filsafat sanggup membantu manusia dengan memberi pemahaman tentang apa itu

    artistik dan elok dalain kearsitekturan sehingga nilai keindahan yang diperoleh lewat

    pemahaman itu akan menjadi patokan utama bagi pelaksanaan pekerjaan

    pembangunan tersebut.

    Filsafat menggiring manusia ke pengertian yang terang dan pemahaman yang jelas.

    Kemudian, filsafat itu juga menuntun manusia ke tindakan dan perbuatan yang konkret

    berdasarkan pengertian yang terang dan pemahaman yang jelas.